Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
C. CARA BELAJAR
1. Menerapkan metode SEVEN JUMP.
2. Diskusi kelompok tanpa tutor untuk mengidentifikasi pertanyaan
teori, sumber belajar dan pertanyaan praktik.
3. Diskusi kelompok dengan tutor untuk mengkonfirmasikan sumber
sumber belajar dan alternativ jawaban.
4. Konsultasi untuk memperdalam pemahaman
BAB II
PEMBAHASAN
JUMP I
Identifikasi (Klasifikasi Istilah)
1. Bencana
Bencana
mengganggu
adalah
suatu
kehidupan
dan
peristiwa
yang
penghidupan
mengancam
masyarakat
dan
yang
berlangsung
10
menit
akibat
adanya
perbedaan
JUMP II
Analisis Masalah
1. Desa x rawan bencana puting beliung
2. Dalam selama 3 tahun terakhir desa x pernah dilanda angin puting
beliung sebnyak 3x.
JUMP IV
Kerangka Konsep
Keterangan :
KP
: Keberadaan Pemukiman
AE
: Aktivitas Ekonomi
KRAPK
BSK
DHB
JUMP V
Tujuan Minimal
1. Mengidentifikasi pengertian penanganan krisis kesehatan di daerah
bencana angin puting beliung.
2. Mengidetifikasi system monitoring dan evaluasi bidang kesehatan
dan penanganan bencana angin puting beliung.
3. Menjelaskan peran dan kompetensi perawat dalam penanganan bencana
angin puting beliung
4. Menjelaskan peran
dan
kompetensi
perawat
dalam
penanganan
BAB III
TINJAUAN TEORI
JUMP VI
Management Disaster Angin Puting Beliung
A. Angin puting beliung
Puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan
lebih dari 0+ 1 2+ km/jam yang berlangsung 5 - 10 menit akibat adanya
perbedaan tekanansangat besar dalam area skala sangat lokal
yang terjadi di bawah atau di sekitar awan Cumulonimbus (Cb).
Dalam
skala
meteorologi,
kejadian
angin
p u t i n g beliung dikategorikan dalam kejadian skala kecil atau skala lokal.
hal ini karenak e j a d i a n n ya
ya n g
mencakup
daerah
radius
puting
beliung
b e r b e n t u k pusaran
yang
adalah
menerobos
angin
dari
badai
bawah
merusak
awan
jenis
beliung.
Kehadirannya belum dapat diprediksi.
Terjadi secara tiba-tiba (5-10 menit) pada area skala sangat lokal.
Pusaran puting beliung mirip belalai gajah/selang vacuum cleaner.
Jika kejadiannya berlangsung lama, lintasannya membentuk jalur
kerusakan.
6. Lebih sering terjadi pada siang hari dan lebih banyak di daerah
dataran rendah.
banyak,
udara
mulai
berputar.
Udara
yang
berputar
f.
langkah-langkah
dan
analisis
yang
berhubungan
bencana
serta
dengan
pengamatan
pencegahan,
mitigasi,
Sikl
us pengaturan bencana terdiri dari pencegahan yaitu langkah-langkah yang
dilakukan untuk menghilangkan samasekali atau mengurangi secara drastis
akibat dari ancaman melalui pengendalian dan pengubahsesuaian fisik dan
lingkungan. Lalu mitigasi yaitu tindakan-tindakan yang memfokuskan
perhatian pada pengurangan dampak dari ancaman sehingga demikian
mengurangi kemungkinan dampak negatif kejadian bencana terhadap
kehidupan. Berikutnya kesiapan yaitu perkiraan tentang kebutuhan yang
akan timbul bila terjadi kedaruratan bencana dan pengenalan sumberdaya
untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dengan demikian membawa penduduk
ke dalam tataran kesiapan lebih baik dalam menghadapi bencana.
Penanggulangan kedaruratan/respon (early warning system) yaitu tindakantindakan yang dilakukan seketika sebelum dan atau setelah terjadinya
kejadian bencana. Kemudian pemulihan yaitu tindakan yang bertujuan untuk
membantu masyarakat mendapatkan kembali sesuatu yang hilang dan
membangun kembali kehidupan serta kempatan-kesempatan yang ada.
Terakhir, pembangunan yaitu pembangunan kembali sarana dan prasarana,
kerentanan
dilihat
berdasarkan
kondisi
sosial,
ekonomi,
infrastruktur, dan organisasi yang dimiliki suatu kawasan. Dalam konteks ini
tidak terdapat suatu pertimbangan terhadap potensi yang dimiliki oleh suatu
kawasan dalam menghadapi bahaya yang mengancam.
memicu
permasalahan
di
lingkungan
perkotaan
dibanding
dengan
desa.
Proses
K. Keberadaan permukima
Konsep ini akan dikembangkan untuk memahami keberadaan
permukiman perkotaan terhadap faktor-faktor yang menyelimuti mereka
dari
bahaya
kebakaran
atas
sumber
bahaya,
kerentanan
dan
1. Permukiman konvesional
Istilah konvensional bermakna sesuatu lahir atas kesepakatan dari
hubungan tertentu yang berdasar atas pemikiran tertentu melalui
analisis
tertentu.
Konvensi
merupakan
sesuatu
yang
sudah
rusak
atau
hancur
terhadap
bencana.
Kemudian
penyelenggaraannya
dilakukan
secara
pribadi
sesuai
dengan
lokasi
karyanya;
posisi
tembak
adalah
pusat
kota
Pada masa bayi hingga anak (0-5 tahun), waktu daur hidup manusia
lebih banyak dihabiskan di tempat tinggal karena pada masa tersebut ia
membutuhkan perawatan tubuh dan pikiran secara intensif dari orang tuanya
di tempat tinggal. Pada masa anak hingga remaja (5 hingga 18 tahun), waktu
daur hidup remaja sudah mulai menjalani aktivitas pendidikan untuk konsumsi
pikiran (teknologi), namun waktu daur hidupnya masih banyak dijalani di
tempat tinggal. Pada masa dewasa (19 hingga 65 tahun), waktu daur hidup
lebih banyak dihabiskan di kota dari pada di tempat tinggal karena pada masa
ini mencari penghasilan sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui
kinerja, karya dan pikiran. Pada masa tua (65 hingga mati),waktu daur hidup
kembali lebih banyak di rumah di banding di kota karena kondisi fisik tubuh
tidak mampu lagi mendukung aktivitas terutama karya. Pada gambar dibawah
ini, grafik ruang daur hari masyarakat permukimana padat di kota terdapat
garis putus-putus berbentuk kotak. Kotak tersebut melingkupi aktivitas
manusia yang banyak menghabiskan daur hidupnya lebih banyak di rumah
dibanding di luar rumah. Pada masa-masa tersebut manusia sangat
membutuhkan bimbingan dan pengayoman orang tua beserta saudara dalam
proses menjalani kehidupan.
Dengan memahami secara jelas waktu-waktu beraktivitas di dalam tempat
bertinggal diharapkan dapat mempermudah identifikasi terhadap sumbersumber yang dapat memicu bahaya kebakaran, kemudian mengkaji segala
keberadaanya melalui kerentanan bahaya kebakaran serta menilai seberapa
jauh ketahanan permukiman mereka terhadap bahaya kebakaran untuk
merumuskannya sebagai tolok ukur penanggulangan bencana kebakaran
pada sistem tertentu.
N. Aktivitas Ekonomi
Terkait dengan karakter kelompok masyarakat permukiman padat
di kota, Gilbert dan Gugler (2008) merumuskan tiga kategori pekerja di
lingkungan perkotaan, pertama yaitu employment atau pekerja tetap
dengan tingkat kemapanan tertentu (elit sektor); kedua unemployment
atau pengangguran, biasanya mereka memperoleh subsidi dan kurang
memikirkan kebutuhan makan, ketiga, underemployment yang memiliki
tiga definisi.
1. jumlah pekerja sangat berlimpah dibanding dengan waktu bekerja
seharusnya. Biasanya definisi ini terdapat pada pekerja buruh, karena
mereka mencari penghasilan tambahan dari sisa waktu yang ada.
2. aktivitas ekonomi yang terkait dengan tinggi rendah (fluktuasi)
beraktivitas yang dikelompokkan pada waktu sepanjang hari atau
lebih dari seminggu, atau waktu yang menjelaskan sedikit atau tidak
bekerja.
3. Dapat disebut sebagai pekerja terselubung yaitu bekerja hanya pada
saat diperlukan karena opurtunis (pemberi kerjaan) tidak mampu
menampung tenaga kerja secara penuh.
Kehadiran tiga kategori pekerja di kota berpengaruh terhadap
penjelmaan kualitas fisik permukimannya. Bagi masyarakat yang
berstatus employment, kerentanan bahaya kebakaran hampir tidak
ditemui karena rumah bukan merupakan bagian tempat produksi untuk
meningkatkan pendapatan karena penghasilan cukup untuk memenuhi
kebutuhan keluarga. Sedangkan masyarakat yang berstatus employment
dan underemployment sangat rentan memancing terjadinya bahaya
kebakaran
karena
kategori
masyarakat
ini
cenderung
untuk
bencana
disuatu
wilayah,
tindakan
untuk
menghindari
masuknya
air
kedalam
rumah,
yang
rapuh
sangat
mudah
sekali
terhempas,
b)
didalam rumah
c) teruskan mendengarkann radio aagar mengetahui perubahan
kondisi
d) hidari banjir
3) SETELAH BENCANA BERLALU
Jika angin puting beliung sudah berlalu, usahakan untuk
tidak segera memakuki daerah sampai dinyatakan aman. Banyak
kegiatan berlangsung untuk membenahi daerah yang baru
dilanda bencana ini. Untuk memperlancar proses ini sebaiknya
orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Yang harus
diperhatikan :
a) gunakan senter
untuk
memeriksa
kerusakan.
Jangan
2. perlunya
penerapan
aturan
standar
bangunan
yang
DAFTAR PUSTAKA
Artha Nesa Chandra.2009. Mengenal Angin Puting BELIUNG.tersedia dalam:
http://arthanesa.blogspot.co.id/2009/06/engenal-angin-puing-beliung.html.
Di akses 22 januari 2016.
Efendi, F & Makfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan
praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Kandasamy, M. (2007) Community. Health Nurse in Disaster Management.
Diambil dari www.proquest.pqdauto. Diakses tanggal 18 Desember 2015.
Nies, M.A & McEwen, M. (2007). Community/public health nursing: promoting the
health of population. 4th edition. St.Louis, Missouri: Elselvier.
Turkanto.2006. Splinting & Bandaging. Kuliah Keperawatan Kritis. Surabaya:
PSIK Universitas Airlangga
Yohanes Gitoyo. 2013. Segala Hal Tentang Angin Puting Beliung. Tersedia
dalam: http://pustakadigitalindonesia.blogspot.co.id/2013/10/segala-haltentang-angin-puting-beliung.html. Di akses 23 januari 2016