Вы находитесь на странице: 1из 4

`````PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH


Jalan Ir. H. Juanda No. 287 Telp. 2516061 (Hunting 6 line) Fax. 2510731
Website: http//www.bappeda.jabarprov.go.id email: public@bappeda.jabarprov.go.id
BANDUNG Kode Pos 40135

BERITA ACARA
RAPAT KELOMPOK KERJA (POKJA) PERENCANAAN TATA RUANG
BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BPKD)
PROVINSI JAWA BARAT
DALAM PEMBAHASAN RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR)
KOTA TASIKMALAYA
Pada hari ini, Selasa Tanggal Dua Puluh Dua Bulan Desember Tahun Dua Ribu
Lima Belas telah dilaksanakan pembahasan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kota Tasikmalaya, bertempat di Ruang Sidang Bidang Fisik Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Pembahasan dipimpin oleh Anggota
Sekretariat BKPRD Provinsi Jawa Barat, dan dihadiri oleh Anggota Pokja
Perencanaan Tata Ruang, serta Tim Evaluasi RRTR Kabupaten/Kota.
Pembahasan dilakukan untuk menindaklanjuti hasil akhir evaluasi Raperda RDTR
Kota Tasikmalaya dari Sekretariat Tim Evaluasi RRTR Kabupaten/Kota, Dinas
Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat. Hasil pembahasan masih
menemukan beberapa hal yang perlu disempurnakan, sebagai berikut:

Menambahkan tentang prinsip penataan ruang pada Raperda RDTR

sebagaimana Permen PU No. 20 Tahun 2011.


Menetapkan zona perkantoran swasta akan menjadi zona tersendiri atau
menjadi zona peruntukan campuran, atau di dalam zona perdagangan jasa
diperbolehkan adanya kegiatan perkantoran swasta (bukan dalam bentuk
zona) dan melakukan koreksi terhadap Pasal 47 yang menyatakan bahwa

zona perkantoran swasta diarahkan pada zona perdagangan dan jasa.


Memperbaiki aturan untuk zona RTNH :
- Untuk jalan/ rel KA sebaiknya masuk dalam bahasan rencana jaringan
-

pergerakan (Pasal 45).


Pada indikasi program zona RTNH terdapat pembangunan plaza &
pemeliharaan, RTNH plaza dan parkir, sedangkan di dalam pasal tidak
dinyatakan sama sekali bahwa plaza dan parkir merupakan bagian

dari RTNH.
Adapun untuk program penyediaan dan penanaman pohon peneduh

pada ruang jalur KA sebaiknya masuk di program RTH.


Menambahkan pasal tentang RTH 20 % berikut lokasinya, dan untuk

rencana RTH serta eksistingnya dinyatakan dalam peta rencana pola ruang.
Meninjau kembali penerjemahan dalam RTRW Kota tentang kawasan
peruntukan kegiatan sektor informal yang di dalam RDTR menjadi subzona
RTH dan subzona energi.

Menambahkan kalimat pasal sebagai berikut pada rencana jaringan untuk


mewadahi aktifitas pada masa mendatang yang belum termuat dalam RDTR
Kota Tasikmalaya :
- Rencana
prasarana
dimaksud,

dilaksanakan

berdasarkan
-

dan

rencana

sarana

oleh

SKPD

induk

SKPD

jaringan...........sebagaimana
dan/atau
dan/atau

instansi

terkait

instansi

yang

bersangkutan.
Rencana induk jaringan.........sebagaimana dimaksud, menjadi tugas
dan tanggung jawab Kepala SKPD dan/atau instansi bersangkutan,

yang dilaksanakan berdasarkan perundang-undangan.


Khusus untuk rencana pengembangan jaringan pergerakan, pada
kalimat bagian (a) ditambahkan "yang diatur dalam Peraturan
Walikota". Penjelasan Pasal:
Yang dimaksud diatur dalam Peraturan Walikota adalah
rencana jaringan prasarana yang merupakan kewenangan
Pemerintah Kota Tasikmalaya, sedangkan rencana jaringan
prasarana

yang

merupakan

komitmen

Pemerintah

dan

Provinsi dapat dilaksanakan tanpa dituangkan dalam bentuk

Peraturan Walikota.
Melengkapi kalimat pada pasal 3 ayat 1 (d).
Untuk mendukung dan menjaga keselarasan kebijakan dalam penataan
ruang,

perlu

dilakukan

Peninjauan

Kembali

(PK)

terhadap

RTRWK,

mengingat beberapa perubahan peruntukan lahan dalam kawasan budidaya

telah direncanakan dalam RDTR tidak termuat dalam RTRWK.


Memperhatikan kembali proyeksi penduduk untuk :
- merencanakan setiap BWP agar dalam RDTR diketahui sarana dan
prasarana yang tersedia atau dibutuhkan dalam setiap 1 pusat
pelayanan (permukiman, fasum, fasos yang dihitung berdasarkan

jumlah penduduk)
- menentukan kebutuhan air baku dan dari mana sumber airnya.
Mendefinisikan kembali tentang RTH dengan mengacu pada Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05 Tahun 2008, termasuk apa saja
klasifikasi yang dapat dikategorikan sebagai RTH untuk memudahkan

penjumlahan persentase RTH.


Membuat standar fasilitasi/ketentuan teknis jalan untuk masing-masing
hirarki jalan (arteri, kolektor, lingkungan, dsb) dan mempertimbangkan

untuk memindahkan daftar nama jenis-jenis jalan ke dalam lampiran.


Mencantumkan situ-situ yang terdapat di Kota Tasik beserta rencana

pendayagunaan dan konservasinya.


Menyerahkan Dokumen KLHS hasil perbaikan kepada Tim Evaluasi RRTR

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.


Menghapus pasal mengingat No. 42 (PP No.38 Tahun 2007); No. 50 (PP 38
Tahun 2011 tentang Sungai); No. 55 (Keppres No. 4 Tahun 2009 tentang
BKPRN), adapun untuk sempadan sungai bisa mengacu ke Permen PU No.

28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai dan Garis

Sempadan Danau.
Menambahkan ketentuan garis sempadan sungai sesuai karakteristik sungai

di kawasan perkotaan pada pasal 21.


Menghilangkan kata sub pada subzona yang ada dalam pasal 31, 32, 33,

dan 34.
Menimbang ulang pemisahan zona perdagangan dan jasa menjadi subzona
perdagangan dan jasa tunggal, kopel, dan deret karena tidak efektif untuk
pengendalian di lapangan.

Mencantumkan terminal tipe A pada pasal 41 tentang SPU Transportasi.


Menghilangkan kata sub pada subzona dalam pasal 52, pasal 53 ayat

(1), pasal 54, dan pasal 55.


Menghilangkan kata sub subzona menjadi subzona pada pasal 53.
Menambahkan ketentuan tekhnis mengenai Rumija, GSB pada sistem

jaringan.
Menambahkan judul pasal : Rencana pengembangan Sistem Jaringan dan
Jaringan

Pergerakan

dan

menjelaskan

pembagian

lingkup

jaringan

pergerakan (kewenangan Dinas Perhubungan) dengan sistem jaringan

(kewenangan Dinas Bina Marga) pada pasal 64 secara terpisah.


Menambahkan isian panjang jalan yang masih belum terisi pada pasal 65

ayat 2, dan pasal 66 ayat 3.


Menambahan jurusan darimana kemana pada trayek angkutan penumpang

umum pada pasal 68 huruf (b).


Menjelaskan hirarki prasarana jaringan air minum (dimana jaringan primer,

IPAB) pada pasal 76.


Menambahkan lokasi sub BWP yang diprioritaskan penanganannya pada

pasal 90.
Mempertimbangkan kebutuhan Kota Tasikmalaya terhadap zona campuran

pada 20 tahun mendatang.


Mendefinisikan ulang mengenai zona dan kegiatan yang akan berdampak
pada perizinan. Misal: dengan adanya sub zona SPU peribadatan tidak
berarti bahwa pembangunan/kegiatan peribadatan di tempat lain dilarang

seperti dibangunnya mesjid di dalam kompleks sekolah / perumahan.


Mempertimbangkan Teknik Pengaturan Zonasi (TPZ) sebagai salah satu alat
untuk melakukan pengendalian mutu pemanfaatan ruang kawasan

Bandung, 22 Desember 2015


PIMPINAN RAPAT
Anggota Sekretariat BKPRD Provinsi Jawa Barat,

Endang Damayanti, S.T.


197504272008012006

Вам также может понравиться