Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Menimbang
Mengingat
Tentang
Kesehatan.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit.
3. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republic
Indonesia
Nomor
Republic
Indonesia
Nomor
M E M U T US K A N
Kesatu
Kedua
Ketiga
Keempat
Kelima
Lampiran
Keputusan Direktur RSU Wali Songo 1
NOMOR : 0120001/RSWS1-DIR-KEB/XI/2015
Tanggal : 5 November 2015
A. KEBIJAKAN UMUM
1. Pelayanan di Instalasi Farmasi harus selalu berorientasi pada mutu dan
keselamatan pasien.
2. Semua petugas di Instalasi Farmasi wajib memiliki izin sesuai ketentuan yang
berlaku .
3. Dalam melaksanakan tugas, staf Instalasi Farmasi wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (Keselamatan Dan Kesehatan Kerja).
4. Srtiap petugas harus bekerja sesuai standar profesi,standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi dan menghormati hak pasien.
5. Pelayanan di Instalasi Farmasi dilaksanakan dalam 24 jam.
6. Penyediaan tenaga di Instalasi Farmasi harus mengacu pada ketenagaan.
7. Dalam melaksanakan koordinasi, evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin
bulanan minimal satu bulan sekali.
8. Setiap bulan wajib membuat laporan bulanan, termasuk laporan indicator
mutu pelayanan.
9. Peralatan di instalasi farmasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan
kalibrasi sesuai ketentuan yang berlaku.
B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Kebijakan Seleksi Obat
a. Seleksi obat dilakukan oleh panitia farmasi gan terapi (PFT) dengan
menyusun suatu standarisasi obat yang akan digunakan di rumah sakit
sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit.
b. Dasar seleksi kebutuhan obat meliputi :
1) Kualitas / mutu obat
2) Harga
3) Kemudahan pengadan
4) Pemberian kondisi diskon
c. Daftar standarisasi tersebut disusun dalam Formularium Obat Rumah
Sakit Umu Wali Songo 1.
d. Formularium menjadi dasar pengadaan obat di Rumah Sakit Umum Wali
Songo 1 dan dasar dokter memilih obat untuk terapi.
e. Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam memilih jenis, jumlah, dan
harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan untuk
menghindari kekosongan obat.
f. Perencaan perbekalan farmasi dilakukan dalan harian dan mingguan
berdasarkan kebutuhan yang dilihat dari pengeluaran sebelumnya.
g. Kajian untuk alat atau bahan obat baru dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut :
1) Dokter yang akan menggunakan alat dan bahan obat, obat baru
wajib mengisi Formulir Usulan Obat Baru yang disediakan oleh
Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit Umum Wali Songo 1.
2) Formulir yang telah diisi tersebut kemudian diserahkan Kepada
Panitia Frmasi dan Terapi.
3) Panitia farmasi dan terapi melakukan kajian terhadap obat baru
tersebut. Apabila obat tersebut tidak disetujui, maka panitia
farmasi dan terapi memberikan informasi secara tertulis kepada
dokter yang bersangkutan. Apabila obat tersebut disetujui, maka
panitia farmasi dan terapi mengusulkan kepada direktur rumah
sakit untuk mendapatkan disposisi.
4) Kepala rumah sakit memutuskan apakah obat tersebut dapat
diterima atau ditolak. Bila obat baru tersebut diterima, panitia
farmasi dan terapi akan memberitahukan kepada Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum Wali Songo 1 untuk memproses pengadaan
obat bari tersebut, dan bila ditolak, Panitia Farmasi dan Terapi
akan memberitahukan kepada dokter yang akan menulis obat baru
tersebut.
c. Penyimpanan obat Hight Alert Medication dipisahkan dari obat yang lain
dan ditempatkan pada rak khusus dan diberikan lebeling sesuai jenisnya.
d. Penyimpanan obat Hight Alert Medication dengan pengawasan dan
disimpan di unit/instalasi pelayanan pasien sesuai dengan kebutuhan
masing-masing unit instalasi.
e. Elektrolit konsentrat tingggi hanya boleh disimpan di ruangan tertentu
seperti Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Rawat Intensif (ICU) dan
Instalasi Gawat Darurat.
f. Elektrolit konsentrat tinggi dapat di impan di unit asuhan yang merupakan
kebutuhan klinis yang penting dan bila disimpan dalam unit asuhan
dilengkapi dengan pengaman, labeling untuk mencegah penatalaksanaan
yang kurang hati-hati.
g. Obat-obatan emergency disediakan di masing-masing unit /instalasi sesuai
dengan kebutuhan, dan penyimpanannya dilakukan dengan mekanisme
yang
menjamin
keamanan,
kemudahan
dan
ketepatan
dalam
c. Dalam hal pemberian obat kepada pasien rawat inap, kepala instalasi
farmasi mendelegasikan kepada perawat di masing-masing unit pelayanan
yang sudah terlatih dan dilakukan pengawasan Farmasi Klinis.
d. Penyaluran obat pada pasien dilakukan dengan menggunakan teknik 5
benat (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar rute, benar cara
pemakaian).
e. Dalam melaksanakan penyaluran obat , staf perawat melakukan
identifikasi pasien menggunakan 4 detail wajib meliputi : nama pasien,
tanggal lahir, nomor rekam medic, dan alamat pasien, sedangkan untuk
klarifikasi identifikasi pasien menggunakan 2 detail wajib yaitu nama
pasien dan tanggal lahir.
Farmasi
mempunyai
metode
untuk
menjaga
dan
mengembalikan atau memusnakan dengan cara yang aman dan benar obatobatan yang ditarik kembali oleh pabrik atau supplier.
l. Bila obat-obatan atau alat kesehatan tidak sesuai dengan pemesanan, maka
obat tersebut harus dikembalikan kepada pabrik atau supplier.
m. Bila ditemukan obat-obatan atau alat kesehatan yang kadaluarsa, maka
akan dilakukan pemusnahan dengan mengacu pada ketentuan di Standart
Prosedur Operasional (SPO) dan disediakan format yang terkini.
n. Instalasi Farmasi bertanggung jawab melakukan kegiatan pengelolaan dan
pemusnahan resep yang disimpan lebih dari 5 (lima) tahun.
o. Semua hasil kegiatan dilakukan secara prosedural dan dokumen tersebut
disimpan sebagai bukti legal.