Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Sebagian besar fraktur pada usia lanjut disebabkan karena kecelakaan di dalam
rumah. Cedera ini sering terjadi akibat jatuh karena ada tekanan dari lantai saat jatuh.
Diantara berbagai fraktur yang terjadi pada usia lanjut adalah fraktur neck femur. Kejadian
pada wanita 3 kali lebih besar dibandingkan dengan pria karena wanita dengan osteoporosis
merupakan faktor presdiposisi yang utama.1
Bahkan menurut penelitian baru-baru ini, setengah dari patah tulang femur proksimal
adalah fraktur intraartikular dari leher femoralis. Insiden meningkat dengan usia dimana
setelah 50 tahun insidennya meningkat dua kali lipat, dan 2-3 kali lebih tinggi pada wanita
dibandingkan pada pria. 80% dari patah tulang pinggul terjadi pada perempuan dan 90%
pada orang yang lebih tua dari 50 tahun. Peningkatan insiden pada kejadian usia tertentu yang
mungkin disebabkan oleh osteoporosis, volume otot berkurang dan respon neuromuskular.
Selain itu, banyak pasien dalam kondisi lemah terus beraktivitas bahkan setelah penyakit
serius, operasi dan pengobatan patah tulang.2
Fraktur pada neck femoris merupakan masalah kesehatan yang penting pada usia
lanjut dan sering kali merubah kehidupan seorang lanjut usia menjadi buruk. Fraktur neck
femur juga dilaporkan sebagai salah satu jenis fraktur dengan prognosis yang tidak terlalu
baik, disebabkan oleh anatomi neck femur itu sendiri, vaskularisasinya yang cenderung ikut
mengalami cedera pada cedera neck femur, serta letaknya yang intrakapsuler menyebabkan
gangguan pada proses penyembuhan tulang.3
Ada dua metode penanganan fraktur leher femur, yaitu konservatif dan operatif.
Pengobatan operatif hampir selalu dilakukan baik pada orang dewasa muda ataupun pada
orangtua karena perlu reduksi yang akurat dan stabil dan diperlukan mobilasasi yang cepat
pada orangtua untuk mencegah komplikasi.
pemasangn plate dan screw dan atroplasti yang dilakukan pada penderita umur di atas 55
tahun berupa : eksisi artroplasti, herniarthroplasti dan artroplasti total. 3
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
Identitas Pasien
Nama
Ny. Rh
Umur
58 tahun
Jenis Kelamin
Perempuan
Alamat
Agama
Islam
Pekerjaan
Masuk RS
09 Agustus 2016
No. CM
1.09.88.31
II. Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri pada daerah kaki
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan dari Rumah Sakit Umum Bunda, Lhoksumawe dengan keluhan nyeri
pada kaki sebelah kiri sejak 5 minggu yang lalu. Keluhan ini disebabkan karena pasien
sebelumnya terjatuh di kamar mandi. Pada saat terjatuh, posisi tubuh menimpa kaki sebelah
kanan. Setelah terjatuh, pasien mengaku ia tidak bisa berjalan. Pasien tidak bisa berjalan
karena merasa nyeri dikaki sebelah kiri terutama saat pasien menggerakkannya.. Nyeri
dirasakan terus menerus. Keluhan tidak membaik walaupun pasien beristirahat. Pasien
mengaku dalam kondisi tersadar saat terjatuh. Pasien mengaku tidak sempat pingsan. Pasien
kemudian berobat ke tukang pijat namun nyeri kakinya semakin berat.
Riwayat Penyakit Dahulu
. Riwayat sakit seperti ini sebelumnya tidak ada, riwayat patah tulang tidak ada.
Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu.
Tidak ada keluarga pasien yang mengeluhkan hal yang sama dengan pasien
III.
Pemeriksaan fisik :
A. Primary Survey
Airway
: clear
Breathing
Circulation
Disability
: GCS = E4M6V5 = 15
B. Secondary Survey
Keadaan umum
Kesadaraan
: Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,8 C
Status Generalis
Kepala
Mata
Mulut
Telinga
Hidung
Leher
Thorak
3
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
C.
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
Kulit
: turgor baik
Status Orthopedi
,
Look :
Dekstra
Hematoma (-), swelling (-)
Perdarahan (-), jejas (-),
perdarahan (-)
Feel :
Move :
Articulatio coxae
Articulatio coxae
Exorotasi (+), endorotasi Pergerakan sendi terbatas
(+), abduksi (+), adduksi karena nyeri
(+), fleksi (+), ekstensi (+)
Articulatio genue :
Fleksi (+), ekstensi (+)
Sinistra
Hematoma (-), swelling (-)
Perdarahan (-), jejas (-),
perdarahan (-), skin traksi
(+)
Nyeri tekan (+), hangat,
krepitasi sulit dinilai
Pulsasi :
1. a.poplitea : sulit dinilai
2. a. Tibialis posterior :
sulit dinilai
3. a. Dorsalis pedis sulit
dinilai
Articulatio genue:
Pergerakan sendi terbatas
karena nyeri
B. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
09/08/2016 18/08/2016
22/08/2016
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
LED
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Batang
Netrofil
Segmen
Limfosit
Monosit
SGOT
SGPT
Protein Total
Albumin
Globulin
Natrium
Kalium
Clorida
Kalsium (Ca)
Magnesium
Ureum
Kreatinin
KGDS
HbA1c
12,0-15,0gr/dl
37-47%
4,2-5,4 106/L
4,5-10,5
10,1
33
3,8
9,8
33
3,7
6,9
12,0
360
322
87
27
31
14,5
9,5
7
0
89
27
30
14,4
9,6
3
0
2-6%
50-70%
47
83
20-40%
2-8%
<31 U/L
<34 U/L
6.4-8.3 U/L
3.5 - 5.2 g/dL
34
11
134
4,2
106
55
2,20
252
9,40
10
4
5,3
2,40
-
103/mm3
150400.103/mm3
80-100 fL
27-31 pg
32-36 %
11,5-14,5%
7,2-11,1 fL
<15mm/jam
0-6%
0-2%
135-145 mmol/L
3.5- 4.5 mmol/L
90-110 mmol/L
8,6-10,3 mmol/L
1,6-2,6 mmol/L
13-43 mg/dl
0.51-0.95 mg/dl
<200 mg/dl
<6,5 %
IV.
10,7
36
4,0
8,2
335
88
27
30
14,6
10,0
2
1
0
69
17
11
-
RESUME
Pasien rujukan dari Rumah Sakit Umum Bunda, Lhoksumawe dengan keluhan nyeri
pada kaki sebelah kiri sejak 5 minggu yang lalu. Keluhan ini disebabkan karena pasien
sebelumnya terjatuh di kamar mandi. Pada saat terjatuh, posisi tubuh menimpa kaki sebelah
kiri. Setelah terjatuh, pasien mengaku ia tidak bisa berjalan. Pasien mengaku dalam kondisi
tersadar saat terjatuh. Pasien mengaku tidak sempat pingsan.
8
Pemeriksaan fisik
Abdomen soepel, datar, jejas (-) , nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien
tidak teraba membesar. Regio femoralis: Look: skin trash (+), jejas (-), perdarahan (-).
Feel : nyeri tekan (+) Move: ROM terbatas karena nyeri
Pemeriksaan penunjang :
VI.
DIAGNOSIS
VII.
PENATALAKSANAAN
VIII. PROGNOSIS
-
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad functionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Anatomi Femur
Femur merupakan tulang terpanjang dan terkeras yang ada pada tubuh dan
dikelompokkan ke dalam ekstremitas bagian bawah. Di sebelah atas, femur bersendi dengan
acetabulum untuk membentuk articulatio coxae dan di bawah dengan tibia dan patella untuk
membentuk articulatio genu. Ujung atas femur memiliki caput, collum, trochanter major, dan
trochanter minor. 4
10
11
kearah ujung distalnya dan membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya
yang disebut facies poplitea.4
Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis yang bagian
posteriornya dipisahkan oleh insisura intercondylaris. Permukaan anterior condylus ikut serta
dalam pembentukan articulatio genu. Diatas condylus terdapat epicondylus lateralis dan
medialis. Tuberkulum adductorum dilanjutkan oleh epicondylus medialis.4
Ruang fascia anterior tungkai atas diisi oleh musculus sartorius, muskulus iliacus,
musculus psoas, musculus pectineus dan musculus cuadriceps femoris. Dipersarafi oleh
nervus femoralis ruang anterior facia tungkai atas dialiri pembuluh darah arteri femoralis.
Ruang fascia medial tungkai atas diisi oleh musculus gracilis, musculus adductor longus,
musculus adductor magnus, musculus obturatorius externus dengan dipersarafi oleh nervus
obturatorius ruang fascial medial diperdarahi oleh arteri profunda femoris dan arteri
obturatoria. Ruang fascia posterior tungkai atas diisi oleh musculus biceps femoris, msculus
semitendinosus, musculus semimembranosus, dan sebagian kecil musculus adductor magnus
(otot-otot hamstring)/ dipersarafi oleh nervus ischiadicus ruang fascia posterior tungkai atas
diperdarahi oleh cabang-cabang arteri profunda femoris.4
3.2
Definisi
Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Fraktur kolum femur adalah fraktur intrakapsuler yang terjadi di femur proksimal pada
daerah yang berawal dari distal permukaan artikuler caput femur hingga berakhir di
proksimal daerah intertrokanter.5
12
Etiologi
Penyebab fraktur adalah trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut
kekuatannya melebihi kekuatan tulang, dan mayoritas fraktur akibat kecelakaan lalu lintas.
Trauma-trauma lain adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja, cidera olah raga. Trauma
bisa terjadi secara langsung dan tidak langsung. Dikatakan langsung apabila terjadi benturan
pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu, dan secara tidak langsung apabila titik
tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.6
ii.
iii.
klavikula.
Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat
mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
1. Tumor tulang (jinak atau ganas) :
13
14
2. Stage II : komplit tampa pergeseran. Sudut trabekula medial antara kaput femur dan
kolum femur 180 derajat
3. Stage III: komplit dengan pergeseran parsial. Trabekula medial kaput femur tidak
segaris dengan trabekula pelvis.
4. Stage IV : komplit, pergeseran total. Trabekula medial kaput segaris dengan trabekula
pelvis
Klasifikasi menurut Pauwel :7
1. Tipe I : fraktur dengan garis fraktur 30
2. Tipe II : fraktur dengan garis fraktur 50
3. Tipe III : fraktur dengan garis fraktur 70
Mekanisme Trauma
Fraktur kolum femur dapat disebabkan baik karena energi rendah maupun energi
tinggi. Fraktur ini pada umumnya terjadi pada pasien usia lanjut akibat trauma energi rendah,
seperti jatuh pada saat berdiri. Menurut frankel, fraktur kolum femur terjadi akibat gaya asial
melebihi gaya bending. Gangguan dinamika otot dapat meningkatkan risiko fraktur kolum
femur pada usia lanut. Energi akibat jatuh akan terserap oleh otot pada pasien usia muda,
namun tidak dapat diserap dengan baik oleh otot yang lemah pada pasien usia lanjut.
15
Mekanisme lainnya adalah akibat gaya yang berlebihan kontraksi otot pada tulang saat upaya
mendapatkan kestabilan setelah jatuh. Mekanisme lain yang juga bisa menyebabkan fraktur
adalah akibat jatuh mengenai panggul sehingga gaya langsung mengenai trokanter mayor
menimbulkan gaya aksial sepanjang kolum femur dan menyebabkan fraktur impaksi.8
Beberapa peneliti menduga bahwa ekstremitas bawah dalam posisi rotasi eksterna saat
jatuh. Saat rotasi eksterna yang ekstrim kolum femur menekan bibir acetabulum posterior,
dan berlaku seperti fulcrum sehingga konsentrasi tekanan terjadi pada daerah ini. Kombinasi
gaya aksial dan rotasi menimbulkan fraktur. Mekanisme ini dapat menerangkan bahwa
kominusi kolum femur posterior pada fraktur ini.8
3.5 Diagnosis9
a. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapatkan adanya riwayat trauma, baik yang hebat maupun
trauma ringan diikuti dengan rasa nyeri dan ketidakmampuan untuk menggunakan
ekstremitas bawah. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak
selamanya terjadi di daerah trauma dan mungkin terjadi di daerah lain. Anamnesis dilakukan
untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang
berhubungan dengan cedera tersebut. Riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial
ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat
osteoporosis serta penyakit lain. Bila tidak ada riwayat trauma, teliti apakah ada
kemungkinan fraktur patologis.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan awal perlu diperhatikan adanya tanda syok, anemia atau perdarahan,
kerusakan organ lainnya dan faktor predisposisi seperti pada fraktur patologis.
Pada pemeriksaan lokal, dilakukan tiga hal penting yakni:
Inspeksi (look)
Pada look dinilai adanya deformitas berupa angulasi, rotasi, pemendekan atau pemanjangan,
bengkak, luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur tertutup atau terbuka.
Palpasi (feel)
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada feel adalah adanya nyeri tekan, krepitasi dan temperatur
setempat yang meningkat. Pada feel juga perlu dinilai keadaan neurovaskuler pada daerah
distal trauma berupa pulsasi arteri, warna kulit, waktu pengisian kapiler dan sensibilitas.
Pergerakan (Movement)
16
Pergerakan dinilai dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan pasif
sendi proksimal dan distal dari daerah trauma. Kemudian dinilai adanya keterbatasan pada
pergerakan sendi tersebut (Range of movement).
c. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis berupa foto polos dapat digunakan untuk menentukan keadaan,
lokasi serta ekstensi fraktur. Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan prinsip rule of two:
dua posisi, dua sendi, dua anggota gerak, dua trauma, dua kali dilakukan foto.
3.7
Tatalaksana 10,11
mengalami kerusakan sehingga metabolisme sel tersebut aktif kembali. Perlu diketahui
bahwa edema tersebut akan berdampak pengurangan bahkan tidak ada sama sekali distribusi
oksigen dan material-material nutrisi ke jaringan bagian distal lesi tersebut Oleh karena itu
pengobatan kerusakan jaringan Iunak merupakan tindakan awal dan proses penyambungan
tulang.
Opsi terapi untuk fraktur femur sangat bergantung terhadap keparahan dari cidera yang
terjadi. Namun. secara garis besar terdapat dua jenis kategori terapi yaitu terapi
konservatif/non operatif dan terapi operatif. Life saving dan life limb adalah tindakan prioritas
utama pada penderita trauma multipel, mungkin keadaan pasien tidak menguntungkan untuk
dilakukan pembiusan tapi demi kehidupan penderita tindakan operasi tetapi dijalankan demi
life saving seperti perdarahan intra abdominal massive karena ruptur lien dan sebagainya.
Tindakan pembebasan jalan nafas seperti yang diterangkan sebelumnya perlu dilakukan
terhadap gangguan jalan nafas. Demikian juga penanganan sok karena perdarahan dengan
mengontrol perdarahan secara balut menekan dan resusitasi cairan kristalloid maupun
tranfusi.
Setelah tindakan life saving dan life limb diatasi, tindakan awal untuk menangani
fraktur dapat dilakukan. Tindakan awal yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan
pembidaian sementara untuk imobilisasi fraktur, selain itu dapat mengurangi rasa nyeri dan
mengurangi perdarahan. Adanya deformitas yang hebat perlu dikoreksi secara perlahan-lahan
dengan menarik bagian distal secara lembut. Pada fraktur femur terbuka, perlu dilakukan
debridement dan irigasi cairan fisiologis kemudian luka ditutup dengan kasa steril untuk
kemudian dilakukan pemeriksaan foto rongent.
1. Terapi konservatif
Terapi konservatif fraktur femur antara lain meliputi tindakan imobilisasi dengan bidai
eksterna tanpa reduksi dan reduksi tertutup dan imobilisasi dengan fiksasi kutaneus. Tindakan
ini biasanya dilakukan jika fraktur terjadi pada daerah proksimal, suprakondilar, dan corpus
femoris dengan menggunakan, Buck Extension, Weber Extensionsapparat, Well-leg traction,
atau traksi 90/90 femoral.
a. Imobilisasi dengan bidai eksterna
Indikasi: fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan seperti
fraktur femur.
b. Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna dengan menggunakan gips
Indikasi: diperlukan manipulasi pada fraktur displaced dan diharapkan dapat direduksi
dengan cara tertutup dan dipertahankan.
18
19
BAB IV
ANALISA KASUS
Dari ilustrasi kasus diatas, berdasarkan dari data anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang didapatkan serta disesuaikan dengan teori yang ada, maka
mengarah pada suatu diagnosis yaitu close fraktur kolum femur. Fraktur atau patah tulang
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa. Bilamana tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar
atau permukaan kulit atau kulit diatasnya masih utuh ini disebut fraktur tertutup ( close
fracture ).11
Collum femur adalah tempat yang paling sering terkena fraktur pada manula. Sebagian
besar pasien adalah wanita usia 80 atau 90 tahun dan kaitannya dengan osteoporosis
demikian nyata sehingga insidensi fraktur kolum femur digunakan sebagai ukuran
osteoporosis yang berkaitan dengan umur. Hal ini sesuai dengan kasus yang diangkat yaitu
perempuan dengan usia 58 tahun. 2
Pasien mengeluhkan nyeri pada paha kiri yang dirasakan terutama saat digerakkan. Ia
juga mengeluh tidak bisa berjalan semenjak jatuh. Keluhan ini sesuai dengan teori yang
mengarah ke keadaan fraktur kolum femur, berupa adanya riwayat jatuh yang diikuti nyeri
pinggul. Tungkai pasien terletak pada rotasi lateral, dan terlihat pemendekan bila
dibandingkan tungkai kiri dengan tungkai kanan. Jarak antara trochanter mayor dan spina
iliaka anterior superior lebih pendek, karena trokanter terletak lebih tinggi akibat pergeseran
tungkai ke kranial. Namun, tidak semua fraktur nampak demikian jelas. Pada fraktur yang
terimpaksi pasien mungkin masih dapat berjalan; dan pasien yang sangat lemah atau cacat
mental mungkin tidak mengeluh sekalipun mengalami fraktur bilateral.9
Untuk menegakkan diagnosis pada pasien ini dilakukan pemeriksaan rontgen regio
pelvis. Dari hasil pemeriksaan penunjang tersebut gambarannya menyerupai gambaran
fraktur kolum femur sinistra. Melihat dari data keseluruhan yang terdiri dari anamnesis,
20
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka diagnosis close fraktur femur sinistra
dapat ditegakan dan berdasarkan teori yang telah dijelaskan. 9
Operasi THR
Terapi operasi hampir harus dilakukan. Fraktur yang bergeser tidak akan menyatu
tanpa fiksasi internal, dan bagaimanapun juga manula harus bangun dan aktif tanpa ditunda
lagi kalau ingin mencegah komplikasi paru dan ulkus decubitus. Fraktur yang terimpaksi
dapat dibiarkan menyatu,tetati selalu terdapat resiko pergeseran pada fraktur itu, sekalipun
berada di tempat tidur, jadi fiksasi akan lebih aman. 10
Pada fraktur collum femoris pada orang tua karena terjadi nekrosis avaskuler dari
fragmen, maupun non union, sehingga dilakukan pemasangan protesis, yaitu alat dengan
komposisi metal tertentu untuk menggantikan jaringan tulang yang nekrosis. Hal ini juga
dilakukan pada pasien ini, yaitu dilakukannya operasi total hip replacement. Pengantian
pinggul total: mungkin lebih baik 1. Kalau terapi telah tertunda selama beberapa minggu dan
di curigai ada kerusakan acetabulum 2. Pasien dengan penyakit metastatik atau penyakit
Paget.10
21
BAB V
KESIMPULAN
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur kolum femur adalah fraktur
intrakapsuler yang terjadi di femur proksimal pada daerah yang berawal dari distal
permukaan artikuler caput femur hingga berakhir di proksimal daerah intertrokanter. Insiden
fraktur kollum femur meningkat dengan usia, dan setelah 50 tahun adalah dua kali lipat untuk
setiap periode dekade berikutnya, dan 2-3 kali lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada
pria. 80% dari patah tulang pinggul terjadi pada perempuan dan 90% pada orang yang lebih
tua dari 50 tahun. Peningkatan insiden pada kejadian usia tertentu yang mungkin disebabkan
oleh osteoporosis, volume otot berkurang dan respon neuromuskular. Selain itu, banyak
pasien dalam kondisi lemah terus beraktivitas , bahkan setelah penyakit serius, operasi dan
pengobatan patah tulang. Mendiagnosis close fraktur femur dapat dilakukan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan penunjang. Ada dua metode penanganan fraktur leher femur, yaitu
konservatif dan operatif. Pengobatan operatif hampir selalu dilakukan baik pada orang
dewasa muda ataupun pada orangtua
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Orlin Filipov,Epidemiology and social burden of femoral neck fractures, Department
of Geriathic orthopedics, Vitosha Hospital - Sofia, Bulgaria ,Journal of IMAB. 2014,
vol. 20, issue 4
2. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Erlangga;
2006.p.85
3. American College of Surgeon Committee of Trauma (ACSCOT). Advanced Trauma
Life Support for Doctor. Chicago: ATLS Student Course Manual. 2008.
4. Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: ECG.2005
5. Anonim. Fraktur collum femur. In: Mansjoer A,Wardhani WI, Setiowulan W.
Kapitaselekta kedokteran. Edisi ke-3 (2). Jakarta: Media Aesculapius FKUI;
2000.p.355-6.
6. Staff pengajar bagian ilmu bedah FKUI Jakarta. Kumpulan kuliah ilmu bedah.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI; 2004.p.484-7
7. Rosenthal RE. Fracture and Dislocation of the Lower Extremity. In: Early Care of
theInjured Patient, ed IV. Toronto, Philadelphia: B.C. Decker;2000
8. Simbardjo, joko. Fraktur ekstremitas bawah. Dalam Kumpulan kuliah ilmu
bedah. Jakarta : Binarupa Aksara Publisher.
9. Weissleder, R., Wittenberg, J., Harisinghani, Mukesh G.,
Musculoskeletal Imaging in Primer of
Chen, John W.
23
11. Aukerman,
Douglas
F.
Femur
Injuries
and
Fractures. Citet
24
from