Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRAK
Pendahuluan: biomarker dapat berguna untuk mengidentifikasi atau mengetahui
terjadinya sepsis, mengidentifikasi pasien untuk mendapatkan terapi yang spesifik
atau mengetahui respons dari sebuah terapi.
Metode: Telah dilakukan pencarian secara elektronik pada database PubMed
dengan menggunakan kata kunci sepsis dan biomarker untuk mengidentifikasi
penelitian klinis maupun eksperimental yang mengevaluasi biomarker untuk
sepsis.
Hasil: Pencarian mendapatkan 3370 referensi yang mencakup 178 biomarker yang
berbeda.
Kesimpulan: Banyak biomarker yang telah dievaluasi penggunaanya pada sepsis.
Sebagian besarnya telah diuji secara klinis, sebagai penentu prognosis dari sepsis,
dan separuhnya telah digunakan untuk diagnosis.Tidak ada yang mempunyai
spesifitas ataupun sensitivitas yang cukup untuk digunakan secara rutin dalam
praktek klinis. PCT dan CRP merupakan yang paling banyak digunakan, namun
tetap mempunyai kemampuan yang terbatas untuk membedakan sepsis dari proses
inflamasi yang lain.
PENDAHULUAN
Sepsis adalah penyebab utama kematian pada pasien dengan sakit berat walaupun
sudah banyak ditemukan penggunaan antibiotik dan terapi resusitasi (1). Respon
sepsis adalah rangkaian proses sangat komplek yang meliputi proses inflamasi dan
anti-inflamasi, reaksi humoral dan seluler serta abnormalitas sirkulasi (2,3).
Diagnosis sepsis dan evaluasi nya memiliki kerumitan yang tinggi mengingat
banyaknya tanda dan gejala dari sepsis (4).
teridentifikasi,
dilakukan
pencarian
lagi
pada
database
Medline
Dievaluasi pada
penelitian
eksperimental
GRO-alpha [49,50]
Dievaluasi
pada
penelitian
klinis
C (m)
Dievaluasi
sebagai
faktor
prognosis
HMGB-1 (High
mobility group-box 1
protein) [51,52]
IL-1 reseptor antagonis
[53-55]
IL-1 [56,57]
IL-2 [58]
IL-4 [59]
C (s)
IL-6 [48,60]
IL-8 [61,62]
IL-10 [63-65]
B
B
***
**
Keterangan
selama 28 hari
Memprediksi timbulnya
sepsis post operasi
IL-13 [68,69]
B (s)
A
**
Tampak diantara kelompok
inhibitory factor (MIF)
yang bertahan dengan yang
[42,73]
tidak bertahan selama 28 hari
Monocyte chemotactic
B
*
Tampak diantara kelompok
protein (MCP)-1 and 2
yang bertahan dengan yang
[42,74]
tidak bertahan selama 28 hari
Osteopontin [75]
B
Meningkat pada sepsis yang
disertai dengan kesehatan
yang terkontrol
Rantes [76,77]
B
Meningkat pada sepsis yang
disertai dengan kesehatan
yang terkontrol
TNF [78,79]
PEMBAHASAN
Beragam biomarker telah diajukan pada sepsis, lebih banyak dari biomarker
penyakit lain; sebagai contoh: studi pada pasien dengan infark miokard
menemukan 14 biomarker yang cocok untuk mendiagnosis dan menentukan
prognosis (17) dan pada pasien dengan penyakit Alzheimer hanya 8 biomarker
yang dapat teridentifikasi (18). Perbedaan yang besar dalam jumlah biomarker
untuk sepsis dikarenakan begitu kompleksnya patofisiologi dari sepsis, yang
meliputi banyak mediator inflamasi (19). juga mekanisme patofisiologi lainnya.
Koagulasi, komplemen, aktivasi sistem kontak, inflamasi dan apoptosis adalah
bagian dari proses sepsis; dangkan n pembagian marker untuk setiap bagian dari
proses telah dipaparkan (Tabel 1 sampai 9). Sebagai tambahan, riwayat sistemik
sepsis dan begitu banyaknya jenis sel, jaringan dan organ yang terlibat menambah
jumlah kandidat biomarker potensial; dibandingkan proses penyakit yang hanya
melibatkan satu organ atau lebih terlokalisir.
Menjadi menarik untuk dicatat bahwa kebanyakan biomarker baru diuji secara
klinis dan belum secara eksperimental. Hal ini dikarenakan kesulitan dalam
membuat model eksperimen yang secara akurat merefleksikan semua aspek dari
sepsis pada manusia, masalah dalam perbedaan spesies, dan masalah dalam
menentukan titik akhir dari studi hewan coba. Dan juga, respons sepsis bervariasi
waktunya, dimana waktu yang tepat pada setiap biomarker bervariasi, dan inilah
kesulitannya dalam menentukan model eksperimen yang cocok. Bagaimanapun,
selama tidak ada standar baku dalam diagnosis sepsis, efektifitas dari biomarker
memerlukan perbandingan dengan metode yang dipakai sekarang untuk diagnosa
dan memantau sepsis pada praktek klinis sehari-hari, dengan menkombinasi tanda
klinis dan pemeriksaan laboratorium (20); dimana model eksperimental tidak
dapat digunakan.
Studi kami menunjukkan bahwa banyak biomarker potensial untuk sepsis yang
telah digunakan rutin pada studi klinis. Sebagian marker membutuhkan waktu,
tenaga, dan biaya untuk diukur. Sebagian lainnya sudah digunakan secara rutin
untuk kegunaan yang lain dan mudah didapatkan, seperti tes koagulasi atau
konsentrasi kolesterol. Pada banyak kasus, reliabilitas dan validitas biomarker
yang digunakan belum teruji (8). Dari sekian banyak biomarker, protein fase akut
paling banyak digunakan secara luas. PCT telah digunakan beberapa tahun
terakhir. Spesifitas dan sensitivitas PCT untuk diagnosis sepsis masih rendah
(dibawah 90%) (21,22). Kenaikan level PCT juga dapat ditemukan pada kondisi
lain yang berkaitan dengan respon inflamasi seperti trauma (23) operasi bedah
(24), dan bedah jantung (25). Walaupun CRP sering dilaporkan lebih inferior
dibandingkan dengan PCT dalam diagnosis sepsis, namun lebih sering digunakan
dalam praktek klinik karena ketersediannya yang mudah didapat. Kenaikan
konsentrasi serum CRP memiliki korelasi dengan kenaikan resiko gagal organ
dan kematian (26). Dan studi tentang hal ini sangat bermanfaat untuk
mengevaluasi respon dari terapi pada pasien sepsis (11).
Tabel 2. Biomarker petanda sel yang diidentifikasi pada sumber literatur
(dengan beberapa pilihan referensi)
Petanda Sepsis
Dievaluasi Pada
Penelitian
Eksperimental
CD 10 [80,81]
Dievaluasi
Pada
Penelitian
Klinis
A
CD11b [82,83]
B (s)
CD11c [84]
CD18 [86]
CD25 (cellular and
soluble) [87]
Dievaluasi
Sebagai
Faktor
Prognosis
Keterangan
Berhubungan dengan
APACHE II dan nilai SOFA
CD69 [92]
A
Tinggi pada sepsis yang
disertai dengan kesehatan
yang terkontrol
CD80 [88]
B
Memprediksi perkembangan
dari syok septik
CD163 (soluble) [93]
C
APACHE: acute physiology and chronic health evaluation; SOFA: sequential organ failure
assesment.
Golongan bahan lain yang dapat digunakan sebagai biomarker potensial adalah
sitokin. Sitokin adalah mediator penting dalam patofisiologi sepsis, dan
meningkat secara cepat pada onset sepsis. Pada studi klinis, kadar TNF dan IL-10
meningkat dalam 24 jam pertama pada pasien sepsis (27). Tapi, konsentrasi
sitokin dalam darah jarang meningkat dan waktunya juga
CC chemokine receptor
(CCR) 2 [95]
CCR 3 [96]
Dievaluasi Pada
Penelitian
Eksperimental
Dievaluasi
Pada
Penelitian
Klinis
Dievaluasi
Sebagai
Faktor
Prognosis
Keterangan
C5L2 [97]
CRTh2 [98]
FLT-1 (soluble)
[101,102]
GP 130 [103]
B (m)
A(s)
Toll-like receptor
(TLR) 2 and 4 [109]
Transient receptor
potential vanilloid
(TRPV) [110]
TREM-1 (soluble)
[111,112]
TNF-receptor (soluble)
B
[113]
Urokinase type
C (m)
plasminogen activator
receptor (uPAR)
(soluble) [114]
*sensitivitas dan spesifisitas kurang dari 90%; A, penelitian klinis denga pasien kurang dari 20; B,
penelitian klinis dengan pasien 20-50; C, penelitian klinis dengan pasien lebih dari 50; (s), hanya
pasien operasi;.
APACHE: acute physiology and chronic health evaluation; MOF: multiple organ failure; TERM:
triggering receptor expressed on myeloid cell; RAGE: receptor for advanced glycation andproducts.
Dievaluasi Pada
Dievaluasi
Dievaluasi
Keterangan
Spenelitian
Eksperimental
Antithrombin [115]
Pada
Penelitian
Klinis
B
Sebagai
Faktor
Prognosis
**
Memprediksi respon
terhadap terapi
Plasminogen activator
B
C
*
Tampak diantara kelompok
[ 120,121]
yang bertahan dengan yang
tidak bertahan selama 28
hari
Thrombomodulin
Memprediksi perkembangan
[122,123]
dari MOF, DIC, dan respon
terhadap terapi
*sensitivitas dan spesifisitas kurang dari 90%; ** sensitivitas lebih dari 90% tetapi spesifitas
kurang dari 90%; A, penelitian klinis dengan pasien kurang dari 20; B, penelitian klinis dengan
pasien 20-50; C, penelitian klinis dengan pasien lebih dari 50.
APACHE: acute physiology and chronic health evaluation; DIC: disseminated intravascular
coagulopathy; MOF: multiple organ failure; TERM: triggering receptor expressed on myeloid
cell; PT: prothrombin time; PF: platelet time; TAT: thrombin-antithrombin complex.
ADAMTS-13
[124,125]
Angiopoietin ( 1 and 2)
Dievaluasi Pada
Penelitian
Eksperimental
Dievaluasi
Pada
Penelitian
Klinis
B
Dievaluasi
Sebagai
Faktor
Prognosis
Keterangan
[126]
Endocan [127,128]
Endothelial leukocyte
adhesion
molecule (ELAM)-1
(cellular and
soluble) [129,130]
Endothelial progenitor
cells (cEPC) [131]
B (s)
Intracellular adhesion
molecule (ICAM)-1
(soluble) [38]
Laminin [132]
Neopterin [133,134
Platelet-derived growth
factor (PDGF)-BB
[135]
E-Selectin (cellular
and soluble)
[123,136]
L-Selectin (soluble)
[137]
P-Selectin [138]
Vascular cell adhesion
molecule
(VCAM)-1 [139,140]
Vascular endothelial
growth factor
(VEGF) [141,142]
B (m)
10
Adrenomedullin
and proadrenomedullin
[145,146]
Anandamide [ 147]
Angiotensin
converting enzyme
(ACE) (activity and
serum)
[148,149]
2arachidonoylglycer
ol [150]
Dievaluasi
Pada Penelitian
Eksperimental
C (m)
C-type natriuretic
peptide (CNP)
[152]
47 kD HK [158]
Neuropeptide Y
[ 159,160]
A (m)
C(s)
B (m)
Keterangan
Prediksi terhadap
perkembangan syok
septik
Meningkat pada sepsis
dihubungkan dengan
kesehatan yang
terkontrol
Meningkat pada sepsis
dihubungkan dengan
kesehatan yang
terkontrol
Elastin [155]
cGRP [156,157]
Dievaluasi
Sebagai
Faktor
Prognosis
*
Copeptin [151]
Cycling
nucleotides
[ 153,154]
Dievaluasi
Pada
Penelitian
Klinis
B
11
C (s)
dengan kesehatan
terkontrol
Prediksi perkembangan
dari syok septik
Tampak diantara
kelompok yang bertahan
dengan yang tidak
bertahan selama 28 hari
(hanya memprediksi fase
akhir dari sepsis, 2 hari
sebelum meninggal)
Tetrahydrobiopteri
A
Meningkat pada sepsis
n [164,165]
yang dibandingkan
dengan pasien sakit
kritis tanpa sepsis
Vasoactive
A
Meningkat pada sampel
intestinal peptide
jaringan dari pasien
(VIP) [166,167]
dengan peritonitis
dibandingkan dengan
yang tidak peritonitis
*sensitivitas dan spesifisitas kurang dari 90; A, penelitian klinis dengan pasien kurang dari 20; B,
penelitian klinis dengan pasien 20-50; C, penelitian klinis dengan pasien lebih dari 50; (s): hanya
pasien operasi; (m): hanya pasien medik.
APACHE: acute physiology and chornic health evaluation; cGRP: calcitonin gene-related peptide;
HK: high-molecular weight kininogen.
Table 7 Biomarkers dari dysfungsi organ yang diidentifikasi dari literatur (dengan referensi
pilihan)
Petanda Sepsis
Dievaluasi
Pada
Penelitian
Ekspeime
ntal
Atrial natriuretic
peptide (ANP)
[168,169]
Brain natriuretic
peptide (BNP)
[170-172]
*
*
Carbomyl phosphate
synthase
(CPS)-1 [173]
Endothelin-1 and
pro-endothelin1 [174-177]
12
Filterable
cardiodepresa
nt substance
(FCS) [178]
Gc-globulin [179]
Glial fibrillary acidic
protein (GFAP)
alpha glutathione Stransferase
(GST)
[181]
Hepatocyte
growth factor
(HGF)
MEGX (cellular
test [184,185]
C
(
s
B
Myocardial
angiotensin
NSE [187] II [186]
Pancreatitisassociated
protein-I
Pre B cell[188]
colony-
enhancing factor
(PBEF)
Protein[189]
S-100b
Prediksi
pembangunan
dari MOF
Meningkatpada syok
sepsis
C
(
mA
Memprediksi
respon dari
terapi
Berhubungan
dengan SAPS II
B
Berhubungan
dengan SOFA
scores
[187,190]
Surfactant
protein (A, B, C,
D) [191,192]
Troponin [193]
dibandingkan d e n g a n
kontrol kesehatan
B
Tampak di antara
survivors dan nonsurvivors pada 28 days,
*sensitivitas dan spesificitas kurang dari 90%; **sensitivitas lebih dari 90% tapi spesifitas kurang
dari 90%; A,Studi klinis dengan kurang dari 20 patients; B, Studi klinis dengan 20sampai 50
patients; C, Studi klinis dengan lebih dari 50 pasien; (s), pasien bedah saja; (m), medical pasien
saja .
APACHE: acute physiology and chronic health evaluation; MEGX: monoethylglycinexylidide;
MOF: multiple organ failure; NSE: neuron-specific enolase; SAPS:
simplified acute physiology score; SOFA: sequential organ failure assessment.
Tabel 8. Biomaker Protein Fase Akut di Identifikasi Dalam Pencarian Literatur (dengan
beberapa Refrensi yang dipilih)
Sepsis Marker
Evalusi pada
Evalusi pada Evalusi pada
Komentar
Kajian percobaan Percobaan KlinisFaktor Perkiraan
Serum amyloid A (SAA)
B(s)
berkolaborasi dengan CRP
pada
[194,195]
pasien dengan syok septik
Ceruloplasmin [196,197]
pada
13
Ferritin (200)
dan
B(m)
SOFA
Alpha1-acid glycoprotein
dan
[201,202]
SOFA
Hepcidin [203]
control
yang sehat dan pasien
dengan
gagal ginjal kronis
lipopolysaccharide binding
protein (LBP) [39,204)
ada
C(s)
Prognostic
Procalcitonin [21,134,205]
Pentraxin 3 [206,207]
dan
*
meningkat pada sepsis
dibandingkan dengan pasien
non-infeksi
APACHE II
* Sensitivitas dan spesifisitas kurang dari 90%, A, studi klinis dengan kurang dari 20 pasien, B,
studi klinis dengan kurang dari 20 sampai 50 pasien, C, studi klinis dengan lebih dari 5o pasien;
(s), pasien bedah saja; (m), pasien medis saja.
APACHE: fisiologi akut dan evaluasi kesehatan kronis, SOFA: sekuensial penilaian kegagalan
organ.
Diagnostis awal sepsis juga merupakan isu penting sebagai lembaga awal terapi
yang tepat, termasuk antibiotik, dikaitkan dengan hasil yang lebih baik. kami
mengidentifikasi 16 faktor yang telah dievaluasi secara khusus untuk diagnosis
dini sepsis;lima ini telah melaporkan sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 90%.
14
IL-12 pertama kali dicurigai secara klinis dan lebih tinggi pada pasien dengan
sepsis dibanding mereka yang tanpa sepsis. interferon diinduksi protein 10 (IP-10)
lebih tinggi pada neonatus dengan sepsis dan necrotizing enterocolitis
dibandingkan pada neonatus yang hanya necrotizing enterocolitis. kedua
biomarker belum dievaluasi untuk tujuan ini pada orang dewasa. Kelompok II
fosfolipase 2 (PLA2-II) dilaporkan memiliki sensitivitas tinggi dan spesifisitas
untuk diagnosis bakteremia pada pasien orang dewasa yang sakit kritis dalam
waktu 24 jam setelah masuk. CD64 memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi untuk diagnosis dini sepsis pada orang dewasa, tapi tidak bisa diandalkan
membedakan virus dari infeksi bakteri, atau infeksi lokal dari sepsis sistemik.
neutrofil CD11b bisa membedakan pasien anak septik dari orang-orang dengan
infeksi mungkin dengan sensitivitas dan spesifisitas yang baik. sensitivitas dan
spesifisitas 11 biomarker lain yang digunakan untuk mendiagnosa sepsis awal
tidak dilaporkan atau kurang dari 90%.
Biomarker
dapat
lebih
berguna
untuk
menyingkirkan
sepsis
daripada
15
terhadap terapi. diketahui bahwa tingkat infeksi dan tingkat keparahan kegagalan
organ memiliki dampak yang signifikan terhadap prognosis pasien dengan sepsis.
tambahan, respon terhadap terapi bervariasi antara pasien. Baru-baru ini, model
PIRO telah diusulkan sebagai cara stratifikasi pasien sepsis sesuai dengan kondisi
predisposisi mereka, keparahan infeksi, respon terhadap terapi dan derajat
disfungsi organ. di masa mendatang, biomarker sepsis dapat berkontribusi untuk
klasifikasi bukan hanya digunakan sebagai penanda prognostik.
Sepsis Marker
Alpha2 macrogobulin
[196.208]
Albumin [209]
Evalusi pada
Kajian percobaan
Evalusi pada
Percobaan Klinis
Evalusi pada
Faktor Perkiraan
Komentar
Anti-endotoxin core
Antibodies (EndoCab) [210]
Apolipoprotein Cl [211,213]
Bcl-2 [214]
Beta-thromboglobulin [215]
Caspase-1 [216]
Ceramide [217]
Cholesterol [218]
B(m)
dipeptidylpeptidase [224]
parah
Complement (C3,C4,C5a
Levels) [219,220]
Terminal complement
Complex [221]
septic
16
Kritis III
Eicosanoid [226,227]
SAPS,
A(s)
Elastase [228,229]
pada
C(s)
Elastase-a1-antytrisin
Complex [230,231]
Erythropoietin [232]
pada
pasien dengan syok septik
berkorelasi dengan laktat level
F2 isoprostanes [233]
B(m)
B(s)
Gelsolin [238]
Ghrelin [239,240]
HDL cholesterol
Hyaluronan [248,249]
C(s)
C(m)
17
Inter-alpha inhibitor
MOF
Proteins (IaIphalp) [251]
IP-10 [30]
Lactate [253-254]
Lactoferrin [255,256]
C(s)
Leptin [240,257]
lebih
B(s)
Matrix-metalloproteinase
(MMP)-9 [259]
Nociceptin/orphanin FQ
(N/OFQ) [262]
Neurotensin [260]
peptidoglycan [265]
dibanding
B(s)
18
PIGF [266]
MOF
Plasma fibronectin (270)
disbanding
Plasmin alpha2-antiplasmin
MOF
Complex [271]
Renin [272]
laktat pada
Resistin [273]
APACHE II
parah
Selenium [274]
pada
Selenoprotein P [275]
dibanding
A(m)
Sphingomyelinase (enzime
Activity) [277]
parah
Sulfite [278]
B(m)
A(m)
TIMP-3 [281]
Uric acid [282]
operasi
C(s)
19
B(s)
* Sensitivitas dan spesifisitas kurang dari 90%; ** Sensitivitas lebih dari 90% tetapi spesifisitas kurang dari
90%; Sebuah studi klinis dengan kurang dari 20 pasien, B, studi klinis dengan kurang dari 20 sampai 50
pasien, C, studi klinis dengan lebih dari 5o pasien; (s), pasien bedah saja; (m), pasien medis saja.
APACHE: fisiologi akut dan evaluasi kesehatan kronis, G-CSF, koloni granulosit stimulating factor, GMCSF: granulosit makrofag koloni stimulating factor, MOF, kegagalan organ multiple, NF-kB: faktor nuklir
kappa B; PIGF: faktor pertumbuhan plasenta; SAPS : disederhanakan skor akut physilogi, SOFA: sekuensial
penilaian kegagalan organ, TIMP: inhibitor jaringan metaloproteinase
Telah adanya biomarker, oleh karena itu, cukup untuk menjadi bantuan besar bagi
dokter dalam praktek klinis sehari-hari. karena setiap biomarker memiliki
sensitivitas dan spesifisitas yang terbatas, mungkin menarik untuk
menggabungkan beberapa biomarker, namun, hipotesis ini memerlukan studi lebih
lanjut. sebuah studi klinis menunjukkan bahwa kombinasi aPTT gelombang
dengan PCT meningkatkan spesifisitas gelombang aPTT dalam diagnosis sepsis.
Studi menggunakan panel biomarker sepsis juga telah menyediakan hasil yang
menggembirakan. keefektifan biaya dari semua metode ini juga harus dievaluasi.
Dalam penelitian ini, kami mencoba untuk mengkategorikan biomarker sepsis
sesuai dengan peran mereka dalam patofisiologi sepsis.
Tabel 10. Biomarker yang telah diinilai untuk digunakan dalam diagnosis sepsis
Sepsis Biomarker
Clinical
Study
Type of
Measurement
Outcome
aPTT**[35]
CD11b***[33]
CD25 [87]
EA Complex [230]
C(s)
Endocan [127]
20
[136]
10 Fibrin degradation products [36]
11 Gas6 [241]
12 G-CSF [237]
13 Gelsolin [238]
B(s)
15 IL-8* [61]
16 IL-10 [65]
17 IL-12*** [29]
18 IL-18 [70]
B(s)
19 IP-10*** [30]
20 Laminin [38]
21 LBP [204]
22 MCP-1 [61]
pasien
anak neutropenic
23 NO, Nitrate, Nitrite [161]
24 Osteopontin [75]
25 PAI-1 [118]
26 Pentraxin 3 [207]
27 Peptidoglycan [262]
B(s)
28 pFN [270]
21
34 Troponin [193]
* Sensitivitas dan spesifisitas kurang dari 90%; ** Sensitivitas lebih dari 90% tetapi spesifisitas kurang dari
90%; *** Sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 90%; A, Sebuah studi klinis dengan kurang dari 20 pasien, B,
studi klinis dengan kurang dari 20 sampai 50 pasien, C, studi klinis dengan lebih dari 5o pasien; (s), pasien
bedah saja; (m), pasien medis saja; s, nilai tunggal, c, nilai dari waktu ke waktu.
aPTT: diaktifkan waktu tromboplastin parsial, ARDS: sindrom gangguan pernapasan akut, CRP: protein Creaktif, DIC: disebarluaskan koagulopati intravaskular, EA: elastase alpha 1-proteinase inhibitor, ELAM:
endotel molekul edhesion leukosit; G-CSF, koloni granulosit stimulating faktor; IP: interferon diinduksi
protein, LBP: protein lipopolisakarida mengikat, MCP: protein chemotactic monosit, NO: oksida nitrat, PAI:
penggerak zat yg mencegah pertumbuhan plasminogen; pFN: plasma fibronektin; PLA2: phospholipase A2;
SIRS: sindrom respon inflamasi sistemik; TREM: memicu reseptor diekspresikan pada sel-sel myeloid.
22
biomarker yang ideal tunggal akan ditemukan. kombinasi dari beberapa biomarker
sepsis mungkin lebih efektif, tetapi hal ini membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
KATA KUNCI
Lebih dari 170 biomarker yang berbeda telah dinilai untuk menggunakan
potensi dalam sepsis, lebih untuk prognosis daripada diagnosis.
Tidak memiliki kekhususan atau sensitivitas yang cukup untuk secara rutin
digunakan dalam praktek klinis.
Kombinasi beberapa biomarker mungkin lebih efektif dari biomarker tunggal,
TINJAUAN PUSTAKA
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
12. Clyne B, Olshaker JS: The C-reactive protein. J Emerg Med 1999, 17:1019-1025.
13.
Nakamura A, Wada H, Ikejiri M, Hatada T, Sakurai H, Matsushima Y,
Nishioka J, Maruyama K, Isaji S, Takeda T, Nobori T: Efficacy of procalcitonin in the early diagnosis of bacterial infections in a
critical care unit. Shock
2009, 31:591.
Luzzani A, Polati E, Dorizzi R, Rungatscher A, Pavan R, Merlini A:
Comparison of procalcitonin and C-reactive protein as markers of sepsis.
Crit Care Med 2003, 31:1737-1741.
Tang BM, Eslick GD, Craig JC, McLean AS: Accuracy of procalcitonin for sepsis diagnosis in critically ill patients: systematic
review and meta- analysis. Lancet Infect Dis 2007, 7:210-217.
Giamarellos-Bourboulis EJ, Giannopoulou P, Grecka P, Voros D,
Mandragos K, Giamarellou H: Should procalcitonin be introduced in the diagnostic criteria for the systemic inflammatory
response syndrome and sepsis?. J Crit Care 2004, 19:152-157.
Penttila I, Penttila K, Rantanen T: Laboratory diagnosis of patients with acute chest pain. Clin Chem Lab Med 2000, 38:187197.
Tang BL, Kumar R: Biomarkers of mild cognitive impairment and
Alzheimers disease. Ann Acad Med Singapore 2008, 37:406-410.
Marshall JC, Vincent JL, Fink MP, Cook DJ, Rubenfeld G, Foster D, Fisher CJ Jr, Faist E, Reinhart K: Measures, markers, and
mediators: toward a
staging system for clinical sepsis. A report of the Fifth Toronto Sepsis Roundtable, Toronto, Ontario, Canada, October 2526, 2000. Crit Care Med 2003, 31:1560-1567.
Levy MM, Fink MP, Marshall JC, Abraham E, Angus D, Cook D, Cohen J, Opal SM, Vincent JL, Ramsay G: 2001
SCCM/ESICM/ACCP/ATS/SIS
International Sepsis Definitions Conference. Crit Care Med 2003,
31:1250-1256.
Ugarte H, Silva E, Mercan D, de Mendonca A, Vincent JL: Procalcitonin
used as a marker of infection in the intensive care unit. Crit Care Med
1999, 27:498-504.
Suprin E, Camus C, Gacouin A, Le Tulzo Y, Lavoue S, Feuillu A, Thomas R: Procalcitonin: a valuable indicator of infection in a
medical ICU?. Intensive Care Med 2000, 26:1232-1238.
Mimoz O, Benoist JF, Edouard AR, Assicot M, Bohuon C, Samii K: Procalcitonin and C-reactive protein during the early
posttraumatic systemic inflammatory response syndrome. Intensive Care Med 1998,
24:185-188.
24