Вы находитесь на странице: 1из 10

ISOLASI DAN KARAKTERISASI MIROBA KITINOLITIK ASAL

RHIZOSFER TANAMAN MENGGUNAKAN EKSTRAK RAJUNGAN


Nasrul Harahap,Dewi Firnia, Hanim Rahayuani Ratnaningsih, Layli Mutmainnah
Mahasiswa Pascasarjana IPB
Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Abstrak
Kitin merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui kembali (renewable)
dan dapat diekstrak dari limbah kepiting dan limbah udang. Kepiting mengandung
persentase kitin paling tinggi (70%) diantara bangsa-bangsa krustasea, insekta,
cacing maupun fungi. Limbah rajungan cukup tinggi berupa 57% cangkang dan
3% body reject atau rata-rata 27.360 kg cangkang kering per bulan (Sugihartini
2001). Kemudian Angka dan Suhartono (2000) menambahkan bahwa limbah
rajungan mengandung 25% bahan padat dan 25% dari padatan tersebut adalah
kitin. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi tepung cangkang
rajungan yang paling sesuai untuk produksi kitinase. Penelitian dilaksanakan
selama 4 bulan, dimulai dari bulan September 2016 sampai dengan bulan
Desember 2016. Sampel tanah diambil dari rhizosfer tanaman Hortikultara yaitu
Tomat, Cabai, Kacang tanah dan Pisang di Desa Situgede Kabupaten Bogor.
Isolasi dan karakterisasi bakteri dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanah
dan Lingkungan IPB. Tahapan penelitian dimulai dari Pembuatan kitin;
Pembuatan Koloidal Kitin; Media seleksi Bakteri Kitinolitik; Media produksi
kitinase; Produksi enzim kitinase; dan Karakterisasi dan Identifikasi bakteri
kitinase. Hasil penelitian diperoleh satu isolat bakteri terbaik yang mampu
menghasilkan enzim kitinase yang ditemukan dari rhizosfer tanaman Talas.
Terlihat pada Zona bening yang terbentuk disekitar koloni disebabkan karena
isolat bakteri tersebut menghasilkan enzim kitinase. Aktivitas kitinase dapat
menguraikan kitin yang terdapat pada media agar, sehingga media yang berada
disekitar koloni berwarna bening. Hasil karakterisasi isolat mempunyai kimiripan
dengan genus Bacillus.
Kata Kunci : Kitin, Kepiting, Bakteri Kitinase

Pendahuluan
Sebagai negara megabiodiversitas,
Indonesia mempunyai potensi besar
isolat yang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan ilmu pengetahuan dan
industri
dengan
memanfaatkan
enzim-enzim kitinase yang tersebar

mulai dari bakteri, fungi, serangga,


tumbuhan, dan hewan yang sangat
berpotensi menghasilkan kitin dan
produk turunannya seperti kitosan
(Haliza dan Suhartono, 2012).
Kitin merupakan sumberdaya alam

yang dapat diperbaharui kembali


(renewable) dan dapat diekstrak dari
limbah kepiting dan limbah udang.
Kepiting mengandung persentase
kitin paling tinggi (70%) diantara
bangsa-bangsa krustasea, insekta,
cacing maupun fungi . Rajungan
(Portunus pelagicus) merupakan
salah satu jenis kepiting laut yang
banyak terdapat diperairan di
Indonesia dan menjadi salah satu
komoditas unggulan untuk ekspor.
Permintaan komoditi ini dalam
bentuk segar, beku, maupun produk
kalengan terus meningkat setiap
tahun. Pada Tahun 1998 produk
ekspor rajungan telah mencapai
9.162 ton dalam bentuk daging (BPS,
1998). Limbah rajungan cukup tinggi
berupa 57% cangkang dan 3% body
reject atau rata-rata 27.360 kg
cangkang
kering
per
bulan
(Sugihartini 2001).
Kemudian
Angka dan Suhartono (2000)
menambahkan
bahwa
limbah
rajungan mengandung 25% bahan
padat dan 25% dari padatan tersebut
adalah kitin.
Enzim
kitinase
mampu
mendegradasi kitin. Kitinase banyak
dihasilkan oleh berbagai organisme
seperti bakteri, fungi, tumbuhan
tingkat tinggi, dan hewan. Organisme
ini biasanya memiliki beragam gen
kitinase yang ekspresinya diinduksi
oleh
ekstraseluler
kitin
dan
derivatnya. Pada hewan, kitinase
digunakan untuk mengkonversi kitin
menjadi monomer atau oligomernya.
Kitinase juga dimanfaatkan oleh
bakteri untuk asimilasi kitin sebagai
sumber karbon dan nitrogen (Tsujibo
et al., 1999).
Sejumlah besar
organisma memiliki enzim yang
mampu menurunkan kitin fibril dan
dikenal secara kolektif sebagai

kitinase (Inbar & Chet, 1991).


Penelitian Asmarany (2011) berhasil
mengisolasi isolat 26 bakteri
kitinolitik indigenous limbah udang.
Aktinomisetes merupakan kelompok
bakteri berfilamen yang jumlahnya
melimpah di tanah. Mikroorganisme
ini
secara
aerobik
mampu
mendegradasi
senyawa-senyawa
yang sukar didegradasi seperti kitin
(Brzezinska, 2014).
Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan konsentrasi tepung
cangkang rajungan yang paling
sesuai untuk produksi kitinase,
sehingga penelitian ini diharapkan
dapat
memberikan
alternatif
pemanfaatan
limbah
cangkang
rajungan sebagai media produksi
kitinase.
Bahan dan Metode
Penelitian dilaksanakan selama 4
bulan, dimulai dari bulan September
2016 sampai dengan bulan Desember
2016. Sampel tanah diambil dari
rhizosfer tanaman Hortikultara yaitu
Tomat, Cabai, Kacang tanah dan
Pisang di Desa Situgede Kabupaten
Bogor. Isolasi dan karakterisasi
bakteri dilakukan di Laboratorium
Bioteknologi Tanah dan Lingkungan
IPB .Bahan yang digunakan adalah :
1) bahanbahan untuk isolasi dan
Karekterisasi mikroba kitinase, 2)
bahanbahan untuk uji Morfologi
dan fisiologis mikroba kitinase, 3)
bahan-bahan untuk pembuatan media
kitin,
4)
bahan-bahan
untuk
pembuatan koloidal kiti, 5) bahanbahan untuk Media produksi
kitinase, 6) Bahan-bahan untuk
Pengujian aktivitas kitinase dan
Karakterisasi enzim kitinase. Alat
yang digunakan adalah : 1) Alat-alat

untuk isolasi dan Karekterisasi


mikroba kitinase, 2) Alat-alat untuk
uji Morfologi dan fisiologis mikroba
kitinase,
3)
Alat-alat
untuk
pembuatan media kitin, 4) Alat-alat
untuk pembuatan koloidal kiti, 5)
Alat-alat untuk Media produksi
kitinase, 6) Alat-alat untuk Pengujian
aktivitas kitinase dan Karakterisasi
enzim kitinase
Prosedur Kerja
Pembuatan kitin
Sampel yang digunakan dalam
pembuatan kitin adalah limbah
cangkang
rajungan.
Cangkang
ranjungan dicuci hingga bersih dan
dikeringkan di bawah sinar matahari
selama 1 hari. Cangkang kering
kemudian digiling hingga menjadi
serbuk halus. Proses pembuatan kitin
selanjutnya
meliputi
tahap
deproteinasi untuk menghilangkan
protein dan tahap demineralisasi
untuk menghilangkan sisa mineral
(Ramadhan et al. 2011).
Pembuatan Koloidal Kitin
Koloidal kitin diperoleh dengan cara
pembuatan koloidal kitin menurut
metode Arnold dan Solomon (1986).
Dalam metode ini digunakan 50
gram kitin diperoleh dari . Kitin
dihaluskan dan dilarutkan dalam 500
ml asam klorida, lalu didiamkan 24
jam pada suhu 4oC, kemudian
disaring dengan glass wool dan
diambil filtratnya. Filtrat ditambah
200 ml aquades dingin dan 10 N
natrium hidroksida sampai pH 7,
disentrifus pada kecepatan 3000 rpm
selama 15 menit hingga berbentuk
pelet dan disimpan pada suhu 4oC
(Rochima, 2006)

Media seleksi Bakteri Kitinolitik


Isolat tersebut dipelihara dalam
media kitin agar miring terdiri dari
1% koloidal kitin, 0,1% pepton,
0,1%
KH2PO4,0,05%
MgSO4.7H2O, 2% agar dan media
ini digunakan juga untuk menyeleksi
bakteri murni yang dapat merombak
kitin dalam petri dish. Inkubasi
dilakukan pada suhu 37C selama 3
hari. Hasil pengujian secara kualitatif
menunjukkan bahwa isolat yang
memiliki aktivitas kitinase ditandai
dengan adanya zona bening di sekitar
koloni. Isolat dari hasil uji kualitatif
dengan zona bening tertinggi yang
dipakai untuk penelitian selanjutnya.
Media produksi kitinase
Produksi inokulum dilakukan dengan
cara isolat hasil seleksi secara
kualitatif ditumbuhkan pada media
kitin agar miring, diinkubasi pada
suhu 37C sampai berumur 3
hari.Produksi kitinase dilakukan
dengan menginokulasikan 1 ujung
ose isolat berumur 3 hari ke dalam
50 ml media produksi 1% koloidal
kitin,
0,1%
pepton,
0,1%
yeast,0,02% K2HPO4 , 0,05%
MgSO4.7 H2O
Produksi enzim kitinase
Sebanyak
1
mL
inokulum
ditambahkan kedalam 100 mL media
produksi,kemudian di inkubasi pada
suhu 30 Aktivitas Enzim dilakukan
dengan cara,400 L enzim kitinase
ditambah dengan
1600 L substrat kitin (1% koloidal
kitin b/v dalam 50 mM buffer fosfat
pH 7).Campuran diinkubasi pada
suhu 37oC selama 30 menit,
kemudian dilakukan pengukuran
aktivitas kitinase dengan diukur

absorbansinya
menggunakan
spektrofotometer pada 660 nm.
Karakterisasi dan Identifikasi
Identifikasi dilakukan terhadap isolat
bakteri Kitinolitik
yang terbukti
mampu
menghasilkan
enzim
kitinase. Identifikasi diawali dengan
karakteristik morfologi dan fisiologi
koloni bakteri. Setelah setiap isolat
bakteri sudah dikarakterisasi, hasil
tersebut digunakan untuk identifikasi
yang dicocokkan dengan buku
Bergeys manual of Determinative
Bacteriology 8th edition dan
Bergeys manual of Determinative
Bacteriology 9th edition
Hasil dan Pembahasan
Isolasi
dan
Seleksi
Bakteri
Kitinolitik
Berdasarkan hasil isolasi pada
tanah asal perakaran tanaman
hortikultura didapatkan 3 isolat yang
mampu
menghasilkan
enzim
kitinase. Setelah itu dilakukan
pengujian kuantatif pada media
kitinase didapatkan 1 isolat yang
mempunyai
kemampuan
tinggi
dalam menghasilkan kitinase dengan
membentuk zona bening. Zona
bening terbentuk akibat dari aktivitas
enzim kitinase yang terbentuk keluar
sel memecah makromolekul kitin
menjadi molekul yang lebih kecil
(Suryadi et al. 2013). Menurut Gohel
et al. (2006) aktivitas kitinase secara
kualitatif ditentukan adanya zona
bening di sekitar koloni isolat yang
tumbuh pada medium agar kitin.
Mikroba yang mampu memproduksi
kitinase secara kualitatif setelah
waktu inkubasi tertentu ditandai
dengan adanya zona bening (Suryadi
et al. 2014). Sejumlah rizobakteri
indigenus lahan Ultisol dari berbagai

lokasi di Sulawesi Tenggara dan


Sulawesi
Selatan
dilaporkan
memiliki kemampuan menghasilkan
enzim kitinase dan menghambat
pertumbuhan patogen Fusarium
oxysporum secara in vitro, sepuluh di
antaranya
merupakan
bakteri
kitinolitik yang kuat (Khaeruni A.,
dan Rahman A., 2012). Aktivitas
kitinolitik ditandai dengan adanya
pembentukan zona bening ketika
ditumbuhkan pada medium yang
mengandung kitin (Khaeruni et al.,
2011). Zona bening yang terbentuk
disekitar koloni disebabkan karena
isolat bakteri tersebut menghasilkan
enzim kitinase. Aktivitas kitinase
dapat menguraikan kitin yang
terdapat pada media agar, sehingga
media yang berada disekitar koloni
berwarna bening

Gambar 1. Morfologi Bakteri Kitin


Dalam suatu hasil penelitian,
mekanisme penghambatan dari uji
antagonisme dapat diamati dengan
adanya zona hambat yang terbentuk.
Zona hambat yang terbentuk berupa
cerukan penipisan elevasi yang dapat
dilihat pada gambar 2.

Gambar2.

Uji antagonis bakteri


kitinolitik
terhadap
A.niger dengan isolat (a)
KR05, (b) LK08, (c)
PB17, (d)BK13, (e)
BK15 dan (f) BK17
(Sumber : (Ayu A., et al.,
2012)
Dalam penelitian tersebut aktivitas
kitinase
yang
tinggi
selama
mekanisme antagonisme efektif
menghambat pertumbuhan jamur A.
niger.
Enzim
kitinase
yang
dihasilkan dapat menghidrolisis
ikatan -1,4 antar subunit Nasetilglukosamin (NAcGlc) pada
polimer kitin. Mekanisme hidrolisis
polimer kitin yang merupakan salah
satu komponen dinding sel hifa
jamur
dapat
menghambat
pertumbuhan hifa (Ayu A., et al.,
2012). Berdasarkan hasil identifikasi
isolat tingkat spesies dengan metode
molekuler 16S rDNA diketahui
bahwa isolat B2-4 dan NA S4-1
adalah Stenotrophomonas sp .
Stenotrophomonas adalah spesies
termasuk genus Stenotrophomonas,
keluarga Xanthomonadaceae, Order
Xanthomonadales,
kelas
Gammaproteobacteria dan phylum
Proteobacteria. Hasil ini didukung
analisis karakter morfologi dan
fisiologi dan ternyata sesuai dengan
yang disebutkan dalam Bergeys
Manual of Systematic Bacteriology

Second ed. Springer (Soeka Y. S.,


dan Sulistiani, 2011)
Karakterisasi Bakteri Kitinase
Hasil isolasi dan seleksi bakteri
kitinase yang berasal dari rhizosfer
Talas,
Kemudian
dilakukan
karekterisasi
morfologi
bakteri
dilakukan
secara
makroskopis,
mikroskopis dan uji biokimia. Salah
satu teknik yang dapat digunakan
untuk mengamati sifat morfologi
bakteri yaitu teknik pewarnaan gram
yang sudah diteliti sejak tahun 18501938 (Tshikhudo et al 2013). Prinsip
metode pewarnaan pada bakteri yaitu
pertukaran ion zat warna dengan ion
protoplasma sel. Teknik pewarnaan
bakteri terdapat dua jenis yaitu
teknik
pewarnaan
tunggal
menggunakan satu macam zat warna,
dan teknik pewarnaan differensial
yang menggunakan dua atau lebih
zat warna. Teknik pewarnaan yang
digunakan untuk identifikasi dan
mengetahui morfologi bakteri yaitu
teknik
pewarnaan
differensial
misalnya adalah pewarnaan gram.
Menurut Lestari (2012), Pewarnaan
gram bertujuan untuk melihat apakah
bakteri yang diamati bersifat gram
positif atau gram negatif beserta
bentuk morfologi dari bakteri
tersebut. Hasil pewarnaan gram
sangat ditentukan oleh sifat kimia
dan fisik dinding sel bakteri yang
diamati

Gambar 3. Morfologi dan Fisiologi


Bakteri Kitinase

Tabel 1. Morfologi Koloni Bakteri Kitinolitik


Morfologi Koloni Bakteri
Asal Sampel

Kode

Bentuk

Rhizosfer Talas

KTL

Bulat
timbul

Tepian
tepian Licin

Elevasi

Warna

Cembung

pink

Tabel 2 . Fisiologi Koloni Bakteri Kitinolitik


Kode
Isolat

Gram

Katalase

Motil

KTL

Hasil Isolat KTL memiliki kesamaan


dengan Genus Bacillus. Kemampuan
Bacillus
dalam
membentuk
endospora sangat menguntungkan
bagi bakteri tanah terkait dengan
habitatnya yang selalu berubah dan
tidak menguntungkan. Menurut
Buchanan & Gibbon (1974),Bacillus
memiliki bentuk batang atau hampir
lurus 0, 3 - 2, 2m 1, 2 - 7m,
Gram positif dan mampu membentuk
endospora. Hasil penelitian Muharni
et al 2011, melakukan skrining
bakteri kitinolitik antagonis terhadap
pertumbuhan Jamur akar putih
(rigidoporus lignosus) dari rizosr
Tanaman karet dan
Hasil
karakterisasi diketahui kedua isolat
antagonis jamur akar putih ini
tergolong kedalam genus Bacillus
yaitu Bacillus sp dan Bacillus
apiaries. Beberapa peneliti telah
berhasil
mengisolasi
dan
mengidentifikasi bakteri kitinolitik
dari tanah yaitu Serratia marcescens,
Streptomyces sp., Bacillus sp. dari
rizosphere cabai, Pseudomonas sp.,

Katabolisme Karbohidrat
Glukosa
-

Laktosa
+

Genera
Bacillus

Alkaligenes
denitrificans,
Aeromonas
hydrophila,
dan
Agrobacterium sp. dari danau
Jeziorak. Bakteri kitinolitik Bacillus
licheniformis,
Stenotrophomonas
maltophilia, Bacillus licheniformis
dan B. thuringiensis diperoleh dari
tanah rizosfer. Bakteri Vibrio
sp.diisolasidari sampel tanah di pusat
pendaratan Cuddalore, Tamil Nadu,
India. Bacillus sp. telah diisolasi dari
sumber air panas Danau Ranau,
Sumatera Selatan (Pratiwi R. S. et
al., 2015)
Kesimpulan
Ditemukan satu isolat bakteri
terbaik yang mampu menghasilkan
enzim kitinase yang ditemukan dari
rhizosfer tanaman Talas. Terlihat
pada Zona bening yang terbentuk
disekitar koloni disebabkan karena
isolat bakteri tersebut menghasilkan
enzim kitinase. Aktivitas kitinase
dapat menguraikan kitin yang
terdapat pada media agar, sehingga
media yang berada disekitar koloni

berwarna bening. Hasil karakterisasi


isolat mempunyai kimiripan dengan
genus Bacillus.

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, S., I. M. D. Swantara, dan
I. N. Suartha.2015.Isolasi Kitin,
Karakterisasi
dan
Sintesis
Kitosan dari Kulit Udang.Kimia
9 (2) : 271-278
Ayu A., D. Suryanto, dan I.
Nurwahyuni.2012.Potensi
Bakteri
Kitinolitik
dalam
Pengendalian Aspergillus niger
Penyebab
Penyakit
Busuk
Pangkal Akar pada Tanaman
Kacang Tanah.Saintia Biologi 2
(5) : 59-65
Brzezinska, M. S., U. Jankiewicz, A.
Burkowska,
dan
M.
Walczak.2013. Optimization of
Cultural Conditions for the
Production
of
Antifungal
Chitinase
by
Streptomyces
Sporovirgulis.Applied
Biochemistry and Microbiology
49 (2) : 154-159
Buchanan, R. E. dan N. E. Gibbons
(CoE), 1974, Bergeys Manual
of Determinative Bacteriology,
8th Ed., S.T.Cowan, J.G. Holt, J.
Liston, R.G.E. Murray, C. F.
Niven, A. W. Ravin & R. Y.
Stanier (Eds.), Baltimore
Chauhan M., dan Singh P.2013.
Production,
Optimizationand
Characterization of Chitinase
Enzyme
by
Bacillus
subtilis.Agriways 5 (1) : 5-11
Gurung, N., S. Ray, S. Bose, dan V.
Rai.2013. A Broader View:
Microbial Enzymes and Their
Relevance
in
Industries,

Medicine, and Beyond.Bio Med


Research International 3 (9) : 118
Haliza W., dan Suhartono M.
T.2012.Karakteristik
Kitinase
dari Mikrobia.Teknologi Pasca
Panen Pertanian 8 (1) : 1-14
Hamid, R., M. A. Khan, M. Ahmad,
M. M. Ahmad, M. Z. Abdin, J.
Musarrat, dan S Javed. 2013.
Chitinases : An update.Pharmacy
and Bio Allied Sciences 5 (1) :
21-30
Hastuti, S., S. Arifin, dan D.
Hidayati.2012.Pemanfaatan
Limbah cangkang Rajungan
(Portusnus Pelagicus) sebagai
Perisa
Makanan
Alami.Agrointek 6 (2) : 88-96
Herdyastuti, N., T. J. Raharjo,
Mudasir,
dan
S.
Matsjeh.2012.Kitinase
dan
Mikroorganisme Kitinolitik :
Isolasi,
Karakterisasi
dan
Manfaatnya.Indo
Journal
Chemistry 9 (1) : 37-47
Khaeruni A., G.A. K. Sutariati, dan
S. Wahyuni,. 2011. Karakterisasi
dan uji aktivitas bakteri rizosfer
lahan ultisol sebagai pemacu
pertumbuhan dan agensia hayati
cendawan patogen tular tanah
secara in vitro.Hama Penyakit
Tumbuhan Tropika 10 (2) : 123130
Khaeruni, A., dan Rahman A.2012.
Penggunaan Bakteri Kitinolitik
sebagai
Agens
Biokontrol
Penyakit Busuk Batang oleh
Rhizoctonia
solani
pada
Tanaman Kedelai.Fitopatologi
Indonesia 8 (2) : 37-43
Kusuma S. H.2016.Kemampuan
Kitin Dari Cangkang Kepiting
Bakau (Scylla spp) dalam
Menurunkan Kadar Kolesterol

Jeroan Sapi.Ilmiah Mahasiswa 4


(3) : 1-10
Muharni, dan Hary, W.2011.Skrining
Bakteri Kitinolitik Antagonis
Terhadap Pertumbuhan Jamur
Akar
Putih
(Rigidoporus
lignosus) dari Rizosr Tanaman
Karet. Jurnal Penelitian Sains.
14 (1) : 51-56
Naher L., S. G. Tan, U. K. Yusuf, C.
L.
Ho,
dan
S.
Sidduquee.2012.Activities
of
Chitinase Enzymes in The Oil
Palm (Elaeis Guineensis Jacq.)
in Interactions with Pathogenic
and Non-Pathogenic Fungi.Plant
Omics 5 (4) : 333-336
Natsir, H., A. R. Patong, M. T.
Suhartono, dan A. Ahmad.2012.
Produksi Dan Aplikasi Kitinase
Dari B. Licheniformis Hsa3-1a
Dalam Menghidrolisis Kitin
Dari Limbah Udang Dan
Dinding Sel Jamur Ganoderma
Sp.Teknologi
Pasca
Panen
Pertanian 8 (1) : 24-28
Pratiwi R. S., T. E. Susanto, Y. A. K.
Wardani
dan
A.
Sutrisno.2015.Enzim
Kitinase
dan Aplikasi di Bidang Industri :
Kajian Pustaka.Pangan dan
Agroindustri 3 (3) : 878-887
Purkan, B. Azizah, A. Baktir dan S.
Sumarsih.2014.Eksplorasi
Bakteri Kitinolitik dari Sampah
Organik
:
Isolasi
dan
Karaktrisasi
Enzim
Kitinase.Molekul 9 (2) : 128
135
Purwanti, A.2014.Evaluasi Proses
Pengolahan Limbah Kulit Udang
untuk
Meningkatkan
Mutu
Kitosan
yang
Dihasilkan.Teknologi 7 (1) : 8390

Puvvada, Y. S., S. Vankayalapati, dan


S. Sukhavasi.2012.Extraction of
Chitin from Chitosan from
Exoskeleton of Shrimp for
Application
In
The
Pharmaceutical
Industry.International
Current
Pharmaceutical Journal 1 (9) :
258-263
Rochima,
E.2014.Kajian
Pemanfaatan Limbah Rajungan
dan Aplikasinya untuk Bahan
Minuman Kesehatan Berbasis
Kitosan.Akuatika 5 (1) : 71-82
Soeka
Y.
S.,
dan
Sulistiani.2011.Seleksi,
Karakterisasi, dan Identifikasi
Bakteri Penghasil Kitinase yang
Diisolasi dari Gunung Bromo
Jawa Timur.Natur Indonesia 13
(2) : 155-161
Soeka, Y. S.2015.Karakterisasi enzim
kitinase dan identifikasi isolat
aktinomisetes KRC 21.D berasal
dari Kebun Raya Cibodas.Masy
Biodiv Indon 1 (5) : 1156-1161
Suryadi Y, T. P. Priyatno, D. N.
Susilowati, I. M. Samudra, N.
Yudhistira,
dan
E.
D.
Purwakusumah. 2013. Isolasi
dan karakterisasi kitinase asal
Bacillus cereus 11 UJ. J Biol
Indon 9 (1): 51-62.
Suryadi Y, D. N. Susilowati, P.
Lestari, T. P. Priyatno, I. M.
Samudra, N. Hikmawati, dan N.
R
Mubarik.
2014.
Characterization of bacterial
Tamini M., dan Nuniek, H.2013.
Analysis Functional Groups
Using Ft-Ir Spectroscopy Of
Chitin Variation as Pseudomonas
sp. Tnh-54 Substrates.Journal
of Chemistry 2 (2) : 47-51

Tanasele, M. F. J. D. P., A. Killay,


dan M. S. Laratmase..2012.
Kitosan dari Limbah Kulit
Kepiting Rajungan (Portunus
sanginolentus
L.)
sebagai
Adsorben Zat Warna Biru
Metilena. Natur Indonesia 14 (2)
: 165-171
Wahyuni,
A.
Ridhay,
dan
Nurakhirawati.2016.Pengaruh
Waktu Proses Deasetilasi Kitin
Dari
Cangkang
Bekicot
(Achatina
Fulica)
terhadap
Derajat Deasetilasi.Kovalen 2
(1) : 1-7
Wirawan A., dan Herdyastuti,
N.2013.Determination
Of
Incubation Time On Formation
Of N-Acetylglucosamine By
Enzymatic Degradation From

Chitin.Journal of Chemistry 2
(3) : 11-13
Yanuar, V.2013.Tepung Cangkang
Rajungan (Portunus Pelagicus)
sebagai
Sumber
Kalsium
(Ca).Juristek 2 (1) : 185-194
Yurnaliza, S. Margino, dan L.
Sembiring.2011.Kemampuan
Kitinase Streptomyces RKt5
sebagai Antijamur terhadap
Patogen
Fusarium
oxysporum.Natur Indonesia 14
(1) : 42-46

Вам также может понравиться