Вы находитесь на странице: 1из 41

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Implementasi e-Procurement
sebagai Inovasi Pelayanan Publik
Pengarah: Prof. Ir. Himawan Adinegoro, M.Sc., DFT.
Ir. Ikak Gayuh Patriastomo, MSP.

Penyusun: Yudho Giri Sucahyo, S.Kom., M.Kom., Ph.D., CISA.


Yova Ruldeviyani, S.Kom., M.Kom.

Kontributor: Salusra Widya


Inu Baskara (Lemsaneg)
R. Suryanto
Emin Adhy Muhaimin
Rudy M. Harahap (BPKP)
Karso Saminnurahmat (LPSE Provinsi Jawa Barat)
Hilma (LPSE Provinsi Sumatera Barat)
Invanos Tertiana
Hernowo Djati
Nefo P. Trianggono
Farida Rahmawati
Nanang Mairofiq
Andik Yulianto
Agung Handoko
Said Fauzul Rusnaidi
Argo Sumarwoto ( Graphic Designer)
dan seluruh LPSE di Indonesia.
DAFTAR ISI
Kata Sambutan.................................................................................1

Bab 1. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik


dan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.....................................3
- Regulasi dalam Pelayanan Publik...................................................8
- Regulasi dalam Pengadaan Pemerintah.......................................11
- Kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah....................18

Bab 2. Peran Strategis e-Procurement....................................................27


- e-Procurement dan e-Government...............................................32
- e-Procurement dan Reformasi Birokrasi.......................................33
- Manfaat Lebih Jauh dari e-Procurement.......................................36

Bab 3. Dukungan dari Banyak Pihak.......................................................39


- Strategi Pengembangan................................................................45
- Strategi Implementasi...................................................................47
- Dukungan dari Lembaga Sandi Negara........................................53
- Dukungan dari BPKP.....................................................................55
- Dukungan dari KPK.......................................................................59
- Dukungan dari Perguruan Tinggi...................................................57
- Dukungan dari Kemitraan..............................................................58
- Dukungan dari Millennium Challenge Corporation (MCC)
dan United States Agency for International Development (USAID).....59
- Dukungan dari Asian Development Bank (ADB)...........................60
- Dukungan dari Pemerintah Korea Selatan....................................60

Bab 4. Langkah ke Depan.........................................................................61


- Pengembangan Regulasi...............................................................63
- Melibatkan Lebih Banyak Pihak....................................................64
- Menuju Satu Pasar Pengadaan Nasional......................................67
- Strategi Keberlanjutan LPSE.........................................................71

Penutup...........................................................................................76
KATA SAMBUTAN
Saya menyambut baik hadirnya Buku ini mencerminkan semangat gotong-
buku ini yang mengulas tentang royong yang diusung oleh LKPP bersama
peran pengadaan secara elektronik dengan instansi lain untuk menghadirkan
(e-procurement) dalam menghadirkan pengadaan barang/jasa pemerintah yang
inovasi pelayanan publik di sektor lebih baik. Serangkaian diskusi, seminar,
pengadaan. Terlebih lagi karena buku rapat, pertemuan, yang terkadang
ini menyentuh dunia teknologi informasi berlangsung sampai tengah malam
dan dunia pengadaan namun disajikan mengiringi proses penulisan buku ini
dengan bahasa yang sederhana. untuk dapat menyajikan hasil pengalaman
Dr. Ir. Roestam Sjarief, MNRM. Anda tidak perlu menjadi seorang ahli praktis dan nyata akan implementasi
Kepala LKPP
teknologi informasi atau ahli pengadaan e-procurement di Indonesia.
untuk memahami isi buku ini.
Diharapkan buku ini dapat digunakan
Buku ini bukan bercerita tentang sebagai salah satu sarana komunikasi
arsitektur aplikasi dan rincian rancangan untuk menjelaskan pentingnya
dari teknologi yang digunakan untuk e-procurement dalam peran sertanya
membangun e-procurement. Buku ini untuk menciptakan satu pasar nasional
bukan berisi rincian bagaimana proses yaitu pasar Indonesia.
pengadaan dilakukan. Di dalam buku ini,
pembaca akan menemukan bagaimana Jakarta, November 2009
kelembagaan kebijakan pengadaan
publik di Indonesia, peran strategis Kepala LKPP
e-procurement terhadap bangsa
dan negara, dukungan dari banyak
pihak, dan langkah pengembangan Dr. Ir. Roestam Sjarief, MNRM
e-procurement di Indonesia.

1 Kata Sambutan Kata Sambutan 2


BAB 1 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dalam menunjang
dan semakin menyentuh banyak aspek
kehidupan kita sehingga pada akhirnya

Teknologi Informasi dan proses bisnis telah menciptakan


berbagai peluang dan inovasi. Di sektor
kita menerimanya sebagai sebuah
keniscayaan, sebagai suatu hal yang
telekomunikasi, TIK telah memungkinkan tidak bisa kita hindari karena sudah
Komunikasi dalam Pelayanan kita mengirimkan pesan singkat melalui menjadi bagian dari kehidupan kita.
fasilitas short message service (SMS).
Publik dan Pengadaan Masih segar dalam ingatan kita bahwa
dulu untuk mengirim pesan singkat
TIK juga diharapkan dapat menghadirkan
berbagai inovasi untuk meningkatkan
Barang/Jasa Pemerintah kita menghubungi call center dari
perusahaan pager, menyampaikan isi
kualitas pemerintah dalam melayani
masyarakat umum, masyarakat bisnis,
pesan kepada operator, untuk kemudian dan juga sesama lembaga pemerintah.
operator mengetikkan dan mengirimkan Kritikan yang dilontarkan terhadap
pesan ke pager teman kita. Konvergensi layanan pemerintah seperti misalnya
yang terjadi antara dunia teknologi ungkapan “kalau bisa dibuat susah
informasi dengan telekomunikasi telah mengapa mesti dibuat mudah” adalah
memungkinkan kita menggunakan cermin harapan masyarakat agar layanan
fasilitas e-mail, mengakses Internet, pemerintah dapat lebih cepat, lebih
melakukan transfer rekening dan banyak mudah, lebih profesional, dan lebih
hal lainnya dengan menggunakan telepon transparan. Pemanfaatan TIK dalam
genggam yang kini harganya lebih proses pemerintahan juga diharapkan
murah dari pager. Di sektor perbankan, dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas,
TIK telah memungkinkan hadirnya transparansi, dan akuntabilitas
Anjungan Tunai Mandiri (ATM), Internet penyelenggaraan pemerintahan. TIK
Banking, Phone Banking, SMS Banking, juga diharapkan dapat menggiring
yang memberikan banyak pilihan bagi transformasi budaya kerja yang lebih
seorang nasabah untuk melakukan berfokus kepada masyarakat dan tidak
transaksi. Penetrasi teknologi khususnya lagi terlalu fokus kepada pemerintah.
TIK telah hadir dalam berbagai bentuk

Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 4


Gambar 1. Informasi Jenis Ijin, Waktu Penyelesaian, Gambar 2. Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Gambar 3. Fasilitas Badan Layanan Terpadu di Kabupaten Sragen Gambar 4. Contoh Sebuah Poster Terkait Pelayanan Publik di Kota Denpasar
dan Biaya Pengurusan di Kota Denpasar di Kota Denpasar

Pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP), yang dinamakan Pelayanan Terpadu dan sering kita temui di bank. Perubahan pengadaan barang/jasa pemerintah .
Kartu Keluarga (KK), Akte Kelahiran, semua urusan dapat diselesaikan disana. yang terjadi juga dilakukan terhadap Survei tersebut dilakukan terhadap
Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Surat Bahkan saluran pelayanan lain seperti berbagai artefak seperti misalnya 371 unit layanan pada 98 instansi baik
Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), dan misalnya SMS, portal web, dan layanan seragam pelayan masyarakat yang lebih instansi pusat maupun daerah dengan
berbagai pelayanan administratif lainnya mobil keliling juga mulai diperkenalkan. ramah serta berbagai poster melibatkan jumlah responden pengguna
merupakan contoh pelayanan publik dari (lihat Gambar 4). layanan sebanyak 11.413 orang yang
pemerintah yang langsung bersentuhan Faktor transparansi dihadirkan dengan merupakan pengguna langsung dari
dengan individu masyarakat atau pemberian informasi yang jelas mengenai Masyarakat berharap bahwa inovasi layanan publik yang disurvei. Hasil
dunia usaha. Beberapa daerah telah jenis perijinan, waktu penyelesaian, serta yang sama juga dihadirkan dalam hal tersebut menggambarkan bahwa
berinovasi dengan membentuk unit biayanya (lihat Gambar 1). Kenyamanan pengadaan barang/jasa pemerintah. masyarakat berharap adanya perubahan
pelayanan terpadu yang mempermudah berurusan dengan pemerintah juga Hasil survei Integritas Sektor Publik dalam pengadaan barang/jasa
dan mempercepat pelayanan kepada dihadirkan dengan penataan fasilitas 2009 oleh Komisi Pemberantasan pemerintah. Kondisi pengadaan barang/
masyarakat. Masyarakat tidak perlu lagi pelayanan yang tampil ramah dan Korupsi menunjukkan bahwa dari 15 jasa pemerintah yang kurang efisien dan
berkunjung dari satu tempat ke tempat profesional dalam melayani masyarakat unit layanan dengan skor integritas kurang transparan seperti terlihat pada
lain, dari satu instansi pemerintah ke (lihat Gambar 2 dan Gambar 3). terendah, empat diantaranya adalah Gambar 5 diharapkan dapat berubah.
instansi pemerintah lainnya, untuk Masyarakat tidak perlu lagi antri sambil
mendapatkan layanan yang dibutuhkan. berdiri namun cukup mengambil nomor
Mereka cukup mendatangi satu tempat antrian dari mesin pencetak otomatis yang 1. Komisi Pemberantasan Korupsi (2009) Integritas Sektor Publik 2009. http://www.kpk.go.id/modules/news/article.php?storyid=1107

5 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 6
Regulasi dalam Pelayanan Publik
Hadirnya UU No. 25 Tahun 2009 Teknologi, khususnya TIK, tentunya
tentang Pelayanan Publik semakin dapat berperan untuk meningkatkan
menegaskan pentingnya menghadirkan efisiensi, efektivitas, transparansi, dan
pelayanan publik yang berkualitas. akuntabilitas penyelenggaraan pelayanan
Dalam UU tersebut dinyatakan bahwa publik. Maklumat pelayanan, standar
pelayanan publik haruslah berasaskan pelayanan, serta berbagai ketentuan
kepentingan umum, kepastian hukum, dan peraturan dapat diwujudkan dengan
kesamaan hak, keseimbangan hak dan memanfaatkan TIK sehingga proses
kewajiban, profesional, partisipatif, tidak pelayanan dapat menjadi lebih cepat
diskriminatif, terbuka, akuntabel, tepat dan lebih mudah. Penyelenggara juga
waktu, cepat, mudah, dan terjangkau. akan merasa lebih aman karena aturan
kepatuhan telah terwujudkan dalam
UU tersebut juga menyebutkan bahwa teknologi yang digunakan.
masyarakat berhak mengetahui
kebenaran isi, mengawasi pelaksanaan, Kehadiran UU No.11 Tahun 2008 tentang
mendapatkan tanggapan atas Informasi dan Transaksi Elektronik (UU
pengaduan, mendapatkan pemenuhan ITE) juga semakin menguatkan peran TIK
pelayanan, mendapatkan pelayanan dalam pelayanan publik. Pasal 4 dalam
Gambar 5. Gambaran Kondisi Pengadaan Barang/Jasa Saat Ini yang berkualitas dan bahkan dapat UU ITE menyebutkan bahwa TIK juga
mengadukan penyimpangan pelayanan
kepada Ombudsman (lihat Gambar 6).
Pemenuhan hak tersebut tentunya juga
harus diimbangi dengan kewajiban
masyarakat untuk mematuhi dan Regulasi Pelayanan
memenuhi ketentuan dan peraturan
sebagaimana dipersyaratkan; memelihara Publik menjadi tanggung
sarana, prasarana, dan/atau fasilitas jawab pemerintah dalam
pelayanan publik; dan berpartisipasi aktif. melayani pemangku
kepentingan

2. Kormonev, Kemeneg PAN (2006) Prinsip-prinsip Dasar Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

7 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 8
UU ITE dan UU KIP
ditujukan untuk meningkatkan efektivitas kepada masyarakat kecuali informasi
dan efisiensi pelayanan publik. UU ITE yang dikecualikan seperti misalnya semakin menegaskan
juga menegaskan bahwa Informasi informasi strategi dan rahasia bisnis pentingnya menyelenggara-
Elektronik maupun Dokumen Elektronik yang menjadi hak perusahaan, informasi kan pelayanan publik
serta hasil cetaknya merupakan alat bukti rahasia negara, informasi intelijen, dan
hukum yang sah seperti tertulis di Pasal 5. informasi yang bersifat pribadi. yang profesional
Kemudian di Pasal 11 disebutkan bahwa
tanda tangan elektronik juga memiliki Keterbukaan informasi publik menjadi
kekuatan hukum dan akibat hukum yang sarana untuk mengoptimalkan terbuka untuk umum untuk memperoleh
sah. Kesemua hal di atas memberikan pengawasan publik terhadap informasi publik, mendapatkan salinan
rasa aman dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan negara dan badan informasi publik melalui permohonan
pemanfaatan TIK untuk menunjang publik lainnya serta segala sesuatu sesuai dengan UU KIP, dan/atau
penyelenggaraan pelayanan publik. yang berakibat pada kepentingan menyebarluaskan informasi publik sesuai
publik. Di dalam UU KIP disebutkan dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam menyelenggarakan pelayanan bahwa setiap informasi publik bersifat Masih dalam pasal yang sama, di ayat
publik, badan publik juga terikat dengan terbuka dan dapat diakses oleh setiap 4 disebutkan bahwa setiap pemohon
UU No. 14 tentang Keterbukaan pengguna informasi publik (Pasal 2 ayat informasi publik berhak mengajukan
Informasi Publik (UU KIP) untuk dapat 1) dan setiap orang berhak memperoleh gugatan ke pengadilan apabila dalam
menyampaikan informasi secara terbuka. informasi publik sesuai dengan ketentuan memperoleh informasi publik mendapat
Hal ini berarti bahwa siapa saja yang UU KIP (Pasal 4 ayat 1). hambatan atau kegagalan sesuai dengan
menjalankan tugas dan fungsi dengan ketentuan UU KIP.
dana yang bersumber dari APBN/APBD Lebih rinci lagi, dalam Pasal 4 ayat 2
dan sumbangan dana publik, harus disebutkan bahwa setiap orang berhak Hadirnya UU KIP semakin menegaskan
menyampaikan informasi secara terbuka melihat dan mengetahui informasi publik, pentingnya menyelenggarakan
Gambar 6. Iklan Ombudsman di Surat Kabar menghadiri pertemuan publik yang pelayanan publik yang profesional, tidak
diskriminatif, terbuka, dan akuntabel.

3. Surat Kabar Kompas, Jumat 4 Desember 2009

9 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 10
Regulasi dalam Pengadaan Pemerintah
Pengadaan barang/jasa pemerintah Sama seperti penyelenggaraan
merupakan salah satu kegiatan pelayanan publik lainnya, pengadaan
yang dilakukan pemerintah dalam pemerintah dapat diselenggarakan Ir. Agus Rahardjo, MSM.
penyelenggaraan pelayanan publik, secara konvensional atau dengan Sekretaris Utama LKPP

seperti tertera dalam Pasal 5 UU memanfaatkan teknologi. Selama ini,


Pelayanan Publik. pengadaan pemerintah yang dilakukan
secara konvensional dinilai memiliki
Pemerintah telah memberikan perhatian beberapa kelemahan . Kelemahan
serius berkaitan dengan proses pertama terkait dengan transparansi.
pengadaan barang/jasa pemerintah Pengadaan konvensional dinilai tidak
yang ditandai dengan dikeluarkannya memberi informasi tentang seluruh
Keputusan Presiden Nomor 80 tahun pemasok potensial kepada unit
2003 tentang Pedoman Pelaksanaan pengadaan. Pengadaan konvensional
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. juga dinilai tidak menyediakan
Kehadiran Keppres tersebut diharapkan mekanisme pengawasan kepada
membuat pengadaan barang/jasa khalayak umum. Akibatnya, persaingan
pemerintah menjadi lebih efisien, efektif, menjadi terbatas, dampak terhadap
terbuka, bersaing, transparan, adil, serta pertumbuhan ekonomi menjadi melemah,
akuntabel. Keppres tersebut menjadi terjadi eksklusi terhadap pemasok
standar regulasi di bidang pengadaan potensial dan pemberian hak khusus
bagi seluruh lembaga pemerintah di terhadap pemasok tertentu. Kondisi
seluruh wilayah hukum negara Republik pengadaan di Indonesia memberikan
Indonesia (lihat Box 1 – Regulasi fakta bahwa dari 4,2 juta perusahaan di
Pengadaan Pemerintah di Filipina). Indonesia yang bergerak dalam sektor
pengadaan barang/jasa pemerintah,
hanya 3,5 persen (150.000) yang terlibat .

Seiring dengan pertumbuhan dan makin


beragamnya ekonomi negara, pada
akhirnya jumlah pemasok potensial
pun semakin bertambah. Di sisi lain,
pemerintah terus berkembang dan makin
terdesentralisasi, lembaga pemerintah
melakukan pengadaan pada waktu dan
lokasi yang berbeda. Kemungkinan
bahwa pasokan dan kebutuhan (supply
and demand) akan saling cocok menjadi 4. Asian Development Bank (ADB) (2004) Electronic Government Procurement Roadmap. http://www.unpcdc.org/media/2610/electronic%20government%20procurement%20-%20roadmap.pdf
5. Kemitraan dan LPSE Nasional (2008) e-Procurement di Indonesia: Pengembangan Layanan Pengadaan dan Jasa Pemerintah Secara Elektronik, Indonesia

11 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 12
terbatas, dan pada akhirnya lembaga akan Kekurangan dari sisi efisiensi dan
meminta penawaran, membeli barang, transparansi seperti tergambar di atas
Regulasi Pengadaan Pemerintah di Filipina dan mengontrak jasa dari sekumpulan membuat pengadaan pemerintah kurang
pemasok yang mereka kenal. Jumlah berfungsi sebagai perangkat untuk
Sebagai gerakan anti-korupsi dan bagian dari agenda menuju tata kelola yang baik, pemerintah Filipina penawar untuk peluang tersebut pun juga memajukan pembangunan (kelemahan
telah mengeluarkan regulasi di bidang pengadaan yang dinamakan Government Procurement Reform
Act (Republic Act 9184) pada bulan Januari 2003.
terbatas meski mereka telah mengetahui ketiga) mengingat operasi pengadaan
kebutuhan lembaga. Situasi ini yang ada mengurangi efektivitas program
Tadinya, Filipina memiliki lebih dari 100 produk hukum terkait dengan pengadaan pemerintah. Produk-
produk hukum yang sangat terfragmentasi tersebut kemudian dikonsolidasikan dalam Government
menimbulkan pertanyaan dari sisi keadilan dan proyek pemerintah serta kurang
Procurement Reform Act yang menjadi dasar bagi modernisasi, standarisasi, dan regulasi aktivitas proses pengadaan dan memunculkan berkontribusi terhadap produktivitas dan
pengadaan pemerintah. Act tersebut dirancang untuk memadukan sistem pengadaan Filipina,
mengurangi peluang untuk terjadinya suap dan korupsi, menyelaraskan sistem pengadaan dengan
kebutuhan akan mekanisme pengukuran pertumbuhan yang seimbang. Selain
standar dan praktik internasional, serta mendorong transparansi, kompetisi, efisiensi, akuntabilitas, dan dan pengawasan yang lebih ketat. itu, prosedur pengadaan yang ada lebih
pengawasan publik.
Kurangnya transparansi mengurangi berpusat pada pemasok dan kawasan
Government Procurement Reform Act mengharuskan penggunaan Philippine Government Electronic kredibilitas proses pengadaan, yang memiliki kekuatan negosiasi yang
Procurement System (PhilGEPS) bagi seluruh lembaga pemerintah pusat, perusahaan yang dimiliki
atau dikendalikan oleh pemerintah, lembaga keuangan pemerintah, perguruan tinggi negeri, dan unit
mengurangi kepercayaan masyarakat lebih, ketimbang berpihak pada sektor
pemerintah daerah. Penyedia barang/jasa yang ingin terlibat dalam pengadaan pemerintah harus umum, dan membuatnya rentan korupsi. usaha kecil menengah (UKM) atau
mendaftarkan diri terlebih dahulu ke sistem.
Hal ini bertentangan dengan keinginan pembangunan daerah.
Penggunaan PhilGEPS akan meningkatkan transparansi pengadaan pemerintah karena peluang untuk Indonesia untuk memberantas korupsi
berbisnis dengan pemerintah dan aktivitas sesudahnya dilakukan secara online. Informasi tentang siapa
yang menjadi pemenang, alasan pemenangan, dan nilai kontrak dapat diakses melalui sistem. Dengan
seperti yang tertuang dalam Inpres Inovasi layanan pengadaan dengan
PhilGEPS, penyedia barang/jasa tidak perlu lagi mengunjungi kantor lembaga pemerintah untuk melihat Nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan memanfaatkan TIK diharapkan dapat
pengumuman pengadaan.
Pemberantasan Korupsi. mengatasi permasalahan di atas seperti
Sumber: halnya TIK membantu mempercepat
1. National Economic and Development Authority (2004) Medium-Term Philippine Development Plan 2004-2010.
Manila. http://www.gov.ph/documents/ MTPDP%202004-2010%20NEDA%20v11-12.pdf Ruang lingkup kompetisi yang terbatas dan mengefisienkan penyelenggaraan
2. Estanislao C. Granados (2006) Philippine Government Electronic Procurement System (PhilGEPS).
http://www.oecd.org/dataoecd/18/61/36227647.ppt dan prosedur pengawasan yang lebih pelayanan publik lainnya. Pengadaan secara
ketat membuat proses pengadaan elektronik (e-procurement) bagi pemerintah
menjadi kurang efisien (kelemahan diharapkan tidak hanya meningkatkan
kedua), yang akhirnya membuat waktu transparansi, tetapi juga memberikan
Box 1 - Regulasi Pengadaan Pemerintah di Filipina
pengiriman (delivery time) menjadi lebih efisiensi yaitu dalam hal harga yang lebih
lama dan biaya menjadi lebih mahal, rendah, biaya transaksi yang lebih murah,
baik bagi pemerintah maupun pemasok. layanan publik yang lebih baik, dan siklus
Harga barang/jasa yang diperlukan pengadaan yang lebih pendek .
menjadi lebih tinggi. Di beberapa
negara, biaya administratif terkait dengan Selain sebagai alat bantu efektif untuk
pengadaan bahkan lebih mahal dari mengurangi korupsi, e-procurement juga
biaya produk atau jasa yang dibeli. meningkatkan produktivitas tidak hanya

6. Pamela Diaz Manalo (2005) e-Procurement in the Philippines, Status and Future Challenges. Occasional Paper No.3. Quezon City, Philippines.

13 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 14
pada pemerintah tetapi juga kepada Selanjutnya dalam Inpres No. 5 Tahun
usaha kecil dan menengah (UKM) . 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
e-Procurement juga meningkatkan kinerja Korupsi diinstruksikan kepada Kementerian
organisasi terhadap beberapa hal yaitu Koordinator Bidang Perkonomian,
untuk mendapatkan produk berkualitas Kementerian Keuangan, dan Kementerian
dengan harga yang tepat, yang kemudian PPN/Bappenas untuk melakukan kajian dan
dikirimkan pada saat yang tepat, dengan uji coba pelaksanaan sistem e-procurement
jumlah dan dari sumber yang tepat . yang dapat digunakan bersama oleh
Instansi Pemerintah.
Kemauan politik pemerintah akan pentingnya
e-procurement secara eksplisit dinyatakan Di akhir tahun 2006, dikeluarkan Perpres
oleh pemerintah semenjak dikeluarkannya No. 20 Tahun 2006 tentang Pembentukan
Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan Dewan TIK Nasional (DeTIKNas) yang
dan Strategi Nasional Pengembangan mengemban empat tugas, yaitu:
e-Government dimana dalam Lampiran I • Merumuskan kebijakan umum dan
disebutkan bahwa e-procurement dapat arahan strategis pembangunan
dimanfaatkan oleh setiap situs pemerintah. nasional, terkait pendayagunaan TIK;
Selanjutnya dalam Inpres No. 5 Tahun 2003
• Melakukan pengkajian dalam
tentang Kebijakan Ekonomi Selama dan
menetapkan langkah penyelesaian
Setelah Program Kerjasama dengan IMF
permasalahan strategis yang timbul
(International Monetary Fund) disebutkan
dalam rangka pengembangan TIK;
bahwa sebagai bagian dari Program Stabilitas
Ekonomi Makro – Rencana Tindak Kebijakan • Melakukan koordinasi nasional dengan
Peningkatan Efisiensi Belanja Negara, empat Instansi Pemerintah Pusat/Daerah,
instansi yaitu Kementerian Sekretariat Negara, Badan Usaha Milik Negara/Badan
Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Usaha Milik Daerah, Dunia Usaha,
Komunikasi dan Informatika dan Kementerian Lembaga Profesional, dan komunitas
Koordinator Bidang Perekonomian diwajibkan TIK, serta masyarakat pada umumnya
mengembangkan dan mengimplementasikan dalam rangka pengembangan TIK; dan
e-procurement. • Memberikan persetujuan atas
pelaksanaan program TIK yang
Keppres No 80 Tahun 2003 juga bersifat lintas kementerian agar
menyebutkan e-procurement dalam Lampiran efektif dan efisien.
I Bab IV Huruf D. Dinyatakan disana bahwa
dalam menyikapi era globalisasi, pelaksanaan
pengadaan barang/jasa dapat menggunakan
sarana elektronik. Pelaksanaan e-procurement
disesuaikan dengan kepentingan pengguna 7. Asian Development Bank (ADB) (2009) Republic of the Philippines: Strengthening the Philippine Government Electronic Procurement System.
barang/jasa dan ketentuan peraturan Technical Assistance Report. Project Number: 42537. http://www.adb.org/Documents/TARS/PHI/42537-PHI-TAR.pdf
8. Peter Baily, David Farmer, David Jessop, dan David Jones (1998) Purchasing Principles and Management. Edisi 8. Prentice Hall.
perundang-undangan yang berlaku.
15 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 16
Kelembagaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
DeTIKNas menetapkan tujuh
program prioritas (flagship) yaitu:
Pengadaan barang/jasa pemerintah perlu LKPP dibentuk berdasarkan
pembangunan infrastruktur Palapa
dilaksanakan dengan lebih efektif dan pertimbangan bahwa cakupan
Ring, e-Procurement, e-Pendidikan,
efisien serta mengutamakan penerapan pengadaan barang/jasa pemerintah
Nomor Identitas Nasional, National
beberapa prinsip pokok yaitu persaingan bersifat lintas institusi dan lintas sektor
Single Window, Software Legal, dan
usaha yang sehat, transparan, terbuka serta berdampak langsung terhadap
e-Anggaran. Untuk e-procurement,
dan perlakuan yang adil bagi semua pengembangan usaha kecil, produksi
lembaga yang ditunjuk sebagai
pihak. Untuk itu diperlukan perencanaan, dalam negeri, dan pengembangan iklim
penanggung jawabnya adalah
pengembangan, dan penyusunan dan dunia usaha pada umumnya.
Kementerian PPN/Bappenas. Program
strategi; penentuan kebijakan; serta
flagship DeTIKNas telah menjadi bagian
aturan perundangan pengadaan barang/ Kehadiran LKPP diharapkan dapat
dari fokus program ekonomi tahun
jasa pemerintah, yang sesuai dengan membantu pemerintah dalam menyusun
2008-2009 seperti tertuang dalam
tuntutan dan perkembangan lingkungan, dan merumuskan strategi serta penentuan
Inpres No. 5 Tahun 2008.
baik internal maupun eksternal, yang kebijakan dan standar prosedur
berkelanjutan, berkala, terpadu, terarah pengadaan barang/jasa pemerintah
dan terkoordinasi. termasuk pembinaan sumber daya
manusia. LKPP juga diberi tugas untuk
Atas dasar itulah, Pemerintah Republik mengembangkan sistem informasi serta
Indonesia mengeluarkan Perpres No. melakukan pengawasan penyelenggaraan
106 Tahun 2007 untuk membentuk pengadaan barang/jasa pemerintah
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ secara elektronik. Selain itu, LKPP juga
Jasa Pemerintah (LKPP) yang sudah diberi tugas untuk melakukan bimbingan
diamanatkan sebelumnya dalam Keppres teknis, advokasi dan bantuan hukum.
No. 80 Tahun 2003. Sementara LKPP
belum terbentuk, pengembangan
kebijakan pengadaan barang/jasa
pemerintah tadinya ditangani oleh Pusat
Pengembangan Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Publik – Bappenas. LKPP
adalah Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK) yang bertanggung
jawab langsung kepada Presiden namun
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
dikoordinasikan oleh Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional.

17 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 18
Dalam hal penyelenggaraan pengadaan
barang/jasa pemerintah secara
elektronik, LKPP telah mengembangkan
sistem aplikasi e-procurement dengan
berlandaskan kepada Keppres No. 80
Tahun 2003 (lihat Gambar 7). Selanjutnya,
penggunaan aplikasi tersebut diperluas
dengan peran serta dan kerjasama
dengan berbagai pihak dengan
membentuk Layanan Pengadaan Secara
Elektronik (LPSE) di berbagai instansi.
LPSE adalah unit yang melayani proses
pengadaan barang/jasa pemerintah yang
dilaksanakan secara elektronik.

Aplikasi yang digunakan oleh LPSE di


seluruh Indonesia dikembangkan oleh
LKPP. Aplikasi yang dikembangkan
bersifat kode sumber terbuka, bebas
lisensi, bebas biaya, tidak bergantung
kepada merk tertentu, dan mendapatkan
dukungan penuh dari LKPP untuk
pelatihan maupun pendampingan.

Selain sebagai pengelola sistem


e-procurement, LPSE juga berfungsi
untuk menyediakan pelatihan, akses
Internet, dan bantuan teknis dalam
mengoperasikan sistem e-procurement
kepada Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK)/panitia serta penyedia barang/jasa.
LPSE juga melakukan pendaftaran dan
verifikasi terhadap penyedia barang/jasa.
Gambar 7. Contoh Tampilan Salah Satu Portal LPSE

19 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 20
PROGRES E-PROCUREMENT
31 Desember 2009

Status Implementasi e-Procurement Nasional No Provinsi No LPSE No Instansi Pemerintah Jumlah


2009
Total Pagu Jumlah
2008
Total Pagu
Paket Rp. Paket Rp.
1 Bangka Belitung 1 LPSE Bangka 1 Kabupaten Bangka 4 4,260,000,000
2 LPSE Bali 2 Provinsi Bali 2 507,897,500
2 Bali
3 LPSE Denpasar 3 Kota Denpasar 49 13,574,581,200 1 192,000,000
4 LPSE D. I. Yogyakarta 4 Provinsi D. I. Yogyakarta 14 5,289,244,050 2 547,580,000
5 LPSE Gunung Kidul 5 Kabupaten Gunung Kidul 3 2,432,300,000
3 D.I. Yogyakarta 6 LPSE Kulon Progo 6 Kabupaten Kulon Progo 9 2,859,076,000
7 Kota Yogyakarta 48 57,017,019,795 11 5,449,225,000
7 LPSE Yogyakarta
8 Universitas Sunan Kalijaga 3 21,849,400,000 1 19,769,400,000
9 Departemen Keuangan 118 1,362,267,804,545 2 32,541,351,000
10 LKPP 9 23,425,220,224
8 LPSE Departemen Keuangan 11 Komisi Yudisial 1 4,400,000,000
12 KPK 0 0
4 DKI Jakarta
13 PPATK 0 0
9 LPSE Departemen Pendidikan Nasional 14 Departemen Pendidikan Nasional 21 84,904,455,000 2 1,940,190,000
10 LPSE PT. Kawasan Berikat Nusantara 15 PT. Kawasan Berikat Nusantara 8 25,476,144,000
11 LPSE Polri 16 Kepolisian RI 0 0
17 Provinsi Gorontalo 81 75,313,300,000 6 4,507,467,000
5 Gorontalo 12 LPSE Gorontalo
18 Kabupaten Pohuwato 1 909,373,000
13 LPSE Depok 19 Kota Depok 2 235,000,000
20 Provinsi Jawa Barat 667 1,071,315,277,813 4 2,050,550,000
6 Jawa Barat 21 Kuningan 4 2,582,700,000
14 LPSE Jawa Barat
22 Purwakarta 2 2,726,457,000
23 Sukabumi 8 4,447,688,000
24 Provinsi Jawa Tengah 2 299,124,000
7 Jawa Tengah 15 LPSE Universitas Diponegoro
25 Universitas Diponegoro 8 15,623,308,000
8 Jawa Timur 16 LPSE Jawa Timur 26 Provinsi Jawa Timur 73 111,301,907,605 2 4,650,000,000
17 LPSE Banjarbaru 27 Kota Banjarbaru 195 128,735,336,632
9 Kalimantan Selatan
18 LPSE Banjarmasin 28 Kota Banjarmasin 84 95,399,750,000
10 Kalimantan Tengah 19 LPSE Kalimantan Tengah 29 Provinsi Kalimantan Tengah 10 4,252,008,000
20 LPSE Kalimantan Timur 30 Provinsi Kalimantan Timur 2 252,000,000
11 Kalimantan Timur
21 LPSE Berau 31 Kabupaten Berau 2 449,037,000
22 LPSE Kepulauan Riau 32 Provinsi Kepulauan Riau 45 21,348,600,500 1 135,000,000
12 Kepulauan Riau
23 LPSE Batam 33 Kota Batam 100 100,516,666,509
13 NAD 24 LPSE Banda Aceh 34 Kota Banda Aceh 12 7,247,237,900 1 822,195,000
14 NTB 25 LPSE Nusa Tenggara Barat 35 Provinsi Nusa Tenggara Barat 1 1,000,000,000
15 Papua 26 LPSE Papua 36 Provinsi Papua 0 0
16 Riau 27 LPSE Pekanbaru 37 Kota Pekanbaru 14 19,416,251,000
28 LPSE Sulawesi Selatan 38 Provinsi Sulawesi Selatan 3 1,881,667,280
17 Sulawesi Selatan 29 LPSE Makassar 39 Kota Makassar 1 125,000,000
30 LPSE Universitas Negeri Makassar 40 Universitas Negeri Makassar 3 472,500,000
41 Provinsi Sumatera Barat 80 47,111,201,000 1 495,000,000
42 Kota Padang 1 191,200,000
31 LPSE Sumatera Barat
18 Sumatera Barat 43 Kota Sawahlunto 1 459,588,000
44 Sijunjung 1 635,100,000
32 LPSE Agam 45 Kabupaten Agam 1 121,000,000
33 LPSE Sumatera Utara 46 Provinsi Sumatera Utara 29 31,742,825,000
19 Sumatera Utara
34 LPSE Universitas Negeri Medan 47 Universitas Negeri Medan 0 0
19 Provinsi 34 LPSE 47 Instansi 1722 3,354,374,246,553 34 73,099,958,000

Gambar 8. Status Implementasi e-Procurement Nasional Tabel 1. Daftar LPSE, Instansi beserta Capaian di Tahun 2007- 2009

Pada bulan Desember 2009, telah tercatat lain, seperti misalnya LPSE Jawa Barat
sebanyak 34 LPSE yang tersebar di yang selain melayani Provinsi Jawa Barat
19 provinsi dan melayani 47 instansi di juga melayani Kabupaten Kuningan, Kota
Indonesia (lihat Tabel 1). Purwakarta, dan Kota Sukabumi.

Instansi yang dilayani mencakup instansi Selain terus melakukan perluasan


pemerintah pusat, instansi pemerintah penggunaan e-procurement di berbagai
daerah, BUMN, dan juga perguruan tinggi instansi pemerintah, LKPP juga telah
dengan status implementasi seperti terlihat menambahkan fitur pengamanan
di Gambar 8. Tabel 2, 3, dan 4 menunjukkan pertukaran dokumen elektronik
status kemajuan tahapan implementasi (bekerjasama dengan Lembaga Sandi
e-procurement di masing-masing instansi. Negara) dan fitur sistem audit (bekerjasama
Dalam perkembangannya, beberapa LPSE dengan BPKP). Kedua hal tersebut akan
juga melayani proses pengadaan di instansi dibahas lebih rinci di Bab 3.

21 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 22
Progres Tahapan Implementasi e-Procurement Pemerintah Pusat Progres Tahapan Implementasi e-Procurement BUMN, PTN, Rumah Sakit
28 Januari 2010 28 Januari 2010

STATUS
No KELOMPOK INSTANSI STATUS
1 2 3 4 5 �No� KELOMPOK� INSTANSI�
�1 �2 �3 �4 5
1 KEMENTERIAN KOORDINATOR Kesejahteraan Rakyat
1 BUMN PT. Kawasan Berikat Nusantara
Keuangan Universitas Diponegoro (UNDIP)
Pendidikan Nasional Universitas Negeri Makassar (UNM)
Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga - Yogyakarta *
Komunikasi dan Informatika Universitas Negeri Medan
2 KEMENTERIAN Luar Negeri Institut teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Perhubungan Politeknik Negeri Lampung
Perindustrian 2 PERGURUAN TINGGI������ Universitas Indonesia (UI)
Kelautan dan Perikanan Universitas Lampung (UNILA)
Agama Institut Teknologi Bandung (ITB)
Badan Usaha Milik Negara Universitas Gadjah Mada (UGM)
3 KEMENTERIAN�NEGARA
Pembangunan Daerah Tertinggal Universitas Mulawarman (UNMUL)
Sekretaris Kabinet Universitas Hasanudin (UNHAS)
4 SETINGKAT MENTERI
POLRI Universitas Negeri Padang (UNP)
BKKBN 3 RUMAH SAKIT RS Persahabatan
BKPM
BNN Keterangan:
BATAN
5 LEMBAGA PEMERINTAH NON KEMENTERIAN BPOM 1 Status 1 (Leads): Instansi Pemerintah yang telah melakukan koordinasi/inisiasi awal dengan LKPP;
LAN 2 Status 2 (Inisiasi): Instansi Pemerintah yang sudah mengirimkan surat minat implementasi e-Procurement dan telah melaksanakan sosialisasi;
3 Status 3 (Pra Operasional): Instansi Pemerintah yang masih dalam tahap persiapan operasional (telah melaksanakan manajemen training bagi
BPN pengelola LPSE, terbitnya regulasi tentang LPSE, telah tersedianya infrastruktur dan aplikasi SPSE yang dapat diakses oleh publik)
PPATK 4 Status 4 (Pra Tender): Instansi Pemerintah yang segera melakukan lelang e-Procurement dengan LPSE (persiapan lelang e-Procurement );
LKPP 5 Status 5 ( Operasional & Tender ): Telah melaksanakan lelang.
KPK
6 KOMISI
Komisi Yudisial

Keterangan:
Tabel 3. Progres Tahapan Implementasi e-Procurement BUMN, PTN, dan Rumah Sakit
1 Status 1 (Leads): Instansi Pemerintah yang telah melakukan koordinasi/inisiasi awal dengan LKPP;
2 Status 2 (Inisiasi): Instansi Pemerintah yang sudah mengirimkan surat minat implementasi e-Procurement dan telah melaksanakan sosialisasi;
3 Status 3 (Pra Operasional): Instansi Pemerintah yang masih dalam tahap persiapan operasional (telah melaksanakan manajemen training bagi
pengelola LPSE, terbitnya regulasi tentang LPSE, telah tersedianya infrastruktur dan aplikasi SPSE yang dapat diakses oleh publik)
4 Status 4 (Pra Tender): Instansi Pemerintah yang segera melakukan lelang e-Procurement dengan LPSE (persiapan lelang e-Procurement );
5 Status 5 (Operasional & Tender): Telah melaksanakan lelang.

Tabel 2. Progres Tahapan Implementasi e-Procurement Pemerintah Pusat

23 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 24
Kabupaten Pacitan
Kota Probolinggo
Kota Batu
Kota Kediri
Kota Madiun
Kota Malang
Provinsi Kalimantan Barat
Progres Tahapan Implementasi e-Procurement
e-Procurement Pemerintah
Pemerintah Daerah
Daerah Kabupaten Kubu Raya
28 January
28 Januari 2010
2010 11 KALIMANTAN BARAT
Kabupaten Ketapang
Kota Pontianak
STATUS Kabupaten Tabalong
No WILAYAH PEMERINTAH DAERAH
1 2 3 4 5 Kabupaten Tanah Bumbu
Provinsi Bali Kabupaten Tanah Laut
1 BALI Kabupaten Balangan
Kota Denpasar
Kabupaten Bangka Tengah 12 KALIMANTAN SELATAN Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Kabupaten Belitung Kabupaten Hulu Sungai Utara
2 BANGKA BELITUNG Kabupaten Kotabaru
Kabupaten Bangka
Kota Pangkal Pinang Kota Banjarbaru
Kabupaten Lebak Kota Banjarmasin
3 BANTEN Kabupaten Tangerang Provinsi Kalimantan Tengah
Kota Cilegon Kabupaten Kapuas
Provinsi D. I. Yogyakarta 13 KALIMANTAN TENGAH Kabupaten Kotawaringin Timur
Kabupaten Sleman Kabupaten Lamandau
4 D. I. YOGYAKARTA Kabupaten Gunung Kidul Kabupaten Seruyan
Kabupaten Kulon Progo Provinsi Kalimantan Timur
Kota Yogyakarta Kabupaten Bulungan
5 DKI JAKARTA Provinsi DKI Jakarta Kabupaten Kutai Kartanegara
14 KALIMANTAN TIMUR
Provinsi Gorontalo Kabupaten Paser
6 GORONTALO Kabupaten Berau
Kabupaten Pohuwato
Provinsi Jambi Kota Samarinda
Kabupaten Batanghari Provinsi Kepulauan Riau
7 JAMBI Kabupaten Karimun
Kabupaten Sarolangun
Kabupaten Tanjung Jabung Barat 15 KEPULAUAN RIAU Kabupaten Natuna
Provinsi Jawa Barat Kabupaten Bintan
Kabupaten Bandung Barat Kota Batam
Kabupaten Bogor Provinsi Lampung
16 LAMPUNG
Kabupaten Garut Kota Metro
Kabupaten Indramayu 17 MALUKU Kabupaten Pulau Buru
Kabupaten Tasikmalaya 18 MALUKU UTARA Kabupaten Halmahera Selatan
8 JAWA BARAT Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
Kabupaten Kuningan
Kabupaten Purwakarta 19 NANGROE ACEH DARUSSALAM Kota Langsa
Kota Banjar Kota Banda Aceh
Kota Tasikmalaya 20 NUSA TENGGARA BARAT Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kota Depok Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kota Sukabumi 21 NUSA TENGGARA TIMUR Kabupaten Ende
Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Sumba Barat
Kabupaten Banjarnegara 22 PAPUA Provinsi Papua
Kabupaten Klaten Kabupaten Rokan Hulu
Kabupaten Sragen Kabupaten Siak
23 RIAU
Kabupaten Temanggung Kota Dumai
Kabupaten Banyumas Kota Pekanbaru
9 JAWA TENGAH
Kabupaten Brebes Provinsi Sulawesi Selatan
Kabupaten Kebumen Kabupaten Bulukumba
Kabupaten Pemalang Kabupaten Sinjai
Kota Tegal Kabupaten Takalar
24 SULAWESI SELATAN
Kota Salatiga Kabupaten Luwu Utara
Kota Semarang Kota Pare-Pare
Provinsi Jawa Timur Kota Palopo
Kabupaten Kediri Kota Makassar
Kabupaten Jember 25 SULAWESI TENGGARA Provinsi Sulawesi Tenggara
Kabupaten Lamongan 26 SULAWESI BARAT Provinsi Sulawesi Barat
Kabupaten Magetan 27 SULAWESI UTARA Provinsi Sulawesi Utara
Kabupaten Malang Provinsi Sumatera Barat
Kabupaten Probolinggo Kabupaten Tanah Datar
Kabupaten Sidoarjo Kabupaten Agam
10 JAWA TIMUR
Kabupaten Banyuwangi 28 SUMATERA BARAT Kabupaten Sijunjung
Kabupaten Madiun Kota Payakumbuh
Kabupaten Pacitan Kota Padang
Kota Probolinggo Kota Sawahlunto
Kota Batu Provinsi Sumatera Selatan
� 29� SUMATERA SELATAN
Kota Kediri Kota Prabumulih
Kota Madiun Provinsi Sumatera Utara
Kota Malang Kabupaten Labuhan Batu
Provinsi Kalimantan Barat � 30� SUMATERA UTARA Kabupaten Mandailing Natal
Kabupaten Kubu Raya Kota Binjai
11 KALIMANTAN BARAT
Kabupaten Ketapang Kota Medan
Kota Pontianak
Keterangan:
Kabupaten Tabalong
Kabupaten Tanah Bumbu 1 Status 1 (Leads): Instansi Pemerintah yang telah melakukan koordinasi/inisiasi awal dengan LKPP;
2 Status 2 (Inisiasi): Instansi Pemerintah yang sudah mengirimkan surat minat implementasi e-Procurement dan telah melaksanakan sosialisasi;
Kabupaten Tanah Laut 3 Status 3 (Pra Operasional): Instansi Pemerintah yang masih dalam tahap persiapan operasional (telah melaksanakan manajemen training bagi
Kabupaten Balangan pengelola LPSE, terbitnya regulasi tentang LPSE, telah tersedianya infrastruktur dan aplikasi SPSE yang dapat diakses oleh publik)
12 KALIMANTAN SELATAN Kabupaten Hulu Sungai Selatan 4 Status 4 (Pra Tender): Instansi Pemerintah yang segera melakukan lelang e-Procurement dengan LPSE (persiapan lelang e-Procurement );
5 Status 5 (Operasional & Tender): Telah melaksanakan lelang.
Kabupaten Hulu Sungai Utara
Tabel 4. Progres Tahapan Implementasi e-Procurement Pemerintah
Kabupaten Kotabaru
Daerah.
Kota Banjarbaru
Kota Banjarmasin
Provinsi Kalimantan Tengah
25 Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik
Kabupaten Kapuas Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pelayanan Publik 26
13 KALIMANTAN TENGAH Kabupaten Kotawaringin Timur
BAB 2
Peran Strategis Pemerintah Indonesia saat ini berusaha
untuk mewujudkan pemerintahan
Reformasi birokrasi mencakup beberapa
aspek sebagai berikut:
e-Procurement yang bersih (clean government) dan
menerapkan tata kelola yang baik
• Kelembagaan: yaitu dengan
menyusun organisasi yang ramping
(good governance). Kedua hal tersebut struktur namun kaya fungsi;
baru bisa dicapai jika penyelenggaraan • Sumber Daya Manusia (SDM): yaitu
pemerintahan didasarkan pada prinsip dengan menciptakan SDM yang
kepastian hukum, profesional, visioner, profesional dan kompeten;
efisien, efektif, akuntabel, transparan, • Tata Laksana: yaitu dengan
dan partisipatif. menciptakan proses bisnis yang
efisien dan efektif;
Maraknya praktik korupsi, rendahnya • Pengawasan dan Akuntabilitas: yaitu
kualitas layanan publik yang tidak dengan menciptakan proses bisnis
memenuhi harapan publik, birokrasi yang transparan dan akuntabel; dan
pemerintahan yang tidak efisien dan • Pelayanan Publik: yaitu dengan
efektif, transparansi dan akuntabilitas menyelenggarakan pelayanan publik
yang rendah, serta rendahnya disiplin yang cepat, tepat, murah, mudah,
dan etos kerja aparatur negara menjadi tidak diskriminatif, dan memuaskan.
dasar perlunya reformasi untuk mencapai
pemerintahan yang bersih. Khusus untuk Pelayanan Publik, telah
disusun berbagai rencana aksi agar
Pencapaian tata kelola pemerintahan penyelenggaraan pelayanan publik yang
memerlukan reformasi di berbagai bidang dicita-citakan dapat tercapai. Rencana
dimana termasuk didalamnya adalah aksi tersebut mencakup penciptaan
reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi iklim usaha dan investasi yang kondusif,
di Indonesia saat ini tengah berlangsung pembentukan pelayanan satu atap,
untuk menciptakan pemerintahan yang penciptaan inovasi penyelenggaraan
baik di tahun 2025 . pelayanan publik, dan akses data yang
lebih cepat melalui jaringan sistem online.

9. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi.
http://www.menpan.go.id/images/stories/PER15_2008.pdf

Peran Strategis e-Procurement 28


secara konvensional (tanpa elektronik), • Pengadaan secara arisan dan adanya Sektor pengadaan memegang porsi yang
seperti misalnya pengadaan alat kick-back selama proses pengadaan; cukup besar dalam Anggaran Pendapatan
kesehatan di Kementerian Kesehatan , • Melakukan suap untuk memenangkan dan Belanja Negara (APBN) yang
pengadaan mobil pemadam kebakaran pengadaan; jumlahnya terus berkembang dari tahun
yang melibatkan berbagai instansi pusat ke tahun. Dalam APBN 2009, total Belanja
• Proses pengadaan yang tidak transparan;
dan daerah , pengadaan kapal patroli di Negara adalah sebesar Rp 1037 triliun.
• Pengelola proyek tidak mengumumkan
Kementerian Perhubungan , pengadaan Dari jumlah tersebut, Rp 443 triliun adalah
rencana pengadaan;
helikopter di Provinsi Nanggroe Aceh merupakan Belanja Pemerintah Pusat dan
Darussalam (NAD) , serta pengadaan • Pemasok mematok harga yang lebih Rp 594 triliun mengalir ke daerah. Total nilai
Sistem Komunikasi Radio Terpadu tinggi (mark-up); belanja yang melalui proses pengadaan
(SKRT) di Kementerian Kehutanan . • Memenangkan perusahaan saudara, barang/jasa pemerintah adalah sebesar
kerabat, atau kelompok tertentu; Rp 347 triliun atau sekitar 33,4 persen dari
Sejak Komisi Pemberantasan Korupsi • Tidak membuka akses bagi peserta total, dimana Rp 180 triliun merupakan
(KPK) ada, sebanyak 50 perkara dari daerah sekitarnya; bagian dari Belanja Pemerintah Pusat, dan
pengadaan barang/ jasa pemerintah sudah Rp 167 triliun adalah Belanja Daerah . Jika
• Mencantumkan spesifikasi teknis yang
ditangani (lihat Box 2) dengan total nilai dikaitkan dengan hasil laporan Bank Dunia,
hanya dapat dipasok oleh satu pelaku
proyek mencapai Rp 1,9 triliun. Dari 50 maka potensi kebocoran pengadaan
Sumber: Surat Kabar Kompas, Jumat, 4 Desember 2009
usaha tertentu;
perkara tersebut, rata-rata 35 persen dari barang/jasa pemerintah adalah
Box 2 – Penghematan Anggaran dengan e-Procurement anggaran berpotensi diselewengkan, yang • Adanya pemasok yang tidak sebesar Rp 69,4 triliun.
nilainya mencapai Rp 689,19 miliar . memenuhi kelengkapan administrasi
Pedoman Umum Reformasi Birokrasi namun tetap dapat ikut pengadaan Di tengah pandangan umum bahwa
secara eksplisit juga menyatakan bahwa Pengadaan pemerintah telah melewati dan bahkan menang; teknologi hanyalah alat bantu,
pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, sejarah panjang dan berbagai bentuk • Menggunakan metoda pemilihan e-procurement menunjukkan peran
TIK serta perubahan lingkungan strategis penyimpangan telah teridentifikasi, penyedia barang/jasa pemerintah strategis tersendiri untuk membantu
menuntut birokrasi pemerintahan untuk yaitu diantaranya : yang tidak seharusnya untuk terwujudnya reformasi birokrasi. Di
direformasi dan disesuaikan dengan mencapai maksud tertentu seperti Departemen Keuangan, implementasi
dinamika tuntutan masyarakat. menggunakan metoda penunjukan e-procurement di tahun 2009 telah
langsung dengan tidak menghiraukan memberikan kontribusi penghematan
Sebagai bagian dari pelayanan publik, ketentuan yang telah ditetapkan. anggaran sampai 18,4 persen (lihat Box 2).
pengadaan barang/jasa pemerintah Belum lagi jika dilihat dari potensi
merupakan aktivitas yang sering pengurangan tingkat kebocoran dengan
mendapatkan sorotan di berbagai
menggunakan sistem elektronik.
media. Banyak pejabat pemerintah yang
terpaksa harus berhadapan dengan
penegak hukum sebagai akibat dari tidak 10. Pemenang Kontrak Subtradingkan Pengadaan Alat Depkes (2009)
http://nasional.kompas.com/read/2009/ 02/25/15164675/ pemenang.kontrak.subtradingkan.pengadaan.alat.depkes
diikutinya ketentuan pengadaan yang 11. Kasus Damkar, Mardiyanto Penuhi Panggilan KPK (2009) http://nasional.kompas.com/read/2009/07/22/11281163/kasus.damkar.mardiyanto.penuhi.panggilan.kpk.
12. Korupsi Kapal Patroli, Dua Mantan Pejabat Dephub Disidang (2009) http://nasional.kompas.com/read/ 2009/09/25/18015976/korupsi.kapal.patroli.dua.mantan.pejabat.dephub.disidang.
ada. Dalam beberapa tahun terakhir, 13. Pengadaan Helikopter Mi-2 Diduga Mark-Up (2004) http://www.tempo.co.id/hg/nasional/2004/06/10/brk,20040610-40,id.html

kita melihat permasalahan dalam 14. KPK Periksa Sekjen Dephut (2009) http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2009/12/16/42239
15. APBN Potensi Dikorupsi: Kerugian Negara Pengadaan Barang Senilai Rp. 689,19 Miliar. Surat Kabar Kompas 3 Desember 2009.
pengadaan barang/jasa pemerintah http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/12/03/03451546/APBN.Potensi.Dikorupsi
16. Ikak Gayuh Patriastomo (2007) e-Procurement, Forum Pengadaan, http://www.lkpp.go.id/v2/files/download/9/Forum-2007-12-03-E-Procurement.pdf
17. www.fiskal.depkeu.go.id

29 Peran Strategis e-Procurement Peran Strategis e-Procurement 30


e-Procurement dan e-Government
Jika dibandingkan dengan inisiatif
e-Procurement dapat e-government seperti misalnya sistem
menjadi penggerak utama untuk KTP, penerbitan IMB, KK, SIUP, dan
berbagai pelayanan administratif lainnya,
inisiatif e-government maka e-procurement memiliki karakteristik
yang unik. Sifat pelayanan berbagai inisiatif
di atas lebih banyak bersifat satu lawan
satu yaitu antara pemerintah yang langsung
berurusan dengan individu masyarakat.
e-Procurement memiliki karakteristik yang
berbeda dimana inisiatif ini melibatkan
banyak pihak yaitu diantaranya lembaga
pemerintah, panitia pengadaan, pejabat
pembuat komitmen, penyedia barang/jasa,
konsultan, pajak, dan bank.

Berbeda dengan inisiatif e-government yang


umumnya bersifat sektoral, e-procurement
bersifat lintas sektor dan membutuhkan
koordinasi antar sektor. Seluruh unit usaha
dalam organisasi pasti melakukan kegiatan
pengadaan dan oleh karenanya pasti
memerlukan proses pengadaan. Jadi,
e-procurement merupakan inisiatif yang
dibutuhkan di seluruh komponen organisasi.

Berdasarkan karakteristik di atas, maka


tidak salah jika e-procurement dianggap
sebagai salah satu inisiatif e-government
yang paling efektif memberikan hasil
nyata dalam bentuk transparansi dan
efisiensi proses pengadaan pemerintah.
e-Procurement sering dianggap sebagai
penggerak utama (prime mover)
dari e-government .
Jika dikaitkan dengan aspek reformasi
18. Paola Magrini (2005) Transparency in Public e-Procurement: The Italian Perspective.
http://unpan1.un.org/intradoc/groups/public/documents/caimed/unpan022518.pdf

31 Peran Strategis e-Procurement Peran Strategis e-Procurement 32


e-Procurement dan Reformasi Birokrasi

Jika dikaitkan dengan aspek reformasi e-Procurement merupakan inisiatif yang Teknologi e-procurement memberikan tidak hanya proses bisnisnya sudah
birokrasi, inisiatif e-government menyentuh seluruh aspek reformasi mekanisme pengawasan dan pengaduan ditata ulang oleh Keppres tersebut,
yang terkait dengan perijinan lebih birokrasi. Ditinjau dari sisi Pengawasan atas dugaan penyimpangan pada suatu tetapi juga sekaligus diotomasikan
menitikberatkan pada aspek Tata dan Akuntabilitas, pengawasan oleh proses pengadaan. Transparansi dan dengan bantuan TIK. Salah satu contoh
Laksana dan Pelayanan Publik. Mereka masyarakat terhadap proses pengadaan keterbukaan proses pengadaan tentunya otomasi dalam e-procurement adalah
lebih mengutamakan penyelenggaraan di masa lalu dirasakan kurang antara lain akan semakin memudahkan proses proses penjadwalan pengadaan yang
pelayanan publik yang cepat, tepat, disebabkan oleh minimnya pengetahuan, pengawasan. Seluruh elemen masyarakat membuat proses pengadaan menjadi
murah, mudah, dan memuaskan pemahaman, dan perhatian masyarakat terutama lembaga non-pemerintah lebih disiplin dan transparan. Pada kasus
dengan menciptakan proses bisnis tentang pengadaan barang/jasa diharapkan dapat berperan secara aktif tertentu, penggunaan e-procurement
yang efisien dan efektif. Mekanisme pemerintah. Disamping itu, tidak dalam mengawasi proses pengadaan. telah mempercepat proses pengadaan
pengawasan belum tentu tersedia dan tersedianya mekanisme pengawasan dan yang tadinya memerlukan waktu 36 hari
kompetensi SDM yang dibutuhkan lebih penyampaian pengaduan atas dugaan Ditinjau dari sisi Tata Laksana, tidak dengan cara konvensional menjadi hanya
mengutamakan kepada pengetahuan penyimpangan pengadaan semakin hanya proses pengadaan menjadi lebih 18 hari dengan penggunaan teknologi .
umum tentang TIK. memperkecil keinginan, peran dan jelas ketentuannya dengan diterbitkannya Penerapan e-procurement di Andhra
partisipasi masyarakat untuk melakukan Keppres No. 80 Tahun 2003, Pradesh, negara bagian India, telah
proses pengawasan . Ketika mekanisme teknologi telah memungkinkan untuk mempercepat proses pengadaan dari
pengawasan tidak ada, maka peluang mengotomatisasikan ketentuan tersebut. 120-180 hari dengan cara konvensional
terjadinya penyimpangan akan semakin Oleh karenanya, efisiensi dan efektivitas menjadi hanya 36 hari .
besar. Korupsi dan kolusi diantara pihak yang diraih menjadi berlipat karena
yang terlibat menjadi mungkin.

19. Ikak Gayuh Patriastomo (2007) e-Procurement. Forum Pengadaan. http://www.lkpp.go.id/v2/files/download/9/Forum-2007-12-03-E-Procurement.pdf


20. LKPP Galakkan Lelang Via Elektronik (e-Procurement) (2009) http://www.lkpp.go.id/v2/highlight-detail.php?id=9433442848
21. K. Bikshapathi dan P. Raghuveer (2007) Implementation of e-procurement in the Government of Andhra Pradesh: A Case Study.
http://www.csi-sigegov.org/casestudies/22_implement_e_procure.pdf

33 Peran Strategis e-Procurement Peran Strategis e-Procurement 34


Terkait dengan Kelembagaan, hadirnya Manfaat Lebih Jauh dari e-procurement
LKPP dan LPSE di berbagai instansi
merupakan perwujudan salah satu aspek Pemanfaatan e-procurement juga
reformasi birokrasi. LKPP juga memberikan Berkat e-procurement, menunjukkan bahwa teknologi juga
dukungan pelatihan dan pendampingan proses pengadaan dapat dapat berkontribusi membenahi berbagai
sehingga sumber daya manusia yang persoalan terkait pengadaan barang/jasa
melakukan proses pengadaan memiliki dipersingkat dari 36 hari pemerintah yang mungkin sulit dicapai
kompetensi yang dibutuhkan. Penjaminan menjadi 18 hari jika kita hanya berfokus pada aspek
dan peningkatan kompetensi juga reformasi birokrasi yang telah disebutkan
dilakukan dengan penyelenggaraan di atas (kelembagaan, SDM, tata laksana,
pelatihan yang difasilitasi oleh LKPP. pengawasan dan akuntabilitas, serta
Kompetensi yang dimiliki tentunya pelayanan publik).
merupakan modal untuk memberikan
pelayanan yang profesional kepada e-Procurement memperluas akses
publik. Selain itu, setiap pihak, baik yang pasar dan membantu menciptakan
melakukan belanja maupun pelaku usaha, persaingan sehat (transparansi, harga
yang menggunakan LPSE wajib menaati yang lebih baik, dan pola interaksi yang
Pakta Integritas untuk menjaga integritas lebih baik). Teknologi memungkinkan
proses dan dirinya. Hal ini menjadi salah penyedia barang/jasa pemerintah di
satu instrumen untuk meningkatkan sebuah daerah, dengan hanya sekali
kepercayaan publik sehingga mendaftarkan diri, mendapatkan
penyelenggaraan pelayanan publik yang akses pasar yang lebih luas, yaitu
profesional dan kredibel dapat tercipta. dalam hal ini seluruh Indonesia, untuk
kemudian melakukan persaingan secara
sehat dan terbuka. Pengusaha besar
dan pengusaha kecil mendapatkan
informasi peluang pasar yang sama dan
mendapatkan kesempatan yang sama
untuk memenangkan peluang tersebut.

22. Ikak Gayuh Patriastomo (2007) Trust dalam Pelelangan. Forum Pengadaan. http://www.lkpp.go.id/v2/files/download/9/Forum-2007-10-01-Trust-dalam-Pelelangan.pdf
Isi Pakta Integritas adalah sebagai berikut:
• Tidak akan melakukan praktek KKN;
• Akan melaporkan kepada pihak yang berwajib/berwenang apabila mengetahui ada indikasi KKN di dalam proses lelang ini;
• Dalam proses pengadaan ini, berjanji akan melaksanakan tugas secara bersih, transparan, dan profesional dalam arti akan mengerahkan segala kemampuan dan
sumber daya secara optimal untuk memberikan hasil kerja terbaik mulai dari penyiapan penawaran, pelaksanaan, dan penyelesaian pekerjaan/kegiatan ini;
• Apabila saya melanggar hal-hal yang telah saya nyatakan dalam PAKTA INTEGRITAS ini, saya bersedia dikenakan sanksi moral, sanksi administrasi serta dituntut
ganti rugi dan pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

35 Peran Strategis e-Procurement Peran Strategis e-Procurement 36


e-Procurement juga memberikan rasa aman pengadaan, pelaku usaha akan selalu Selain kinerja organisasi, e-procurement e-Procurement juga meningkatkan
dan nyaman. Rasa aman karena proses mengetahui mengapa mereka tidak berhasil juga dapat digunakan sebagai sarana perhatian terhadap fasilitas TI. Sifat
pengadaan mengikuti ketentuan yang diatur memenangkan sebuah paket pengadaan. untuk monitoring dan evaluasi (monev) e-procurement yang lintas sektor
secara elektronik dengan mengedepankan Pelaku usaha yang baik akan terus atas indikator kinerja pengadaan barang/ menuntut penyediaan fasilitas TI yang
transparansi dan akuntabilitas, sehingga berusaha memperbaiki diri untuk dapat jasa pemerintah yang dapat ditinjau dari mencukupi kebutuhan setiap unit
pemenang adalah penyedia barang/jasa memperbesar kemungkinan memenangkan beberapa kategori 23, yaitu diantaranya: organisasi dalam menyelenggarakan
yang telah mengikuti kompetisi dengan adil paket pengadaan di kemudian hari. proses pengadaan. Ketika sistem
dan terbuka. Jumlah peserta pengadaan • Tata Kelola yang mencakup aspek yang ada tidak dapat digunakan
yang bertambah akan meningkatkan e-Procurement juga berdampak terhadap Transparansi dan Akuntabilitas: oleh pihak yang terkait dengan
persaingan yang mengakibatkan penawaran interaksi yang terjadi antara pelaku usaha ° Jumlah pengadaan yang diumumkan proses pengadaan, tentunya akan
mencapai harga pasar yang sesungguhnya. dengan pemerintah. Jika di masa lalu, secara elektronik; menimbulkan keluhan. Dari sisi
Risiko panitia menjadi berkurang karena pelaku usaha perlu sering mendatangi ° Jumlah dokumen pengadaan yang panitia pengadaan, ketidaktersediaan
teknologi membantu mengurangi instansi pemerintah di masing-masing diunggah secara elektronik; sistem akan mengganggu proses
kemungkinan kesalahan prosedur baik sektor dan mendekati pihak yang terkait pencantuman pengadaan beserta
° Jumlah pengadaan yang telah
yang disengaja maupun tidak. Pada untuk mendapatkan informasi tentang ditentukan pemenangnya; dokumen penunjangnya. Dari sisi
akhirnya, masing-masing pihak merasa peluang pengadaan, maka kini informasi pelaku usaha, ketidaktersediaan
nyaman berkat bantuan e-procurement. tersebut telah tersedia dalam sistem. ° Persaingan: seberapa luas sistem akan mengganggu proses
e-procurement memberikan
Kenyamanan yang diberikan juga dapat Akibatnya, terjadi perubahan cara pengunduhan dokumen pengadaan, dan
kesempatan kepada penyedia
dilihat dari menurunnya jumlah sanggah berinteraksi dimana frekuensi komunikasi pengunggahan dokumen penawaran.
barang/jasa untuk ikut berkompetisi;
sejak digunakannya e-procurement. melalui sistem e-procurement meningkat Oleh karenanya, e-procurement
sedangkan frekuensi tatap muka menjadi ° Sanggah: seberapa banyak penurunan menuntut organisasi untuk meningkatkan
jumlah sanggah yang muncul dari
Teknologi juga turut berperan mengubah jauh berkurang. kapasitas dan kemampuan dalam
masing-masing paket pengadaan;
‘budaya kerja’ aparatur negara yang terlibat. pengelolaan sistem TI.
Pengaturan jadwal dan waktu yang ketat e-Procurement juga memberikan manfaat ° Kinerja pelaku usaha: e-procurement
membuat tidak ada lagi toleransi terhadap lain diluar yang diperkirakan. Sebagai dapat digunakan untuk melakukan e-Procurement juga mengajak pihak
keterlambatan. Konsekuensinya, semua contoh, seluruh proses pengadaan, monitoring kinerja pelaku usaha yang terlibat untuk lebih mengenal
termasuk mengkategorikan dalam
pihak yang terlibat harus mengubah budaya mulai dari pengumuman sampai dengan dan mengerti TI. Panitia pengadaan
daftar hitam bagi pelaku usaha yang
kerja mereka untuk disiplin memenuhi penetapan pemenang, tercatat dalam tidak memiliki integritas. dituntut mampu menggunakan teknologi
tenggat waktu yang telah ditetapkan. Selain sistem. Akibatnya, setiap kegiatan yang TI dalam mengoperasikan sistem
pengaturan jadwal dan waktu, teknologi tercantum sebagai item pengadaan secara • Efisiensi dan Efektivitas: e-procurement. Pelaku usaha wajib
juga membantu memastikan bahwa tidak langsung mencerminkan aktivitas menggunakan teknologi yang ada 24 jika
yang dilakukan oleh unit organisasi tersebut. ° Efisiensi proses: seberapa besar
semua persyaratan, ketentuan, dan proses ingin berpartisipasi dalam kegiatan
e-procurement mengurangi biaya yang
dipenuhi serta ditaati. Pimpinan juga dapat menggunakan sistem dikeluarkan dan waktu yang diperlukan pengadaan. Seperti yang disebutkan
ini untuk mengetahui jumlah kegiatan untuk melakukan proses pengadaan; di Bab 1, teknologi menjadi sebuah
Selain memberikan perubahan budaya yang telah dilaksanakan, sedang dalam keniscayaan untuk dimanfaatkan.
° Efisiensi harga: seberapa dekat harga
kerja aparatur negara, e-procurement juga proses pelaksanaan, maupun yang akan
yang ditawarkan terhadap harga pasar.
berperan mengubah sikap para pelaku dilaksanakan. Secara tidak langsung, hal
usaha untuk dapat terus meningkatkan ini tentunya juga menunjukkan kinerja 23. Electronic Government Procurement (e-GP) Frequently Asked Questions. (2009)
http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/PROJECTS/PROCUREMENT/0,,contentMDK:20741830~isCURL:
kompetensinya. Dalam setiap proses organisasi yang dipimpinnya. Y~menuPK:84285~pagePK:84269~piPK:60001558~theSitePK:84266,00.html#_Toc121292596
24.Pengertian teknologi yang ada disini menjadi penting karena pelaku usaha diberi berbagai alternatif teknologi untuk dapat menggunakan sistem e-procurement.

37 Peran Strategis e-Procurement Peran Strategis e-Procurement 38


Walaupun banyak sekali manfaat yang
dapat diperoleh dari penggunaan
e-procurement seperti telah dijelaskan
di Bab sebelumnya, tidak berarti bahwa
implementasi e-procurement mulus tanpa
kendala. Sebagai bagian dari inisiatif
e-government, kesuksesan implementasi
e-procurement juga ditentukan oleh
beberapa faktor berikut 25:

• e-Leadership:
Implementasi e-procurement
membutuhkan komitmen dan
dukungan penuh dari pimpinan.

BAB 3 Dukungan Dari Banyak Pihak Dukungan dari pimpinan perlu


diwujudkan dalam wujud tindakan
nyata dan bukan hanya sekedar
wacana. Terlebih lagi karena,
e-procurement adalah inisiatif yang
melibatkan seluruh unit dalam
organisasi. Kerjasama diantara instansi
horisontal akan berlangsung dengan
lebih efektif jika pimpinan mendukung.
Dukungan nyata dari pimpinan
biasanya diikuti dengan komitmen
penyediaan anggaran dan
dikeluarkannya berbagai regulasi untuk
mempercepat penetrasi e-procurement.

25. Prof. Himawan Adinegoro (2009) Strategi Pengembangan dan Implementasi e-Procurement di Indonesia, Materi Presentasi

Dukungan Dari Banyak Pihak 40


• Transformasi pola pikir dan pola tindak: • Jumlah dan mutu sumber daya
implementasi e-procurement manusia (SDM):
memerlukan perubahan perilaku dan teknologi tidak akan mungkin berjalan
mental dari seluruh pihak yang terkait. dengan sendirinya tanpa adanya
Hadirnya teknologi telah mengurangi pihak yang mengelola. Implementasi
kemungkinan adanya perilaku e-procurement membutuhkan jumlah
pengadaan yang menyimpang dari SDM yang memadai. Tidak hanya
ketentuan yang ada, dan ini seringkali dari sisi jumlah yang harus
menjadi salah satu faktor penyebab diperhatikan, namun juga dari
penolakan terhadap teknologi sisi kompetensi yang mereka miliki.
tersebut. Manajemen perubahan yang Implementasi e-procurement
mencakup seluruh lini dalam membutuhkan SDM yang memiliki
organisasi perlu dilakukan. Di keahlian dalam bidang infrastruktur
beberapa lokasi, seperti halnya TI dan juga SDM yang memahami
di LPSE Pemerintah Kota Batam, ketentuan pengadaan. Rendahnya
transformasi yang terjadi sampai literasi TI di beberapa daerah di
menyentuh kepada artefak yang Indonesia memberikan tantangan
digunakan, seperti tatanan ruang LPSE tersendiri dalam penyiapan SDM.
yang tampil profesional sampai
Gambar 9. Fasilitas LPSE Pemerintah Kota Batam
kepada seragam yang tampil ramah
(lihat Gambar 9).

41 Dukungan Dari Banyak Pihak Dukungan Dari Banyak Pihak 42


• Ketersediaan infrastruktur:
infrastruktur yang dimaksud disini setiap unit dapat mengelola kegiatan
mencakup banyak hal, dari mulai pengadaannya dari lokasinya
perangkat keras, piranti lunak, sampai masing-masing, maka tentunya
kepada jaringan komunikasi dan diperlukan jaringan komunikasi yang
sarana fisik lainnya. Dari sisi perangkat menghubungkan masing-masing unit
keras, implementasi teknologi ini dengan lokasi dimana server berada.
membutuhkan server dan juga Tidak hanya ‘jalan penghubung’ yang
beberapa komputer personal baik perlu disediakan, namun juga perlu
untuk kegiatan administrasi seperti dipikirkan ‘lebar jalan’-nya agar
pendaftaran pelaku usaha, lalulintas data tidak menjadi ‘macet’
pencantuman paket pengadaan, ketika jumlah transaksinya meningkat
maupun untuk keperluan bidding. pesat. Selain dari infrastruktur yang
Dari sisi piranti lunak, seluruh aplikasi terkait dengan TI, juga perlu dipikirkan
yang diperlukan telah disediakan oleh sarana fisik LPSE yang menjadi tempat
LKPP. Kemudian dari sisi jaringan berinteraksi antara pelaku usaha
komunikasi, jika diharapkan bahwa dengan pemerintah.

43 Dukungan Dari Banyak Pihak Dukungan Dari Banyak Pihak 44


Strategi Pengembangan Menghadapi berbagai tantangan yang • Pengembangan Infrastruktur TI
telah disebutkan di bagian sebelumnya, Infrastruktur TI dapat dibagi dalam tiga
diperlukan strategi pengembangan yang kelompok besar: perangkat keras,
tepat agar implementasi e-procurement piranti lunak, dan jaringan komputer.
berhasil dan berkelanjutan. Untuk itu, Mengingat perangkat keras dan
LKPP telah menempuh langkah berikut : jaringan komputer akan lebih banyak
menggunakan fasilitas yang telah ada
• Membangun Komitmen di masing-masing instansi pengguna,
Dua faktor kesuksesan yang disebut LKPP lebih berfokus pada
kan di atas (yaitu, e-leadership dan pengembangan dan pemeliharaan
perubahan pola pikir dan pola tindak) piranti lunak yaitu dalam hal ini sistem
dapat diatasi dengan melakukan aplikasi e-procurement beserta fitur
serangkaian sosialisasi, diskusi, pendukungnya. Seluruh proses bisnis
dan lobi. Di setiap kesempatan, LKPP yang tertuang dalam Keppres
selalu berdiskusi dengan pimpinan No. 80 Tahun 2003 telah diwujudkan
instansi untuk menjelaskan manfaat dalam aplikasi e-procurement yang
dan kemudahan yang diberikan dikembangkan. Selain itu, sifat dari
oleh e-procurement. Ketika gayung aplikasi yang bersifat kode sumber
bersambut, kerjasama lebih lanjut terbuka (open source), bebas lisensi
dapat dilakukan. (freelicense) dan bebas biaya (free of
charge), merupakan salah satu faktor
• Peningkatan Kapasitas SDM utama akselerasi penerapan
Kegiatan selanjutnya adalah sosialisasi e-procurement. Investasi piranti lunak
terhadap pihak yang terlibat dalam proses yang mencakup komitmen biaya,
pengadaan. Beberapa agen perubahan pemahaman proses bisnis, dan waktu
kemudian dipilih untuk diberikan pengembangan tidak lagi menjadi
pendidikan dan pelatihan terkait proses hambatan bagi sebuah instansi
pengadaan dan penggunaan aplikasi pemerintah, karena sudah dilakukan
e-procurement. Dalam semua kegiatan oleh LKPP. Fasilitas helpdesk
tersebut, LKPP selalu mendukung penuh dan pelatihan juga disediakan oleh
dengan menyediakan materi pelatihan, LKPP sebagai bagian dari komitmen
lengkap dengan instrukturnya, tanpa penyediaan piranti lunak.
dipungut biaya.

26. Prof. Himawan Adinegoro (2009) Strategi Pengembangan dan Implementasi e-Procurement di Indonesia, Materi Presentasi.

45 Dukungan Dari Banyak Pihak Dukungan Dari Banyak Pihak 46


Strategi Implementasi
Implementasi e-procurement yang Pilihan strategi tersebar-dan-otonom • Inisiatif Penerapan. Berkaca dari Kesuksesan dan akselerasi yang diraih
terpusat dan dikelola oleh lembaga juga diambil dengan mempertimbangkan kegagalan implementasi TIK di tidak lain adalah karena dukungan
tunggal seperti yang dilakukan hal berikut: beberapa tempat, salah satu faktor kemandirian, pemberdayaan, semangat
Singapura dan Korea Selatan adalah yang sering menjadi penyebab gotong-royong, dan kesukarelaan dari
pilihan yang tepat bagi kedua negara • Kapasitas dan Kapabilitas SDM. kegagalan implementasi TIK adalah instansi yang bergabung dalam LPSE.
tersebut dengan melihat pada kondisi Masing-masing pemerintah daerah ketika inisiatif tersebut dilakukan Bersama dengan LPSE yang tersebar di
geografis, politik, kesenjangan digital, akan terdorong untuk meningkatkan atas prinsip supply (diberikan) dan berbagai instansi, secara otonomi dan
dan infrastruktur TI mereka. kompetensi dan kapasitas SDM untuk bukan karena demand (dibutuhkan) . desentralistik, LKPP terus menyebarkan
mengelola sistem e-procurement yang Implementasi e-procurement implementasi e-procurement di
Namun demikian, kondisi mereka pada akhirnya akan mempersempit di Indonesia merupakan kegiatan Indonesia. LKPP berperan dalam
berbeda dengan Indonesia. Kondisi kesenjangan digital. implementasi TIK yang bersifat pengembangan dan pemeliharaan
geografis negara yang terdiri dari ribuan nasional, namun program ini didahului aplikasi e-procurement, sementara
pulau, kondisi infrastruktur TI yang tidak • Registrasi dan Manajemen Vendor. dengan membangun kebutuhan LPSE di Kementerian/Lembaga/BUMN/
merata, dan masih adanya masalah Strategi tersebar juga memungkinkan dari instansi. Pemerintah Daerah/Perguruan Tinggi
kesenjangan digital, serta kondisi politik penyedia barang/jasa untuk dapat berperan untuk membangun infrastruktur
di Indonesia, membuat LKPP memilih melakukan registrasi di LPSE yang • Karakteristik Pasar Pengadaan. Jika LPSE, mengoperasikan LPSE, serta
strategi implementasi e-procurement lokasinya dekat dengan domisili penyedia. kita melihat karakteristik para penyedia melayani pengguna dan penyedia di
secara tersebar-dan-otonom. barang/jasa di Indonesia, sebanyak 90 masing-masing wilayahnya.
• Biaya Investasi Bertahap. Biaya persen berusaha dalam kota yang
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 investasi dapat dilakukan secara sama, hanya 9 persen yang berani
tentang Pemerintahan Daerah yang bertahap dan lebih berfokus pada bergerak ke luar kota, dan hanya 1
memberikan kewenangan kepada instansi yang memang telah siap untuk persen yang bergerak secara nasional ,
pemerintahan daerah dalam mengatur dan membuka LPSE serta memiliki maka transaksi data yang terjadi akan
mengurus sendiri urusan pemerintahan infrastruktur yang mencukupi. lebih banyak bersifat lokal sehingga
menurut asas otonomi untuk sistem tersebar-dan-otonom lebih
mempercepat terwujudnya kesejahteraan • Proses Internalisasi. Strategi tersebar- cocok ketimbang sistem terpusat.
masyarakat termasuk memberi pelayanan dan-otonom akan meningkatkan rasa
sedekat-dekatnya kepada masyarakat, memiliki pemerintah daerah akan • Karakteristik dasar Internet. Internet
maka setiap pemerintah daerah wajib program implementasi e-procurement memiliki karakteristik dasar dimana
menyelenggarakan pelayanan pengadaan sehingga mempercepat proses setiap pihak dapat membangun
barang/jasa pemerintah secara elektronik. internalisasi di lingkungan mereka. sistemnya secara otonom untuk
kemudian menghubungkannya ke
jaringan yang lebih global. Karakteristik
dasar ini membuat strategi tersebar-
dan-otonom menjadi lebih sesuai.
27. Usha Rani Vyasulu Reddi (2009) Modul 1: Kaitan antara Penerapan TIK dan Pembangunan yang Bermakna, Akademi Esensi TIK untuk Pimpinan Pemerintahan.
UN-APCICT. http://www.unapcict.org/academy/academy-modules/bahasa-indonesia/module1
28. Wawancara pribadi dengan Ikak Gayuh Patriastomo.

47 Dukungan Dari Banyak Pihak Dukungan Dari Banyak Pihak 48


Jika kita mengacu pada roadmap yang
diusulkan oleh Bank Dunia,
Asian Development Bank (ADB) dan
InterAmerican Development Bank (IDB) ,
29

adopsi e-procurement dapat dibagi dalam


empat tingkatan (lihat Gambar 10), yaitu
sebagai berikut: Gambar 10. Tingkatan Adopsi e-Procurement 30

• Publikasi: Tingkatan ini ditandai • Interaksi: Di tingkat interaksi, terjadi • Transaksi: Pada tingkatan ini, selain • Transformasi: Di tingkatan paling
ketika semua pihak dapat melihat pertukaran informasi yang cerdas dan penyediaan informasi seperti yang akhir ini, terjadi perubahan besar di
semua proses. Informasi dapat mengikuti urutan. Pengumpulan informasi terjadi di tingkatan interaksi, barang masyarakat terhadap banyak aspek.
diakses dengan mudah karena data dilakukan ketika terjadi operasi, tidak dan jasa diperjualbelikan secara bersaing Sektor publik dan swasta mengalami
telah disederhanakan, diintegrasikan hanya berupa laporan sesudah dengan ditunjang sistem pasokan reorganisasi. Proses sosial dan
dan distandarisasikan. Partisipan kejadian. Ini meningkatkan keabsahan (supply), permintaan (demand), dan ekonomi mengalami perubahan
pengadaan dapat terus terinformasikan dan mengurangi biaya. Pencarian pembayaran. Batasan waktu dan dan akibatnya struktur jabatan-pun
dan melakukan pengawasan. Dengan informasi juga menjadi lebih mudah geografis terhapuskan karena peserta ikut berubah. Layanan menjadi lebih
publikasi, maka transparansi dan dengan digunakannya basisdata pengadaan dapat melakukan aktivitasnya terintegrasi, rantai nilai berubah, dan
akuntabilitas juga lebih terlihat. yang memudahkan pengaturan data, kapanpun dimanapun, dan nilai tambah muncul layanan-layanan baru.
pengecekan-silang, dan pertukaran dari transaksi yang ada menjadi Hubungan sosial ikut berubah sehingga
informasi, sekaligus menghindari meningkat. Partisipan pengadaan dapat juga terjadi perubahan interaksi orang-
duplikasi data. Partisipan pengadaan melakukan aktivitas mereka secara online ke-orang, orang-ke-organisasi maupun
dapat bertukar informasi dasar untuk dan mereka dapat memperdagangkan organisasi-ke-organisasi. Akuntabilitas
pengambilan keputusan. Di tingkatan banyak jenis barang dan jasa. menjadi total dan permanen. Informasi
ini juga terjadi peningkatan efisiensi Transparansi dan akuntabilitas melebur menjadi sangat penting dalam
dan transparansi. dalam perangkat bantu yang digunakan kehidupan sehari-hari.
untuk menunjang proses pengadaan.
Tingkat efisiensi dan dampak dari
persaingan terhadap ekonomi dan
pembangunan semakin meningkat.

29. Asian Development Bank (ADB) (2004) Electronic Government Procurement Roadmap.
http://www.unpcdc.org/media/2610/electronic%20government%20procurement%20-%20roadmap.pdf
30. Asian Development Bank (ADB) (2004) Electronic Government Procurement Roadmap.
http://www.unpcdc.org/media/2610/electronic%20government%20procurement%20-%20roadmap.pdf

49 Dukungan Dari Banyak Pihak Dukungan Dari Banyak Pihak 50


Strategi implementasi yang ditempuh Tingkat II yaitu Interaksi, dicapai Hal yang menarik adalah ketika
oleh Indonesia menarik untuk diulas dengan fakta bahwa seluruh dokumen sebagian LPSE di Indonesia ternyata
karena tidak sepenuhnya mengikuti pengadaan tersedia dalam aplikasi telah memberikan dampak Perubahan
tahapan di atas. Meskipun secara e-procurement dapat diunduh oleh Struktural yang merupakan ciri dari
nasional, ujicoba Tingkat I pernah seluruh pelaku usaha terdaftar yang Tingkat IV yaitu Transformasi. Untuk
dilakukan ketika Bappenas meluncurkan ingin berpartisipasi. Dokumen yang memberikan pelayanan pengadaan secara
fasilitas e-announcement dalam situs diperlukan dari pelaku usaha juga dapat elektronik, Kementerian Keuangan telah
pengadaan nasional mereka, namun diunggah ke dalam sistem. Partisipan membentuk LPSE yang merupakan unit
semenjak dibentuknya LKPP pada pengadaan dapat bertukar informasi setingkat Eselon II, LPSE di Provinsi
bulan Mei 2008, hanya dalam waktu untuk pengambilan keputusan. Dokumen Sumatera Barat merupakan unit setingkat
satu setengah tahun, implementasi pengadaan juga terjamin keamanannya Eselon III , dan LPSE Provinsi Jawa Barat
e-procurement di Indonesia telah dengan digunakannya teknik kriptografi. saat ini sedang menunggu pengesahan
menyentuh sebagian dari seluruh Akibatnya, terjadi peningkatan efisiensi sebagai unit setingkat Eselon III dengan
tingkatan adopsi di atas. dan transparansi. pengaturan remunerasi khusus .

Penggunaan aplikasi e-procurement Implementasi e-procurement di Indonesia


standar di seluruh LPSE secara otomatis dapat dikatakan langsung melompat
telah menyentuh seluruh kriteria yang ada ke Tingkat III yaitu Transaksi. Barang/
di Tingkat I yaitu Publikasi. Setiap proses jasa yang diinginkan oleh pihak yang
pengadaan selalu terinformasikan dari melakukan belanja disampaikan dalam
mulai pengumuman paket lelang sampai sistem dan para pelaku usaha berebut
penentuan pemenang. Dengan demikian, menawarkan barang/jasa mereka. Meski
prinsip transparansi dan akuntabilitas masih perlu pengembangan lebih lanjut
dapat dicapai. Data telah disederhanakan dari sisi fasilitas pembayaran serta
dan distandarisasikan dalam aplikasi penyelenggaraan aktivitas kapanpun
e-procurement yang digunakan. dan dimanapun (ubiquity), tapi beberapa
karakteristik yang ada di tingkatan ini
seperti peleburan transparansi dan
akuntabilitas dalam teknologi yang
digunakan dan peningkatan efisiensi serta
dampak dari persaingan terhadap ekonomi
dan pembangunan telah mulai tercapai.

31. Wawancara pribadi dengan Ibu Hilma, LPSE Provinsi Sumatera Barat.
32. Wawancara pribadi dengan Bapak Karso Saminurahmat, LPSE Provinsi Jawa Barat.

51 Dukungan Dari Banyak Pihak Dukungan Dari Banyak Pihak 52


Dukungan dari Lembaga Sandi Negara
Lapis yang terakhir adalah teknik enkripsi Lebih Aman Berkat Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg)
Keamanan informasi merupakan salah Kontributor: Inu Baskara (Lemsaneg)
satu syarat mutlak yang harus ada yang diterapkan pada informasi dan
dalam implementasi e-procurement. dokumen penawaran dalam sistem Lemsaneg adalah Lembaga Pemerintah non Kementerian (LPNK) yang mempunyai tugas pokok melaksanakan
Pelaku usaha yang ingin berpartisipasi e-procurement. Teknik enkripsi dalam tugas pemerintah di bidang persandian yaitu mengamankan informasi yang berkualifikasi rahasia di sektor
pemerintahan dan publik dalam rangka turut menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh
dalam pengadaan harus mendaftarkan sistem e-procurement LKPP merupakan karenanya, masalah kriptografi sebagai salah satu teknik dalam pengamanan informasi sudah menjadi
diri terlebih dahulu ke dalam sistem. hasil kerja sama dengan Lembaga Sandi core business-nya. Sebagai LPNK, lembaga ini bertanggung jawab langsung kepada Presiden tetapi dalam
melaksanakan tugasnya berada di bawah koordinasi Departemen Pertahanan.
Akibatnya, sistem e-procurement Negara (lihat Box 3 – Lebih Aman Berkat
menyimpan informasi mengenai pelaku Lembaga Sandi Negara). Banyak orang yang tidak tahu akan keberadaan lembaga yang satu ini, hal ini karena tugas yang diembannya
lebih banyak dalam lingkup kerahasiaan (Pengamanan Informasi), sehingga tidak banyak publikasi dari
usaha. Selain itu, sistem e-procurement aktivitas lembaga ini.
juga menyimpan informasi instansi Keterlibatan Lembaga Sandi Negara
Tidak salah apabila LKPP dalam rangka mengembangkan aplikasi pengadaan secara elektronik menggandeng
yang melakukan belanja beserta (Lemsaneg) dalam mendukung LKPP Lemsaneg untuk menangani masalah keamanan datanya. Dengan adanya kerjasama antara LKPP dengan
dengan panitia yang terlibat. Sistem telah mengubah paradigma lembaga Lemsaneg ini terciptalah aplikasi APENDO (Aplikasi Pengamanan Dokumen) yang terintegrasi dengan server
di setiap LPSE, sehingga setiap transaksi dari pihak penyedia barang/jasa ke server LPSE dapat dijamin
e-procurement juga menyimpan tersebut dari yang tadinya hanya keamanannya. Selain itu, seluruh data penyedia barang dan jasa yang tersimpan di database server LPSE juga
dokumen paket pengadaan beserta memberikan layanan kepada instansi dijamin keamanannya dan hanya bisa dibuka oleh panitia pada tanggal yang sudah ditentukan. Hal inilah yang
menjamin bahwa proses pengadaan barang/jasa secara elektronik bersifat aman, terbuka, dan memperkecil
dengan seluruh dokumen penawaran pemerintah, namun kini telah juga kendala yang ada pada proses pengadaan barang/jasa secara konvensional.
yang masuk. Informasi dan dokumen melayani publik melalui penerapan
Dengan berperan dalam pengamanan informasi pada pengadaan barang/jasa secara elektronik, maka
yang dilibatkan dalam proses pengadaan teknologi pengamanan dokumen dalam Lemsaneg mewujudkan salah satu misinya, yaitu memfasilitasi dan mengembangkan persandian di sektor
tentunya diperuntukkan hanya untuk implementasi e-procurement. pemerintah dan publik.

pihak yang terlibat saja. Dengan keberhasilan Lemsaneg dalam pembuatan APENDO, maka LKPP telah mempercayakan kepada
Jika dilihat dari kacamata yang lebih Lemsaneg untuk mengembangkan proses pengadaan barang/jasa secara elektronik ini dengan sistem
Certificate Authority atau sertifikat elektronik dimana Lemsaneg sebagai penyelenggaranya. Sehingga
Terdapat berbagai lapis solusi luas, apa yang diberikan oleh Lemsaneg diharapkan semua server LPSE di berbagai lokasi memiliki sertifikat elektronik yang diterbitkan oleh Lemsaneg.
pengamanan yang diterapkan sudah merupakan salah satu jenis Hal ini akan memungkinkan pihak penyedia barang/jasa dari seluruh Indonesia dapat mengikuti proses lelang
di LPSE manapun.
dalam aplikasi e-procurement yang layanan dalam sistem certificate authority
dikembangkan oleh LKPP. Selain (CA). Inisiatif ini merupakan penghematan Dengan sistem sertifikat elektronik ini diharapkan layanan pengadaan barang/jasa secara elektronik dapat lebih
terbuka dan aman serta tidak membedakan asal dari pihak penyedia barang/jasa. Sistem ini juga mengajak
pengamanan dari sisi perangkat keras besar dibandingkan jika setiap server publik maupun pihak penyedia barang/jasa serta panitia pengadaan di setiap LPSE untuk melek teknologi
(firewall , proxy server 34). Penggunaan LPSE harus terhubung ke lembaga sehingga diharapkan masyarakat mulai sadar akan perlunya kemananan informasi dalam rangka transaksi
elektronik yang sudah diamanatkan dalam UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
password adalah merupakan salah satu CA komersial seperti VeriSign untuk
mekanisme pengamanan yang umum masalah keamanan informasi, atau
diterapkan. Namun kemajuan teknologi dibandingkan jika setiap pihak yang
juga telah memperlihatkan kemajuan berinteraksi dengan e-procurement harus Box 3 – Lebih Aman Berkat Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg)

pesat untuk dapat menjebol password menggunakan token seperti yang kita Kontributor: Inu Baskara (Lemsaneg)

dengan cepat . Mekanisme pengaturan gunakan dalam fasilitas Internet Banking.


hak akses juga telah diterapkan dalam Inisiatif ini bisa jadi merupakan salah
sistem yang dikembangkan. satu unsur yang dinanti para penggiat
e-commerce di Indonesia yang sedang 33. Firewall merupakan sistem yang menjadi pembatas diantara dua atau lebih jaringan yang membedakan antara lingkungan yang aman dengan lingkungan yang terbuka seperti Internet.
34. Proxy Server adalah server yang beraksi atas nama pemakai. Biasanya proxy menerima koneksi dari pengguna, lalu memutuskan apakah pengguna diperbolehkan
mencari solusi lokal dan murah untuk menggunakan proxy tersebut untuk kemudian meneruskannya ke tujuan koneksi.

masalah sertifikat elektronik. 35. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah serangan brute force, yaitu dengan mencoba seluruh kemungkinan kombinasi dari sebuah password.
36. www.verisign.com

53 Dukungan Dari Banyak Pihak Dukungan Dari Banyak Pihak 54


Dukungan dari BPKP
Kehadiran teknologi informasi juga dengan Internet. Adanya fasilitas audit
memberikan perubahan dalam cara dalam e-procurement akan memastikan Tampilan Pimpinan
Portal
melakukan auditing terhadap sebuah kecukupan pengendalian intern di Pimpinan
(Eksekutif)

aktivitas. Teknologi informasi membantu dalam sistem e-procurement dan juga Aplikasi integrasi
merekam seluruh informasi dari setiap memastikan bahwa proses pengadaan Lintas Satker Delta Warehouse
aktivitas yang dilakukan dari awal telah sesuai dengan kebijakan dan
sampai akhir. Oleh karenanya, proses prosedur yang berlaku. CRM SCM e-Audit Web Mumi Riset dan Aplikasi lanjutan
(SIM-HP) (PKTP) (bpkp.go.id) lainnya
auditing-pun menjadi lebih mudah
jika dibandingkan dengan sistem Dari sisi BPKP sendiri, Sistem Audit Aplikasi Transaksi
intranet Keuangan Audit/Evaluasi Kepegawaian, Administrasi
konvensional karena seluruh informasi dalam aplikasi e-procurement merupakan JFA, Diklat Umum

yang diperlukan tercatat di dalam perwujudan konsep e-Audit yang


sistem. Rekam jejak (audit trail) yang merupakan bagian dari Kerangka Perangkat Keras Jaringan Sistem Managemen e-Mail Jalur ke Internet Infrastruktur
(LAN) Basis Data (WAN) Teknikal
diperlukan untuk mencatat siapa saja Pengembangan Sistem Informasi BPKP
yang melakukan apa pada saat kapan (BPKP Enterprise System-BEST) seperti
dan dimana, tercatat secara otomatis di ditunjukkan di Gambar 11. e-Audit
dalam sistem. Bahkan unsur pengendalian masuk dalam kategori Aplikasi Lanjutan
intern seperti pemisahan tugas dan fungsi yang diharapkan dapat membantu
(segregation of duties) juga dapat dijaga seorang auditor dalam melakukan
kepatuhannya oleh sistem. kegiatan auditing secara elektronik. Gambar 11. BPKP Enterprise System (BEST)
Dengan e-Audit, kebutuhan untuk
Berawal dari potensi manfaat di melihat dokumen kertas dan melakukan
atas, bersama dengan BPKP, LKPP kunjungan fisik menjadi berkurang.
mengembangkan Sistem Audit yang Fitur Laporan Pengadaan dan Laporan
akan menjadi alat bagi auditor dalam Exception akan memberikan informasi
memeriksa proses pengadaan. Sistem dan reminder kepada auditor terkait
ini memberikan rincian informasi terkait dengan proses pengadaan. Informasi
aktivitas di setiap tahapan proses yang didapat selanjutnya dapat
pengadaan. Sistem ini dapat diakses digunakan untuk memberikan saran dan
online oleh seorang auditor dari manapun peringatan terhadap pihak terkait.
dan kapanpun selama masih terhubung

37. Salah satu contoh pemisahan tugas dan fungsi adalah pengaturan dimana pihak yang menyetujui permintaan harus berbeda dengan pihak yang membuat permintaan.
38. www.bpkp.go.id

55 Dukungan Dari Banyak Pihak Dukungan Dari Banyak Pihak 56


Dukungan dari KPK Dukungan dari Perguruan Tinggi
Pengadaan barang/jasa pemerintah Potensi korupsi terjadi jika pengadaan Perguruan tinggi juga berperan dalam
berpotensi memberikan penghematan barang/jasa yang melibatkan pemerintah mendukung implementasi e-procurement.
anggaran belanja negara, namun di sisi selaku penyedia anggaran, vendor Universitas Diponegoro, Universitas Gajah
lain juga rawan dengan tindakan korupsi. sebagai penyedia barang, dan konsultan Mada, Universitas Indonesia, Universitas
Sampai November 2009, KPK telah selaku penyedia jasa, dan masyarakat Islam Negeri Sunan Kalijaga, Universitas
mencatat 2.100 pengaduan masyarakat sebagai penerima manfaat, tidak dikawal Negeri Makassar, dan Universitas Negeri
berkaitan dengan dugaan penyimpangan dengan sistem pengadaan barang/ Medan telah ikut serta mendukung LKPP
dalam pengadaan barang/jasa jasa yang baik dan benar. Penggunaan dalam hal kegiatan pelatihan dan instalasi.
pemerintah 39. Dari 50 perkara yang sudah sistem pengadaan barang/jasa yang Pada tahun 2009, tiga perguruan tinggi
ditangani oleh KPK, penyimpangan yang baik diharapkan dapat ikut mencegah telah memiliki LPSE yaitu Universitas
dilakukan antara lain adalah adanya terjadinya korupsi. Terkait hal ini, Diponegoro, Universitas Negeri Makassar,
penunjukan langsung yang merugikan KPK telah turut berkontribusi dalam dan Universitas Negeri Medan. Jumlah
hingga 94 persen atau Rp 647 miliar, dan mendukung sosialisasi penggunaan ini tentunya akan terus bertambah di
enam persennya (Rp 41,3 miliar) adalah layanan pengadaan secara elektronik. masa mendatang mengingat Kementerian
penggelembungan (mark-up) harga atas KPK sendiri telah menggunakan layanan Pendidikan Nasional juga sangat
harga per satuan proyek. LPSE Departemen Keuangan untuk mendukung program ini 40.
mendukung kegiatan pengadaan barang/
jasa di lingkungan KPK.

39. APBN Potensi Dikorupsi: Kerugian Negara Pengadaan Barang Senilai Rp. 689,19 Miliar, Surat Kabar Kompas 3 Desember 2009.
http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/12/03/03451546/APBN.Potensi.Dikorupsi
40. Departemen Pendidikan Nasional telah memiliki LPSE sejak 17 Oktober 2008.

57 Dukungan Dari Banyak Pihak Dukungan Dari Banyak Pihak 58


Dukungan dari Millennium
Dukungan dari Kemitraan Challenge Corporation
(MCC) dan United States
LKPP juga mendapat dukungan dari Agency for International Dukungan dari Asian Dukungan dari Pemerintah
Kemitraan (Partnership for Government Development Bank (ADB) Korea Selatan
Reform). Di tahun 2008, Kemitraan Development (USAID)
mendukung LKPP dalam pengembangan Sampai saat ini, ADB masih terus Pemerintah Korea Selatan juga telah
Lembaga internasional seperti MCC
LPSE di tiga wilayah, yaitu Provinsi mendukung kegiatan LKPP. Di tahun 2008, menunjukkan ketertarikan akan program
dan USAID juga turut berkontribusi
Kepulauan Riau, Provinsi Daerah Istimewa ADB membantu melakukan kajian tentang implementasi e-procurement yang
dalam memajukan e-procurement di
Yogyakarta, dan Kota Makassar. Dukungan strategi implementasi e-procurement dilakukan oleh LKPP. Mereka telah
Indonesia. Di tahun 2008, melalui program
yang diberikan meliputi pengkajian di Indonesia serta menunjuk beberapa memfasilitasi kegiatan benchmarking
MCC ICCP (The Millennium Challenge
kebijakan, pengembangan kapasitas SDM, konsultan lokal untuk membantu program implementasi e-procurement di Korea
Corporation Threshold Program Indonesia
dan pengembangan rencana aksi serta implementasinya. Lalu di tahun 2009, ADB Selatan dan alih pengetahuan tentang
Control of Corruption Project) , mereka
implementasinya. Bersama dengan LKPP, membantu melakukan kegiatan sosialisasi pengelolaan e-procurement secara umum .
membantu pengembangan LPSE di lima
Kemitraan juga telah menulis buku yang dan benchmarking implementasi sistem
provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat, Jawa
berjudul ‘e-Procurement di Indonesia: e-procurement secara internasional pada
Timur, Gorontalo, Kalimantan Tengah,
Pengembangan Layanan Pengadaan Barang pertemuan III Global Conference on
dan Sumatera Barat sebagai daerah
dan Jasa Pemerintah secara Elektronik’. Electronic Government Procurement di
percontohan. Bantuan yang diberikan
meliputi perangkat keras, piranti lunak, Amerika Serikat . Tahun 2010, ADB telah
dan peningkatan kapasitas SDM. Hingga memberi komitmen untuk mendukung LKPP
kini, LPSE di kelima provinsi tersebut dalam bentuk special technical assistance.
terus beroperasi, dan di tahun 2009,
Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi
yang terbesar baik dalam jumlah paket
maupun total pagu (lebih dari Rp 1 triliun)
dibandingkan dengan pemerintah daerah
lainnya (lihat Tabel 1).

41. MCC dan USAID (2009) Final Report MCC ICCP, http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PDAC0731.pdf
42. eGP Global Conference (2009) http://adbprocurementforum.net/?p=430
43. LKPP Hadiri Korea Public Procurement EXPO 2009 dan e-Procurement Workshop di Korea (2009) http://www.lkpp.go.id/v2/highlight-detail.php?id=8026973440

59 Dukungan Dari Banyak Pihak Dukungan Dari Banyak Pihak 60


BAB 4 Langkah ke Depan
Banyak inisiatif TIK telah dan sedang Pengembangan Regulasi Melibatkan Lebih Banyak Pihak
dilakukan di Indonesia. Kementerian
Pendidikan Nasional (Kemdiknas) Regulasi yang dijadikan acuan dalam Meski telah didukung oleh banyak pihak • Kementerian Perindustrian
mempunyai inisiatif skala besar terkait proses pengadaan barang/jasa seperti telah diulas di Bab 3, namun Di dalam Keppres No. 80 Tahun 2003
dengan program Jaringan Pendidikan pemerintah saat ini adalah Keppres No. implementasi e-procurement di Indonesia disebutkan bahwa salah satu kebijakan
Nasional (JarDikNas) . Kementerian 80 Tahun 2003 yang dianggap terlalu masih memerlukan dukungan dari lebih umum pemerintah dalam pengadaan
Agama mempunyai program terkait umum, terlalu berorientasi pada jasa banyak pihak, sebagai contoh: barang/jasa pemerintah adalah
dengan sistem informasi untuk mendukung pemborongan, dan kurang sistematis . meningkatkan penggunaan produksi
kegiatan haji (SISKOHAT) . Kementerian Lebih lanjut lagi, regulasi tersebut • Bank dalam negeri, rancang bangun, dan
Keuangan sedang membangun sistem belum mengangkat pentingnya peran Pengadaan barang/jasa tentunya perekayasaan nasional yang sasarannya
informasi yang menunjang perbendaharaan teknologi e-procurement. Untuk itu, perlu melibatkan tahapan pembayaran. adalah memperluas lapangan kerja
dan penganggaran keuangan negara . ditambahkan beberapa ‘aturan baru’ Fasilitas e-procurement saat ini hanya dan mengembangkan industri dalam
Beberapa instansi pemerintah sedang yang mengikuti perkembangan teknologi mendukung proses pengadaan namun negeri dalam rangka meningkatkan daya
bekerja sama membangun sistem informasi informasi maupun dinamika praktik belum mencakup fasilitas pembayaran saing barang/jasa produksi dalam negeri
penunjang kegiatan ekspor impor (National bisnis modern, yang bersifat tidak hanya ke penyedia barang/jasa. Implementasi pada perdagangan internasional. Kerja
Single Window) , Kementerian Komunikasi mendorong adopsi e-procurement namun fitur pembayaran tentunya memerlukan sama dengan Kementerian Perindustrian
dan Informatika sedang berupaya juga mendukung transaksi e-procurement dukungan dari perbankan atau diharapkan mendorong industri dalam
membangun Warung Masyarakat Informasi yang lebih luas seperti misalnya e-Reverse lembaga keuangan lainnya. negeri untuk terlibat dalam pengadaan
(Warmasif) di banyak daerah di Indonesia . Auction (lelang menurun), e-Tender dan barang/jasa pemerintah. Selain itu, ketika
e-Katalog. Hadirnya UU No. 11 Tahun nanti fasilitas e-Catalogue berkembang,
Dari sekian banyak program TIK di 2008 tentang Informasi dan Transaksi maka tentunya diperlukan standardisasi
Indonesia, tentunya ada yang gagal dan Elektronik yang memberikan pengakuan dari kode barang serta karakteristik
ada yang sukses. Dengan melihat besarnya kepada informasi elektronik sebagai alat dari barang yang dimaksud. Adanya
manfaat dari e-procurement yang telah bukti hukum yang sah merupakan pijakan standardisasi barang tentunya akan
diulas di bagian sebelumnya, kita tidak yang kuat bagi penerapan TIK dalam mempermudah penyatuan kebutuhan
ingin melihat implementasi e-procurement proses pengadaan. dari berbagai instansi yang menggunakan
di Indonesia menjadi salah satu contoh e-Catalogue. Jika ternyata jumlah yang
kegagalan implementasi TIK di Indonesia. Regulasi pengadaan barang/jasa dipesan sangatlah banyak dalam
Untuk itu, perlu dilakukan serangkaian pemerintah juga perlu ditinjau kembali satu satuan waktu, maka standardisasi
langkah pengembangan ke depan agar apakah cukup hanya di tingkat Keputusan memungkinkan penyatuan pemesanan
implementasi e-procurement semakin Presiden. Di negara lain seperti Filipina untuk mendapatkan potongan harga
menyebar dan memberikan kontribusi yang (lihat Box 1), peraturan yang dipakai yang lebih besar (bulk discount)
signifikan dalam pembangunan negara. sebagai landasan pengadaan barang/ dari produsennya.
Pengembangan yang dapat dilakukan jasa pemerintah memiliki tingkatan hukum
diantaranya adalah pengembangan regulasi, yang lebih tinggi dari Keputusan Presiden
kerjasama dengan lebih banyak pihak, yaitu berupa Undang-Undang. 44. http://jardiknas.depdiknas.go.id
45. http://www.informasihaji.com
mengambil langkah strategis menuju 46. Direktur Jenderal Perbendaharaan. Penyempurnaan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) dan Pengelolaan Keuangan Negara di Kementrian/Lembaga (2009)
http://www.anggaran.depkeu.go.id/Content/09-07-15,%20MateriDJPB.pdf
satu pasar pengadaan, serta strategi 47. http://www.insw.go.id
48. Di dunia internasional, Warmasif lebih dikenal dengan sebutan telecentre.
keberlanjutan LPSE. 49. LKPP, Menjaga Governance dalam Pengadaan Pemerintah, Materi presentasi pada Dialog Konstruksi “Dampak Krisis Finansial Global Terhadap Sektor Konstruksi”,
http://www.aki.or.id/files/Download/Menjaga_Governance-Dialog_Konstruksi_LPJKN-11_Mar_2009.pdf

63 Langkah Ke Depan Langkah Ke Depan 64


• Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil • Direktorat Jenderal Pajak, • Kementerian Dalam Negeri dan
dan Menengah Kementerian Keuangan Pemerintah Daerah
Di dalam kebijakan umum pemerintah Sektor pajak termasuk yang aktif Kependudukan adalah merupakan inti
dalam pengadaan barang/jasa memanfaatkan teknologi informasi dari semua inisiatif yang menjadi
pemerintah juga dicantumkan untuk untuk menunjang proses pelayanan bagian dari e-government. Seluruh
meningkatkan peran serta usaha kecil perpajakan. Layanan e-tax dan e-filing pihak yang terlibat dalam proses
termasuk koperasi kecil dan kelompok adalah contoh inovasi pelayanan publik pengadaan baik dari sisi pemerintah
masyarakat dalam pengadaan barang/ yang dihadirkan untuk lebih melayani maupun dari sisi penyedia barang/jasa
jasa. Kementerian Koperasi dan masyarakat. Sistem e-procurement terdiri dari individu dan mungkin
Usaha Kecil dan Menengah diharapkan saat ini belum terhubung dengan diperlukan informasi terkait dengan
dapat mendorong Koperasi dan sistem pajak sehingga pemeriksaan status kependudukannya. Jika sistem
Usaha Kecil dan Menengah untuk atas kepatuhan pajak dari pihak yang e-procurement terhubung dengan
berpartisipasi dalam pengadaan terkait belum bisa dilakukan secara sistem administrasi kependudukan
barang/jasa pemerintah. Sebagai otomatis. Seandainya saja, kedua maka pengecekan akan dapat
contoh, Kementerian Koperasi dan sistem tersebut bisa terhubung dan dilakukan dengan otomatis.
Usaha Kecil dan Menengah dapat ‘saling berbicara’, maka proses
berperan memfasilitasi Usaha Kecil dan pendaftaran dan verifikasi akan lebih Di Bab 2 telah dinyatakan bahwa
Menengah untuk mendapatkan akses cepat. Bahkan pemotongan pajak e-procurement adalah penggerak utama
kepada sistem pengadaan barang/jasa pun bisa dilakukan secara otomatis jika dari inisiatif e-government. Dengan
secara elektronik. sistem e-procurement, sistem pajak, dukungan dari lebih banyak pihak, maka
dan sistem yang ada di bank, e-procurement dapat menjadi garda
saling terhubung. depan integrasi dari berbagai inisiatif
e-government di Indonesia.

65 Langkah Ke Depan Langkah Ke Depan 66


Menuju Satu Pasar Pengadaan Nasional
Tingkat penyebaran LPSE di tahun 2009 Ketika LPSE telah tersebar di banyak
baru mencakup 19 Provinsi dan 48 wilayah, selanjutnya dapat dilakukan
Instansi. Hadirnya LPSE merupakan hasil pengelompokan pasar berdasarkan
komitmen bersama seluruh pemangku wilayah untuk kemudian ditingkatkan
kepentingan di lingkungan kerja lagi menjadi ‘satu pasar’ nasional (lihat Tahap 1

pengadaan. Pendekatan yang bersifat Gambar 12). Secara bertahap, seluruh Terbangunnya LPSE
di Seluruh Instansi
memberi dukungan dan memberdayakan wilayah yang terjangkau oleh infrastruktur
(empowering) terbukti lebih efektif secara Internet akan dapat mengakses sistem
operasional dibandingkan dengan pengadaan barang/jasa secara elektronik
pendekatan yang bersifat instruksional yang menjadi satu kesatuan sistem
dan/atau pengaturan. Dari hasil tersebut, walaupun pengelolaannya otonom oleh
LKPP optimis pada tahun 2012 semua masing-masing daerah. Tahap 2

instansi akan dapat melaksanakan Pengelompokan Pasar


Berdasarkan Wilayah
pengadaan secara elektronik mengingat (gambar hanyalah ilustrasi)
cakupan layanan pengadaan secara
elektronik telah menyebar di lebih dari 50
persen wilayah provinsi.

Tahap 3

Terbentuknya Satu
Pasar Nasional

Gambar 12. Visi Satu Pasar Nasional

50. Prof. Himawan Adinegoro (2009) Strategi Pengembangan dan Implementasi e-Procurement di Indonesia, Materi Presentasi

67 Langkah Ke Depan Langkah Ke Depan 68


e-Procurement merupakan solusi Perlu dipahami bahwa visi ‘satu pasar’
strategis untuk menghapuskan disini tidak harus dibangun dengan satu
segmentasi kewilayahan dan sistem e-procurement yang bersifat
mewujudkan satu pasar pengadaan . terpusat. ‘Satu pasar’ tidak harus
Selama ini pasar pengadaan barang/jasa menjadi satu secara fisik. Nantinya,
pemerintah masih terfragmen dimana LPSE yang telah berdiri akan tergabung
hanya sebagian kecil pelaku usaha yang menjadi satu kesatuan sistem yang
mendapat akses ke pasar pengadaan . memungkinkan setiap pelaku usaha
Sebagian besar penyedia barang/ cukup mendaftarkan diri di salah satu
jasa tidak cukup mendapat informasi LPSE untuk dapat mengikuti pengadaan
instansi yang memerlukan barang/jasa. dimanapun yang dilayani oleh LPSE yang
Sebaliknya, instansi sebagai konsumen ada . Sebagai contoh, pelaku usaha di
tidak mendapat informasi yang memadai kota Padang cukup mendaftar di LPSE
mengenai ketersediaan barang/jasa Provinsi Sumatera Barat untuk mengikuti
dari para penyedia . Adanya penyatuan pengadaan yang dilakukan oleh
pasar nasional melalui e-procurement Kemdiknas di Jakarta yang dilayani oleh
akan membuat seluruh pelaku usaha LPSE Kementerian Pendidikan Nasional.
dan seluruh pembeli (panitia pengadaan)
bertemu di satu pasar yang sama, yang
terbuka, bersaing dengan fair, dan
transparan. Pasar yang besar dengan
banyak pelaku usaha melakukan
aktivitas di dalamnya akan meningkatkan
persaingan yang tentunya akan
berdampak positif terhadap peningkatan
kualitas dan efisiensi harga.

51. LKPP, Menjaga Governance dalam Pengadaan Pemerintah, Materi presentasi pada Dialog Konstruksi “Dampak Krisis Finansial Global Terhadap Sektor Konstruksi”,
http://www.aki.or.id/files/Download/Menjaga_Governance-Dialog_Konstruksi_LPJKN-11_Mar_2009.pdf
52. Ikak Gayuh Patriastomo, Strategi Implementasi e-Procurement, Forum Pengadaan, http://www.pengadaannasional-bappenas.go.id/eproc/app?service=blob&sp=l271075&sp=1
53. Ikak Gayuh Patriastomo, Tantangan Membangun e-Procurement, Forum Pengadaan, http://www.pengadaannasional-bappenas.go.id/eproc/app?service=blob&sp=l270816&sp=1
54. Layanan e-Procurement akan menjadi BLU. Koran Kontan. Jumat 19 Juni 2009. http://www.lkpp.go.id/v2/berita-detail.php?id=2512033631

69 Langkah Ke Depan Langkah Ke Depan 70


Strategi Keberlanjutan LPSE

Berdirinya LPSE saat ini merupakan hasil Yang menjadi pertanyaan adalah Di beberapa tempat, keterlibatan yang diberikan SDM maupun kinerja
pemberian dukungan dan pemberdayaan mengapa mereka mau mendirikan dengan LPSE akhirnya memberikan perangkat pendukungnya terhadap
(empowering) dari LKPP yang kemudian LPSE? Jawabannya adalah karena manfaat baik berupa promosi jabatan seluruh stakeholder perlu terus dipelihara.
bertemu dengan semangat suka rela, LKPP berhasil menemukan para agen maupun remunerasi yang lebih baik. Dalam rangka itu, pemeliharaan seluruh
gotong-royong, dan kemandirian dari perubahan yang sangat proaktif. LPSE Di Kementerian Keuangan, LPSE komponen pendukung merupakan
instansi yang mendirikan LPSE serta berisi para pejuang perubahan yang merupakan unit tersendiri setingkat aspek yang perlu diperhatikan demi
dukungan dari berbagai pihak. Tidak ingin Indonesia lebih baik dengan Eselon II, sementara di Provinsi Jawa keberlanjutan LPSE. Apalagi mengingat
ada paksaan untuk memiliki LPSE mengurangi korupsi. Mereka memilih Barat, pimpinan memberikan remunerasi potensi kontribusi penghematan
atau bergabung dengan LPSE yang untuk ‘aman di depan dan nyaman yang lebih baik atas prestasi yang telah anggaran yang dapat mencapai lebih
ada. LKPP menyediakan aplikasi yang di belakang’ dengan memanfaatkan diraih oleh LPSE mereka. Hanya saja, dari 20 persen.
bersifat gratis, komitmen pelatihan serta e-procurement, ketimbang ‘nyaman di belum semua LPSE seberuntung LPSE
pendampingan, sementara instansi depan namun tidak aman di belakang’. Kementerian Keuangan atau Provinsi Salah satu hal yang diusulkan oleh LKPP
yang mendirikan LPSE masih harus Di beberapa tempat, keterlibatan Jawa Barat mengingat pengaturan adalah membentuk Badan Layanan Umum
berinvestasi dalam hal perangkat keras, sebagai panitia pengadaan terkadang eselonisasi dan remunerasi merupakan (BLU) yang melayani pengadaan barang
infrastruktur jaringan, SDM, serta sarana memberikan beberapa risiko dan tekanan otonomi masing-masing daerah. dan jasa secara elektronik. Badan ini
pendukung lainnya. dari pihak lain, dan kedua hal tersebut merupakan pengembangan dari LPSE 55.
akan berkurang dengan diterapkannya Keberlanjutan LPSE tidak bisa ditinjau Dalam skema BLU, pemerintah akan
e-procurement yang membuat hanya dari sisi SDM saja, LPSE dapat memberikan modal untuk kemudian badan
pengadaan menjadi transparan. beroperasi juga karena didukung oleh tersebut dapat memungut biaya atas
infrastruktur jaringan, perangkat keras, layanan yang diberikan mengingat adanya
Para pejuang perubahan tersebut piranti lunak pendukung serta sarana kewajiban bagi BLU untuk mengembalikan
akhirnya mendorong tumbuhnya lainnya yang juga perlu dipelihara. modal yang disertakan pemerintah.
komitmen di sekelilingnya yang kemudian Pelayanan prima baik dari sisi layanan
diwujudkan dengan berdirinya LPSE.
Dari sekian banyak LPSE yang telah
berdiri, tumbuhnya komitmen sifatnya
bervariasi, ada yang merupakan inisiatif
dari bawah, ada yang merupakan inisiatif
dari atas (pimpinan), dan ada juga yang
merupakan hasil kombinasi keduanya.
Yang perlu dipikirkan selanjutnya
adalah keberlanjutannya.

55. Layanan e-Procurement akan menjadi BLU. Koran Kontan. Jumat 19 Juni 2009. http://www.lkpp.go.id/v2/berita-detail.php?id=2512033631

71 Langkah Ke Depan Langkah Ke Depan 72


Di Filipina, pelaku usaha dikenakan biaya Hal lain yang dapat dilakukan adalah
atas penggunaan sistem dan untuk perluasan implementasi e-procurement
mendapatkan dokumen paket pengadaan 56. ke sektor BUMN, BUMD, dan swasta.
Di Andhra Pradesh, negara bagian India, Sebagai contoh, penyediaan layanan
pelaku usaha dikenakan biaya sejumlah e-procurement dalam bentuk SaaS
persentase dari total paket pengadaan (Software as a Service) 59 akan menghemat
yang dimenangkan 57. Di Malaysia, biaya investasi perangkat keras, piranti
pelaku usaha perlu mengeluarkan RM lunak, dan infrastruktur jaringan dari
1.500 sampai RM 2.000 untuk dapat sisi pengguna sekaligus mempercepat
menggunakan sistem e-procurement penyediaan layanan yang dibutuhkan.
Malaysia yaitu e-Perolehan. Biaya
tersebut adalah untuk biaya pendaftaran, Yang jelas, perlu ditetapkan model bisnis
biaya mendapatkan kartu e-Perolehan, yang tepat untuk Indonesia dengan tetap
biaya pelatihan menggunakan sistem, menjamin keberlanjutan e-procurement
dan biaya mengunggah katalog/informasi dan mengutamakan kepentingan seluruh
produk di situs e-Perolehan. Selain itu, stakeholder baik dari sisi pemerintah
untuk setiap transaksi yang diselesaikan selaku konsumen, penyedia barang/jasa
melalui platform e-Perolehan, pelaku selaku produsen, maupun masyarakat
usaha dikenai biaya layanan sebanyak dan institusi lainnya sebagai pengawas.
0,8 persen (atau maksimum RM 9.600)
dari nilai transaksi 58. Pendapatan yang
diperoleh dari pengoperasian sistem
digunakan untuk menjamin keberlanjutan
layanan e-procurement. Namun
demikian, nilai yang ditetapkan perlu
dipertimbangkan agar kebijakan umum
pemerintah dalam pengadaan barang/jasa
pemerintah yang mengutamakan industri
dalam negeri dan mengikutsertakan peran
serta usaha kecil termasuk koperasi kecil
dan kelompok masyarakat, dapat tetap
terjaga. Dalam kasus dengan Malaysia
misalnya, biaya yang ditetapkan menjadi
faktor penghalang bagi usaha kecil untuk
dapat berpartisipasi. 56. Asian Development Bank (ADB) (2009) Republic of the Philippines: Strengthening the Philippine Government Electronic Procurement System.
Technical Assistance Report. Project Number: 42537. http://www.adb.org/Documents/TARS/PHI/42537-PHI-TAR.pdf
57. K. Bikshapathi, P. RamaRaju, dan Subhash Bhatnagar, e-Procurement in Government of Andhra Pradesh – India.
http://siteresources.worldbank.org/INTEGOVERNMENT/Resources/APeProcurement.doc
58. Maniam Kaliannan dan Halimah Awang (2008) Implementing Electronic Procurement in Government: A Case Study on e-Perolehan in Malaysia,
Public Sector ICT Management Review, January-June 2008, Vol 2 No 1, halaman 44-51.
http://www.intanbk.intan.my/psimr/vol1no2/articles/ 6.%20Implementing%20eProcurment%20in%20Government.pdf
59. Software as a Service (SaaS) adalah model penyediaan piranti lunak dimana penyedia memberikan lisensi aplikasi kepada pengguna sebagai sebuah layanan.
Pengguna tidak mengeluarkan biaya untuk memiliki piranti lunak melainkan hanya untuk menggunakan.

73 Langkah Ke Depan Langkah Ke Depan 74


Penutup
Strategi implementasi e-procurement di
Indonesia yang tersebar-dan-otonom
kini telah menjangkau lebih dari separuh
jumlah provinsi di Indonesia. Dukungan
dari banyak pihak yang terus mengalir
telah menjadikan inisiatif ini sebuah
gerakan masif yang berkembang
cepat dalam satu setengah tahun
terakhir ini. Di satu sisi, perkembangan
tersebut memberikan dampak sangat
positif untuk mengejar ketertinggalan
Indonesia dalam meningkatkan peran
TIK untuk pembangunan. Namun di sisi
lain, hal ini memberikan konsekuensi
dimana perangkat pendukung
implementasi e-procurement juga
perlu disiapkan untuk mengiringi
kelajuan perkembangannya. Regulasi,
penambahan fitur, dukungan dari
lebih banyak pihak, dan strategi
keberlanjutan adalah sebagian dari isu
yang perlu diperhatikan agar kemajuan
e-procurement memberikan manfaat
pembangunan yang lebih optimal. Pada
akhirnya, karena pengadaan barang/jasa
pemerintah adalah salah satu kegiatan
yang dilakukan pemerintah dalam
penyelenggaraan pelayanan publik,
maka yang harus paling diuntungkan
dari keseluruhan inisiatif ini adalah
publik itu sendiri.

Penutup 76

Вам также может понравиться