Вы находитесь на странице: 1из 32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Gambaran Umum Desa
Desa Buntoi adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kahayan hilir
Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah.
a. Geografi
Desa Buntoi adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kahayan hilir
Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas wilayah 180
km2.

Secara geografis Desa Butoi berbatasan dengan; sebelah utara Desa

Kalawa, sebelah selatan Desa Kanamit, sebelah barat Jalan Trans Kalimantan
dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Mintin.
b. Demografi
Desa Buntoi adalah sebuah desa dengan jumlah penduduk 2358 jiwa yang
terdiri dari 752 kepala keluarga dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak
1223 orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1135 orang. Usaha
masyarakat desa ini rata-rata sebagai petani.
c. Umur
Jumlah penduduk desa Buntoi menurut umur dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
No

Kelompok Umur ( Tahun )

Jumlah

1
2
3
4
5
6

0-1
1-5
5-15
15-45
45-65
> 65
JUMLAH

75 orang
213 orang
469 orang
1208 orang
285 orang
108 orang
2358 orang

Berdasarkan tabel 1 diatas jumlah penduduk menurut umur 00 01 tahun


sebanyak 75 orang, 01 05 tahun sebanyak 213 orang, 05 15 tahun sebanyak
469 orang, 15 45 tahun sebanyak 1208 orang, 45 65 tahun sebanyak 286
orang > 65 tahun sebanyak 108 orang. Jumlah penduduk yang terbanyak
menurut umur adalah pada kelompok umur 15-45 tahun sebanyak 1208 orang.

d. Agama
Jumlah penduduk Desa Buntoi menurut agama/ kepercayaan dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. jumlah penduduk menurut agama/kepercayaan
No
1
2
3
4
5
6

Agama
Islam
Kristen protestan
Kristen khatolik
Hindu
Hindu kaharingan
Budha
JUMLAH

Jumlah
1720
931
43
2694

Berdasarkan tabel 2 ada 1720 orang yang beragama islam, 931 orang yang
beragama Kristen protestan, 43 orang beragama Hindu Kaharingan. Hal ini
menunjukkan bahwa di Desa Buntoi Kecamatan Kahayan Hilir mayoritas agama
Islam yaitu sebanyak 1720 orang.
e. Potensi Organisasi
Jenis organisasi yang ada di Desa Buntoi dapat dilihat pada tabel 3. dibawah ini.
Tabel 3. Daftar Jenis Organisasi yang ada diwilayah Desa Buntoi
No

Jenis Organisasi

1
2
3
4
5

Jumlah

Karang Taruna
PKK
Remaja Masjid
Remaja Kristen
Lain-lain
JUMLAH

1
1
1
3

f. Sarana penunjang
1) Sarana Ibadah
Sarana penunjang untuk kegiatan ibadah di Desa Buntoi dapat dilihat pada
tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Sarana Ibadah di Desa Buntoi
No
1
2
3
4
5

Sarana Ibadah
Masjid
Gereja
Pura
Balai Basarah
Wihara
JUMLAH

Jumlah
2
2
1
5

2) Sarana Kesehatan
Sarana penunjang untuk kegiatan kesehatan di Desa Buntoi dapat dilihat
pada tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan di Desa Buntoi
No

Sarana Kesehatan

1
2
3
4
5
6

Jumlah

Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Keliling
Posyandu
Polindes
Pos Obat Desa
JUMLAH

1
4
1
6

g. Gambaran umum Posyandu di Desa Buntoi


1) Posyandu
Posyandu Di Desa Buntoi ada 1 buah, dengan nama Posyandu Melati II.
Lebih jalasnya terlihat pada data berikut :
Nama Posyandu

: Melati II

Alamat Posyandu

: RT IV

Ketua Posyandu

: Misah

Jumlah kader Posyandu

: 3

Jumlah kader yang aktif

: 3

Tabel 6. Nama Kader Posyandu beserta Alamat Rumah


NO
1
2

NAMA KADER
POSYANDU
Fujiani
Yati

UMUR (THN)
35
32

ALAMAT
RUMAH
RT III
RT IV

2) Tanggal Kegiatan Posyandu : Setiap Tanggal 14 Setiap Bulan


3) Program Posyandu

Imunisasi

: Pernah dilakukan Di Desa Buntoi

Penimbangan

: 1 bulan sekali setiap tanggal 14

Penyuluhan

: Pernah dilakukan Di Desa Buntoi

4) Tempat Kegiatan Posyandu

: Di lakukan Dirumah Warga

KET

2. Karateristik Sampel
a. Balita
Tabel 7. Distribusi frekuensi sampel berdasarkan jenis kelamin dan
kelompok umur di Desa Buntoi (n=56)
Variable
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Umur
2 tahun
> 2 tahun

28
28

50
50

14
42

25,2
74,8

Tabel 8. Diskripsi Status Gizi Balita berdasarkan BB/U, TB/U, dan BB/TB
Variable
Status gizi balita berdasarkan BB/U
Berat badan lebih
Berat badan normal
Berat badan kurang
Berat badan sangat kurang
Status gizi balita berdasarkan TB/U
Jangkung
Normal
Pendek
Sangat pendek
Status gizi balita berdasarkan BB/TB
Resiko gemuk
Normal
Kurus
Sangat kurus
Status gizi balita berdasarkan IMT/U
Sangat gemuk
Gemuk
Resiko gemuk
Normal
Kurus

25
17
14

44,6
30,4
25

21
23
12

37,5
41,1
21,4

2
42
8
4

3,6
75
14,3
7,1

1
1
6
38
7

1,8
1,8
10,7
67,9
12,5

Tabel 9. Diskripsi Zat Gizi Balita dan dibandingkan dengan angka


kecukupan Gizi
Variable
Energi
Baik
Kurang
Protein
Baik
Kurang
Asam folat
Baik
Kurang
Zinc
Baik
Kurang
Vitamin C
Baik
Kurang
Vitamin A
Baik
Kurang
Fe
Baik
Kurang
Kalsium
Baik
Kurang

11
45

19,6
80,4

39
17

69,6
30,4

2
54

3,6
96,4

6
50

10,7
89,3

6
50

10,7
89,3

37
19

66,1
33,9

3
53

5,4
94,6

9
47

16,1
83,9

Nomor tabel tlg di lengkapi, font 10 spasi 1, posisi center


Tabel 10. Distribusi Tingkat ketrampilan, pengetahuan, terhadap Gizi
dan Kesehatan, Kesahatan diri kesehatan lingkungan dan kebiasaan
makan serta makanan pantangan balita.
Variable
Keterampilan ibu balita terhadap gizi dan kesehatan
Baik
Kurang
Pengetahuan ibu balita terhadap gizi dan kesehatan
Baik
Kurang
Kesehatan diri balita
Baik
Kurang
Kesehatan likungan keluarga balita
Baik
Kurang
Kebiasaan makan balita
Baik
Kurang

13
43

23,2
76,8

4
52

7,1
92.9

37
19

66,1
33,9

6
50

10,7
89,3

11
45

19,6
80,4

Tabel 11. Diskripsi skore pengetahuan, kebiasaan makan, kesehatan diri,


dan ketrampilan

Skor pengetahuan (%)


Skor kebiasaan makan (%)
Skos kesehatan lingkungan
(%)
Skor Kesehatan diri (%)
Skor keterampilan (%)

x SD
59,3898
15,61983
66,2595
16,26869
62,3967
11,88712

Median
61,1000
68,7500
59,3700

Range
22,22 100
15,60 96,87
46,37 92,86

81,9341
73,9573

82,1400
75,8000

40,62 100
38,99 96,50

10,43871
11,18784

Tabel 12. Deskripsi Status Gizi menurut BB/U, TB/U, dan BB/TB Balita
Status gizi BB/U
Status gizi TB/U
Status gizi BB/TB
Status gizi IMT/U

-2,0130
-2,1602
-1,1552
-0,7420

x SD

1,33635

1,67815

1,36684

1,59135

Median
-2,1450
-2,1950
-1,2000
-0,9000

Range
-5,12 1,71
-8,89 1,76
- 8,89 1,76
-3,95 4,97

Tabel 13. Deskripsi asupan gizi balita berdasarkan energi, protein, asam
folat, vitamin A, besi, kalsium, zinc, dan vitamin C.

Energi
Protein
Asam folat
Vitamin A
Fe
Kalsium
Zinc
Vitamin C

64,6462
107,9420
30,3917
84,9769
40,1314
56,2955
37,5046
83,1472

x SD

30,64363

54,86489

24,44917

106,22820

26,2450

71,52636

37,58020

348,56593

Median
60,5850
103,2450
24,2850
57,2750
26,2450
35,1750
29,5450
11,6250

Range
6,04 178,87
13,49 340,65
1,75 160,15
-0,00 687,28
6,00 262,77
5,54 420,83
0,25 190,04
0,00 2590,13

b. Bumil
Tabel 14. Diskripsi status gizi bumil berdasarkan Lingkar Lengan Atas
(LILA)
Variable
Status gizi bumil berdasarkan LILA
Non KEK
KEK

9
5

64,3
35,7

Tabel 15. Distribusi Tingkat ketrampilan, pengetahuan, terhadap Gizi


dan Kesehatan, Kesahatan diri kesehatan lingkungan dan kebiasaan
makan serta makanan pantangan bumil.

Variable
Kebiasaan makan
Baik
Kurang
Kesehatan diri
Baik
Kurang
Kesehatan lingkungan
Baik
Kurang
Pengetahuan
Baik
Kurang
Keterampilan
Baik
Kurang
Kebiasaan makan
Baik
Kurang
Kesehatan diri
Baik
Kurang
Kesehatan lingkungan
Baik
Kurang
Pengetahuan
Baik
Kurang

0
14

0
100

9
5

64,3
35,7

1
13

7,1
92,9

1
13

7,1
92,9

5
9

35,7
64,3

0
14

0
100

9
5

64,3
35,7

1
13

7,1
92,9

1
13

7,1
92,9

Tebel 16. Diskripsi Zat Gizi Bumil dan dibandingkan dengan angka
kecukupan Gizi
Variable
Energi
Baik
Kurang
Protein
Baik
Kurang
Asam folat
Baik
Kurang
Zinc
Baik
Kurang
Vitamin C
Baik
Kurang
Vitamin A
Baik
Kurang
Fe
Baik
Kurang
Kalsium
Baik
Kurang
Serat
Baik
Kurang

3
11

21,4
78,6

2
12

14,3
85,6

0
14

0
100

1
13

7,1
92,9

0
14

0
100

3
11

21,4
78,6

2
12

14,3
85,6

2
12

14,3
85,6

0
14

0
100

Tolong tabelnya asupan dipisahkan, pengetahuan ibuhamil yang kurang berapa??????????


3. Hubungan antar variabel
a. Balita
Tabel 17. BB/U dengan faktor yang mempengaruhi
Variable

Kebiasaan Makan
Kesehatan Diri
Kes. Lingkungan
Pengetahuan
Keterampilan
Energi
Protein

R
0,018
0,437
0,041
0,118
0,288
0,079
0,029

R2
(%)
0
19,1
0,2
1,4
8,3
0,6
0,1

Persamaan

value

= -1,917 + (-0,001) x kebiasaan makan


= -6,595 + 0,056 x kes. Diri
= -2,303 +(-0,005) x kesling
= -2,615 + 0,010 x pengetahuan
= -4,558 + 0,034 x keterampilan
= -1,791 +(-0,003) x energi
= -1,938 + (-0,001) x protein

0,897
0,001
0,762
0,385
0,031
0,564
0,834

Jika skor kebiasaan makan naik 1% akan meningkatkan z-score BB/U


0,001. Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa tidak

ada hubungan antara BB/U dan Kebiasaan makan (p value 0,897). Variasi status
gizi berdasarkan BB/U bukan disebabkan oleh kebiasaan makan tetapi
dipengaruhi oleh faktor lain.
Jika skor kesehatan diri naik 1% akan meningkatkan z-score BB/U 0,056.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa ada hubungan
antara BB/U dan Kesehatan lingkungan (p value 0,001). Variasi status gizi
berdasarkan BB/U dijelaskan oleh kesehatan lingkungan sebesar 19,1% sisanya
dipengaruhi dari faktor lain.
Jika skor kesehatan lingkungan naik 1% akan meningkatkan z-score BB/U
0,005. Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa tidak
ada hubungan antara BB/U dan Kesehatan lingkungan (p value 0,762). Variasi
status gizi berdasarkan BB/U dijelaskan oleh kesehatan lingkungan sebesar 0,2%
sisanya dipengaruhi dari faktor lain.
Jika skor pengetahuan naik 1% akan meningkatkan z-score BB/U 0,010.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa tidak ada
hubungan antara BB/U dan pengetahuan (p value 0,385). Variasi status gizi
berdasarkan BB/U dijelaskan oleh pengetahuan sebesar 1,4% sisanya dipengaruhi
dari faktor lain.
Jika skor keterampilan naik 1% akan meningkatkan z-score BB/U 0,034.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa ada hubungan
antara BB/U dan keterampilan (p value 0,031). Variasi status gizi berdasarkan
BB/U dijelaskan oleh keterampilan sebesar 8,3% sisanya dipengaruhi dari faktor
lain.
Jika skor energi naik 1% akan meningkatkan z-score BB/U 0,003.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa tidak ada
hubungan antara BB/U dan energi (p value 0,564). Variasi status gizi berdasarkan
BB/U dijelaskan oleh energi sebesar 0,6% sisanya dipengaruhi dari faktor lain.
Jika skor protein naik 1% akan meningkatkan z-score BB/U 0,001.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terliahat bahwa tidak ada
hubungan antara BB/U dan protein (p value 0,834). Variasi status gizi
berdasarkan BB/U dijelaskan oleh protein sebesar 0,1% sisanya dipengaruhi dari
faktor lain.

Tabel 18. BB/TB dengan faktor yang mempengaruhi

Variable

R2 (%)

Persamaan

value

Kebiasaan Makan
Kesehatan Diri
Kes. Lingkungan
Pengetahuan
Keterampilan
Energi
Protein

0,045
0,362
0,055
0,135
0,156
0,052
0,103

0,2
3,1
0,3
1,8
2,4
0,3
1,1

= -1,407 + 0,004 x kebiasaan makan


= -5,040 + 0,047 x kes. Diri
= -0,761 + (-0,006) x kesling
= -1,857 + 0,012 x pengetahuan
= -2,562 + 0,016 x keterampilan
= -1,306 + 0,002 x energy
= -1,433 + 0,003 x protein

0,740
0,006
0,688
0,321
0,252
0,702
0,448

Jika skor kebiasaan makan naik 1% akan meningkatkan z-score BB/U


0,004. Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa tidak
ada hubungan antara BB/U dan Kebiasaan makan (p value 0,740). Variasi status
gizi berdasarkan BB/U dijelaskan oleh kebiasaan makan sebesar 0,2% sisanya
dipengaruhi dari faktor lain.
Jika skor kesehatan diri naik 1% akan meningkatkan z-score BB/U 0,047.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa ada hubungan
antara BB/U dan Kesehatan diri (p value 0,006). Variasi status gizi berdasarkan
BB/U dijelaskan oleh kesehatan diri sebesar 3,1% sisanya dipengaruhi dari faktor
lain.
Jika skor kesehatan lingkungan naik 1% akan menurunkan z-score BB/U
0,006. Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa tidak
ada hubungan antara BB/U dan Kesehatan lingkungan (p value 0,688). Variasi
status gizi berdasarkan BB/U dijelaskan oleh kesehatan lingkungan sebesar 0,3%
sisanya dipengaruhi dari faktor lain.
Jika skor pengetahuan naik 1% akan meningkatkan z-score BB/U 0,012.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terliahat bahwa tidak ada
hubungan antara BB/U dan pengetahuan (p value 0,321). Variasi status gizi
berdasarkan BB/U dijelaskan oleh pengetahuan sebesar 1,8% sisanya dipengaruhi
dari faktor lain.
Jika skor keterampilan naik 1% akan meningkatkan z-score BB/U 0,016.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terliahat bahwa tidak ada
hubungan antara BB/U dan keterampilan (p value 0,252). Variasi status gizi

berdasarkan BB/U dijelaskan oleh keterampilan sebesar 2,4% sisanya


dipengaruhi dari faktor lain.
Jika skor energi naik 1% akan meningkatkan z-score BB/U 0,002.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terliahat bahwa tidak ada
hubungan antara BB/U dan energi (p value 0,702). Variasi status gizi berdasarkan
BB/U dijelaskan oleh energi sebesar 0,3% sisanya dipengaruhi dari faktor lain.
Jika skor protein naik 1% akan meningkatkan z-score BB/U 0,003.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terliahat bahwa tidak ada
hubungan antara BB/U dan protein (p value 0,448). Variasi status gizi
berdasarkan BB/U dijelaskan oleh protein sebesar 1,1% sisanya dipengaruhi dari
faktor lain.
Tabel 19. TB/U dengan faktor yang mempengaruhi

Variable
Kebiasaan Makan
Kesehatan Diri
Kes.Lingkungan
Pengetahuan
Keterampilan
Energi
Protein

R
0,064
0,258
0,147
0,030
0,241
0,162
0,155

R2 (%)
0,4
6,7
2,1
0,1
5,8
2,6
2,4

Persamaan
= -1,726 + (-0,007) x kebiasaan makan
= -5,560 + 0,041 x kes. Diri
= -3,452 + 0,021 x kesling
= -2,351 + 0,000 x pengetahuan
= -4,839 + 0,036 x keterampilan
= -1,586 + (-0,009) x energi
= -1,649 + (-0,005) x protein

value
0,642
0,055
0,281
0,827
0,073
0,232
0,255

Jika skor kebiasaan makan naik 1% akan menurunkan z-score TB/U


0,007. Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa tidak
ada hubungan antara TB/U dan Kebiasaan makan (p value 0,642). Variasi status
gizi berdasarkan TB/U dijelaskan oleh kebiasaan makan sebesar 0,4% sisanya
dipengaruhi dari faktor lain.
Jika skor kesehatan diri naik 1% akan meningkatkan z-score TB/U 0,041.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa tidak ada
hubungan antara TB/U dan Kesehatan diri (p value 0,055). Variasi status gizi
berdasarkan TB/U dijelaskan oleh kesehatan diri sebesar 6,7% sisanya
dipengaruhi dari faktor lain.
Jika skor kesehatan lingkungan

naik 1% akan meningkatkan z-score

TB/U 0,021. Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa
tidak ada hubungan antara TB/U dan Kesehatan lingkungan (p value 0,281).
Variasi status gizi berdasarkan TB/U dijelaskan oleh kesehatan lingkungan

sebesar 2,1% sisanya dipengaruhi dari faktor lain, meskipun skor pengetahuan
nilai z-score TB/U tidak akan ada perubahan. Berdasarkan uji regresi linear yang
telah dilakukan terlihat bahwa tidak ada hubungan antara TB/U dan
pengetahuan(p value 0,827). Variasi status gizi berdasarkan TB/U dijelaskan oleh
Pengetahuan sebesar 0,1% sisanya dipengaruhi dari faktor lain.
Jika skor keterampilan naik 1% akan meningkatkan z-score TB/U 0,036.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa tidak ada
hubungan antara TB/U dan keterampilan (p value 0,073). Variasi status gizi
berdasarkan TB/U dijelaskan oleh keterampilan sebesar 5,8% sisanya dipengaruhi
dari faktor lain.
Jika skor energi naik 1% akan menurunkan z-score TB/U 0,009.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa tidak ada
hubungan antara TB/U dan energi (p value 0,232). Variasi status gizi berdasarkan
TB/U dijelaskan oleh energi sebesar 2,6% sisanya dipengaruhi dari faktor lain.
Jika skor protein naik 1% akan menurunkan z-score TB/U 0,005.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terliaht bahwa tidak ada
hubungan antara TB/U dan protein (p value 0,255). Variasi status gizi
berdasarkan TB/U dijelaskan oleh protein sebesar 2,4% sisanya dipengaruhi dari
faktor l.ain
Tabel 20. IMT/U dengan faktor yang mempengaruhi
Variable

Kebiasaan Makan
Kesehatan Diri
Kes. Lingkungan
Pengetahuan
Keterampilan
Energi
Protein

R2 (%)

0,092
0,032
0,221
0,040
0,020
0,038
0,045

0,8
0,1
4,9
0,2
0
0,1
0,2

Persamaan
= -0,144 + (-0,009) x kebiasaan makan
= -0,344 + (-0,005) x kes. Diri
= 1,101 + (-0,030) x kesling
= -0,498 + (-0,004) x pengetahuan
= -0,531 + (-0,003) x keterampilan
= -0,871 + 0,002 x energi
= -0,883 + 0,001 x protein

value
0,499
0,816
0,102
0,768
0,883
0,779
0,741

Jika skor kebiasaan makan naik 1% akan menurunkan z-score IMT/U


0,009. Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa tidak
ada hubungan antara IMT/U dan Kebiasaan makan (p value 0,499). Variasi status
gizi berdasarkan IMT/U dijelaskan oleh kebiasaan makan sebesar 0,8% sisanya
dipengaruhi dari faktor lain.

Jika skor kesehatan diri naik 1% akan menurunkan z-score IMT/U 0,005.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa tidak ada
hubungan antara IMT/U dan Kesehatan lingkungan (p value 0,816). Variasi status
gizi berdasarkan IMT/U dijelaskan oleh kesehatan lingkungan sebesar 0,1%
sisanya dipengaruhi dari faktor lain.
Jika skor kesehatan lingkungan naik 1% akan menurunkan z-score IMT/U
0,030. Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa tidak
ada hubungan antara IMT/U dan Kesehatan diri (p value 0,102). Variasi status
gizi berdasarkan IMT/U dijelaskan oleh kesehatan diri sebesar 4,9% sisanya
dipengaruhi dari faktor lain.
Jika skor pengetahuan naik 1% akan menurunkan z-score IMT/U 0,004.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa tidak ada
hubungan antara IMT/U dan pengetahuan (p value 0,768). Variasi status gizi
berdasarkan IMT/U dijelaskan oleh pengetahuan sebesar 0,1% sisanya
dipengaruhi dari faktor lain.
Jika skor keterampilan naik 1% akan menurunkan z-score IMT/U 0,003.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa tidak ada
hubungan antara IMT/U dan keterampilan (p value 0,883. Variasi status gizi
berdasarkan IMT/U dijelaskan oleh keterampilan sebesar 0% sisanya dipengaruhi
dari faktor lain
Jika skor energi naik 1% akan meningkatkan z-score IMT/U 0,002.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa tidak ada
hubungan antara IMT/U dan energi (p value 0,779). Variasi status gizi
berdasarkan IMT/U dijelaskan oleh energi sebesar 0,1% sisanya dipengaruhi dari
faktor lain
Jika skor protein naik 1% akan meningkatkan z-score IMT/U 0,001.
Berdasarkan uji regresi linear yang telah dilakukan terlihat bahwa tidak ada
hubungan antara IMT/U dan protein (p value 0,741). Variasi status gizi
berdasarkan IMT/U dijelaskan oleh protein sebesar 0,2% sisanya dipengaruhi dari
faktor lain

B. PEMBAHASAN
Program perbaikan gizi (PPG) yang kami laksanakan di Kecematan Kahayan
Hilir Kabupaten Pulang Pisau yaitu di salah satu Desa Buntoi dengan melakukan
pengukuran status gizi terhadap balita dan bumil. Penilaian status gizi pada pada balita
dan bumil dilakukan secara langsung, yaitu dengan menggunakan antropometri yang
terdiri dari panilaian status gizi berdasarkan BB/U, BB/TB, TB/U, dan IMT/U, serta
menggunakan cara tidak langsung, yaitu dengan melakukan wawancara berupa recall
makanan, atau survei konsumsi makanan.
Secara umum antropometri merupakan ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan zat gizi yang dikonsumsi. Penggunaan dari pada
pengumpulan data konsumsi makanan yaitu dapat memberikan gambaran tentang
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
1. Balita
Balita adalah anak yang berumur 1-4 tahun, yang paling sering mengalami
masalah terhadap kebutuhan gizinya. Balita sering kali mengalami kejadian gizi
buruk dan gizi lebih, semuanya itu terjadi karena kesalahan dari pemberian makanan
oleh orang tua. Status gizi balita biasanya diketahui setelah dilakukannya
pengukuran status gizi.
Pengukuran status gizi balita di Desa Buntoi yaitu menggunakan alat seperti
mikrotoa yang digunakan untuk mengukur tinggi badan dengan berdasarkan
parameter yaitu tinggi badan sangat pendek, tinggi badan pendek, tinggi badan
normal, dan tinggi badan jangkung.

Pengukuran selanjutnya dengan menggunakan timbangan yang digunakan


untuk mengukur berat badan dengan berdasarkan parameter yaitu berat badan lebih,
berat badan normal, berat badan kurang, dan berat badan sangat kurang.
Pengukuran selanjutnya menggunakan length board yang digunakan untuk
mengukur panjang badan terhadap balita yang masih belum dapat berdiri tegak
dengan parameter yaitu tinggi badan sangat pendek, tinggi badan pendek, tinggi
badan normal, dan tinggi badan jangkung.
a. Hubungan kebiasaan makan balita dengan status gizi balita
Kebiasaan makan balita di Desa Buntoi setiap harinya kurang memenuhi
prinsip gizi seimbang, hal ini dapat dilihat dari susunan menu yang dikonsumsi
oleh balita sama dalam satu hari atau tidak bervariasi. Akibatnya, ada 1 balita
yang mengalami gizi buruk dan ada beberapa yang mengalami gizi kurang,
selebihnya balita di Desa Buntoi memiliki status gizi normal. Sebaiknya, harus
memiliki variasi dalam makanan, agar status gizi pada balita dapat ditingkatkan
menjadi lebih baik lagi. Tetapi, hal ini sangat sulit untuk dipenuhi karena faktor
ekonomi yang sangat tidak mendukung perbaikan gizi di desa tersebut.
b. Hubungan kesehatan diri balita dengan status gizi balita
Kesehatan diri balita di desa buntoi, berdasarkan dari kebiasaan mandi
sudah cukup baik yaitu mandi dua kali sehari atau lebih. Kebiasaan menggosok
gigi juga sudah diterapkan pada balita yaitu sebanyak dua kali sehari dan
menggunakan pasta gigi untuk menggosok gigi. Kebiasaan keramas dengan
menggunakan shampo juga sudah dilakukan oleh balita, dan kebiasaan mencuci
tangan sebelum makan sudah diterapkan pada kesehatan diri balita.
c. Hubungan kesehatan lingkungan balita dengan status gizi balita
Perumahan yang berada di Desa Buntoi sebagian besar masih
menggunakan kayu sebagai bahan dasar rumahnya, dengan lantai yang terbuat
dari kayu. Kebersihan lingkungan disekitar rumah-rumah penduduk masih
sangat kurang sekali mendapat perhatian, dimana masih banyak masyarakat
yang membuang sampah, kotoran dan limbah cair rumah tangga tidak pada
tempatnya yaitu di sungai, di bawah rumah dan disekitar lingkungan rumah.
Air yang digunakan untuk mandi, cuci, buang air besar untuk memasak
dan minum diperoleh dari sungai. Air sungai yang digunakan berwarna cokelat

dan untuk menjernihkannya masyarakat mengendapkan air tersebut di tong


penampungan air.
d. Hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita
Di Desa Buntoi pengetahuan ibu yang berhubungan dengan keterampilan
dalam mengolah bahan makanan yang benar masih kurang, sebagian besar ibuibu memotong sayuran terlebih dahulu baru mencucinya.

Hal ini dapat

mengurangi zat gizi yang terkandung dalam sayuran tersebut, dan masih banyak
juga ibu-ibu yang tidak tahu atau mengenal tentang sumber-sumber makanan
yang mengandung zat gizi seperti sumber energi, protein, lemak dan vitamin.
e. Hubungan keterampilan ibu dengan status gizi balita
Di Desa Buntoi, ibu yang memiliki keterampilan dalam hal mengolah
makanan masih kurang, hal ini terlihat dari kebiasaan mengkonsumsi makanan
setiap hari yang hanya mengkonsumsi makanan pokok yang ditambah dengan
lauk hewani atau sayuran dan jarang mengkonsumsi makanan yang seimbang
seperti makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati dan sayuran.
f. Hubungan asupan energi dengan status gizi balita
Kebutuhan energi balita relatif

besar dibandingkan dengan orang

dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat.


Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
Kekurangan energy mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita
terganggu. Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus
kering yang disebut dengan wasting. Wasting yaitu berat badan anak tidak
sebanding dengan tinggi badan anak.
Asupan energi balita di desa Buntoi masih kurang, hal ini disebabkan
oleh beberapa factor antara lain, asupan energi tidak mencukupi kebutuhan
balita, kurangnya pengetahuan ibu dan keterampilan yang mempengaruhi
dibidang masak, konsumsi anak dan keragaman bahan makanan.
g. Hubungan asupan protein dengan status gizi balita
Makanan bergizi tidak harus mahal dan lezat, tetapi cukup mengandung
zat-zat yang diperlukan oleh tubuh, dan cara pemasakan yang terlalu lama akan
membuat kandungan gizi didalam sayuran akan hilang. Beberapa zat yang

diperlukan oleh tubuh, salah satunya adlah protein. Oleh karena itu, makanan
yang dibutuhkan tidak hanya mengenyangkan tetapi harus menyehatkan.
Asupan protein balita di Desa buntoi sudah cukup baik, sebagian besar
balita memiliki asupan protein yang baik. Hal ini didukung oleh adanya sungaisungai yang dimanfaatkan masyarakat unruk mencari ikan. Sehingga masyarakat
dapat memenuhi kebutuhan terhadap protein hewaninya dan untuk kebutuhan
protein nabatinya masih sangat jarang ditemui karena harga yang sangat mahal
dan bahan makanan tersebut sangat sulit untuk didapatkan karena pasar di desa
tersebut hanya buka satu minggu sekali.
2. Bumil
Status gizi pada ibu hamil sangatlah berpengaruh terhadap kesehatan tubuh
ibu maupun kesehatan janin yang sedang ada dalam kandungan. Apabila status gizi
ibu hamil normal pada waktu sebelum mengandung dan ketika mengandung, maka
akan ada kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, dan cukup bulan
dengan berat badan normal. Lebih tepatnya lagi, gizi yang baik pada ibu ketika
sebelum mengandung dan ketika mengandung akan memberikan pengaruh besar
terhadap bayi, baik itu bayi yang lahir dengan berat badan kurang, atau bayi yang
lahir dengan berat badan normal.
Penilaian status gizi pada ibu hamil di ukur dengan menggunakan Lingkar
Lengan Atas (LILA). LILA dapat digunakan untuk mengukur status gizi pada anak
balita dan pada wanita usia subur. Pengukuran status gizi dengan menggunakan
LILA, kerap kali dugunakan karena pengukuran dengan menggunakan alat ini
relative sangat mudah, tidak memakan waktu yang lama, serta tidak memerlukan
data-data seperti umur, berat badan, dan tinggi badan. Pengukuran LILA mempunyai
standar yaitu pada wanita usia subur apabila < 23,5 maka dikatakan KEK, dan
apabila pengukuran LILA > 23,5 maka dikatakan Non KEK. Akan tetapi hal ini juga
dilakukan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus baku LILA, dan
hasilnya nanti akan dilihat apakah masuk dalam kategori status gizi normal, kurang,
atau lebih.
a. Hubungan Pengetahuan ibu hamil dengan status gizi ibu hamil

Ilmu Pengetahuan sangatlah penting dalam menghadapi perkembangan


teknologi saat ini, baik itu dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan yang lainnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi dewasa ini walaupun
berkembang sangat pesat, masalah gizi yang timbul masih sangat kompleks,
sehingga masalah ini masih sangat memprihatinkan dimana tingkat kematian ibu
maternal masih sangat tinggi. Pada umumnya, ibu hamil di lingkungan
masyarakat masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan, sehingga tidak
dapat memenuhi nutrisi yang baik, ditunjang lagi oleh pendidikan yang rendah,
usia, pekerjaan, dan pengalaman paritas, budaya, status sosial ekonomi yang
berdampak pada ibu hamil terhadap kebutuhan gizi masa kehamilan masih sangat
rendah.
Pengetahuan yang dimiliki oleh ibu hamil di Desa Buntoi masih sangat
rendah atau kurang, hal ini terkait dengan hasil awawncara dengan beberapa ibu
hamil di Desa Buntoi, yaitu meraka banyak sekali tidak mengetahui apa saja
komponen-komponen yang berkaitan dengan gizi dan makanan. Semua ini, harus
segera dilakukan penanganan, agar tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh ibu
hamil dapat memberikan peningkatan yang lebih.
b. Hubungan keterampilan ibu hamil dengan status gizi ibu hamil
Keterampilan yang dimiliki oleh ibu hamil selama mengandung sangat
penting, terutama dalam pemenuhan kebutuhan zat gizi. Selama hamil, ibu
dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam dan yang bergizi,
untuk membantu pertumbuhan janin yang sedang dikandung, sehingga nantinya
akan memberikan pengaruh yang baik terhadap janin pada saat sudah lahir.
Keterampilan yang dimiliki oleh ibu hamil di Desa Buntoi masih sangat
kurang terutama dalam pengolahan bahan makanan yang akan digunakan.
Pencucian bahan makanan sebagian dilakukan setelah pemotongan bahkan air
untuk pencucian bahan makanan menggunakan air sungai.
c. Hubungan kebiasaan makan ibu hamil dengan status gizi ibu hamil
Kebiasaan makan mempunyai peranan penting terhadap status gizi yang
dimiliki ibu hamil, tentunya apabila ibu hamil mempunyai kebiasaan makan
dengan pola yang baik dan teratur, maka tidak akan ada masalah terhadap
perkembangan gizi ibu dan janin yang ada dalam kandungan. Banyak wanita tahu

bahwa gizi yang baik sangatlah penting selama kehamilan, sebab apa yang akan
dikonsumsi oleh ibu hamil, maka itu juga yang akam diserap dan dimakan oleh
janin. Oleh sebab itu, kebiasaan makan yang baik pada ibu hamil harus benarbenar diterapkan, dan itu pula tidak lepas dari tingkat pengetahuan yang dimiliki.
Makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil harus makanan yang segar, bukan
makanan yang diawetkan dengan zat-zat pangan yang lain. Pola makan yang baik
pada kondisi hamil adalah keseimbangan antara kuantitas (banyak) dan kualitas
(mutu) makanan yang dikonsumsi secara kuantitatif.
Kebiasaan makan ibu hamil di Desa Buntoi masih sangat kurang, hal ini
dapat dilihat dari kebiasaan makan ibu hamil yang hanya 1 kali sehari, dan juga
ada yang 2 kali sehari, dan itu pun hanya 1 sampai 2 sendok makan saja. Menu
yang dikonsumsi juga selalu sama dari pagi, siang, hingga ke malamnya.
Polakonsumsi yang seperti inilah yang akan mempengaruhi perkembangan janin.
Untuk itulah perlu dilakukannya perubahan yang ada pada ibu hamil terkait
dengan kebiasaan makan yang dimiliki.
d. Hubungan kesehatan diri ibu hamil dengan status gizi ibu hamil
Kesehatan diri selama masa kehamilan sangat perlu diperhatikan, hal ini
terkait untuk meningkatkan kesehatan bagi ibu hamil, terlebih lagi dalam persiapan
untuk melahirkan. Kesehatan diri yang baik akan meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dari serangan penyakit, sehingga pada masa kehamilan ibu tetap sehat.
Kesehatan diri yang ada pada Desa Buntoi sudah sangat baik, hal ini dapat
dilihat dari kebiasaan mandi ibu hamil yang selalu dilakukan yaitu 2 kali sehari.
Pola hidup bersih sudah dikembangkan oleh ibu-ibu hamil yang jarang sekali
terlihat bahwa mereka tidak pernah tidak membersihkan diri dalam kesehariannya.
Tetapi ada pula yang kurang diperhatikan pada kehatan diri bumil, yaitu setiap
memberikan makanan kepada anaknya jarang mencuci tangan, sertaada pula ibu
hamil yang sanggat jarang keramas, hanya 1 minggu sekali keramas, dan
terkadang tidak menggunakan alas kaki ketika keluar ke pekarangan. Hal ini harus
lebih diperhatikan lagi, agar para ibu-ibu hamil dapat lebih memperhatikan
kesehatan dirinya.
e. Hubungan kesehatan lingkungan ibu hamil dengan status gizi ibu hamil

Kesehatan lingkungan dalam keluarga berpengaruh terhadap kesehatan ibu


hamil. Lingkungan yang tidak baik dapat mengakibatkan ibu hamil terkena
penyakit infeksi, salah satunya adalah infeksi cacing dan diare. Ibu hamil yang
terinfeksi kecacingan yang sangat berat dapat beresiko melahirkan anak dengan
berat badan rendah.
Kesehatan lingkungan ibu hamil di Desa Buntoi masih sangat kurang, hal
ini dapat dilihat dari halaman pekarangan di sekitar rumah yang erkadang ada
sampah, dan juga ada beberapa anggota keluarga yang membuang sampah ke
sungai, padahal air sungai tersebut digunakan untuk mandi, mencuci pakaian, dan
untuk minum. Seharusnya, tempat pembuangan sampah, limbah dan maupun
kotoran manusia harus mempunyai tempat tersendiri, misalnya seperti tempat
sampah dengan menggali dan membakar, dan ada jamban yang dapat dibuat
khusus sebagai tempat pembuangan, dan untuk minum haus menggunakan air
yang bersih, tanpa ada pencemaran dari faktor lain. Untuk itu, harus lenih
diperhatikan lagi kesehatan lingkungan yang ada di desa Buntoi, karena jika
lingkungan bersih, maka kesehatan masyarakat pun akan lebih terjamin.
f. Hubungan asupan energi ibu hamil dengan status gizi ibu hamil
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, oleh karena
itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan.
Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan
komposisi dan metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang
diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.
Ibu hamil yang menderita Kekurangan Energi Kronik (KEK) mempunyai
resiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal atau resiko melahirkan bayi
dengan berat badan rendah (BBLR). Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal
karena perdarahan, sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan anak.
Asupan energi pada ibu hamil di Desa Buntoi sudah cukup baik, hal ini
dapat dilihat dari 14 orang ibu hamil hanya 5 orang yang mengalami resiko KEK,
dan sisanya yaitu 9 orang termasuk Non KEK. Selama hamil, kebutuhan ibu akan
zat-zat gizi meningkat untuk itu perlu perhatian yang lebih terhadap pemilihan
makanan yang banyak mengandung sumber-sumber energi.

g. Hubungan asupan protein ibu hamil dengan status gizi ibu hamil
Asupan protein tidak jauh beda dengan asupan energi. Kebutuhan wanita
hamil akan protein jjuga meningkat, bahkan mencapai 68% dari sebelum hamil.
Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak
925 gr yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin.
Sumber protein yang harus dikonsumsi oleh ibu hamil harus yang bernilai
biologis tinggi seperti daging, ayam, ikan. Telur, susu dan hasil olahannya. Protein
sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang ada di dalam
kandungan. Selain sebagai sumber kalori, protein juga diperlukan untuk
pembentukan sel dan darah. Ibu hamil membutuhkan protein sebanyak 60 gr / hari,
dan dapat diperokeh dari daging, ikan, putih telur, kacang-kacangan, tahu dan
tempe.
Asupan protein ibu hamil di Desa Buntoi masih sangat kurang, hal ini
dapat dilihat dari perhitungan Diskripsi Zat Gizi Bumil dan dibandingkan dengan
angka kecukupan Gizi yang memiliki asupan protein kurang yaitu berjumlah 12
orang dan sisanya memiliki asupan protein yang baik yaitu berjumlah 2 orang.
Kurangnya asupan protein dapat ditingkatkan dengan lebih banyak mengkonsumsi
bahan makanan sumber protein, agar dapat memebuhi kebutuhan protein yang
masih kurang.
h. Hubungan asupan vitamin A ibu hamil dengan status gizi ibu hamil
Vitamin A mempunyai banyak manfaat, yaitu tidak hany bermanfaat untuk
anak saja, tetapi juga bermanfaat untuk ibu yang baru saja melahirkan. Pemberian
vitamin A kepada ibu yang baru saja melahirkan, diberikan setelah 24 jam
melahirkan. Pada ibu hamil yang menyusui, vitamin A berpera penting, karena hal
ini terkait erat dengan kejadian anemia pada ibu, berat badan kurang, kurang gizi,
meningkatnya resiko infeksi dan penyakit reproduksi.
Asupan vitamin A di Desa Buntoi juga masih sangat kurang, hal ini dapat
dilihat dari perhitungan Diskripsi Zat Gizi Bumil dan dibandingkan dengan angka
kecukupan Gizi yaitu mereka yang memiliki asupan vitamin A kurang yaitu

berjumlah 11 orang, dan sisanya yang memiliki asupan vitamin A yang baik yaitu
hanya 3 orang. Hal ini harus segera ditangani, dan tenaga kesehatan yang ada di
Desa tersebut, harus memberikan perhatian yang lebih kepada mereka yang masih
mengalami kekurangan asupan vitamin A.
i. Hubungan asupan zat besi ibu hamil dengan status gizi ibu hamil
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pasda
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR,
anemia pada bayi yang dilahirkan. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas
ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang
menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas
ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih besar.
Asupan zat besi pada ibu hamil di Desa Buntoi masih sangat kurang, hal ini
dapat dilihat dari perhitungan Diskripsi Zat Gizi Bumil dan dibandingkan dengan
angka kecukupan Gizi, yaitu dari 14 orang ibu hamil, mereka yang memiliki
tingkat asupan zat besi yang baik yaitu berjumlah 2 orang, dan sisanya yaitu
mereka yang memiliki tingkat asupan zat besi yang kurang yaitu berjumlah 12
orang. Perlu adanya perhatian khusus kepada ibu hamil agar dapat mengkonsumsi
makanan yang mengandung sumber zat besi. Ibu hamil sangat rentan sekali
terkena anemia gizi besi, oleh karena itu perlu adanya pola konsumsi yang baik
dengan memperhatikan bahan-bahan pangan yang mengandung sumber zat besi.
j. Hubungan asupan kalsium ibu hamil dengan status gizi ibu hamil
Kaum wanita memiliki kekhususan dalam hal kebutuhan kalsium. Sejak
bulan ketiga kehamilan, kebutuhan janin akan kalsium bertambah banyak. Kalsuim
digunakan untuk menunjang pembentukan tulang dan gigi serta persendian janin.
Jika ibu hamil kekurangan kalsium, maka kebutuhan kalsium akan diambilkan dari
cadangan kalsium pada tulang ibu. Ini akan mengakibatkan tulang keropos atau
osteoporosis. Untuk itu, ibu hamil perlu mengkonsumsi susu, telur, keju, kacangkacangan, atau tablet kalsium yang dapat diperoleh saat periksa ke puskesmas atau
klinik.
Asupan kalsium ibu hamil di Desa Buntoi masih sangat kurang, hal ini
dapat dilihat dari perhitungan Diskripsi Zat Gizi Bumil dan dibandingkan dengan

angka kecukupan Gizi, yaitu dari 14 orang ibu hamil, mereka yang memiliki
tingkat asupan kalsium yang baik yaitu berjumlah 2 orang, dan sisanya yaitu
mereka yang memiliki tingkat asupan kalsium yang kurang yaitu berjumlah 12
orang.
k. Hubungan asupan zink ibu hamil dengan status gizi ibu hamil
Zink merupakan mineral esensial yang ditemukan pada hampir semua sel.
Zink dapat menstimulasi aktivitas 100 macam enzim dan terlibat sebagai kofaktor
pada 100 jenis enzim lainnya. Zink termasuk mineral yang sangat penting untuk
dikonsumsi oleh ibu hamil. Diet rendah zink akan meningkatkan resiko janin lahir
premature, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan. Zink dikatakan mampu
untuk meningkatkan berat lahir dan lingkar kepala. Untuk itu konsumsi zink paling
tidak harus sudah dimulai sejak hamil 19 minggu dengan dosis 15 mg/hari.
Asupan zink ibu hamil di Desa Buntoi sangat kurang, hal ini dapat dilihat
dari perhitungan Diskripsi Zat Gizi Bumil dan dibandingkan dengan angka
kecukupan Gizi, yaitu dari 14 orang ibu hamil, mereka yang memiliki tingkat
asupan zink yang baik yaitu berjumlah 1 orang, dan sisanya yaitu mereka yang
memiliki tingkat asupan zink yang kurang yaitu berjumlah 1 orang. Perlu adanya
perhatian khusus kepada ibu hamil agar dapat mengkonsumsi makanan yang
mengandung sumber zink karena zink dikatakan mampu untuk meningkatkan berat
lahir dan lingkar kepala.
l. Hubungan asupan asam folat ibu hamil dengan status gizi ibu hamil
Asam folat merupakan salah satu zat gizi yang sangat penting bagi ibu
hamil dan perkembangan janin yang sedang dikandung. Asupan asam folat ibu
hamil di Desa Buntoi sangat kurang, hal ini dapat dilihat dari perhitungan
Diskripsi Zat Gizi Bumil dan dibandingkan dengan angka kecukupan Gizi, yaitu
dari 14 orang ibu hamil, mereka yang memiliki tingkat asupan asam folat yang
kurang yaitu berjumlah 14 orang, dan tidak ada satupun ibu hamil yang memiliki
tingkat asupan asam folat yang baik. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian
khusus kepada ibu hamil agar dapat mengkonsumsi makanan yang mengandung
sumber asam folat karena asam folat sangat penting untuk ibu dan janin yang
dikandungnya.

m. Hubungan asupan serat ibu hamil dengan status gizi ibu hamil
Serat merupakan salah satu zat gizi yang sangat penting untuk mencegah
terjadinya konstipasi pada ibu hamil. Asupan serat ibu hamil di Desa Buntoi sangat
kurang, hal ini dapat dilihat dari perhitungan Diskripsi Zat Gizi Bumil dan
dibandingkan dengan angka kecukupan Gizi, yaitu dari 14 orang ibu hamil,
mereka yang memiliki tingkat asupan serat yang kurang yaitu berjumlah 14 orang,
dan tidak ada satupun ibu hamil yang memiliki tingkat asupan serat yang baik.
Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus kepada ibu hamil agar dapat
mengkonsumsi makanan yang mengandung sumber serat seperti pada buah dan
sayur-sayuran.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil survei pengumpulan data dasar untuk mata kuliah Perencanaan
Program Gizi (PPG) pada Desa Buntoi di Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten
Pulang Pisau Provinsi Kalimatan Tengah, yang dilaksanakan pada tanggal 27-31
Oktober 2009 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Desa Buntoi adalah sebuah desa dengan jumlah penduduk 2358 orang yang terdiri
dari 752 kepala keluarga dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1223 orang
dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1135 orang. Usaha masyarakat desa ini
rata-rata sebagai petani.
2. Posyandu di Desa Buntoi ada 4 (empat) buah, dengan nama Posyandu Melati II
dan nama posyandu ini ahanya mewakili dari 1 posyandu, alamatnya RT IV
Kecamatan Kahayan Hilir, dengan di kepalai oleh Kepala Posyandu bernama Ibu
Misah, dengan jumlah kader 3 orang.
3. Karakteristik balita yang dijadikan sampel yaitu 56 orang (100%) balita dengan
jenis kelamin laki-laki berjumlah 28 Orang (50%), dan balita yang berjenis
kelamin perempuan berjumlah 28 (50%). Balita berusia 2 tahun sebanyak 14
orang (25,2 %) dan > 2 tahun berjumlah 42 (74,8%). Keadaan gizi sangat
bergantung pada orang tuanya.
4. Berdasarkan perhitungan BB/U, dari 56 orang balita diketahui balita yang
mempunyai status gizi normal sebanyak 25 orang balita (44,6 %), 17 orang balita
(30,4 %) mengalami BB kurang, dan 14 orang (25%) mengalami BB sangat
kurang.
5. Berdasarkan perhitungan TB/U, dari 56 orang balita diketahui balita yang
mempunyai tinggi badan normal sebanyak 21 orang balita (37,5 %), 23 orang
balita (41,1 %) mengalami tinggi badan pendek, dan 12 orang (21,4 %) mengalami
tinggi badan sangat pendek.
6. Berdasarkan perhitungan BB/TB, dari 56 orang balita diketahui balita yang
mempunyai status gizi resiko gemuk sebanyak 2 orang balita (3,6 %), 42 orang

balita (75 %) mengalami BB normal, 8 orang (14,3 %) mengalami BB kurus, dan


4 orang balita (7,1 %) mengalami BB sangat kurus.
7. Berdasarkan perhitungan IMT/U, dari 56 orang balita diketahui balita yang
mempunyai status gizi sangat gemuk sebanyak 1 orang balita (1,8 %), 1 orang
balita (1,8 %) mengalami status gizi gemuk, dan 6 orang (10,7 %) mengalami
status gizi resiko gemuk , 38 orang balita (67,9 %) memiliki status gizi normal,
dan 7 orang balita (12,5 %) memiliki BB kurus.
8. Diketahui pengetahuan ibu terhadap gizi dan kesehatan balita, dari 4 orang ibu
balita (7,1%) termasuk dalam kategori berpengetahuan baik sedangkan 52 orang
(92,9 %) ibu balita berpengetahuan masih kurang.
9. Diketahui keterampilan terhadap gizi dan kesehatan balita, dari 13 orang ibu balita
(23,2%) termasuk dalam kategori keterampilan baik sedangkan 43 orang (76,8
%) ibu balita keterampilan masih kurang.
10. Diketahui kebiasaan makan ibu terhadap gizi dan kesehatan balita, dari 11 orang
ibu balita (19,6%) termasuk dalam kategori kebiasaan makan baik sedangkan 45
orang (80,4%) ibu balita kebiasaan makan masih kurang.
11. Diketahui kesehatan diri terhadap gizi dan kesehatan balita, dari 37 orang ibu
balita (66,1%) termasuk dalam kategori kesehatan diri baik sedangkan 19 orang
(33,9%) ibu balita kesehatan diri masih kurang.
12. Diketahui kesehatan lingkungan ibu terhadap gizi dan kesehatan balita, dari 6
orang ibu balita (10,7%) termasuk dalam kategori kesehatan lingkungan baik
sedangkan 50 orang (89,3%) ibu balita kesehatan lingkungan masih kurang.
13. Diketahui bahwa sebanyak 11 anak balita (19,6%) yang tingkat asupan energinya
baik dan 45 anak balita (80,4%) yang tingkat asupan energinya kurang.
14. Diketahui bahwa sebanyak 39 anak balita (69,6%) yang tingkat asupan protein
baik dan 17 anak balita (30,4 %) yang tingkat asupan protein kurang.
15. Diketahui bahwa sebanyak 37 anak balita (66,1%) yang tingkat asupan vitamin A
baik dan 19 anak balita (33,9%) yang tingkat asupan vitamin A kurang
16. Diketahui bahwa sebanyak 3 anak balita (5,4%) yang tingkat asupan zat besi baik
dan 53 anak balita (94,6%) yang tingkat asupan zat besi kurang.
17. Diketahui bahwa sebanyak 9 anak balita (16,1%) yang tingkat asupan kalsium
baik dan 47 anak balita (83,9%) yang tingkat asupan kalsium kurang.

18. Diketahui bahwa sebanyak 6 anak balita (10,7%) yang tingkat asupan zink baik
dan 50 anak balita (89,3%) yang tingkat asupan zink kurang.
19. Diketahui bahwa sebanyak 6 anak balita (10,7%) yang tingkat asupan vitamin C
baik dan 50 anak balita (89,3%) yang tingkat asupan vitamin C kurang.
20. Diketahui bahwa sebanyak 2 anak balita (3,6%) yang tingkat asupan asam folat
baik dan 54 anak balita (96,4%) yang tingkat asupan asam folat kurang.
21. Diketahui bahwa sebanyak 2 anak balita (3,6%) yang tingkat asupan asam folat
baik dan 54 anak balita (96,4%) yang tingkat asupan asam folat kurang.
22. Berdasarkan BB/U tidak ada hubungan antara kebiasaan makan dengan status gizi
balita (p-value 0,897)
23. Berdasarkan BB/U ada hubungan antara kesehatan diri dengan status gizi balita
(p-value 0,001)
24. Berdasarkan BB/U tidak ada hubungan antara kesehatan lingkungan dengan status
gizi balita (p-value 0,762)
25. Berdasarkan BB/U tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi
balita (p-value 0,385)
26. Berdasarkan BB/U ada hubungan antara keterampilan dengan status gizi balita
(p-value 0,031)
27. Berdasarkan BB/U tidak ada hubungan antara energi dengan status gizi balita (pvalue 0,564)
28. Berdasarkan BB/U tidak ada hubungan antara protein dengan status gizi balita (pvalue 0,834)
29. Berdasarkan BB/U tidak ada hubungan antara asam folat dengan status gizi balita
(p-value 0,834)
30. Berdasarkan BB/U tidak ada hubungan antara zink dengan status gizi balita (pvalue 0,563)
31. Berdasarkan BB/U tidak ada hubungan antara vitamin C dengan status gizi balita
(p-value 0,840)
32. Berdasarkan BB/U tidak ada hubungan antara zat besi dengan status gizi balita (pvalue 0,875)
33. Berdasarkan BB/U tidak ada hubungan antara kalsium dengan status gizi balita
(p-value 0,600)

34. Berdasarkan BB/U tidak ada hubungan antara vitamin A dengan status gizi balita
(p-value 0,861)
35. Berdasarkan TB/U tidak ada hubungan antara kebiasaan makan dengan status gizi
balita (p-value 0,642)
36. Berdasarkan TB/U tidak ada hubungan antara kesehatan diri dengan status gizi
balita (p-value 0,055)
37. Berdasarkan TB/U tidak ada hubungan antara kesehatan lingkungan dengan status
gizi balita (p-value 0,281)
38. Berdasarkan TB/U tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi
balita (p-value 0,827)
39. Berdasarkan TB/U tidak ada hubungan antara keterampilan dengan status gizi
balita (p-value 0,073)
40. Berdasarkan TB/U tidak ada hubungan antara energi dengan status gizi balita (pvalue 0,232)
41. Berdasarkan TB/U tidak ada hubungan antara protein dengan status gizi balita (pvalue 0,255)
42. Berdasarkan TB/U tidak ada hubungan antara asam folat dengan status gizi balita
(p-value 0,086)
43. Berdasarkan TB/U tidak ada hubungan antara zink dengan status gizi balita (pvalue 0,949)
44. Berdasarkan TB/U tidak ada hubungan antara vitamin C dengan status gizi balita
(p-value 0,909)
45. Berdasarkan TB/U tidak ada hubungan antara zat besi dengan status gizi balita (pvalue 0,652)
46. Berdasarkan TB/U tidak ada hubungan antara kalsium dengan status gizi balita (pvalue 0,374)
47. Berdasarkan TB/U tidak ada hubungan antara vitamin A dengan status gizi balita
(p-value 0,506)
48. Berdasarkan BB/TB tidak ada hubungan antara kebiasaan makan dengan status
gizi balita (p-value 0,740)
49. Berdasarkan BB/TB ada hubungan antara kesehatan diri dengan status gizi balita
(p-value 0,006)

50. Berdasarkan BB/TB tidak ada hubungan antara kesehatan lingkungan dengan
status gizi balita (p-value 0,688)
51. Berdasarkan BB/TB tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi
balita (p-value 0,321)
52. Berdasarkan BB/TB tidak ada hubungan antara keterampilan dengan status gizi
balita (p-value 0,252)
53. Berdasarkan BB/TB tidak ada hubungan antara energi dengan status gizi balita (pvalue 0,702)
54. Berdasarkan BB/TB tidak ada hubungan antara protein dengan status gizi balita
(p-value 0,448)
55. Berdasarkan BB/TB tidak ada hubungan antara asam folat dengan status gizi
balita (p-value 0,149)
56. Berdasarkan BB/TB tidak ada hubungan antara zink dengan status gizi balita (pvalue 0,463)
57. Berdasarkan BB/TB tidak ada hubungan antara vitamin C dengan status gizi balita
(p-value 0,736)
58. Berdasarkan BB/TB tidak ada hubungan antara zat besi dengan status gizi balita
(p-value 0,814)
59. Berdasarkan BB/TB tidak ada hubungan antara kalsium dengan status gizi balita
(p-value 0,851)
60. Berdasarkan BB/TB tidak ada hubungan antara vitamin A dengan status gizi balita
(p-value 0,305)
61. Berdasarkan IMT/U tidak ada hubungan antara kebiasaan makan dengan status
gizi balita (p-value 0,499)
62. Berdasarkan IMT/U tidak ada hubungan antara kesehatan diri dengan status gizi
balita (p-value 0,816)
63. Berdasarkan IMT/U tidak ada hubungan antara kesehatan lingkungan dengan
status gizi balita (p-value 0,102)
64. Berdasarkan IMT/U tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi
balita (p-value 0,768)
65. Berdasarkan IMT/U tidak ada hubungan antara keterampilan dengan status gizi
balita (p-value0,883)

66. Berdasarkan IMT/U tidak ada hubungan antara energi dengan status gizi balita (pvalue 0,779)
67. Berdasarkan IMT/U tidak ada hubungan antara protein dengan status gizi balita
(p-value 0,741)
68. Berdasarkan IMT/U tidak ada hubungan antara asam folat dengan status gizi
balita (p-value 0,209)
69. Berdasarkan IMT/U tidak ada hubungan antara zink dengan status gizi balita (pvalue 0,412)
70. Berdasarkan IMT/U tidak ada hubungan antara vitamin C dengan status gizi balita
(p-value 0,669)
71. Berdasarkan IMT/U tidak ada hubungan antara zat besi dengan status gizi balita
(p-value 0,461)
72. Berdasarkan IMT/U tidak ada hubungan antara kalsium dengan status gizi balita
(p-value 0,932)
73. Berdasarkan IMT/U tidak ada hubungan antara vitamin A dengan status gizi balita
(p-value 0,383)
74. Diketahui bahwa status gizi ibu hamil berdasarkan LILA dari 14 ibu hamil
terdapat 9 ibu hamil (64,3%) termasuk dalam kategori Non KEK dan 5 Ibu hamil
(35,7%) ibu hamil yang beresiko KEK.
75. Diketahui pengetahuan ibu hamil terhadap gizi dan kesehatan ibu hamil, dari 14
orang ibu hamil diketahui bahwa 1 orang ibu hamil (7,1%) ibu hamil
berpengetahuan baik, dan 13 (92,9%) ibu hamil memiliki pengetahuan yang masih
kurang.
76. Diketahui keterampilan ibu hamil terhadap gizi dan kesehatan ibu hamil, dari 14
orang ibu hamil diketahui bahwa 5 orang ibu hamil (35,7%) ibu hamil
keterampilan baik, dan 9 (64,3%) ibu hamil memiliki keterampilan yang masih
kurang.
77. Diketahui kesehatan diri ibu hamil terhadap gizi dan kesehatan ibu hamil, dari 14
orang ibu hamil diketahui bahwa 9 orang ibu hamil (64,3%) ibu hamil kesehatan
diri baik, dan 5 (35,7%) ibu hamil memiliki kesehatan yang masih kurang.
78. Diketahui kesehatan lingkungan ibu hamil terhadap gizi dan kesehatan ibu hamil,
dari 14 orang ibu hamil diketahui bahwa 1 orang ibu hamil (7,1%) ibu hamil

kesehatan lingkungan baik, dan 13 (92,9%) ibu hamil memiliki kesehatan


lingkungan yang masih kurang.
79. Diketahui kebiasaan makan ibu hamil terhadap gizi dan kesehatan ibu hamil, dari
14 orang ibu hamil diketahui bahwa 0 orang ibu hamil (0%) ibu hamil kebiasaan
makan baik, dan 14 (100%) ibu hamil memiliki pengetahuan kebiasaan makan
yang masih kurang.
80. Diketahui bahwa sebanyak 3 (21,4 %) ibu hamil yang tingkat asupan energinya
baik dan 11 (78,6 %) ibu hamil yang tingkat asupan energinya kurang.
81. Diketahui bahwa sebanyak 2 (14,3%) ibu hamil yang tingkat asupan protein baik
dan 12 (85,7 %) ibu hamil yang tingkat asupan protein kurang.
82. Diketahui bahwa sebanyak 0 (0 %) ibu hamil yang tingkat asupan asam folat baik
dan 14 (100 %) ibu hamil yang tingkat asupan asam folat kurang.
83. Diketahui bahwa sebanyak 0 (0 %) ibu hamil yang tingkat asupan vitamin C baik
dan 14 (100 %) ibu hamil yang tingkat asupan vitamin C kurang.
84. Diketahui bahwa sebanyak 1 (7,1 %) ibu hamil yang tingkat asupan zink baik dan
13 (92,9 %) ibu hamil yang tingkat asupan zink kurang.
85. Diketahui bahwa sebanyak 2 (14,3 %) ibu hamil yang tingkat asupan zat besi baik
dan 12 (85,7 %) ibu hamil yang tingkat asupan zat besi kurang.
86. Diketahui bahwa sebanyak 2 (14,3 %) ibu hamil yang tingkat asupan kalsium baik
dan 12 (85,7 %) ibu hamil yang tingkat asupan kalsium kurang.
87. Diketahui bahwa sebanyak 3 (21,4 %) ibu hamil yang tingkat asupan vitamin A
baik dan 11 (78,6 %) ibu hamil yang tingkat asupan vitamin A kurang.
88. Diketahui bahwa sebanyak 0 (0 %) ibu hamil yang tingkat asupan serat baik dan
14 (100 %) ibu hamil yang tingkat asupan seratnya kurang.

B. Saran
Berdasarkan permasalahan yang kami temukan selama pengambilan data dasar di
Desa Buntoi, maka dapat kami buat beberapa saran sebagai bahan pertimbangan bagi
pejabat yang berwenang dalam mengambil keputusan serta masyarakat di Desa Buntoi
akan memperbaiki status kesehatan bagi balita, ibu hamil sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat khususnya keluarga balita dan
bumil tentang perlunya penganekaragaman pangan dalam konsumsi sehari-hari
agar dapat terpenuhi kecukupan kalori, protein, dan zat gizi lainnya.
2. Posyandu sebagai sarana peningkatan kesehatan harus lebih ditingkatkan atau di
aktifkan dan dikembangkan dalam rangka menurunkan prevalensi gizi kurang pada
balita.
3. Perlunya ditingkatkan kesehatan bagi penduduk agar mau berswadaya dan
bergotong royong membuat saluran pembuangan air limbah dan tempat
pembuangan sampah yang sesuai dengan syarat kesehatan agar tercipta kondisi
kesehatan lingkungan dan sehingga penyakit infeksi dapat dicegah dan diatasi.
4. Perlunya peningkatan variasi makanan dengan adanya membuat produk baru
memanfaatkan hasil lahan sendiri dan menjadikan lahan sebagai tempat menanam
bahan makanan sumber energi dan Fe.
5. Perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas penyuluhan, bagi orang tua balita,
dan bumil mengenai pentingnya pola makan yang seimbang dan kebiasaan makan
yang baik.
6. Perlu peningkatan kesadaran pada masyarakat tentang pentingnya menjaga hygiene
dan sanitasi individu melalui kegiatan gotong royong dalam memelihara kebersihan
lingkungan masing-masing untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan yang
lebih serius.
7. Perlunya peningkatan kesadaran bumil untuk memeriksakan kehamilannya secara
teratur kepada bidan atau kepada petugas kesehatan sekurang-kurangnya 4 kali
selama kehamilan.

Вам также может понравиться