Вы находитесь на странице: 1из 14

POPULASI

DAN
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
A. Populasi
Populasi adalah totalitas semua individu atau data yang diperoleh dari
hasil menghitung maupun hasil pengukuran, baik kualitatif maupun kuantitatif,
dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan
jelas. Populasi merupakan obyek dari mana sampel diambil. Populasi ini
dapat berupa orang atau hal-hal yang ingin diketahui karakteristik atau ciricirinya.
Ciri penting dari statistika inferensial adalah proses yang bermula dari
bagian menuju keseluruhan. Maksudnya kita mempelajari 100 orang dari
beberapa Mahasiswa jurusan teknik yang dipilih secara acak dengan maksud
membuat generalisasi tentang seluruh Mahasiswa jurusan teknik. Kelompok
kecil tersebut disebut sampel atau contoh, dan kelompok besar yang menjadi
sasaran generalisasi disebut populasi.
Sampel
Tujuan penarikan sampel dari populasi adalah memperoleh informasi
Populasi yang dapat dijangkau
mengenai populasi tersebut, maka sangat penting agar individu yang
dimasukkan ke dalam
sampel
merupakan contoh yang representatif.
Populasi
Sasaran

Hal penting dalam penarikan sampel adalah penetapan ciri-ciri


(karakteristik) populasi yang menjadi sasaran.

Akan tetapi karena tidak

mungkin mencapai seluruh populasi sasaran, maka kita menetapkan ciri-ciri


populasi terjangkau. Dari populasi yang dapat dijangkau ini, peneliti menarik
1

sampel bagi penelitiannya. Sampel yang ditarik sedemikian rupa sehingga


sampel tersebut mencerminkan populasinya.
Sebuah sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap
satuan elementer mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk
dipilih dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan 0 (nol).
Disamping itu pengambilan sampel secara acak (random) haruslah
menggunakan metode yang tepat yang sesuai dengan ciri-ciri populasi dan
tujuan penelitian. Meskipun sebuah sampel terdiri dari sebagian populasi,
tetapi sebagian dari populasi itu tidak selalu dapat disebut sebuah sampel
apabila cara-cara pengambilannya tidak benar. Suatu metode pengambilan
sampel yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh
populasi.
2. Dapat menentukan presisi (precision) dari hasil penelitian dengan
menentukan penyimpangan baku (standar) dari taksiran yang diperoleh.
3. Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan.
4. Dapat memberikan

keterangan

sebanyak

mungkin dengan

biaya

serendah-rendahnya.
Dalam menentukan metode sampel yang akan digunakan dalam suatu
penelitian, si peneliti harus memperhatikan hubungan antara biaya, tenaga
dan waktu di satu pihak serta tingkat presisi yang dikehendaki di lain pihak.
Apabila jumlah biaya, tenaga dan waktu sudah dibatasi sejak semula, si
peneliti harus berusaha mendapatkan suatu metode pengambilan sampel
yang menghasilkan presisi yang tertinggi. Perlu disadari bahwa tingkat presisi
yang tinggi tidak mungkin dapat dicapai dengan biaya, tenaga dan waktu
yang terbatas. Yang mungkin dapat dicapai ialah tingkat presisi tertentu
dengan biaya, tenaga dan waktu yang terbatas. Kita perlu memperhatikan
masalah efisiensi dalam memilih metode pengambilan sampel.

Misalnya metode A dikatakan lebih efisien daripada metode B apabila untuk


sejumlah biaya, tenaga dan waktu yang sama, metode A itu dapat
memberikan tingkat presisi yang lebih tinggi; atau untuk tingkat presisi yang
sama diperlukan biaya, tenaga dan waktu yang lebih rendah.
B. Sampel
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang memberikan data
atau informasi yang diperlukan dalam suatu penelitian.

Dapat dikatakan

sampel adalah himpunan dari anggota polulasi.


1.

Ukuran Sampel (Sample Size)


Sering timbul pertanyaan, berapa besarnya sampel (sample size) yang

harus diambil untuk mendapatkan data yang representatif. Beberapa peneliti


menyatakan bahwa besarnya sampel tidak boleh kurang dari 10 persen dan
ada pula peneliti lain menyatakan bahwa besarnya sampel minimum 5
persen dari jumlah satuan-satuan elementer dari populasi.
Mengenai ukuran sampel atau besarnya sampel yang harus diselidiki
dalam suatu penelitian tergantung pada: (1) keragaman karakteristik
populasi; (2) tingkat presisi yang dikehendaki; (3) rencana analisis; dan (4)
tenaga, biaya, dan waktu. Secara rinci keempat faktor tersebut akan dibahas
berikut ini.
(1) Derajat keragaman (degree of homonegity) dari populasi
Makin seragam populasi itu, makin kecil sampel yang dapat di ambil.
Apabila populasi itu seragam sempurna (completely homogeneous), maka
satu satuan elementer saja dari seluruh populasi itu sudah cukup
representatif untuk diteliti. Sebaliknya apabila populasi itu amat tidak
seragam

(completely

heterogeneous),

maka

hanya

pencacahan

lengkaplah yang dapat memberikan gambaran yang representatif.

(2) Presisi yang dikehendaki dari penelitian


Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar sampel yang
harus diambil. Jadi sampel yang besar cenderung memberikan penduga
yang lebih mendekati nilai yang sesungguhnya (true value). Pada sensus
lengkap, presisi ini menjadi mutlak karena nilai taksiran sama dengan nilai
parameter. Dengan kata lain dapat pula dikatakan bahwa antara besarnya
sampel yang diambil dengan besarnya kesalahan (error) terdapat
hubungan yang negatif. Makin besar sampel yang di ambil, makin kecil
pula kesalahan (penyimpangan terhadap nilai populasi ) yang di dapat.
(3) Rencana analisis.
Adakalanya besarnya sampel sudah mencukupi sesuai dengan presisi
yang dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan kebutuhan analisis, maka
jumlah

sampel

menghubungkan

tersebut
tingkat

kurang

mencukupi.

pendidikan

Misalnya

responden

dengan

kita

ingin

persepsi

masyarakat dalam pemanfaatan air bersih. Kalau kita membagi tingkat


pendidikan responden secara terperinci, misalnya: belum sekolah, belum
tamat SD, tamat SD, belum tamat SMP, tamat SMP, dan seterusnya,
mungkin tidak cukup untuk mengambil 100 responden karena akan
terdapat banyak sel-sel dari matrik yang kosong. Begitu juga untuk
perhitungan analisis yang menggunakan perhitungan statistik yang rumit.
(4) Tenaga, biaya dan waktu.
Kalau menginginkan presisi yang tinggi maka jumlah sampel harus besar.
Tetapi apabila dana, tenaga dan waktu terbatas, maka tidaklah mungkin
untuk mengambil sampel yang besar, dan ini berarti bahwa presisinya
akan menurun.
Walaupun besarnya sampel harus diambil dalam suatu penelitian
didasarkan atas keempat pertimbangan di atas, tetapi agar dapat menghemat
waktu, biaya dan tenaga, seorang peneliti harus dapat memperkirakan
4

besarnya sampel yang diambil sehingga presisinya dianggap cukup untuk


menjamin tingkat kebenaran hasil penelitian. Jadi peneliti sendirilah yang
menentukan tingkat presisi yang dikehendaki, yang selanjutnya berdasarkan
presisi tersebut dapat menentukan besarnya sampel.
Besar ukuran sampel tergantung pada:
(1)Kadar pentingnya penelitian.

Apabila hasil penelitian akan digunakan

untuk menentukan dasar kebijakan, lebih baik menggunakan sampel


besar.
(2)Homogenitas unit-unit

sampel.

Secara umum makin mirip unit-unit

sampel dalam populasi, makin kecil sampel yang dibutuhkan untuk


memperkirakan parameter populasi.
(3)Derajat presisi, makin akurat hasil yang diharapkan, maka ukuran sampel
makin besar.
(4)Tingkat kepercayaan yang diinginkan. Makin tinggi tingkat kepercayaan
yang diinginkan makin besar ukuran sampel yang dibutuhkan.
(5)Analisis yang digunakan. Analisis multivariat membutuhkan sampel yang
lebih besar dari pada analisis bivariat.
(6)Jumlah variabel yang akan diteliti. Penelitian yang banyak melibatkan
variabel, memerlukan ukuran sampel yang besar.
(7)Jenis/desain penelitian. Penelitian korelasional memerlukan sampel lebih
besar (minimal 30 subyek), penelitian komparatif lebih kecil (minimal
masing-maisng 15 subyek tiap kelompok), penelitian eksperiman minimal
8-10 subyek tiap kelompok. Sedangkan untuk penelitian deskriptif,
dianjurkan menggunakan ukuran sampel 10%-20% dari populasi yang
terjangkau.
(8)Tingkat resiko.

Percoban yang sifatnya merusak atau berbahaya,

semakin besar risiko, maka sampel semakin kecil.

(9)Metode penarikan sampel.

Ukuran sampel pada penarikan sampel

berkelompok (cluster sampling) lebih besar dibandingkan dengan simpel


random sampling.
(10)

Biaya, waktu, dan tenaga.

Pemilihan sampel mempertimbangkan

biaya, waktu, dan tenaga.

Rancangan Penarikan Sampel


(1) Merumuskan persoalan yang ingin diketahui.
(2) Menentukan populasi penelitian
(3) Menentukan unit sampling. Unit sampling adalah satuan terkecil menjadi
anggota sampel.

Misalnya untuk mengetahui tingkat pendidikan

keluarga, unitnya adalah ayah, ibu, dan anak (nenek tidak termasuk).
(4) Menentukan cara pengukuran dan penilaian. Misalnya untuk mengukur
tingkat kepuasan konsumen, perlu dirancang alat ukurnya.
(5) Menentukan cara pengumpulan data, apakah dengan wawancara,
melakukan tes, dsb.
(6) Menentukan metode analisis yang akan digunakan.
(7) Menentukan ukuran sampel. Jangan terlalu kecil, tetapi jangan terlalu
besar.
(8) Menentukan teknik pengambilan sampel agar sampel representatif.

2.

Teknik Penarikan Sampel


Pada dasarnya ada dua macam teknik penarikan sampel, yaitu

pengambilan sampel secara random (random sampling) atau probability


sampling, dan pengambilan sampel yang bersifat tidak random, yaitu sampel
dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu; misalnya purposif
sampling.

Pada bagian ini akan dibahas metode pengambilan sampel secara


random yang meliputi sampel random sederhana (simple random sampling),
sampel random sistematik (systematic random sampling), sampel random
distratifikasi (stratified random sampling), sampel random gugus sederhana
(simple cluster random sampling), dan sampel random gugus tertahap.
1. Pengambilan Sampel Random Sederhana
Sampel random sederhana adalah sebuah sampel yang diambil
sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari
populasi mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk terpilih
sebagai sampel. Misalnya jika banyaknya unit dalam populasi adalah N dan
ukuran sampel adalah n, maka besarnya peluang setiap unit elementer untuk
terpilih sebagai sampel adalah n/N. Ini berarti bahwa setiap (semua) unit
elementer dalam populasi harus dapat diidentifikasi dan termuat dalam
kerangka sampling.
Metode pengambilan sampel dengan random sederhana dapat
ditempuh melalui cara undian, tabel bilangan random, atau dengan
menggunakan komputer.
Suatu hal yang perlu dicatat adalah bahwa pengambilan sampel
secara random dapat digunakan apabila unit-unit elementer dalam populasi
mempunyai karakteristik yang homogen atau dapat dianggap homogen. Jika
unit-unit elementer dalam populasi tidak homogen, maka pengambilan
sampel dengan random sederhana belum dapat digunakan, dan mungkin kita
menggunakan teknik lain, misalnya pengambilan sampel dengan cara
random distratifikasi.
2. Pengambilan Sampel Random Sistematik (systematic Random
Sampling)
Apabila banyaknya satuan elementer dalam populasi cukup besar dan
telah tersusun secara sistematik dalam suatu daftar atau telah tersusun
7

menurut pola atau aturan tertentu, maka cara pengambilan sampel dengan
random sederhana kurang tepat digunakan, yang sesuai adalah sistematik
random sampling.
Sistematik random sampling adalah cara pengambilan sampel, dimana
hanya unsur pertama yang dipilih secara random, sedang unsur-unsur
berikutnya dipilih secara sistematik menurut suatu pola tertentu.
Secara teknik pengambilan sampel dengan cara sistematik random
dapat dijelaskan sebagai berikut. Misalkan jumlah satuan-satuan elementer
dalam populasi adalah N dan ukuran sampel yang dikehendaki adalah n,
maka hasil bagi N/n dinamakan interval sampel dan bisanya diberi simbol k.
Unsur pertama dalam sampel dipilih secara random dari satuan elementer
bernomor urut 1 sampai dengan k dari populasi. Jika yang terpilih adalah
satuan elementer bernomor urut s, maka unsur-unsur selanjutnya dalam
sampel ditentukan sebagai berikut:
Unsur pertama

Unsur kedua

s + k

Unsur ketiga

s + 2k

Unsur keempat

s + 3k, dan seterusnya.

Misalnya jumlah unit dalam populasi sebesar 200 unit, dan besar
sampel yang dikehendaki misalnya 40 unit. Berarti k = 200/40 = 5.
Unsur pertama dapat dipilih secara random dari nomor urut 1 5. Jika yang
terpilih adalah unit dengan nomor urut 3, unit-unit sampel berikutnya adalah
(3 + 5) = 8, (3 + 10) = 13, (3 + 15) = 18, (3 + 20) = 23, dan seterusnya,
sehingga diperoleh unit sampel sebanyak 40 unit.
3. Pengambilan Sampel Random Distratifikasi (Stratified Random
Sampling)
Jika satuan-satuan elementer dalam populasi tidak homogen, maka
pengambilan sampel dengan cara random tidak dapat digunakan. Oleh
8

karena itu, pada kasus di mana karakteristik populasi tidak homogen, maka
populasi dapat distratifikasi atau dibagi-bagi ke dalam sub-sub populasi
sedemikian, sehingga satuan-satuan elementer dalam masing-masing subpopulasi menjadi homogen. Kemudian pengambilan sampel dengan cara
random dapat dilakukan pada setiap sub-populasi. Perlu dipahami bahwa
pengertian homogenitas dalam hal ini terkait dengan variabel penelitian.
Misalnya, kita ingin meneliti pengetahuan metodologi Mahasiswa dalam
menyusun tugas akhir di Universitas Esa Unggul Jakarta. Populasinya
adalah semua Mahasiswa yang kuliah di universitas Esa Ungul. Jelas bahwa
populasi tidak homogen, karena di Universitas esa unggul misalnya terdapat
lima program studi dengan jurusan yang berbeda-beda. Untuk itu, populasi
dibagi-bagi menjadi lima sub-populasi, yaitu sub-populasi prodi 1, subpopulasi prodi 2, sub-populasi prodi 3, sub-populasi prodi 4, dan sub-populasi
prodi 5. Kemudian ditetapkan ukuran sampel untuk masing-masing subpopulasi, boleh proporsional boleh juga tidak.
Jika tidak proporsional, misalnya dapat diambil 100 orang untuk setiap
sub-populasi, sehingga diperoleh 500 orang yang akan menjadi sampel
penelitian. Pengambilan 100 orang dari setiap sub-populasi tersebut
dilakukan secara random.
Jika proporsional, misalnya populasi terdiri dari 5 kelompok prodi atau
strata yang mempunyai ciri berbeda, populasi memerlukan penarikan sampel
yang diwakili secara proporsional.
Misalnya
Prodi I : jumlah anggota populasi = 120 Mahasiswa
Prodi 2 : jumlah anggota populasi = 80 Mahasiswa
Prodi 3 : jumlah anggota populasi = 60 Mahasiswa
Prodi 4 : jumlah anggota populasi = 140 Mahasiswa
Prodi 5 : jumlah anggota populasi = 100 Mahasiswa
Proporsi jumlah anggota populasi tiap prodi = 120 : 80 : 60 : 140 : 100.
Apabila ukuran sampel yang dinginkan 50, maka:

120
x 50 12 Mahasiswa
Sampel dari prodi 1 = 500
80
x 50 8 Mahasiswa
Sampel dari prodi 2 = 500
60
x 50 6 Mahasiswa
Sampel dari prodi 3 = 500
140
x 50 14 Mahasiswa
Sampel dari prodi 4 = 500
100
x 50 10 Mahasiswa
Sampel dari prodi 5 = 500
Pengambilan sampel di masing-masing prodi dilakukan secara acak.
Ada tiga syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menggunakan
metode pengambilan sampel random distratifikasi, yaitu :
a. Ada kriteria yang jelas sebagai dasar untuk membuat stratifikasi, misalnya
pogram studi berbeda karena berbeda jurusan.
b. Kriteria yang digunakan tersebut berdasarkan data pendahuluan yang
telah diperoleh atau dapat juga berdasarkan pengetahuan teoretik.
c. Jika ukuran sampel proporsional, maka harus diketahui dengan tepat
jumlah satuan-satuan elementer yang ada di setiap sub-populasi.
Keunggulan metode pengambilan sampel ini adalah sangat mungkin
semua ciri dalam populasi yang heterogen dapat terwakili, dan dimungkinkan
bagi peneliti untuk menyelidiki perbedaan antara sub-sub populasi atau
memasukkan sub-sub populasi sebagai variabel moderator dari penelitian.

4. Pengambilan Sampel Random gugus Sederhana (Simple Cluster


Random Sampling)
Sampai saat ini pembahasan yang dilakukan adalah mengenai metode
sampling di mana analisis atau satuan penelitian (misalnya orang, rumah,
bidang tanah, dan lain-lain) sudah tersusun dalam suatu daftar.

10

Dalam praktek kita sering kali dihadapkan dengan kenyataan di mana


kerangka sampling yang digunakan untuk dasar pemilihan sampel belum
tersedia atau tidak lengkap atau bahkan sangat sulit diperoleh. Untuk
mengatasi hal tersebut, unit-unit analisis dalam populasi dikelompokkan ke
dalam gugus-gugus yang disebut clusters dan ini akan merupakan satuansatuan dari mana sampel akan diambil.
Pengambilan gugus yang akan menjadi sampel dilakukan secara random,
dengan catatan bahwa gugus-gugus yang ada dalam populasi mempunyai
ciri yang homogen. Semua unit analisis yang ada dalam gugus terpilih harus
diselidiki.
Misalnya populasi penelitian kita adalah warga masyarakat di
Kabupaten A, tetapi daftar dari warga masyarakat tersebut sulit diperoleh.
Dalam kasus ini, warga masyarakat di Kabupaten A dikelompokkan ke dalam
Kelurahan, kemudian dipilih secara random 3 Kelurahan untuk menjadi
sampel penelitian. Jadi sampel yang diselidiki adalah semua warga
masyarakat yang berada pada tiga Kelurahan sampel tersebut.
5. Pengambilan Sampel Random Gugus Bertahap
Dalam praktek sering dijumpai populasi yang letaknya sangat tersebar
secara geografis, sehingga sangat sulit untuk mendapatkan kerangka
sampling dari semua unsur-unsur yang terdapat dalam populasi. Untuk
mengatasi hal ini, unit-unit analisis dikelompokkan ke dalam gugus-gugus
yang

merupakan

satuan-satuan

dari

mana

sampel

akan

diambil.

Pengambilan sampel melalui tahap-tahap tertentu.


Satu populasi dapat dibagi ke dalam gugus tingkat pertama; gugusgugus tingkat pertama dapat dibagi lagi ke dalam gugus-gugus tingkat kedua;
gugus-gugus tingkat kedua dapat dibagi lagi ke dalam gugus-gugus tingkat
ketiga; dan seterusnya.

11

Sebagai contoh, jika kita mempunyai populasi warga masyarakat di


Propinsi A, populasi tersebut dapat dibagi kedalam kabupaten-kabupaten
sebagai gugus tingkat pertama, Kecamatan-kecamatan sebagai gugus-gugus
tingkat kedua, dan desa-desa sebagai gugus tingkat ketiga. Cara
pengambilan sampel untuk contoh ini misalnya sebagai berikut :
a. Dipilih lima Kabupaten secara random dari X Kabupaten di Propinsi A.
b. Dari masing-masing Kabupaten terpilih, dipilih tiga Kecamatan secara
random, sehingga diperoleh 15 Kecamatan sampel.
c. Dari masing-masing Kecamatan sampel dipilih lagi secara random dua
desa, sehingga diperoleh 30 desa sampel.
d. Semua warga masyarakat yang berada pada ke-30 desa sampel tersebut
akan
diselidiki
sebagai sampel
CONTOH
: POPULASI
DANpenelitian.
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel1
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswa SMP Negeri kelas 1
tahun pelajaran 2004/2005 di Kecamatan Pasarkemis Kabupaten Tangerang.
Adapun teknik pengambilan sampel, dipilih secara multistage random
sample yakni sampling acak yang dilakukan berdasarkan gugus bertahap.
Teknik pengambilan sampel ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2 dan
Kerlinger3 yang menyatakan bahwa pelaksanaan pengambilan sampel
dilakukan

dengan cara membagi wilayah populasi ke dalam sub-sub

populasi, dan tiap-tiap sub populasi dibagi kedalam bagian-bagian yang lebih
kecil, dan seterusnya.
Dalam penelitian ini, mula-mula diambil beberapa sekolah sebagai
sampel. Dari beberapa sekolah yang terkena sampel ini diambil beberapa
kelas sebagai sampel, dan akhirnya dari beberapa kelas yang terkena
1 Maksum, 2004. Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Siswa Dan Kemampuan Awal Siswa
Dengan Hasil Belajar Matematika, Jakarta: Tesis.
2 Soekidjo Notoatmojo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta,
h. 87-88.
3 Fred N. Kerlinger. 1990. Asas-Asas Penelitian Behavioral, diterjemahkan olehLandung R
Simatupang. Yogyakarta: Universitaas Gadjah Mada, h. 207.
12

sampel tersebut diambil beberapa siswa sebagai sampel. Sedangkan untuk


menentukan ukuran sampel yang representatif mewakili populasi dengan
tingkat kepercayaan 95% diambil berdasarkan tabel Krejcie dan Morgan, 4
sehingga diperoleh ukuran sampel yang diperlukan tergambar pada teknik
pengambilan sampel berikut ini:
Stage I:

Mengambil secara random 2 sekolah dari 3 sekolah negeri


dengan jumlah kelas 17 kelas.

Stage II:

Mengambil secara random 5 kelas dari 17 kelas dengan jumlah


siswa 190 siswa

Stage III: Dari 190 Siswa, dicari sampelnya berdasarkan tabel Krejcie dan
Morgan , sehingga diperoleh 127 siswa.
Selanjutnya untuk memperoleh data empirik tentang variabel
perhatian orang tua siswa, dipilih 40 siswa sebagai responden uji coba.
Sedangkan 127 siswa dari SMPN 1 Pasarkemis dan SMPN 3 Pasarkemis
dipilih sebagai responden penelitian akhir.

Data dari masing-masing

responden dijaring melalui kuesioner tertutup dengan menggunakan skala


bertingkat (rating-scale) Likert.
Penggunaan adopsi dari skala Likert pada penelitian ini didasarkan
pada pendapat Djaali bahwa skala Likert ialah skala yang dapat
dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan 5,
Sedangkan Selltiz menyatakan penggunaan skala Likert lebih mudah
dikonstruksi dari pada skala Thurstone selain itu skala Likert memberikan
koefisien korelasi lebih tinggi dari pada skala Thurstone. 6
Untuk memperoleh data empirik tentang variabel kemampuan awal,
masing-masing reponden/sumber data dijaring melalui tes akademik umum
4 Sugiyono. 2001. Statistik Nonparametris: Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta, h. 11-12.
5 Djaali, Pudji Muljono dan Ramly. 2000. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Program
Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, h. 40.
6 Lewis R. Aiken 1997. Psychological Testing and Assessment. London: Allyn and Bacon, h. 254.

13

dengan instrument tes baku yang telah tersedia, sedangkan untuk variabel
terikat hasil belajar matematika siswa dijaring melalui tes bentuk pilihan
ganda yang instrumentnya disusun oleh peneliti

14

Вам также может понравиться