Вы находитесь на странице: 1из 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cleaning, desinfeksi, dan sterilisasi merupakan proses yang merusak (membunuh)
microorganisme yang terdapat pada alat-alat, permukaan lingkungan dan kulit. Yang
mana proses tersebut tergantung dari resiko yang berkaitan dengan pengguanaannya
masing-masing, target microorganismenya dan kemampuan untuk bertahan terhadap
proses dekontaminasi.Sterilisasi merupakan suatu proses fisikal dan kemikal yang
menghilangkan dan membunuh semua bentuk microorganisme, termasuk bakteri
endospore.Desinfeksi merupakan suatu proses

menghilangkan dan membunuh

mikroorganisme pathogen maupun apatogen tetapi tidak beserta sporanya. Klasifikasi


pemisahan peralatan sebagai berikut :Peralatan kritis,Peralatan semi kritis dan Peralatan
non kritis
RSUD Blambangan Banyuwangi sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan
berupaya untuk mencegah resiko terjadinya infeksi pada pasien maupun petugas rumah
sakit. Unit sterilisasi merupakan salah satu pemutus mata rantai yang penting untuk
pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Unit
pelayanan sterilisasi bertugas untuk memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan
kondisi terjadi kondisi steril dari semua mikroorganisme secara tepat dan cepat. Untuk
melaksanakan tugas sterilisasi itu diperlukan pengetahuan serta ketrampilan dari
petugasnya.
Dengan kapasitas tempat tidur

RSUD Blambangan Banyuwangi memiliki unit

sterilisasi yang melayanai proses sterilisasi dari seluruh unit yang ada dari Rumah Sakit.
Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah
resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu indicator
keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi

1
Pedpel/KBD/02/Rev.00

nosokomial.Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian


infeksi rumah sakit.
Unit sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk pengendalian
infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Untuk melaksanakan tugas
dan fungsi sterilisasi, unit pelayanan sterilisasi sangat tergantung pada unit penunjang
yang lain seperti unsur pelayanan medis, penunjang medis maupun instalasi lain yang
meliputi rumah tangga, pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi dan lain-lain. Apabila
terjadi hambatan pada salah satu sub diatas maka pada akhirnya akan mengganggu
proses dan hasil sterilisasi.
Unit pelayanan sterilisasi ini bertugas untuk memberikan pelayanan terhadap semua
kebutuhan yang membutuhkan kondisi steril dari semua mikroorganisme secara tepat dan
cepat. Untuk melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan secara professional
diperlukan pengetahuan dan ketrampilan tertentu baik oleh perawat ataupun tenaga non
medis yang merupakan mitra kerja. Azas kemitraan dilandasi rasa saling menghormati
peran dan fungsi masing-masing untuk mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien
dan pegawai rumah sakit.
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan Umum
Sebagai pedoman dalam menyelenggarakan pelayanan sterilisasi RSUD Blambangan
Banyuwangi sehingga mampu menekan dan mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Sebagai pedoman dalam proses pembersihan/dekontaminasi


Sebagai pedoman Proses setting dan packing instrument
Sebagai pedoman Proses pelabelan
Sebagai pedoman Proses sterilisasi
Sebagai pedoman Proses penyimpanan dan distribusi
Sebagai pedoman Proses monitoring dan evaluasi
Sebagai pedoman Proses pelaporan
Sebagai pedoman dalam perhitungan ketenagaan

2
Pedpel/KBD/02/Rev.00

9. Sebagai pedoman dalam maintenence ,pengadaan dan atau penggantian peralatan


CSSD
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
1. Pengelolaan instrument kotor di ruangan
2. Transportasi instrumen kotor ke CSSD
3. Alur penerimaan instrumen
4. Pemakaian APD
5. Proses pembersihan/dekontaminasi
6. Proses pengemasan dan setting alat
7. Proses sterilisasi
8. Proses penyimpanan dan distribusi
9. Proses monitoring dan evaluasi
10. Pelaporan
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pengelolaan instrument kotor di CSSD
Instrumen yang telah dipakai dilakukan pre washing dengan air (panas) mengalir di
CSSD
2. Transportasi instrumen kotor ke CSSD
Instrumen yang telah digunakan di ruangan dimasukkan ke dalam container tertutup
dan dikirim ke CSSD oleh petugas ruangan.
3. Alur penerimaan instrumen
Alur penerimaan instrumen adalah proses penerimaan instrumen kotor dari ruang
perawatan ke bagian penerimaan instrumen kotor di ruang pembersihan CSSD.
Waktu pelayanan adalah waktu dibukanya proses pelayanan penerimaan instrumen
kotor dan pengambilan alat yang sudah

steril. Pengiriman dan pengambilan

dilakukan sesuai permintaan.


Alur distribusi instrumen steril adalah proses pendistribusian set instrumen steril ke
semua unit di rumah sakit melalui pintu distribusi instrumen steril.
4. Pemakaian APD
Untuk pemakaian APD dibedakan sesuai dengan pembagian ruangan, penjelasan
tentang APD merujuk pada tatalaksanan pelayanan.
5. Proses pembersihan/dekontaminasi
a. Proses pre cleaning
3
Pedpel/KBD/02/Rev.00

Adalah proses menghilangkan dan menghancurkan sejumlah kotoran seperti


darah yang melekat pada alat/instrumen bedah dengan menggunakan air
mengalir.
b. Proses pembersihan
Pembersihan adalah proses menghancurkan dan menghilangkan kotoran yang
melekat

pada

instrumen/alat

bedah

dengan

menggunakan

larutan

enzymatic/sabun dengan PH normal, sehingga alat tidak cepat rusak karena


proses korosi.
c. Proses pengeringan
Proses Pengeringan adalah proses untuk menghilangkan sisa air bersih yang
menempel pada instrumen baik secara manual maupun dengan mnggunakan
mesin khusus dan atau udara bertekanan.
d. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses menghilangkan dan membunuh mikroorganisme
pathogen maupun apatogen tetapi tidak beserta endosporanya. Klasifikasi
pemisahan peralatan sebagai berikut : peralatan kritis, peralatan semi kritis, dan
peralatan non kritis. Klasifikasi desinfektan yang digunakan yaitu high level
desinfektan, intermediate level desinfektan, dan low level desinfektan.
6. Proses setting dan packing instrument
Sortir adalah proses pemilahan instrumen sesuai dengan kondisi, jenis dan kelompok
set instrument. Proses setting adalah prosedur penataan setelah instrumen dilakukan
pencucian/dekontaminasi serta pengeringan untuk kemudian dihitung dan disusun
sesuai dengan jenis instrumen,

sehingga memudahkan untuk penggunaan

berikutnya. Packing adalah proses pengepakan satu set instrumen bedah dengan
menggunakan kain, kertas krep packing maupun pouches, sehingga sterilitas isi set
tetap terjaga.
Proses pelabelan adalah proses pemberian label pada setiap set indtrumen yang
sudah dipak, pada label berisi informasi nama alat, tanggal sterilisasi, tanggal
kadaluwarsa dan nama petugas penyeteril.
7. Proses desinfeksi dan sterilisasi
4
Pedpel/KBD/02/Rev.00

Proses desinfeksi adalah proses menghilangkan dan membunuh mikroorganisme


pathogen maupun apatogen tetapi tidak beserta endosporanya. Klasifikasi pemisahan
peralatan sebagai berikut : peralatan kritis, peralatan semi kritis, dan peralatan non
kritis. Klasifikasi desinfektan yang digunakan yaitu high level desinfektan,
intermediate level desinfektan, dan low level desinfektan.
Sterilisasi adalah proses fisikal dan kemikal yang menghilangkan dan membunuh
semua bentuk microorganisme, termasuk bakteri endospore. Proses sterilisasi
menggunakan metode steam suhu tinggi dan sterilisasi suhu rendah.
8. Proses penyimpanan
Proses penyimpanan adalah proses penempatan dan penyusunan set instrumen steril
yang sudah melalui proses sterilisasi pada ruangan khusus dan almari khusus barang
steril. Penyimpanan dan penyusunan dilakukan dengan memperhatikan jenis set
instrumen dan waktu dan tanggal steril (fisrt in first out).
9. Proses monitoring dan evaluasi
Monitoring merupakan serangkaian penilaian yang berkelanjutan yang bertujuan
memberikan informasi tentang proses yang dilakukan, dan evaluasi adalah proses
yang sistematis dan objektive mengenai relevansi, efektifitas dan dampak dari
aktivitas sterilisasi. Monitoring terdiri dari:
1) Mekanik:
Yaitu proses pencatatan fungsi mesin yang meliputi kondisi fisik mesin,
suhu, tekanan dan siklus waktu proses sterilisasi sesuai tipe mesin.
2) Kimia:
Yaitu proses monitoring fungsi mesin sterilisator melalui perubahan kimia
bahan uji terhadap proses sterilisasi. Bahan uji yang digunnakan adalah
indikator tape external dan indikator strip internal.
3) Biologi:
Yaitu proses monitoring dan evaluasi terhadap fungsi mesin sterilisator
dengan bahan uji mikroorganisme hidup .Uji mesin sterilisasi dengan
menggunakan ATTES dilakukan setiap 2 minggu. Uji kultur berkala untuk
hasil alat yang disteril dan mesin sterilisator 6 bulan sekali.
10. Proses pelaporan
5
Pedpel/KBD/02/Rev.00

Proses pelaporan adalah proses pencatatan dan pelaporan semua aktivitas /proses
pencucian/dekontaminasi , seting dan packing, sterilisasi , monitoring dan distribusi
semua jenis alat yang dilayani oleh CSSD.
1. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437 )
4. Undang-undang Republik Indonesia No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintah
antara

Pemerintah,

Pemerintah

Daerah

Propinsi

dan

Pemerintah

Daerah

Kabupaten/Kota
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 148 tahun 2010 tentang izin dan
Penyelenggaraan Praktik keperawatn
7. Keputusan Menteri Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/2006
tentang Pedoman organisasi rumah sakit Umum
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1457/Menkes/SK/XII/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota

6
Pedpel/KBD/02/Rev.00

BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
No

Jenis Tenaga

Pendidikan Formal

Sertifikasi

Jumlah

.
- D III Keperawatan Pelatihan
1

Kepala

dengan

Unit

Managemen CSSD

pengalaman kerja > Pelatihan K3 dan 1

CSSD

5 tahun

pelatihan PPI

Pelaksana
CSSD

Deseminasi CSSD

B. Distribusi Ketenagaan
Jadwal Dinas
Dinas Pagi
(Pukul 07.00-14.00)
Dinas Sore
(Pukul 09.50-17.00)

Jenis Tenaga

Jumlah

Kepala Unit CSSD


Pelaksana CSSD

1 Orang
- Orang

Pelaksana CSSD

- Orang

Dinas malam
7
Pedpel/KBD/02/Rev.00

(pukul 21.00-07.00)

Pelaksana CSSD

- Orang

C. Pengaturan Jaga
1. Jaga pagi
Jam kerja mulai pukul 07.00-14.00 atau selama 7 jam
1 orang bertugas di bagian pencucian dan dekontaminasi sedang 1 orang lainya
bertugas di ruang sterilisasi yang merangkap bagian distribusi
2. Jaga siang
Jam kerja mulai pukul 14.00-21.00 atau selama 7 jam
1 orang bertugas di bagian pencucian dan dekontaminasi sedang 1 orang lainya
bertugas di ruang sterilisasi yang merangkap bagian distribusi
3. Jaga malam
Jam kerja mulai jan 21.00-0700, atau 10 jam kerja
1 orang bertugas untuk semua pelayanan CSSD

8
Pedpel/KBD/02/Rev.00

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG

B. STANDAR FASILITAS
1. Kondisi Bangunan Dan Prasarana fisik
No
.
1
2
3
4

JENIS KELENGKAPAN

KETERANGAN

Gedung

Gedung permanen dengan luas 153

Ventilasi
Penerangan (Lampu)

m2
Menggunakan dinding kaca
Mengacu pada pedoman, 100-200

Air Mengalir Bersih

lux
menggunakan air bersih dengan RO
9

Pedpel/KBD/02/Rev.00

5
6

processing
220 x 380 volt
Setiap ruang dipisahkan oleh dinding

Daya Listrik
Tata Ruang :

berkaca. Lantai dan dinding terbuat


dari

material

yang

mudah

dibersihkan
a. Ruang

kotor/ruang Bertekanan negatif dan di gunakan

dekontaminasi

exhaust fan

b. Ruang bersih

Ruang bersih bertekanan positif

c. Ruang steril

Ruang steril merupakan ruangan


penyimpanan barang steril,
bertekanan positif.

Tempat

Penampungan

Pengolahan Limbah Cair


8

Tempat

Penampungan

pengolahan limbah padat

/ Limbah

cair

B3

seperti

cidex

dikembalikan ke produsen melalui


petugas IPAL untuk disposal
/ Limbah
padat
dan

tajam

dikumpulkan pada sharp container


untuk

selanjutnya

pemusnahan

dengan

dilakukan
incenerator,

termasuk limbah jaringan padat


2. Jenis Peralatan
No.

JENIS PERALATAN

JUMLAH

10
Pedpel/KBD/02/Rev.00

3. Daftar Bahan Habis Pakai


No.
1
2
3
4
5
6
7

JENIS PERALATAN
Indikator tape
Pouches packing
Sterilite
Cidex
Attes
Kertas label
Detergent ph netral/enzymatic

JUMLAH
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya
Secukupnya

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Alur pelayanan
Instrumen kotor yang di tempatkan pada kontainer instrumen kotor dikirim ke CSSD
oleh petugas ruangan melalui loket penerimaan barang kotor untuk selanjutnya di kelola
11
Pedpel/KBD/02/Rev.00

di ruang washing. Selanjutnya dilakukan proses dekontaminasi, proses packing dan


proses sterilisasi.
Instrumen steril didistribusikan melalui loket penyerahan instrumen steril. Pengambilan
barang steril oleh Unit rawat inap (URI) dan Unit Rawat Jalan (URJ) menggunakan
kontainer bersih, kering dan tertutup untuk mencegah kontaminasi.
B. Waktu pelayanan
Instalasi CSSD melayani

seluruh kebutuhan sterilisasi di RSUD Blambangan

Banyuwangi. Waktu pelayanan di jadwalkan sebagai berikut:


1. Instalasi Kamar Bedah
: 24 jam
2. Kondisi urgent
: 24 jam
3. IRNA
:
Jam pengiriman
:12.00-1400
Jam pengambilan
:06.00-08.00
4. IRJA
:
Jam pengiriman
:12.00-1400
Jam pengambilan
:06.00-08.00
C. Proses pembersihan/dekontaminasi
Pembersihan adalah proses menghancurkan dan menghilangkan kotoran yang melekat
pada instrumen /alat bedah dengan menggunakan sabun dengan PH normal/larutan
enzimatic, sehingga alat tidak cepat rusak karena proses korosi.
Dekontaminasi adalah proses kimia atau fisika untuk membersihkan benda-benda yang
mungkin terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya bagi tubuh, sehingga aman untuk
proses selanjutnya. Proses pencucian meliputi:
1. Pre washing
Pre washing dilakukan oleh petugas CSSD setiap kali instrumen di gunakan. Pre
washing dilakukan dengan mencuci instrumen dengan air panas mengalir sehingga
kotoran/ cairan tubuh yang melekat pada instrumen tidak mengering dan sulit
dibersihkan.
2. Pencucian
a. Penyortiran
Meliputi proses pemilahan jenis instrumen terhadap semua jenis instrumen yang
dikirim dari semua ruang.
b. Perendaman
12
Pedpel/KBD/02/Rev.00

Sebelum dilakukan proses pembersihan alat yang habis digunakan, semua


istrumen yang

bercelah / bersusun dan berongga sebisa mungkin dibuka,

instrumen yang terdiri dari beberapa bagian harus dilepaskan dan kemudian
direndam. Perendaman instrumen menggunakan larutan deterjen PH Netral
/larutan enzimatic

bertujuan untuk menghancurkan dan merontokkan sisa

kotoran darah, pus, lemak dan sebagainya sehingga instrumen mudah di


bersihkan dan terbebas dari kotoran menempel yang dapat mengganggu proses
sterilisasi instrumen itu sendiri. Perendaman dilakukan sesuai dengan
rekomendasi produk enzimatic, secara umum dilakukan selama 15 menit
c. Pembersihan
Pencucian dilakukan secara manual dengan menggunakan sikat halus didalam air
larutan detrjen pH netral/enzimatic, prosedur ini bertujuan agar petugas terhindar
dari percikan air yang terkontaminasi, pencucian juga dapat dilakukan dengan
menggunakan washer ultrasound. Setelah instrumen di sikat satu persatu hingga
bagian yang tersembunyai sampai bersih selanjutnya instrumen ditempatkan
pada kontainer khusus yang berisi air bersih untuk selanjutnya dilakukan
pembilasasn dibawah air mengalir. Petugas harus melengkapi diri dengan APD ;
masker, google, apron, sarung tangan dan sepatu/ sandal yang tertutup.
D. Proses setting dan packing instrument
Setelah proses dekontaminasi dan pencucian selesai tahap berikutnya adalah
pengeringan alat, pengeringan instrumen dapat dilakukan dengan teknik manual dan atau
menggunakan mesin pengering (drying Cabinet). Pengeringan manual dilakukan dengan
cara:
Instrumen tanpa celah
Instrumen bercelah

: Menggunakan handuk kering halus


: Menggunakan handuk halus dan peniupan udara

Instrumen berongga/berlumen

bertekanan
: Menggunakan handuk halus untuk bagian dinding
luar dan menggunakan udara bertekanan untuk
meniup rongga
13

Pedpel/KBD/02/Rev.00

Bersamaan dengan proses pengeringan petugas CSSD melakukan identifikasi adanya


kerusakan instrumen secara visual dan fungsional instrumen. Jika ditemukan adanya
tanda kerusakan maka petugas CSSD segera mencatat dan melaporkan pada kepala
CSSD untuk selanjutnya dilakukan penggantian
1. Setting
Proses setting instrument adalah prosedur penataan setelah instrumen dilakukan
dekontaminasi /pencucian serta pengeringan untuk kemudian dihitung dan disusun
sesuai dengan jenis instrumen, sehingga memudahkan untuk penggunaan berikutnya.
Penyusunan instrumen dalam kontainer

dilakukan dengan mengelompokan

instrumen sejenis, sehingga memudahkan penghitungan, menjamin keberhasilan


proses sterilisasi dan memudahkan pengambilan saat proses pemakaian. Selesai
proses setting didalam kontainer dimasukkan indikator strip internal untuk evaluasi
hasil sterilisasi pertama kali set instrumen dibuka
2. Packing/pengemasan
Packing adalah proses pengepakan satu set instrumen bedah dengan menggunakan
kain, kertas packing

maupun pouches, sehingga sterilitas isi set tetap terjaga,

beberapa hal yang harus diperhatikan:


a. Prinsip pengemasan
1) Sterilan harus dapat diserap dengan baik dan dapat menjangkau seluruh
permukaan kemasan dan isinya.
2) Harus dapat menjaga sterilitas isinya hingga kemasan dibuka.
3) Harus mudah dibuka dan isinya mudah diambil tanpa menyebabkan
kontaminasi.
4) Terdiri dari dua lapis pembungkus
b. Syarat bahan kemasan
1) Dapat menahan mikroorganisme dan bakteri.
2) Kuat dan tahan lama.
3) Mudah digunakan.
4) Tidak mengandung racun.
5) Segel yang baik.
6) Mudah dibuka dan aman.
7) Dapat menjaga sterilitas isinya selama dalam kemasan
c. Tipe tipe bahan kemasan
1) Pouches
14
Pedpel/KBD/02/Rev.00

2) Kain/linen
3. Proses pelabelan
Proses pelabelan adalah proses pemberian label pada setiap set intrumen yang sudah
dipak, pada label berisi informasi nama alat, tanggal sterilisasi, tanggal kadaluwarsa
dan nama petugas

penyeteril pelabelan menggunakan stiker dan tagging untuk

keterangan kadaluwarsa. (printer dan labelling tanggal) Selain pemasangan label


identitas set instrumen, dilakukan pula pemasangan indikator
4.

tape ekternal

(indikator kimia) sehingga hasil strilisasi dapat dinilai dengan cepat


Proses sterilisasi
Sterilisasi adalah proses fisikal dan kemikal yang menghilangkan dan membunuh
semua bentuk microorganisme, termasuk bakteri endospore. Proses sterilisasi
menggunakan metode steam suhu tinggi dan sterilisator suhu rendah.
a. Sterilisasi uap panas ( autoklaf )
Pada saat melakukan sterilisasi uap, kita sebenarnya memapakan uap jenuh pada
tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga
terjadi pelepasan energi laen uap yang mengakibatkan denaturasi atau koagulasi
protein sel. Sterilisasi demikian merupakan sterilisasi paling efektif dan ideal
karena uap merupakan pembawa (carrier) energi tertanal paling efektif dan
semua lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakan, sehingga
memungkinkan terjadinya koagulasi, selain itu bersifat nontosik, mudah
diperoleh dan relatif mudah dikontrol. (Stefanus, 2006). Dan menurut Sumarsih
(2010), Sterilisasi menggunakan autoklaf merupakan cara yang paling baik
karena uap air panas dengan tekanan tinggi menyebabkan penetrasi uap air ke
dalam sel-sel mikroba menjadi optimal sehingga langsung mematikan mikroba.
b. Sterilisasi suhu rendah ethylen oxide
The ETO memasuki ruang melalui penguapan dengan sejumlah uap untuk
menjaga tingkat kelembaban up serta untuk memastikan ETO mencapai semua
bagian dari beban. Ketika konsentrasi yang diperlukan dalam ruang dan beban
dicapai sterilisasi sebenarnya tahap dimulai. Semakin rendah konsentrasi gas di
ruang yang lebih lama adalah waktu sterilisasi. Sebagai ETO diserap oleh
15

Pedpel/KBD/02/Rev.00

berbagai jenis bahan plastik adalah penting untuk menjaga konsentrasi pada
tingkat yang tepat. Untuk mencapai ETO ini kadang-kadang ditambahkan ke
ruangan setelah beberapa saat. Ini adalah sangat penting untuk memastikan
tingkat konsentrasi yang tepat dari ETO dalam ruang untuk mencapai sterilisasi
yang efektif dan aman.. Guideline for disinfection and sterilization in healthcare
facilities, 2008
Untuk alat yang tidak dapat dilakukan dengan sterilisasi uap maupun suhu rendah dapat
dilakukan dengan desinfeksi tingkat tinggi. Di RSUD Blambangan Banyuwangi
desinfeksi dilakukan dengan kimia.

Kimia
Desinfektan yang digunakan adalah aniosme ddi 2%
Pengenceran dengan perbandingan dan harus diganti baru setelah 2 minggu atau kalau
sudah terlihat kotor sekali. Ini digunakan untuk alat endoscopy.

Desinfeksi adalah suatu tindakan untuk membebaskan / menghancurkan / membunuh


mikroorganisme baik pathogen maupun apatogen tetapi tidak beserta sporanya. Dalam
pemisahan peralatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Peralatan kritis : dengan batasan instrument/alat medis yang masuk kedalam jaringan
steril tubuh atau masuk kedalam system sirkulasi darah, sebagai contoh instrument
bedah. Penanganan dengan sterilisasi sesuai petunjuk pabrik.
2. Peralatan semikritis : dengan batasan instrument/alat medis yang kontak dengan
membrane mukosa tubuh sebagai contoh endoscopy,peralatan anestesi( endotracheal
tube, peralatan nafas anestesi) . Penanganan dengan menggunakan cairan kimia
desinfektan high level (dipaparkan ke alat selama >20 menit). Di RSUD Blambangan
Banyuwangi menggunakan Aniosme ddi 2%.
3. Peralatan non kritikal : dengan batasan alat yang langsung kontak dengan kulit yang
utuh. Sebagai contoh meja operasi, trolley, wastafel alat tulis dan komunikasi dll.
Penanganan dengan cairan desinfektan low level . pembersihan dengan menggunakan
cairan detergen ph normal
16
Pedpel/KBD/02/Rev.00

5. Proses penyimpanan dan distribusi


Setelah proses sterilisasi, peralatan medis dan bedah harus ditangani dengan
menggunakan teknik aseptic untuk mencegah kontaminasi. Persediaan steril harus
disimpan pada tempat khusus yang cukup jauh dari lantai (20 sampai 25 cm), langitlangit (12,5 cm kecuali dekat kepala sprinkler [45 cm dari kepala sprinkler]), dan dinding
(5cm) untuk memungkinkan sirkulasi udara yang memadai, kemudahan membersihkan,
dan sesuai dengan persyaratan untuk peralatan pencegahan kebakaran. Instrumen steril
tidak boleh disimpan di dekat wastafel atau di lokasi lain di mana mereka bisa menjadi
basah. Barang steril yang menjadi basah dianggap terkontaminasi karena kelembaban
membawa serta mikroorganisme dari udara dan permukaan. Almari khusus ideal untuk
penyimpanan, tapi rak terbuka dapat juga digunakan untuk penyimpanan. Setiap pak
instrumen yang telah jatuh atau dijatuhkan di lantai harus diperiksa untuk kerusakan
kemasan dan isi (jika mungkin ada barang mudah pecah). Jika paket tersebut disegel
dalam plastic kedap dan segel masih utuh, paket harus dipertimbangkan tidak
terkontaminasi. Jika tidak ditemukan kerusakan kemasan tidak perlu diproses ulang.
Proses penyimpanan adalah proses penempatan dan penyusunan set instrumen
steril yang sudah melalui proses sterilisasi pada ruangan khusus dan almari khusus
barang steril. Penyimpanan dan penyusunan dilakukan dengan memperhatikan jenis set
instrumen, waktu dan tanggal steril. Alat steril disimpan dalam satu ruangan khusus
untuk alat steril , dimana terdapat almari tempat menyimpan dan menyusun alat sesuai
dengan jenis dan waktu sterilisasi. Proses distribusi khusus untuk kamar bedah perlu
memperhatian prinsip fisrt in first out dimana yang terdahulu disimpan sesuai kebutuhan
alat maka, alat tersebut yang segera di distribusikan . Sedangkan untuk distribusi ke
unit lain sehubungan terbatasnya alat yang tersedia, maka dalam sekali kirim untuk
proses sterilisasi oleh unit selain kamar bedah semau alat akan diambil untuk dapat
segera digunakan.
Pendistribusian dilakukan sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat, yaitu pagi
hari jam 06.00-08.00 dan sore jam 12.00-14.00 Petugas dari ruang dengan membawa
17
Pedpel/KBD/02/Rev.00

container alat steril mengambil alat melalui loket khusus pengambilan barang steril yaitu
pada loket yang bercat hijau. Pada saat serah terima petugas ruangan harus verifikasi
ulang tentang kesterilan alat yaitu dengan melihat label, perubahan warna indikator tape,
keutuhan packing. Jika ditemukan kerusakan packing maupun indikator tape yang tidak
ada perubahan maka alat harus dikembalikan untuk diproses ulang. Pada saat serah
terima petugas CSSD dan Petugas Ruangan harus menulis pada logbook serah terima
6. Proses monitoring dan evaluasi
Proses monitoring dan evaluasi adalah proses pemantauan proses dan hasil sterilisasi
yaitu dengan melakukan monitoring mekanik, kimia dan biologi.
1. Pemantauan mekanik ( mechanical monitoring)
Pemantauan dilakukan dengan mencatat proses waktu steril, suhu dan pemantauan
tekanan. Di print terus dicatat di log book
2. Pemantauan kimiawi ( chemical monitoring)
Pemantauan kimiawi dilakukan dengan dengan memberikan indikator tape ekternal
dan internal. Indikator akan menunjukan adanya perubahan strip warna dari warna
terang menjadi gelap. Pada pemakaian pouches packing indikator internal tidak
diberikan. Untuk autoclave dilakukan uji kebocaran pompa vaccum dengan
menggunakan bowie-Dick Test, pengujian dilakukan setiap hari pada pagi hari dalam
kondisi kosong sebelum alat digunakan. Saat ini autooclave yang ada belum dapat
dilakukan uji bowie dick karena belum menggunakan pompa vakum
3. Pemantauan biologi (biological monitoring)
Pemantauan biologi dilakukan dengan uji mikrobiologi pada spora (Attes) yang di
masukan pada mesin Autoclave. Indikator biologi dinilai melalui proses pembiakan
spora yang di tanam setelah dimasukan dalam autoclave, jika tidak ada pertumbuhan
maka kualitas steam dikatakan masih memenuhi standar sterilisasi. Proses monitoring
dengan indikator biologi dilakukan setiap dua minggu sekali. Sedangkan swab pada
dinding bagian dalam autoclave dan alat yang sudah di steril dilakukan enam bulan
sekali.
7. Proses pelaporan

18
Pedpel/KBD/02/Rev.00

Proses pelaporan adalah proses pencatatan dan pelaporan semua aktivitas /proses
pencucian/dekontaminasi, seting dan packing, sterilisasi, monitoring dan distribusi
semua jenis alat yang dilayani oleh CSSD
1) Harian
Pelaporan harian dibuat setiap shift jaga meliputi:
Jumlah set instrumen dan linen masuk dan yang diseteril
Jumlah set instrumen yang sudah didistribusikan
Frekuensi pemakaian mesin
Kondisi mesin termasuk adanya masalah teknis yang muncul
Kecukupan Stok BHP
Laporan insiden
2) Bulanan
Laporan utilisasi mesin sterilisasi
Laporan mutu (uji mekanik, kimia dan biologi)
Inventaris instrumen dan peralatan
Laporan stok opname BHP
3) Tahunan
Laporan hasil uji kalibrasi alat
Evaluasi mutu pelayanan

BAB V
LOGISTIK
A. Perencanaan
Perencanaan Barang rutin dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan melihat sisa stok
yang ada, sementara itu untuk barang non rutin seperti adanya penambahan dan atau
penggantian alat baru disusun dan di usulkan melalui program kerja dan anggaran
Tahunan unit CSSD
1. Barang rutin
CSSD melakukan inventarisasi kebutuhan BHP rutin tiap 2 minggu, dengan melihat
stok opname yang ada, kemudian membuat permintaan untuk beberapa jenis BHP
yang memang stok menipis, dengan menggunakan Print out permintaan barang dan
19
Pedpel/KBD/02/Rev.00

diketahui oleh kepala ruang dan kepala Bagian bon permintaan/anfrah diserahkan
pada gudang farmasi. Yang termasuk barang BHP misalnya larutan enzimatic,
pouches,alat kantor dan lain lain
Untuk usulan BHP/ Alkes yang baru : usulan di tulis pada lembar formularium
Rumah sakit untuk selanjutnya diteruskan pada bagian pembelian
2. Barang non rutin
Pengadaan barang non rutin dilihat berdasar pada urgensi pemakaian, untuk yang
segera dipakai maka permintaan di tulis pada lembar permintaan dan selanjutnya
diketahui oleh kepala ruang dan kepala bagian kemudian diserahkan pada bagian
pembelian rumah sakit. Untuk barang/alat yang tidak segera dipakai maka usulan
pengdaan bisa dilakukan melalui Program Kerja dan Anggaran Tahunan Unit CSSD
Namun jika ada kebutuhan pengadaan barang non rutin dapat dilakukan sewaktu
waktu

B. Monitoring & evaluasi


Penyimpanan bahan CSSD harus dikelola secara cermat, dengan mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut :
1.

Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :


a. FIFO (first in first out) yaitu barang lebih dahulu masuk persediaan harus
digunakan lebih dahulu.
b. Masa kadaluwarsa pendek dipakai dahulu (FEFO first expired first out), untuk
menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yang terlalu lama.

2.

Tempat penyimpanan.

3.

Suhu / kelembaban

4.

Sirkulasi udara.

20
Pedpel/KBD/02/Rev.00

Pengawasan dan pengendalian persediaan desinfektan

adalah penyusunan

prosedur dan formulir pengeloaan persedianan bahan mulai dari pemesanan sampai
dengan penyimpanan.
Prosedur Persediaan Bahan yang harus dimiliki CSSD, yaitu :

Prosedur Permintaan Bahan.


Prosedur Penerimaan Bahan
Prosedur Penggunaan Bahan
Prosedur Penyimpanan Bahan
Prosedur Evaluasi semua bahan yang digunakan.
Formulir, catatan dan laporan yang digunakan dalam sistem Pengawasan dan

Pengendalian Persediaan Bahan yang harus dimiliki CSSD, yaitu :


a. Bon Permintaan barang sebagai dasar untuk memenuhi kebutuhan bahan.
b. Kartu stock untuk mencatat stock awal dan akhir serta penerimaan bahan.
Pencatatan dan Pelaporan barang-barang logistik farmasi dilakukan tiap hari setiap
pemakaian dicatat pada kartu stok dan Stok opname dilakukan setiap akhir bulan
tanggal 25 sampai dengan 31 oleh petugas stok dengan diketahui Ka Unit dilaporkan
kepada bagian akutansi melalui Kepala Isntalasi.
Mekanisme Stok Opnam :
a Stok opname dilakukan oleh petugas Bagian akunting dan petugas CSSD
b Stok opname dilakukan tiap akhir bulan pada tanggal 25-31
c Petugas stok opname mencetak laporan stok yang terakhir stok yang terakhir
d

dianggap nya sebagai stok awal pada bulan berikutnya


Petugas Stok melakukan pengecekan tanggal kadaluarsa dan Mengitung sisa jumlah
barang yang ada Kemudian dicatat pada kolom stok akhir

21
Pedpel/KBD/02/Rev.00

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Unit CSSD tidak terkait langsung dengan SKP sehingga hanya mendukung
Implementasi SKP meliputi:
Sasaran I Ketepatan Identifikasi Pasien
Sasaran II Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Sasaran III Peningkatan Keamanan Obat Kewaspadaan Tinggi
Sasaran IV Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Pada Pembedahan
Sasaran V Menurunkan Resiko Infeksi terkait Pelayanan Kesehatan
Sasaran VI Menurunkan Risiko Pasien Cidera Akibat Jatuh

22
Pedpel/KBD/02/Rev.00

BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Penanganan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja disini adalah kecelakaan yang terjadi dari karyawan berangkat
dari rumah ke tempat kerja, kejadian di tempat kerja dan dalam perjalanan dari tempat
kerjake rumah dengan rute yang sama. Bila terjadi kecelakaan kerja , karyawan yang
bersangkutan / keluarga karyanwan / rekan kerja melaporkan kepada kepala bagian
terkait untuk seterusnya dilaporkan ke bagian SDM paling lambat dalam waktu 2 x 24
jam. Penanganan

kecelakaan akibat kerja dilakukan di UGD RSUD Blambangan.

Apabila kecelakaan terjadi diluar RSUD Blambangan maka penanganan dapat dilakukan
di fasilitas kesehatan terdekat untuk selanjutnyadi tangani atau di rujuk RSUD
Blambangan
B. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
1. Area kotor
APD yang dipakai adalah wear pack, Google, apron, Masker. Sarung tangan rumah
tangga, sepatu/sandal tertutup
2. Area bersih
APD yang dipakai adalah wear pack, sandal, masker, penutup kepala
3. Area kering
APD yang di pakai adalah wear pack, sandal, masker, penutup kepala,sarung tangan
kain anti panas
C. Program Pemeriksaan Kesehatan
1. Pemeriksaan Kesehatan Prakerja
Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum karyawan bekerja di
RSUD Blambangan, meliputi : pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah rutin,
23
Pedpel/KBD/02/Rev.00

pemeriksaan urin rutin,pemeriksaan kimia darah, kehamilan (khusus wanita)rectal


swab untuk petugas Gizi, EKG, Rontgen Thorax, TKMI ( khusus dokter umum,
dokjter gigi, dan dokter spesialis)
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Merupakan pemeiksaan kesehatan yang dilakukan setelah karyawan bergabung
dengan RSUD Blambangan, dilakukan secara berkala 1( satu) tahun sekali dengan
tujuan untuk mempertahankan derajat keseatan yang setinggi tingginya. Jenis
pemeriksaan berkala disesuaikan dengan

jenis jabatan dan kondisi ruang kerja

karyawan yang sedang sakit


3. Pemeriksaan kesehatan khusus
Dilakukan sebelum karyawan ditempatkan di area resiko tinggi. MCU pertama:
penting untuk ditanyakan riwayat imunisasi sebelunmya. Pelaksannan imunisasi oleh
staff yang kompeten yang bekerja sama dengna bagian SDM. Ada inform consent..
penanganan komplikasi pada vaksinasi. Karyawan dengan status HIV, hepatitis
B,Cposititif tidak boleh melakukan prosedur invasif resiko tinggi
4. Pemeriksaan kesehatan diakhir masa kerja
5. Dilakukan oleh dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja. Dilakukan pada akhir masa
kerja (usia pensiun). Tidak dilakukan apabila karyawan mengundurkan diri di tengah
masa kerja atau diberhentikan dari pekerjaan. Bila ditemukan bukti penyakit akibat
kerja , bagian SDM akan membuat laporan ke BPJS ketenagakerjaan

24
Pedpel/KBD/02/Rev.00

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Kalibrasi Alat
Sesuai dengan perundangan yang berlaku ,mesin autoclave dilakukan kalibrasi 1
(satu) kali dalam setahun. Kalibrasi dilakukan oleh pihak eksternal, yaitu badan/lembaga
kalibrasi peralatan medis yang sudah terakreditasi. Penjadwalan Kalibrasi alat disusun
instalasi CSSD dan diajukan kebagian IPSRS untuk selanjutnya dapat dilanjutkan ke
pihak eksternal. Peralatan terkalibrasi, diberikan stiker terkalibrasi dan pada kartu
maintenance di tuliskan waktu kaliibrasi dan nama petugas/vendor.
Kalibrasi internal pada mesin autoclave dilakukan dengan menggunakan test Bowie Dick,
untuk mengetahui kelaikan autoclave untuk proses sterilisasi. Test ini bertujuan untuk
mengetahui adanya kebocoran sistem vaccum. Hasil uji dilakukan pencatatan pada log
book, bukti media uji dilakukan penyimpanan sebagai barang bukti
B. Preventive Maintenance Alat
Secara berkala dilakukan pencatatan terhadap pemakaian alat yang meliputi :
1. Mesin autoclave:
Pencapaian suhu
Tekanan dalam mesin
Waktu proses sterilisasi
2. Mesin low temperatur
Pencapaian target suhu
Waktu proses
Pemeliharaan rutin dilakukan dengan membersihkan fisik mesin dari kotoran debu

25
Pedpel/KBD/02/Rev.00

C. Corrective Maintenance Alat


Corective maintenance dilakukan oleh IPSRS berdasarkan pelaporan dari CSSD
mengenai adannya keluhan bahwa mesin tidak berfungsi dengan normal. Apabila mesin
adalah milik pihak ketiga maka IPSRS akan menghubungi provider untuk melakukan
perbaikan, sementara jika mesin adalah milik RS maka Tim IPSRS akan segera
melakukan perbaikan. Jika proses perbaikan tidak dapat diselesaikan maka Bagian IPSRS
akan memberikan rekomendasi untuk penggantian. Untuk sementara agar pelayanan
berjalan maka harus dicarikan mesin pengganti untuk sementara dari pihak vendor
D. Pendidikan dan Pelatihan staf
Pendidikan staff menjadi tanggung jawab rumah sakit dalam meningkatkan kemampuan
SDM CSSD melalui program pengembangan staff yang disusun oleh bagian Diklat RS.
Pada pengadaan alat baru pendidikn staff terkait operasional alat dibebankan kepada
vendor, sehingga diharapkan petugas mampu mengoperasikan alat sesuai dengan
petunjuk teknis Produk.
E. Indikator mutu pelayanan

26
Pedpel/KBD/02/Rev.00

BAB IX
PENUTUP
Demikianlah pedoman ini disusun sebagai acuan dalam menjalankan pelayanan
CSSD. Pedoman ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu pedoman pelayanan CSSD ini
akan ditinjau kembali setiap 2 sampai 3 tahun sesuai dengan tuntutan layanan dan standar
akreditasi, baik Akreditasi Nasional 2015 maupun standar Internasional/JCI
.

Ditetapkan di Banyuwangi
Pada tanggal
Direktur,

(dr. Taufiq Hidayat, Sp.And.MKes)

27
Pedpel/KBD/02/Rev.00

Вам также может понравиться