Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DEFINISI
Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber energi
(kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein. Bila kekurangan sumber
kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukup lama maka anak dapat berlanjut ke
dalam status marasmik kwashiorkor.( Mochtar, 2001).
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein.
(Suriadi, 2001:196).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan
tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang
menekankan satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori.
Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan
patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema: gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema: kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema: marasmus (MEP berat)
4) Berat badan <60% standar dengan edema: marasmik kwashiorkor
(Ngastiyah, 1997)
B. ETIOLOGI
Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena: diet
yang tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtuaanak terganggu, karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999)
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
1; Masukan makanan yang kurang
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian
secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
2; Infeksi
Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral misalnya
infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan sifilis kongenital.
3; Kelainan struktur bawaan
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum,
palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
4; Prematuritas dan penyakit pada masa neonates
Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang
5. Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang
tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak
terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).
6. Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak
mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.
Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan
saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun dan
juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116)
C. PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan
pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa)
dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh
untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan
asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan
lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam
lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.
Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira
kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).
D. MANIFESTASI KLINIS
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat
badan sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut
dan longgar karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak
relatif normal selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen
dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi
mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewel, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan
hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan,
dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit.
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaingan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis
10. Wajah seperti orang tua
11. Cengeng, rewel
12. Perut cekung
13. Iga gambang
14. Sering disertai :
a. Penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
b. Diare kronik atau konstipasi/susah buang air
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dimulai dari pemeriksaan mengukur tinggi badan dan berat
badan, mengukur ketebalan lipatan kulit, dan mengukur status gizi.
a; Mengukur TB dan BB ; Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi
dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.
F. KOMPLIKASI
1. Infeksi tuberculosisi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Parasitosis, disentri
Malnutrisi kronik
Gagguan tumbuh kembang.
Hipoglikemia
Hipotermia
Dehidrasi
Gangguan fungsi vital
Gangguan keseimbangan elektrolit
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik.
Diet tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji
manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.
a; Penatalaksanan Diet
Tujuan Diet : Memberikan Makanan TETP secara bertahap sesuai dengan keadaan pasien
untuk mencapai keadaan gizi optimal.
b; Pemberian Cairan/Makanan
Tahapan pemberian cairan/makanan :
1;
Tahap Stabilisasi/Fase Inisial
Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk
menyelamatkan jiwa, antara lain mengkoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan
pemberian cairan intravena.
Cairan yang diberikan ialah larutan Darrow-Glucosa atau Ringer Lactat Dextrose 5%.
Cairan diberikan sebanyak 200 ml/kg BB/hari. Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada
4-8 jam pertama. Kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
2;
Semi solid-solid berupa makanan anak 1 th bentuk cair kemudian lunak dan makanan
padat, cairan 150-200 ml/kg BB/hari.
Kalori yang diberikan 50- 100 kalori/kgBB/hr dengan protein 2 g/ kgBB/ hari
Susu formula / rendah laktosa
Bila tak minum susu formula diberi makanan yang yang tak mengandung protein susu
sapi dan bebas laktosa ( preda = formula bubur- tempe)
3)
4)
c. Pencegahan
1)
Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling
baik untuk bayi.
2)
Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 bulan ke atas.
3)
Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan
perorangan.
4)
Pemberian imunisasi.
5)
Mengikuti program KB untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
6)
Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha
pencegahan jangka panjang.
7)
Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang
gizi, dengan cara penimbangan BB tiap bulan.
H.
1.
a.
b.
ASUHAN KEPERAWATAN
Konsep Asuhan Keperawatan Marasmus
Riwayat Keperawatan
Riwayat Keperawatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan
lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
embedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status
gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus
yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat
kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi
keluarga tentang penyakit pasien dan lain-lain.
e. Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga tentang penyakit pasien dan lain-lain.Pengkajian secara umum dilakukan dengan
metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital,
area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinari
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor
1)
2)
3)
4)
5)
6)
adalah
pengukuran
antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit).
Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
Penurunan ukuran antropometri
Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal)
Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.
Edema tungkai
7) Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama pada
bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat
paha)
f. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan
normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum
tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan
gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun.
Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI
(NANDA)
(NOC)
(NIC)
e; Kurang pengetahuan
keluarga bertambah
adekuat
Kriteria hasil : Menyatakan kesadaran
Berikan informasi tertulis untuk
dan perubahan pola
orangtua pasien
hidup,mengidentifikasi hubungan
tanda dan gejala.
Ajarkan pada orangtua tentang
tugas perkembangan yang sesuai
dengan kelompok usia.
Kaji tingkat perkembangan anak
perkembangan berhubungan
dengan melemahnya
kemampuan fisik dan
ketergantungan sekunder akibat
masukan kalori atau nutrisi
yang tidak adekuat.
dengan Denver II
Berikan kesempatan bagi anak
yang sakit memenuhi tugas
perkembangan
Berikan mainan sesuai usia
anak.
Berikan permainan dan aktifitas
cairan.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, R. E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol 1. Jakarta:EGC
Johnson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby
Lubis, N. U. 2002. Penatalaksanaan Busung Lapar Pada Balita.
Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta: Media Aescullapius.
Markum, A, H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI.
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby
NANDA .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi & Klasifikasi,
Alih Bahasa: Budi Santoso. Prima Medika
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi . Jakarta : EGC