Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 Anatomi
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar pergelangan
tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan di dalam canalis carpi yang
dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang tulang carpal. Nervus dan tendon
memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari jari tangan. Jari tangan dan otot
otot fleksor pada pergelangan tangan beserta tendon tendonnya berorigo pada epicondilus
medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang tulang metaphalangeal, interphalangeal
proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk jari tangan dan jempol. Canalis carpi
berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam
pergelangan tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm.
Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis carpi,
membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan jaringan lubrikasi pada
tendon tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat dapat
mengecilkan ukuran canalis.
Penekanan terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam
ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan pada
otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot abductor pollicis brevis yang
diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi
oleh bagian distal N. Medianus.
Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang mempercabangkan persarafan
proksimal ligamentum carpi transversum yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan
dan ibu jari.
CT dibentuk oleh :
CT berisi :
1 N Medianus.
Fleksor
digitorum superficialis
M.
Fleksor
digitorum
profundus
M. Pronator
kuadratus
M.
Fleksor
Polisis longus
Serabut motorik N. Medianus yg
mempersyarafi otot otot tangan M. Fleksor polisis brevis, M. Oponen polisis, M. abductor
polisis brevis, Mm. Lumbricalis I dan II
Serabut sensorik N. Medianus:
Bagian Palmar ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan bagian radial jari manis, serta
ujung ujung distal dari jari yang sama.
Bagian dorsal tangan sampai dengan Phalang kedua jari telunjuk, jari tengah dan
setengah dari jari manis.
Di dalam CT tersebut N. Medianus terletak langsung di bawah ligamentum karpi transversum
dan sebelumnya terletak di belakang dari tenson palmaris longus.
II. 2 Definisi CTS
Sindroma Carpal Tunnel merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan karena
tekanan pada nervus medianus dan nervus ulnaris di Carpal Tunnel. Adapun definisi lain
yaitu neuropati tekanan atau jeratan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal
pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah fleksor retinakulum. Dulu, sindroma ini juga
disebut dengan nama acroparesthesia, median thenar neuritis atau partial thenar atrophy.
Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di mana tulang
dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan
nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi terowongan yang
keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh fleksor retinakulum (transverse carpal
ligament dan palmar carpal ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang
karpalia tersebut. Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan
tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus.2
II. 3 Epidemiologi
Menurut penelitian CTS lebih sering terjadi pada wanita. CTS adalah entrapment
neuropathy yang paling sering dijumpai 1.5-11. Nervus medianus mengalami tekanan pada
saat berjalan melalui terowongan karpal di pergelangan tangan menuju ke tangan. Penyakit
ini biasanya timbul pada usia pertengahan. Umumnya pada keadaan awal bersifat unila~ral
tetapi kemudian bisa juga bilateral. Biasanya lebih berat pada tangan yang dominan. Pada
beberapa keadaan tertentu, misalnya pada kehamilan, prevalensinya sedikit bertambah.2
Prevalensi CTS bervariasi. Di Mayo Clinic, pada tahun 1976-1980 insidensnya 173
per 100.000 pasien wanita/tahun dan 68 per 100.000 pasien pria/tahun. Di Maastricht,
Belanda, 16% wanita dan 8 % pria dilaporkan terbangun dari tidurnya akibat parestesi jarijari. 45% wanita dan 8% pria yang mengalami gejala ini terbukti menderita CTS setelah
5
kekuatan menggenggam. Rasa nyeri juga timbul pada lengan dan pundak serta benjolan pada
tangan; rasa nyeri ini akan terasa teramat sakit terutama di malam hari saat tidur.
Mati rasa (numbness) dan kesemutan (paresthesia) pada area yang dipersarafi oleh N.
Medianus merupakan gejala neuropathy akibat sindrom jebakan canalis carpi (carpal tunnel
entrapment). Kelemahan dan atrofi otot otot thenar akan timbul selanjutnya jika kondisi ini
semakin tak terobati.
II.6 Patogenesis
Adanya disproporsi antara volume
CT dengan isinya, yaitu bertambahnya
volume dari isi carpal Tunnel atau
berkurangnya volume dari CT tersebut.
Dengan adanya Disproporsi akan terjadi
penekanan pd vasa vasorum dari N.
Medianus serta ischemic sehingga akan
menekan syaraf pada pembedahan akan
tampak syaraf yang pipih seperti pita.
c. Tumor dan keadaan lain yang menambah isi dari CT, misalnya: Ganglion,
neuroma, lipoma, kista sinovitis, hematoma, deposit Calsium, amiloidosis,
Chondrocalsinosis.
Akhirnya setelah adanya disproporsi dan kompresi terhadap nervus medianus akan
menimbulkan suatu gejala / simptom. Yaitu nyeri, rasa terbakar dan rasa seperti di tusuk
tusuk pada daerah carpal
Stadium pada kelainan syaraf:
Stadium I:
Timbulnya distensi kapiler intrafasikuler yang menyebabkan meningkatkan tekanan
intrafasikuler. Sehingga keadaan tersebut dapat menimbulkan konstriksi pembuluh
darah kapiler. Keadaan ini yang menyebabkan timbulnya gangguan nutrisi serta akan
terjadi hipereksitabilitas serabut saraf.
Stadium II
Adanya kompresi pada pembuluh kapiler akan menyebabkan anoksia dan kerusakan
endotelium kapiler. Masuknya protein ke dalam jaringan akan menyebabkan edema.
Protein tidak dapat keluar melalui perineurium oleh karena akumulasi dalam
endoneurium yang mana telah menyatu dengan metabolisme serta nutrisi aksonal.
Pada keadaan tersebbut juga diiikuti adanya proliferasi dari fibroblast serta iskemik
pada jaringan ikat yang mengalami konstriksi. Pada tahap akhir dari kompresi saraf,
akan terjadi defek pada motorik maupun sensorik.
Dasar patofisiologi dari penekanan dari saraf ini di awali dengan berkurang nya aliran
darah yang timbul dengan tekanan 20 30 mmHg. Pada penderita CTS tekanan pada
terowongan sedikitnya mencapai 33 mmHg dan bahkan sering mencapai 110 mmHG saat
pergelangan tangan pada dalam posisi ekstensi posisi dorsofleksi ini nampaknya merupakan
posisi yang meningkatkan tekanan intra karpal yang paling tinggi. Tekanan sebesar 50
mmHG selama 2jam akan menyebabkan oedema epineurium bila tekanan tersebut
berlangsung selama 8 jam maka akan mengakibatkan tekanan cairan endoneurium meningkat
sebesar 4 kali dan menghambat transport aksonal jika trauma ini terus terjadi pada endotel
kapiler maka akan semakin banyak protein yang bocor masuk kedalam jaringan sehingga
oedema makin menghebat dengan demikian lingkaran akan terjadi.
Dampak yang terjadi lebih nyata pada endoneurium, karena lebih banyak eksudat dan
oedema yang menumpuk disana akibat tidak dapat menembus perineurium. Perineurium
lebih tahan terhadap perubahan tekanan karena kelenturan
II.7 Diagnosa
9
Diagnosa STK ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga didukung oleh
beberapa pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan fisik
Harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus
pada fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes
provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa CTS adalah 4 :
a. Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerakgerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai
pada penyakit Raynaud.
b. Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otototot thenar.
c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual
maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan
abduksi maksimal palmar lalu ujung jari dipertemukan dengan ujung jari
lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut.
Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan gerakan
yang rumit seperti menulis atau menyulam.
d. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal,
sebaiknya
dilakukan
serentak
pada
kedua
tangan
sehingga
dapat
dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti CTS, maka tes
ini menyokong diagnosa CTS.
e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila dalam
waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk menegakkan
diagnosa CTS.
f. Torniquet test. Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan
tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila
dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
g. Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa hila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan
karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
h. Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari
telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat
10
Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan dua titik (twopoint discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes
dianggap positif dan menyokong diagnosa.
Studi elektrofisiologi, termasuk electromyography (EMG) dan studi conductions saraf (NCS),
adalah investigasi lini pertama di disarankan carpal tunnel syndrome (CTS). Kelainan pada
pengujian elektropsikologi, berkaitan dengan gejala dan tanda-tanda tertentu, dianggap
standar kriteria untuk diagnosis CTS. Selain itu, diagnosis neurologis lainnya dapat
dikecualikan dengan hasil tes tersebut. NCS pada pasien dengan CTS terlihat pada gambar di
bawah.
11
Gambar.1. Studi konduksi saraf sensorik dari tangan kiri pasien dengan sejarah beberapa
tahun mati rasa dan kelemahan (tanggapan dari saraf median di tangan kanan benar-benar
tidak ada). Catatan ditandai perlambatan kecepatan konduksi (CV) ke 29,8 dan 25,5 m / s
untuk angka 3 dan 1, masing-masing (normal> 50 m / s). Amplitudo untuk kedua juga
berkurang nyata (normal> 10). Temuan ini konsisten dengan sindrom carpal tunnel.
Gambar.2. Studi saraf motorik konduksi dari tangan kiri pasien dengan sejarah beberapa
tahun mati rasa dan kelemahan (tanggapan dari saraf median di tangan kanan benar-benar
tidak ada). Perhatikan bahwa kecepatan konduksi (CV) di carpal tunnel segmen
memperlambat parah menjadi 18,3 m / s (normal> 50 m / s) dan bahwa latency bermotor
distal berkepanjangan 6,3 ms (normal & lt; 4,2 ms). Amplitudo rendah untuk pergelangan
tangan dan siku situs stimulus di 4,7 mV (normal> 5 mV), tetapi amplitudo adalah 31% lebih
tinggi distal ke terowongan karpal (di telapak tangan). Perbedaan ini dapat mewakili blok
konduksi (neurapraksia) pada tingkat terowongan karpal atau coactivation cabang ulnaris
untuk polisis adduktor. electromyography jarum diperlukan untuk menentukan apakah
hilangnya aksonal hadir.
Pengujian elektrofisiologis
seberapa parah kerusakan saraf, sehingga mengarahkan manajemen dan memberikan kriteria
obyektif untuk penentuan prognosis. CTS biasanya dibagi menjadi ringan, sedang, dan berat;
Namun, kriteria penilaian ini biasanya bervariasi dari laboratorium ke laboratorium. Secara
umum, pasien dengan CTS ringan memiliki kelainan sensorik saja pada pengujian
12
elektropsikologi, dan pasien dengan sensorik plus motor kelainan memiliki CTS moderat.
Namun, bukti hilangnya akson (misalnya, penurunan atau tidak ada sensorik atau motorik
tanggapan distal ke terowongan karpal atau kelainan saraf pada jarum EMG) diklasifikasikan
sebagai CTS parah.
Perubahan hasil elektropsikologi dari waktu ke waktu dapat digunakan untuk menilai
keberhasilan berbagai modalitas pengobatan. The American Association of elektrodiagnostik
Medicine telah menerbitkan standar dan pedoman yang mengatur jumlah minimal studi yang
harus dilakukan untuk mendiagnosis CTS. Tes kuantitatif lainnya, seperti termografi dan
vibrometry, telah terbukti kalah dengan pemeriksaan elektropsikologi dan, karena mereka
belum didukung oleh studi terkontrol, tidak dianjurkan.
Mengingat bahwa carpal tunnel syndrome (CTS) dikaitkan dengan kebugaran aerobik rendah
dan peningkatan BMI, itu membuat beberapa akal melekat untuk menyediakan pasien dengan
program kebugaran dan penurunan berat badan aerobik. bersepeda stasioner, bersepeda, atau
olahraga lain yang menempatkan ketegangan pada pergelangan tangan mungkin harus
dihindari.
13
Penggunaan modalitas (di USG terapi tertentu) dapat memberikan bantuan jangka pendek
pada beberapa pasien. Sebuah studi oleh Incebiyik et al menunjukkan bahwa pada pasien
dengan ringan sampai sedang CTS, pengobatan dengan gelombang pendek diathermy (SWD)
dapat menghasilkan manfaat jangka pendek yang signifikan, termasuk pengentasan gejala
klinis dan nyeri dan peningkatan fungsi tangan. Dalam prospektif, acak, terkontrol, doubleblind trial, 31 pasien (58 pergelangan tangan) dengan ringan sampai sedang CTS diobati
dengan kombinasi paket panas, saraf dan tendon meluncur latihan, dan baik SWD atau
plasebo SWD, menjalani terapi ini lima kali per minggu selama tiga minggu. Berbagai
langkah-langkah evaluasi, termasuk tes Tinel tanda, uji tanda Phalen, tes kompresi carpel
tunnel, dan Boston Carpal Tunnel Angket (BCTQ) Gejala Severity dan Status Fungsional
skala, digunakan untuk menilai hasil pasien. perbaikan signifikan yang ditemukan pada
pasien yang menjalani SWD tetapi tidak pada mereka yang receivedthe pengobatan plasebo.
Selain itu, yoga dan teknik mobilisasi tulang karpal memiliki beberapa bukti yang lemah
untuk mengurangi gejala dalam jangka pendek. Pekerjaan yang berhubungan dengan terapi.
Wrist splints dengan pergelangan tangan dalam ekstensi netral atau sedikit (untuk dikenakan
pada malam hari selama minimal 3-4 minggu) memiliki beberapa bukti untuk keberhasilan.
Tentu saja, mereka biaya rendah dan memiliki risiko yang sangat rendah efek samping dan
karena itu dapat dianggap sebagai terapi awal. Tidak ada bukti menunjukkan bahwa spesifik
peregangan / program penguatan untuk tangan dan pergelangan tangan berguna untuk
mengobati carpal tunnel syndrome. Pijat dan / atau saraf-luncur teknik tidak memberikan
manfaat terbukti. Work-situs ergonomis penilaian, peralatan, dan / atau posisi ergonomis
tampaknya tidak memberikan manfaat apapun.
Terdapat beberapa terapi terhadap carpal tunnel syndrome yang masih dipergunakan
hingga saat ini, antara lain:
Nonoperasi
1. Splint (Bidai Immobilisasi)
Splint atau bidai pada pergelangan tangan membantu mengurangi mati rasa
dengan mengurangi fleksi pergelangan tangan. Bidai digunakan pada malam hari
untuk mereposisi tangan, mencegah fleksi atau ekstensi tangan saat tidur yang bisa
14
Gerakan 2 : Peregangan
Gerakan perengan ini dapat mengurangi rasa sakit dan tekanan yang disebabkan oleh
pergerakan tangan repetitif dalam periode tertentu. Dengan menggunakan salah satu tangan,
jari jari di tangan lain di lebarkan sebisa mungkin tanpa menimbulkan rasa nyeri. Hasil dari
peregangan dapat dirasakan pada telapak tangan dan pergelangan tangan. Tahan posisi
peregangan ini selama 3 5 detik lalu lepaskan. Lakukan gerakan ini sebanyak 5x di tiap
tangan yang telah dilakukan gerak mengepal dan meregang.
15
PERAWATAN MEDIS
Kebanyakan individu dengan ringan sampai sedang carpal tunnel syndrome (CTS;
menurut data elektropsikologi) menanggapi manajemen konservatif, biasanya terdiri dari
splinting pergelangan tangan pada malam hari selama minimal 3 minggu. Banyak off-the-rak
splints pergelangan tangan tampaknya bekerja dengan baik, meskipun secara teoritis, belat
custom-made di netral mungkin adalah pilihan terbaik. Injeksi steroid ke dalam terowongan
karpal telah terbukti menjadi manfaat jangka panjang dan bisa dicoba jika perawatan yang
lebih konservatif telah gagal . Suntikan juga mungkin bermanfaat sebelum manajemen bedah
atau dalam kasus di mana operasi merupakan kontraindikasi relatif (misalnya, karena
kehamilan). USG pengukuran saraf median dapat membantu memprediksi respon terhadap
injeksi steroid.
Antikonvulsan gabapentin dan pregabalin, yang telah datang untuk diberikan untuk
berbagai jenis nyeri neuropatik, dapat digunakan, off-label, untuk CTS. Obat non-steroid
anti-inflammatory (NSAID) dan / atau diuretik mungkin bermanfaat terhadap CTS pada
populasi tertentu (misalnya pasien dengan retensi cairan atau dengan pergelangan tangan
fleksor tendinitis). Khasiat gabapentin, diuretik, dan NSAID kontroversial, namun, dengan
pedoman dari American Academy of Orthopaedic Surgeons menyatakan bahwa obat oral
tidak lebih baik dari plasebo dalam pengobatan CTS. Selain itu, vitamin B-6 dan B-12
suplemen yang tidak bermanfaat terbukti melawan gangguan tersebut
16
INTERVENSI BEDAH
Pada umumnya, terapi nonoperasi digunakan untuk kasus yang ringan. Jika gejala
menetap maka direkomendasikan untuk operasi. Tujuan dari operasi CTS adalah membelah
lapisan transkutaneus (Transcutaneus Layer/TCL). Pada saat TCL dipotong, maka tekanan
nervus di bawahnya akan berkurang. 2,4
Pasien yang kondisinya tidak membaik setelah pengobatan konservatif dan pasien
yang awalnya berada dalam kategori parah carpal tunnel syndrome (CTS) (seperti yang
didefinisikan oleh pengujian elektrofisiologi) harus dipertimbangkan untuk operasi. Bedah
rilis dari ligamentum transversal memberikan tarif yang tinggi awal keberhasilan (lebih besar
dari 90%), dengan rendahnya tingkat komplikasi; Namun, telah menyarankan bahwa tingkat
keberhasilan jangka panjang mungkin jauh lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya
(sekitar 60% pada 5 y). tingkat keberhasilan juga jauh lebih rendah untuk individu dengan
studi elektrofisiologi normal.
Sebuah studi oleh Rozanski et al menunjukkan bahwa pada pasien yang telah
menjalani terisolasi rilis carpal tunnel, faktor risiko terbesar untuk gejala di pusat bedah rawat
jalan atau masalah dalam waktu 24 jam setelah debit adalah sebagai berikut: seks pria, usia
45 tahun atau di atas, dan partisipasi seorang ahli anestesi dalam prosedur. Namun, semua
gejala tersebut atau masalah dalam penelitian, yang ditemukan pada 10% pasien, yang kecil
dan sementara, menurut para peneliti. Penelitian ini melibatkan catatan 400.000 pasien
dewasa dengan CTS, sebagaimana tercantum dalam National Survey database Bedah Rawat
Jalan, yang menjalani terisolasi rilis carpal tunnel
Pembedahan Carpal Tunnel Syndrome
17
Ini adalah salah satu contoh hasil pembedahan carpal tunnel syndrome. Dapat dilihat
adanya atrofi otot thenar eminensia di tangan kiri yang merupakan tanda kronik CTS.
Salah satu gambar metode pembedahan pada carpal tunnel syndrome. Dapat dilihat
teknik pembukaan ligamentum carpi transversum yang juga dikenal dengan sebutan
pembedahan pembebasan canalis carpi. Pembedahan ini sangat direkomendasikan bagi
pasien yang telah mengalami secara konstan dan static mati rasa, kelemahan otot tangan, atau
atrofi, dan penggunaan splint di malam hari sudah tidak bisa lagi mengontrol gejala gejala
intermiten CTS.
II.9 Pencegahan
Pencegahan pada CTS dapat dilakukan dengan :
18
Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh tangan
dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari
dan telunjuk.
Diagnosis Banding
1. Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang hila leher diistirahatkan dan
bertambah hila leher bergerak. Oistribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya.
2. lnoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otot-otot
thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah.
3. Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak tangan
daripada STK karena cabang nervus medianus ke kulit telapak tangan tidak melalui
terowongan karpal.
4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus abduktor pollicis longus
dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya
adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS
normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu
jari, positif bila nyeri bertambah.
Edukasi
Menggunakan tangan sering membawa pada gejala carpal tunnel syndrome (CTS),
dengan cara yang sama bahwa olahraga membawa pada angina pada pasien
dengan penyakit arteri koroner. Asosiasi ini, bagaimanapun, tidak berarti bahwa
kerusakan saraf median disebabkan oleh penggunaan atau bahwa itu akan menjadi
lebih buruk. (Latihan, pada kenyataannya, baik untuk penyakit arteri koroner.)
19
Guidline Summary
Pada bulan Februari 2016, American Academy of Orthopaedic Surgeons
merilis praktek klinis pedoman berbasis bukti pada pengelolaan CTS. Rekomendasi
berdasarkan bukti yang kuat atau moderat termasuk berikut atrofi tenar sangat terkait
dengan berkuasa di CTS tapi buruk terkait dengan berkuasa itu . Jangan menggunakan
tes Phalen, Tinel tanda, tanda film, atau ekstremitas atas neurodynamic / saraf
ketegangan tes (ULNT) kriteria A / B sebagai manuver pemeriksaan fisik independen
untuk mendiagnosa CTS, karena sendirian, masing-masing memiliki hubungan yang
buruk atau lemah dengan yang berkuasa di atau mengesampingkan kondisi.
Jangan menggunakan berikut manuver pemeriksaan fisik sebagai independen
untuk mendiagnosa CTS, karena sendirian, masing-masing memiliki hubungan yang
buruk atau lemah dengan berkuasa di atau mengesampingkan kondisi: carpal tes
kompresi, membalikkan tes Phalen, tenar kelemahan atau ibu jari penculikan
kelemahan atau polisis penculik brevis pengguna pengujian otot, dua titik
diskriminasi, uji monofilamen Semmes-Weinstein, manuver CTS-relief, tusukan
jarum defisit sensorik (ibu jari atau telunjuk atau jari tengah), ULNT kriteria C,
ditambatkan stress test saraf median, persepsi getaran (garpu tala) , awal uji runtuh,
Luthy Sign. . Jangan menggunakan topik wawancara sejarah sebagai independen
berikut untuk mendiagnosis CTS, karena sendirian, masing-masing memiliki
hubungan yang buruk atau lemah dengan berkuasa di atau mengesampingkan kondisi:
sex / gender, etnis, gejala bilateral, diabetes mellitus, gejala memburuk di malam hari,
durasi gejala, lokalisasi pasien gejala, dominasi tangan, tungkai gejala, usia, dan
indeks massa tubuh. Tidak secara rutin menggunakan magnetic resonance imaging
(MRI) untuk diagnosis CTS.
20
hasil.
Penggunaan
steroid
(methylprednisolone)
injeksi
harus
meningkatkan pasien melaporkan hasil. Terapi magnet tidak boleh digunakan untuk
pengobatan CTS.
Tidak ada manfaat untuk imobilisasi pasca operasi rutin setelah rilis carpal
tunnel.
dari program rumah pada periode pasca operasi segera; tidak ada bukti yang
memenuhi kriteria inklusi ditemukan membandingkan potensi manfaat dari latihan
versus tidak ada latihan setelah operasi.
21
Prognosis
Pada CTS, prognosis biasanya baik. Terdapat bebrapa faktor yang dapat menyebabkan
prognosis menjadi buruk, seperti status mental dan penggunaan alkohol. Gejala bilateral dan
manuver Phalen yang positif merupakan indikator prognosis yang buruk. Penelitian
menunjukkan bahwa 34% pasien CTS idiopatik mengalami resolusi sempurna dalam 6 bulan.
Bila
setelah
dilakukan
tindakan
operasi,
tidak
juga
diperoleh
perbaikan
maka
22
BAB III
KESIMPULAN
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) terjadi akibat penekanan nervus medianus di dalam
terowongan karpal. Sindrom ini sering terjadi pada gerakan mencuci pakaian, mengepel
lantai, kehamilan (bilateral), dll. Gejala yang ditimbulkan adalah rasa baal dan kesemutan,
nyeri yang menjalar atau meluas dari pergelangan tangan ke bahu atau turun ke telapak
tangan. Beberapa kondisi yang dapat memicu timbulnya carpal tunnel syndrome, antara lain:
obesitas, hipotiroidisme, arthritis, diabetes dan trauma.
Secara klinis CTS didiagnosis dengan kriteria yaitu rasa nyeri yang berupa
kesemutan, rasa terbakar dan baal pada jari I, II, III dan setengah bagian lateral jari IV dengan
onset terjadi di waktu malam hari atau dini hari. Pada keadaan yang berat, rasa nyeri dapat
menjalar hingga ke lengan atas dan terdapat atrofi pada otot thenar. Penegakan diagnosis baru
dilakukan jika telah dilakukan tes provokasi berupa Tes Phalen dan tes Tinel.
Untuk mencegah terjadinya carpal tunnel syndrome akibat aktivitas repetitif yang
menimbulkan rasa baal dan nyeri, perlu dilakukan gerakan meregang pergelangan tangan,
tangan dan jari tangan. Selain itu, pengobatan yang efektif bagi penderita carpal tunnel
syndrome dengan menggunakan splint (balut tangan), injeksi kortikosteroid dan pembedahan.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. M Brust, John C. Current Diagnosis and Treatment Neurology. Edisi kedua. Lange.
2012;h.296-297
2. Rambe, Aldy S. Sindrom Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome). Available at
: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3459/1/penysaraf-aldi2.pdf. Accesed
on : 19 April 2013
3. Misbach, Jusuf. Sitorus, Freddy. AS Ranakusuma, Teguh, et al. Panduan Pelayanan
Medis Departemen Neurologi RSCM. 2007;h.76
4. George, Dewanto. Riyanto, Budi. Turana, Yuda, et al. Panduan Praktis Diagnosis dan
Tatalaksana Penyakit Saraf. 2009;h.120-123
5. Tana, Lusianawaty. Sindrom terowongan karpal pada pekerja: pencegahan dan
pengobatannya. J Kedokter Trisakti. September-Desember 2003, Vol 22 No.3
6. Chammas M, Boretto J, Burmann LM, Ramos RM, Dos Santos Neto FC, Silva
JB. Carpal tunnel syndrome - Part I (anatomy, physiology, etiology and diagnosis).
Rev Bras Ortop. 2014 Sep-Oct. 49 (5):429-36. [Medline]. [Full Text].
7. Chammas M, Boretto J, Burmann LM, Ramos RM, Neto FS, Silva JB. Carpal
tunnel syndrome - Part II (treatment). Rev Bras Ortop. 2014 Sep-Oct. 49 (5):437-45.
[Medline]. [Full Text].
8. Atroshi I, Gummesson C, Johnsson R, et al. Prevalence of carpal tunnel syndrome
in a general population. JAMA. 1999 Jul 14. 282(2):153-8. [Medline]. [Full Text].
9. de Krom MC, Knipschild PG, Kester AD, et al. Carpal tunnel syndrome:
prevalence in the general population. J Clin Epidemiol. 1992 Apr. 45(4):373-6.
[Medline].
10. Durkan JA. The carpal-compression test. An instrumented device for diagnosing
carpal tunnel syndrome. Orthop Rev. 1994 Jun. 23(6):522-5. [Medline].
24
25