Вы находитесь на странице: 1из 53

https://hatisenang.

com/quran/tafsir/tafsir-al-jailani/
https://hatisenang.com/
https://hatisenang.com/miftah-ul-falah-antara-zikir-dan-membaca-al-quran/
Zikir Penenteram Hati (Miftah-ul-Falah) Bagian Tentang Dzikir

1.Zikir Penenteram Hati (Miftah-ul-Falah) Bagian Tentang Dzikir

BAGIAN SATU
MAKNA ZIKIR
Mengapa Perlu Mengingat Allah (Berzikir).
1
Manakah yang lebih utama, berzikir atau membaca al-Quran? Menurut
Imam al-Ghazali, membaca al-Quran secara umum lebih utama bagi
seluruh manusia, kecuali bagi mereka yang sedang pergi menuju kepada
Allah baik yang tengah di awal perjalanan maupun yang telah mulai
menapaki akhir perjalanannya. Al-Quran mencakup berbagai
pengetahuan dan petunjuk jalan. Selama seorang hamba merasa perlu
untuk memperbaiki akhlak dan memperoleh pengetahuan, membaca alQuran lebih utama baginya.
Jika al-Quran lebih utama bagimu, maka baca dan renungkanlah. Saat
membaca, cermati semua karakter dan sifat-sifat yang Allah senangi. Lalu
milikilah sifat-sifat tersebut. Sebaliknya, ketika bertemu dengan segala
karakter dan sifat yang Allah murkai, jauhilah ia! Sebab, Allah sengaja
menyebutkan semua itu padamu, menurunkannya dalam kitab al-Quran
untukmu, serta memperkenalkanmu padanya, agar bisa kau amalkan.
Berusahalah untuk memelihara al-Quran dengan mengamalkannya
sebagaimana engkau memelihara al-Quran dengan membacanya.
Karena, yang mendapat siksaan paling keras di hari kiamat adalah orang
yang menghafal sebuah ayat lalu melupakannya. Demikian pula dengan
orang yang menghafal ayat lalu tidak mengamalkannya. Ayat tersebut di
hari kiamat nanti akan menjadi saksi baginya.
Nabi s.a.w. bersabda:
Orang mukmin yang membaca al-Quran seperti buah limau (jeruk,
utrujah). Baunya harum.
Maksud dari bau harum di sini adalah aktivitas membaca al-Quran.
Udara yang keluar karena membaca al-Quran diserupakan dengan bau
sesuatu yang harum. Rasanya juga lezat. Maksud dari rasa lezat di
sini adalah adanya iman. Karena itu, dikatakan telah mengecap manisnya
iman orang yang ridha dengan Allah sebagai Tuhannya, dengan Islam
sebagai agamanya, dan dengan Muhammad s.a.w. sebagai nabinya. Rasa
tersebut dikaitkan dengan iman. Kemudian beliau bersabda:
Orang mukmin yang tidak membaca al-Quran seperti buah korma.
Rasanya lezat (karena ia beriman dan telah mengikrarkan
keimanannya), tetapi ia tidak mempunyai bau (karena tidak
membacanya walaupun termasuk penghafal al-Quran).
Kemudian Nabi s.a.w. melanjutkan:

Orang munafik yang membaca al-Quran seperti bunga berbau


harum (raihnah).
Karena al-Quran memang baik. Tetapi rasanya pahit, sebab sifat
munafik merupakan kekufuran yang terpendam, sedangkan kelezatan
hanya ada pada iman. Setelah itu, Nabi s.a.w. mengatakan:
Orang munafik yang tidak membaca al-Quran seperti buah handhal
(hanzhalah), rasanya pahit dan tidak berbau.
Hal yang sama berlaku pada setiap ucapan baik yang mengandung ridha
Allah. Hanya saja, al-Quran memang mempunyai kedudukan yang
khusus. Kalam Allah tersebut tak bisa disamakan dengan setiap ucapan
lain yang bisa mendekatkan diri kepada Allah. Karena itu, seorang pezikir
hendaknya berzikir dengan bacaan-bacaan (zikir) yang terdapat dalam alQuran. Dengan demikian, selain berzikir mengingat Allah, ia juga
membaca al-Quran sekaligus. Tahmid, tasbih, dan tahlil yang dibaca
hendaknya diambil dari al-Quran.
Menurut Imam al-Ghazali, bila seorang hamba berada dalam kondisi
tidak membutuhkan perbaikan akhlak dan pemerolehan pengetahuan
karena tahap itu sudah dilewati dan ia sudah berada dalam kondisi
penyaksian yang mengarah pada tenggelam bersama Tuhan, maka
mendawamkan zikir lebih utama. Sebab, al-Quran bisa mengajak
pikirannya untuk untuk berdialog dan bisa membawanya ke taman-taman
surga. Padahal, sang murid yang sedang pergi menuju Allah
Mukmin yang membaca al-Quran ibarat buah limau (jeruk,
utrujah), harum baunya lagi manis rasanya. Mukmin yang tidak
membaca al-Quran ibarat buah korma, manis rasanya tapi tak ada
baunya. Munafiq yang membaca al-Quran laksana bunga raihanah
yang harum baunya tapi pahit bila dirasa. Sedangkan munafiq yang
tidak membaca al-Quran laksana buah hanzhalah yang pahit
rasanya dan tidak ada baunya.
tak boleh menoleh kepada surga dan taman-taman surga. Tetapi, perhatian
dan zikirnya harus terarah pada satu hal hingga bisa mencapai kedudukan
fana. Namun, kondisi itu tidak berlaku seterusnya. Bila telah kembali
pada kondisi semula, membaca al-Quran akan bermanfaat untuknya.
Secara umum, membaca al-Quran lebih utama dalam segala kondisi
kecuali apabila Allah, Dzat yang berbicara degan al-Quran, membuatnya
sibuk dari al-Quran. Esensi utama al-Qura, mengenal keagungan-Nya,
serta tenggelam di dalam-Nya. al-Quran berfungsi menunjukkan
manusia kepada Allah. Orang yang telah mengarah dan mendekati tujuan
tidak akan menoleh ke jalan.
Sebelumnya telah disebutkan bahwa hakikat zikir adalah ketika Allah
telah berkuasa di dalam qalbu. Dan ini hanyalah satu. Sedangkan
banyaknya ragam zikir berlaku sebelum itu. Selama zikir masih dilakukan
dengan lisan atau qalbu, zikir terbagi menjadi yang paling utama dan

yang lainnya. Keutamaannya sesuai dengan berbagai sifat Allah yang


diungkapkan lewat zikir.
Sifat-sifat dan nama-nama Allah terbagi dua. Ada yang memang
sebenarnya menjadi hak hamba dan diorientasikan pada hak Allah, seperti
ash-Shabr, asy-Syakr, ar-Rahm, dan al-Muntaqim. Dan ada pula yang
benar-benar menjadi hak Allah. Apabila digunakan pada selain diri-Nya,
penggunaan tersebut hanya bersifat metafor.
Di antara zikir yang paling utama adalah l ilha illallh, al-hayy-ulqayym (Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri
Sendiri). Karena, dalam zikir tersebut ada nama Allah yang paling agung.
Nabi s.a.w. pernah bersabda:
Nama Allah yang paling agung terdapat dalam ayat Kursi dan Surah
Ali Imran.
Ia memiliki rahasia yang sangat halus dan sulit disebutkan. Kalimat l
ilha illallh menanamkan kesadaran kepada tauhid dan keesaan Dzat
Allah. Keesaan secara hakiki adalah milik Allah tanpa perlu ditakwil.
Adapun bagi selain Allah, ia hanya bersifat kiasan dan perlu ditakwil.
Demikian pula dengan kata al-Hayy (Yang Maha Hidup), ia memberikan
kesadaran akan Dzatnya. Ia juga secara hakiki menjadi milik Allah tanpa
perlu ditakwil.
Sementara nama-nama yang menunjukkan perbuatan Allah, seperti arRahm (Yang Penyayang), al-Muqsith (Yang Berbuat Adil), al-Jam
(Yang Mengumpulkan), al-Adl (Yang Maha Adil) sekaligus
menunjukkan sifat-sifatNya. Sebab, sumber semua perbuatan adalah sifat.
Sifat merupakan asal, sedangkan perbuatan hanyalah mengikuti.
Selanjutnya sifat-sifat Allah lainnya yang menunjukkan kepada
kekuasaan, pengetahuan, kehendak, pembicaraan, pendengaran, dan
penglihatan-Nya merupakan sifat Allah yang bersifat permanen. Ia sangat
berbeda dengan sifat, pembicaraan, kekuasaan, pengetahuan,
pendengaran, dan penglihatan manusia. Sifat-sifat Allah memiliki
berbagai hakikat yang mustahil ada pada diri manusia.
Contohnya adalah ucapan subhnallhi wal-hamadu lillhi wa l ilha
illallhu wallhu akbar.
Kata subhnallh menunjukkan kesucian Allah yang bersifat hakiki, yang
menafikan keberadaan tuhan yang lain.
Sedangkan kata al-hamdulillh memberikan kesadaran bahwa semua
nikmat berasal dari-Nya. Hal itu bersifat hakiki karena hanya Dia yang
sesungguhnya berbuat tanpa perlu ditakwil. Hanya Allah yang wajib
mendapat pujian sebab tidak ada seorang pun yang ikut serta dalam
perbuatan-Nya. Sama halnya dengan sebuah pena yang tidak ikut dipuji

bersama penulisnya ketika penulis tersebut menghasilkan tulisan yang


bagus.
Lalu kata Allhu akbar tidak berarti bahwa Dia lebih besar dari yang lain
karena tidak ada sesuatu pun bersama-Nya. Tetapi, segala sesuatu selain
Allah merupakan cahaya yang bersumber dari cahaya kekuasaan-Nya.
Cahaya lilin tidak bisa didudukkan bersama dengan matahari. Sehingga
tak bisa dikatakan bahwa matahari lebih besar dari cahaya lilin. Tetapi,
yang benar cahaya lilin merupakan subordinasi dari matahari. Jadi,
makna dari kata di atas, Allah Maha Besar untuk ditangkap oleh indra,
substansi keagungannya, Maha Besar untuk dijangkau oleh akal dan
analogi. Bahkan, Dia Maha Besar untuk diketahui selain-Nya. Yang
mengetahui Allah hanyalah Allah semata.
2.
Miftah-ul-Falah: Zikir Lakasana Api
BAGIAN SATU
MAKNA ZIKIR
Mengapa Perlu Mengingat Allah (Berzikir).
1
Jika di dalam rumah itu bertemu dengan kayu bakar, zikir
tersebut akan segera membakar. Jika rumah itu gelap, ia akan
menjadi cahaya penerang. Dan jika rumah itu memang
memiliki cahaya, ia akan menjadi cahaya di atas cahaya.

Semua itu gaib dari dirinya dan dirinya juga gaib dari semua itu untuk bergegas
menuju Tuhan lalu lenyap di dalam-Nya. Seandainya masih terbersit dalam
benaknya bahwa ia sedang dalam kondisi fana berarti kondisi fananya masih
bercampur noda dan belum sempurna. Yang sempurna adalah kalau ia telah fana
dari dirinya sendiri dan fana dari kefanaannya.
Jalan pertama yang harus dilalui seorang salik adalah pergi menuju Allah.
Sebab, petunjuk hanya milik Allah. Sebagaimana hal itu diungkapkan oleh Nabi
Ibrahim a.s.: Aku pergi menghadap kepada Tuhanku. Dialah yang akan
memberi petunjuk padaku. (ash-Shafft [37]: 99). Ketika kepergian menuju
Allah telah mantap dan berlangsung secara kontinu sehingga menjadi kebiasaan

yang melekat kuat, naiklah ia menuju alam yang paling tinggi seraya
menyaksikan hal hakiki yang paling suci. Gambaran alam malakut tertanam
kuat dalam dirinya dan kesucian laht (dunia ilahiah) tampak jelas di
hadapannya. Yang pertama kali tampak di alam tersebut adalah substansi
malaikat serta alam roh para nabi dan wali dalam bentuk yang sangat indah.
Dengan perantaraannya, ia bisa mengetahui berbagai hakikat yang ada. Itulah
yang terdapat di awal perjalanan sampai pada tingkatan yang sulit digambarkan.
Dalam segala sesuatu al-Haqq tampak secara jelas. Inilah hasil dari esensi zikir.
Jadi, tahap pertama adalah zikir lisan. Kemudian zikir kalbu yang cenderung
diupayakan dan dipaksakan. Selanjutnya, zikir kalbu yang berlangsung secara
lugas, tanpa perlu dipaksakan. Serta yang terakhir adalah ketika Allah sudah
berkuasa di dalam kalbu disertai sirnanya zikir itu sendiri. Inilah rahasia dari
sabda Nabi s.a.w.: Zikir diam (khafi) tujuh puluh kali lebih utama daripada
zikir yang terdengar oleh para malaikat pentatat amal. Tanda bahwa sebuah
zikir sampai pada sir (nurani terdalam yang menjadi tempat cahaya penyaksian)
adalah ketika pelaku zikir dan objek zikirnya lenyap tersembunyi. Zikir sir
terwujud ketika seseorang telah terliputi dan tenggelam di dalamnya. Tandanya,
apabila engkau meninggalkan zikir tersebut, ia takkan meninggalkanmu.
Zikir tersebut terbang masuk ke dalam dirimu untuk menyadarkanmu dari
kondisi tidak sadar kepada kondisi hudhr (hadirnya kalbu). Salah satu
tandanya, zikir itu akan menarik kepalamu dan seluruh organ tubuhmu sehingga
seolah-olah tertarik oleh rantai. Indikasinya, zikir tersebut tak pernah padam dan
cahayanya tak pernah redup. Namun, engkau menyaksikan cahayanya selalu
naik turun, sementara api yang ada di sekitarmu senantiasa bersih menyala.
Zikir yang masuk ke dalam sir terwujud dalam bentuk diamnya si pelaku zikir
seolah-olah lisannya tertusuk jarum. Atau, semua wajahnya adalah lisan yang
sedang berzikir dengan cahaya yang mengalir darinya.
Ketahuilah, setiap zikir yang disadari oleh kalbumu didengar oleh para malaikat
penjaga. Sebab, perasaan mereka beserta perasaanmu. Di dalamnya ada sir
sampai saat zikirmu sudah gaib dari perasaanmu karena engkau sudah sirna
bersama Tuhan, zikirmu juga gaib dari perasaan mereka.
Kesimpulannya, berzikir dengan ungkapan kata-kata tanpa rasa hudhr disebut
zikir lisan, berzikir dengan merasakan kehadiran kalbu bersama Allah disebut

zikir kalbu, sementara berzikir tanpa menyadari kehadiran segala sesuatu selain
Allah disebut zikir sir. Itulah yang disebut dengan zikir khaf.
Rezeki lahiriah terwujud dengan gerakan badan, rezeki batiniah terwujud
dengan gerakan kalbu, rezeki sir terwujud dengan diam, sementara rezeki akal
terwujud dengan fana dari diam sehingga seorang hamba tinggal dengan tenang
untuk Allah dan bersama Allah. Nutrisi dan makanan bukanlah konsumsi
rohani, melainkan konsumsi badan. Adapun yang menjadi konsumsi rohani dan
kalbu adalah mengingat Allah Dzat Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.
Allah berfirman: Orang-orang beriman dan kalbu mereka tenteram dengan
mengingat (zikir kepada) Allah.
Semua makhluk yang mendengarmu sebenarnya juga ikut berzikir bersamamu.
Sebab, engkau berzikir dengan lisanmu, lalu dengan kalbumu, kemudian dengan
nafs-mu, kemudian dengan rohmu, selanjutnya dengan akalmu, dan setelah itu
dengan sirmu. Bila engkau berzikir dengan lisan, pada saat yang sama semua
benda mati akan berzikir bersamamu. Bila engkau berzikir dengan kalbu, pada
saat yang sama alam beserta isinya ikut berzikir bersama kalbumu. Bila engkau
berzikir dengan nafs-mu, pada saat yang sama seluruh langit beserta isinya juga
turut berzikir bersamamu. Bila engkau berzikir dengan rohmu, pada saat yang
sama singgasana Allah beserta seluruh isinya ikut berzikir bersamamu. Bila
engkau berzikir dengan akalmu, para malaikat pembawa arasy dan roh orangorang yang memiliki kedekatan dengan Allah juga ikut berzikir bersamamu.
Bila engkau berzikir dengan sirmu, arasy beserta seluruh isinya turut berzikir
hingga zikir tersebut bersambung dengan zat-Nya.
Nafs adalah unsur (haiah) berjenis uap yang lembut dan membawa potensi
kehidupan, perasaan, dan gerakan kehendak. Allah Yang Maha Bijaksana
menyebutnya dengan roh hewani. Ia merupakan instrumen perantara antara
kalbu sebagai nafs yang berbicara dan badan. Ada yang berpendapat bahwa
nafs itulah yang dalam al-Quran disebut dengan pohon zaitun sebagai pohon
yang penuh berkah, tidak tumbuh di sebelah timur atau di sebelah barat. Sebab,
dengan nafs manusia bisa bertambah mulia dan suci. Selain itu, ia tidak berasal
dari penjuru timur alam roh semata atau penjuru barat tubuh yang padat.
Nafs ada yang bersifat ammrah (memerintah), lawwmah (suka mencaci), dan
muthmainnah (tenteram). Nafs-ul-ammrati bis-s (yang memerintahkan
kepada keburukan) adalah nafs yang condong kepada naluri badan, menyuruh

pada kesenangan dan syahwat, serta menarik kalbu kepada sesuatu yang rendah.
Ia adalah jenis nafs yang buruk, sumber segala akhlak dan perbuatan tercela.
Selain itu, ia adalah nafs yang dimiliki manusia pada umumnya dan merupakan
kejahatan. Bagi nafs-ul-ammrati bis-s ini, zikir ibarat lampu yang menerangi
rumah yang gelap gulita.
Nafs-ul-lawwmah adalah nafs yang memberikan cahaya tertentu kepada kalbu
yang dengannya manusia tersadarkan dari kelalaian. Setelah itu, ia pun mulai
memperbaiki diri. Ia berpindah-pindah di antara unsur ketuhanan dan unsur
kemanusiaan. Setiap kali muncul perbuatan jahat yang berasal dari karakter dan
tabiat buruknya, cahaya peringatan ilahi segera meluruskan. Pada saat itu ia
akan mencaci dirinya seraya bertobat, memohon ampunan, dan kembali pada
pintu Sang Maha Pengampun lagi Penyayang. Karena itu dalam al-Quran Allah
menjadikan nafs-ul-lawwmah itu sebagai sandaran sumpah. Allah berfirman:
Aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan Aku bersumpah dengan nafs-ullawwamah (yang sering mencaci). Al-Qiymah [75]: 1-2.). Nafs ini seolaholah menyadari bahwa dirinya sedang berada dalam sebuah rumah yang penuh
dengan segala hal buruk seperti kotoran, anjing, babi, singa, macan, dan gajah.
Lalu setelah ia bergumul dengan berbagai macam keburukan itu, ia berusaha
mengeluarkannya. Ia pun sempat terluka oleh binatang-binatang buas yang ada
di dalamnya. Karena itu, ia segera melakukan zikir dan munajat agar zikir
tersebut bisa mengalahkan dan megeluarkan mereka. nafs-ul-lawwmah terus
berusaha sekuat tenaga mengumpulkan berbagai perabotan sampai akhirnya
rumah itu menjadi indah. Setelah itu, barulah rumah tersebut layak dihuni dan
ditempati sang penguasa (zikir).
Tatkala zikir bertempat di dalamnya dan tatkala al-Haqq tampak dengan jelas,
nafs itupun kembali pada kondisi muthmainnah (tenteram). Itulah nafs yang
mendapatkan cahaya kalbu secara sempurna. Nafs tersebut mengikuti kalbu
untuk naik menuju surga alam kesucian yang bersih dan terhindar dari segala
kotoran. Nafs-ul-muthmainnah selalu tekun mengerjakan ketaatan, serta
merasa tenteram bersama Allah Dzat Yang meninggikan derajat kemuliaan.
Sehingga Allah berseru kepadanya: Wahai nafs-ul-muthmainnah, kembalilah
pada Tuhanmu dalam kondisi ridha dan mendapat ridha. Masuklah sebagai
hamba-Ku, serta masuklah ke dalam surga-Ku. (al-Fajr [89]: 29-30).
3.Miftah-ul-Falah: Petunjuk al-Quran, Sunnah dan Hadits Tentang Zikir

BAGIAN SATU
MAKNA ZIKIR
Mengapa Perlu Mengingat Allah (Berzikir).
1
Petunjuk al-Quran dan Sunnah Tentang Zikir
Beberapa ayat al-Quran yang berkaitan degnan anjuran dan keutamaan zikir
adalah:
Wahai orang-orang yang beriman berzikirlah dengan menyebut nama Allah
sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.
(al-Ahzb [33]: 41-42).
Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi
seraya berkata: Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini siasia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (li
Imrn [3]: 191).
Dan laki-laki serta perempuan yang banyak mengingat Allah, Allah telah
sediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (al-Ahzb [33]: 35).
Karena itu, ingatlah kalian pada-Ku, niscaya Aku pun ingat pada kalian.
Serta bersyukurlah kepada-Ku dan jangan mengingkari nikmat-Ku (alBaqarah [2]: 152).
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram. (ar-Rad [13]: 28).
Ingatlah Tuhanmu sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah dengan memuji
Tuhanmu di waktu petang dan pagi. (li Imrn [3]: 41).
Sebutlah nama Tuhanmu di waktu pagi dan petang. (al-Insn [76]: 25).

Petunjuk Dari Hadits.

Dalam hadits pun terdapat banyak riwayat mengenai zikir. Di antaranya


menjelaskan keutamaan dan halaqah zikir, yaitu:
Ab Sad al-Khudr r.a. meriwayatkan bahwa suatu ketika Muwiyah keluar
rumah. Tiba-tiba ia menjumpai sebuah halaqah di masjid. Ia pun bertanya: Apa
gerangan yang membuat kalian duduk di sini? Mereka menjawab: Kami
duduk seraya mengingat Allah. Demi Allah, benarkah kalian duduk hanya
untuk berzikir kepada Allah? tanya Muwiyah kembali. Mereka pun berkata:
Demi Allah, kami duduk hanya untuk berzikir pada Allah. Mendengar hal
tersebut, Muwiyah lalu berujar: Sebenarnya saya tidak meminta kalian
bersumpah karena saya ragu. Tetapi, pada suatu ketika Raslullh s.a.w. keluar
dan mendapati para sahabatnya sedang duduk dalam sebuah halaqah. Raslullh
bertanya:
Apa yang mendorong kalian duduk demikian? Jawab mereka: Kami
duduk berzikir dan memuji Allah karena Dia telah menunjukkan kami
kepada Islam. Lantas Nabi bertanya: Demi Allah, apakah kalian duduk
hanya untuk itu? Ya, demi Allah, kami duduk hanya untuk itu, jawab
mereka. Setelah itu, beliau berkata:Sesungguhnya aku bertanya bukan
karena ragu, tetapi Jibril datang kepadaku seraya memberitahukan bahwa
Allah membanggakan kalian di hadapan para malaikat. (H.R. Muslim, atTirmidz, dan an-Nas).
Razn menambahkan sebuah riwayat yang ia dengar:
Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah di mana mereka
membaca, mempelajari Kitab Allah, serta berzikir kepada Allah, melainkan
sakinah turun atas mereka, rahmat Allah menaungi mereka, para malaikat
juga mengelilingi mereka, serta Allah menyebutkan mereka di hadapan para
malaikat-Nya.
Menurut Ab Muslim al-Aghar, Ab Hurairah dan Ab Sad mendengar
Raslullh s.a.w. bersabda:
Tidaklah suatu kaum duduk dalam majelis zikir, melainkan mereka
dikelilingi malaikat, diliputi rahmat Allah, diberi sakinah, serta disebut-sebut
di hadapan para malaikat-Nya. (H.R. Muslim dan at-Tirmidz).

Kata sakinahberarti tenang dan tenteram. Ketika mengomentari sabda Nabi


s.a.w. di atas, al-Qdh Iydh berkata: Saknah tersebut turun karena bacaan
al-Quran. Ia merupakan rahmat. Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan saknah adalah tumaninah (ketenteraman). Yang lain lagi
mengartikannya sebagai wiqr (ketenangan). Bisa jadi, saknah yang turun
tatkala al-Quran dibaca adalah saknah yang dimaksudkan oleh Allah dalam
firman-Nya:
Di dalamnya terdapat saknah dari Tuhanmu. (al-Baqarah [2]: 248).
Menurut Ab Hurairah r.a., suatu ketika Raslullh s.a.w. berjalan di jalan kota
Mekkah dan melewati sebuah gunung bernama Jamdn. Nabi pun berkata:
Berjalanlah, ini adalah gunung Jamdn. Telah sampai lebih dulu para
mufarridn. Mereka pun bertanya: Siapa mufarridn itu wahai
Raslullh? Jawab Rasul: Yaitu mereka yang banyak berzikir kepada
Allah.
Ini adalah riwayat Muslim. Sementara dalam riwayat at-Tirmidz, mereka
bertanya:
Siapa mufarridn tersebut? Raslullh s.a.w. menjawab: Mereka adalah
orang-orang yang gemar berzikir. Zikir tersebut melenyapkan semua beban
yang ada sehingga mereka datang pada hari kiamat dalam keadaan ringan.
Ada yang membaca dengan mufarridn dan ada pula yang membacanya dengan
mufridn. Keduanya sama-sama bermakna menyendiri atau memisahkan diri.
Namun, yang dimaksud dengan istilah tersebut di sini adalah mereka yang
memisahkan diri untuk berzikir kepada Allah. Ada yang berpendapat bahwa
mufarridn adalah orang-orang yang ditinggalkan oleh generasi mereka
sementara mereka masih tetap hidup dalam kondisi berzikir kepada Allah.
Menurut al-Qdh Iydh dalam kitab al-Masyriq dan Ibn-ul-Arab, seseorang
disebut mufarrid jika ia paham, memisahkan diri dari orang-orang, lalu
menyendiri untuk menjaga perintah dan larangan Allah. Menurut al-Azhar,
mereka adalah orang-orang yang menyendiri berzikir pada Allah tanpa
mencampuradukkan dengan selain-Nya. Ada yang berpendapat, mufarridn
adalah golongan ahli tauhid yang hanya mengingat Allah. Mereka
mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah. Sementara yang lain berpendapat

bahwa yang dimaksud dengan istilah tersebut adalah mereka yang


menghabiskan hidupnya dalam taat kepada Allah. Artinya ia senantiasa taat
walaupun telah memasuki usia renta dan lemah.
Dari Ab Hurairah diriwayatkan bahwa Raslullh s.a.w. bersabda:
Sesungguhnya Allah memiliki malaikat (saiyrah) yang bertugas berkeliling
di jalan-jalan mencari majelis zikir. Apabila malaikat tersebut bertemu
dengan kaum yang sedang berzikir kepada Allah, masing-masing memanggil
kawannya: Inilah yang sedang kalian cari. Majelis itu pun diliputi oleh
sayap-sayap mereka hingga mencapai langit dunia. Kemudian Tuhan
bertanya kepada mereka kendati sebenarnya Dia lebih mengetahui: Apa
yang dibaca oleh hamba-Ku? Malaikat tersebut menjawab: Mereka
bertasbih, bertakbir, dan memuji serta memuliakan-Mu. Allah bertanya:
Apakah orang-orang itu pernah melihat-Ku? Jawab malaikat: Belum.
Demi Allah mereka belum pernah melihat-Mu. Allah bertanya: Bagaimana
seandainya mereka pernah melihat-Ku? Jawab malaikat: Tentu mereka
akan lebih giat ibadah, lebih taat, dan lebih banyak bertasbih kepada-Mu.
Allah kembali bertanya: Apa yang mereka minta? Jawab malaikat:
Mereka meminta surga. Apakah mereka pernah melihatnya, tanya Allah
lagi. Malaikat menjawab: Demi Allah mereka belum pernah melihatnya.
Bagaimana andaikan mereka dapat melihatnya? Jawab malaikat: Tentu
mereka akan lebih antusias dan bersemangat untuk mendapatkannya. Allah
kembali bertanya: Dari apakah mereka minta perlindungan? Jawab
malaikat: Mereka meminta perlindungan dari api neraka. Apakah
mereka pernah melihatnya, hanya Allah lagi. Malaikat menjawab: Belum,
Demi Allah mereka belum pernah melihatnya. Bagaimana seandainya
mereka pernah melihatnya? Jawab malaikat: Seandainya mereka pernah
melihat, pasti mereka akan lebih menghindar dan lebih takut. Lalu Allah
berkata: Saksikanlah bahwa Aku telah mengampuni mereka semua. Ada
malaikat yang bertanya: Wahai Tuhan, di dalam majelis itu ada orang lain.
Ia datang hanya untuk sebuah keperluan. Allah berkata: Mereka adalah
para ahli majelis yang tak akan kecewa orang yang duduk bersam mereka.
(al-Bukhri).
Anas meriwayatkan bahwa Raslullh s.a.w. pernah bersabda:

Jika kalian melewati taman surga, masuklah ke dalamnya! Mereka


bertanya: Apa taman surga tersebut? Jawab Rasl s.a.w.: halaqah zikir.
(H.R. at-Tirmidz).
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibn Masd bahwa setan berkeliling di sekitar
orang-orang yang sedang berada di majelis zikir. Tetapi, ia tak mampu
menceraiberaikan mereka. Lalu setan mendatangi halaqah orang-orang yang
sedang mengingat dunia. Dengan mudah setan menjerumuskan mereka sampai
saling membunuh. Lalu para ahli zikir itu bangkit memisahkan mereka sehingga
mereka pun berpisah.
4.Miftah-ul-Falah: Keutamaan Orang Berzikir dan Zikir dengan Bersuara
BAGIAN SATU
MAKNA ZIKIR
Mengapa Perlu Mengingat Allah (Berzikir).
1
Keutamaan Orang Berzikir
Lewat Ab Hurairah diriwayatkan bahwa Raslullh s.a.w. bersabda:
Bila seorang hamba mengucapkan l ilha illallh secara tulus dari
kalbunya, tentu pintu-pintu langit akan dibukakan untuknya sampai tembus
ke arasy selama ia menjauhi dosa-dosa besar. (H.R. at-Tirmidz).
Mlik ibn Anas mendengar bahwa Raslullh s.a.w. bersabda:
Orang yang mengingat Allah di tengah-tengah kaum yang lalai seperti
orang yang berperang di belakang kaum yang lari. Orang yang mengingat
Allah di tengah kaum yang lalai tak ubahnya seperti ranting hijau di tengah
pohon kering. (dalam riwayat lain: seperti pohon hijau di tengah pepohonan
yang kering). Orang yang mengingat Allah di tengah kaum yang lalai seperti
lampu di rumah yang gelap. Tempat duduk mereka di surga akan
diperlihatkan kepada orang-orang itu, padahal mereka masih hidup. Mereka
akan diberi ampunan sebanyak orang fasih dan ajam. Yang dimaksud fasih
adalah manusia sementara ajam adalah binatang.

Menurut Mudz ibn Jabal:


Tidak ada amal yang lebih bisa menyelamatkan seseorang dari siksa
daripada zikir pada Allah. (H.R. Mlik dalam kitab al-Muwaththa).
Ab Sad al-Khudr meriwayatkan bahwa Raslullh s.a.w. pernah ditanya:
Siapakah hamba yang lebih utama dan mulia di sisi Allah pada hari
kiamat? Raslullh s.a.w. menjawab: Orang-orang yang banyak berzikir
kepada Allah. Beliau ditanya lagi: Apakah mereka lebih mulia daripada
orang yang berperang di jalan Allah? Seandainya ia terkena pukulan
pedang lalu mengucurkan darah. Tapi, kalau tidak, derajat orang yang
berzikir itu lebih mulia. (al-Bukhri, Muslim, dan at-Tirmidz).
Dalam riwayat lain, Razn menyebutkan bahwa Raslullh s.a.w. pernah
ditanya:
Ibadah apakah yang lebih utama dan mulia di sisi Allah pada hari kiamat
nanti? Beliau menjawab: Orang yang berzikir kepada Allah. (H.R. atTirmidz).
Diriwayatkan dari Ab Ms r.a., bahwa Nabi s.a.w. bersabda:
Perbedaan antara rumah yang terisi dengan zikir dan rumah yang tak terisi
dengan zikir seperti perbedaan antara orang hidup dan orang mati. (H.R.
Muslim).
Dalam riwayat lain:
Perbedaan antara orang yang berzikir kepada Tuhan dan orang yang tak
berzikir kepada Tuhan seperti perbedaan antara orang hidup dan orang
mati. (H.R. al-Bukhri).
Dari Ab Hurairah r.a. disebutkan bahwa Raslullh s.a.w. bersabda: Allah
bersabda:
Aku menuruti prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika ia
mengingat-Ku. Kalau ia mengingat-Ku dalam hati, Aku mengingatnya dalam
diri-Ku. Kalau ia mengingat-Ku di tengah kerumunan orang, Aku pun akan
mengingatnya di tengah kerumunan yang lebih baik daripada mereka. Kalau

ia mendekatkan diri kepada-Ku jarak sejengkal, Aku pun mendekatkan diri


kepadanya jarak sehasat. Kalau ia mendekatkan diri pada-Ku jarak sehasta,
Aku pun akan mendekatkan diri padanya jarak sedepa. Kalau ia mendatangiKu dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari kecil.
Ab Ummah mendengar Raslullh s.a.w. bersabda:
Siapa yang berbaring di ranjangnya dalam keadaan suci seraya berzikir
kepada Allah sampai ia mengantuk, lalu selama malam belum berlalu ia
meminta kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat, pasti akan Allah
berikan. (H.R. at-Tirmidz).
Diriwayatkan dari Umar r.a. suatu ketika Raslullh s.a.w. mengutus sebuah
rombongan ke negeri Najed. Lalu rombongan tersebut mendapatkan ghanimah
yang banyak dan mereka pun segera kembali. Orang yang tak ikut serta
berkomentar: Belum pernah ada sebelumnya rombongan yang kembali lebih
cepat dan mendapat ghanimah lebih utama dari rombongan ini. Mendengar hal
tersebut, Raslullh s.a.w. berkata:
Maukah kalian aku tunjukkan sebuah kaum yang mendapat ghanimah
lebih utama dan kembali lebih cepat. Mereka adalah orang-orang yang
menghadiri shalat Subuh, kemudian duduk berzikir kepada Allah sampai
terbit matahari. Merekalah yang kembali
Raslullh s.a.w. pernah ditanya: Siapakah hamba yang lebih utama dan
mulia di sisi Allah pada hari kiamat? Raslullh s.a.w. menjawab: Orangorang yang banyak berzikir kepada Allah.
lebih cepat dan mendapat ghanimah lebih utama. (H.R. at-Tirmidz).

Zikir dengan Bersuara.


Umar r.a. meriwayatkan bahwa Raslullh s.a.w. bersabda:
Siapa masuk ke pasar lalu mengucapkan l ilha illallhu wahdahu l
syarka lahu, lah-ul-mulku wa lah-ul-hamdu, yuhy wa yumtu, wa huwa
hayyun l yamtu abadan, bi yadih-il-khairu wa huwa al kulli syain qadr,
maka Allah akan mencatatkan untuknya sejuta kebaikan, dihapuskan

untuknya sejuta dosa, ditinggikan kemuliaannya sejuta derajat. Dalam


riwayat yang lain: akan dibangunkan untuknya sebuah rumah di surga.
(H.R. at-Tirmidz).
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Raslullh s.a.w. bersabda:
Siapa masuk ke dalam pasar lalu dengan suara keras ia membaca l ilha
illallh. dst. (bacaan di atas sampai habis .). Allah akan mencatatkan
untuknya seribu kebaikan.
Dalam riwayat al-Bukhri disebutkan bahwa Ab Sad mendengar berita dari
Ibn Abbs tentang bagaimana orang-orang di masa Rasl s.a.w. menyaringkan
suara seusai menunaikan shalat wajib. Menurut Ibn Abbs: Itulah yang
kuketahui ketika mereka selesai menunaikan shalat wajib. Rasl s.a.w. juga
bersabda:
Allah berfirman: Siapa yang berzikir kepada-Ku di tengah kerumunan,
Aku pun akan mengingatnya di tengah kerumunan yang lebih baik daripada
mereka.
Diceritakan bahwa Ab Bakar r.a. biasa merendahkan suaranya ketika shalat
malam. Ia tidak mau menyaringkan bacaannya. Sebaliknya, Umar ibn alKhaththab selalu menyaringkan suaranya ketika shalat. Maka, Rasl s.a.w.
kemudian bertanya kepada Ab Bakar tentang sikapnya itu. Ab Bakar
menjawab: Dzat Yang kuseru mendengar semua ucapanku. Selanjutnya Rasl
s.a.w. bertanya kepada Umar. Umar menjawab: Aku ingin membangkitkan
kesadaran, mengusir setan, dan membuat ridha ar-Rahmn. Mendengar hal
tersebut Rasul s.a.w. menyuruh Ab Bakar untuk sedikit mengangkat
suaranya dan menyuruh Umar untuk sedikit merendahkan suaranya. Dari
sini kita dapat memahami bagaimana Raslullh s.a.w. menyuruh Ab Bakar
untuk menyaringkan suaranya. Sementara beliau menyuruh Umar untuk
merendahkan suaranya, tapi bukan sampai tak terdengar. Apabila demikian
semestinya yang dilakukan terhadap al-Quran sebagai zikir yang paling
utama apalagi terhadap yang lain sama bahkan lebih.
Apabila zikir tersebut dilakukan sendirian, sementara ia termasuk dari golongan
khawwsh (khusus), hendaknya ketika berzikir ia merendahkan suara. Namun,
apabila termasuk dari golongan awam, hendaknya ia mengeraskan suara.

Apabila zikir tersebut dilakukan secara berjamaah, lebih baik dibaca secara
nyaring dengan ritme suara dan cara yang sama.
Sebagian orang berpendapat bahwa zikir yang dilakukan oleh satu orang dan
zikir yang dilakukan secara berjamaah ibarat muadzdzin tunggal dan
muadzdzin jamaah. Sebagaimana suara muadzdzin jamaah bisa menerobos
gumpalan udara yang tak mungkin dijangkau oleh suara muadzdzin tunggal
demikian pula dengan zikir jamaah. Ia lebih banyak memberikan pengaruh ke
dalam kalbu dan lebih memiliki kekuatan untuk mengangkat hijab kalbu
ketimbang zikir yang dilakukan secara sendirian. Selain itu, setiap orang akan
mendapatkan padala zikirnya sendiri dan pahala mendengar zikir orang lain.
Dalam al-Quran, Allah menyerupakan kalbu yang keras dengan bebatuan.
Allah berfirman:
Kemudian kalbumu keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. (alBaqarah [2]: 74).
Batu hanya bisa dipecahkan dengan kekuatan. Demikian pula dengan kalbu
yang keras. Ia baru berubah lewat zikir yang kuat.
5.Miftah-ul-Falah: Peringatan untuk Tidak Meninggalkan Zikir
BAGIAN SATU
MAKNA ZIKIR
Mengapa Perlu Mengingat Allah (Berzikir).
1
Allah s.w.t. berfirman:
Siapa yang berpaling dari zikir kepada Yang Maha Pemurah, Kami jadikan
baginya setan, maka setan itu menjadi teman yang selalu menyertainya. (azZukhrf [43]: 36).
Dari Ab Hurairah, Raslullh s.a.w. bersabda:

Siapa yang duduk dalam suatu tempat, lalu di situ ia tak berzikir kepada
Allah, maka kelak ia akan mendapat kerugian dan penyesalan. (H.R. Ab
Dwd).
Sementara dalam riwayat lain disebutkan:
Tidaklah sebuah kaum duduk dalam suatu majelis yang mereka tidak
berzikir kepada Allah dan tidak mengirimkan shalawat atas Nabi, melainkan
mereka akan mendapatkan penyesalan. Jika berkehendak, Allah siksa
mereka. Jika tidak, Allah ampuni mereka. (H.R. at-Tirmidz).
Raslullh s.a.w. juga pernah bersabda:
Tidaklah suatu kaum bangkit dari satu majelis yang tidak ada zikir di
dalamnya kecuali mereka berdiri di atas busuknya bangkai keledai sementara
mereka akan mendapat penyesalan. (H.R. Ab Dwd).
Mudz ibn Jabal mendengar Raslullh s.a.w. bersabda:
Tidaklah penduduk surga menyesal kecuali atas berlalunya waktu yang
tidak diisi dengan zikir kepada Allah.
Diceritakan bahwa setiap jiwa yang keluar dari alam dunia ini berada dalam
keadaan haus kecuali yang berzikir kepada Allah. Menurut Sahl: Aku tidak
mengetahui ada maksiat yang lebih buruk daripada lalai berzikir kepada
Tuhan. Sementara menurut an-Nr, setiap sesuatu ada sanksinya. Sanksi bagi
ahli makrifat adalah ketika ia terputus dari zikir.
Berbagai Riwayat dari Para Salaf
Menurut Anas ibn Malik, zikir merupakan pertanda adanya iman, keterbebasan
dari nifak, benteng dari setan, dan perlindungan dari neraka Jahanam.
Sementara menurut Malik ibn Dinar, siapa yang lebih suka kepada pembicaraan
makhluk ketimbang pembicaraan Allah berarti sedikit ilmunya, buta kalbunya,
dan sia-sia umurnya.
Al-Hasan berkata: Carilah kenikmatan iman dalam tiga hal: shalat, zikir dan
membaca al-Quran. Apabila ditemukan berarti ia ada. Namun, jika tidak
ditemukan, ketahuilah bahwa pintu telah tertutup. Karena, setiap kalbu yang
tidak mengenal Allah takkan suka kepada zikir dan tak merasa nyaman
bersama-Nya. Allah berfirman:

Dan apabila nama Allah saja yang disebut, kesallah hati mereka yang tidak
beriman kepada akhirat. Tetapi, apabila nama sesembahan selain Allah yang
disebut, mereka bergembira. (az-Zumar [39]: 45).
Menurut sebagian orang arif, rezeki lahiriah terwujud degnan gerakan badan,
rezeki batiniah terwujud dengan gerakan kalbu, rezeki sir terwujud dengan
diam, sementara rezeki akal terwujud dengan fana dari diam sehingga seorang
hamba tinggal dengan tenang untuk Allah (lillh), dengan Allah (billh), dan
bersama Allah (maallh).
Ada yang berpendapat bahwa siapa yang hidup untuk Allah dengan
melaksanakan hakikat zikir, pujian, dan syukur kepada-Nya, pasti Allah akan
menundukkan seluruh alam semesta ini untuknya. Menurut Mutharrif ibn Abi
Bakr, seorang pencinta tak akan pernah bosan terhadap ucapan yang dicintainya.
Yang lainnya berpendapat, siapa yang merasa nyaman dengan kelalaiannya, ia
takkan dapat mencicipi nikmatnya zikir. Menurut Atha, petir takkan menimpa
orang yang senang berzikir kepada Allah.
Hamid al-Aswad bercerita: Suatu ketika aku bepergian bersama Ibrahim alKhawwash. Kami singgah di suatu tempat yang dihuni banyak ular. Ia letakkan
bejana tempat minumnya lalu duduk, begitupun denganku. Saat malam tiba dan
udara mulai dingin, ular-ular itu pun berkeliaran sehingga aku berteriak
memanggil sang Syekh. Namun, ia hanya berkata: Berzikirlah! Maka, akupun
segera berzikir. Tiba-tiba ular-ular itu kembali ke tempatnya, tetapi tak lama
kemudian ia kembali lagi. Aku pun berteriak lagi kepada Syekh. Lagi-lagi ia
berkata seperti tadi. Begitulah hal itu berlangsung terus hingga pagi tiba. Ketika
pagi, ia bangun dan meneruskan perjalanan dan aku pun berjalan menyertainya.
Tiba-tiba dari tikar gulungnya, kusaksikan seekor ular besar jatuh melingkar di
kakinya. Spontan aku berkata: Engkau tidak merasa apa-apa? Jawabnya: Tak
pernah kudapati saat yang lebih nyenyak daripada tadi malam.
Ada yang berpendapat bahwa mengingat Allah dengan kalbu laksana pedang
bagi para murd (orang yang meniti jalan menuju Allah). Dengan pedang
tersebut mereka perangi para musuh dan dengan itu pula mereka tolak segala
bahaya yang menghadang. Ketika seorang hamba kembali dengan kalbunya
kepada Allah, semua keburukan akan sirna.
Apa pula yang mengatakan bahwa manakala zikir sudah tertanam secara kuat
dalam kalbu, apabila setan mendekat, ia akan terlempar seperti manusia. Lalu
setan-setan yang lain berkumpul di sekitarnya seraya bertanya-tanya: Mengapa
sampai begini? Maka, dijawablah bahwa ia telah dijatuhkan oleh manusia.
Dalam Injil disebutkan bahwa Allah berfirman: Ingatlah pada-Ku ketika
engkau marah. Aku pun akan ingat padamu ketika Aku marah. Dan ridalah

dengan pertolongan-Ku padamu. Sebab pertolongan yang Kuberikan padamu


itu lebih baik daripada pertolonganmu terhadap dirimu sendiri.
Dzun-Nun al-Mishri pernah berkata: Siapa yang berzikir dengan sungguhsungguh, bersamaan dengan itu, Allah akan memudahkan semua urusannya,
memeliharanya, serta menggantikan segala sesuatu untuknya.
Agar Lebih Mudah Untuk Dibaca Bab Tentang Dzikir Dari Buku Zikir
Penenteram Hati Dibagi Beberapa Bagian:
Makna dan Macam Zikir

-Manfaat Zikir Bagi Para Murid

-Zikir Khalwat
Antara Zikir dan Membaca al-Quran
6.Miftah-ul-Falah Adab Berzikir
BAGIAN SATU
MAKNA ZIKIR
Mengapa Perlu Mengingat Allah (Berzikir).
1

Berzikir mempunyai adab-abab tertentu, baik sebelum, sesudah, atau ketika


pelaksaannya. Ada adab yang bersifat lahiriah dan ada pula yang bersifat
batiniah.
Sebelum melaksanakan zikir, sebaiknya sang salik (peniti jalan menuju Allah)
terlebih dulu bertobat, memperbaiki jiwa dengan latihan-latihan rohani,
melembutkan sir dengan menjauhkan dan merenggangkan segala keterkaitan
dengan makhluk, memutuskan segala penghalang, memahami ilmu-ilmu yang
bersifat fardhu ain, serta memilih zikir yang sesuai dengan keadaannya. Sebab
itu, barulah ia berzikir dengan tekun dan kontinu.
Di antara adab yang perlu diperhatikan yaitu hendaknya ia memakai pakaian
yang halal, suci, dan wangi. Kesucian batin bisa terwujud dengan memakan
makanan yang halal. Zikir memang bisa melenyapkan bagian-bagian tubuh
yang berasal dari makanan haram. Hanya saja, ketika batinnya sudah kosong
dari sesuatu yang haram atau syubhat, maka zikir tersebut akan lebih berfungsi
menerangi qalbu. Namun, jika dalam batinnya masih terdapat sesuatu yang
haram, ia terlebih dahulu akan dicuci dan dibersihkan oleh zikir. Pada kondisi
tersebut, fungsi zikir sebagai penerang qalbu menjadi lebih lemah. Hal itu tak
ubahnya seperti air. Jika air dipergunakan untuk mencuci sesuatu yang terkena
najis, najisnya akan hilang. Tetapi, pada saat yang sama ia tak bisa membuat
benda yang terkena najis tadi menjadi sangat bersih. Oleh karena itu, sebaiknya
ia dicuci ulang sehingga ketika benda yang dicuci itu telah bersih dari najis, ia
akan bertambah cemerlang dan bersinar ketimbang saat dicuci pertama kali.
Demikian pula saat zikir turun ke dalam qalbu. Kalau qalbu tersebut gelap, zikir
akan membuatnya terang. Tetapi, kalau qalbu tersebut sudah terang, zikir akan
membuatnya jauh lebih terang.
Ketika zikir dilaksanakan hendaknya disertai niat ikhlas. Majelis tempat
zikirnya diberi wewangian untuk para malaikat dan jin. Hendaknya sang salik,
duduk bersila menghadap qiblat. Ini kalau ia berzikir sendirian. Tetapi, kalau
bersama-sama, hendaknya ia berzikir dalam lingkungan majelis. Selanjutnya
telapak tangannya diletakkan di atas paha dan matanya dipejamkan seraya terus
menghadap ke depan. Kalau ia berada di bawah bimbingan seorang syekh (guru
spiritual), hendaknya ia membayangkan sang syekh sedang berada di
hadapannya. Sebab, ia adalah pendamping dan pembimbing dalam meniti jalan
rohani. Selain itu, hendaknya qalbu dan zikirnya itu dikaitkan dengan orientasi

sang syekh disertai keyakinan dan perasaan bahwa semua itu bersambung dan
bersumber dari Nabi s.a.w. Sebab, syekhnya itu merupakan wakil Nabi s.a.w.
Setelah itu, hendaknya pezikir membaca l ilha illallh dengan penuh kekuatan
disertai pengagungan. Ia naikkan kalimat tersebut dari atas perut. Lalu, dengan
membaca l ilha hendaknya ia berniat melenyapkan segala sesuatu selain Allah
dari qalbu. Dan, dengan membaca illallh hendaknya ia berniat menanamkan
kata tersebut ke dalam qalbu untuk kemudian diteruskan ke semua organ tubuh
seraya terus-menerus meresapi maknanya.
Menurut sebagian ulama, tingkatan zikir yang minimal adalah setiap kali
seseorang membaca l ilha illallh, qalbunya harus bersih dari segala sesuatu
selain Allah. Jika masih ada, ia harus segera melenyapkannya. Jika ketika
berzikir qalbunya masih menoleh pada sesuatu selain Allah berarti ia telah
memosisikan sesuatu selain Allah itu sebagai tuhan bagi dirinya. Allah
berfirman:
Tahukah kamu orang yang memperTingkatan zikir yang minimal adalah setiap kali seseorang membaca l
ilha illallh, qalbunya harus bersih dari segala sesuatu selain Allah. Jika
masih ada, ia harus segera melenyapkannya. Jika ketika berzikir qalbunya
masih menoleh pada sesuatu selain Allah berarti ia telah memosisikan
sesuatu selain Allah itu sebagai tuhan bagi dirinya
tuhankan hawa nafsunya. (al-Furqan [25]: 43).
Janganlah kamu membuat tuhan selain Allah. (al-Isra [17]: 22).
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai Bani Adam agar
kamu tidak menyembah setan. (Yasin [36]: 60).
Dalam hadis, Rasul s.a.w. juga bersabda: Sungguh rugi hamba dinar dan
sungguh rugi hamba dirham. Dinar dan dirham tidaklah disembah dengan cara
rukuk dan sujud kepadanya, tetapi dengan adanya perhatian qalbu kepada dinar
dan dirham itu. L ilha illallh baru bermakna kalau diucapkan sambil
membersihkan qalbu dari segala sesuatu selain Allah. Orang yang mengisi
qalbunya dengan gambaran dunia meskipun membaca kalimat tersebut seribu
kali, takkan mampu merasakan getaran apa-apa. Namun, bila kalbu tersebut

telah kosong dari hal-hal selain Allah, meskipun hanya membaca kata Allah satu
kali saja, ia akan menemukan kelezatan yang tak bisa digambarkan oleh lisan
manusia.
Dulu ia kalangan Bani Israel ada seorang budak hitam yang setiap kali ia
membaca l ilha illallh tubuhnya dari kepala hingga kaki berubah
berwarna putih. Demikianlah, ketika seorang hamba merealisasikan kalimat l
ilha illallh secara benar, qalbunya akan berada dalam kondisi yang tak bisa
diekspresikan lisan dan tak mampu diungkapkan perasaan. Meskipun sangat
ringkas, l ilha illallh adalah kunci pembuka hakikat qalbu selain akan
mengangkat derajat para salikke alam gaib.
Ada yang memilih untuk membaca zikir di atas dengan cara disambung
sehingga seolah-olah menjadi satu kata tanpa tersusupi oleh sesuatu dari luar
ataupun lintasan pikiran dengan maksud agar setan tiak sempat masuk. Cara
membaca zikir seperti ini dipilih dengan melihat kondisi salik yang masih
lemah dalam mendaki jalan spiritual akibat belum terbiasa. Selain terutama
karena ia masih tergolong pemula. Menurut para ulama, ini adalah cara tercepat
untuk membuka qalbu dan mendekatkan diri pada Allah.
Menurut sebagian ulama yang lain, memanjangkan bacaan l ilha illallh lebih
baik dan lebih disukai. Karena, pada saat dipanjangkan, dalam benaknya
muncul semua sekutu Tuhan. Namun, kemudian, semua itu ditiadakan seraya
diikuti dengan membaca l ilha illallh. Dengan demikian, cara ini lebih dekat
kepada sikap ikhlas sebab ia tidak mengakui keberadaan tuhan-tuhan.
Sebagian lagi berpendapat sebaliknya. Menurut mereka, tidak membaca panjang
lebih utama. Sebab, bisa jadi kematian datang di saat sedang membaca l ilha
(tidak ada tuhan), sebelum sampai pada kata illallh (kecuali Allah).
Sementara menurut yang lain, bila kalimat tersebut dibaca dengan tujuan untuk
berpindah dari wilayah kekufuran menuju iman, maka tidak membaca panjang
lebih utama agar ia lebih cepat berpindah kepada iman. Namun, kalau ia berada
dalam kondisi iman, membaca secara panjang lebih utama dengan alasan yang
telah disebutkan.
Adapun adab selanjutnya adalah ketika sang salik sengaja diam secara tenang
dengan kondisi qalbu yang hadir seraya menunggu datangnya limpahan karunia
zikir berupa kondisi ghaibah (kondisi saat pezikir gaib dari zikir dari dirinya).

Kondisi itu diperoleh di penghujung aktivitas zikir. Ia juga disebut dengan


kondisi naumah. Jika Allah mengirim angin untuk menebar rahmat-Nya berupa
hujan, Allah juga mengirim angin zikir untuk menebar rahmat-Nya yang mulia
berupa sesuatu yang bisa menyuburkan qalbu dalam sesaat saja. Padahal, itu tak
bisa dicapai meskipun lewat perjuangan spiritual dan latihan jiwa selama tiga
puluh tahun lamanya. Adab-adab ini harus dimiliki oleh seorang pezikir yang
dalam kondisi sadar dan bisa memilih.
Sedangkan bagi pezikir yang kehilangan pilihan karena tidak sadar bersamaan
dengan masuknya limpahan zikir dan rahasia ke dalam dirinya, lisannya bisa
jadi mengucapkan kata Allh, Allh, atau Huwa, Huwa, Huwa, Huwa, atau l,
l, l, l, atau Ah, Ah, Ah, atau suara yang tak jelas. Ia hanya menyerah pada
apa yang masuk. Setelah selesai, ia akan kembali berada dalam kondisi diam
dan tenang.
Semua adab di atas diperlukan oleh mereka yang akan melakukan zikir lisan.
Adapun zikir qalbu tidak membutuhkan adab-adab semacam itu.
7.Miftah-ul-Falah: Manfaat Zikir
MAKNA ZIKIR
Mengapa Perlu Mengingat Allah (Berzikir).
1
Bila ingin mengetahui manfaat zikir, lihatlah pada nas-nas yang membahasnya,
yang sangat banyak jumlahnya. Para imam juga menyebutkan berbagai
manfaatnya. Baiklah, saya akan sebut beberapa yang terlintas dalam benak saya.
Di antaranya:
1. Mengusir, menangkal, dan menghancurkan setan.
2. Membuat ridha ar-Rahman dan mendatangkan murka setan.
3. Menghilangkan segala kerisauan dan kegelisahan serta mendatangkan
kegembiraan dan kesenangan.
4. Melenyapkan segala keburukan.
5. Memperkuat qalbu dan badan.

6. Memperbaiki apa yang tersembunyi dan yang kelihatan.


7. Membuat qalbu dan wajah menjadi bersinar terang.
8. Mempermudah datangnya rezeki.
9. Mendatangkan wibawa dan ketenangan pada pelakunya.
10.Mengilhamkan kebenaran dan sikap istiqmah dalam setiap urusan.
11.Memunculkan sikap murqabah (merasa diawasi Allah) yang
mengantarkan pada kondisi ihsn. Yaitu, kondisi saat hamba menyembah
Allah dalam keadaan seolah-olah melihat-Nya.
12.Memunculkan keinginan untuk kembali pada Tuhan. Siapa yang banyak
mengingat-Nya, itu akan membuatnya kembali kepada Tuhan dalam
setiap persoalan.
13.Membuat si pezikir dekat kepada Tuhan.
14.Membuka pintu makrifat dalam qalbu.
15.Menambah penghormatan dan rasa takut kepada Tuhan.
16.Mendatangkan sesuatu yang paling mulia dan paling agung yang dengan
itu qalbu manusia menjadi hidup seperti hidupnya tanaman karena hujan.
Zikir adalah makanan rohani sebagaimana nutrisi adalah makanan tubuh.
Ia juga merupakan perangkat yang membuat qalbu bersih dari karat
berupa lalai dan mengikuti hawa nafsu.
17.Menjadi lampu penerang bagi pikiran yang memberi petunjuk dalam
kegelapan.
18.Menghapus dosa dan kesalahan. Sebab, setiap amal kebaikan akan
menghapus kesalahan.
19.Melenyapkan kenestapaan yang diakibatkan oleh adanya jarak antara
Tuhan dan hamba yang lalai.
20.Tasbih, takbir, tahlil dan tamjid yang dibaca oleh seorang hamba akan
mengangkat derajat pelakunya di tengah-tengah Arasy yang mulia.
Sebab, semua ibadah pada hari kiamat nanti akan berpisah kecuali zikir,
tauhid, dan pujian kepada-Nya.

21.Siapa yang di saat lapang mendekat kepada Allah dengan berzikir


kepada-Nya, Allah pun akan mendekat kepada orang tersebut di saat sulit
dengan memberikan karunia-Nya. Dalam atsar disebutkan bahwa ketika
seorang hamba yang taat dan tekun berzikir kepada Allah berada dalam
kesulitan atau ketika ia meminta kebutuhannya pada Allah, maka para
malaikat berkata: Wahai Tuhan, ini suara yang makruf (sudah dikenal)
berasal dari hamba yang makruf. Sementara, ketika hamba yang
berpaling dari Allah berdoa atau meminta kepada-Nya, malaikat berkata:
Wahai Tuhan, ini adalah suara yang munkar (tak dikenal) berasal dari
suara yang munkar. Juga disebutkan bahwa tidak ada amal perbuatan
yang lebih bisa menyelamatkan seseorang dari siksa Allah daripada zikir.
22.Zikir juga menjadi penyebab turunnya sakinah (ketenangan), penyebab
adanya naungan para malaikat, penyebab turunnya mereka atas seorang
hamba, serta penyebab datangnya limpahan rahmat. Itulah nikmat yang
paling besar bagi seorang hamba.
23.Menghalangi lisan seorang hamba untuk melakukan gibah, berkata dusta,
dan melakukan kebatilan lainnya.
24.Orang yang berzikir akan membuat teman duduknya tenteram dan
bahagia.
25.Majelis zikir tidak akan membuatnya menyesal dan merugi pada hari
kiamat nanti.
26.Zikir yang disertai tangis dan ratapan merupakan penyebab bagi
seseorang untuk mendapatkan naungan Arasy di hari pembalasan.
27.Siapa yang sibuk berzikir kepada Allah sehingga lupa meminta akan
diberi sesuatu yang lebih baik dari yang diberikan kepada mereka yang
meminta. Selain itu, ia akan selalu diberi kemudahan.
28.Gerakan zikir atas lisan merupakan gerakan yang paling ringan bagi
manusia.
29.Zikir merupakan tanaman surga. Seperti yang disebutkan dalam hadishadis hasan:
Tanah surga itu subur dan airnya segar. Ia berupa lembah dan yang
menjadi tanamannya adalah subhnallh wal-hamdu lillh wa l ilha
illallhu wallhu akbar.

1. Zikir menyebabkan seseorang terbebas dari api neraka dan selamat dari
lupa, baik di dunia maupun di akhirat. Dalilnya adalah firman Allah:
Ingatlah pada-Ku, pasti Aku ingat padamu.
Lupanya Allah pada seorang hamba akan membuat hamba tersebut lupa pada
dirinya sendiri. Itulah puncak dari segala keburukan.
1. Menjadi cahaya bagi seorang hamba, baik ketika berada di dunia, di alam
kubur, ketika dibangkitkan, maupun ketika dikumpulkan kelak.
2. Zikir adalah puncak segala suara, pintu untuk sampai kepada Allah, dan
kekuatan yang menghancurkan hawa nafsu. Manakala zikir sudah
tertancap kuat di dalam qalbu sementara lisan menjadi pengikutnya,
ketika itulah pezikir menjadi kaya, terhormat, dan mulia. Sementara
hamba yang lalai, kalaupun kaya akan menjadi fakir, dan kalaupun
berkuasa akan menjadi hina nestapa.
3. Orang yang berzikir akan diteguhkan qalbunya, dikuatkan tekadnya,
dijauhkan dari kesedihan, dari kesalahan, dari setan dan tentaranya.
Selain itu, qalbunya akan didekatkan kepada akhirat dan dijauhkan dari
dunia.
4. Zikir adalah laksana pohon berbuah makrifat. Ia adalah modal setiap
orang arif (yang mengenal Allah).
5. Allah pun bersama mereka yang berzikir dengan menganugerahkan
kedekatan, kekuasaan, cinta, taufik, perlindungan-Nya.
6. Nilai zikir sama dengan membebaskan budak, berjihad, mati di jalan
Allah, dan berinfak.
7. Zikir adalah puncak, pangkal, dan pondasi syukur.
8. Siapa yang lidahnya selalu basah dengan zikir serta senantiasa menjaga
larangan dan perintah-Nya, maka ia berhak masuk surga, tempat para
kekasih dan orang-orang yang dekat dengan-Nya. Karena, orang yang
paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Ia akan masuk
surga dalam keadaan tertawa dan tersenyum bahagia.
9. Zikir bisa menghilangkan sifat keras dalam qalbu dan melunakkannya.

10.Apabila kelalaian merupakan penyakit, zikir merupakan obat baginya.


Ada ungkapan: Jika kami sakit, kami berobat dengan zikir, Namun
kadangkala kami lalai, hingga ia pun kambuh kembali.
11.Zikir adalah sebab dan faktor utama yang membuat Allah menolong
hamba-Nya. Sebaliknya, lalai adalah sebab dan faktor utama yang
membuat Allah memusuhi hamba-Nya.
12.Menangkal dan menolak segala bencana. Sebaliknya,
mendatangkan nikmat dan semua yang bermanfaat.

ia

bisa

13.Mempererat hubungan dengan Allah dan para malaikat-Nya yang mulia


sehingga seorang hamba bisa keluar dari kegelapan menuju cahaya, serta
masuk ke dalam tempat kedamaian (surga).
14.Majelis-majelis zikir merupakan taman surga. Bermain-main dalam
taman surga tersebut tentu saja membuat Allah ridha.
15.Allah membanggakan para pezikir di hadapan para malaikat di langit.
16.Kedudukan zikir dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya lebih tinggi
dan lebih mulia.
17.Manusia yang paling utama adalah yang paling banyak berzikir kepada
Allah dalam setiap keadaan.
18.Menggantikan kedudukan semua amal, entah yang terkait dengan harta
atau tidak.
19.Memperkuat organ-organ anggota badan.
20.Memudahkan pelaksanaan amal saleh, mempermudah urusan yang pelik,
membuka pintu yang terkunci, serta meringankan kesulitan.
21.Memberi rasa aman kepada mereka yang takut sekaligus menjauhkan
bencana.
22.Hamba yang berzikir dalam berlomba akan sampai lebih cepat.
Bagaimana menurutmu seandainya engkau berada di tanah berpasir,
apakah kuda yang akan kau naiki atau keledai.
23.Zikir menjadi sebab seseorang diakui sebagai hamba-Nya. Sebab, ia telah
menyebutkan keagungan, keindahan, dan pujian untuk-Nya.

24.Tempat tinggal di surga dibangun dengan zikir. Sementara orang yang


lalai tak bisa membangun apa-apa di dalamnya.
25.Zikir adalah penghalang antara seorang hamba dan api neraka. Jika
hamba tersebut berzikir secara kontinyu, penghalang tersebut akan
menjadi baik dan kukuh. Jika tidak ia akan menjadi lemah dan rapuh.
26.Zikir adalah api yang aktif bekerja. Jika ia masuk ke dalam sebuah
rumah, ia akan memusnahkan semua yang ada di dalamnya serta
melenyapkan sisa-sisa makanan yang berlebih, entah karena kekenyangan
atau karena mengonsumsi barang haram. Ia juga akan menghilangkan
kegelapan sekaligus memantulkan cahaya yang bersinar terang.
27.Malaikat memintakan ampunan bagi seorang hamba yang tekun berzikir
dan memuji-Nya.
28.Bumi dan gunung berbangga dengan para penghuni di atasnya yang
berzikir kepada Allah.
29.Zikir adalah ciri seorang mukmin yang bersyukur. Adapun orang munafik
jarang sekali ia melakukan zikir. Mereka yang lalai berzikir karena harta
dan anak-anaknya, sangatlah merugi.
30.Orang yang berzikir akan mendapatkan kenikmatan yang jauh lebih lezat
daripada kenikmatan makanan dan minuman.
31.Wajah dan qalbu orang yang berzikir di dunia ini diliputi oleh cahaya dan
kesenangan. Sementara di akhirat nanti, wajahnya jauh lebih putih dan
bersinar daripada bulan.
32.Bumi akan menjadi saksi atas orang yang berzikir sebagaimana ia
menjadi saksi atas orang-orang yang bermaksiat dan orang-orang yang
taat.
33.Zikir bisa mengangkat derajat hamba kepada kedudukan yang paling
tinggi.
34.Orang yang berzikir akan tetap hidup walaupun telah mati. Sebaliknya,
orang yang lalai walaupun masih hidup sebetulnya ia tergolong mati.
35.Zikir menghilangkan rasa dahaga di saat kematian tiba sekaligus
memberikan rasa aman dari segala kecemasan.

36.Pezikir yang berada di tengah-tengah orang lalai seperti rumah gelap


yang di dalamnya ada lampu. Orang lalai seperti malam gelap gulita yang
tak pernah sampai ke pagi.
37.Perzikir yang terlalaikan oleh sesuatu bisa mendapatkan hukuman. Hal ini
sama seperti orang yang duduk bersama raja tanpa adab, ia bisa binasa.
38.Sesaat saja menghadirkan qalbu dalam zikir akan melindungi diri dari
maksiat. Walaupun perlindungan tersebut sedikit namun mempunyai
manfaat yang sangat besar.
8.Miftah-ul-Falah: Manfaat Zikir Bagi Para Murid
MAKNA ZIKIR
Mengapa Perlu Mengingat Allah (Berzikir).
1
Ketahuilah bahwa berzikir dengan membaca al-asm-ul-hasn (nama-nama
Allah yang mulia) merupakan obat bagi beberapa penyakit qalbu sekaligus
sarana bagi para salik untuk sampai ke hadirat Allah, Dzat Yang Maha
Mengetahui semua yang gaib. Tentu, obat tersebut baru dipakai kalau dipandang
bermanfaat mengobati penyakit yang ada. Misalnya nama al-Muth (Yang
Maha Memberi). Nama tersebut sangat bermanfaat untuk penyakit qalbu
tertentu, sementara nama an-Nfi (Yang Menganugerahkan manfaat) belum
dibutuhkan di dalamnya. Demikian seterusnya.
Kaidahnya, setiap pezikir hendaknya berzikir dengan sesuatu yang maknanya
memberikan pengaruh tertentu kepada qalbu sehingga makna zikir tersebut
melekat kuat dan menjadi karakternya. Kecuali, nama-nama Allah yang
mengarah pada makna balasan/dendam. Sebab, nama-nama tersebut
dimaksudkan agar qalbu manusia menjadi takut.
Berzikir dengan nama Allah, ash-Shdiq (Yang Maha Benar), bagi mereka yang
masih terhijab, akan memantulkan kebenaran lisan. Sementara bagi kaum sufi,
akan memantulkan kebenaran qalbu dan pencapaian hakikat.
Nama Allah al-Hd (Yang Memberi Petunjuk) berguna di saat berkhalwat. Ia
bermanfaat untuk melenyapkan perselisihan dan kelalaian. Siapa yang meminta
permohonan kepada Allah, tapi pertolongan tersebut dirasakannya belum juga
muncul, maka sebetulnya permintaan yang kontinu itulah yang Allah inginkan
dari orang tersebut.

Nama al-Bits (Yang Membangkitkan) sangat tepat untuk diingat oleh mereka
yang alpa, tetapi tidak tepat untuk mereka yang ingin kaya.
Nama al-Afuw (Yang Maha Pemaaf) cocok untuk menjadi zikirnya kalangan
awam sebab mengingatnya bisa memperbaiki kondisi mereka. Tetapi, ia tidak
pantas untuk menjadi zikirnya para salik karena di dalamnya masih terdapat
ingatan terhadap dosa. Sementara, zikir para salik tidak lagi terkait dengan
urusan dosa bahkan tak terkait dengan urusan pahala. Namun, apabila ia
menjadi zikirnya kalangan awam, hal itu baik untuk mereka.
Nama al-Maul (Tuan Yang Menolong dan Membela) sangat tepat bagi para
hamba karena sesuai dengan kondisi dan kedudukan mereka.
Nama al-Muhsin (Yang Memberi Karunia) sangat sesuai bagi kalangan awam
untuk mencapai derajat tawakal. Berzikir dengan nama tersebut akan
mendatangkan kedamaian dan kelapangan. Selain itu, ia juga bisa
menghilangkan kecemasan murid saat menghadapi dunia Tuhan.
Nama al-Allm (Yang Maha Mengetahui) ketika diingat akan menyadarkna
seseorang dari kelalaian, menghadirkan kalbu bersama Tuhan, serta
mengajarkan adab dan perasaan muraqabah. Ia memicu perasaan suka cita (uns)
bagi mereka yang ahli estetika, dan menanamkan rasa cemas bagi mereka yang
masuk ke dunia Tuhan.
Nama al-Ghfir (Yang Mengampuni) layak dibacakan kepada para murid awam
sebab mereka adalah orang-orang yang takut terhadap adanya hukuman dosa.
Adapun bagi orang-orang yang sudah mencapai kedudukan hadir bersama
Tuhan, mengingat pengampunan dosa hanya akan mendatangkan perasaan
jemu. Demikian pula mengingat kebaikan dan pahala, ia hanya akan
menimbulkan kedunguan. Karena, akan muncul dalam jiwa perasaan seolah
telah berjasa kepada Allah lewat pengabdian mereka ketika melakukan amal
ketaatan.
Nama al-Matn (Yang Maha Kukuh) berbahaya bagi mereka yang tengah
berkhalwat. Sebaliknya, ia sangat bermanfaat bagi orang-orang yang
mempermainkan agama. Dengan terus-menerus mengingat nama tersebut
mereka akan dibawa kepada sikap tunduk dan khusyuk.
Nama al-Ghan (Yang Maha Kaya) sangat bermanfaat bagi orang yang
senantiasa ingin beribadah, tapi belum mampu melakukannya.
Nama al-Hasb (Yang Mencukupi) akan membawa pezikirnya kepada derajat
tajrd (selalu ibadah) walaupun sebelumnya ia sibuk dengan pencarian dunia).
Sebab, ia merasa cukup dengan Allah sebagai Dzat Yang Mencukupi segalanya.

Nama al-Muqt (Yang Kuasa Memberi Rezeki) kalau dijadikan zikir akan
mengantar seorang hamba untuk selalu beribadah serta memunculkan sikap
tawakal.
Nama Dzul-Jall (Yang Memiliki Keagungan) sangat tepat untuk berkhalwat
bagi mereka yang lalai.
Nama al-Khliq (Yang Maha Pencipta) adalah zikirnya para ahli ibadah sesuai
dengan ilmu mereka yang mengantarkan pada amal saleh. Namun, berzikir
dengan nama ini tidak cocok bagi mereka yang akan memasuki kondisi
kesendirian bersama Tuhan. Sebab, hal itu akan menjauhkan mereka dari
makrifat dan mendekatkan mereka kepada keruwetan ilmu.
Nama al-Mashawwir (Yang Membuat Bentuk) termasuk zikirnya para hamba.
Nama al-Alm (Yang Mengetahui) termasuk zikirnya para hamba dan sangat
tepat bagi para salik pemula. Di balik nama tersebut ada peringantan untuk
selalu muraqabah (merasa diawasi Tuhan) sehingga dengan itu muncul rasa
takut dan harap.
Nama ar-Raqb (Yang Mengawasi) apabila diingat oleh orang-orang yang lalai
akan membuat mereka sadar. Sementara apabila diingat oleh para ahli ibadah
akan membuat mereka terbebas dari sifat riya. Demikian pula dengan para ahli
makrifat, mereka hanya membutuhkan zikir yang membuat mereka hadir
bersama Tuhan. Ada sebagian syekh yang mengajarkan muridnya untuk
mengucapkan beberapa ungkapan seperti Allah bersamaku, Allah melihatku.
Para syekh menyuruh para murid untuk senantiasa mengucapkan ungkapan
tersebut baik dengan lisan maupun dengan qalbu untuk mengobati qalbu
tersebut dari penyakit lalai dan alpa. Berzikir dengan makna nama ar-Raqb
akan membuat mereka tersadarkan sehingga mereka bisa hadir bersama Allah
dengan penuh adab. Itulah kondisi para ahli ibadah qalbiyah (ibadah yang
terkait dengan qalbu). Yang lebih sempurna adalah rijal-ul-anfas, yaitu orangorang yang pada setiap kali tarikan nafas, qalbu mereka hadir bersama Allah.
Mereka tidak menarik nafas kecuali dalam keadaan hadir bersama-Nya. Ini
adalah tingkatan yang sulit bagi mereka yang masih terhijab karena tidak sesuai
dengan berbagai kebiasaan manusia pada umumnya.
Nama al-Wafy (Yang Memenuhi dan Mencukupi) adalah zikirnya para
kalangan mutawassith (menengah). Berzikir dengan nama tersebut di saat
berkhalwat akan menyebabkan seseorang mempunyai kesiapan menerima
segala takdir-Nya.
Nama al-Majd (Yang Agung sekaligus Mulia) tidak tepat untuk dibaca dalam
khalwat para pemula. Namun, mereka yang berada di tingkat menengah harus

berzikir dengannya pada saat tajall (penampakan al-Haqq dalam dirinya).


Berzikir dengan menyebut nama tersebut bisa melenyapkan segala problem.
Nama al-Wadd (Yang Maha Kasih) bermakna kasih kepada segala ciptaanNya. Jika nama tersebut diingat oleh mereka yang sedang berkhalwat, mereka
akan menjadi dekat dan cinta kepada Allah.
Nama al-Mannn (Yang Memberi segala kebaikan) jika diingat saat berkhalwat
akan sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin menghilangkan bisikan
nafsunya.
Nama al-Hannn (Yang Maha Mengasihi) jika diingat akan memperkuat
kedekatananya kepada Allah hingga sampai pada tahap cinta kepada-Nya.
Nama al-Barr (Yang Maha Dermawan) menanamkan al-uns (rasa suka cita
kepada Allah) sehingga sebagian dari hijab-Nya akan tersingkap.
Nama azh-Zhhir (Yang Maha Nyata) jika diingat akan bermanfaat dalam
meniti perjalanan yang kedua.
Nama al-Fliq (Yang Membelah) apabila dijadikan zikir pada saat berkhalwat
akan sangat bermanfaat bagi al-mutakhalli (yang sedang melakukan
pembersihan diri dari sifat-sifat tercela).
Nama al-Lathf (Yang Maha Lembut) memiliki makna kasih sayang. Berzikir
dengan nama tersebut pada saat berkhalwat sangat bermanfaat untuk
melembutkan hati. Adapun mereka yang sudah sampai pada tingkat
musyhadah, dengan zikir tersebut akan bertambah bisa menyaksikan sesuatu
yang tak bisa disaksikan orang lain.
Nama an-Nr (Yang Maha Bercahaya) bagi yang sedang berkhalwat akan
segera mengantarkan mereka pada tersingkapnya hijab. Sebab, biasanya ia
datang secara bertahap. Jarang sekali seorang hamba mendapatkan
ketersingkapan hijab secara sempurna.
Nama al-Writs (Yang Maha Mewarisi) sangat sesuai bagi mereka yang sudah
mencapai tingkat makrifat sebagai landasan untuk masuk ke tahap fana mutlak.
al-Muth (Yang Maha Memberi) nama yang paling cepat mengantarkan
seorang salik untuk mencapai tersingkapnya tirai kegaiban. Namun,
ketersingkapan tersebut masih sangat lemah.

Nama al-Ftiq (Yang Meretas) menjadi zikirnya mereka yang sudah sampai
pada tingkat makrifat. Nama tersebut tidak tepat untuk menjadi zikirnya para
pemula.
Nama asy-Syakr (Yang Maha Menerima Syukur) hanya tepat menjadi zikirnya
mereka yang sudah mencapai jenjang wushul (sampai pada Allah).
Nama Dzuth-Thaul (Yang Mempunyai Karunia) mengingatkan kita pada
karunia Allah seperti Islm, kemudian mn selanjutnya Ihsn, saknah,
istiqmah, makrifat, al-waqfah (diam bersama-Nya), at-tahqq (penentuan
hakikat) dengan kedudukan-kedudukan tertentu, dan yang terakhir adalah
khilfah. Nama tersebut paling cepat membuka jalan bagi seorang hamba untuk
sampai pada tersingkapnya hijab. Demikian pula dengan nama al-Fatth (Yang
Maha Pembuka).
Nama al-Jabbr (Yang Kehendak-Nya tak dapat diingkari) dibacakan di saat
berkhalwat kepada mereka yagn masih lemah dan dikhawatirkan terjerumus
dalam kesenangan yang bisa menghalangi mereka dari merasakan kehadiran
Allah. Berzikir dengan nama tersebut akan membuat mereka istiqamah dalam
suluk-Nya.
Nama al-Mutakabbir (Yang Memiliki Kebesaran) dan nama yang lainnya
diingat di saat berkhalwat agar seorang hamba yang mendapatkan hamparan
karunia Allah bisa tetap merasakan keagungan-Nya.
Nama al-Qdir (Yang Maha Kuasa) akan sangat bermanfaat bagi mereka yang
tak percaya terhadap sesuatu yang luar biasa. Jika pada saat berkhalwat mereka
berzikir dengan nama tersebut, Allah akan memberi karunia kepada mereka
berupa pengakuan terhadap kebenarannya.
Nama al-Qdh (Yang Menetapkan) berarti Dzat yang semua hukum-Nya harus
dipatuhi. Orang yang berzikir dengan nama tersebut ketika sedang berada
dalam keraguan akan Allah beri ketetapan dalam jiwanya untuk menyaksikan
al-Haqq.
Nama al-Qawy (Yang Maha Kuat) sangat bermanfaat bagi mereka yang sedang
sakit, terlupa, lemah dalam berzikir, atau sedang dalam kerisauan sebab ia bisa
menguatkan mereka. Terutama bagi para penguasa dan para tiran, jika nama
tersebut senantiasa mereka ingat, hal itu akan membuat mereka kembali tunduk
pada al-Haqq.
Nama al-Hfizh (Yang Menjaga) khususnya mempunyai arti menjaga kondisi
yang ada. Ia tepat menjadi zikirnya orang-orang yang takut keapda makar dan
tipu daya.

Nama al-Mukrim (Yang Memuliakan) sangat tepat bagi seorang syekh untuk
memerintahkan muridnya membaca zikir tersebut manakala ia merasa dirinya
hina dan rendah.
Nama al-Mudabbir (Yang Mengatur segala urusan) hanya tepat dijadikan zikir
oleh seorang salik ketika ia dikhawatirkan oleh sang syekh akan terkalahkan
oleh kondisi tauhid.
Nama al-Kabr (Yang Besar). Sangat tepat jika sang syekh menyuruh muridnya
berzikir dengan nama tersebut ketika ia mencapai tingkat yang sudah dekat
kepada Allah sementara dikhawatirkan si murid berada dalam kondisi cemas
darinya.
Nama al-Mutal (Yang Mengungguli semua yang tinggi) sama seperti al-Kabir.
Ia berguna untuk menolong kondisi cemas seorang salik ketika akan berada
dalam kondisi tajalli. Ketika nama tersebut diingat, ia akan kembali kepada
kesadarannya.
Nama al-Muqtadir (Yang Maha Menentukan) menjadi zikirnya mereka yang
ingin menyaksikan berbagai karamah (sesuatu yang luar biasa).
Nama al-Fal (Yang Maha Berbuat) berguna bagi mereka yang menginginkan
kekuasaan dan karamah.
Nama al-Mud (Yang Menggembalikan) dibacakan oleh sang Syekh kepada
murid yang ingin dihijab saat dikhawatirkan mengalami kecemasan akibat
tersingkapnya rahasia Tuhan.
Nama al-Bthin (Yang Maha Tersembunyi) menjadi zikirnya para salik yang
berada dalam kondisi menyaksikan manifestasi Allah sedang dikhawatirkan ia
akan berada dalam situasi cemas. Seorang Syekh juga membacakan nama
tersebut kepada mereka yang sudah mencapai kedekatan dengan Allah.
Nama al-Qudds (Yang Maha Suci-Murni) sangat sesuai untuk dibaca oleh
mereka yang ketika sedang berkhalwat terbersit dalam benakbya pikiran-pikiran
seperti yang dimiliki oleh kalangan ahli tajsm (yang mengatakan bahwa Allah
memiliki jasad), ahli tasybih (yang menyerupakan Allah dengan makhluk), atau
golongan yang berkeyakinan sama. Berzikir dengan nama tersebut sangat
berguna bagi mereka. Akan tetapi, seorang syekh hendaknya tidak menyuruh
selain mereka untuk berzikir dengan nama tersebut, terutama yang akidahnya
berpaham Asyariyyah. Sebagai gantinya, mereka bisa membaca nama al-Qarb,
ar-Raqb, al-Wadd, dan nama-nama lainnya yang serupa.

Nama al-Mumtahin (Yang Menguji) dipergunakan maknanya oleh para syekh


dalam menguji kesiapan para muridnya. Dengan demikian para syekh
mengenali jalan mana yang akan ditempuh bersama mereka untuk menuju
kepada Allah. Para Syekh tidak membacakan nama tersebut di saat berkhalwat
kecuali kepada orang yang mendapat musibah. Hal itu akan mengingatkan
orang tersebut kepada Tuhannya.
Agar Lebih Mudah Untuk Dibaca Bab Tentang Dzikir Dari Buku Zikir
Penenteram Hati Dibagi Beberapa Bagian:
Makna dan Macam Zikir

-Manfaat Zikir Bagi Para Murid

-Zikir Khalwat
Antara Zikir dan Membaca al-Quran
9.Miftah-ul-Falah: Memilih Zikir
BAGIAN SATU
MAKNA ZIKIR
Mengapa Perlu Mengingat Allah (Berzikir).
1

Ada di antara ulama yang memilih kalimat L ilha illallh, Muhammad-urraslullh baik di awal maupun di akhir. Ada lagi yang pada permulaannya
melihat kalimat L ilha illallh tetapi di akhir cukup membaca lafal Allh.
Inilah kelompok yang terbanyak. Lalu ada kelompok yang memilih untuk
membaca lafal Allh, Allh saja. Dan ada pula yang mengucapkan lafal Huwa.
Kelompok yang pertama berargumen bahwa iman hanya sah dan diterima
apabila pengakuan terhadap risalah disambung dengan pengakuan terhadap
keesaan Allah. Barang kali ada yang berpendapat bahwa kedua pengakuan
tersebut hanya diucapkan ketika seseorang belum memiliki iman yang kuat.
Sehingga, ketika iman sudah tertanam dan kukuh, kedua pengakuan tersebut
semestinya dipisah. Pendapat ini mereka jawab sebagai berikut.
Apabila pemisahan antara kedua pengakuan tersebut tidak diperbolehkan di
awal, apalagi di akhir. Karena itu, azan sebagai syiar Islam baru menjadi sah
dan benar kalau di dalamnya kedua pengakuan tersebut digabungkan.
Sebagaimana azan tidak pernah berubah dari keadaannya semula, yaitu dengan
senantiasa menggabungkan antara pengakuan terhadap keesaan Allah dan
pengakuan terhadap Rasul, demikian pula dengan seorang mukmin. Keimanan
seorang mukmin barulah benar setelah ia menggabungkan antara dua hal asasi
tersebut. Keduanya tak boleh dipisah. Allah berfirman:
Dengan (perumpamaan) itu Allah menyesatkan banyak orang dan dengan
itu pula banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Tidak ada orang yang
disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. Yaitu, orang-orang yang
melanggar perjanjian Allah setelah perjanjian itu dibuat dengan teguh dan
memutuskan perkara apa yang Allah perintahkan untuk dihubungkan. (alBaqarah [2]: 26-27).
Sebagian ahli tafsir menegaskan, maksud dari ayat tersebut adalah Allah
menyuruh menghubungkan antara zikir kepada Nabi-Nya dan zikir kepada-Nya.
Maka siapa yang memutuskan antara keduanya berarti telah memutuskan apa
yang Allah perintahkan untuk disambung. Dan siapa yang berbuat hal tersebut
berarti telah termasuk mereka yang mengalami kerugian.
Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman:
Dan Kami tinggikan untukmu sebutanmu (wahai Muhammad). (alInsyirah [94]: 4).
Menurut sebagian ahli tafsir, makna dari ayat di atas adalah Tidaklah aku
disebut kecuali engkau (Muhammad) disebut bersama-Ku. Kalaupun kemudian
ada yang mengaku dalam kedudukan fana di mana ia tidak menyaksikan sesuatu
selain Allah sehingga hanya berzikir menyebut nama-Nya, dijawab oleh

kelompok ini bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq saja ketika membawa seluruh harta
kepada Nabi s.a.w., lalu ditanya oleh beliau: Apa yang kau tinggalkan untuk
keluargamu? ia menjawab: Allah dan Rasul-Nya. Abu Bakar tidak menyebut
Allah saja. Namun, beliau menggabungkan antara keduanya (Allah dan Rasul).
Hal yang sama berlaku dalam lari kecil ketika tawaf. Lari kecil itu disyariatkan
karena suatu sebab. Namun, ketika sebab tersebut tidak ada, lari kecil itu tetap
disyariatkan.
Yang kedua adalah berzikir dengan L ilha illallh (tiada tuhan selain Allah).
Dalilnya adalah firman Allah:
Ketahuilah bahwa tiada tuhan selain Allah.
Selain itu, Nabi s.a.w. pernah bersabda:
Sebaik-baik yang diucapkan olehku dan oleh para nabi sebelumku adalah
kalimat L ilha illallh.
Pernyataan tersebut mengandung pengingkaran terhadap semua
Nabi s.a.w. pernah bersabda: Sebaik-baik yang diucapkan olehku dan oleh
para nabi sebelumku adalah kalimat L ilha illallh.
tuhan selain Allah sekaligus menetapkan-Nya sebagai Tuhan semesta alam.
Dalam setiap ibadah pasti terkandung makna L ilha illallh. Dalam bersuci
misalnya, kita menghilangkan najis yang ada sekaligus menetapkan kesucian.
Zakat juga melenyapkan rasa cinta pada harta sekaligus menetapkan kecintaan
pada Allah, menunjukkan ketidakrakusan terhadap dunia, serta menampakkan
rasa butuh kepada-Nya.
Selain itu, kalbu manusia umumnya terisi oleh sesuatu selain Allah. Karena itu,
harus ada ungkapan penafian yang menafikan semua kepalsuan. Jika qalbu
terlah kosong, diletakkanlah ke dalamnya mimbar tauhid guna diduduki oleh
kekuasaan makrifat. Tentu, yang diletakkan adalah sesuatu yang paling utama,
paling luas manfaatnya, dan paling berbobot sebab ia harus bisa menandingi
banyak rival. Kekuatannya harus bisa menandingi semua lawan. Oleh karena
itu, Nabi s.a.w. bersabda:
Sebaik-baik yang diucapkan olehku dan oleh para nabi sebelumku adalah
L ilha illallh.
Maka, berzikirlah dengan zikir paling utama yang kukuh. Ia merupakan zikir
terkuat yang memiliki cahaya paling terang dan kedudukan paling dekat.
Seorang hamba baru merasa tenteram dan menyukai ungkapan zikir tersebut

jika ia terus dipelihara dan diamalkan. Rahmat Allah bersifat menyeluruh dan
mencapai tujuan yang dikehendaki. Siapa yang membuat penafian dengan
ungkapan L ilha (tiada tuhan) ia telah membuat satu penetapan tentang
keesaan-Nya dengan ungkapan illallh (kecuali Allah).
Zikir yang ketiga adalah zikir tanzh (menyucikan Allah). Yaitu, dengan
membaca subhnallhu wa bihamdih. Zikir ini baru dibaca jika hasil dari zikir
nafy dan itsbt (L ilha illallh) sudah terlihat pada dari slik sebagaimana
akan dijelaskan nanti insy Allh.
Zikir yang keempat adalah menyebut kata Allah. Zikir ini disebut dengan zikir
mufrad sebab orang yang berzikir degnan zikir tersebut menyaksikan secara
langsung keagungan dan kebesaran Allah. Ketika itu ia berada dalam kondisi
fana. Allah berfirman:
Katakan: Allah. Kemudian biarkan mereka bermain-main dalam
kesesatan mereka. (al-Anam [6]: 91).
Diceritakan bahwa pada suatu ketika asy-Syibli ditanya oleh seseorang:
Mengapa anda mengucapkan lafal: Allh, bukan L ilha illallh? Asy-Syibli
menjawab: Sebab, Abu Bakar ash-Shiddiq memberikan semua hartanya tanpa
tersisa sedikit pun, lalu ia menghadap Nabi s.a.w. Nabi kemudian bertanya:
Apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu? Jawabnya: Allh. Karena itu
aku pun mengucapkan lafal Allh. Orang itu bertanya lagi: Ada alasan
lain? asy-Syibli berkata: Aku malu untuk berzikir dengan kalimat nafy (tiada
tuhan) di hadapannya. Padahal, segala sesuatu merupakan pancaran cahayaNya. Orang itu pun bertanya lagi: Ada alasan lain? Asy-Syibli menjawab:
Aku takut kalau meninggal dunia dalam kondisi mengingkari keberadaan
Tuhan (dalam keadaan membaca L ilha ) sebelum sempat menetapkan-Nya
(membaca illallh). Orang itu pun bertanya kembali: Ada alasan lain? Lalu
asy-Syibli menjawab: Allah berfirman kepada Nabi-Nya:
Katakan: Allh. Kemudian biarkan mereka bermain-main dalam
kesesatan mereka.
Mendengar jawaban tersebut orang itupun bangun sambil menjerit histeris.
Ketika asy-Syibli mengucapkan lafal Allh, orang itu menjerit lagi. Ketika
asy-Syibli mengucapkan lafal Allhsekali lagi, ia kembali menjerit histeris.
Lalu tak lama kemudian ia meninggal dunia. Seketika berkumpullah para karib
kerabat orang tersebut. Mereka menangkap asy-Syibli untuk menuntut balas.
Asy-Syibli akhirnya dibawa ke hadapan khalifah. Sang Khalifah kemudian
mengizinkan mereka untuk masuk. Mereka langsung saja menuntut balas
terhadap asy-Syibli. Khalifah pun bertanya kepada asy-Syibli: Bagaimana
jawabanmu? Dengan singkat asy-Syibli menjawab: Roh yang rindu,

kemudian menyaksikan, kemudian naik, lalu berteriak, setelah itu ia berseru,


kemudian mendengar, kemudian mengenal, dan akhirnya ia menjawab. Lalu apa
salahku? Mendengar hal itu, khalifah langsung berkata: Bebaskan beliau.
Jadi, menurut mereka, maksud dari zikir al-mufrad adalah Allah sebagai tujuan.
Dialah yang paling layak disebut dan diingat. Sebab:
1. Orang yang berzikir dengan mengucapkan L ilha illallh bisa jadi
meninggal dunia ketika sedang berada antara nafy dan itsbt.
2. Membaca lafal Allh saja akan sangat ringan bagi lisan dan membuat
qalbu lebih khusyu.
3. Menafikan aib dari Dzat yang mustahil memiliki aib adalah aib itu
sendiri.
4. Sibuk dengan kalimat L ilha illallh memang akan menumbuhkan sikap
mengagungkan Allah lewat menafikan selain-Nya. Hanya saja penafian
sesuatu selain Allah pada hakikatnya akan membuat qalbu sibuk dengan
sesuatu itu. Padahal, hal ini tak boleh terjadi pada mereka yang sudah
tenggelam dalam cahaya tauhid. Siapa yang berzikir dengan L ilha
illallh akan sibuk dengan sesuatu selain Allah. Sementara yang berzikir
dengan lafal Allh ia hanya sibuk dengan al-Haqq semata. Jadi, sangat
berbeda antara keduanya.
5. Menafikan sesuatu hanya diperlukan ketika sesuatu itu terlintas dalam
benak kita. Sementara sesuatu itu baru terlintas dalam benak ini apabila
kondisi qalbu sedang menurun. Adapun bagi orang-orang yang sempurna
yang dalam benak mereka tak terlintas adanya sekutu, tak perlu
memaksakan diri untuk menafikan adanya sekutu. Sebaliknya, yang
terlintas dalam benak dan pikiran mereka hanya zikir pada Allah. Jadi,
cukup bagi mereka untuk mengucapkan Allh.
6. Allah berfirman: Katakan: Allh. Kemudian biarkan mereka
bermain-main dalam kesesatan mereka. Di sini Allah memerintahkan
Nabi s.a.w. untuk berzikir menyebut lafal Allh sekaligus melarang
beliau untuk ikut serta dalam kebatilan dan permainan mereka.
Menyebutkan sekutu Allah termasuk dalam kebatilan. Karena itu, lebih
tepat untuk hanya menyebutkan lafal Allh.
Namun demikia, dalam hal ini kalangan yang memilih kalimat nafy dan istbt
(L ilha illallh) juga memberikan jawaban sebagai berikut. Dari segi makna,
kalimat nafy (L ilha) untuk membersihkan atau menyucikan, sementara
kalimat itsbt (illallh) untuk menerangi. Bisa juga dikatakan kalimat nafy

untuk membersihkan diri dari segala keburukan, sedangkan kalimat itsbt untuk
mengisinya dengan sesuatu yang mulia. Sama halnya seperti papan. Sebelum
tulisan di atasnya dibersihkan, ia tidak bisa ditulisi dengan yang lain. Qabu yang
satu ini juga tak bisa menjadi wadah bagi dua unsur sekaligus, apalagi diisi
dengan berbagai unsur. Seandainya kata Allh diucapkan seribu kali,
maknanya tetap takkan meresap ke dalam qalbu. Namun, apabila qalbu sudah
bersih dari sesuatu selain Allah, walaupun lafal Allh hanya dibaca sekali, ia
akan merasakan kenikmatan yang tak bisa diungkapkan oleh lisan.
Zikir yang kelima adalah lafal Huwa (Dia). Huwa adalah lafal isyarat. Bagi ahli
zhhir, kata tersebut tidaklah sempurna kecuali untuk suatu khabar. Misalnya
berdiri atau duduk sehingga kalimatnya menjadi Dia berdiri, Dia duduk,
dsb. Bagi mereka, kata tersebut adalah untuk memberitahukan tentang akhir
perjalanan dari sebuah penemuan hakikat. Para ahli hakikat mencukupkan diri
dengan lafal tersebut tanpa memberikan penjelasan tambahann karena mereka
sedang tenggelam dalam kedekatan dengan Allah dan qalbu mereka sedang
dikuasai oleh zikir. Tak ada sesuatu pun selain-Nya sehingga yang muncul
hanyalah isyarat kepada-Nya. Suatu ketika seorang hamba yang sedang
mabuk bersama Allah itu ditanya: Siapa namamu? Ia menjawab: Huwa.
Lalu ditanya lagi: Dari mana asalmu? Jawabnya: Huwa. Selanjutnya, ia
ditanya lagi: Dari mana kamu datang? Huwa jawabnya. Apa maksudmu
mengucapkan Huwa? Huwa jawabnya. Jadi setiap kali ditanya tentang
sesuatu, ia hanya berkata Huwa. Kemudian dikatakan padanya: Barangkali
maksudmu Allah. Seketika itu pula orang tersebut berteriak keras lalu mati.
Barangkali ada yang berkata: Anda telah menyebutkan beberapa dalil dari
masing-masing zikir di atas sehingga sepertinya tak ada zikir yang tak terbaik.
Hal ini tentu saja menimbulkan kebingunan ketika harus memilih.
Jawabannya, setiap zikir harus disesuaikan dengan waktu, situasi, dan
kondisinya. Masalah ini akan dijelaskan nanti. Al-Quran misalnya, secara
umum ia lebih baik daripada zikir. Namun, pada waktu-waktu tertentu,
membaca zikir lebih baik daripada al-Quran. Pada saat rukuk misalnya.
10.Miftah-ul-Falah: Tahapan Zikir Bagi Seorang Salik
BAGIAN
MAKNA
Mengapa
1

Perlu

Mengingat

Allah

SATU
ZIKIR
(Berzikir).

Orang yang menjaga zikir akan terpenuhi cahaya dan akan bisa menyaksikan
berbagai hal gaib. Karena itu, siapa yang berkeinginan kuat untuk memperoleh

petunjuk dan mendaki jalan makrifat, ia perlu mencari seorang syekh


(pembimbing spiritual) yang telah mencapai hakikat, yang sedang meniti jalan,
meninggalkan hawa nafsunya, serta teguh mengabdi kepada Tuhannya.
Sungguh tepat ungkapan syair:
Tak
mungkin
al-Haqq
bisa
Oleh musafir yang hawa nafsunya menjadi teman.

disaksikan,

Apabila syekh yang mempunyai kriteria tadi sudah ditemukan, hendaknya ia


mengerjakan semua perintah dan menjauhi semua larangan-Nya. Caranya
adalah dengan berzikir menyebut nama-namaNya, menghiasi diri dengan
perbuatan-perbuatan mulia, serta membersihkan diri dari semua yang tercela,
entah berupa akhlak, amal perbuatan, ataupun hawa nafsu. Selain itu, ia juga
harus selalu bertakwa, meminta tambahan karunia, melakukan amal-amal
ibadah, dan mengikhlaskan tekad kepada Allah dalam setiap doa. Dalam suluk
ada beragam jalan yang semuanya lurus.
Saya akan memulai menyebutkan sebuah jalan dari awal hingga akhir. Yaitu,
jalan yang ditempuh oleh Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. yang saya terima dari
beberapa orang yang telah mencapai tingkat hakikat. Pertama-tama, seorang
salik membaca shalawat kepada Nabi s.a.w., bukan zikir-zikir yang lain. Sebab,
Nabi s.a.w. merupakan sarana perantara antara kita dan Allah. Beliau adalah
dalil yang menunjukkan kita atas keberadaan Allah serta orang yang
memperkenalkan kita kepada-Nya. Bergantung kepada perantara lebih
didahulukan sebelum kita bergantung kepada Dzat yang menjadi tujuan
perantara. Selain itu, tempatnya ikhlas yaitu qalbu mempunyai potensi
berpaling kepada sesuatu selain Allah. Sementara nafsu mempunyai potensi
untuk mengarah kepada makhluk, memerintahkan keburukan, mengikuti
syahwat, dan condong kepada kebatilan. Semua itu merupakan kotoran-kotoran
yang bisa menghijab qalbu dari sifat ikhlas dan dari tujuan yang benar kepada
Allah. Ia bisa menerima perintah-perintah setan. Seandainya tidak, tak mungkin
setan menemukan jalan untuk sampai ke qalbu. Segala keburukan yang muncul
akibat pengaruh setan menjadi indikator atau kelalaian dan keterpalingannya
dari Allah. Padahal keberpalingan tersebut merupakan hijab, sedangkan hijab itu
sendiri adalah kegelapan. Karena itu, seorang salik harus menghilangkan
kegelapan tersebut dan melenyapkan segala kotoran yang ada. Kegelapan hanya
bisa hilang dengan cahaya.
Nabi s.a.w. pernah bersabda:
Membaca shalawat atasku adalah cahaya dan penghapus segala kotoran.
Dalam hadis lain beliau bersabda:

Qalbu kaum beriman menjadi bersih dan tercuci dari segala karat dengan
bershalawat kepadaku.
Karena itu, seorang salik diperintahkan memulai suluknya dengan membaca
shalawat atas Nabi s.a.w. untuk membersihkan qalbu sebagai tempat keikhlasan.
Tak ada keikhlasan kalau masih ada aib dan kekurangan. Memperbanyak
shalawat atas Nabi s.a.w. menumbuhkan rasa cinta kepada beliau. Dari rasa
cinta, muncullah perhatian yang besar kepada sosok beliau termasuk kepada
sifat, akhlak, dan semua keistimewaan beliau. Jadi, untuk bisa mengikuti semua
perbuatan dan akhlak beliau, kita harus mempunyai perhatian yang besar
kepada beliau. Perhatian tersebut hanya didapat lewat rasa cinta yang
mendalam. Sementara cinta yang dalam diperoleh dengan memperbanyak
shalawat atasnya. Siapa yang cinta kepada sesuatu, ia akan banyak
menyebutnya.
Karena itu, hendaknya seorang salik memulai dengan membaca shalawat atas
Nabi s.a.w. Ia telah mencakup zikir kepada Allah dan zikir kepada Rasul-Nya.
Diriwayatkan bahwa suatu ketika Allah s.w.t. berfirman kepada Nabi s.a.w.:
Wahai Muhammad, Kujadikan zikir kepadamu sebagai bagian dari zikir
kepada-Ku. Siapa berzikir kepadamu berarti telah berzikir kepada-Ku. Siapa
mencintaimu berarti telah mencintai-Ku.
Karenanya, Nabi s.a.w. kemudian bersabda:
Siapa berzikir kepadaku berarti telah berzikir kepada Allah dan siapa
mencintaiku berarti telah mencintai Allah.
Orang yang membaca shalawat sebenarnya juga telah berzikir menyebut nama
Allah, yakni saat ia membaca Allhumma (Ya Allah).
Perlu diketahui bahwa zikir terbagi dua: zikir yang tak mengandung munajat
dan zikir yang mengandung munajat. Zikir yang mengandung munajat jauh
lebih berpengaruh bagi qalbu seorang pemula daripada zikir yang tak
mengandung munajat. Sebab, orang yang bermunajat merasakan qalbunya dekat
dengan Dzat yang ia munajati (yang ia minta). Hal itu tentu saja sangat berkesan
dalam kalbu sekaligus menanamkan rasa takut. Ketika seorang salik
mengucapkan kata Allahumma shalli (Ya Allah, curahkan shalawat), ungkapan
tersebut merupakan zikir sekaligus munajat. Sebab, ia meminta shalawat dan itu
merupakan munajat. Ia ditujukan kepada Dzat yang hadir di hadapannya.
Bisa jadi shalawat atas para nabi disyariatkan karena roh manusia sangat lemah.
Ia tak bisa menerima limpahan cahaya Ilahi. Ketika hubungan antara roh
manusia dan roh para nabi itu terjalin secara baik, barulah limpahan cahaya dari

alam gaib yang masuk ke dalam roh para nabi itu terpantul kepada roh orangorang yang membaca shalawat atas mereka.
Kalau seorang murid yang ingin bersuluk sebelumnya telah banyak melakukan
kesalahan dan dosa, maka hendaknya ia memulai suluknya dengan banyak
beristighfar sampai terlihat betul hasilnya. Menurut para imam, setiap zikir
memiliki hasil dan tanda tertentu. Hal ini sudah umum dikenal di kalangan
mereka.
Hasil spesifik dari zikir dibedakan menjadi dua jenis: yang terlihat oleh kalbu di
saat kondisi sadar, dan yang bisa disaksikan oleh salik dalam mimpi. Hasil yang
dicapai para salik terbagi menjadi tiga tingkatan. Seorang salik bisa naik tingkat
setelah menyaksikan:
1. Hasil yang tampak di saat di sadar,
2. Yang tampak oleh qalbu di saat tidur, dan
3. Yang tampak baik di saat sadar maupun di saat tidur.
Jenis ketigalah yang paling sempurna. Walaupun hasil dari zikir tadi berbedabeda, tapi ia mengacu pada asal yang sama. Bisa jadi yang tampak bagi
seseorang tak tampak bagi yang lain. Sebaliknya, yang tak tampak baginya
tampak bagi orang lain. Masing-masing diberi hasil tertentu yang tetap mengacu
pada sesuatu yang sama. Hasil tersebut berbeda-beda bergantung pada karunia
yang diberikan kepada para salik. Tetapi, menurut para ahli hakikat ia tetap
beredar pada landasan yang sama.
Seorang salik baru bisa naik dari satu zikir ke zikir yang lain apabila hasil yang
khusus untuknya telah terasa. Apabila ia telah terlihat tunduk, serta wajahnya
menyiratkan kehinaan dan kepatuhan, ketika itulah ia diperintahkan untuk
membaca zikir yang bisa menjernihkan qalbu, yaitu shalawat atas Nabi s.a.w.
Ini diberikan jika sang salik sebelumnya telah mempergunakan organ-organ
tubuhnya untuk maksiat dan jika sebelum itu nafsunya condong kepada
perbuatan dosa. Adapun kalau ia telah bisa menjaga diri dan tidak terbawa oleh
nafsu yang memerintah kepada keburukan, maka hendaknya ia langsung
disuruh membaca shalawat atas Nabi s.a.w. agar segera mencapai apa yang
dituju.
Kemudian perhatikan, apakah salik tersebut termasuk golongan awam atau
termasuk golongan berilmu. Kalau termasuk golongan awam, hendaknya ia
membaca shalawat yang lengkap. Ia mulai membacanya dengan tekun sampai ia
menemukan hakikatnya dan menyaksikan apa yang ada di baliknya. Setelah itu
ia melanjutkan kepada yang lain. Namun, kalau sang salik termasuk golongan

berilmu tak perlu disuruh membaca shalawat tersebut. Sebab, lisannya memang
sudah basah dengan shalawat. Shalawat tersebut telah dibaca berulangn kali,
hanya saja ia belum bisa menemukan hakikat di balik shalawat tersebut sebab
cahaya shalawat itu belum merasuk ke dalam qalbunya. Karena itu, biarkanlah
shalawat yang lengkap itu dibaca setiap kali selesai shalat wajib sebanyak
sebelas kali sebagai bacaan tetapnya. Dengan demikian, mata batin orang
tersebut mendapat cahaya dari maknanya. Juga di waktu malam dan siang
hendaknya ia terus membaca shalawat seperti yang telah kamu sebutkan. Selain
itu, janganlah meninggalkan ungkapan sayyidin sebab di balik ungkapan
tersebut ada rahasia yang akan tampak bagi mereka yang sudah rutin
melakukannya.
Ketika rahasia tersebut telah tampak dan terliha, barulah sang salik pindah
kepada zikir yang lebih tinggi daripada yang tadi. Yaitu, dengan membaca
Allahumma shalli ala habibika (Ya Allah berikan shalawat kepada kekasihMu). Di sini Nabi s.a.w. dinisbatkan kepada Sang Pencipta dengan secara
khusus menyebutkan kedudukan beliau sebagai makhluk yang paling dicintai
Allah. Si salik harus bertekad dan berniat untuk naik kepada tingkat yang tinggi.
Sekarang kami akan menyebutkan posisi duduk dalam berzikir. Di antara adab
yang harus diperhatikan, seorang salik hendaknya duduk di hadapan Tuhan
dengan sikap pasrah dan tunduk. Hendaknya ia duduk seperti duduknya orang
yang butuh dan tawaduk. Kepalanya diletakkan di antara kedua lututnya dengan
mata yang tertutup dari semua benda yang tampak. Dengan duduk semacam itu,
qalbunya akan konsentrasi dan akan bersih dari semua kotoran sehingga
limpahan cahaya, tanda, dan rahasia akan datang kepadanya. Apabila engkau
telah duduk dengan cara seperti itu dan membaca taawwudz, bacalah basmalah,
kemudian setelah itu ucapkan:


Untuk Allah kukirimkan shalawat atas Nabi kami Muhammad.
kali (sebutkan jumlah bilangan yang dituju) dengan penuh iman dan harap
kepada Allah, serta dengan mengagungkan, menghormati, dan memuliakan
kebenaran Rasul s.a.w. Semoga Allah memberikan shalawat dan salam-Nya atas
Nabi kita Muhammad dan keluarganya.
Setelah itu, mulailah membaca shalawat atas Nabi s.a.w. Apabila bacaan
shalawat tersebut telah mencapai bilangan yang dituju atau bila di tanganmu
ada tasbih engkau telah sampai pada tempat semula, bersihkan niat dan
maksudmu. Barang kali dengan pengulangan niat itu akan tampak berbagai
rahasia di balik lafal-lafalnya. Sebab, di balik setiap lafal ada rahasia yang
tersembunyi.

Lalu pada saat sebelum atau sesudah terbit fajar bacalah:








Allah telah bersaksi bahwa tiada tuhan selain-Nya. Demikian pula dengan
malaikat dan orang-orang berilmu yang tegak di atas keadilan, tiada tuhan
selain Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Setelah itu, bacalah:

.


Aku bersaksi kepada Allah dengan kesaksian yang Dia berikan untuk diriNya sendiri, dengan kesaksian para malaikat, serta keskasian para makhlukNya yang berilmu. Kutitipkan kesaksian ini kepada Allah sampai tiba saat
kematianku, saat aku masuk ke dalam kuburku, saat aku keluar darinya, dan
saat aku berjumpa dengan Tuhanku. Tak ada titipan yang terlantarkan di
sisi-Nya.
Doa itu diucapkan sebanyak tiga kali, lima kali, atau tujuh kali setiap hari.
Manfaat dari munajat ini akan terlihat kalau dibaca secara ikhlas dan hasilnya
akan tampak kalau dibaca secara rutin. Engkau harus menyebutkan kepada
gurumu berbagai keadaan yang kau alami dan kau saksikan di saat tidur. Ketika
qalbu telah bersinar dengan cahaya shalawat dan bersih dari berbagai lintasan
pikiran, hasil shalawatmu akan terlihat jelas. Qalbumu akan dimasuki oleh
pokok-pokok keikhlasan, hal-hal yang tersembunyi akan menjadi tampak,
engkau akan diberi karunia kegaiban, kata-kata hikmah akan keluar dari
lisanmu, dan sang pendengar pun akan menjadi terkagum-kagum dengan
uraianmu.
Hendaknya salik yang masih pemula mempunyai dua wirid: wirid yang dibaca
setelah shalat Subuh dan wirid yang dibaca setelah shalat Maghrib. Sedangkan
bagi mereka yang sudah mencapai derajat tinggi, zikir mengisi kalbu mereka
pada semua waktu. Janganlah tergesa-gesa berpindah dari bacaan shalawat
tersebut sebelum hasilnya terlihat. Selain itu, bacalah zikir nafy dan itsbt
sehingga ia menjadi bagian dari rutinitas dan kesibukanmu sepanjang waktu.
Yang dimaksud dengan zikir tersebut adalah L ilha illallh, Muhammad-urraslullh. Ia adalah zikir kuat bahkan lebih
Hendaknya salik yang masih pemula mempunyai dua wirid: wirid yang dibaca
setelah shalat Subuh dan wirid yang dibaca setelah shalat Maghrib. Sedangkan
bagi mereka yang sudah mencapai derajat tinggi, zikir mengisi kalbu mereka
pada semua waktu.

kuat dari yang pertama. Ia hanya bisa dipikul oleh mereka yang kuat. Apabila
pezikir mempunyai akal cerdas, mempunyi temperamen baik, teguh, dan kuat
hendaknya ia diperintah untuk memperbanyak zikir tersebut. Tetapi, apabila
masih belum stabil, lemah, temperamennya kurang kukuh, ia harus dibimbing
dengan baik dan zikir itu diberikan sebagai wirid harian hingga akhirnya sedikit
demi sedikit menjadi kuat. Ketika itu, barulah ia disuruh untuk memperbanyak
zikir tersebut sebab sudah tergolong kuat. Kalau ia langsung memperbanyak
bacaan zikir tersebut sebelum sempat memperbaiki temperamen kejiwaannya, ia
bisa terbakar oleh zikir tadi dan terhenti sebelum sampai tujuan. Karena itu,
teruslah bersama zikir tersebut sampai tampak bagimu bagaimana keseluruhan
alam ini berada dalam satu domain dan sampai engkau tidak lagi menyaksikan
dengan mata hatimu sesuatu selain Allah di dua alam ini layaknya shalat untuk
orang yang telah mati serta bertakbir atas mereka sebanyak empat kali. Setelah
itu, sama saja dalam pandanganmu antara pujian dan celaan. Engkau akan
menganggap celaan itu sebagai pelajaran dan peringatan. Serta engkau akan
menganggap pujian sebagai ujian dan cobaan. Demikianlah lisan mereka berada
dalam dua kondisi: memuji atau mencelamu. Kalau engkau masih sibuk
membela diri, sekecil apapun bentuk pembelaan diri itu, berarti engkau orang
yang pandai berdalih dan dalam dirimu masih ada setan yang menipu.
Selanjutnya, apabila hasil dari zikir nafy dan itsbt tadi telah tampak, bacalah
zikir tanzh (menyucikan Allah), yaitu dengan membaca:


.
Maha Suci Allah Yang Agung dan segala puji bagi-Nya. Ya Allah,
limpahkan shalawat dan salam atas junjungan kami, Muhammad, dan atas
keluarganya.
Manakala hasil zikir tersebut telah terlihat dan rahasianya telah tampak, saat
itulah engkau bisa melakukan zikir tunggal yaitu membaca: Allh, Allh, Allh
secara konsisten. Sekali lagi, janganlah sampai engkau meninggalkan zikir
kepada Nabi s.a.w. Sebab, ia merupakan kunci bagi semua pintu dengan izin
Allah Yang Maha Mulia dan Maha Pemberi. Kami pun merasa cocok meniti
jalan ini. Segala puji bagi Allah Yang Maha Dekat dan Maha Menjawab.
Jalan lain adalah cara yang dipergunakan oleh al-Junaid. Cara tersebut
memiliki
delapan
syarat:
1).
Senantiasa
dalam
kondisi
wudhu,
2).
Senantiasa
diam,
3).
Senantiasa
berkhalwat.
4).
Senantiasa
berzikir
dengan
membaca
L
ilha
illallh.
5). Senantiasa mempautkan qalbu dengan sang syekh, serta mengambil
pengetahuan yang nyata dari syekhnya dengan meleburkan perbuatannya

dengan
perbuatan
sang
syekh,
6).
Senantiasa
melenyapkan
segala
bisikan,
7). Senantiasa menerima semua yang Allah berikan, entah itu baik atau buruk,
8). Tidak meminta surga atau berlindung dari neraka.
Cara lain adalah menyedikitkan makan secara berangsur-angsur sebab itulah
yang bisa menghalangi masuknya setan dan hawa nafsu. Dengan makan sedikit,
berkuranglah kekuasaan mereka.
Cara yang lain lagi adalah menyerahkan diri kepada seorang syekh yang
dipercaya agar ia bisa memilihkan apa yang menjadi kemaslahatannya. Orang
yang sedang bersuluk ibarat bayi atau anak kecil. Ia masih harus mempunyai
wali, pengasuh, hakim, atau penguasa yang mengatur urusannya.
11.Miftah-ul-Falah: Zikir Khalwat
BAGIAN SATU
MAKNA ZIKIR
Mengapa Perlu Mengingat Allah (Berzikir).
1
Pada hakikatnya, zikir khalwat adalah percakapan sirr dengan Allah yang tak
bisa dilihat oleh orang lain. Adapun wujudnya, terkait dengan pengertian
tersebut, yakni menghadapkan diri kepada Allah dan memutuskan hubungan
dengan selain-Nya. Secara lahiriah, ia bermakna menjernihkan cermin qalbu
dari segala gambaran yang terlukis semenjak seseorang lalai dan sibuk dengan
dunia. Segala gambaran tersebut merupakan kegelapan yang bertingkat-tingkat
sehingga membuat qalbu berkarat hingga lalai kepada Allah. Dengan
berkhalwat, berzikir, berpuasa, bersuci, diam, menghilangkan semua lintasan
pikiran, mempautkan qalbu, dan mentauhidkan Tujuan, cermin qalbu itu pun
menjadi bersih dari karat. Khalwat laksana alat peniup api, zikir laksaan api dan
alat pendingin, puasa dan bersuci laksana alat pembersih, diam dan
menghilangkan semua lintasan pikiran akan menjauhkan anugerah Tuhan dari
kegelapan, mengikat hati adalah murid, dan menauhidkan Tujuan adalah
gurunya. Khalwat dalam hal ini merupakan sarana menuju khalwat hakiki yang
telah dijelaskan sebelumnya.

Ketahuilah, jika engkau ingin masuk ke hadirat Ilahi, caranya adalah dengan
meninggalkan semua perantara dan bersuka cita dengan-Nya. Namun, itu
takkan terwujud bila qalbumu masih menyimpan tuhan selain-Nya. Engkau
adalah milik yang menguasaimu. Karenanya, engkau harus beruzlah serta
memisahkan diri dari keramaian. Kadar kemampuanmu dalam berkhalwat
menentukan tingkat kedekatanmu kepada Allah, secara lahiriah maupun
batiniah. Engkau juga harus meluruskan akidahmu di atas jalan mereka yang
benar serta harus mengetahui apa saja yang bisa menegakkan ibadah. Sebelum
berkhalwat, lakukanlah olah rohani (riydhah) lebih dulu dengan memperbagus
akhlak, meninggalkan keburukan, dan bersabar menghadapi ujian. Selain itu,
engkau juga harus kembali memohon tobat dari dosa serta mengembalikan hak
orang yang telah teraniaya, entah itu berupa kehormatan atau harta. Bersihkan
batinmu dari segala yang tercela, ikat jiwamu agar tidak lagi berjalan di sekitar
alam. Imajinasi merupakan sesuatu yang paling
Gantilah sahabatmu dengan khalwat, makananmu dengan
lapar, dan ucapanmu dengan munajat, maka kau akan mati
mencapai
Allah.
(Abu Abdillah ar-Ramli).
berbahaya dalam semua khalwat. Imajinasi bisa menggagalkan khalwat.
Sebelum berkhalwat engkau juga perlu beruzlah dari manusia, bersikap diam,
dan menyedikitkan makan. Serta, usahakanlah untuk tidak meminum air. Ketika
nafs telah sampai pada tingkat kesendirian, di saat itulah engkau masuk ke
dalam khalwat. Dan, jika engkau telah beruzlah dari manusia, jangan
terpengaruh oleh mendekatnya mereka kepadamu. Maksud dari uzlah adalah
tidak bergaul dengan mereka, bukan meninggalkan fisik lahiriah mereka.
Artinya, jagnan sampai qalbumu atau telingamu menjadi tempat yang
menampung omong kosong mereka. Jika tidak, qalbumu akan terkotori oleh
igauan manusia. Tutuplah pintumu dari manusia dan tutup pula pintu rumahmu
dari keluarga. Sibuklah mengingat Tuhan manusia. Siapa beruzlah tapi masih
membuka pintu bagi manusia, berarti ia adalah orang yang mencari kedudukan.
Ia akan terusir dari pintu Allah. Hati-hatilah terhadap rayuan Iblis dalam
keadaan tersebut. Karena, sebagian besar manusia binasa di dalamnya. Orang
yang berkhalwat harus berani, tegar dan tidak goyah ketika mendengar jeritan
keras, runtuhnya dinding, atau kejadian hebat yang mengejutkan. Ia tidak boleh
menjadi pengecut dan bertindak bodoh.

Orang yang berkhalwat harus banyak diam, senantiasa berkonsentrasi, tidak


bangga karena pujian, dan tidak bersedih karena makian. Ia senantiasa mencari
faktor-faktor pendukung bagi khalwatnya. Uzlah dan olah rohani merupakan
aktivitas yang perlu dilakukan hingga terbiasa dan tak terasa sebagaimana
dalam melakukan ibadah. Sesudah itu, barulah ia masuk ke dalam khalwat
dengan jiwa yang lapang dan tenteram, tanpa ada mujhadat atau mukbadah
(penderitaan), disertai konsentrasi dan ketundukan untuk berzikir tanpa
permintaan apa-apa. Sebab, adanya perjuangan batin dan penderitaan ketika
berkhalwat akan menjauhkan perjumpaan dengan Tuhan sebagi roh dari
khalwat. Akibatnya, tak ada wrid (karunia Ilahi) yang masuk.
Perjuangan batinmu itu hendaknya ditempatkan dalam beruzlah sebelum
berkhalwat hingga nafs menjadi terbiasa dan senang dengannya. Bila pada saat
berkhalwat engkau merasa lapar, haus, dingin, dan panas, serta masih
merasakan adanya bisikan nafsu dan kejemuan, keluarlah dari khalwatmu
menuju uzlah sampai betul-betul mantap. Jika engkau ingin masuk ke
dalamnya, mandilah seperti mandi janabah, lalu bersihkan pakaianmu, dan
berniatlah untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Tinggi rumah khalwat hendaknya sama dengan ukuran tegakmu, panjangnya
sama dengan ukuran sujudmu, dan lebarnya sama dengan ukuran dudukmu.
Padanya tak boleh ada lubang yang membuat cahaya tembus ke dalam khalwat.
Ia juga harus jauh dari berbagai suarat dan pintunya mesti kuat. Jika tidak, ada
baiknya tinggal di dekat pintu khalwat tanpa banyak bergerak. Ada yang
berpendapat, tak lebih dari melakukan shalat wajib dan rawatib. Bahkan, ada
yang berpendapat, cukup melakukan shalat wajib dan dua rakaat setiap kali
bersuci. Selanjutnya menghadap kiblat dan senantiasa berada dalam kondisi
suci. Usahakan agar kamar kecilmu dalam posisi yang tidak jauh dari
khalwatmu. Ketika engkau keluar, jagalah ia dari bau yang tak sedap sebab itu
akan membuatmu tidak bisa berkonsentrasi dalam tempo lama. Apabila engkau
ingin keluar untuk suatu keperluan, jagalah kedua mata dan telingamu.
Usahakan agar makananmu telah tersedia bersamamu atau tersimpan di
belakang pintu khalwat.
Syarat yang lain, hendaknya tak ada yang mengetahui kalau engkau sedang
berkhalwat. Kalaupun terpaksa, cukup orang yang paling dekat denganmu saja
yang mengetahui, tapi usahakan agar ia tak mengetahui apa yang kau lakukan
dan apa yang kau tuju. Sebab, biasanya mereka akan membuatmu keluar dari

kondisi tadi. Itu merupakan aib besar yang akan menjauhkanmu untuk sampai
ke tingkat makrifat.
Makanan yang kau konsumsi saat engkau melakukan olah rohani (riydhah),
uzlah, dan khalwat, adalah satu suap yagn disertai nama Allah. Makanan sesuap
itu kau makan dengan perasaan rendah diri, papa, khusyuk, serta merasa diawasi
oleh-Nya. Lalu tunggulah makanan itu sebentar hingga engkau yakin makanan
tersebut sampai ke perut. Setelah itu barulah engkau mengambil suapan lain
dengan cara yang sama. Demikian seterusnya sampai selesai. Kemudian
minumlah air secukupnya. Jangan sampai merasa lapar sekali dan sebaliknya
jangan sampai terlalu kenyang.
Pakailah baju yang membuat badanmu nyaman dan tidak membuatmu ragu
seperti sikapmu terhadap makanan. Janganlah berbaring atau tidur kecuali kalau
sudah tidak kuat. Serta jangan pula membunuh binatang atau yang lainnya. Jika
engkau khawatir ada kutu di rambutmu, cukurlah ia. Jangan sampai ada satu
waktu engkau berada dalam kondisi yang tidak suci.
Perbedaan antara wrid (masukan) yang berasal dari malaikat dan wrid yang
berasal dari setan adalah bahwa yang berasal dari malaikat menimbulkan hawa
dingin dan kenikmatan, tidak membuat sakit, berbentuk tetap, dan
meninggalkan pengetahuan. Sementara wrid yang berasal dari setan membuat
penat, merusak organ tubuh, menimbulkan rasa sakit, kebimbangan, dan
meninggalkan penderitaan.
Khthir adalah bisikan yang masuk ke dalam hati. Ia terdiri dari empat macam:
Yang pertama adalah rabbn sebagai bisikan yang paling utama. Ia tak pernah
salah. Cirinya kuat, dominan, dan tak pernah goyah.
Yang kedua adalah malak. Ia merupakan bisikan yang mendorong manusia
untuk melakukan amal wajib dan sunnah, atau semua yang mengandung
kebaikan. Ia disebut juga sebagai ilhm.
Yang ketiga adalah nafsn. Di sini ada bagian nafsu yang ikut serta. Ia disebut
juga dengan hjis.
Dan yang keempat adalah syaithn. Ia adalah bisikan yang mengajak manusia
untuk menentang Allah. Karena itulah Allah berfirman:

Setan itu menjanjikan (menakut-nakuti) kalian dengan kemiskinan dan


menyuruh kalian berbuat kejahatan. (al-Baqarah [2]: 268).
Ia disebut dengan waswasah.
Dalam pandangan syariat, kalau bisikan tersebut membuat dekat kepada Allah,
berarti termasuk dua jenis yang pertama, sedangkan kalau mengandung sesuatu
yang menyalahi syariat berarti termasuk dua jenis yang terakhir. Yang lebih
dekat kepada menentang hawa nafsu, tergolong kepada dua jenis yang pertama.
Sebaliknya, yang lebih dekat kepada hawa nafsu, tergolong keapda dua jenis
yang terakhir. Orang yang berhati benar, suci, dan selalu hadir bersama Allah
akan dengan mudah membedakan antara keduanya.
Usahakanlah agar zikir yang kau baca berupa al-Ism-ul-Jmi, yaitu Allh,
Allh, Allh. Bisa juga berupa Huwa, Huwa. Tidak usah membaca zikir yang
lain. Selain itu, usahakan agar qalbumu yang berkata-kata dan telingamu
memperhatikan sampai akhirnya ada pengucap yang muncul dari sirrmu.
Apabila engkau sudah merasa ada yang mengucapkan zikir dalam dirimu,
tetaplah dalam kondisi tersebut.
12.Miftah-ul-Falah: Antara Zikir dan Membaca al-Quran

Вам также может понравиться