Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
com/quran/tafsir/tafsir-al-jailani/
https://hatisenang.com/
https://hatisenang.com/miftah-ul-falah-antara-zikir-dan-membaca-al-quran/
Zikir Penenteram Hati (Miftah-ul-Falah) Bagian Tentang Dzikir
BAGIAN SATU
MAKNA ZIKIR
Mengapa Perlu Mengingat Allah (Berzikir).
1
Manakah yang lebih utama, berzikir atau membaca al-Quran? Menurut
Imam al-Ghazali, membaca al-Quran secara umum lebih utama bagi
seluruh manusia, kecuali bagi mereka yang sedang pergi menuju kepada
Allah baik yang tengah di awal perjalanan maupun yang telah mulai
menapaki akhir perjalanannya. Al-Quran mencakup berbagai
pengetahuan dan petunjuk jalan. Selama seorang hamba merasa perlu
untuk memperbaiki akhlak dan memperoleh pengetahuan, membaca alQuran lebih utama baginya.
Jika al-Quran lebih utama bagimu, maka baca dan renungkanlah. Saat
membaca, cermati semua karakter dan sifat-sifat yang Allah senangi. Lalu
milikilah sifat-sifat tersebut. Sebaliknya, ketika bertemu dengan segala
karakter dan sifat yang Allah murkai, jauhilah ia! Sebab, Allah sengaja
menyebutkan semua itu padamu, menurunkannya dalam kitab al-Quran
untukmu, serta memperkenalkanmu padanya, agar bisa kau amalkan.
Berusahalah untuk memelihara al-Quran dengan mengamalkannya
sebagaimana engkau memelihara al-Quran dengan membacanya.
Karena, yang mendapat siksaan paling keras di hari kiamat adalah orang
yang menghafal sebuah ayat lalu melupakannya. Demikian pula dengan
orang yang menghafal ayat lalu tidak mengamalkannya. Ayat tersebut di
hari kiamat nanti akan menjadi saksi baginya.
Nabi s.a.w. bersabda:
Orang mukmin yang membaca al-Quran seperti buah limau (jeruk,
utrujah). Baunya harum.
Maksud dari bau harum di sini adalah aktivitas membaca al-Quran.
Udara yang keluar karena membaca al-Quran diserupakan dengan bau
sesuatu yang harum. Rasanya juga lezat. Maksud dari rasa lezat di
sini adalah adanya iman. Karena itu, dikatakan telah mengecap manisnya
iman orang yang ridha dengan Allah sebagai Tuhannya, dengan Islam
sebagai agamanya, dan dengan Muhammad s.a.w. sebagai nabinya. Rasa
tersebut dikaitkan dengan iman. Kemudian beliau bersabda:
Orang mukmin yang tidak membaca al-Quran seperti buah korma.
Rasanya lezat (karena ia beriman dan telah mengikrarkan
keimanannya), tetapi ia tidak mempunyai bau (karena tidak
membacanya walaupun termasuk penghafal al-Quran).
Kemudian Nabi s.a.w. melanjutkan:
Semua itu gaib dari dirinya dan dirinya juga gaib dari semua itu untuk bergegas
menuju Tuhan lalu lenyap di dalam-Nya. Seandainya masih terbersit dalam
benaknya bahwa ia sedang dalam kondisi fana berarti kondisi fananya masih
bercampur noda dan belum sempurna. Yang sempurna adalah kalau ia telah fana
dari dirinya sendiri dan fana dari kefanaannya.
Jalan pertama yang harus dilalui seorang salik adalah pergi menuju Allah.
Sebab, petunjuk hanya milik Allah. Sebagaimana hal itu diungkapkan oleh Nabi
Ibrahim a.s.: Aku pergi menghadap kepada Tuhanku. Dialah yang akan
memberi petunjuk padaku. (ash-Shafft [37]: 99). Ketika kepergian menuju
Allah telah mantap dan berlangsung secara kontinu sehingga menjadi kebiasaan
yang melekat kuat, naiklah ia menuju alam yang paling tinggi seraya
menyaksikan hal hakiki yang paling suci. Gambaran alam malakut tertanam
kuat dalam dirinya dan kesucian laht (dunia ilahiah) tampak jelas di
hadapannya. Yang pertama kali tampak di alam tersebut adalah substansi
malaikat serta alam roh para nabi dan wali dalam bentuk yang sangat indah.
Dengan perantaraannya, ia bisa mengetahui berbagai hakikat yang ada. Itulah
yang terdapat di awal perjalanan sampai pada tingkatan yang sulit digambarkan.
Dalam segala sesuatu al-Haqq tampak secara jelas. Inilah hasil dari esensi zikir.
Jadi, tahap pertama adalah zikir lisan. Kemudian zikir kalbu yang cenderung
diupayakan dan dipaksakan. Selanjutnya, zikir kalbu yang berlangsung secara
lugas, tanpa perlu dipaksakan. Serta yang terakhir adalah ketika Allah sudah
berkuasa di dalam kalbu disertai sirnanya zikir itu sendiri. Inilah rahasia dari
sabda Nabi s.a.w.: Zikir diam (khafi) tujuh puluh kali lebih utama daripada
zikir yang terdengar oleh para malaikat pentatat amal. Tanda bahwa sebuah
zikir sampai pada sir (nurani terdalam yang menjadi tempat cahaya penyaksian)
adalah ketika pelaku zikir dan objek zikirnya lenyap tersembunyi. Zikir sir
terwujud ketika seseorang telah terliputi dan tenggelam di dalamnya. Tandanya,
apabila engkau meninggalkan zikir tersebut, ia takkan meninggalkanmu.
Zikir tersebut terbang masuk ke dalam dirimu untuk menyadarkanmu dari
kondisi tidak sadar kepada kondisi hudhr (hadirnya kalbu). Salah satu
tandanya, zikir itu akan menarik kepalamu dan seluruh organ tubuhmu sehingga
seolah-olah tertarik oleh rantai. Indikasinya, zikir tersebut tak pernah padam dan
cahayanya tak pernah redup. Namun, engkau menyaksikan cahayanya selalu
naik turun, sementara api yang ada di sekitarmu senantiasa bersih menyala.
Zikir yang masuk ke dalam sir terwujud dalam bentuk diamnya si pelaku zikir
seolah-olah lisannya tertusuk jarum. Atau, semua wajahnya adalah lisan yang
sedang berzikir dengan cahaya yang mengalir darinya.
Ketahuilah, setiap zikir yang disadari oleh kalbumu didengar oleh para malaikat
penjaga. Sebab, perasaan mereka beserta perasaanmu. Di dalamnya ada sir
sampai saat zikirmu sudah gaib dari perasaanmu karena engkau sudah sirna
bersama Tuhan, zikirmu juga gaib dari perasaan mereka.
Kesimpulannya, berzikir dengan ungkapan kata-kata tanpa rasa hudhr disebut
zikir lisan, berzikir dengan merasakan kehadiran kalbu bersama Allah disebut
zikir kalbu, sementara berzikir tanpa menyadari kehadiran segala sesuatu selain
Allah disebut zikir sir. Itulah yang disebut dengan zikir khaf.
Rezeki lahiriah terwujud dengan gerakan badan, rezeki batiniah terwujud
dengan gerakan kalbu, rezeki sir terwujud dengan diam, sementara rezeki akal
terwujud dengan fana dari diam sehingga seorang hamba tinggal dengan tenang
untuk Allah dan bersama Allah. Nutrisi dan makanan bukanlah konsumsi
rohani, melainkan konsumsi badan. Adapun yang menjadi konsumsi rohani dan
kalbu adalah mengingat Allah Dzat Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.
Allah berfirman: Orang-orang beriman dan kalbu mereka tenteram dengan
mengingat (zikir kepada) Allah.
Semua makhluk yang mendengarmu sebenarnya juga ikut berzikir bersamamu.
Sebab, engkau berzikir dengan lisanmu, lalu dengan kalbumu, kemudian dengan
nafs-mu, kemudian dengan rohmu, selanjutnya dengan akalmu, dan setelah itu
dengan sirmu. Bila engkau berzikir dengan lisan, pada saat yang sama semua
benda mati akan berzikir bersamamu. Bila engkau berzikir dengan kalbu, pada
saat yang sama alam beserta isinya ikut berzikir bersama kalbumu. Bila engkau
berzikir dengan nafs-mu, pada saat yang sama seluruh langit beserta isinya juga
turut berzikir bersamamu. Bila engkau berzikir dengan rohmu, pada saat yang
sama singgasana Allah beserta seluruh isinya ikut berzikir bersamamu. Bila
engkau berzikir dengan akalmu, para malaikat pembawa arasy dan roh orangorang yang memiliki kedekatan dengan Allah juga ikut berzikir bersamamu.
Bila engkau berzikir dengan sirmu, arasy beserta seluruh isinya turut berzikir
hingga zikir tersebut bersambung dengan zat-Nya.
Nafs adalah unsur (haiah) berjenis uap yang lembut dan membawa potensi
kehidupan, perasaan, dan gerakan kehendak. Allah Yang Maha Bijaksana
menyebutnya dengan roh hewani. Ia merupakan instrumen perantara antara
kalbu sebagai nafs yang berbicara dan badan. Ada yang berpendapat bahwa
nafs itulah yang dalam al-Quran disebut dengan pohon zaitun sebagai pohon
yang penuh berkah, tidak tumbuh di sebelah timur atau di sebelah barat. Sebab,
dengan nafs manusia bisa bertambah mulia dan suci. Selain itu, ia tidak berasal
dari penjuru timur alam roh semata atau penjuru barat tubuh yang padat.
Nafs ada yang bersifat ammrah (memerintah), lawwmah (suka mencaci), dan
muthmainnah (tenteram). Nafs-ul-ammrati bis-s (yang memerintahkan
kepada keburukan) adalah nafs yang condong kepada naluri badan, menyuruh
pada kesenangan dan syahwat, serta menarik kalbu kepada sesuatu yang rendah.
Ia adalah jenis nafs yang buruk, sumber segala akhlak dan perbuatan tercela.
Selain itu, ia adalah nafs yang dimiliki manusia pada umumnya dan merupakan
kejahatan. Bagi nafs-ul-ammrati bis-s ini, zikir ibarat lampu yang menerangi
rumah yang gelap gulita.
Nafs-ul-lawwmah adalah nafs yang memberikan cahaya tertentu kepada kalbu
yang dengannya manusia tersadarkan dari kelalaian. Setelah itu, ia pun mulai
memperbaiki diri. Ia berpindah-pindah di antara unsur ketuhanan dan unsur
kemanusiaan. Setiap kali muncul perbuatan jahat yang berasal dari karakter dan
tabiat buruknya, cahaya peringatan ilahi segera meluruskan. Pada saat itu ia
akan mencaci dirinya seraya bertobat, memohon ampunan, dan kembali pada
pintu Sang Maha Pengampun lagi Penyayang. Karena itu dalam al-Quran Allah
menjadikan nafs-ul-lawwmah itu sebagai sandaran sumpah. Allah berfirman:
Aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan Aku bersumpah dengan nafs-ullawwamah (yang sering mencaci). Al-Qiymah [75]: 1-2.). Nafs ini seolaholah menyadari bahwa dirinya sedang berada dalam sebuah rumah yang penuh
dengan segala hal buruk seperti kotoran, anjing, babi, singa, macan, dan gajah.
Lalu setelah ia bergumul dengan berbagai macam keburukan itu, ia berusaha
mengeluarkannya. Ia pun sempat terluka oleh binatang-binatang buas yang ada
di dalamnya. Karena itu, ia segera melakukan zikir dan munajat agar zikir
tersebut bisa mengalahkan dan megeluarkan mereka. nafs-ul-lawwmah terus
berusaha sekuat tenaga mengumpulkan berbagai perabotan sampai akhirnya
rumah itu menjadi indah. Setelah itu, barulah rumah tersebut layak dihuni dan
ditempati sang penguasa (zikir).
Tatkala zikir bertempat di dalamnya dan tatkala al-Haqq tampak dengan jelas,
nafs itupun kembali pada kondisi muthmainnah (tenteram). Itulah nafs yang
mendapatkan cahaya kalbu secara sempurna. Nafs tersebut mengikuti kalbu
untuk naik menuju surga alam kesucian yang bersih dan terhindar dari segala
kotoran. Nafs-ul-muthmainnah selalu tekun mengerjakan ketaatan, serta
merasa tenteram bersama Allah Dzat Yang meninggikan derajat kemuliaan.
Sehingga Allah berseru kepadanya: Wahai nafs-ul-muthmainnah, kembalilah
pada Tuhanmu dalam kondisi ridha dan mendapat ridha. Masuklah sebagai
hamba-Ku, serta masuklah ke dalam surga-Ku. (al-Fajr [89]: 29-30).
3.Miftah-ul-Falah: Petunjuk al-Quran, Sunnah dan Hadits Tentang Zikir
BAGIAN SATU
MAKNA ZIKIR
Mengapa Perlu Mengingat Allah (Berzikir).
1
Petunjuk al-Quran dan Sunnah Tentang Zikir
Beberapa ayat al-Quran yang berkaitan degnan anjuran dan keutamaan zikir
adalah:
Wahai orang-orang yang beriman berzikirlah dengan menyebut nama Allah
sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.
(al-Ahzb [33]: 41-42).
Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi
seraya berkata: Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini siasia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (li
Imrn [3]: 191).
Dan laki-laki serta perempuan yang banyak mengingat Allah, Allah telah
sediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (al-Ahzb [33]: 35).
Karena itu, ingatlah kalian pada-Ku, niscaya Aku pun ingat pada kalian.
Serta bersyukurlah kepada-Ku dan jangan mengingkari nikmat-Ku (alBaqarah [2]: 152).
Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram. (ar-Rad [13]: 28).
Ingatlah Tuhanmu sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah dengan memuji
Tuhanmu di waktu petang dan pagi. (li Imrn [3]: 41).
Sebutlah nama Tuhanmu di waktu pagi dan petang. (al-Insn [76]: 25).
Apabila zikir tersebut dilakukan secara berjamaah, lebih baik dibaca secara
nyaring dengan ritme suara dan cara yang sama.
Sebagian orang berpendapat bahwa zikir yang dilakukan oleh satu orang dan
zikir yang dilakukan secara berjamaah ibarat muadzdzin tunggal dan
muadzdzin jamaah. Sebagaimana suara muadzdzin jamaah bisa menerobos
gumpalan udara yang tak mungkin dijangkau oleh suara muadzdzin tunggal
demikian pula dengan zikir jamaah. Ia lebih banyak memberikan pengaruh ke
dalam kalbu dan lebih memiliki kekuatan untuk mengangkat hijab kalbu
ketimbang zikir yang dilakukan secara sendirian. Selain itu, setiap orang akan
mendapatkan padala zikirnya sendiri dan pahala mendengar zikir orang lain.
Dalam al-Quran, Allah menyerupakan kalbu yang keras dengan bebatuan.
Allah berfirman:
Kemudian kalbumu keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. (alBaqarah [2]: 74).
Batu hanya bisa dipecahkan dengan kekuatan. Demikian pula dengan kalbu
yang keras. Ia baru berubah lewat zikir yang kuat.
5.Miftah-ul-Falah: Peringatan untuk Tidak Meninggalkan Zikir
BAGIAN SATU
MAKNA ZIKIR
Mengapa Perlu Mengingat Allah (Berzikir).
1
Allah s.w.t. berfirman:
Siapa yang berpaling dari zikir kepada Yang Maha Pemurah, Kami jadikan
baginya setan, maka setan itu menjadi teman yang selalu menyertainya. (azZukhrf [43]: 36).
Dari Ab Hurairah, Raslullh s.a.w. bersabda:
Siapa yang duduk dalam suatu tempat, lalu di situ ia tak berzikir kepada
Allah, maka kelak ia akan mendapat kerugian dan penyesalan. (H.R. Ab
Dwd).
Sementara dalam riwayat lain disebutkan:
Tidaklah sebuah kaum duduk dalam suatu majelis yang mereka tidak
berzikir kepada Allah dan tidak mengirimkan shalawat atas Nabi, melainkan
mereka akan mendapatkan penyesalan. Jika berkehendak, Allah siksa
mereka. Jika tidak, Allah ampuni mereka. (H.R. at-Tirmidz).
Raslullh s.a.w. juga pernah bersabda:
Tidaklah suatu kaum bangkit dari satu majelis yang tidak ada zikir di
dalamnya kecuali mereka berdiri di atas busuknya bangkai keledai sementara
mereka akan mendapat penyesalan. (H.R. Ab Dwd).
Mudz ibn Jabal mendengar Raslullh s.a.w. bersabda:
Tidaklah penduduk surga menyesal kecuali atas berlalunya waktu yang
tidak diisi dengan zikir kepada Allah.
Diceritakan bahwa setiap jiwa yang keluar dari alam dunia ini berada dalam
keadaan haus kecuali yang berzikir kepada Allah. Menurut Sahl: Aku tidak
mengetahui ada maksiat yang lebih buruk daripada lalai berzikir kepada
Tuhan. Sementara menurut an-Nr, setiap sesuatu ada sanksinya. Sanksi bagi
ahli makrifat adalah ketika ia terputus dari zikir.
Berbagai Riwayat dari Para Salaf
Menurut Anas ibn Malik, zikir merupakan pertanda adanya iman, keterbebasan
dari nifak, benteng dari setan, dan perlindungan dari neraka Jahanam.
Sementara menurut Malik ibn Dinar, siapa yang lebih suka kepada pembicaraan
makhluk ketimbang pembicaraan Allah berarti sedikit ilmunya, buta kalbunya,
dan sia-sia umurnya.
Al-Hasan berkata: Carilah kenikmatan iman dalam tiga hal: shalat, zikir dan
membaca al-Quran. Apabila ditemukan berarti ia ada. Namun, jika tidak
ditemukan, ketahuilah bahwa pintu telah tertutup. Karena, setiap kalbu yang
tidak mengenal Allah takkan suka kepada zikir dan tak merasa nyaman
bersama-Nya. Allah berfirman:
Dan apabila nama Allah saja yang disebut, kesallah hati mereka yang tidak
beriman kepada akhirat. Tetapi, apabila nama sesembahan selain Allah yang
disebut, mereka bergembira. (az-Zumar [39]: 45).
Menurut sebagian orang arif, rezeki lahiriah terwujud degnan gerakan badan,
rezeki batiniah terwujud dengan gerakan kalbu, rezeki sir terwujud dengan
diam, sementara rezeki akal terwujud dengan fana dari diam sehingga seorang
hamba tinggal dengan tenang untuk Allah (lillh), dengan Allah (billh), dan
bersama Allah (maallh).
Ada yang berpendapat bahwa siapa yang hidup untuk Allah dengan
melaksanakan hakikat zikir, pujian, dan syukur kepada-Nya, pasti Allah akan
menundukkan seluruh alam semesta ini untuknya. Menurut Mutharrif ibn Abi
Bakr, seorang pencinta tak akan pernah bosan terhadap ucapan yang dicintainya.
Yang lainnya berpendapat, siapa yang merasa nyaman dengan kelalaiannya, ia
takkan dapat mencicipi nikmatnya zikir. Menurut Atha, petir takkan menimpa
orang yang senang berzikir kepada Allah.
Hamid al-Aswad bercerita: Suatu ketika aku bepergian bersama Ibrahim alKhawwash. Kami singgah di suatu tempat yang dihuni banyak ular. Ia letakkan
bejana tempat minumnya lalu duduk, begitupun denganku. Saat malam tiba dan
udara mulai dingin, ular-ular itu pun berkeliaran sehingga aku berteriak
memanggil sang Syekh. Namun, ia hanya berkata: Berzikirlah! Maka, akupun
segera berzikir. Tiba-tiba ular-ular itu kembali ke tempatnya, tetapi tak lama
kemudian ia kembali lagi. Aku pun berteriak lagi kepada Syekh. Lagi-lagi ia
berkata seperti tadi. Begitulah hal itu berlangsung terus hingga pagi tiba. Ketika
pagi, ia bangun dan meneruskan perjalanan dan aku pun berjalan menyertainya.
Tiba-tiba dari tikar gulungnya, kusaksikan seekor ular besar jatuh melingkar di
kakinya. Spontan aku berkata: Engkau tidak merasa apa-apa? Jawabnya: Tak
pernah kudapati saat yang lebih nyenyak daripada tadi malam.
Ada yang berpendapat bahwa mengingat Allah dengan kalbu laksana pedang
bagi para murd (orang yang meniti jalan menuju Allah). Dengan pedang
tersebut mereka perangi para musuh dan dengan itu pula mereka tolak segala
bahaya yang menghadang. Ketika seorang hamba kembali dengan kalbunya
kepada Allah, semua keburukan akan sirna.
Apa pula yang mengatakan bahwa manakala zikir sudah tertanam secara kuat
dalam kalbu, apabila setan mendekat, ia akan terlempar seperti manusia. Lalu
setan-setan yang lain berkumpul di sekitarnya seraya bertanya-tanya: Mengapa
sampai begini? Maka, dijawablah bahwa ia telah dijatuhkan oleh manusia.
Dalam Injil disebutkan bahwa Allah berfirman: Ingatlah pada-Ku ketika
engkau marah. Aku pun akan ingat padamu ketika Aku marah. Dan ridalah
-Zikir Khalwat
Antara Zikir dan Membaca al-Quran
6.Miftah-ul-Falah Adab Berzikir
BAGIAN SATU
MAKNA ZIKIR
Mengapa Perlu Mengingat Allah (Berzikir).
1
sang syekh disertai keyakinan dan perasaan bahwa semua itu bersambung dan
bersumber dari Nabi s.a.w. Sebab, syekhnya itu merupakan wakil Nabi s.a.w.
Setelah itu, hendaknya pezikir membaca l ilha illallh dengan penuh kekuatan
disertai pengagungan. Ia naikkan kalimat tersebut dari atas perut. Lalu, dengan
membaca l ilha hendaknya ia berniat melenyapkan segala sesuatu selain Allah
dari qalbu. Dan, dengan membaca illallh hendaknya ia berniat menanamkan
kata tersebut ke dalam qalbu untuk kemudian diteruskan ke semua organ tubuh
seraya terus-menerus meresapi maknanya.
Menurut sebagian ulama, tingkatan zikir yang minimal adalah setiap kali
seseorang membaca l ilha illallh, qalbunya harus bersih dari segala sesuatu
selain Allah. Jika masih ada, ia harus segera melenyapkannya. Jika ketika
berzikir qalbunya masih menoleh pada sesuatu selain Allah berarti ia telah
memosisikan sesuatu selain Allah itu sebagai tuhan bagi dirinya. Allah
berfirman:
Tahukah kamu orang yang memperTingkatan zikir yang minimal adalah setiap kali seseorang membaca l
ilha illallh, qalbunya harus bersih dari segala sesuatu selain Allah. Jika
masih ada, ia harus segera melenyapkannya. Jika ketika berzikir qalbunya
masih menoleh pada sesuatu selain Allah berarti ia telah memosisikan
sesuatu selain Allah itu sebagai tuhan bagi dirinya
tuhankan hawa nafsunya. (al-Furqan [25]: 43).
Janganlah kamu membuat tuhan selain Allah. (al-Isra [17]: 22).
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai Bani Adam agar
kamu tidak menyembah setan. (Yasin [36]: 60).
Dalam hadis, Rasul s.a.w. juga bersabda: Sungguh rugi hamba dinar dan
sungguh rugi hamba dirham. Dinar dan dirham tidaklah disembah dengan cara
rukuk dan sujud kepadanya, tetapi dengan adanya perhatian qalbu kepada dinar
dan dirham itu. L ilha illallh baru bermakna kalau diucapkan sambil
membersihkan qalbu dari segala sesuatu selain Allah. Orang yang mengisi
qalbunya dengan gambaran dunia meskipun membaca kalimat tersebut seribu
kali, takkan mampu merasakan getaran apa-apa. Namun, bila kalbu tersebut
telah kosong dari hal-hal selain Allah, meskipun hanya membaca kata Allah satu
kali saja, ia akan menemukan kelezatan yang tak bisa digambarkan oleh lisan
manusia.
Dulu ia kalangan Bani Israel ada seorang budak hitam yang setiap kali ia
membaca l ilha illallh tubuhnya dari kepala hingga kaki berubah
berwarna putih. Demikianlah, ketika seorang hamba merealisasikan kalimat l
ilha illallh secara benar, qalbunya akan berada dalam kondisi yang tak bisa
diekspresikan lisan dan tak mampu diungkapkan perasaan. Meskipun sangat
ringkas, l ilha illallh adalah kunci pembuka hakikat qalbu selain akan
mengangkat derajat para salikke alam gaib.
Ada yang memilih untuk membaca zikir di atas dengan cara disambung
sehingga seolah-olah menjadi satu kata tanpa tersusupi oleh sesuatu dari luar
ataupun lintasan pikiran dengan maksud agar setan tiak sempat masuk. Cara
membaca zikir seperti ini dipilih dengan melihat kondisi salik yang masih
lemah dalam mendaki jalan spiritual akibat belum terbiasa. Selain terutama
karena ia masih tergolong pemula. Menurut para ulama, ini adalah cara tercepat
untuk membuka qalbu dan mendekatkan diri pada Allah.
Menurut sebagian ulama yang lain, memanjangkan bacaan l ilha illallh lebih
baik dan lebih disukai. Karena, pada saat dipanjangkan, dalam benaknya
muncul semua sekutu Tuhan. Namun, kemudian, semua itu ditiadakan seraya
diikuti dengan membaca l ilha illallh. Dengan demikian, cara ini lebih dekat
kepada sikap ikhlas sebab ia tidak mengakui keberadaan tuhan-tuhan.
Sebagian lagi berpendapat sebaliknya. Menurut mereka, tidak membaca panjang
lebih utama. Sebab, bisa jadi kematian datang di saat sedang membaca l ilha
(tidak ada tuhan), sebelum sampai pada kata illallh (kecuali Allah).
Sementara menurut yang lain, bila kalimat tersebut dibaca dengan tujuan untuk
berpindah dari wilayah kekufuran menuju iman, maka tidak membaca panjang
lebih utama agar ia lebih cepat berpindah kepada iman. Namun, kalau ia berada
dalam kondisi iman, membaca secara panjang lebih utama dengan alasan yang
telah disebutkan.
Adapun adab selanjutnya adalah ketika sang salik sengaja diam secara tenang
dengan kondisi qalbu yang hadir seraya menunggu datangnya limpahan karunia
zikir berupa kondisi ghaibah (kondisi saat pezikir gaib dari zikir dari dirinya).
1. Zikir menyebabkan seseorang terbebas dari api neraka dan selamat dari
lupa, baik di dunia maupun di akhirat. Dalilnya adalah firman Allah:
Ingatlah pada-Ku, pasti Aku ingat padamu.
Lupanya Allah pada seorang hamba akan membuat hamba tersebut lupa pada
dirinya sendiri. Itulah puncak dari segala keburukan.
1. Menjadi cahaya bagi seorang hamba, baik ketika berada di dunia, di alam
kubur, ketika dibangkitkan, maupun ketika dikumpulkan kelak.
2. Zikir adalah puncak segala suara, pintu untuk sampai kepada Allah, dan
kekuatan yang menghancurkan hawa nafsu. Manakala zikir sudah
tertancap kuat di dalam qalbu sementara lisan menjadi pengikutnya,
ketika itulah pezikir menjadi kaya, terhormat, dan mulia. Sementara
hamba yang lalai, kalaupun kaya akan menjadi fakir, dan kalaupun
berkuasa akan menjadi hina nestapa.
3. Orang yang berzikir akan diteguhkan qalbunya, dikuatkan tekadnya,
dijauhkan dari kesedihan, dari kesalahan, dari setan dan tentaranya.
Selain itu, qalbunya akan didekatkan kepada akhirat dan dijauhkan dari
dunia.
4. Zikir adalah laksana pohon berbuah makrifat. Ia adalah modal setiap
orang arif (yang mengenal Allah).
5. Allah pun bersama mereka yang berzikir dengan menganugerahkan
kedekatan, kekuasaan, cinta, taufik, perlindungan-Nya.
6. Nilai zikir sama dengan membebaskan budak, berjihad, mati di jalan
Allah, dan berinfak.
7. Zikir adalah puncak, pangkal, dan pondasi syukur.
8. Siapa yang lidahnya selalu basah dengan zikir serta senantiasa menjaga
larangan dan perintah-Nya, maka ia berhak masuk surga, tempat para
kekasih dan orang-orang yang dekat dengan-Nya. Karena, orang yang
paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Ia akan masuk
surga dalam keadaan tertawa dan tersenyum bahagia.
9. Zikir bisa menghilangkan sifat keras dalam qalbu dan melunakkannya.
ia
bisa
Nama al-Bits (Yang Membangkitkan) sangat tepat untuk diingat oleh mereka
yang alpa, tetapi tidak tepat untuk mereka yang ingin kaya.
Nama al-Afuw (Yang Maha Pemaaf) cocok untuk menjadi zikirnya kalangan
awam sebab mengingatnya bisa memperbaiki kondisi mereka. Tetapi, ia tidak
pantas untuk menjadi zikirnya para salik karena di dalamnya masih terdapat
ingatan terhadap dosa. Sementara, zikir para salik tidak lagi terkait dengan
urusan dosa bahkan tak terkait dengan urusan pahala. Namun, apabila ia
menjadi zikirnya kalangan awam, hal itu baik untuk mereka.
Nama al-Maul (Tuan Yang Menolong dan Membela) sangat tepat bagi para
hamba karena sesuai dengan kondisi dan kedudukan mereka.
Nama al-Muhsin (Yang Memberi Karunia) sangat sesuai bagi kalangan awam
untuk mencapai derajat tawakal. Berzikir dengan nama tersebut akan
mendatangkan kedamaian dan kelapangan. Selain itu, ia juga bisa
menghilangkan kecemasan murid saat menghadapi dunia Tuhan.
Nama al-Allm (Yang Maha Mengetahui) ketika diingat akan menyadarkna
seseorang dari kelalaian, menghadirkan kalbu bersama Tuhan, serta
mengajarkan adab dan perasaan muraqabah. Ia memicu perasaan suka cita (uns)
bagi mereka yang ahli estetika, dan menanamkan rasa cemas bagi mereka yang
masuk ke dunia Tuhan.
Nama al-Ghfir (Yang Mengampuni) layak dibacakan kepada para murid awam
sebab mereka adalah orang-orang yang takut terhadap adanya hukuman dosa.
Adapun bagi orang-orang yang sudah mencapai kedudukan hadir bersama
Tuhan, mengingat pengampunan dosa hanya akan mendatangkan perasaan
jemu. Demikian pula mengingat kebaikan dan pahala, ia hanya akan
menimbulkan kedunguan. Karena, akan muncul dalam jiwa perasaan seolah
telah berjasa kepada Allah lewat pengabdian mereka ketika melakukan amal
ketaatan.
Nama al-Matn (Yang Maha Kukuh) berbahaya bagi mereka yang tengah
berkhalwat. Sebaliknya, ia sangat bermanfaat bagi orang-orang yang
mempermainkan agama. Dengan terus-menerus mengingat nama tersebut
mereka akan dibawa kepada sikap tunduk dan khusyuk.
Nama al-Ghan (Yang Maha Kaya) sangat bermanfaat bagi orang yang
senantiasa ingin beribadah, tapi belum mampu melakukannya.
Nama al-Hasb (Yang Mencukupi) akan membawa pezikirnya kepada derajat
tajrd (selalu ibadah) walaupun sebelumnya ia sibuk dengan pencarian dunia).
Sebab, ia merasa cukup dengan Allah sebagai Dzat Yang Mencukupi segalanya.
Nama al-Muqt (Yang Kuasa Memberi Rezeki) kalau dijadikan zikir akan
mengantar seorang hamba untuk selalu beribadah serta memunculkan sikap
tawakal.
Nama Dzul-Jall (Yang Memiliki Keagungan) sangat tepat untuk berkhalwat
bagi mereka yang lalai.
Nama al-Khliq (Yang Maha Pencipta) adalah zikirnya para ahli ibadah sesuai
dengan ilmu mereka yang mengantarkan pada amal saleh. Namun, berzikir
dengan nama ini tidak cocok bagi mereka yang akan memasuki kondisi
kesendirian bersama Tuhan. Sebab, hal itu akan menjauhkan mereka dari
makrifat dan mendekatkan mereka kepada keruwetan ilmu.
Nama al-Mashawwir (Yang Membuat Bentuk) termasuk zikirnya para hamba.
Nama al-Alm (Yang Mengetahui) termasuk zikirnya para hamba dan sangat
tepat bagi para salik pemula. Di balik nama tersebut ada peringantan untuk
selalu muraqabah (merasa diawasi Tuhan) sehingga dengan itu muncul rasa
takut dan harap.
Nama ar-Raqb (Yang Mengawasi) apabila diingat oleh orang-orang yang lalai
akan membuat mereka sadar. Sementara apabila diingat oleh para ahli ibadah
akan membuat mereka terbebas dari sifat riya. Demikian pula dengan para ahli
makrifat, mereka hanya membutuhkan zikir yang membuat mereka hadir
bersama Tuhan. Ada sebagian syekh yang mengajarkan muridnya untuk
mengucapkan beberapa ungkapan seperti Allah bersamaku, Allah melihatku.
Para syekh menyuruh para murid untuk senantiasa mengucapkan ungkapan
tersebut baik dengan lisan maupun dengan qalbu untuk mengobati qalbu
tersebut dari penyakit lalai dan alpa. Berzikir dengan makna nama ar-Raqb
akan membuat mereka tersadarkan sehingga mereka bisa hadir bersama Allah
dengan penuh adab. Itulah kondisi para ahli ibadah qalbiyah (ibadah yang
terkait dengan qalbu). Yang lebih sempurna adalah rijal-ul-anfas, yaitu orangorang yang pada setiap kali tarikan nafas, qalbu mereka hadir bersama Allah.
Mereka tidak menarik nafas kecuali dalam keadaan hadir bersama-Nya. Ini
adalah tingkatan yang sulit bagi mereka yang masih terhijab karena tidak sesuai
dengan berbagai kebiasaan manusia pada umumnya.
Nama al-Wafy (Yang Memenuhi dan Mencukupi) adalah zikirnya para
kalangan mutawassith (menengah). Berzikir dengan nama tersebut di saat
berkhalwat akan menyebabkan seseorang mempunyai kesiapan menerima
segala takdir-Nya.
Nama al-Majd (Yang Agung sekaligus Mulia) tidak tepat untuk dibaca dalam
khalwat para pemula. Namun, mereka yang berada di tingkat menengah harus
Nama al-Ftiq (Yang Meretas) menjadi zikirnya mereka yang sudah sampai
pada tingkat makrifat. Nama tersebut tidak tepat untuk menjadi zikirnya para
pemula.
Nama asy-Syakr (Yang Maha Menerima Syukur) hanya tepat menjadi zikirnya
mereka yang sudah mencapai jenjang wushul (sampai pada Allah).
Nama Dzuth-Thaul (Yang Mempunyai Karunia) mengingatkan kita pada
karunia Allah seperti Islm, kemudian mn selanjutnya Ihsn, saknah,
istiqmah, makrifat, al-waqfah (diam bersama-Nya), at-tahqq (penentuan
hakikat) dengan kedudukan-kedudukan tertentu, dan yang terakhir adalah
khilfah. Nama tersebut paling cepat membuka jalan bagi seorang hamba untuk
sampai pada tersingkapnya hijab. Demikian pula dengan nama al-Fatth (Yang
Maha Pembuka).
Nama al-Jabbr (Yang Kehendak-Nya tak dapat diingkari) dibacakan di saat
berkhalwat kepada mereka yagn masih lemah dan dikhawatirkan terjerumus
dalam kesenangan yang bisa menghalangi mereka dari merasakan kehadiran
Allah. Berzikir dengan nama tersebut akan membuat mereka istiqamah dalam
suluk-Nya.
Nama al-Mutakabbir (Yang Memiliki Kebesaran) dan nama yang lainnya
diingat di saat berkhalwat agar seorang hamba yang mendapatkan hamparan
karunia Allah bisa tetap merasakan keagungan-Nya.
Nama al-Qdir (Yang Maha Kuasa) akan sangat bermanfaat bagi mereka yang
tak percaya terhadap sesuatu yang luar biasa. Jika pada saat berkhalwat mereka
berzikir dengan nama tersebut, Allah akan memberi karunia kepada mereka
berupa pengakuan terhadap kebenarannya.
Nama al-Qdh (Yang Menetapkan) berarti Dzat yang semua hukum-Nya harus
dipatuhi. Orang yang berzikir dengan nama tersebut ketika sedang berada
dalam keraguan akan Allah beri ketetapan dalam jiwanya untuk menyaksikan
al-Haqq.
Nama al-Qawy (Yang Maha Kuat) sangat bermanfaat bagi mereka yang sedang
sakit, terlupa, lemah dalam berzikir, atau sedang dalam kerisauan sebab ia bisa
menguatkan mereka. Terutama bagi para penguasa dan para tiran, jika nama
tersebut senantiasa mereka ingat, hal itu akan membuat mereka kembali tunduk
pada al-Haqq.
Nama al-Hfizh (Yang Menjaga) khususnya mempunyai arti menjaga kondisi
yang ada. Ia tepat menjadi zikirnya orang-orang yang takut keapda makar dan
tipu daya.
Nama al-Mukrim (Yang Memuliakan) sangat tepat bagi seorang syekh untuk
memerintahkan muridnya membaca zikir tersebut manakala ia merasa dirinya
hina dan rendah.
Nama al-Mudabbir (Yang Mengatur segala urusan) hanya tepat dijadikan zikir
oleh seorang salik ketika ia dikhawatirkan oleh sang syekh akan terkalahkan
oleh kondisi tauhid.
Nama al-Kabr (Yang Besar). Sangat tepat jika sang syekh menyuruh muridnya
berzikir dengan nama tersebut ketika ia mencapai tingkat yang sudah dekat
kepada Allah sementara dikhawatirkan si murid berada dalam kondisi cemas
darinya.
Nama al-Mutal (Yang Mengungguli semua yang tinggi) sama seperti al-Kabir.
Ia berguna untuk menolong kondisi cemas seorang salik ketika akan berada
dalam kondisi tajalli. Ketika nama tersebut diingat, ia akan kembali kepada
kesadarannya.
Nama al-Muqtadir (Yang Maha Menentukan) menjadi zikirnya mereka yang
ingin menyaksikan berbagai karamah (sesuatu yang luar biasa).
Nama al-Fal (Yang Maha Berbuat) berguna bagi mereka yang menginginkan
kekuasaan dan karamah.
Nama al-Mud (Yang Menggembalikan) dibacakan oleh sang Syekh kepada
murid yang ingin dihijab saat dikhawatirkan mengalami kecemasan akibat
tersingkapnya rahasia Tuhan.
Nama al-Bthin (Yang Maha Tersembunyi) menjadi zikirnya para salik yang
berada dalam kondisi menyaksikan manifestasi Allah sedang dikhawatirkan ia
akan berada dalam situasi cemas. Seorang Syekh juga membacakan nama
tersebut kepada mereka yang sudah mencapai kedekatan dengan Allah.
Nama al-Qudds (Yang Maha Suci-Murni) sangat sesuai untuk dibaca oleh
mereka yang ketika sedang berkhalwat terbersit dalam benakbya pikiran-pikiran
seperti yang dimiliki oleh kalangan ahli tajsm (yang mengatakan bahwa Allah
memiliki jasad), ahli tasybih (yang menyerupakan Allah dengan makhluk), atau
golongan yang berkeyakinan sama. Berzikir dengan nama tersebut sangat
berguna bagi mereka. Akan tetapi, seorang syekh hendaknya tidak menyuruh
selain mereka untuk berzikir dengan nama tersebut, terutama yang akidahnya
berpaham Asyariyyah. Sebagai gantinya, mereka bisa membaca nama al-Qarb,
ar-Raqb, al-Wadd, dan nama-nama lainnya yang serupa.
-Zikir Khalwat
Antara Zikir dan Membaca al-Quran
9.Miftah-ul-Falah: Memilih Zikir
BAGIAN SATU
MAKNA ZIKIR
Mengapa Perlu Mengingat Allah (Berzikir).
1
Ada di antara ulama yang memilih kalimat L ilha illallh, Muhammad-urraslullh baik di awal maupun di akhir. Ada lagi yang pada permulaannya
melihat kalimat L ilha illallh tetapi di akhir cukup membaca lafal Allh.
Inilah kelompok yang terbanyak. Lalu ada kelompok yang memilih untuk
membaca lafal Allh, Allh saja. Dan ada pula yang mengucapkan lafal Huwa.
Kelompok yang pertama berargumen bahwa iman hanya sah dan diterima
apabila pengakuan terhadap risalah disambung dengan pengakuan terhadap
keesaan Allah. Barang kali ada yang berpendapat bahwa kedua pengakuan
tersebut hanya diucapkan ketika seseorang belum memiliki iman yang kuat.
Sehingga, ketika iman sudah tertanam dan kukuh, kedua pengakuan tersebut
semestinya dipisah. Pendapat ini mereka jawab sebagai berikut.
Apabila pemisahan antara kedua pengakuan tersebut tidak diperbolehkan di
awal, apalagi di akhir. Karena itu, azan sebagai syiar Islam baru menjadi sah
dan benar kalau di dalamnya kedua pengakuan tersebut digabungkan.
Sebagaimana azan tidak pernah berubah dari keadaannya semula, yaitu dengan
senantiasa menggabungkan antara pengakuan terhadap keesaan Allah dan
pengakuan terhadap Rasul, demikian pula dengan seorang mukmin. Keimanan
seorang mukmin barulah benar setelah ia menggabungkan antara dua hal asasi
tersebut. Keduanya tak boleh dipisah. Allah berfirman:
Dengan (perumpamaan) itu Allah menyesatkan banyak orang dan dengan
itu pula banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Tidak ada orang yang
disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. Yaitu, orang-orang yang
melanggar perjanjian Allah setelah perjanjian itu dibuat dengan teguh dan
memutuskan perkara apa yang Allah perintahkan untuk dihubungkan. (alBaqarah [2]: 26-27).
Sebagian ahli tafsir menegaskan, maksud dari ayat tersebut adalah Allah
menyuruh menghubungkan antara zikir kepada Nabi-Nya dan zikir kepada-Nya.
Maka siapa yang memutuskan antara keduanya berarti telah memutuskan apa
yang Allah perintahkan untuk disambung. Dan siapa yang berbuat hal tersebut
berarti telah termasuk mereka yang mengalami kerugian.
Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman:
Dan Kami tinggikan untukmu sebutanmu (wahai Muhammad). (alInsyirah [94]: 4).
Menurut sebagian ahli tafsir, makna dari ayat di atas adalah Tidaklah aku
disebut kecuali engkau (Muhammad) disebut bersama-Ku. Kalaupun kemudian
ada yang mengaku dalam kedudukan fana di mana ia tidak menyaksikan sesuatu
selain Allah sehingga hanya berzikir menyebut nama-Nya, dijawab oleh
kelompok ini bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq saja ketika membawa seluruh harta
kepada Nabi s.a.w., lalu ditanya oleh beliau: Apa yang kau tinggalkan untuk
keluargamu? ia menjawab: Allah dan Rasul-Nya. Abu Bakar tidak menyebut
Allah saja. Namun, beliau menggabungkan antara keduanya (Allah dan Rasul).
Hal yang sama berlaku dalam lari kecil ketika tawaf. Lari kecil itu disyariatkan
karena suatu sebab. Namun, ketika sebab tersebut tidak ada, lari kecil itu tetap
disyariatkan.
Yang kedua adalah berzikir dengan L ilha illallh (tiada tuhan selain Allah).
Dalilnya adalah firman Allah:
Ketahuilah bahwa tiada tuhan selain Allah.
Selain itu, Nabi s.a.w. pernah bersabda:
Sebaik-baik yang diucapkan olehku dan oleh para nabi sebelumku adalah
kalimat L ilha illallh.
Pernyataan tersebut mengandung pengingkaran terhadap semua
Nabi s.a.w. pernah bersabda: Sebaik-baik yang diucapkan olehku dan oleh
para nabi sebelumku adalah kalimat L ilha illallh.
tuhan selain Allah sekaligus menetapkan-Nya sebagai Tuhan semesta alam.
Dalam setiap ibadah pasti terkandung makna L ilha illallh. Dalam bersuci
misalnya, kita menghilangkan najis yang ada sekaligus menetapkan kesucian.
Zakat juga melenyapkan rasa cinta pada harta sekaligus menetapkan kecintaan
pada Allah, menunjukkan ketidakrakusan terhadap dunia, serta menampakkan
rasa butuh kepada-Nya.
Selain itu, kalbu manusia umumnya terisi oleh sesuatu selain Allah. Karena itu,
harus ada ungkapan penafian yang menafikan semua kepalsuan. Jika qalbu
terlah kosong, diletakkanlah ke dalamnya mimbar tauhid guna diduduki oleh
kekuasaan makrifat. Tentu, yang diletakkan adalah sesuatu yang paling utama,
paling luas manfaatnya, dan paling berbobot sebab ia harus bisa menandingi
banyak rival. Kekuatannya harus bisa menandingi semua lawan. Oleh karena
itu, Nabi s.a.w. bersabda:
Sebaik-baik yang diucapkan olehku dan oleh para nabi sebelumku adalah
L ilha illallh.
Maka, berzikirlah dengan zikir paling utama yang kukuh. Ia merupakan zikir
terkuat yang memiliki cahaya paling terang dan kedudukan paling dekat.
Seorang hamba baru merasa tenteram dan menyukai ungkapan zikir tersebut
jika ia terus dipelihara dan diamalkan. Rahmat Allah bersifat menyeluruh dan
mencapai tujuan yang dikehendaki. Siapa yang membuat penafian dengan
ungkapan L ilha (tiada tuhan) ia telah membuat satu penetapan tentang
keesaan-Nya dengan ungkapan illallh (kecuali Allah).
Zikir yang ketiga adalah zikir tanzh (menyucikan Allah). Yaitu, dengan
membaca subhnallhu wa bihamdih. Zikir ini baru dibaca jika hasil dari zikir
nafy dan itsbt (L ilha illallh) sudah terlihat pada dari slik sebagaimana
akan dijelaskan nanti insy Allh.
Zikir yang keempat adalah menyebut kata Allah. Zikir ini disebut dengan zikir
mufrad sebab orang yang berzikir degnan zikir tersebut menyaksikan secara
langsung keagungan dan kebesaran Allah. Ketika itu ia berada dalam kondisi
fana. Allah berfirman:
Katakan: Allah. Kemudian biarkan mereka bermain-main dalam
kesesatan mereka. (al-Anam [6]: 91).
Diceritakan bahwa pada suatu ketika asy-Syibli ditanya oleh seseorang:
Mengapa anda mengucapkan lafal: Allh, bukan L ilha illallh? Asy-Syibli
menjawab: Sebab, Abu Bakar ash-Shiddiq memberikan semua hartanya tanpa
tersisa sedikit pun, lalu ia menghadap Nabi s.a.w. Nabi kemudian bertanya:
Apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu? Jawabnya: Allh. Karena itu
aku pun mengucapkan lafal Allh. Orang itu bertanya lagi: Ada alasan
lain? asy-Syibli berkata: Aku malu untuk berzikir dengan kalimat nafy (tiada
tuhan) di hadapannya. Padahal, segala sesuatu merupakan pancaran cahayaNya. Orang itu pun bertanya lagi: Ada alasan lain? Asy-Syibli menjawab:
Aku takut kalau meninggal dunia dalam kondisi mengingkari keberadaan
Tuhan (dalam keadaan membaca L ilha ) sebelum sempat menetapkan-Nya
(membaca illallh). Orang itu pun bertanya kembali: Ada alasan lain? Lalu
asy-Syibli menjawab: Allah berfirman kepada Nabi-Nya:
Katakan: Allh. Kemudian biarkan mereka bermain-main dalam
kesesatan mereka.
Mendengar jawaban tersebut orang itupun bangun sambil menjerit histeris.
Ketika asy-Syibli mengucapkan lafal Allh, orang itu menjerit lagi. Ketika
asy-Syibli mengucapkan lafal Allhsekali lagi, ia kembali menjerit histeris.
Lalu tak lama kemudian ia meninggal dunia. Seketika berkumpullah para karib
kerabat orang tersebut. Mereka menangkap asy-Syibli untuk menuntut balas.
Asy-Syibli akhirnya dibawa ke hadapan khalifah. Sang Khalifah kemudian
mengizinkan mereka untuk masuk. Mereka langsung saja menuntut balas
terhadap asy-Syibli. Khalifah pun bertanya kepada asy-Syibli: Bagaimana
jawabanmu? Dengan singkat asy-Syibli menjawab: Roh yang rindu,
untuk membersihkan diri dari segala keburukan, sedangkan kalimat itsbt untuk
mengisinya dengan sesuatu yang mulia. Sama halnya seperti papan. Sebelum
tulisan di atasnya dibersihkan, ia tidak bisa ditulisi dengan yang lain. Qabu yang
satu ini juga tak bisa menjadi wadah bagi dua unsur sekaligus, apalagi diisi
dengan berbagai unsur. Seandainya kata Allh diucapkan seribu kali,
maknanya tetap takkan meresap ke dalam qalbu. Namun, apabila qalbu sudah
bersih dari sesuatu selain Allah, walaupun lafal Allh hanya dibaca sekali, ia
akan merasakan kenikmatan yang tak bisa diungkapkan oleh lisan.
Zikir yang kelima adalah lafal Huwa (Dia). Huwa adalah lafal isyarat. Bagi ahli
zhhir, kata tersebut tidaklah sempurna kecuali untuk suatu khabar. Misalnya
berdiri atau duduk sehingga kalimatnya menjadi Dia berdiri, Dia duduk,
dsb. Bagi mereka, kata tersebut adalah untuk memberitahukan tentang akhir
perjalanan dari sebuah penemuan hakikat. Para ahli hakikat mencukupkan diri
dengan lafal tersebut tanpa memberikan penjelasan tambahann karena mereka
sedang tenggelam dalam kedekatan dengan Allah dan qalbu mereka sedang
dikuasai oleh zikir. Tak ada sesuatu pun selain-Nya sehingga yang muncul
hanyalah isyarat kepada-Nya. Suatu ketika seorang hamba yang sedang
mabuk bersama Allah itu ditanya: Siapa namamu? Ia menjawab: Huwa.
Lalu ditanya lagi: Dari mana asalmu? Jawabnya: Huwa. Selanjutnya, ia
ditanya lagi: Dari mana kamu datang? Huwa jawabnya. Apa maksudmu
mengucapkan Huwa? Huwa jawabnya. Jadi setiap kali ditanya tentang
sesuatu, ia hanya berkata Huwa. Kemudian dikatakan padanya: Barangkali
maksudmu Allah. Seketika itu pula orang tersebut berteriak keras lalu mati.
Barangkali ada yang berkata: Anda telah menyebutkan beberapa dalil dari
masing-masing zikir di atas sehingga sepertinya tak ada zikir yang tak terbaik.
Hal ini tentu saja menimbulkan kebingunan ketika harus memilih.
Jawabannya, setiap zikir harus disesuaikan dengan waktu, situasi, dan
kondisinya. Masalah ini akan dijelaskan nanti. Al-Quran misalnya, secara
umum ia lebih baik daripada zikir. Namun, pada waktu-waktu tertentu,
membaca zikir lebih baik daripada al-Quran. Pada saat rukuk misalnya.
10.Miftah-ul-Falah: Tahapan Zikir Bagi Seorang Salik
BAGIAN
MAKNA
Mengapa
1
Perlu
Mengingat
Allah
SATU
ZIKIR
(Berzikir).
Orang yang menjaga zikir akan terpenuhi cahaya dan akan bisa menyaksikan
berbagai hal gaib. Karena itu, siapa yang berkeinginan kuat untuk memperoleh
disaksikan,
Qalbu kaum beriman menjadi bersih dan tercuci dari segala karat dengan
bershalawat kepadaku.
Karena itu, seorang salik diperintahkan memulai suluknya dengan membaca
shalawat atas Nabi s.a.w. untuk membersihkan qalbu sebagai tempat keikhlasan.
Tak ada keikhlasan kalau masih ada aib dan kekurangan. Memperbanyak
shalawat atas Nabi s.a.w. menumbuhkan rasa cinta kepada beliau. Dari rasa
cinta, muncullah perhatian yang besar kepada sosok beliau termasuk kepada
sifat, akhlak, dan semua keistimewaan beliau. Jadi, untuk bisa mengikuti semua
perbuatan dan akhlak beliau, kita harus mempunyai perhatian yang besar
kepada beliau. Perhatian tersebut hanya didapat lewat rasa cinta yang
mendalam. Sementara cinta yang dalam diperoleh dengan memperbanyak
shalawat atasnya. Siapa yang cinta kepada sesuatu, ia akan banyak
menyebutnya.
Karena itu, hendaknya seorang salik memulai dengan membaca shalawat atas
Nabi s.a.w. Ia telah mencakup zikir kepada Allah dan zikir kepada Rasul-Nya.
Diriwayatkan bahwa suatu ketika Allah s.w.t. berfirman kepada Nabi s.a.w.:
Wahai Muhammad, Kujadikan zikir kepadamu sebagai bagian dari zikir
kepada-Ku. Siapa berzikir kepadamu berarti telah berzikir kepada-Ku. Siapa
mencintaimu berarti telah mencintai-Ku.
Karenanya, Nabi s.a.w. kemudian bersabda:
Siapa berzikir kepadaku berarti telah berzikir kepada Allah dan siapa
mencintaiku berarti telah mencintai Allah.
Orang yang membaca shalawat sebenarnya juga telah berzikir menyebut nama
Allah, yakni saat ia membaca Allhumma (Ya Allah).
Perlu diketahui bahwa zikir terbagi dua: zikir yang tak mengandung munajat
dan zikir yang mengandung munajat. Zikir yang mengandung munajat jauh
lebih berpengaruh bagi qalbu seorang pemula daripada zikir yang tak
mengandung munajat. Sebab, orang yang bermunajat merasakan qalbunya dekat
dengan Dzat yang ia munajati (yang ia minta). Hal itu tentu saja sangat berkesan
dalam kalbu sekaligus menanamkan rasa takut. Ketika seorang salik
mengucapkan kata Allahumma shalli (Ya Allah, curahkan shalawat), ungkapan
tersebut merupakan zikir sekaligus munajat. Sebab, ia meminta shalawat dan itu
merupakan munajat. Ia ditujukan kepada Dzat yang hadir di hadapannya.
Bisa jadi shalawat atas para nabi disyariatkan karena roh manusia sangat lemah.
Ia tak bisa menerima limpahan cahaya Ilahi. Ketika hubungan antara roh
manusia dan roh para nabi itu terjalin secara baik, barulah limpahan cahaya dari
alam gaib yang masuk ke dalam roh para nabi itu terpantul kepada roh orangorang yang membaca shalawat atas mereka.
Kalau seorang murid yang ingin bersuluk sebelumnya telah banyak melakukan
kesalahan dan dosa, maka hendaknya ia memulai suluknya dengan banyak
beristighfar sampai terlihat betul hasilnya. Menurut para imam, setiap zikir
memiliki hasil dan tanda tertentu. Hal ini sudah umum dikenal di kalangan
mereka.
Hasil spesifik dari zikir dibedakan menjadi dua jenis: yang terlihat oleh kalbu di
saat kondisi sadar, dan yang bisa disaksikan oleh salik dalam mimpi. Hasil yang
dicapai para salik terbagi menjadi tiga tingkatan. Seorang salik bisa naik tingkat
setelah menyaksikan:
1. Hasil yang tampak di saat di sadar,
2. Yang tampak oleh qalbu di saat tidur, dan
3. Yang tampak baik di saat sadar maupun di saat tidur.
Jenis ketigalah yang paling sempurna. Walaupun hasil dari zikir tadi berbedabeda, tapi ia mengacu pada asal yang sama. Bisa jadi yang tampak bagi
seseorang tak tampak bagi yang lain. Sebaliknya, yang tak tampak baginya
tampak bagi orang lain. Masing-masing diberi hasil tertentu yang tetap mengacu
pada sesuatu yang sama. Hasil tersebut berbeda-beda bergantung pada karunia
yang diberikan kepada para salik. Tetapi, menurut para ahli hakikat ia tetap
beredar pada landasan yang sama.
Seorang salik baru bisa naik dari satu zikir ke zikir yang lain apabila hasil yang
khusus untuknya telah terasa. Apabila ia telah terlihat tunduk, serta wajahnya
menyiratkan kehinaan dan kepatuhan, ketika itulah ia diperintahkan untuk
membaca zikir yang bisa menjernihkan qalbu, yaitu shalawat atas Nabi s.a.w.
Ini diberikan jika sang salik sebelumnya telah mempergunakan organ-organ
tubuhnya untuk maksiat dan jika sebelum itu nafsunya condong kepada
perbuatan dosa. Adapun kalau ia telah bisa menjaga diri dan tidak terbawa oleh
nafsu yang memerintah kepada keburukan, maka hendaknya ia langsung
disuruh membaca shalawat atas Nabi s.a.w. agar segera mencapai apa yang
dituju.
Kemudian perhatikan, apakah salik tersebut termasuk golongan awam atau
termasuk golongan berilmu. Kalau termasuk golongan awam, hendaknya ia
membaca shalawat yang lengkap. Ia mulai membacanya dengan tekun sampai ia
menemukan hakikatnya dan menyaksikan apa yang ada di baliknya. Setelah itu
ia melanjutkan kepada yang lain. Namun, kalau sang salik termasuk golongan
berilmu tak perlu disuruh membaca shalawat tersebut. Sebab, lisannya memang
sudah basah dengan shalawat. Shalawat tersebut telah dibaca berulangn kali,
hanya saja ia belum bisa menemukan hakikat di balik shalawat tersebut sebab
cahaya shalawat itu belum merasuk ke dalam qalbunya. Karena itu, biarkanlah
shalawat yang lengkap itu dibaca setiap kali selesai shalat wajib sebanyak
sebelas kali sebagai bacaan tetapnya. Dengan demikian, mata batin orang
tersebut mendapat cahaya dari maknanya. Juga di waktu malam dan siang
hendaknya ia terus membaca shalawat seperti yang telah kamu sebutkan. Selain
itu, janganlah meninggalkan ungkapan sayyidin sebab di balik ungkapan
tersebut ada rahasia yang akan tampak bagi mereka yang sudah rutin
melakukannya.
Ketika rahasia tersebut telah tampak dan terliha, barulah sang salik pindah
kepada zikir yang lebih tinggi daripada yang tadi. Yaitu, dengan membaca
Allahumma shalli ala habibika (Ya Allah berikan shalawat kepada kekasihMu). Di sini Nabi s.a.w. dinisbatkan kepada Sang Pencipta dengan secara
khusus menyebutkan kedudukan beliau sebagai makhluk yang paling dicintai
Allah. Si salik harus bertekad dan berniat untuk naik kepada tingkat yang tinggi.
Sekarang kami akan menyebutkan posisi duduk dalam berzikir. Di antara adab
yang harus diperhatikan, seorang salik hendaknya duduk di hadapan Tuhan
dengan sikap pasrah dan tunduk. Hendaknya ia duduk seperti duduknya orang
yang butuh dan tawaduk. Kepalanya diletakkan di antara kedua lututnya dengan
mata yang tertutup dari semua benda yang tampak. Dengan duduk semacam itu,
qalbunya akan konsentrasi dan akan bersih dari semua kotoran sehingga
limpahan cahaya, tanda, dan rahasia akan datang kepadanya. Apabila engkau
telah duduk dengan cara seperti itu dan membaca taawwudz, bacalah basmalah,
kemudian setelah itu ucapkan:
Untuk Allah kukirimkan shalawat atas Nabi kami Muhammad.
kali (sebutkan jumlah bilangan yang dituju) dengan penuh iman dan harap
kepada Allah, serta dengan mengagungkan, menghormati, dan memuliakan
kebenaran Rasul s.a.w. Semoga Allah memberikan shalawat dan salam-Nya atas
Nabi kita Muhammad dan keluarganya.
Setelah itu, mulailah membaca shalawat atas Nabi s.a.w. Apabila bacaan
shalawat tersebut telah mencapai bilangan yang dituju atau bila di tanganmu
ada tasbih engkau telah sampai pada tempat semula, bersihkan niat dan
maksudmu. Barang kali dengan pengulangan niat itu akan tampak berbagai
rahasia di balik lafal-lafalnya. Sebab, di balik setiap lafal ada rahasia yang
tersembunyi.
kuat dari yang pertama. Ia hanya bisa dipikul oleh mereka yang kuat. Apabila
pezikir mempunyai akal cerdas, mempunyi temperamen baik, teguh, dan kuat
hendaknya ia diperintah untuk memperbanyak zikir tersebut. Tetapi, apabila
masih belum stabil, lemah, temperamennya kurang kukuh, ia harus dibimbing
dengan baik dan zikir itu diberikan sebagai wirid harian hingga akhirnya sedikit
demi sedikit menjadi kuat. Ketika itu, barulah ia disuruh untuk memperbanyak
zikir tersebut sebab sudah tergolong kuat. Kalau ia langsung memperbanyak
bacaan zikir tersebut sebelum sempat memperbaiki temperamen kejiwaannya, ia
bisa terbakar oleh zikir tadi dan terhenti sebelum sampai tujuan. Karena itu,
teruslah bersama zikir tersebut sampai tampak bagimu bagaimana keseluruhan
alam ini berada dalam satu domain dan sampai engkau tidak lagi menyaksikan
dengan mata hatimu sesuatu selain Allah di dua alam ini layaknya shalat untuk
orang yang telah mati serta bertakbir atas mereka sebanyak empat kali. Setelah
itu, sama saja dalam pandanganmu antara pujian dan celaan. Engkau akan
menganggap celaan itu sebagai pelajaran dan peringatan. Serta engkau akan
menganggap pujian sebagai ujian dan cobaan. Demikianlah lisan mereka berada
dalam dua kondisi: memuji atau mencelamu. Kalau engkau masih sibuk
membela diri, sekecil apapun bentuk pembelaan diri itu, berarti engkau orang
yang pandai berdalih dan dalam dirimu masih ada setan yang menipu.
Selanjutnya, apabila hasil dari zikir nafy dan itsbt tadi telah tampak, bacalah
zikir tanzh (menyucikan Allah), yaitu dengan membaca:
.
Maha Suci Allah Yang Agung dan segala puji bagi-Nya. Ya Allah,
limpahkan shalawat dan salam atas junjungan kami, Muhammad, dan atas
keluarganya.
Manakala hasil zikir tersebut telah terlihat dan rahasianya telah tampak, saat
itulah engkau bisa melakukan zikir tunggal yaitu membaca: Allh, Allh, Allh
secara konsisten. Sekali lagi, janganlah sampai engkau meninggalkan zikir
kepada Nabi s.a.w. Sebab, ia merupakan kunci bagi semua pintu dengan izin
Allah Yang Maha Mulia dan Maha Pemberi. Kami pun merasa cocok meniti
jalan ini. Segala puji bagi Allah Yang Maha Dekat dan Maha Menjawab.
Jalan lain adalah cara yang dipergunakan oleh al-Junaid. Cara tersebut
memiliki
delapan
syarat:
1).
Senantiasa
dalam
kondisi
wudhu,
2).
Senantiasa
diam,
3).
Senantiasa
berkhalwat.
4).
Senantiasa
berzikir
dengan
membaca
L
ilha
illallh.
5). Senantiasa mempautkan qalbu dengan sang syekh, serta mengambil
pengetahuan yang nyata dari syekhnya dengan meleburkan perbuatannya
dengan
perbuatan
sang
syekh,
6).
Senantiasa
melenyapkan
segala
bisikan,
7). Senantiasa menerima semua yang Allah berikan, entah itu baik atau buruk,
8). Tidak meminta surga atau berlindung dari neraka.
Cara lain adalah menyedikitkan makan secara berangsur-angsur sebab itulah
yang bisa menghalangi masuknya setan dan hawa nafsu. Dengan makan sedikit,
berkuranglah kekuasaan mereka.
Cara yang lain lagi adalah menyerahkan diri kepada seorang syekh yang
dipercaya agar ia bisa memilihkan apa yang menjadi kemaslahatannya. Orang
yang sedang bersuluk ibarat bayi atau anak kecil. Ia masih harus mempunyai
wali, pengasuh, hakim, atau penguasa yang mengatur urusannya.
11.Miftah-ul-Falah: Zikir Khalwat
BAGIAN SATU
MAKNA ZIKIR
Mengapa Perlu Mengingat Allah (Berzikir).
1
Pada hakikatnya, zikir khalwat adalah percakapan sirr dengan Allah yang tak
bisa dilihat oleh orang lain. Adapun wujudnya, terkait dengan pengertian
tersebut, yakni menghadapkan diri kepada Allah dan memutuskan hubungan
dengan selain-Nya. Secara lahiriah, ia bermakna menjernihkan cermin qalbu
dari segala gambaran yang terlukis semenjak seseorang lalai dan sibuk dengan
dunia. Segala gambaran tersebut merupakan kegelapan yang bertingkat-tingkat
sehingga membuat qalbu berkarat hingga lalai kepada Allah. Dengan
berkhalwat, berzikir, berpuasa, bersuci, diam, menghilangkan semua lintasan
pikiran, mempautkan qalbu, dan mentauhidkan Tujuan, cermin qalbu itu pun
menjadi bersih dari karat. Khalwat laksana alat peniup api, zikir laksaan api dan
alat pendingin, puasa dan bersuci laksana alat pembersih, diam dan
menghilangkan semua lintasan pikiran akan menjauhkan anugerah Tuhan dari
kegelapan, mengikat hati adalah murid, dan menauhidkan Tujuan adalah
gurunya. Khalwat dalam hal ini merupakan sarana menuju khalwat hakiki yang
telah dijelaskan sebelumnya.
Ketahuilah, jika engkau ingin masuk ke hadirat Ilahi, caranya adalah dengan
meninggalkan semua perantara dan bersuka cita dengan-Nya. Namun, itu
takkan terwujud bila qalbumu masih menyimpan tuhan selain-Nya. Engkau
adalah milik yang menguasaimu. Karenanya, engkau harus beruzlah serta
memisahkan diri dari keramaian. Kadar kemampuanmu dalam berkhalwat
menentukan tingkat kedekatanmu kepada Allah, secara lahiriah maupun
batiniah. Engkau juga harus meluruskan akidahmu di atas jalan mereka yang
benar serta harus mengetahui apa saja yang bisa menegakkan ibadah. Sebelum
berkhalwat, lakukanlah olah rohani (riydhah) lebih dulu dengan memperbagus
akhlak, meninggalkan keburukan, dan bersabar menghadapi ujian. Selain itu,
engkau juga harus kembali memohon tobat dari dosa serta mengembalikan hak
orang yang telah teraniaya, entah itu berupa kehormatan atau harta. Bersihkan
batinmu dari segala yang tercela, ikat jiwamu agar tidak lagi berjalan di sekitar
alam. Imajinasi merupakan sesuatu yang paling
Gantilah sahabatmu dengan khalwat, makananmu dengan
lapar, dan ucapanmu dengan munajat, maka kau akan mati
mencapai
Allah.
(Abu Abdillah ar-Ramli).
berbahaya dalam semua khalwat. Imajinasi bisa menggagalkan khalwat.
Sebelum berkhalwat engkau juga perlu beruzlah dari manusia, bersikap diam,
dan menyedikitkan makan. Serta, usahakanlah untuk tidak meminum air. Ketika
nafs telah sampai pada tingkat kesendirian, di saat itulah engkau masuk ke
dalam khalwat. Dan, jika engkau telah beruzlah dari manusia, jangan
terpengaruh oleh mendekatnya mereka kepadamu. Maksud dari uzlah adalah
tidak bergaul dengan mereka, bukan meninggalkan fisik lahiriah mereka.
Artinya, jagnan sampai qalbumu atau telingamu menjadi tempat yang
menampung omong kosong mereka. Jika tidak, qalbumu akan terkotori oleh
igauan manusia. Tutuplah pintumu dari manusia dan tutup pula pintu rumahmu
dari keluarga. Sibuklah mengingat Tuhan manusia. Siapa beruzlah tapi masih
membuka pintu bagi manusia, berarti ia adalah orang yang mencari kedudukan.
Ia akan terusir dari pintu Allah. Hati-hatilah terhadap rayuan Iblis dalam
keadaan tersebut. Karena, sebagian besar manusia binasa di dalamnya. Orang
yang berkhalwat harus berani, tegar dan tidak goyah ketika mendengar jeritan
keras, runtuhnya dinding, atau kejadian hebat yang mengejutkan. Ia tidak boleh
menjadi pengecut dan bertindak bodoh.
kondisi tadi. Itu merupakan aib besar yang akan menjauhkanmu untuk sampai
ke tingkat makrifat.
Makanan yang kau konsumsi saat engkau melakukan olah rohani (riydhah),
uzlah, dan khalwat, adalah satu suap yagn disertai nama Allah. Makanan sesuap
itu kau makan dengan perasaan rendah diri, papa, khusyuk, serta merasa diawasi
oleh-Nya. Lalu tunggulah makanan itu sebentar hingga engkau yakin makanan
tersebut sampai ke perut. Setelah itu barulah engkau mengambil suapan lain
dengan cara yang sama. Demikian seterusnya sampai selesai. Kemudian
minumlah air secukupnya. Jangan sampai merasa lapar sekali dan sebaliknya
jangan sampai terlalu kenyang.
Pakailah baju yang membuat badanmu nyaman dan tidak membuatmu ragu
seperti sikapmu terhadap makanan. Janganlah berbaring atau tidur kecuali kalau
sudah tidak kuat. Serta jangan pula membunuh binatang atau yang lainnya. Jika
engkau khawatir ada kutu di rambutmu, cukurlah ia. Jangan sampai ada satu
waktu engkau berada dalam kondisi yang tidak suci.
Perbedaan antara wrid (masukan) yang berasal dari malaikat dan wrid yang
berasal dari setan adalah bahwa yang berasal dari malaikat menimbulkan hawa
dingin dan kenikmatan, tidak membuat sakit, berbentuk tetap, dan
meninggalkan pengetahuan. Sementara wrid yang berasal dari setan membuat
penat, merusak organ tubuh, menimbulkan rasa sakit, kebimbangan, dan
meninggalkan penderitaan.
Khthir adalah bisikan yang masuk ke dalam hati. Ia terdiri dari empat macam:
Yang pertama adalah rabbn sebagai bisikan yang paling utama. Ia tak pernah
salah. Cirinya kuat, dominan, dan tak pernah goyah.
Yang kedua adalah malak. Ia merupakan bisikan yang mendorong manusia
untuk melakukan amal wajib dan sunnah, atau semua yang mengandung
kebaikan. Ia disebut juga sebagai ilhm.
Yang ketiga adalah nafsn. Di sini ada bagian nafsu yang ikut serta. Ia disebut
juga dengan hjis.
Dan yang keempat adalah syaithn. Ia adalah bisikan yang mengajak manusia
untuk menentang Allah. Karena itulah Allah berfirman: