Вы находитесь на странице: 1из 30

MAKALAH KEPERAWATAN SISTEM SENSORI 1

OTALGIA

Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.

Doddy Hermawan
Hanny Horizoni
Rischa Putri
Shella Putri P
Sofyan Riyandi U

(1210027)
(1210043)
(1210087)
(1210097)
(1210099)

STIKES HANG TUAH SURABAYA


PRODI S1 KEPERAWATAN
2013-2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmatnya kami
telah menyelesaikan makalah Sistem Persepsi dan Sensori yang berjudul Otalgia
yang disusun untuk melengkapi tugas Persepsi dan Sensori.
Di dalam makalah yang kami susun ini berisi tentang penjelasan-penjelasan
mengenai Otalgia. Dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat memberikan
sedikit pengetahuan pada pembaca mengenai Otalgia.
Kami tahu dan sadar kalau didalam makalah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan guna penyusunan
makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Surabaya, 01 April 2014

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................
1.3 Tujuan........................................................................................................................................
1.4 Manfaat......................................................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTA
2.1 Definisi.......................................................................................................................................
2.2 Etiologi.......................................................................................................................................
2.3 Patofisiologi...............................................................................................................................
2.4 Klasifikasi..................................................................................................................................
2.5 Manifestasi Klinis......................................................................................................................
2.6 Komplikasi.................................................................................................................................
2.7 Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik............................................................................................
2.8 Penatalaksanaan.......................................................................................................................

BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian................................................................................................................................
3.2 Diagnosa..................................................................................................................................
3.3 Intervensi..................................................................................................................................

BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................................

4.2 Saran........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbangan). Anatominya juga sangat rumit . Indera
pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada
kemampuan mendengar. Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat
penting. Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani
kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli
audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Nyeri pada telinga merupakan suatu
tanda perjalanan penyakit , nyeri pada telinga disebut juga dengan Otalgia.
Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga .karena telinga dipersarafi oleh saraf
yang kaya ( nervus kranialis V, VII, IX, danX selain cabang saraf servikalis kedua dan
ketiga ), maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif. Otalgia adalah gejala yang
dapat timbul dari iritasi local karena banyak kondisi dan dapat disebabkan oleh nyeri
pindahan dari laring dan faring. Banyak keluhan nyeri telinga sebenarnya akibat nyeri
di dekat sendi temporo mandibularis. Diperkirakan bahwa lebih dari 50% pasien yang
mengeluh Otalgia tidak ditemukan penyakit telinganya.
Jadi otalgia adalah suatu keluhan yang timbul berupa rasa sakit di telinga oleh
karena penyakit yang ada di telinga atau penjalaran rasa sakit akibat suatu penyakit di
daerah lain di luar telinga dengan karakteristik yang sesuai dengan berat penyakit
yang dialami seseorang.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan Otalgia?
b. Bagaimana konsep dasar penyakit Otalgia?
c. Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan kasus
Otalgia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai konsep dasar
penyakit Otalgia
1.3.2 Tujuan Khusus
1.
Memberi informasi kepada mahasiswa mengenai anatomi fisiologi
telingaMemberi informasi kepada mahasiswa mengenai definisi
OtalgiaMemberi informasi kepada mahasiswa mengenai etiologi
2.
3.
4.

Otalgia.
Memberi informasi kepada mahasiswa mengenai patofisiologi Otalgia.
Memberi informasi kepada mahasiswa mengenai klasifikasi Otalgia.
Memberi informasi kepada mahasiswa mengenai manifestasi klinis

5.
6.

Otalgia.
Memberi informasi kepada mahasiswa mengenai komplikasi Otalgia.
Memberi informasi kepada mahasiswa mengenai pemeriksaan fisik

7.

dan diagnostik Otalgia.


Memberi informasi kepada mahasiswa mengenai penatalaksanaan
Otalgia

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa menjadi mengerti definisi Otalgia.
2. Mahasiswa menjadi mengerti tentang konsep dasar penyakit Otalgia.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Otalgia adalah teliga nyeri sering disebut dengan sakit telinga . Otalgia utama
ada ketika rasa sakit itu berasal di dalam telinga, Otalgia yang dimaksud adalah nyeri
yang berasal dari luar telinga. Ketika Otalgia muncul, pemeriksaan telinga biasanya
menunjukkan beberapa kelainan pada telinga luar atau tengah . Otalgia mungkin atau
tidak bisa dihubungkan dengan gangguan keseimbangan dan penurunan pendengaran.
Seperti yang telah dijelaskan bahwasannya Otalgia adalah nyeri telinga, yang
notabandnya telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya yaitu N. V, VII, IX dan X selain
cabang saraf servikalis kedua dan ketiga. Dan dalam kondisi ini kulit menjadi sangat
sensitive . (Brunner & Suddarth. 1997)
Ada yang berpendapat bahwa Otalgia atau nyeri telingan mungkin berkaitan
dengan peradangan di dalam atau sekitar telinga atau mungkin merupakan nyeri alih
dari tempat anatomik yang letaknya berjauhaan di kepala dan leher. Otitis eksterna
dan Otitis media , berturut-turut adalah infeksi luar dan telinga tengah, dan paling
sering menjadi penyebab nyeri setempat. Nyeri yang berasal dari gigi, faring, atau
vertebra servikal biasanya dialihkan ke telinga.
Peradangan, trauma, atau neoplasma dimana saja sepanjang perjalanan saraf
kranialis trigeminus, fasialis, glosofaringeus dan vagus atau saraf servikal C2 atau C3
mungkin menjadi penyebab nyeri alih pada telinga ipsilateral.
Jadi otalgia adalah suatu keluhan yang timbul berupa rasa sakit di telinga oleh
karena penyakit yang ada di telinga atau penjalaran rasa sakit akibat suatu penyakit di
daerah lain di luar telinga dengan karakteristik yang sesuai dengan berat penyakit
yang dialami seseorang.
2.2 Etiologi
Penyebab otalgia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Otalgia primer
a. Otitis Externa
Otitis eksterna adalah proses inflamasi dari meatus akustikus eksterna
yang dapat disebabkan oleh kelembaban ataupun trauma. Biasanya penyakit
ini sering muncul saat musim panas karena meningkatnya intensitas orang

untuk pergi berenang, karena itulah penyakit ini biasa disebut sebagai
telinga perenang ( Bluest D, 1996 ). Otitis eksterna lazim terjadi dan selalu
terasa nyeri, sering nyeri yang sangat hebat. Tanda utama otitis eksterna
bahwa tarikan pada aurikula atau penekanan pada tragus dapat memperhebat
nyeri ini, yang tidak terjadi pada otitis media supuratif akut. Bila otitis
eksterna karena jamur, sering nyeri terlihat tidak sesuai dengan gambaran
fisik kulit liang telinga berwarna merah, tetapi biasanya edema lebih ringan
dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi bakteri dan mungkin terdapat
eksudat jernih yang minimum (Petrus, 1986). Pada pemeriksaan fisik akan
ditemukan debris atau eksudat yang biasa ditemukan pada liang telinga dan
tidak jarang juga menutupi membran timpani (Arnolds, 1984) (Petrus, 1986).
b. Polikondritis
Polikondritis ditandai oleh reaksi radang yang menonjol pada strukturstruktur kartilago. Tersering mengenai kartilago telinga dan aurikula menjadi
merah, bengkak, nyeri dan nyeri tekan. Biasanya mengenai aurikula bilateral
disertai reaksi akut pada aurikula yang terjadi bersamaan atau bergantigantian. Relaps lazim dan dapat terjadi dari beberapa kali dalam sebulan
sempai sekali dalam beberapa tahun, dan dapat berlangsung dari beberapa
hari sampai beberapa bulan (Petrus, 1986).
c. Otitis Media
Otitis media akut dapat mengembangkan otalgia berat dan biasanya
didahului oleh demam, iritabilitas dan hilangnya pendengaran. Nyeri telinga
sinonim dengan otitis media supuratif akut akibat infeksi bakteri dicelah
telinga tengah. Organisme yang sering bertanggung jawab meliputi
Pneumococcus dan Haemophillas influenzae. Nyeri telinga dan demam yang
menandai mulanya otitis media supuratif akut dan biasanya didahului oleh
gejala-gejala berbagai infeksi traktus respi ratorius atas. Pada anak dan
orang dewasa gejala utamanya adalah nyeri telinga. Mungkin juga terdapat
sensasi penuh ditelinga dan gangguan pendengaran, dapat juga timbul
tinnitus dan demam (Petrus, 1986).

d. Barotrauma
Pada anak kecil yang mempunyai disfungsi tuba eustachius dapat
terjadi trauma pada telinga tengah dan membran timpani saat terjadi
perubahan tekanan secara tiba-tiba (Arnolds, 1984). Bila tuba Eustachius
tidak dapat terbuka, maka nyeri cepat menghambat di dalam telinga serta
gangguan pendengaran. Kadang-kadang membran timpani akan ruptur,
biasanya dengan pendarahan mendadak dari telinga dapat meredakan nyeri
(Petrus, 1986).
e. Mastoiditis Supuratif akut
Mastoiditis Supuratif akut timbul sebagai akibat terapi otitis media
supuratif akut yang tidak adekuat dan biasanya pada anak-anak. Kadangkadang pasien otitis media supuratif akut tidak mencari pertolongan medis
karena nyeri terhenti dengan mulainya otore. Tetapi, setelah beberapa hari
otore, dapat terjadi kekambuhan demam dan nyeri yang menunjukkan
mulainya mastoiditis akut. Biasanya pada pemeriksaan telinga menunjukkan
banyak sekret purulen dari performasi membrana timpani dan sagging
dinding posterior superior bagian dalam meatus akustikus eksternus (Petrus,
1986).
f. Miringitis bulosa
Miringitis bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung
hemoragik dikulit meatus akustikus eksterna dan pada membrana timpani.
Penyakit ini sembuh sendiri dengan nyeri yang mereda serta gelembung
mengering dan menghilang setelah beberapa hari. Tidak terdapat demam,
eksudat purulen atau tuli tanpa infeksi bakteri sekunder (Petrus, 1986).
2. Otalgia sekunder
a. Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus Trigeminus (N.V)
b. Penyakit Gigi
Nyeri mungkin dialihkan ke telinga dari karies gigi, penyakit gigi,
infeksi periapikal dari gigi belakang dan infeksi subperiosteal rahang atas
dan bawah.

c. Iritasi Sinus Paranasal


Inflamasi dan iritasi dari cabang nervus trigeminus pada sinus
paranasal terutama sinus maksilla dapat menimbulkan nyeri alih pada
telinga.
d. Lesi di rongga mulut
e. Glandula salivatori
Inflamasi, obstruksi dan penyakit neoplasma dari submandibula,
sublingual dan terutama kelenjar parotis dapat menimbulkan otalgia
f. Iritasi Durameter
Iritasi oleh infeksi atau tumor dari durameter bagian tengah atau
posterior fossa cramial dapat menimbulkan nyeri telinga.
g. Nyeri alih (Referred atalgia) oleh nervus fasialis
Nervus fasialis adalah saraf motorik dari otot mimik tetapi ada serat
sensoris dari saraf fasialis yang mempersarafi kulit yang terletak pada bagian
lateral dari konka dan antiheliks dan juga pada lobus posterior dan kulit yang
terletak pada daerah mastoid. Penyebab paling sering nyeri alih oleh saraf
fasialis adalah bells palsy sebelum terjadinya paralysis pada wajah. Pasien
dengan herpes zoster otikus (Ramsay Hunt syndrome) juga dapat mengalami
otalgia. Pada penyakit ini dapat ditemukan vesikel sepanjang konka dan
liang posterior.
h. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus glossopharyngeal (N. IX)
Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar adalah penyakit
yang sering menyebabkan nyeri alih pada telinga. Pasien biasanya mengeluh
otalgia setelah melakukan tonsilektomi.

i. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus vagus (N. X)


Cabang utama dari saraf vagus mempersarafi mukosa laring,
hipofaring, fraken, esofagus dan kelenjar tiroid. Nyeri pada setiap bagian ini
dialihkan ke telinga.

j. Laringitis
Semua bentuk laringitis dapat menyebabkan nyeri alih otalgia. Luka
pada laring atau adanya benda asing pada laring dapat menyebabkan adanya
nyeri yang menjalar ke telinga.
k. Nervus cervical
Penyebab otalgia dari pleksus servikal adalah limfadenopati servikal
yang biasanya terdapat pada jaringan limfe di oksipital dan mastoid.
2.3

Patofisiologi

Kelembapan trauma
Serangan mikroorganisme

Trauma Gangguan N.V, N.VIII, dan N.X

Inflamasi meatus austikus eksterna


Inflamasi Tuba eustachius tidak terbuka

Nyeri

HipertensiGangguan pendengaran Pusing

Peradangan

Telinga dipersyarafi oleh berbagai syaraf (nervus), seperti nervus V, VIII dan
X, yang masing-masing juga mempersyarafi organ-organ lain. Akibatnya apabila
timbul sakit pada organ lain yang memiliki syaraf sama dengan syaraf di telinga,
maka rasa nyeri di tempat tersebut akan dihantarkan melalui percabangan syaraf
tersebut ke telinga (referred pain). Contohnya adalah sakit gigi, sakit tenggorok, sakit
amandel (tonsilitis), gangguan pada sendi rahang dan lain-lain.

2.4 Klasifikasi
Klasifikasi otalgia dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan atas penyebabnya
adalah sebagai berikut :
1. Otalgia primer adalah nyeri yang berasal dari penyakit yang ada di telinga.
Seperti : Otitis Externa, Polikondritis, Otitis Media, Barotrauma, Mastoiditis
Supuratif akut, Miringitis bulos, dll.
2. Otalgia sekunder adalah penjalaran rasa nyeri dari tempat lain.
Seperti : Penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Lesi di rongga mulut, Glandula
salivatori, Iritasi Durameter, Bells palsy, Ramsay Hunt syndrome, Tonsilitis
akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar, limfadenopati servikal, laringitis, dll.
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang dapat timbul adalah sebagai berikut :

1. Sakit telinga itu sendiri merupakan suatu gejala atau keluhan, biasanya disertai
dengan gejala-gejala lain dan bisa dari berbagai penyebab.
2. Bayi dan anak-anak
Bayi dan anak-anak biasanya menjadi rewel, sering menggaruk-garuk
telinga atau menarik-narik telinga, bila penyakitnya di telinga biasanya disertai
gangguan pendengaran. Pada keadaan infeksi dapat disertai demam dan keluar
cairan dari telinga. Sakit telinga yang sering timbul pada anak-anak adalah akibat
infeksi telinga tengah akut, yang timbul secara tiba-tiba. Biasanya disertai
dengan demam tinggi, kadang-kadang sampai kejang dan muntah. Biasanya
sebelumnya didahului oleh batuk dan pilek (Susana, 2009).
3. Pada dewasa
Pada penderita yang sudah dapat menjelaskan seperti anak yang agak
besar, remaja dan dewasa, yang sering dialami selain nyeri adalah adanya
perasaan penuh atau tekanan pada telinga, gangguan pendengaran, pusing dan
pada infeksi terdapat cairan yang keluar dari telinga atau demam. Sakit telinga
akibat infeksi telinga yang sudah menyebar kedaerah mastoid atau daerah
dibelakangtelinga (mastoiditis), biasanya disertai dengan nyeri kepala. Pada
infeksi liang telinga (otitis eksterna) sering disertai nyeri ketika membuka mulut
atau menelan (Susana, 2009).
2.6 Komplikasi
Komplikasi dari otalgia antara lain adalah:
1. Mastoiditis Supuratif, terjadi karena otalgia yang tidak terobati secara adekuat.
2.
3.
4.
5.
6.

Terjadi nyeri postauricular + eritem + demam, perlu mastoidectomy


Pectrous Apecitis
Osteomielitisa
Paralisis nervus facialis
Sigmoid Sinus trombosis
Infeksi CN

2.7 Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik


1. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi: adanya kemerahan di liang telingan, klien mengeluhkan rasa sakit yang
amat sangat menggangu di telinganya.
Palpasi: adanya nyeri tekan pada bagian yang sakit.
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan

diagnostik

biasanya

dilakukan

dengan

menanyakan

beberapa hal sehubungan dengan keluhan sakit telinga yang timbul. Seperti
adanya riwayat sakit batuk, pilek dan demam, riwayat mengorek telinga
sebelumnya, riwayat naik pesawat. Beberapa hal tersebut sangat penting untuk
mengidentifikasi penyebab telinga nyeri untuk mengetahui cara mengatasi rasa
sakit tersebut.
Telinga akan diperiksa dengan seksama baik menggunakan otoskop atau
endoskopi jika perlu. Organ sekitarnya juga akan diperiksa untuk memastikan
asal rasa sakit tersebut. Juga dilakukan Tes Toynbee/Valsava yaitu tes untuk
menentukan masih tidaknya fungsi Eustachius, Tes pendengaran, Tes
keseimbangan, bila perlu dilakukan pemeriksaan Radiologi.
Dapat juga dilakukan tes fungsi dan tes keseimbangan seperti :
1. Tes Fungsi
Tes Toynbee/Valsava adalah untuk mengetahui masih tidaknya fungsi
eusthacius
2. Tes Pendengaran
a. Tujuan dari tes pendengaran adalah :
1) Menentukan apakah pendengaran seseorang normal atau tidak.
2) Menentukan derajat kekurangan pendengaran.
3) Menentukan lokalisasi penyebab gangguan pendengaran.
b. Tes Suara
Tes Bisik : Normalnya tes bisik dapat didengar 10 15 meter. Tetapi biasa
dipakai patokan 6 meter. Syarat melakukan tes Bisik :
1) Pemeriksa berdiri di belakang pasien supaya pasien tidak
dapat membaca gerakan bibir pemeriksa.
2) Perintahkan pasien untuk meletakkan satu jari pada tragus
telinga yang tidak diperiksa untuk mencegah agar pasien
tidap dapat mendengar suara dari telinga itu.

3) Bisikkan kata pada telinga pasien yang akan diperiksa.


Kata harus dimengerti oleh pasien, kata dibagi atas : yang
mengandung huruf lunak (m, n, l, d, h, g) dan yang
mengandung huruf desis (s, c, f, j, v, z).
4) Suruh pasien untuk mengulang kata kata tersebut.
5) Sebut 10 kata (normal 80%), yaitu 8 dari 10 kata atau 4
dari 5 kata.
6) Apabila penderita tidak/kurang mendengar huruf desis
tuli persepsi.
7) Apabila penderita tidak/kurang mendengar huruf lunak
tuli konduksi.
Tes Konversasi : Caranya sama dengan tes bisik, tetapi tes ini
menggunakan percakan biasa.
c. Tes Garpu Tala
Tes Schwabach : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran
bunyi melalui tulang penderita dan pemeriksa. Syarat
melakukan tes Schwabach
1) Gunakan garpu tala 256 atau 512 Hz.
2) Getarkan garpu tala.
3) Letakkan tegak lurus pada planum mastoid
pemeriksa.
4) Apabila bunyi sudah tidak didengar lagi, segera
garpu tala diletakkan pada planum mastoid
penderita.
5) Lakukan hal ini sekali lagi tetapi sebaliknya lebih
dahulu ke telinga penderita lalu ke telinga
pemeriksa. Lakukan cara ini untuk telinga kiri dan
kanan.
6) Normal jika pemeriksa sudah tak dapat mendengar
suara dari garpu tala, maka penderita juga tidak
dapat mendengar suara dari garpu tala tersebut.
7) Tuli Konduksi apabila pemeriksa sudah tidak dapat
mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita

masih

dapat

mendengarnya

(Schwabach

memanjang).
8) Tuli persepsi apabila pemeriksa masih dapat
mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita
sudah tidak dapat mendengar lagi.
Tes Rinne : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi
melalui tulang dan melalui udara pada penderita. Syarat
melakukan tes Rinne :
1) Garpu tala digetarkan.
2) Letakkan tegak lurus pada planum mastoid penderita, ini
disebut posisi 1 (satu).
3) Setelah bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan garpu
tala tegak lurus di depan meatus akustikus eksterna, ini
disebut posisi 2 (dua).
4) Kalau pada posisi 2 masih terdengar bunyi Tes Rinne
(+).
5) Kalau pada posisi 2 tidak terdengar bunyi Tes Rinne
().
6) Kalau pada posisi 1 terdengar berlawanan Tes Rinne
ragu ragu.
Tes Weber : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi
melalui sebelah kanan / kiri penderita. Syarat melakukan
tes Weber :
1) Garpu tala digetarkan.
2) Letakkan tegak lurus pada garis tengah kepala
penderita, mis : dahi, ubun ubun, rahang, kemudian
suara yamg paling keras di kiri dan kanan.
3) Pada tes ini terdapat beberapa kemungkinan.
4) Bisa didapat hasil telinga kiri dan kanan sama keras
terdengarnya, hal ini bisa berarati : normal atau ada
gangguan pendengaran yang jenisnya sama.
5) Bisa juga didapatkan hasil telinga kiri > telinga kanan
atau kiri < telinga kanan.

6) Lateralisasi ke kanan dapat berarti : adanya tuli


konduksi sebelah kanan, telinga kiri dan kanan ada tuli
konduksi, tetapi yang kanan lebih berat dari yang kiri,
terdapat tuli persepsi disebelah kiri, keduanya tuli
persepsi, keduanya tuli persepsi tetapi lebih berat yang
kiri, kedua telinga tuli, kiri tuli persepsi, kanan tuli
konduksi.
Berbagai macam tes diatas merupakan sebagian dari berbagai macam
cara untuk mengetahui fungsi pendengaran seseorang. Sehingga untuk
mengetahui dan mendiagnosa seseorang mengalami ketulian diperlukan tes
tes yang lain selain yang dipaparkan diatas.
3. Pemeriksaan Keseimbangan
a. Berdiri normal
b. Berdiri kaki rapat
c. Berdiri tandem
d. Berdiri satu kaki
e. Berbagai posisi lengan pada tes di atas
f. Berbagai gangguan keseimbangan pada tes di atas
g. Berdiri fleksi neutral ekstensi trunk
h. Berdiri side fleksi
i. Berjalan memposisikan kaki tandem
j. Berjalan sepanjang garis atau tanda tertentu
k. Berjalan ke samping, berjalan mundur
l. Berjalan di tempat
m. Berjalan dgn berbagai kecepatan
n. Berjalan dan berhenti dengan mendadak
o. Berjalan membentuk lingkaran
p. Berjalan pada tumit atau jari-jari kaki
q. Berdiri mata terbuka mata tertutup (Romberg test)
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan untuk otalgia menggunakan antibiotic untuk mengobati penyebab
spesifik otalgia (tonsillitis, faringitis maupun sinusitis). Menggunakan antiviral jika
penyebab otalgia adalah penyakit spesifik disebabkan oleh virus seperti herpes zoster
atau gatal-gatal. Jika penyebab otalgia adalah jamur (seperti kandidiasis/thrush) maka
menggunakan antifungal. Antiulcer dan antacid digunakan jika penyebab dari otalgia

adalah esofagitis dan gastroesofangeal karena refluks. NSAID digunakan untuk


otalgia karena myalgia dan neuralgi. Pengkajian terhadap penggunaan NSAID
dilakukan setelah 2 minggu. Analgesik narkotik kuat tidak diindikasikan untuk
pengobatan otalgia. Diet otalgia dikhususkan untuk otalgia yang disebabkan oleh
penyakit gigi. diet makanan lunak dianjurkan untuk menurunkan masalah eksaserbasi.
Banyaknya penyebab otalgia, pembatasan aktivitas secara umum mustahil dilakukan.
Penyebab otalgia yang disebabkan oleh disfungsi sendi temporomandibular harus
dipertimbangkan yang berhubungan dengan aktivitas pengatupan rahang (Anonim,
2008).

BAB 3
PEMBAHASAN

3.1

Pengkajian
3.1.1

Anamnesis

1. Keluhan Utama
Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting
yang dirasakan klien sampai perlu pertolongan. Keluhan utama klien dengan
otalgia adalah nyeri telinga, perasaan penuh atau tekanan pada telinga,
gangguan pendengaran, pusing dan pada infeksi terdapat cairan yang keluar
dari telinga atau demam. Pengkajian nyeri dengan PQRST
a. Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab
nyeri, apakah nyeri berkurang apabila beristirahat, dan apakah nyeri
bertambah berat bila beraktivitas (Agravation).

b. Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. SifatKeluhan(Karakter), Dalam hal ini perlu ditanyakan kepada klien
apa maksud dari keluhan-keluhannya. Apakah sifat nyerinya tajam, tumpul,
seperti ditusuk-tusuk, di remas-remas, seperti terbakar atau kram.
c. Region: radiation, relief: dimana Lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan
tepat oleh klien, apakah rasa sakit bisa reda, dan apakah rasa sakit menjalar
atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d. Severity(Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau gradasi (0-4) dan klien menerangkan seberapa
jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuannya
e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, dan apakah bertambah buruk
pada malam hari atausiang hari.

2. Riwayat kesehatan dahulu


Riwayat kesehatan dahulu yang berhubungan dengan adanya gangguan pada
telinga atau yang berhubungan dengan telinga seperti: masuknya benda asing
pada telinga, trauma, Otitits eksterna, Infeksi bakteri, Infeksi virus myringitis,
Otitis media, Gangguan pada tuba eustachius, sakit gigi, sakit tenggorok,
tonsillitis, atau gangguan sendi pada rahang
3. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penggambaran lengkap masalah telinga, termasuk infeksi, otalgia,
otorea, kehilangan pendengaran.
3.1.2

Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik harus mencakup otologic yang lengkap, neoro-

otologic, kepala, dan pemeriksaan leher.


Inspeksi
Inspeksi daun telinga

Caranya:
Dewasa

: ditarik keatas-kebelakang

Anak

: Kebelakang

Bayi

: kebawah

Palpasi
Palpasi daun telinga: tekstur, nyeri pembengkakan dan nodul-nodul.
Palpasi

prosesus

mastoideus:

nyeri,

pembengkaka

dan

nodul.

Lakukan penarikan terhadap lobus lunak bagian bawah.


3.2

Diagnosa Keperawatan
1.

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, fisik , kimia

2.

Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

3.

Gangguan sensori persepsi (auditori) berhubungan dengan perubahan


sensori persepsi

4.

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan ttg penyakit,


penyebab infeksi dan tindakan pencegahannya

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi


tentang pengobatan penyakit

3.3

6.

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri

7.

Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri

8.

Gangguan pola tidur behubungan dengan nyeri

Intervensi Keperawatan
Dignosa

Tujuan dan

Intervensi

Rasional

keperawatan
Nyeri akut

kreteria hasil
Tujuan : Setelah

1. Observasi keluhan

1. Dapat

berhubungan dengan

diberikan tindakan

nyeri, perhatikan lokasi

mengidentifikasi

agen cedera biologis, keperawatan rasa

atau karakter dan

terjadinya

fisik, kimia

nyeri pasien dapat

intensitas skala nyeri

komplikasi dan

berkurang

(0-4)

untuk intervensi

Kriteria hasil :

selanjutnya.

Melaporkan

2. Ajarkan tehnik

2. Membantu klien

nyeri berkurang/

relaksasi progresif,

untuk mengurangi

terkontrol.

nafas dalam guided

persepsi nyeri atau

imagery.

mangalihkan

Menunjukkan
ekspresi wajah/

perhatian klien dari

postur tubuh rileks.

nyeri.
3. Membantu
3. Kolaborasi: Berikan

mengurangi nyeri

obat analgetik sesuai


indikasi

Diagnosis

Tujuan dan

keperawatan
Nyeri

kriteria hasil
Tujuan: setelah

berhubungan

diberikan

dengan
inflamasi

Intervensi
1. Kaji
nyeri

proses tindakan

tingkat
sesuai

skala nyeri

keperawatan
rasa

nyeri

2. Kaji dan catat

pasien

dapat

respon pasien

berkurang

terhadap

Kriterian hasil:

intervensi

Rasional
1. Member

info

untuk mengkaji
respon terhadap
intervensi
2. Membantu
dalam memberi
intervensi
selanjutnya

melaporkan
nyeri

berurang

3. Kolaborasi

/terkontrol.

beri

Menunjukkan

analgetik

ekspresi
wajah/postur

preparat

4. Memasang

3. Mengurangi
nyeri

4. untuk menjaga

tubuh rileks

sumbu

bila

kanalis

kanalis

tetap

terbuka

auditorius
mengalami
edema

Diagnosis

Tujuan dan

Intervensi

Rasional

Keperawatan
Gangguan sensori

Kriteria hasil
Tujuan : Setelah 1.

persepsi (auditori)

diberikan tindakan

ketajaman

berhubungan

keperawatan

pendengaran, catat pendengaran

dengan perubahan

diharapkan

apakah kedua

pasien dan untuk

sensori persepsi

ketajaman

telinga terlibat

menentukan

Observasi

pendengaran

Mengetahui
tingkat ketajaman

intervensi

pasien meningkat
Kreteria hasil : 2.
- Pasien dapat

Berikan

selanjutnya
Membantu untuk

lingkungan yang

menghindari

mendengar dengan

tenang dan tidak

masukan sensori

baik tanpa alat

kacau , jika

pendengaran yang

bantu pendengaran,

diperlukan seperti

berlebihan dengan

mampu

musik lembut

mengutamakan

menentukan letak
suara dan sisi
paling keras dari

3.

Anjurkan pasien
dan keluarganya

kualitas tenang
Mematuhi
program terapi

untuk mematuhi

akan

program terapi

mempercepat

yang diberikan

proses
penyembuhan

garputala,
membedakan suara
jam dengan gesekan
tangan
-

Diagnosa

Pasien tidak

Tujuan dan

Intervensi

keperawatan
Ansietas b/d

kreteria hasil
Tujuan :

Dengarkan

kurang

mengurangi

cermat

pengetahuan ttg

ansietas

dikatakan

Rasional
dgn mendengar

apa

yg memungkinkan
klien deteksi

penyakit, penyebab Kriteria Hasil :

tentang

infeksi dan

dan tindakannya

Klien tidak

dan

penyakit koreksi mengenai


kesalahpahaman

tindakan

menampakkan

dan

pencegahannya

tanda- tanda

informasi
pengetahuan

gelisah

Berikan

kesalahan
ttg

Klien terlihat penjelasan singkat diagnosa spesifik


ttg
organisme dan tindakan dapat
tenang
penyebab; sasarn meningkatkan
penaganan; jadwal kepatuhan
tindak lanjut
Berikan

pertanyaan

klien

kesempatan pada menandakan


klien
bertanya

untuk masalah yg perlu


dan diklarifikasi

berdiskusi

Diagnosa

Tujuan dan

Intervensi

Rasional

keperawatan
Kurang

kriteria hasil
Tujuan : Setelah 1.

pengetahuan

diberikan tindakan

pengetahuan

tingkat

b.d.kurang

keperawatan,

pasien.

pemahaman dan

terpaparnya

diharapkan terjadi

pengetahuan

informasi tentang

peningkatan

pasien tentang

penyakit,

pengetahuan

penyakitnya serta

pengobatan

mengenai kondisi

indikator dalam

dan penanganan

melakukan

yang bersangkutan
2.

intervensi
Meningkatkan

Kaji tingkat

Berikan

Mengetahui

Kreteria hasil :

informasi pada

pemahaman klien

Melaporkan

pasien tentang

tentang kondisi

perjalanan

kesehatan

pemahaman

mengenai penyakit penyakitnya.


3.
Berikan
yang dialami
penjelasan pada
Menanyakan
pasien tentang

Mengurangi
tingkat kecemasan
dan membantu

tentang pilihan terapi

setiap tindakan

meningkatkan

keperawatan yang

kerjasama dalam

diberikan

mendukung
program terapi

yang merupakan

yang diberikan

petunjuk kesiapan

Diagnosa

Tujuan dan

Keperawatan
Kreteria Hasil
Intoleransi aktifitas Tujuan : klien

Intervensi
1.

Kaji tingkat

Untuk mengetahui

berhubungan

dapat melakukan

dengan nyeri

aktivitas dengan

klien guna

baik

intervensi

Kreteria hasil :

selanjutnya
: Bantuan terhadap

Klien bisa

intoleransi klien

Rasional

2.

beraktivitas
Klien tidak
mempunyai
masalah dalam
beraktifitas.

3.

4.

Bantu klien

tingkat aktivitas

untuk melakukan

aktifitas klien dapat

aktifitas sehari-

mempermudah

hari

pemenuhan

Anjurkan klien

kebutuhan klien
Aktivitas yang

untuk melakukan

ringan dapat

aktivitas yang

membantu

ringan

mengurangi energy

Libatkan
keluarga untuk

yang keluar
Keluarga memiliki
peranan penting

proses perawatan

dalam aktifitas

dan aktivitas

sehari-hari klien

klien
5.
Ajurkan klien

selama perawatan
Istirahat cukup

untuk istirahat

dapat mebantu

yang cukup

meminimalkan
pengeluaran
energy.

Diagosa

Tujuan dan

Intervensi

Rasional

Keperawatan
Isolasi sosial

Kreteria Hasil
Tujuan : pola
1.

berhubungan

koping klien

koping klien

tingkat koping

dengan nyeri

adekuat

terhadap penyakit

pasien terhadap

yang dialaminya

penyakitnya guna

Kaji tingkat

Kreteria Hasil :

Untuk mengetahui

intervensi

Klien memiliki
koping adekuat 2.

selanjutnya
Kaji tingkat pola Pola koping
koping keluarga

keluarga

mengalami isolasi

terhadap penyakit

mempengaruhi

social

yang dialami klien

koping pasien

Klien tidak

terhadap

Klien bisa
berinteraksi

3.
dengan orang lain

Berikan

penyakitnya
Informasi adekuat

informasi yang

dapat memperbaiki

adekuat mengenai

koping pasien

penyakit yang

terhadap

dialami klien.
4.
Berikan

penyakitnya
Motivasi dapat

motivasi kepada

membantu pasien

klien dalam

dalam menghadapi

menghadapi

penyakitnya dan

penyakitnya

menjalani
pengobatan
sehingga klien
tidak merasa
sendirian.

5. Anjurkan

Diagnosis

Tujuan dan

Keperawatan
Gangguan pola

Kreteria Hasil
Tujuan : klien 1.

tidur berhubungan

tidak mengalami

dengan nyeri

gangguan pola

Motivasi dari

keluarga untuk

keluarga sangat

selalu memotivasi

membantu proses

klien

koping pasien

Intervensi

Rasional

Kaji pola tidur

untuk mengetahui

klien

bagaimana pola
tidur klien

tidur
2.
Kreteria hasil :

Mininalkan
suasana

tenang dapat

lingkungan

membantu klien
untuk beristirahat

Klien
mengatakan
tidurnya cukup
Klien
mengatakan
tidurnya nyenyak

lingkungan yang

3.

Anjurkan klien

Minum air hangat

untuk minum air

dapat membantu

hangat sebelum

klien lebih

tidur

relaksasi dan lebih


nyaman

4.

Ajarkan klien

Membantu klien

relaksasi dan

untuk mengurangi

distraksi sebelum

persepsi nyeri atau

tidur

mangalihkan
perhatian klien
dari nyeri yg
menghambat tidur

5.

Pemberian obat
analgesik

klien.
membantu
mengurangi nyeri

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Otalgia adalah suatu keluhan yang timbul berupa rasa sakit di tekinga oleh
karena penyakit yang ada di telinga atau penjalaran rasa sakit akibat suatu penyakit di
daerah lain di luar telinga dengan karakteristik yang sesuai dengan berat penyakit
yang dialami seseorang. Kasus ini dapat dierikan terapi berupa menggunakan
antibiotic untuk mengobati penyebab spesifik otalgia (tonsillitis, faringitis maupun
sinusitis). Menggunakan antiviral jika penyebab otalgia adalah penyakit spesifik
disebabkan oleh virus seperti herpes zoster atau gatal-gatal. Jika penyebab otalgia
adalah jamur (seperti kandidiasis/thrush) maka menggunakan antifungal. Antiulcer
dan antacid digunakan jika penyebab dari otalgia adalah esofagitis dan
gastroesofangeal karena refluks. NSAID digunakan untuk otalgia karena myalgia dan
neuralgi. Pengkajian terhadap penggunaan NSaid dilakukan setelah 2 minggu.
Analgesik narkotik kuat tidak diindikasikan untuk pengobatan Otalgia.
4.2 Saran
Setelah membaca dan memahami konsep dasar pada asuhan keperawatan
Otalgia, diharapkan kepada mahasiswa/i dapat melakukan dan melaksanakan
perencanaan dengan profesional pada pasien dengan Otalgia .

DAFTAR PUSTAKA

Chris, Rowland Aled Miliford. 1999. Share Care For ENT. Oxford: ISIS Medical
MediaBlack
Joyce, Hawk, Jane Hokansen. 2001. Medical Surgical Nursing. USA: ELSEVIER.
Suddarth & Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Swartz, Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC
http://id.scribd.com/doc/76516718/Pathway-Otalgia
http://www.mejfm.com/journal/May2006/managementotalgia.htm
Dunna, D.I. Et al. (1995). Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process
Approach 2 nd Edition : WB Sauders.
Rothrock, C. J. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC :
Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (1998). Buku Ajar Ilmu penyakit
THT

Вам также может понравиться