Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
OTALGIA
Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
Doddy Hermawan
Hanny Horizoni
Rischa Putri
Shella Putri P
Sofyan Riyandi U
(1210027)
(1210043)
(1210087)
(1210097)
(1210099)
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmatnya kami
telah menyelesaikan makalah Sistem Persepsi dan Sensori yang berjudul Otalgia
yang disusun untuk melengkapi tugas Persepsi dan Sensori.
Di dalam makalah yang kami susun ini berisi tentang penjelasan-penjelasan
mengenai Otalgia. Dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat memberikan
sedikit pengetahuan pada pembaca mengenai Otalgia.
Kami tahu dan sadar kalau didalam makalah ini masih banyak kekurangan,
untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan guna penyusunan
makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................
1.3 Tujuan........................................................................................................................................
1.4 Manfaat......................................................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTA
2.1 Definisi.......................................................................................................................................
2.2 Etiologi.......................................................................................................................................
2.3 Patofisiologi...............................................................................................................................
2.4 Klasifikasi..................................................................................................................................
2.5 Manifestasi Klinis......................................................................................................................
2.6 Komplikasi.................................................................................................................................
2.7 Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik............................................................................................
2.8 Penatalaksanaan.......................................................................................................................
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian................................................................................................................................
3.2 Diagnosa..................................................................................................................................
3.3 Intervensi..................................................................................................................................
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................................
4.2 Saran........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Otalgia.
Memberi informasi kepada mahasiswa mengenai patofisiologi Otalgia.
Memberi informasi kepada mahasiswa mengenai klasifikasi Otalgia.
Memberi informasi kepada mahasiswa mengenai manifestasi klinis
5.
6.
Otalgia.
Memberi informasi kepada mahasiswa mengenai komplikasi Otalgia.
Memberi informasi kepada mahasiswa mengenai pemeriksaan fisik
7.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa menjadi mengerti definisi Otalgia.
2. Mahasiswa menjadi mengerti tentang konsep dasar penyakit Otalgia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Otalgia adalah teliga nyeri sering disebut dengan sakit telinga . Otalgia utama
ada ketika rasa sakit itu berasal di dalam telinga, Otalgia yang dimaksud adalah nyeri
yang berasal dari luar telinga. Ketika Otalgia muncul, pemeriksaan telinga biasanya
menunjukkan beberapa kelainan pada telinga luar atau tengah . Otalgia mungkin atau
tidak bisa dihubungkan dengan gangguan keseimbangan dan penurunan pendengaran.
Seperti yang telah dijelaskan bahwasannya Otalgia adalah nyeri telinga, yang
notabandnya telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya yaitu N. V, VII, IX dan X selain
cabang saraf servikalis kedua dan ketiga. Dan dalam kondisi ini kulit menjadi sangat
sensitive . (Brunner & Suddarth. 1997)
Ada yang berpendapat bahwa Otalgia atau nyeri telingan mungkin berkaitan
dengan peradangan di dalam atau sekitar telinga atau mungkin merupakan nyeri alih
dari tempat anatomik yang letaknya berjauhaan di kepala dan leher. Otitis eksterna
dan Otitis media , berturut-turut adalah infeksi luar dan telinga tengah, dan paling
sering menjadi penyebab nyeri setempat. Nyeri yang berasal dari gigi, faring, atau
vertebra servikal biasanya dialihkan ke telinga.
Peradangan, trauma, atau neoplasma dimana saja sepanjang perjalanan saraf
kranialis trigeminus, fasialis, glosofaringeus dan vagus atau saraf servikal C2 atau C3
mungkin menjadi penyebab nyeri alih pada telinga ipsilateral.
Jadi otalgia adalah suatu keluhan yang timbul berupa rasa sakit di telinga oleh
karena penyakit yang ada di telinga atau penjalaran rasa sakit akibat suatu penyakit di
daerah lain di luar telinga dengan karakteristik yang sesuai dengan berat penyakit
yang dialami seseorang.
2.2 Etiologi
Penyebab otalgia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Otalgia primer
a. Otitis Externa
Otitis eksterna adalah proses inflamasi dari meatus akustikus eksterna
yang dapat disebabkan oleh kelembaban ataupun trauma. Biasanya penyakit
ini sering muncul saat musim panas karena meningkatnya intensitas orang
untuk pergi berenang, karena itulah penyakit ini biasa disebut sebagai
telinga perenang ( Bluest D, 1996 ). Otitis eksterna lazim terjadi dan selalu
terasa nyeri, sering nyeri yang sangat hebat. Tanda utama otitis eksterna
bahwa tarikan pada aurikula atau penekanan pada tragus dapat memperhebat
nyeri ini, yang tidak terjadi pada otitis media supuratif akut. Bila otitis
eksterna karena jamur, sering nyeri terlihat tidak sesuai dengan gambaran
fisik kulit liang telinga berwarna merah, tetapi biasanya edema lebih ringan
dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi bakteri dan mungkin terdapat
eksudat jernih yang minimum (Petrus, 1986). Pada pemeriksaan fisik akan
ditemukan debris atau eksudat yang biasa ditemukan pada liang telinga dan
tidak jarang juga menutupi membran timpani (Arnolds, 1984) (Petrus, 1986).
b. Polikondritis
Polikondritis ditandai oleh reaksi radang yang menonjol pada strukturstruktur kartilago. Tersering mengenai kartilago telinga dan aurikula menjadi
merah, bengkak, nyeri dan nyeri tekan. Biasanya mengenai aurikula bilateral
disertai reaksi akut pada aurikula yang terjadi bersamaan atau bergantigantian. Relaps lazim dan dapat terjadi dari beberapa kali dalam sebulan
sempai sekali dalam beberapa tahun, dan dapat berlangsung dari beberapa
hari sampai beberapa bulan (Petrus, 1986).
c. Otitis Media
Otitis media akut dapat mengembangkan otalgia berat dan biasanya
didahului oleh demam, iritabilitas dan hilangnya pendengaran. Nyeri telinga
sinonim dengan otitis media supuratif akut akibat infeksi bakteri dicelah
telinga tengah. Organisme yang sering bertanggung jawab meliputi
Pneumococcus dan Haemophillas influenzae. Nyeri telinga dan demam yang
menandai mulanya otitis media supuratif akut dan biasanya didahului oleh
gejala-gejala berbagai infeksi traktus respi ratorius atas. Pada anak dan
orang dewasa gejala utamanya adalah nyeri telinga. Mungkin juga terdapat
sensasi penuh ditelinga dan gangguan pendengaran, dapat juga timbul
tinnitus dan demam (Petrus, 1986).
d. Barotrauma
Pada anak kecil yang mempunyai disfungsi tuba eustachius dapat
terjadi trauma pada telinga tengah dan membran timpani saat terjadi
perubahan tekanan secara tiba-tiba (Arnolds, 1984). Bila tuba Eustachius
tidak dapat terbuka, maka nyeri cepat menghambat di dalam telinga serta
gangguan pendengaran. Kadang-kadang membran timpani akan ruptur,
biasanya dengan pendarahan mendadak dari telinga dapat meredakan nyeri
(Petrus, 1986).
e. Mastoiditis Supuratif akut
Mastoiditis Supuratif akut timbul sebagai akibat terapi otitis media
supuratif akut yang tidak adekuat dan biasanya pada anak-anak. Kadangkadang pasien otitis media supuratif akut tidak mencari pertolongan medis
karena nyeri terhenti dengan mulainya otore. Tetapi, setelah beberapa hari
otore, dapat terjadi kekambuhan demam dan nyeri yang menunjukkan
mulainya mastoiditis akut. Biasanya pada pemeriksaan telinga menunjukkan
banyak sekret purulen dari performasi membrana timpani dan sagging
dinding posterior superior bagian dalam meatus akustikus eksternus (Petrus,
1986).
f. Miringitis bulosa
Miringitis bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung
hemoragik dikulit meatus akustikus eksterna dan pada membrana timpani.
Penyakit ini sembuh sendiri dengan nyeri yang mereda serta gelembung
mengering dan menghilang setelah beberapa hari. Tidak terdapat demam,
eksudat purulen atau tuli tanpa infeksi bakteri sekunder (Petrus, 1986).
2. Otalgia sekunder
a. Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus Trigeminus (N.V)
b. Penyakit Gigi
Nyeri mungkin dialihkan ke telinga dari karies gigi, penyakit gigi,
infeksi periapikal dari gigi belakang dan infeksi subperiosteal rahang atas
dan bawah.
j. Laringitis
Semua bentuk laringitis dapat menyebabkan nyeri alih otalgia. Luka
pada laring atau adanya benda asing pada laring dapat menyebabkan adanya
nyeri yang menjalar ke telinga.
k. Nervus cervical
Penyebab otalgia dari pleksus servikal adalah limfadenopati servikal
yang biasanya terdapat pada jaringan limfe di oksipital dan mastoid.
2.3
Patofisiologi
Kelembapan trauma
Serangan mikroorganisme
Nyeri
Peradangan
Telinga dipersyarafi oleh berbagai syaraf (nervus), seperti nervus V, VIII dan
X, yang masing-masing juga mempersyarafi organ-organ lain. Akibatnya apabila
timbul sakit pada organ lain yang memiliki syaraf sama dengan syaraf di telinga,
maka rasa nyeri di tempat tersebut akan dihantarkan melalui percabangan syaraf
tersebut ke telinga (referred pain). Contohnya adalah sakit gigi, sakit tenggorok, sakit
amandel (tonsilitis), gangguan pada sendi rahang dan lain-lain.
2.4 Klasifikasi
Klasifikasi otalgia dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan atas penyebabnya
adalah sebagai berikut :
1. Otalgia primer adalah nyeri yang berasal dari penyakit yang ada di telinga.
Seperti : Otitis Externa, Polikondritis, Otitis Media, Barotrauma, Mastoiditis
Supuratif akut, Miringitis bulos, dll.
2. Otalgia sekunder adalah penjalaran rasa nyeri dari tempat lain.
Seperti : Penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Lesi di rongga mulut, Glandula
salivatori, Iritasi Durameter, Bells palsy, Ramsay Hunt syndrome, Tonsilitis
akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar, limfadenopati servikal, laringitis, dll.
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang dapat timbul adalah sebagai berikut :
1. Sakit telinga itu sendiri merupakan suatu gejala atau keluhan, biasanya disertai
dengan gejala-gejala lain dan bisa dari berbagai penyebab.
2. Bayi dan anak-anak
Bayi dan anak-anak biasanya menjadi rewel, sering menggaruk-garuk
telinga atau menarik-narik telinga, bila penyakitnya di telinga biasanya disertai
gangguan pendengaran. Pada keadaan infeksi dapat disertai demam dan keluar
cairan dari telinga. Sakit telinga yang sering timbul pada anak-anak adalah akibat
infeksi telinga tengah akut, yang timbul secara tiba-tiba. Biasanya disertai
dengan demam tinggi, kadang-kadang sampai kejang dan muntah. Biasanya
sebelumnya didahului oleh batuk dan pilek (Susana, 2009).
3. Pada dewasa
Pada penderita yang sudah dapat menjelaskan seperti anak yang agak
besar, remaja dan dewasa, yang sering dialami selain nyeri adalah adanya
perasaan penuh atau tekanan pada telinga, gangguan pendengaran, pusing dan
pada infeksi terdapat cairan yang keluar dari telinga atau demam. Sakit telinga
akibat infeksi telinga yang sudah menyebar kedaerah mastoid atau daerah
dibelakangtelinga (mastoiditis), biasanya disertai dengan nyeri kepala. Pada
infeksi liang telinga (otitis eksterna) sering disertai nyeri ketika membuka mulut
atau menelan (Susana, 2009).
2.6 Komplikasi
Komplikasi dari otalgia antara lain adalah:
1. Mastoiditis Supuratif, terjadi karena otalgia yang tidak terobati secara adekuat.
2.
3.
4.
5.
6.
Inspeksi: adanya kemerahan di liang telingan, klien mengeluhkan rasa sakit yang
amat sangat menggangu di telinganya.
Palpasi: adanya nyeri tekan pada bagian yang sakit.
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan
diagnostik
biasanya
dilakukan
dengan
menanyakan
beberapa hal sehubungan dengan keluhan sakit telinga yang timbul. Seperti
adanya riwayat sakit batuk, pilek dan demam, riwayat mengorek telinga
sebelumnya, riwayat naik pesawat. Beberapa hal tersebut sangat penting untuk
mengidentifikasi penyebab telinga nyeri untuk mengetahui cara mengatasi rasa
sakit tersebut.
Telinga akan diperiksa dengan seksama baik menggunakan otoskop atau
endoskopi jika perlu. Organ sekitarnya juga akan diperiksa untuk memastikan
asal rasa sakit tersebut. Juga dilakukan Tes Toynbee/Valsava yaitu tes untuk
menentukan masih tidaknya fungsi Eustachius, Tes pendengaran, Tes
keseimbangan, bila perlu dilakukan pemeriksaan Radiologi.
Dapat juga dilakukan tes fungsi dan tes keseimbangan seperti :
1. Tes Fungsi
Tes Toynbee/Valsava adalah untuk mengetahui masih tidaknya fungsi
eusthacius
2. Tes Pendengaran
a. Tujuan dari tes pendengaran adalah :
1) Menentukan apakah pendengaran seseorang normal atau tidak.
2) Menentukan derajat kekurangan pendengaran.
3) Menentukan lokalisasi penyebab gangguan pendengaran.
b. Tes Suara
Tes Bisik : Normalnya tes bisik dapat didengar 10 15 meter. Tetapi biasa
dipakai patokan 6 meter. Syarat melakukan tes Bisik :
1) Pemeriksa berdiri di belakang pasien supaya pasien tidak
dapat membaca gerakan bibir pemeriksa.
2) Perintahkan pasien untuk meletakkan satu jari pada tragus
telinga yang tidak diperiksa untuk mencegah agar pasien
tidap dapat mendengar suara dari telinga itu.
masih
dapat
mendengarnya
(Schwabach
memanjang).
8) Tuli persepsi apabila pemeriksa masih dapat
mendengar suara dari garpu tala tetapi penderita
sudah tidak dapat mendengar lagi.
Tes Rinne : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi
melalui tulang dan melalui udara pada penderita. Syarat
melakukan tes Rinne :
1) Garpu tala digetarkan.
2) Letakkan tegak lurus pada planum mastoid penderita, ini
disebut posisi 1 (satu).
3) Setelah bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan garpu
tala tegak lurus di depan meatus akustikus eksterna, ini
disebut posisi 2 (dua).
4) Kalau pada posisi 2 masih terdengar bunyi Tes Rinne
(+).
5) Kalau pada posisi 2 tidak terdengar bunyi Tes Rinne
().
6) Kalau pada posisi 1 terdengar berlawanan Tes Rinne
ragu ragu.
Tes Weber : Tes ini digunakan untuk membandingkan penghantaran bunyi
melalui sebelah kanan / kiri penderita. Syarat melakukan
tes Weber :
1) Garpu tala digetarkan.
2) Letakkan tegak lurus pada garis tengah kepala
penderita, mis : dahi, ubun ubun, rahang, kemudian
suara yamg paling keras di kiri dan kanan.
3) Pada tes ini terdapat beberapa kemungkinan.
4) Bisa didapat hasil telinga kiri dan kanan sama keras
terdengarnya, hal ini bisa berarati : normal atau ada
gangguan pendengaran yang jenisnya sama.
5) Bisa juga didapatkan hasil telinga kiri > telinga kanan
atau kiri < telinga kanan.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1
Pengkajian
3.1.1
Anamnesis
1. Keluhan Utama
Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting
yang dirasakan klien sampai perlu pertolongan. Keluhan utama klien dengan
otalgia adalah nyeri telinga, perasaan penuh atau tekanan pada telinga,
gangguan pendengaran, pusing dan pada infeksi terdapat cairan yang keluar
dari telinga atau demam. Pengkajian nyeri dengan PQRST
a. Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab
nyeri, apakah nyeri berkurang apabila beristirahat, dan apakah nyeri
bertambah berat bila beraktivitas (Agravation).
b. Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. SifatKeluhan(Karakter), Dalam hal ini perlu ditanyakan kepada klien
apa maksud dari keluhan-keluhannya. Apakah sifat nyerinya tajam, tumpul,
seperti ditusuk-tusuk, di remas-remas, seperti terbakar atau kram.
c. Region: radiation, relief: dimana Lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan
tepat oleh klien, apakah rasa sakit bisa reda, dan apakah rasa sakit menjalar
atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d. Severity(Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau gradasi (0-4) dan klien menerangkan seberapa
jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuannya
e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, dan apakah bertambah buruk
pada malam hari atausiang hari.
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik harus mencakup otologic yang lengkap, neoro-
Caranya:
Dewasa
: ditarik keatas-kebelakang
Anak
: Kebelakang
Bayi
: kebawah
Palpasi
Palpasi daun telinga: tekstur, nyeri pembengkakan dan nodul-nodul.
Palpasi
prosesus
mastoideus:
nyeri,
pembengkaka
dan
nodul.
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
3.3
6.
7.
8.
Intervensi Keperawatan
Dignosa
Tujuan dan
Intervensi
Rasional
keperawatan
Nyeri akut
kreteria hasil
Tujuan : Setelah
1. Observasi keluhan
1. Dapat
berhubungan dengan
diberikan tindakan
mengidentifikasi
terjadinya
fisik, kimia
komplikasi dan
berkurang
(0-4)
untuk intervensi
Kriteria hasil :
selanjutnya.
Melaporkan
2. Ajarkan tehnik
2. Membantu klien
nyeri berkurang/
relaksasi progresif,
untuk mengurangi
terkontrol.
imagery.
mangalihkan
Menunjukkan
ekspresi wajah/
nyeri.
3. Membantu
3. Kolaborasi: Berikan
mengurangi nyeri
Diagnosis
Tujuan dan
keperawatan
Nyeri
kriteria hasil
Tujuan: setelah
berhubungan
diberikan
dengan
inflamasi
Intervensi
1. Kaji
nyeri
proses tindakan
tingkat
sesuai
skala nyeri
keperawatan
rasa
nyeri
pasien
dapat
respon pasien
berkurang
terhadap
Kriterian hasil:
intervensi
Rasional
1. Member
info
untuk mengkaji
respon terhadap
intervensi
2. Membantu
dalam memberi
intervensi
selanjutnya
melaporkan
nyeri
berurang
3. Kolaborasi
/terkontrol.
beri
Menunjukkan
analgetik
ekspresi
wajah/postur
preparat
4. Memasang
3. Mengurangi
nyeri
4. untuk menjaga
tubuh rileks
sumbu
bila
kanalis
kanalis
tetap
terbuka
auditorius
mengalami
edema
Diagnosis
Tujuan dan
Intervensi
Rasional
Keperawatan
Gangguan sensori
Kriteria hasil
Tujuan : Setelah 1.
persepsi (auditori)
diberikan tindakan
ketajaman
berhubungan
keperawatan
dengan perubahan
diharapkan
apakah kedua
sensori persepsi
ketajaman
telinga terlibat
menentukan
Observasi
pendengaran
Mengetahui
tingkat ketajaman
intervensi
pasien meningkat
Kreteria hasil : 2.
- Pasien dapat
Berikan
selanjutnya
Membantu untuk
lingkungan yang
menghindari
mendengar dengan
masukan sensori
kacau , jika
pendengaran yang
bantu pendengaran,
diperlukan seperti
berlebihan dengan
mampu
musik lembut
mengutamakan
menentukan letak
suara dan sisi
paling keras dari
3.
Anjurkan pasien
dan keluarganya
kualitas tenang
Mematuhi
program terapi
untuk mematuhi
akan
program terapi
mempercepat
yang diberikan
proses
penyembuhan
garputala,
membedakan suara
jam dengan gesekan
tangan
-
Diagnosa
Pasien tidak
Tujuan dan
Intervensi
keperawatan
Ansietas b/d
kreteria hasil
Tujuan :
Dengarkan
kurang
mengurangi
cermat
pengetahuan ttg
ansietas
dikatakan
Rasional
dgn mendengar
apa
yg memungkinkan
klien deteksi
tentang
infeksi dan
dan tindakannya
Klien tidak
dan
tindakan
menampakkan
dan
pencegahannya
tanda- tanda
informasi
pengetahuan
gelisah
Berikan
kesalahan
ttg
pertanyaan
klien
berdiskusi
Diagnosa
Tujuan dan
Intervensi
Rasional
keperawatan
Kurang
kriteria hasil
Tujuan : Setelah 1.
pengetahuan
diberikan tindakan
pengetahuan
tingkat
b.d.kurang
keperawatan,
pasien.
pemahaman dan
terpaparnya
diharapkan terjadi
pengetahuan
informasi tentang
peningkatan
pasien tentang
penyakit,
pengetahuan
penyakitnya serta
pengobatan
mengenai kondisi
indikator dalam
dan penanganan
melakukan
yang bersangkutan
2.
intervensi
Meningkatkan
Kaji tingkat
Berikan
Mengetahui
Kreteria hasil :
informasi pada
pemahaman klien
Melaporkan
pasien tentang
tentang kondisi
perjalanan
kesehatan
pemahaman
Mengurangi
tingkat kecemasan
dan membantu
setiap tindakan
meningkatkan
keperawatan yang
kerjasama dalam
diberikan
mendukung
program terapi
yang merupakan
yang diberikan
petunjuk kesiapan
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan
Kreteria Hasil
Intoleransi aktifitas Tujuan : klien
Intervensi
1.
Kaji tingkat
Untuk mengetahui
berhubungan
dapat melakukan
dengan nyeri
aktivitas dengan
klien guna
baik
intervensi
Kreteria hasil :
selanjutnya
: Bantuan terhadap
Klien bisa
intoleransi klien
Rasional
2.
beraktivitas
Klien tidak
mempunyai
masalah dalam
beraktifitas.
3.
4.
Bantu klien
tingkat aktivitas
untuk melakukan
aktifitas sehari-
mempermudah
hari
pemenuhan
Anjurkan klien
kebutuhan klien
Aktivitas yang
untuk melakukan
ringan dapat
aktivitas yang
membantu
ringan
mengurangi energy
Libatkan
keluarga untuk
yang keluar
Keluarga memiliki
peranan penting
proses perawatan
dalam aktifitas
dan aktivitas
sehari-hari klien
klien
5.
Ajurkan klien
selama perawatan
Istirahat cukup
untuk istirahat
dapat mebantu
yang cukup
meminimalkan
pengeluaran
energy.
Diagosa
Tujuan dan
Intervensi
Rasional
Keperawatan
Isolasi sosial
Kreteria Hasil
Tujuan : pola
1.
berhubungan
koping klien
koping klien
tingkat koping
dengan nyeri
adekuat
terhadap penyakit
pasien terhadap
yang dialaminya
penyakitnya guna
Kaji tingkat
Kreteria Hasil :
Untuk mengetahui
intervensi
Klien memiliki
koping adekuat 2.
selanjutnya
Kaji tingkat pola Pola koping
koping keluarga
keluarga
mengalami isolasi
terhadap penyakit
mempengaruhi
social
koping pasien
Klien tidak
terhadap
Klien bisa
berinteraksi
3.
dengan orang lain
Berikan
penyakitnya
Informasi adekuat
informasi yang
dapat memperbaiki
adekuat mengenai
koping pasien
penyakit yang
terhadap
dialami klien.
4.
Berikan
penyakitnya
Motivasi dapat
motivasi kepada
membantu pasien
klien dalam
dalam menghadapi
menghadapi
penyakitnya dan
penyakitnya
menjalani
pengobatan
sehingga klien
tidak merasa
sendirian.
5. Anjurkan
Diagnosis
Tujuan dan
Keperawatan
Gangguan pola
Kreteria Hasil
Tujuan : klien 1.
tidur berhubungan
tidak mengalami
dengan nyeri
gangguan pola
Motivasi dari
keluarga untuk
keluarga sangat
selalu memotivasi
membantu proses
klien
koping pasien
Intervensi
Rasional
untuk mengetahui
klien
bagaimana pola
tidur klien
tidur
2.
Kreteria hasil :
Mininalkan
suasana
tenang dapat
lingkungan
membantu klien
untuk beristirahat
Klien
mengatakan
tidurnya cukup
Klien
mengatakan
tidurnya nyenyak
lingkungan yang
3.
Anjurkan klien
dapat membantu
hangat sebelum
klien lebih
tidur
4.
Ajarkan klien
Membantu klien
relaksasi dan
untuk mengurangi
distraksi sebelum
tidur
mangalihkan
perhatian klien
dari nyeri yg
menghambat tidur
5.
Pemberian obat
analgesik
klien.
membantu
mengurangi nyeri
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Otalgia adalah suatu keluhan yang timbul berupa rasa sakit di tekinga oleh
karena penyakit yang ada di telinga atau penjalaran rasa sakit akibat suatu penyakit di
daerah lain di luar telinga dengan karakteristik yang sesuai dengan berat penyakit
yang dialami seseorang. Kasus ini dapat dierikan terapi berupa menggunakan
antibiotic untuk mengobati penyebab spesifik otalgia (tonsillitis, faringitis maupun
sinusitis). Menggunakan antiviral jika penyebab otalgia adalah penyakit spesifik
disebabkan oleh virus seperti herpes zoster atau gatal-gatal. Jika penyebab otalgia
adalah jamur (seperti kandidiasis/thrush) maka menggunakan antifungal. Antiulcer
dan antacid digunakan jika penyebab dari otalgia adalah esofagitis dan
gastroesofangeal karena refluks. NSAID digunakan untuk otalgia karena myalgia dan
neuralgi. Pengkajian terhadap penggunaan NSaid dilakukan setelah 2 minggu.
Analgesik narkotik kuat tidak diindikasikan untuk pengobatan Otalgia.
4.2 Saran
Setelah membaca dan memahami konsep dasar pada asuhan keperawatan
Otalgia, diharapkan kepada mahasiswa/i dapat melakukan dan melaksanakan
perencanaan dengan profesional pada pasien dengan Otalgia .
DAFTAR PUSTAKA
Chris, Rowland Aled Miliford. 1999. Share Care For ENT. Oxford: ISIS Medical
MediaBlack
Joyce, Hawk, Jane Hokansen. 2001. Medical Surgical Nursing. USA: ELSEVIER.
Suddarth & Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Swartz, Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC
http://id.scribd.com/doc/76516718/Pathway-Otalgia
http://www.mejfm.com/journal/May2006/managementotalgia.htm
Dunna, D.I. Et al. (1995). Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process
Approach 2 nd Edition : WB Sauders.
Rothrock, C. J. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC :
Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (1998). Buku Ajar Ilmu penyakit
THT