Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh:
Fitri Yulianti
G1A212113
Pembimbing Fakultas:
dr. Diah Krisnansari, M.Si.
NIP. 19770202 200501 2 001
Pembimbing Lapangan
dr. Sugeng Rahadi
NIP.196010281 198912 1 001
JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
DESEMBER 2013
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA
Disusun Oleh :
Fitri Yulianti
G1A212113
Tanggal
Desember 2013
Preseptor Lapangan
Preseptor Fakultas
BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
: Tn. W
Alamat lengkap
Bentuk Keluarga
: nuclear family
Tabel 1.1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
N
Nama
Keduduka
L/
Umu
Pendidika
Pekerjaan
Pasie
Ket
1.
Tn. W
Kepala
74
SD
Tidak
Klinik
Y
2.
Ny. M
keluarga
Istri
tahun
70
SD
bekerja
Tidak
3.
Ny. K
Anak
tahun
45
SMP
bekerja
Tidak
tahun
Sumber : Data Primer, Desember 2013
bekerja
PPOK
BAB II
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang lakilaki berusia 74 tahun yang datang ke poliklinik Puskesmas 1 Sokaraja pada
hari Selasa tanggal 17 Desember 2013 jam 10.00. Pasien mengeluhkan sesak.
.
B. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. W
Umur
: 74 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Status
: Sudah menikah
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Pendidikan
: SD
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
Pengantar
: Ny. K
: Anak
C. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Sesak nafas.
2. Keluhan Tambahan
Batuk berdahak.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik Puskesmas 1 Sokaraja untuk berobat
rutin diantar oleh anaknya karena keluhan sesak nafas yang sering
dideritanya. Sesak dirasakan semakin berat jika dalam posisi berbaring
sehingga pasien harus tidur di kursi dengan posisi duduk. Selain
4
mengeluh sesak pasien juga merasa batuk berdahak dan sulit untuk
mengeluarkan dahak.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat keluhan yang sama
b. Riwayat mondok
: disangkal
c. Riwayat operasi
: disangkal
d. Riwayat kecelakaan
: disangkal
e. Riwayat pengobatan
: disangkal.
: sesak nafas
b. Kulit
c. Kepala
d. Mata
katarak
e. Hidung
f. Telinga
g. Mulut
h. Tenggorokan
i. Pernafasan
j. Sistem Kardiovaskuler
m. Sistem Genitourinaria
n. Ekstremitas
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak sesak, compos mentis, status gizi kesan kurang.
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Nadi
c. RR
d. Suhu
: 36,50 C
3. Status gizi
BB
: 41 kg
TB
: 155 cm
IMT
: 17,08
: gizi kurang
4. Kulit
5. Kepala
6. Mata
7. Telinga
8. Hidung
9. Mulut
9. Tenggorokan
10. Leher
11. Thorak
Jantung
Pulmo
Inspeksi
gerakan
Perkusi
Auskultasi
12. Punggung
13. Abdomen
14. Genitalia
: Tidak dilakukan
15. Anorektal
: Tidak dilakukan
16. Ekstremitas
Superior
Inferior
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan EKG
2. Darah rutin
3. Kultur dahak
4. Spirometri
5. Rontgen
F. RESUME
1. Anamnesis
a. Keluhan utama
: sesak nafas
b. Keluhan tambahan
: batuk.
c. Riwayat Sosial
c. RR
d.
: 36,5o
Suhu
e. Mata
f. Pulmo
G. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
a. Idea
Pasien berharap keluhan sesaknya segera berkurang dan
tidak
mengganggu aktifitas.
b. Concern
Akibat penyakitnya aktifitas pasien terganggu mulai dari aktivitas di
rumah maupun aktivitas rutin di luar rumah.
c. Expectacy
Pasien mempunyai harapan penyakit dapat segera disembuhkan
sehingga dapat beraktifitas lagi.
d. Anxiety
Pasien cukup gelisah karena sesaknya serta usianya yang sudah
lanjut
pasien
mencemaskan
jika
penyakitnya
menyebabkan
kematian.
2. Aspek Klinis
a. Diagnosa
b. Gejala klinis
sesak,
batuk
berdahak,
retraksi
otot
10
Tekanan darah
:110/70 mmHg
Nadi
: 72x/menit
Suhu
: 36,5 0 C
RR
: 20x/menit
11
A : PPOK
P : Lanjutkan obat yang diberikan.
Kamis, 26 Desember 2013
S : sesak, batuk berkurang
O :
KU/Kesadaran
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 84x/menit
Suhu
: 35,80 C
RR
: 20x/menit.
A : PPOK
P : Lanjutkan obat yang diberikan
J. FLOW SHEET
Nama
: Tn. W
Diagnosis : PPOK
Tabel 2.1 Flow Sheet
No Tgl
Problem TD
N
mmHg x/1'
1 24/12/13 Sesak,
110/70 72
batuk
berdahak,
RR T oC Planning
Target
x/1'
20 36,5
Amoxilin, Sesak dan
batuk
3x500mg/ berkurang
hari
Dexame
thason
3x4mg/h
ari
Teofilin
1x150 mg/hari
Ambroxol
3x30mg/h
ari
12
2 26/12/13 Sesak,
100/70 84
batuk
berkurang
20
35,8
Dexame
thason
3x4mg/h
ari
Teofilin
1x150 mg/hari
Ambroxol
3x30mg/hari
13
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga Tn. W (74 tahun) merupakan keluarga dengan bentuk
nuclear family karena Tn. W hanya tinggal satu rumah dengan istrinya
yaitu Ny. M (70) dan anaknya yaitu Ny. K (40). Sedangkan keempat anak
lainnya tinggal di Jakarta bersama cucu-cucu Tn. W yang berjumlah 8
orang. Ny.K sebagai anak yang terakhir juga sudah menikah dengan
suaminya yang saat ini bekerja di Jakarta.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan antar anggota pada keluarga Tn.W terjalin dengan baik.
Anggota keluarga saling memberi perhatian terhadap satu sama lain
sehingga terbina hubungan yang harmonis antar anggota keluarga.
Permasalahan yang kadang timbul diantara anggota keluarga selalu bisa
diselesaikan dengan baik karena adanya sikap saling pengertian. Masalah
komunikasi dengan keluarga kebanyakan tinggal di luar kota diakui sering
muncul. Tapi masalah ini dapat dikurangi dengan adanya alat komunikasi
yang seringkali bisa menyelesaikan masalah yang terjadi. Jika ada masalah
cukup rumit yang memerlukan penyelesaian bersama, seluruh keluarga
akan berkumpul di satu tempat untuk membahasnya.
3. Fungsi Sosial
Fungsi sosial keluarga Tn. W dengan lingkungan sekitar diakui
cukup baik. Walaupun Tn. W dan istrinya jarang keluar rumah karena sakit
yang diderita, tapi Ny. K selaku anak senantiasa berinteraksi baik dengan
tetangga sekitar. Walaupun termasuk pendatang baru di lingkungan
tersebut, keluarga pasien cukup dikenal oleh lingkungan di sekitarnya.
Kegiatan Tn. W dan Ny.T
14
15
terlalu besar tapi masih cukup untuk membiayai kehidupan dasar seharihari.
4. Affection
Pasien merasa sangat menerima banyak kasih sayang dari istri dan anakanaknya. Dan pasien juga merasa sangat menyayangi istri dan
keluarganya.
5. Resolve
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari anak,
menantu maupun cucunya.
Tabel 3.1. A.P.G.A.R. Score Keluarga Tn. W
A.P.G.A.R. Tn. W Terhadap Keluarga
Sering Kadang
/selalu
Jaran
-kadang g/tida
k
dan
membagi
masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
emosi
saya
seperti
16
Sering Kadang
/selalu
Jaran
-kadang g/tida
k
dan
membagi
masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru
emosi
saya
seperti
Sering Kadang
/selalu
Jaran
-kadang g/tida
k
dan
membagi
masalah
dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
17
emosi
saya
seperti
Nilai A.P.G.A.R Ny.T baik, dapat dikatakan fungsi fisiologis dalam keluarga
sehat. Hasil penilaian APGAR didapatkan poin 8.
A.P.G.A.R. SCORE keluarga pasien : (7+8+8/3) = 7,6
Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga baik.
Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R. keluarga Ny.K adalah
23, sehingga rata-rata A.P.G.A.R. dari keluarga penderita adalah 7,6. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam
keadaan sedang. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin
cukup baik dan akur.
Patologis
Culture
18
untuk
menentukan
pemenuhan
kebutuhan hidup.
Secara formal, tingkat pendidikan keluarga
Educational
tergolong kurang karena baik Tn. W maupun istri dan anaknya lulusan SD dan SMP.
Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga
Medical
Kesimpulan :
Dalam keluarga Tn. W, tidak terdapat fungsi patologis yang ditemukan.
D. GENOGRAM
19
: perempuan
: Laki-laki
perempuan meninggal dunia
: Laki-laki meninggal dunia
: Pasien
: Tinggal dalam satu rumah
Gambar 3.1. Genogram
Penderita dengan nama Tn. W berumur 74 tahun menikah dengan Ny.
M (70 tahun) dan mempunyai 5 orang anak. Anak pertama adalah laki-laki,
sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak, saat ini tinggal di Jakarta. Anak
kedua adalah laki-laki, sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak, saat ini
tinggal di Jakarta. Anak ketiga adalah perempuan, sudah menikah dan
mempunyai 2 orang anak, saat ini tinggal di Jakarta. Anak keempat adalah
laki-laki, sudah menikah dan mempunyai 1 orang anak, saat ini tinggal di
Jakarta. Anak kelima adalah Ny. K (45 tahun) yang saat ini tinggal serumah
dengan Tn. W dan Ny. M. Ny.K sudah menikah dan belum punya anak.
Suaminya saat ini bekerja di Jakarta.
Ny.T
20
Ny. K
: hubungan baik
: hubungan tidak baik
Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga baik.
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. IDENTIFIKASI
FAKTOR
PERILAKU
DAN
NON
PERILAKU
KELUARGA
1. Faktor Perilaku
Tn. W merupakan seorang perokok berat di masa mudanya sehingga
21
22
Pekerjaan:
Bekerja menjaga tungku pembakaran sehingga sering terpapar debu dan asap
Pengetahuan :
Pengetahuan tentang kesehatan, degeneratif dan rumah sehat ma
Tn. W
Lingkunga
Personal Habit :
Lingkungan
Kebiasaan merokok saat masih muda
23
24
BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
A. DAFTAR MASALAH
1. Masalah medis
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
2. Masalah nonmedis
a. Kondisi lingkungan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan.
b. Pengetahuan tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat kurang memadai.
3. Diagram permasalahan pasien
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang
ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
Kondisi
lingkungan
rumah kurang
memenuhi syarat
kesehatan
Pengetahuam
tentang
kesehatan
kurang
memadai
Tn. W
Riwayat paparan
asap rokok dan
pembakaran
Status gizi
kurang
Daftar Masalah
Pengetahuan tentang
PHBS kurang memadai
Status gizi kurang
Lingkungan rumah kurang
memenuhi syarat kesehatan
P
5
S
5
SB
3
Mn
4
3
5
5
4
3
3
3
3
3
3
R
Mo
5
3
2
Jumlah
Ma IxTxR
4
676
4
4
330
324
25
Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P
SB
Mn
Mo
Ma
Kriteria penilaian :
1
: tidak penting
: agak penting
: cukup penting
: penting
: sangat penting
5. Prioritas masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah
keluarga Tn. W adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan PHBS kurang memadai
b. Status gizi kurang
c. Lingkungan rumah tidak memenuhi syarat kesehatan
B. PEMBINAAN KELUARGA
1. Rencana pembinaan keluarga
a. Tujuan
Tujuan dari pembinaan keluarga ini adalah untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman kepada pasien dan keluarga mengenai
penyakitnya, yaitu PPOK.
b. Materi
Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai PPOK meliputi
pengertian, penyebab, penatalaksanaan, serta pencegahan.
26
c. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah
ditentukan bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan
pemahaman kepada pasien dan keluarga, serta motivasi untuk
berperilaku sehat.
d. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang
materi konseling kepada pasien dan anggota keluarga lain yang
hadir. Apabila setiap anggota keluarga dapat menjawab satu
pertanyan yang diajukan, maka dikategorikan sudah mengetahui dan
memahami materi konseling.
e. Sasaran
Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarga
yang tinggal satu rumah.
2. Hasil pembinaan keluarga
Tabel 5.2. Hasil Pembinaan Keluarga
N
o
1
Tanggal
Anggota
keluarga
yang terlibat
24
1.
M Pasien dan
Desember
embina hubungan saling keluarga
2013
percaya dengan pasien,
diantaranya perkenalan.
2.
P
erjanjian dengan pasien
untuk
kedatangan
berikutnya
26
Menggali pengetahuan
Pasien dan
Desember
dan pemahaman pasien
keluarga
2013
tentang penyakitnya
1 Januari
2013
emberikan penjelasan
tentang:
engertian, penyebab,
penatalaksanaan serta
pencegahan
Hasil kegiatan
Pasien bersedia
untuk dikunjungi
lebih lanjut untuk
dipantau
perkembangannya.
Mengetahui sejauh
mana pengetahuan
dan pemahaman
pasien tentang
penyakitkan
kekambuhan.
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah keadaan penyakit yang
ditandai oleh keterbatasan alira udara yang tidak sepenuhnya reversibel.
Keterbatsan aliran udara ini biasanya progresif dan berhubungan dengan
respon peradangan yang abnormal dari paru terhadap partikel atau udara yang
berbahaya (Rubenstein, 2007).
Definisi lain menyebutkan bawa PPOK adalah penyakit-penyakit yang
menyebabkan kesulitan dalam bernapas atau sesak napas selain asma dan
penyakit jantung. Yang digolongkan dalam penyakit ini adalah bronkhitis
kronik dengan sesak napas, emfisema dan bronkitis dengan gejala mirip asma
(Djojodibroto, 2001).
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyebutkan bahwa saat
ini bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukan ke dalam definisi PPOK
karena emfisema merupakan diagnosis patologi sedangkan bronkitis kronik
merupakan diagnosis klinik. Selain itu, keduanya tidak selalu mencerminkan
adanya hambatan aliran udara dalam salura napas (PDPI, 2011)
B. FAKTOR RISIKO
1. Merokok
Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang
terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam
pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan (PDPI, 2011):
a. Riwayat merokok: perokok aktif, perokok pasif, bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian
jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok
dalam tahun :
1) Ringan : 0-200
2) Sedang : 200-600
3) Berat : >600
28
2. Polusi udara
Berbagai macam partikel dan gas yang terdapat di udara sekitar dapat
mengakibatkan
terjadinya
polusi
udara.
Berdasarkan
partikel
29
dan
infeksi.
Terdapat
hubungan
antara
peningkatan
dengan
peningkatan
stress
oksidan.
Stress
oksidatif
30
31
1) Hiperinflasi.
2) Hiperlusen.
3) Ruang retrosternal melebar.
4) Diafragma mendatar.
32
E. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Diagnosis banding untuk PPOK antara lain (PDPI, 2011):
1. Asma
2. Gagal jantung kongestif
3. Bronkiektasis
4. Tuberkulosis
5. Pneumothorax
F. PENANGANAN
1.
Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang
pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada
asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang ireversibel dan
progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktiviti dan
mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. Berbeda dengan asma yang
masih bersifat reversibel, menghindari pencetus dan memperbaiki derajat
adalah inti dari edukasi atau tujuan pengobatan dari asma. Tujuan edukasi
pada pasien PPOK (PDPI, 2011):
a. Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan
b. Melaksanakan pengobatan yang maksimal
c. Mencapai aktivitas optimal
d. Meningkatkan kualitas hidup
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan
ditentukan skala prioritas bahan edukasi sebagai berikut (PDPI, 2011):
a. Berhenti merokok
b. Disampaikan pertama kali kepada penderita pada waktu diagnosis
PPOK ditegakkan.
c. Pengunaan obat obatan
d. Penggunaan oksigen
e. Mengenal dan mengatasi efek samping obat atau terapi oksigen
f. Penilaian dini eksaserbasi akut dan pengelolaannya
33
34
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diagnosis Holistik
1. Aspek Personal
a. Idea
Pasien berharap keluhan sesaknya segera berkurang dan
tidak
mengganggu aktifitas.
b. Concern
Akibat penyakitnya aktifitas pasien terganggu mulai dari aktivitas di
rumah maupun aktivitas rutin di luar rumah.
c. Expectacy
Pasien mempunyai harapan penyakit dapat segera disembuhkan
sehingga dapat beraktifitas lagi.
d. Anxiety
Pasien cukup gelisah karena sesaknya serta usianya yang sudah
lanjut
pasien
mencemaskan
jika
penyakitnya
menyebabkan
kematian.
2. Aspek Klinis
a. Diagnosa
b. Gejala klinis
:sesak,
batuk
berdahak,
retraksi
otot
35
36
DAFTAR PUSTAKA
Brashers, Valentina. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan dan
Manajemen. Jakarta : Penerbit EGC.
Davey, Patrick. 2003. At a Glance : Medicine. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Djojodibroto, Darmanto. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan. Jakarta :
Penerbit Pustaka Populer Obor.
Doenges, Maryllin. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : Penerbit
EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan. Jakarta: PDPI.
Rubenstein, D., D. Wayne dan J. Braide. 2007. Lecture Notes : Kedokteran Klinis.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
37
38