Вы находитесь на странице: 1из 38

Laporan Kepaniteraan Kedokteran Keluarga

Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Disusun Oleh:
Fitri Yulianti

G1A212113

Pembimbing Fakultas:
dr. Diah Krisnansari, M.Si.
NIP. 19770202 200501 2 001
Pembimbing Lapangan
dr. Sugeng Rahadi
NIP.196010281 198912 1 001

JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
DESEMBER 2013

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA

Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Disusun Oleh :
Fitri Yulianti

G1A212113

Telah diperiksa, disetujui, dan disahkan :


Hari

Tanggal

Desember 2013

Preseptor Lapangan

Preseptor Fakultas

dr. Sugeng Rahadi


NIP.196010281 198912 1 001

dr. Diah Krisnansari, M.Si


NIP. 19770202 200501 2 001

BAB I
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga

: Tn. W

Alamat lengkap

: Desa Sokaraja Wetan RT01/RW05, Kec. Sokaraja

Bentuk Keluarga

: nuclear family

Tabel 1.1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
N

Nama

Keduduka

L/

Umu

Pendidika

Pekerjaan

Pasie

Ket

1.

Tn. W

Kepala

74

SD

Tidak

Klinik
Y

2.

Ny. M

keluarga
Istri

tahun
70

SD

bekerja
Tidak

3.

Ny. K

Anak

tahun
45

SMP

bekerja
Tidak

tahun
Sumber : Data Primer, Desember 2013

bekerja

Kesimpulan dari karakteristik demografi diatas adalah bentuk keluarga


dari Tn. W berbentuk nuclear family dengan Tn. W (74) sebagai kepala
keluarganya yang sudah tidak bekerja. Tn. W memiliki seorang istri yang bernama
Ny. M (70) sebagai ibu rumah tangga. Tn. W dan Ny. M saat ini tinggal bersama
anaknya yang terakhir yaitu Ny. K.

PPOK

BAB II
STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang lakilaki berusia 74 tahun yang datang ke poliklinik Puskesmas 1 Sokaraja pada
hari Selasa tanggal 17 Desember 2013 jam 10.00. Pasien mengeluhkan sesak.
.
B. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. W

Umur

: 74 tahun

Jenis kelamin

: laki-laki

Status

: Sudah menikah

Pekerjaan

: Tidak bekerja

Pendidikan

: SD

Agama

: Islam

Suku bangsa

: Jawa

Kewarganegaraan

: Indonesia

Alamat

: Sokaraja Wetan 01/05, Kec. Sokaraja

Pengantar

: Ny. K

Hubungan dengan pasien

: Anak

C. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Sesak nafas.
2. Keluhan Tambahan
Batuk berdahak.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik Puskesmas 1 Sokaraja untuk berobat
rutin diantar oleh anaknya karena keluhan sesak nafas yang sering
dideritanya. Sesak dirasakan semakin berat jika dalam posisi berbaring
sehingga pasien harus tidur di kursi dengan posisi duduk. Selain
4

mengeluh sesak pasien juga merasa batuk berdahak dan sulit untuk
mengeluarkan dahak.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat keluhan yang sama

: diakui sejak 10 tahun yang lalu

b. Riwayat mondok

: disangkal

c. Riwayat operasi

: disangkal

d. Riwayat kecelakaan

: disangkal

e. Riwayat pengobatan

: diakui untuk keluhan yang sama

f. Riwayat alergi makanan/obat : disangkal


5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit yang sama

: disangkal.

6. Riwayat Sosial dan Exposure


a. Community
Lingkungan tempat tinggal pasien merupakan lingkungan yang
cukup padat penduduk. Jarak antar rumah di lingkungan tersebut
sekitar 2 sampai 3 meter.
b. Home
Pasien tinggal di Desa Sokaraja Wetan RT 01 RW 05,
Kec.Sokaraja. pasien tinggal di sebuah rumah permanen dengan
dinding kayu dilapisi cat dinding. Luas rumah sekitar 12 m2 dihuni
oleh 3 orang. Lantai rumah menggunakan plester. Atap rumah
menggunakan genting. Kesan pencahayaan dan jumlah ventilasi
kurang sehingga rumah masih terasa lembab jika pagi hari.
Ruangan di rumah tersebut terdiri dari ruang tamu yang
menyatu dengan ruang keluarga, kamar tidur 2, jamban 2, serta
ruang dapur yang menyatu dengan ruang makan.
Sumber air adalah sumur pompa yang letaknya di belakang
bersebelahan dengan kamar mandi (sekitar 1 m dari kamar mandi).
Kamar mandi berjumlah 2 dan memiliki jamban di dalamnya. Kamar
mandi digunakan untuk mandi, cuci baju, dan BAB/BAK. Kesan:
rumah pasien kurang memenuhi syarat rumah sehat, terutama dari

kebersihan, pencahayaan, dan ventilasi untuk pasien dengan asma


menahun.
c. Hobby
Pasien tidak memiliki hobi tertentu.
d. Occupational
Pasien tidak bekerja, hanya membantu anaknya menjaga dan
mengurus istrinya yang tidak bisa berjalan. Dulunya pasien bekerja
sebagai penjaga tungku pembakaran di pabrik panci.
e. Personal habit
Pasien merupakan seorang perokok berat yang bisa menghabiskan 12 bungkus rokok sehari, pasien mengurangi merokok sejak 10 tahun
yang lalu karena sesak yang dideritanya. Walaupun tidak setiap hari,
tapi sampai saat ini diakui jarang merokok.
f. Drug
Pasien secara rutin minum obat untuk sesaknya baik di warung
ataupun apotik sejak 10 tahun yang lalu.
7. Riwayat Gizi
Saat ini pasien makan makanan yang dimasak oleh anaknya. Menu
makanan sehari-hari adalah nasi, sayur, dan lauk seadanya. Terkadang
anaknya juga menyediakan buah-buahan untuk camilan pasien. Kesan
gizi pasien kurang atau underweight.
8. Riwayat Ekonomi
Pasien sudah tidak bekerja sehingga kebutuhan pasien ditanggung oleh
anak dan menantunya yang bekerja di luar kota. Kesan ekonomi adalah
menengah ke bawah.
9. Riwayat Psikologi
Hubungan kekeluargaan di antara keluarga Tn. W terjalin baik, terbukti
dengan permasalahan-permasalahan yang dapat diatasi dengan baik
dalam keluarga ini. Hubungan antara keluarga terlihat akrab dan sangat
dekat. Mereka saling memberi perhatian satu sama lain. Hal ini terbukti
dengan adanya respon anggota keluarga dalam usaha pengobatan pasien
yang sudah diusahakan untuk berobat.

10. Riwayat Demografi


Hubungan dalam keluarga cukup baik. Interaksi diantara keluarga ini
juga terlihat baik, hal ini dibuktikan dengan adanya perhatian anggota
keluarga terhadap kondisi pasien. Tidak ada riwayat perceraian dalam
keluarga.
11. Riwayat Sosial
Hubungan dengan anak-anaknya yang di luar kota terjalin baik terbukti
dengan komunikasi jarak jauh yang selalu dilakukan melalui telepon.
Hubungan pasien dengan tetangga sekitar juga akrab. Pasien jarang
mengikuti perkumpulan dengan warga sekitar rumahnya karena sakit
yang dideritanya.
12. Anamnesis Sistemik
a. Keluhan Utama

: sesak nafas

b. Kulit

: tidak ada keluhan

c. Kepala

: tidak ada keluhan

d. Mata

: mata kanan sudah dioperasi karena

katarak
e. Hidung

: tidak ada keluhan

f. Telinga

: tidak ada keluhan

g. Mulut

: tidak ada keluhan

h. Tenggorokan

: tidak ada keluhan

i. Pernafasan

: Sesak nafas, batuk berdahak

j. Sistem Kardiovaskuler

: tidak ada keluhan

k. Sistem Gastrointestinal : tidak ada keluhan


l. Sistem Muskuloskeletal

: tidak ada keluhan

m. Sistem Genitourinaria

: tidak ada keluhan

n. Ekstremitas

: tidak ada keluhan

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak sesak, compos mentis, status gizi kesan kurang.

2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Nadi

: 72x /menit, regular, isi dan tegangan cukup

c. RR

: 20x /menit, regular

d. Suhu

: 36,50 C

3. Status gizi
BB

: 41 kg

TB

: 155 cm

IMT

: 17,08

Kesan status gizi

: gizi kurang

4. Kulit

: tidak ada kelainan

5. Kepala

: tidak ada kelainan

6. Mata

: post operasi katarak

7. Telinga

: tidak ada keluhan

8. Hidung

: tidak ada kelainan

9. Mulut

: tidak ada kelainan

9. Tenggorokan

: tidak ada kelainan

10. Leher

: tidak ada kelainan

11. Thorak

: tidak ada kelainan

Jantung

: tidak ada kelainan

Pulmo
Inspeksi

: Dinding dada menonjol, retraksi (+),

gerakan

paru simetris, terdapat usaha nafas.


Palpasi

: tidak ada kelainan

Perkusi

: tidak ada kelainan

Auskultasi

: wheezing (-), ronkhi basah halus (+)

12. Punggung

: tidak ada kelainan

13. Abdomen

: tidak ada kelainan

14. Genitalia

: Tidak dilakukan

15. Anorektal

: Tidak dilakukan

16. Ekstremitas

Superior

: tidak ada kelainan

Inferior

: tidak ada kelainan

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan EKG
2. Darah rutin
3. Kultur dahak
4. Spirometri
5. Rontgen
F. RESUME
1. Anamnesis
a. Keluhan utama

: sesak nafas

b. Keluhan tambahan

: batuk.

c. Riwayat Sosial

Pasien Tn. W berusia 74 tahun dengan bentuk keluarga nuclear


family. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien menderita
sesak dan batuk berulang yang sudah lama. Faktor resiko dari pasien
ini menderita sesak dan batuk berulang adalah adanya riwayat
merokok dan pekerjaan terdahulu yang selalu terpapar asap tungku.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Nadi

: 72x /menit, regular, isi dan tegangan cukup

c. RR

: 20x /menit, regular.

d.

: 36,5o

Suhu

e. Mata

: oculi dextra post op katarak

f. Pulmo

: retraksi (+), rhonki basah halus(+).

G. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
a. Idea
Pasien berharap keluhan sesaknya segera berkurang dan

tidak

mengganggu aktifitas.

b. Concern
Akibat penyakitnya aktifitas pasien terganggu mulai dari aktivitas di
rumah maupun aktivitas rutin di luar rumah.
c. Expectacy
Pasien mempunyai harapan penyakit dapat segera disembuhkan
sehingga dapat beraktifitas lagi.
d. Anxiety
Pasien cukup gelisah karena sesaknya serta usianya yang sudah
lanjut

pasien

mencemaskan

jika

penyakitnya

menyebabkan

kematian.
2. Aspek Klinis
a. Diagnosa

: penyakit paru obstruktif kronik

b. Gejala klinis

sesak,

batuk

berdahak,

retraksi

otot

pernafasan, rhonki basah halus.


c. Diferensial diagnosis :
1) Kor pulmonal kronik
2) Gagal jantung kongestif
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Riwayat gizi yang kurang karena masalah ekonomi.
b. Dari faktor usia, Tn. W memiliki resiko karena pada usia tersebut
semua fungsi tubuh mengalami penurunan termasuk jantung dan
paru sehingga pasien menjadi lebih mudah sesak.
c. Kebiasaan merokok.
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Rumah pasien yang tidak memenuhi syarat rumah sehat (rumah
tanpa eternit dan penggunaan tungku dengan kayu bakar saat
memasak).
b. Paparan terhadap debu yang berlebihan saat bekerja.
5. Aspek Skala Fungsi.
Berdasarkan skala fungsi, aspek skala fungsi Tn. W adalah 3 dimana Tn.

10

W masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari walau agak terhambat.


H. PENATALAKSANAAN
1. Personal
a. Non medikamentosa
1) Edukasi kepada pasien tentang penyakitnya, termasuk faktorfaktor yang dapat menyebabkan kekambuhan dari sesaknya.
2) Menghindari kontak dengan polusi udara.
3) Menjaga kebersihan rumah dari debu.
4) Membiasakan membuka jendela dan pintu ruangan dan kamar
untuk menjaga pencahayaan dan sirkulasi udara cukup.
5) Dianjurkan kontrol setelah obat habis dan setiap merasa sesak.
b. Medikamentosa
1) Amoxilin tablet 500mg, 3x1tab/hari
2) Dexamethason tablet 4mg, 3x1 tab/hari
3) Teofilin tablet 150mg, 1x1 tab/hari
4) Ambroxol tablet 30 mg, 3x1 tab/hari
2. Keluarga
a. Memberikan edukasi pada keluarga pasien untuk membatasi
aktivitas fisik pasien
b. Menjaga kebersihan rumah dari debu yang dapat memperparah sesak
c. Menunjang nutrisi pasien dengan makanan sehat dan bergizi.
I. FOLLOW UP
Selasa, 24 Desember 2013
S : sesak, batuk berdahak
O :
KU/kesadaran

: tampak sesak/ komposmentis

Tekanan darah

:110/70 mmHg

Nadi

: 72x/menit

Suhu

: 36,5 0 C

RR

: 20x/menit

11

A : PPOK
P : Lanjutkan obat yang diberikan.
Kamis, 26 Desember 2013
S : sesak, batuk berkurang
O :
KU/Kesadaran

: tampak sesak/ komposmentis

Tekanan darah

: 100/70 mmHg

Nadi

: 84x/menit

Suhu

: 35,80 C

RR

: 20x/menit.

A : PPOK
P : Lanjutkan obat yang diberikan
J. FLOW SHEET
Nama

: Tn. W

Diagnosis : PPOK
Tabel 2.1 Flow Sheet
No Tgl

Problem TD
N
mmHg x/1'
1 24/12/13 Sesak,
110/70 72
batuk
berdahak,

RR T oC Planning
Target
x/1'
20 36,5
Amoxilin, Sesak dan
batuk
3x500mg/ berkurang
hari

Dexame
thason
3x4mg/h
ari

Teofilin

1x150 mg/hari

Ambroxol
3x30mg/h
ari

12

2 26/12/13 Sesak,
100/70 84
batuk
berkurang

20

35,8

Amoxilin, Sesak dan


batuk
3x500mg/ berkurang
hari

Dexame
thason
3x4mg/h
ari

Teofilin

1x150 mg/hari

Ambroxol

3x30mg/hari

13

BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Keluarga Tn. W (74 tahun) merupakan keluarga dengan bentuk
nuclear family karena Tn. W hanya tinggal satu rumah dengan istrinya
yaitu Ny. M (70) dan anaknya yaitu Ny. K (40). Sedangkan keempat anak
lainnya tinggal di Jakarta bersama cucu-cucu Tn. W yang berjumlah 8
orang. Ny.K sebagai anak yang terakhir juga sudah menikah dengan
suaminya yang saat ini bekerja di Jakarta.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan antar anggota pada keluarga Tn.W terjalin dengan baik.
Anggota keluarga saling memberi perhatian terhadap satu sama lain
sehingga terbina hubungan yang harmonis antar anggota keluarga.
Permasalahan yang kadang timbul diantara anggota keluarga selalu bisa
diselesaikan dengan baik karena adanya sikap saling pengertian. Masalah
komunikasi dengan keluarga kebanyakan tinggal di luar kota diakui sering
muncul. Tapi masalah ini dapat dikurangi dengan adanya alat komunikasi
yang seringkali bisa menyelesaikan masalah yang terjadi. Jika ada masalah
cukup rumit yang memerlukan penyelesaian bersama, seluruh keluarga
akan berkumpul di satu tempat untuk membahasnya.
3. Fungsi Sosial
Fungsi sosial keluarga Tn. W dengan lingkungan sekitar diakui
cukup baik. Walaupun Tn. W dan istrinya jarang keluar rumah karena sakit
yang diderita, tapi Ny. K selaku anak senantiasa berinteraksi baik dengan
tetangga sekitar. Walaupun termasuk pendatang baru di lingkungan
tersebut, keluarga pasien cukup dikenal oleh lingkungan di sekitarnya.
Kegiatan Tn. W dan Ny.T

sehari-harinya adalah bersantai di rumah.

Seluruh pekerjaan rumah dilakukan oleh Ny. K.

14

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan


Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun biaya pengobatan
pasien menggunakan biaya dari anak-anak dan menantunya.
Kesimpulan :
Penderita tinggal dalam suatu nuclear family sehingga pasien bisa
bersantai dalam kegiatan sehari-harinya karena ada anaknya yang
senantiasa menjaga dan mengurus pasien serta istrinya. Hubungan
kekeluargaan dan hubungan sosial dengan masyarakat terjalin baik. Pasien
berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah.
B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R. SCORE)
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R.
SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R. SCORE di sini akan dilakukan pada masing-masing anggota
keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis
keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 jelek, 5-7 sedang dan 8-10
adalah baik. Adapun aspek yang dinilai yaitu :
1. Adaptation
Setiap permasalahan yang ada, keluarga ini senantiasa menyikapi dan
menghadapinya secara bersama-sama. Dalam menghadapi permasalahan
yang ada, pasien senantiasa mendapat dukungan dari istri, anak-anak
serta menantunya.
2. Partnership
Komunikasi antara anggota keluarga yang tinggal serumah diakui cukup
baik. Hubungan Tn.W dengan istri dan anaknya yang tinggal serumah
sangat dekat. Hubungan dengan keluarga yang berada di luar kota
memang tidak sedekat dengan keluarga yang tinggal satu rumah.
Walaupun begitu, keharmonisan selalu dijaga melalui alat komunikasi.
3. Growth
Setiap keadaan yang sedang dijalani selalu merasa disyukuri oleh Tn. W dan
keluarganya. Kiriman uang tiap bulan dari anak-anaknya memang tidak

15

terlalu besar tapi masih cukup untuk membiayai kehidupan dasar seharihari.
4. Affection
Pasien merasa sangat menerima banyak kasih sayang dari istri dan anakanaknya. Dan pasien juga merasa sangat menyayangi istri dan
keluarganya.
5. Resolve
Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari anak,
menantu maupun cucunya.
Tabel 3.1. A.P.G.A.R. Score Keluarga Tn. W
A.P.G.A.R. Tn. W Terhadap Keluarga

Sering Kadang
/selalu

Jaran

-kadang g/tida
k

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas

dan

membagi

masalah

dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan

saya untuk melakukan kegiatan baru


atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon

emosi

saya

seperti

kemarahan, perhatian dll


R Saya puas dengan cara keluarga saya
dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7.

Nilai A.P.G.A.R Tn. W sedang, dapat dikatakan fungsi fisiologis dalam


keluarga cukup sehat. Hasil penilaian APGAR didapatkan poin 7.

16

Tabel 3.2. A.P.G.A.R. Score Keluarga Ny. M


A.P.G.A.R. Ny. M Terhadap Keluarga

Sering Kadang
/selalu

Jaran

-kadang g/tida
k

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas

dan

membagi

masalah

dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru

atau arah hidup yang baru


A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon

emosi

saya

seperti

kemarahan, perhatian dan lain-lain.


R Saya puas dengan cara keluarga saya

dan saya membagi waktu bersama-sama


Total poin = 8.

Nilai A.P.G.A.R Ny. M baik, dapat dikatakan fungsi fisiologis dalam


keluarga sehat. Hasil penilaian APGAR didapatkan poin 8.
Tabel 3.3. A.P.G.A.R. Score Keluarga Ny.K
A.P.G.A.R. Ny. K Terhadap Keluarga

Sering Kadang
/selalu

Jaran

-kadang g/tida
k

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas

dan

membagi

masalah

dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya

17

menerima dan mendukung keinginan


saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon

emosi

saya

seperti

kemarahan, perhatian dan lain-lain.


R Saya puas dengan cara keluarga saya
dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 8.

Nilai A.P.G.A.R Ny.T baik, dapat dikatakan fungsi fisiologis dalam keluarga
sehat. Hasil penilaian APGAR didapatkan poin 8.
A.P.G.A.R. SCORE keluarga pasien : (7+8+8/3) = 7,6
Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga baik.
Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R. keluarga Ny.K adalah
23, sehingga rata-rata A.P.G.A.R. dari keluarga penderita adalah 7,6. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam
keadaan sedang. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin
cukup baik dan akur.

C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M.)


Fungsi patologis dari keluarga Tn. W dinilai dengan menggunakan
S.C.R.E.E.M.
Tabel 3.4. S.C.R.E.E.M Keluarga Tn. W
Sumber

Patologis

Interaksi dengan tetangga sekitarnya sangat


Social

baik. Tn. W dan keluarganya sangat dikenal oleh tetangganya.

Culture

Dalam sehari-hari keluarga ini menggunakan -

18

budaya jawa, hal ini terlihat pada pergaulan


mereka sehari hari yang menggunakan
bahasa Jawa, tata krama Jawa dan kesopanan.
Ketaatan dalam beragama pada keluarga ini
Religious

sangat terlihat dengan Tn. W yang rutin


mengajak menjalankan sholat lima waktu,

serta puasa di bulan Ramadhan.


Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke
Economic

bawah. Keluarga ini selalu menggunakan skala


prioritas

untuk

menentukan

pemenuhan

kebutuhan hidup.
Secara formal, tingkat pendidikan keluarga
Educational

tergolong kurang karena baik Tn. W maupun istri dan anaknya lulusan SD dan SMP.
Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga

Medical

ini biasanya menggunakan bidan setempat atau Puskesmas.

Kesimpulan :
Dalam keluarga Tn. W, tidak terdapat fungsi patologis yang ditemukan.

D. GENOGRAM

19

: perempuan
: Laki-laki
perempuan meninggal dunia
: Laki-laki meninggal dunia
: Pasien
: Tinggal dalam satu rumah
Gambar 3.1. Genogram
Penderita dengan nama Tn. W berumur 74 tahun menikah dengan Ny.
M (70 tahun) dan mempunyai 5 orang anak. Anak pertama adalah laki-laki,
sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak, saat ini tinggal di Jakarta. Anak
kedua adalah laki-laki, sudah menikah dan mempunyai 3 orang anak, saat ini
tinggal di Jakarta. Anak ketiga adalah perempuan, sudah menikah dan
mempunyai 2 orang anak, saat ini tinggal di Jakarta. Anak keempat adalah
laki-laki, sudah menikah dan mempunyai 1 orang anak, saat ini tinggal di
Jakarta. Anak kelima adalah Ny. K (45 tahun) yang saat ini tinggal serumah
dengan Tn. W dan Ny. M. Ny.K sudah menikah dan belum punya anak.
Suaminya saat ini bekerja di Jakarta.

E. FORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA


Tn. W

Ny.T

20

Ny. K

Gambar 3. 2. Formasi Pola Interaksi Keluarga


Sumber : Data Primer, Desember 2013
Keterangan :

: hubungan baik
: hubungan tidak baik

Kesimpulan :
Hubungan antara anggota keluarga baik.

BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. IDENTIFIKASI

FAKTOR

PERILAKU

DAN

NON

PERILAKU

KELUARGA
1. Faktor Perilaku
Tn. W merupakan seorang perokok berat di masa mudanya sehingga
21

memicu terjadinya berbagai penyakit yang terutama menyerang saluran


napasnya.
2. Faktor Non Perilaku
a. Rumah yang dihuni oleh keluarga ini kurang memenuhi standar
kesehatan. Walaupun rumah yang mereka bangun ini adalah rumah
yang permanen namun terasa banyak debu (tanpa eternit dan tungku
dengan kayu bakar).
b. Kesan status gizi Tn. W adalah gizi kurang.
c. Riwayat bekerja di tempat penuh paparan debu dan asap.

22

Pekerjaan:
Bekerja menjaga tungku pembakaran sehingga sering terpapar debu dan asap

Pengetahuan :
Pengetahuan tentang kesehatan, degeneratif dan rumah sehat ma

Tn. W

Lingkunga
Personal Habit :
Lingkungan
Kebiasaan merokok saat masih muda

Gambar 4.1. Faktor Perilaku dan Non Perilaku


Keterangan :
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku

23

B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH


Gambaran Lingkungan Rumah
Pasien dan keluarganya tinggal di Desa Sokaraja Wetan RT 05 RW 01
Kec. Sokaraja. Keluarga ini tinggal di sebuah rumah yang berukuran 12 m2
dengan jarak cukup dekat dengan rumah sekitarnya. Rumah tersebut termasuk
bangunan permanen yang cukup padat penduduk dan menghadap ke arah
barat. Rumah Tn. W memiliki halaman yang sempit hanya sekitar 1 m dari
bangunan rumah. Tidak ada pagar pembatas antara halaman dan lingkungan
luar. Rumah Tn. W terdiri dari ruang tamu yang menyatu dengan ruang
keluarga, kamar tidur 2, jamban 2, serta ruang dapur yang menyatu dengan
ruang makan.
Sumber air adalah sumur pompa yang letaknya di belakang
bersebelahan dengan kamar mandi (sekitar 1 m dari kamar mandi). Kamar
mandi berjumlah 2 dan memiliki jamban di dalamnya. Kamar mandi
digunakan untuk mandi, cuci baju, dan BAB/BAK. Kesan: rumah pasien
kurang memenuhi syarat rumah sehat, terutama dari kebersihan, pencahayaan,
dan ventilasi untuk pasien dengan sesak menahun.

24

BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
A. DAFTAR MASALAH
1. Masalah medis
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
2. Masalah nonmedis
a. Kondisi lingkungan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan.
b. Pengetahuan tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat kurang memadai.
3. Diagram permasalahan pasien
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang
ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
Kondisi
lingkungan
rumah kurang
memenuhi syarat
kesehatan

Pengetahuam
tentang
kesehatan
kurang
memadai

Tn. W

Riwayat paparan
asap rokok dan
pembakaran

Status gizi
kurang

Gambar 5.1. Diagram Permasalahan Keluarga Pasien


4. Matrikulasi masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks :
Tabel 5.1. Matriks Prioritas Masalah
No
1
2
3

Daftar Masalah
Pengetahuan tentang
PHBS kurang memadai
Status gizi kurang
Lingkungan rumah kurang
memenuhi syarat kesehatan

P
5

S
5

SB
3

Mn
4

3
5

5
4

3
3

3
3

3
3

R
Mo
5
3
2

Jumlah
Ma IxTxR
4
676
4
4

330
324

25

Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P

: Prevalence (besarnya masalah)

: Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

SB

: Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

: Technology (teknologi yang tersedia)

: Resources (sumber daya yang tersedia)

Mn

: Man (tenaga yang tersedia)

Mo

: Money (sarana yang tersedia)

Ma

: Material (pentingnya masalah)

Kriteria penilaian :
1

: tidak penting

: agak penting

: cukup penting

: penting

: sangat penting
5. Prioritas masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah
keluarga Tn. W adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan PHBS kurang memadai
b. Status gizi kurang
c. Lingkungan rumah tidak memenuhi syarat kesehatan

B. PEMBINAAN KELUARGA
1. Rencana pembinaan keluarga
a. Tujuan
Tujuan dari pembinaan keluarga ini adalah untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman kepada pasien dan keluarga mengenai
penyakitnya, yaitu PPOK.
b. Materi
Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai PPOK meliputi
pengertian, penyebab, penatalaksanaan, serta pencegahan.

26

c. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah
ditentukan bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan
pemahaman kepada pasien dan keluarga, serta motivasi untuk
berperilaku sehat.
d. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan tentang
materi konseling kepada pasien dan anggota keluarga lain yang
hadir. Apabila setiap anggota keluarga dapat menjawab satu
pertanyan yang diajukan, maka dikategorikan sudah mengetahui dan
memahami materi konseling.
e. Sasaran
Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarga
yang tinggal satu rumah.
2. Hasil pembinaan keluarga
Tabel 5.2. Hasil Pembinaan Keluarga
N
o
1

Tanggal

Kegiatan yang dilakukan

Anggota
keluarga
yang terlibat
24
1.
M Pasien dan
Desember
embina hubungan saling keluarga
2013
percaya dengan pasien,
diantaranya perkenalan.
2.
P
erjanjian dengan pasien
untuk
kedatangan
berikutnya
26
Menggali pengetahuan
Pasien dan
Desember
dan pemahaman pasien
keluarga
2013
tentang penyakitnya

1 Januari
2013

emberikan penjelasan
tentang:

engertian, penyebab,
penatalaksanaan serta
pencegahan

Hasil kegiatan
Pasien bersedia
untuk dikunjungi
lebih lanjut untuk
dipantau
perkembangannya.

Mengetahui sejauh
mana pengetahuan
dan pemahaman
pasien tentang
penyakitkan

M Pasien dan Pasien dan


keluarga
keluarga
memahami
tentang PPOK
p
serta pentingnya
perilaku sehat agar
terhindar dari
27

kekambuhan.
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah keadaan penyakit yang
ditandai oleh keterbatasan alira udara yang tidak sepenuhnya reversibel.
Keterbatsan aliran udara ini biasanya progresif dan berhubungan dengan
respon peradangan yang abnormal dari paru terhadap partikel atau udara yang
berbahaya (Rubenstein, 2007).
Definisi lain menyebutkan bawa PPOK adalah penyakit-penyakit yang
menyebabkan kesulitan dalam bernapas atau sesak napas selain asma dan
penyakit jantung. Yang digolongkan dalam penyakit ini adalah bronkhitis
kronik dengan sesak napas, emfisema dan bronkitis dengan gejala mirip asma
(Djojodibroto, 2001).
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyebutkan bahwa saat
ini bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukan ke dalam definisi PPOK
karena emfisema merupakan diagnosis patologi sedangkan bronkitis kronik
merupakan diagnosis klinik. Selain itu, keduanya tidak selalu mencerminkan
adanya hambatan aliran udara dalam salura napas (PDPI, 2011)
B. FAKTOR RISIKO
1. Merokok
Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang
terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam
pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan (PDPI, 2011):
a. Riwayat merokok: perokok aktif, perokok pasif, bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian
jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok
dalam tahun :
1) Ringan : 0-200
2) Sedang : 200-600
3) Berat : >600
28

2. Polusi udara
Berbagai macam partikel dan gas yang terdapat di udara sekitar dapat
mengakibatkan

terjadinya

polusi

udara.

Berdasarkan

partikel

penyebabnya, polusi udara dibagi menjadi (PDPI, 2011) :


a. Polusi di dalam ruangan
1) Asap rokok
2) Asap kompor
3) Kayu
4) Minyak tanah
b. Polusi di luar ruangan
1) Gas buang kendaraan bermotor
2) Debu jalanan
c. Polusi di tempat kerja
1) Bahan kimia
2) Zat iritasi
3) Gas beracun
3. Stres oksidatif
4. Infeksi saluran napas bawah berulang
5. Sosial ekonomi
6. Tumbuh kembang paru selama kehamilan, kelahiran dan pajanan waktu
kecil
7. Riwayat asma
8. Faktor genetik.
Defisiensi alfa-1-antitripsin merupakan predisposisi untuk
berkembangnya PPOK dini (Davey, 2003).
C. PATOGENESIS
PPOK ditandai oleh inflamasi kronik saluran pernafasan, parenkim, dan
pembuluh darah pulmonal. Patogenesis PPOK tejadi karena beberapa
mekanisme yang terkait satu sama lain yaitu yaitu teori inflamasi, teori
gangguan keseimbangan protease-antiprotease dan teori stress oksidatif.
1. Teori Inflamasi.

29

PPOK terjadi akibat proses inflamasi di bronkiolus dan parenkim paru.


Obstruksi bronkiolus disebabkan oleh fibrosis makrofag dan limfosit T,
dengan predominan oleh limfosit T. Makrofag dan neutrofil melepaskan
berbagai proyeinase yang merusak jaringan ikat parenkim paru,
menyebabkan terjadi emfisema dan merangsang sekresi mukus (Davey,
2003).
2. Teori gangguan keseimbangan protease-antiprotease.
Dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara enzim proteolitik
(protease) dan penghambatnya. Berbagai protease yang diduga merusak
jaringan ikat parenkim paru adalah elastin, neutrophile-derived serine
protease, serta katepsin. Antiproteaase adalah alfa-1-antitripsin, secretory
leukoprotease inhibitor, elafin, dan tissue of matrix metalloproteinase.
Pada PPOK terjadi peningkatan protease atau defisiensi antiprotase
(PDPI, 2011).
3. Teori stress oksidatif.
Oksidan dihasilkan oleh rokok, neutrofil, makrofag alveoli, xantin
oksidase,

dan

infeksi.

Terdapat

hubungan

antara

peningkatan

permeabilitas epitel dan peningkatan jumlah neutrofil di rongga paru


perokok

dengan

peningkatan

stress

oksidan.

Stress

oksidatif

mengakibatkan PPOK melalui mekanisme aktivasi nuclear factor dan


inaktivasi antiprotease (PDPI, 2011).
D. TANDA DAN GEJALA
Batuk dan napas pendek yang bersifat progresif lambat dalam beberapa
tahun pada perokok atau mantan perokok, cukup untuk menegakkan
diagnosis. Beratnya penyakit ditentukan berdasarkan derajat obstruksi saluran
pernapasan (Davey, 2011).
Gambaran klinis PPOK didapat dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
penunjang. Gambaran klinis PPOK antara lain:
1. Anamnesis:
a. Riwayat (Brashers, 2007) :
1) Riwayat merokok aktif maupun pasif.

30

2) Riwayat pekerjaan yang sering terpapar iritan.


3) Riwayat infeksi saluran napas berulang
4) Riwayat penyakit yang sama pada keluarga
5) Riwayat penurunan berat badan yang signifikan
b. Gejala (PDPI, 2011)
1) Batuk berulang dengan atau tanpa dahak.
2) Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi.
2. Pemeriksaan fisik:
PPOK dini umumnya tidak ada kelainan (PDPI, 2011)
a. Inspeksi (PDPI, 2011)
1) Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
2) Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal
sebanding)
3) Penggunaan otot bantu napas
4) Hipertropi otot bantu napas
5) Pelebaran sela iga
6) Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena
jugularis leher dan edema tungkai
7) Penampilan pink puffer yaitu gambaran yang khas pada
emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan
pursed lips breathing atau blue bloater yaitu gambaran khas
pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema
tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan
perifer
b. Palpasi (PDPI, 2011)
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
c. Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah (PDPI, 2011)
d. Auskultasi (PDPI, 2011)
1) suara napas vesikuler normal, atau melemah
2) terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau

31

pada ekspirasi paksa


3) ekspirasi memanjang
4) bunyi jantung terdengar jauh
3. Pemeriksaan penunjang.
a. Faal paru
1) Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP
a)

Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP


( % ).

b) Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75


%
c)

VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai


beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.
Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan,
APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai
alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore,
tidak lebih dari 20%.
2) Uji bronkodilator
a) Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada
gunakan APE meter.
b) Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8
hisapan, 15 - 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai
VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai
awal dan < 200 ml.
c) Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil.
b. Darah rutin: Hb, Ht, leukosit.
c. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit
paru lain. Pada emfisema terlihat gambaran :

1) Hiperinflasi.
2) Hiperlusen.
3) Ruang retrosternal melebar.
4) Diafragma mendatar.

32

E. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Diagnosis banding untuk PPOK antara lain (PDPI, 2011):
1. Asma
2. Gagal jantung kongestif
3. Bronkiektasis
4. Tuberkulosis
5. Pneumothorax
F. PENANGANAN
1.

Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang
pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada
asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang ireversibel dan
progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktiviti dan
mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. Berbeda dengan asma yang
masih bersifat reversibel, menghindari pencetus dan memperbaiki derajat
adalah inti dari edukasi atau tujuan pengobatan dari asma. Tujuan edukasi
pada pasien PPOK (PDPI, 2011):
a. Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan
b. Melaksanakan pengobatan yang maksimal
c. Mencapai aktivitas optimal
d. Meningkatkan kualitas hidup
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan
ditentukan skala prioritas bahan edukasi sebagai berikut (PDPI, 2011):
a. Berhenti merokok
b. Disampaikan pertama kali kepada penderita pada waktu diagnosis
PPOK ditegakkan.
c. Pengunaan obat obatan
d. Penggunaan oksigen
e. Mengenal dan mengatasi efek samping obat atau terapi oksigen
f. Penilaian dini eksaserbasi akut dan pengelolaannya

33

g. Mendeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasi


h. Menyesuaikan kebiasaan hidup dengan keterbatasan aktivitas
2. Obat-obatan
Terapi dengan obat-obatan biasanya diberikan (PDPI, 2011), (Doenges,
2000) :
a. Bronkodilator
1) Golongan antikolinergik
2) Golongan agonis beta-2
3) Golongan xantin
b. Antiinflamasi
c. Antibiotik
d. Antioksidan
e. Mukolitik
f. Antitusif
g. Phospodiesterase-4-inhibitor
G. PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini bervariasi. Bila pasien tidak berhenti merokok,
penurunan fungsi paru terjadi lebih cepat daripada pasien yang berhenti
merokok (Davey, 2003).

34

BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diagnosis Holistik
1. Aspek Personal
a. Idea
Pasien berharap keluhan sesaknya segera berkurang dan

tidak

mengganggu aktifitas.
b. Concern
Akibat penyakitnya aktifitas pasien terganggu mulai dari aktivitas di
rumah maupun aktivitas rutin di luar rumah.
c. Expectacy
Pasien mempunyai harapan penyakit dapat segera disembuhkan
sehingga dapat beraktifitas lagi.
d. Anxiety
Pasien cukup gelisah karena sesaknya serta usianya yang sudah
lanjut

pasien

mencemaskan

jika

penyakitnya

menyebabkan

kematian.
2. Aspek Klinis
a. Diagnosa

: penyakit paru obstruktif kronik

b. Gejala klinis

:sesak,

batuk

berdahak,

retraksi

otot

pernafasan, rhonki basah halus.


c. Diferensial diagnosis :
1) Asma
2) Kor pulmonal kronik
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Riwayat gizi yang kurang karena masalah ekonomi.
b. Dari faktor usia, Tn. W memiliki resiko karena pada usia tersebut
semua fungsi tubuh mengalami penurunan termasuk jantung dan
paru sehingga pasien menjadi lebih mudah sesak.
c. Kebiasaan merokok.

35

4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu


a. Rumah pasien yang tidak memenuhi syarat rumah sehat (atap tanpa
eternit dan penggunaan tungku dengan kayu bakar).
b. Paparan terhadap debu yang berlebihan saat bekerja.
5. Aspek Skala Fungsi.
Berdasarkan skala fungsi, aspek skala fungsi Tn. W adalah 3 dimana Tn.
W masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari walau agak terhambat.
B. SARAN
1. Sebaiknya pasien dan keluarganya menjaga kebersihan rumah.
2. Sebaiknya pasien berhenti merokok.
3. Sebaiknya jika memang sudah mempunyai kompor gas, berhenti
memasak dengan tungku kayu bakar.

36

DAFTAR PUSTAKA
Brashers, Valentina. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan dan
Manajemen. Jakarta : Penerbit EGC.
Davey, Patrick. 2003. At a Glance : Medicine. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Djojodibroto, Darmanto. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan. Jakarta :
Penerbit Pustaka Populer Obor.
Doenges, Maryllin. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : Penerbit
EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan. Jakarta: PDPI.
Rubenstein, D., D. Wayne dan J. Braide. 2007. Lecture Notes : Kedokteran Klinis.
Jakarta : Penerbit Erlangga.

37

Lampiran 1. Gambar Pasien dan Keadaan Lingkungan Sekitar Rumah

Gambar 1. Pasien dan anaknya di


ruang tamu
Gambar 4. Jamban

Gambar 2. Meja makan


Gambar 5. Dapur

Gambar 3. Sumur timba (sumber air)

Gambar 6. Tungku untuk memasak

38

Вам также может понравиться

  • Persyaratan 24 1603162628 220121
    Persyaratan 24 1603162628 220121
    Документ2 страницы
    Persyaratan 24 1603162628 220121
    karunia adi dwi saputro
    Оценок пока нет
  • Persiapan Akred Klinik
    Persiapan Akred Klinik
    Документ11 страниц
    Persiapan Akred Klinik
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • Formulir Pendukung - Klinik
    Formulir Pendukung - Klinik
    Документ6 страниц
    Formulir Pendukung - Klinik
    Tri Nurmansyah
    Оценок пока нет
  • KTA Form Baru
    KTA Form Baru
    Документ1 страница
    KTA Form Baru
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • ABSENSI Pelaksanaan Kegiatan Pencegahan Dan Penanggulangan Infeksi
    ABSENSI Pelaksanaan Kegiatan Pencegahan Dan Penanggulangan Infeksi
    Документ2 страницы
    ABSENSI Pelaksanaan Kegiatan Pencegahan Dan Penanggulangan Infeksi
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Документ12 страниц
    Bab Iii
    Jimmy Phernando
    Оценок пока нет
  • MAKS Fix
    MAKS Fix
    Документ5 страниц
    MAKS Fix
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • Denah Type 55 Panji Hastina Purwokerto
    Denah Type 55 Panji Hastina Purwokerto
    Документ1 страница
    Denah Type 55 Panji Hastina Purwokerto
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • Psikiatri
    Psikiatri
    Документ63 страницы
    Psikiatri
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • Surat Permohonan Magang Perorangan
    Surat Permohonan Magang Perorangan
    Документ1 страница
    Surat Permohonan Magang Perorangan
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • PIJB
    PIJB
    Документ3 страницы
    PIJB
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • KBK Pencapaian
    KBK Pencapaian
    Документ21 страница
    KBK Pencapaian
    Elmira Azzzahra
    Оценок пока нет
  • Penyuluhan Diabetus
    Penyuluhan Diabetus
    Документ1 страница
    Penyuluhan Diabetus
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • ABSENSI Pelaksanaan Kegiatan Pencegahan Dan Penanggulangan Infeksi
    ABSENSI Pelaksanaan Kegiatan Pencegahan Dan Penanggulangan Infeksi
    Документ2 страницы
    ABSENSI Pelaksanaan Kegiatan Pencegahan Dan Penanggulangan Infeksi
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • KBK Pencapaian
    KBK Pencapaian
    Документ21 страница
    KBK Pencapaian
    Elmira Azzzahra
    Оценок пока нет
  • Fistul
    Fistul
    Документ3 страницы
    Fistul
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • Dr. Rita
    Dr. Rita
    Документ1 страница
    Dr. Rita
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • SOP PPI Covid 19
    SOP PPI Covid 19
    Документ3 страницы
    SOP PPI Covid 19
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • Anamnes A
    Anamnes A
    Документ20 страниц
    Anamnes A
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • Silahkan Cuci Tangan Anda Terlebih Dahulu Sebelum Masuk
    Silahkan Cuci Tangan Anda Terlebih Dahulu Sebelum Masuk
    Документ1 страница
    Silahkan Cuci Tangan Anda Terlebih Dahulu Sebelum Masuk
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • META MP CV
    META MP CV
    Документ4 страницы
    META MP CV
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • Dr. Rita
    Dr. Rita
    Документ1 страница
    Dr. Rita
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • dr4 CV Dokter
    dr4 CV Dokter
    Документ2 страницы
    dr4 CV Dokter
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • Tugas Presus Kulit-1 Lina
    Tugas Presus Kulit-1 Lina
    Документ11 страниц
    Tugas Presus Kulit-1 Lina
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • SKB Tenaga Kesehatan
    SKB Tenaga Kesehatan
    Документ8 страниц
    SKB Tenaga Kesehatan
    jusei Seprianto
    Оценок пока нет
  • Contoh Form Fmea Dan Rca
    Contoh Form Fmea Dan Rca
    Документ7 страниц
    Contoh Form Fmea Dan Rca
    Dudi Baelah
    Оценок пока нет
  • Resep Makanan
    Resep Makanan
    Документ3 страницы
    Resep Makanan
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • 13 Rujukan KB Internal CKR
    13 Rujukan KB Internal CKR
    Документ2 страницы
    13 Rujukan KB Internal CKR
    Puska Andriana
    Оценок пока нет
  • Ektima Presus
    Ektima Presus
    Документ12 страниц
    Ektima Presus
    Meta M Purnama
    Оценок пока нет
  • 13 Rujukan KB Internal CKR
    13 Rujukan KB Internal CKR
    Документ2 страницы
    13 Rujukan KB Internal CKR
    Puska Andriana
    Оценок пока нет