Вы находитесь на странице: 1из 2

OECD Turunkan Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Inggris

Paris, (Analisa)
Inggris sedang bersiap untuk mendapat hantaman besar tahun depan sebagai hasil dari
keputusan bersejarahnya meninggalkan Uni Eropa, kata Organisasi untuk Kerja Sama dan
Perkembangan Ekonomi (OECD) pada Rabu (21/9), sembari menurunkan prediksinya terhadap
pertumbuhan perekonomian kelima terbesar di dunia itu.
Perekonomian Inggris akan tumbuh 1% di 2017, terang OECD lewat prediksinya yang sudah
direvisi dan diterbitkan ke publik. Juni lalu, sebelum referendum Inggris, pihaknya sempat
memprediksikan perekonomian Inggris akan tumbuh 2%.
Pertumbuhan di 2017 tampaknya akan berada jauh di bawah kecepatan dalam beberapa
tahun belakangan ini dan sejumlah prediksi terdahulu sebelum referendum, kata OECD. Selain
itu, pihaknya juga menambahkan bahwa ketidakpastian mengenai lika-liku kebijakan dan reaksi
ekonomi di masa mendatang masih sangat tinggi dan berisiko tetap buruk.
Menteri Keuangan Inggris, Philip Hammond, menuliskan di akun Twitternya kekuatan
utama yang dimiliki perekonomian Inggris akan mendukung pertumbuhan tahun ini.
Meskipun dirinya mengakui bahwa nanti akan ada sejumlah kesulitan yang menghadang di
depan, Hammond mengatakan pemerintah memiliki sebuah alat yang bisa menyokong
perekonomian selagi Inggris menyesuaikan diri terhadap hubungan baru dengan Uni Eropa.
Prediksi terhadap Inggris yang semakin melemah, perekonomian kedua terbesar di kawasan
Uni Eropa, juga akan menurunkan prediksi perekonomian global, yang terjebak dalam jebakan
pertumbuhan lambat, imbau organisasi tersebut.
Pertumbuhan perekonomian global diprediksikan berada di angak 2,9% tahun ini, naik
menjadi 3,2% untuk 2017 mendatang, ungkap OECD, sembari menurunkan persentase keduanya
masing-masing 0,1%.
Menurut OECD, dampak-dampak yang ditimbulkan Brexit diimbangi dengan peningkatan
bertahap di pihak para produsen komoditas di negara-negara pasar berkembang. Namun, selama
pengaruh Brexit masih terbilang biasa-biasa saja sejauh ini, OECD mengatakan pengaruh
eksesif akan mendatangkan lebih banyak dampak negatif tahun depan.
Jatuhnya Brexit dalam hal pertumbuhan ekonomi akan menghantam kawasan Eropa melalui
hubungan-hubungan perdagangan yang tidak pasti dan juga melalui dampak-dampak dari nilai
tukar valas, ungkap Kepala Ekonom OECD, Catherine Mann, dalam laporannya.
Poundsterling Inggris telah jatuh sekitar 10% sejak referendum 23 Juni lalu, yang berarti
harga seluruh barang-barang Uni Eropa menjadi lebih mahal untuk para konsumen di Inggris.
(ST/asri)

KDB Perpanjang Lini Kredit untuk Hanjin


Seoul, (Analisa)
Bank Pembangunan Korea (KDB), kreditur utama bagi Hanjin Shipping Co Ltd mengatakan
pada Kamis (22/9) bahwa pihaknya akan menawarkan lini kredit senilai 50 miliar won (45 juta
dolar AS) untuk membantu Hanjin membongkar muatannya yang sejak beberapa waktu terakhir
ini mandek. Diperkirakan muatan senilai 14 miliar dolar AS terjebak di kapal-kapal Hanjin saat
perusahaan pelayaran kontainer ketujuh terbesar di dunia itu pailit akhir bulan lalu, yang
sekaligus menimbulkan kemalangan jelang saat-saat musim belanja liburan penting yang kian
dekat.
Lini kredit tersebut digunakan hanya saat seluruh dana tersedia dari pihak Hanjin, pemegang
saham utama Korean Air Lines, pimpinan Hanjin Group dan mantan pimpinan Hanjin Shipping
yang sedari awal sudah berniat membantu membongkar muatan-muatan itu sudah kewalahan,
ungkap KDB dalam sebuah pernyataan.
Korean Air Lines, yang merupakan pemegang saham terbesar Hanjin Shipping pada Rabu
kemarin (21/9) sudah setuju untuk meminjamkan dana senilai 60 miliar won demi membantu
terlaksananya bongkar muatan Hanjin. Pinjaman maskapai penerbangan itu ditambah dengan
dana senilai 40 miliar won dari pimpinan Hanjin Group dan 10 miliar won dari mantan pimpinan
Hanjin Shipping.
Lini kredit yang ditawarkan KDB, seperti halnya pinjaman dari Korean Air, juga mengambil
sejumlah piutang dagang/usaha (accounts receivables) Hanjin Shipping sebagai jaminan, jelas
KDB dalam keterangannya. Namun, pinjaman dari KDB akan memiliki prioritas lebih tinggi
daripada klaim milik Korean Air dan sejumlah dana yang tidak ditujukan untuk menyokong
Hanjin Shipping sebagai sebuah perusahaan tapi sebagai sebuah kemalangan penangguhan
pengiriman kargo, KDB menambahkan.
Tapi meskipun sudah mendapat perpanjangan lini kredit dari KDB, jumlahnya masih sangat
sedikit untuk membongkar seluruh muatan Hanjin yang diperkirakan mencapai 270 miliar won,
terang Hakim Seoul Central District Court Kamis ini, sembari menyebutkan angka-angka dari
data perusahaan yang baru saja dilaporkan ke pengadilan.
Data tersebut juga menerangkan bahwa muatan dalam 31 dari 97 kapal kontainer yang
disewa dan dimiliki Hanjin telah berhasil dikosongkan. Seluruh kapal-kapal sewaan telah
diperintahkan untuk dipulangkan ke pemiliknya namun puluhan sisanya masih menunggu di laut
sementara sampai dana dinaikkan dan perlindungan terhadap para kreditur diatur dengan baik.
Dengan utang senilai kira-kira 6 triliun won di akhir Juni lalu dan Pemerintah Korea Selatan
enggan melakukan upaya penyelamatan, kecil kemungkinan Hanjin Shipping mampu bertahan.
(Rtr/asri)

Вам также может понравиться