Вы находитесь на странице: 1из 3

Lailia Jundi Hapsari

13/347294/TP/10679
BIDAH

Bid'ah (Arab: )didefinisikan sebagai perbuatan yang dikerjakan tidak menurut


contoh yang sudah ditetapkan, termasuk menambah atau mengurangi ketetapan.
Secara linguistik, istilah ini memiliki arti inovasi, pembaruan, atau doktrin sesat. Adapun
menurut Al Imam Asy Syatibi dalam Al Itishom, bidah adalah suatu jalan dalam agama yang
dibuat-buat (tanpa ada dalil) dan menyerupai syariat (ajaran Islam), yang dimaksudkan
ketika melakukan (adat tersebut) adalah sebagaimana niat ketika menjalani syariat (yaitu
untuk mendekatkan diri pada Allah) ataupun untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada
Allah SWT. Berikut salah satu dalil yang menyebutkan tentang bidah:

Amma badu. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik


petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara
adalah yang diada-adakan (bidah) dan setiap bidah adalah sesat. (HR. Muslim No. 867).
Perbuatan bidah terdapat dua bagian yakni perbuatan bidah dalam adat istiadat/ kebiasaan
dan perbuatan bidah dalam Islam. Adapun penjelasan keduanya sebagai berikut:
1. Perbuatan bidah dalam adat istiadat (kebiasaan); seperti adanya penemuan-penemuan
baru dibidang IPTEK (juga termasuk didalamnya penyingkapan-penyingkapan ilmu
dengan berbagai macam-macamnya). Ini adalah mubah (diperbolehkan); karena asal
dari semua adat istiadat (kebiasaan) adalah mubah.
2. Perbuatan bidah di dalam Islam hukumnya haram, karena yang ada dalam Islam itu
adalah tauqifi (tidak bisa dirubah-rubah).
Macam - macam bidah dalam Islam
1) Bidah qauliyah itiqadiyah : Bidah perkataan yang keluar dari keyakinan, seperti
ucapan-ucapan orang Jahmiyah, Mutazilah, dan Rafidhah serta semua firqah-firqah
(kelompok-kelompok) yang sesat sekaligus keyakinan-keyakinan mereka.

2) Bidah fil ibadah : Bidah dalam ibadah : seperti beribadah kepada Allah dengan apa
yang tidak disyariatkan oleh Allah : dan bidah dalam ibadah ini ada beberapa bagian
yaitu :
a. Bidah yang berhubungan dengan pokok-pokok ibadah: yaitu mengadakan
suatu ibadah yang tidak ada dasarnya dalam syariat Allah Taala, seperti
mengadakan hari-hari besar yang tidak disyariatkan seperti pesta ulang tahun.
b. Bidah

yang

bentuknya

menambah-nambah

terhadap

ibadah

yang

disyariatkan, seperti menambah rakaat kelima pada shalat Dhuhur.


c. Bidah yang terdapat pada sifat pelaksanaan ibadah yaitu menunaikan ibadah
yang sifatnya tidak disyariatkan seperti membaca dzikir-dzikir yang
disyariatkan dengan cara berjamaah dan suara yang keras.
d. Bidah yang bentuknya mengkhususkan suatu ibadah yang disyariatkan, tapi
tidak dikhususkan oleh syariat yang ada. Seperti mengkhususkan hari dan
malam nisfu Syaban (tanggal 15 bulan Syaban) untuk shiyam dan
qiyamullail. Memang pada dasarnya shiyam dan qiyamullail itu di syariatkan,
akan tetapi pengkhususannya dengan pembatasan waktu memerlukan dalil.
Hukum Bidah dalam Islam
Segala bentuk bidah dalam Islam hukumnya adalah haram dan sesat, sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berikut:


Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, karena sesungguhnya
mengadakan hal yang baru adalah bidah, dan setiap bidah adalah sesat. (Hadist Riwayat
Abdu Daud dan At-Tirmidzi; Hadist Hasan Shahih).
Dampak melakukan Bidah

Berbagai macam bidah sudah sepatutnya dijauhi mengingat bahwa bidah tersebut tidak
sesuai syariat Islam, Bidah juga dapat menimbulkan berbagai dampak buruk. Berikut
beberapa dampak buruk dari bidah:
a. Amalan tertolak
b. Terhalang untuk bertaubat
c. Tidak mendapat syafaat
d. Berdosa jika perbuatannya tertular pada orang lain

Sumber:
http://muslim.or.id/388-mengenal-seluk-beluk-bidah-1.html
https://almanhaj.or.id/439-pengertian-bidah-macam-macam-bidah-dan-hukum-hukumnya.html

Вам также может понравиться