Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pneumonia merupakan salah satu bentuk infeksi saluran pernapasan bawah yang
paling umum. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 4 juta
kematian tahunan diakibatkan oleh pneumonia, setengah dari keseluruhan kasus terjadi
pada anak kurang dari 1 tahun [2, 3, 5].
Di sisi lain, malnutrisi berperan penting dalam peningkatan prevalensi, tingkat
keparahan, dan prognosis pneumonia, terutama di kalangan anak-anak [3].
Defisiensi zink dan zat besi adalah salah satu masalah gizi yang paling umum di
Iran dan banyak negara berkembang lainnya. Menurut statistik, sekitar 50% dari
masalah gizi yang sering terjadi adalah kekurangan dua elemen tersebut, meskipun
manfaat zink dibanding zat besi di Iran mulai dilupakan [6].
Zink merupakan elemen gizi yang esensial yang memiliki spektrum aktivitas
biologis yang luas pada manusia. Elemen ini berperan penting dalam perkembangan
fisik sistem pencernaan dan kekebalan tubuh. Kekurangan zink pada anak dapat
menyebabkan hambatan pertumbuhan dan peningkatan kejadian infeksi (pneumonia,
gastroenteritis) karena dapat melemahkan sistem imunitas dan mempengaruhi aktivitas
neural [1, 7].
Beberapa studi tentang efek terapi dan pemberian zink profilaksis terhadap
penyakit menular menunjukkan bahwa pemberian senyawa zink secara signifikan
mengurangi kejadian gastroenteritis dan pneumonia, dan defisiensi zink dapat
menyebabkan defisiensi sistem imun dan meningkatkan risiko penyakit menular yang
serius seperti diare dan malaria [ 1, 8-10].
Studi lain menunjukkan bahwa kadar zink serum pada anak dengan pneumonia
dan gastroenteritis lebih rendah dibandingkan pada anak sehat dengan usia yang sama
[11].
Perlu dicatat bahwa asupan zink yang tidak adekuat adalah penyebab utama
defisiensi zink. Laporan tahunan Organisasi Kesehatan Dunia pada tahun 2003 telah
menekankan pentingnya penambahan zink sebagai suplemen makanan. Gejala klinis
defisiensi zink pada anak usia dini meliputi diare akut atau kronis disertai dengan
malnutrisi, gangguan psikiatri, dan masalah perilaku. Defisiensi zink kronis dapat
menyebabkan alopesia, pertumbuhan terhambat, lesi kulit, dan infeksi yang sering
terjadi pada anak seperti pneumonia [12].
Suplementasi zink dapat mencegah dan mengurangi kejadian pneumonia. Hal ini
juga dapat mempersingkat episode dan mengatasi diare [10, 13, 14].
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan United Nations Children Fund
(UNICEF) merekomendasikan anak di negara-negara berkembang untuk mendapatkan
suplemen zink selama 10 sampai 12 hari sebagai berikut: 10 mg setiap hari untuk bayi
kurang dari 6 bulan dan 20 mg setiap hari untuk bayi lebih dari 6 bulan. Tujuan dari
pemberian zink ini adalah untuk mengurangi tingkat keparahan episode diare akut dan
mempercepat pemulihan pneumonia berat di negara-negara berkembang [7].
Mengingat yang telah disebutkan sebelumnya tentang manfaat dari pemberian
zink untuk pencegahan atau pengobatan pneumonia pada anak, dan seperti yang kita
tahu bahwa hanya ada sedikit penelitian yang membahas hal ini, terutama di Iran [15],
studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian zink pada klinis anak berusia
3 sampai 60 bulan yang dirawat di rumah sakit karena pneumonia. Diasumsikan bahwa
zat ini (zink) efektif untuk mengatasi gejala klinis dan memperpendek durasi rawat inap.
2. Bahan dan Metode
Penelitian ini adalah studi paralel, double-blind, percobaan klinis terkontrol acak
yang dilakukan pada 120 anak usia 3- 60 bulan yang menderita pneumonia, dan telah
mendapat izin dari University Research Council and Ethics Committee. Peserta
penelitian adalah pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit Ayatollah Golpaygani di
Qom, Iran, dari Juni 2012 hingga Juni 2013. Orang tua dari pasien juga telah
menandatangani formulir persetujuan tertulis untuk melakukan studi yang relevan
sebelum memulai percobaan.
Tabel 1. Distribusi frekuensi populasi studi menurut usia dan jenis kelamin
Status
Kelompok terapi
Kelompok
P value*
kontrol
< 6 bulan
23 (38.34)
25 (41.67)
0.929
Usia
6 bulan 2 tahun
32 (53.34)
30 (50)
2 -5 tahun
5 (8,34)
5 (8.34)
0.853
Laki-laki
35 (58.34)
34 (56.67)
Jenis Kelamin
Perempuan
25 (41.67)
26 (43.34)
Kedua kelompok memiliki 60 anggota. Nilai yang tercantum dalam tabel adalah
persentase. *Chi square, =0.05
Peserta penelitian diacak dengan prosedur pengacakan sederhana (1: 1), untuk
mendapatkan zink atau plasebo (5 ml setiap 12 jam) bersama dengan terapi antibiotik
umum hingga keluar rumah sakit. Pasien, orang tuanya dan orang yang menilai hasil
akhir pasien dibuat buta..
Pasien di dalam kelompok plasebo menerima sirup yang sama seperti suplemen
zink, tetapi tanpa zink.
Hasil akhir primer adalah pemulihan dari pneumonia yang meliputi insidensi,
remisi gejala klinis, dan durasi rawat inap.
Kriteria diagnostik pneumonia, tanda, dan gejala dicatat sesuai dengan Nelson
Textbook of Pediatrics [7].
Riwayat penyakit pernapasan pada keluarga, infeksi yang menyebabkan dirawat
di rumah sakit, durasi gejala, durasi konsumsi obat di rumah, dan vaksinasi influenza
pada keluarga dicatat. Selain itu, gejala seperti batuk, demam, takipnea, takikardia,
gangguan pernapasan pada saat masuk rumah sakit, serta efusi pleura dan
bronkopneumonia pada rontgen thoraks dievaluasi. Kemudian gejala penyakit, durasi
rawat inap, dan durasi pemulihan gejala klinis diselidiki.
Anak yang sudah mengkonsumsi zink, yang menderita gizi buruk, dan pasien
dengan gejala gastroenteritis, dan penyakit lainnya, dikeluarkan dari penelitian ini.
Data dianalisis dengan uji Chi-square dan Fisher menggunakan SPSS 16.
Tingkat signifikansi dalam penelitian ini adalah 0,05.
3. Hasil
Sebanyak 120 pasien pneumonia yang dirawat di rumah sakit selama Juni 2012
hingga Juni 2013 diacak; 60 mendapatkan zink yang berarti masuk ke dalam kelompok
terapi (kelompok perlakuan) dan 60 mendapatkan plasebo (kelompok kontrol). Tidak
ada satu pun dari mereka yang dieksklusi setelah pengacakan.
Karakteristik awal kedua kelompok seimbang. Seperti terlihat pada Tabel 1,
tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kedua kelompok dalam hal
variabel usia dan jenis kelamin.
Tabel 2. Karakteristik populasi studi berdasarkan durasi gejala dan konsumsi obat di
rumah serta durasi gejala di rumah sakit dan durasi perawatan
Kelompok terapi
Kelompok kontrol
P
value*
<2 hari
2-5 hari
>5 hari
<2 hari
2-5 hari
>5 hari
4
Durasi gejala di
11(18.3)
23(38.3)
26(43.4)
13(21.7)
27 (45)
20(33.3)
0.53
rumah
Durasi
19(31.7)
24 (40)
17(28.3)
21 (35)
19(31.7)
20(33.3)
0.63
di rumah
Durasi gejala di
30 (50)
22(36.7)
8 (13.3)
25(41.7)
33 (55)
2 (3.3)
0.044
rumah sakit
Durasi
12 (20)
36(60)
12 (20)
2 (3.3)
34(56.7)
24 (40)
0.044
konsumsi obat
perawatan di
rumah sakit
Kedua kelompok memiliki 60 anggota. Nilai yang tercantum dalam tabel adalah
persentase. *Chi-square, =0.05
Riwayat penyakit pernapasan pada keluarga dalam kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol masing-masing adalah 18,3 dan 13,3. Mengenai vaksin influenza,
3,3% dari subyek dalam kelompok perlakuan memiliki riwayat pemberian injeksi
vaksin dalam keluarga, sedangkan kelompok kontrol tidak memiliki riwayat vaksinasi.
Pada kelompok perlakuan, tingkat infeksi yang menyebabkan rawat inap serta tingkat
kejadian pneumonia (untuk kedua variabel) diperkirakan adalah sebesar 30%. Pada
kelompok kontrol, tingkat infeksi yang menyebabkan rawat inap dan tingkat kejadian
pneumonia adalah 43,3% dan 40%. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik
pada semua proporsi ini.
Pada kelompok perlakuan, insidensi gejala seperti batuk, demam, takipnea,
takikardia, dan gangguan pernapasan pada saat masuk rumah sakit dilaporkan masingmasing sebesar 96,7, 36,7, 10, 6.7, dan 15%. Pada kelompok kontrol, insidensi gejalagejala tersebut dilaporkan masing-masing sebesar 100, 25, 8.3, 3.3, dan 16.7%. Tidak
ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam hal proporsi ini pada kedua
kelompok.
Selain itu, tidak ada perbedaan yang signifikan antara evaluasi hasil rontgen
thoraks pada kedua kelompok dalam hal efusi pleura dan bronkopneumonia. Prevalensi
temuan radiologis (efusi pleura dan bronkopneumonia) pada kelompok perlakuan
masing-masing adalah 50% dan 26,7%, dan prevalensi pada kelompok kontrol masingmasing adalah 48,3% dan 25%.
Tabel 2 menunjukkan durasi gejala dan durasi konsumsi obat di rumah serta
durasi rawat inap dan remisi gejala klinis. Seperti yang dapat kita lihat, ada perbedaan
yang signifikan antara kedua kelompok dalam hal durasi gejala dan durasi rawat inap.
4. Diskusi
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek dari zink terhadap perjalanan
penyakit pneumonia pada anak berusia 3-60 bulan yang dirawat di bangsal pediatri.
Penggunaan langkah randomisasi (pengacakan) mungkin menjadi alasan di
dalam percobaan ini tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kedua
kelompok dalam hal faktor yang mempengaruhi penyakit seperti usia, jenis kelamin,
riwayat infeksi pernapasan pada keluarga, dan infeksi yang menyebabkan dirawat di
rumah sakit. Gejala seperti batuk, demam, takipnea, takikardia, dan gangguan
pernapasan pada kedua kelompok tersebut saat masuk rumah sakit dan sebelum
dilakukan intervensi menunjukkan tingkat keparahan penyakit yang hampir sama.
Perbedaan utama antar anak di dalam kelompok perlakuan adalah dalam hal elemen
zink, yang diberikan bersama dengan terapi antimikroba standar untuk pneumonia.
Dalam studi ini dan dibandingkan dengan kelompok pembanding, terdapat
penurunan yang signifikan dalam hal durasi rawat inap dan waktu pemulihan dari gejala
pneumonia pada anak yang mendapatkan zink. Hal ini menunjukkan efek terapi zink
dan perubahan dalam perjalanan penyakit pneumonia. Temuan ini konsisten dengan
hasil beberapa studi lain [5, 16-18], yang di antaranya disebutkan di bawah ini.
Brooks et al. melaporkan bahwa pemberian zink pada anak 2-23 bulan dengan
pneumonia berat menghasilkan penurunan yang signifikan dalam tingkat keparahan
takipnea, anoreksia, gelisah, dan durasi rawat inap [5].
Sebuah studi di India (2007) yang dilakukan pada 299 anak berusia 2- 23 bulan
dan dirawat di rumah sakit karena pneumonia berat menunjukkan bahwa, dibandingkan
dengan kelompok kontrol, gejala penyakit pulih lebih cepat dan durasi rawat inap
menurun secara signifikan pada pasien yang mendapatkan zink [ 17].
Dalam studi lain di India yang dilakukan pada 153 anak berusia 2-24 bulan,
yang dirawat di rumah sakit karena penyakit saluran pernafasan bawah dan dibagi
menjadi dua kelompok (satu menerima zink 10 mg ditambah vitamin A harian, dan
kelompok kontrol mendapatkan plasebo ditambah vitamin A). Hasilnya menunjukkan
bahwa waktu pemulihan secara signifikan lebih cepat pada kelompok perlakuan
THERAPY WORKSHEET
What question did the study ask?
Patients : Penelitian dilakukan pada 120 anak usia 3- 60 bulan yang menderita
pneumonia, dan telah mendapat izin dari University Research Council and
Ethics Committee.
Intervention
: Pemberian Zink
Comparison
: Pemberian Placebo
Outcome(s)
a. Valid
Apakah penelitian ini valid?
Pertanyaan
Komentar
Apakah peserta
penelitian di randomisasi
randomisasinya
disembunyikan?
Apakah karakteristik
kedua kelompok
sebanding sebelum
dilakukan intervensi?
kriteria
inklusi
dilakukan
pengacakan.
pengobatan yang
diberikan, apakah
kelompok-kelompok
tersebut memperoleh
perlakuan yang sama?
Apakah semua pasien
setelah pengacakan.
diikutsertakan dalam
analisis akhir?
Dan apakah mereka
dianalisis dalam
kelompok awal saat
randomisasi?
b. importance
Kelompok
Berhasil
Gagal
Jumlah
52
60
58
60
110
10
120
eksperimen
Kelompok
kontrol
Hitungan
Interval
kita
kepercayaan 95%
0,03
3%
0,13
13 %
-0,1
-10%
-0,07
-7%
(c+d)
EER (experimental event rate)
= b/(a+b)
RRR (relative risk reduction)=
(CER-EER)/CER
ARR (absolute risk reduction)
= CER-EER
NNT (number needed to
-14,2
treat)= 1/ARR
proses
penyembuhan
dan
10
umum,
direkomendasikan
untuk
11