Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
E-learning) dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan di
bidang pendidikan berupa website yang dapat diakses dimana saja[1]. E-learning merupakan dasar
dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan elearning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk
menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat
mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran, dan tentu saja menghemat biaya yang harus
dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program pendidikan.
Istilah e-Learning 2.0 digunakan untuk merujuk kepada cara pandang baru terhadap
pembelajaran elektronik yang terinspirasi oleh munculnya teknologi Web 2.0. Sistem
konvensional pembelajaran elektronik biasanya berbasis pada paket pelajaran yang disampaikan
kepada siswa dengan menggunakan teknologi Internet (biasanya melalui LMS). Peran siswa
dalam pembelajaran terdiri dari pembacaan dan mempersiapkan tugas. Kemudian tugas
dievaluasi oleh guru. Sebaliknya, e-learning 2.0 memiliki penekanan pada pembelajaran yang
bersifat sosial dan penggunaan perangkat lunak sosial (social networking) seperti blog, wiki,
podcast dan Second Life. Fenomena ini juga telah disebut sebagai Long Tail learning.
Selain itu juga, E-learning 2.0 erat hubungannya dengan Web 2.0, social networking (Jejaring
Sosial) dan Personal Learning Environments (PLE).
e-learning yang terus diatur mengarah pada e-learning. Untuk mendukung operasional MCL,
Ubinus menggunakan Learning Management System buatan sendiri yang dapat diakses melalui
alamat http://www.ubinus.ac.id (lihat gambar 1 berikut).
Gambar 1.
Learning Management System UBINUS (http://www.ubinus.ac.id)
beroperasi. Administrator e-learning yang efektif bukan hanya sekedar memberikan ide, tetapi
perlu juga bekrjasama dan membuat konsensus dengan para pembangun, pengambil keputusan,
dan pengawas. Mereka harus bekerja sama dengan personel teknis dan staf penunjang,
meyakinkan bahwa sumberdaya teknologi perlu dikembangkan secara efektif untuk keperluan
misi akademis kedepan. Lebih penting lagi bahwa didalam mengelola suatu akademik perlu
merealisasikan bahwa kebutuhan dan kesuksesan para mahasiswa e-learning merupakan
tanggung jawab utama.
V. STRATEGI E-LEARNING
Strategi penggunaan e-learning untuk menunjang pelaksanaan proses belajar, diharapkan dapat
meningkatkan daya serap dari mahasiswa atas materi yang diajarkan; meningkatkan partisipasi
aktif dari mahasiswa; meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa; meningkatkan
kualitas materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kemampuan menampilkan informasi
dengan perangkat teknologi informasi, dengan perangkat biasa sulit untuk dilakukan;
memperluas daya jangkau proses belajar-mengajar dengan menggunakan jaringan komputer,
tidak terbatas pada ruang dan waktu. Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas, dalam
pengembangan suatu aplikasi e-learning perlu diperhatikan bahwa materi yang ditampilkan harus
menunjang penyampaian informasi yang benar, tidak hanya mengutamakan sisi keindahan saja;
memperhatikan dengan seksama teknik belajar-mengajar yang digunakan; memperhatikan teknik
evaluasi kemajuan mahasiswa dan penyimpanan data kemajuan mahasiswa.
Materi dari pendidikan dan pelatihan dapat diambil dari sumber-sumber yang valid dan dengan
teknologi e-learning, materi bahkan dapat diproduksi berdasarkan sumber dari tenaga-tenaga ahli
(experts). Misalnya, tampilan video digital yang menampilkan seorang ahli mekanik
menunjukkan bagaimana caranya memperbaiki suatu bagian dari mesin mobil. Dengan animasi 3
dimensi dapat ditunjukkan bagaimana cara kerja dari mesin otomotif dua langkah.
Menurut Koswara (2006) ada beberapa strategi pengajaran yang dapat diterapkan dengan
menggunakan teknologi e-learning adalah sebagai berikut :
Learning by doing. Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak dipelajari;
contohnya adalah simulator penerbangan (flight simulator), dimana seorang calon
penerbang dapat dilatih untuk melakukan penerbangan suatu pesawat tertentu seperti ia
berlatih dengan pesawat yang sesungguhnya
Incidental learning. Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak semua hal menarik
untuk dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini seorang mahasiswa dapat
mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih menarik, dan diharapkan informasi yang
sebenarnya dapat diserap secara tidak langsung. Misalnya mempelajari geografi dengan
cara melakukan perjalanan maya ke daerah-daerah wisata.
kebutuhan para mahasiswa dalam memahami materi secara efektif dan ekonomis
Dari ramalan dan pandangan para cendekiawan di atas masuknya pengaruh globalisasi,
pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner,
serta terkait pada produktivitas kerja saat itu juga dan kompetitif. Demikian juga di Indonesia
arah penyerapan tenaga kerja akan ditentukan oleh kompetensi yang dibuktikan oleh sertifikat
kompetensi, yang diberikan oleh penyelenggara satuan pendidikan yang terakreditasi atau
lembaga sertifikasi kepada peserta didik dan masyarakat yang dinyatakan lulus setelah mengikuti
uji kompetensi tertentu (pasal 61 ayat 3). Dalam mengantisipasi perkembangan global dan
kemajuan teknologi komunikasi, maka pendidikan jarak jauh diakomodasikan dalam sisdiknas,
sebagai paradigma baru pendidikan. Pendidikan jarak jauh tersebut dapat diselenggarakan pada
semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang berfungsi untuk memeberi layanan pendidikan
kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau
regular (pasal 31 ayat 1 dan 2).
Penerapan awal e-learning di Indonesia dimulai ketika universitas terbuka (UT) muncul (dapat
diakses pada alamat http://www.ut.ac.id sebagaimana dapat dilihat pada gambar 2), saat itulah elearning dimulai. Faktor utama dalam distance learning yang selama ini dianggap masalah adalah
tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswanya. Namun demikian, dengan media internet
sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi antara dosen dan siswa baik dalam bentuk real
time (waktu nyata) atau tidak. Dalam bentuk real time dapat dilakukan misalnya dalam suatu
chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak
real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan buletin board.
Dengan cara di atas interaksi dosen dan mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun
tidak 100%.
Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis dan cara pendidikan lainnya dapat juga diimplementasikan ke
dalam web, seperti materi dosen dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download
oleh siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh dosen dapat pula dilakukan
dengan cara yang sama. Penyelesaian administrasi juga dapat diselesaikan langsung dalam satu
proses registrasi saja, apalagi di dukung dengan metode pembayaran online.
Gambar 1.
Pembelajaran Online Universitas Terbuka (http://www.ut.ac.id)
Suatu pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur sebagai berikut:
1. Pusat kegiatan siswa; sebagai suatu community web based distance learning harus
mampu menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa, dimana mahasiswa
dapat menambah kemampuan, membaca materi kuliah, mencari informasi dan
sebagainya.
2. Interaksi dalam group; Para mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain untuk
mendiskusikan materi-materi yang diberikan dosen. Dosen dapat hadir dalam group ini
untuk memberikan sedikit ulasan tentang materi yang diberikannya.
3. Sistem administrasi mahasiswa; dimana para mahasiswa dapat melihat informasi
mengenai status mahasiswa, prestasi mahasiswa dan sebagainya.
4. Pendalaman materi dan ujian; Biasanya dosen sering mengadakan quis singkat dan tugas
yang bertujuan untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan test pada
akhir masa belajar. Hal ini juga harus dapat diantisipasi oleh web based distance learning.
5. Perpustakaan digital; Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak
terbatas pada buku tapi juga pada kepustakaan digital seperti suara, gambar dan
sebagainya. Bagian ini bersifat sebagai penunjang dan berbentuk database.
6. Materi online diluar materi kuliah; Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga bahan
bacaan dari web lainnya. Karenanya pada bagian ini, dosen dan siswa dapat langsung
terlibat untuk memberikan bahan lainnya untuk di publikasikan kepada mahasiswa
lainnya melalui web.
VII. KESIMPULAN
Keberhasilan e-learning ditunjang oleh adanya interaksi maksimal antara dosen dan
mahasiswa, antara mahasiswa dengan berbagai fasilitas pendidikan, antara mahasiswa
dengan mahasiswa lainnya, dan adanya pola pembelajaran aktif dalam interaksi tersebut.
Bila pembelajaran bebasis pada web, maka diperlukan adanya pusat kegiatan mahasiswa,
interaksi antar kelompok, administrasi penunjang sistem, pendalaman materi, ujian,
perpustakan digital, dan materi online. Dari sisi Teknologi informasi; dunia Internet
memungkinkan perombakan total konsep-konsep pembelajaran yang selama ini berlaku.
Teknologi informasi dan telekomunikasi yang murah dan mudah akan menghilangkan
batasan ruang dan waktu yang selama ini membatasi dunia pendidikan. Beberapa
konsekuensi logis yang terjadi antara lain adalah: (1) Mahasiswa dapat dengan mudah
mengambil matakuliah dimanapun tanpa terbatas lagi pada batasan institusi & negara; (2)
Mahasiswa dapat dengan mudah berguru dan berdiskusi dengan para tenaga ahli atau
pakar di bidang yang diminatinya; (3) Materi kuliah bahkan dapat dengan mudah diambil
di berbagai penjuru dunia tanpa tergantung pada perguruan tinggi dimana mahasiswa
belajar. Berbagai peluang tersebut diatas masih menghadapi tantangan baik dari biaya,
kesiapan infrastuktur teknologi informasi, masyarakat, dan peraturan yang mendukung
terhadap kelangsungan e-learning.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M.. 2004. E-learning in Indonesian Education System. A paper presented at SeminarWorkshop on E-learning : The Seventh Programming Cycle of APEID Activities, 30 August-6
September 2004 in Tokyo and Kyoto, Japan
Bates, A. W. (1995). Technology, Open Learning and Distance Education. London: Routledge.
Brown, Mary Daniels. 2000. Education World: Technology in the Classroom: Virtual High
Schools, Part 1, The Voices of Experience. http://www.educationworld.com/a_tech/tech052.shtml ( 16 September 2002).
Koswara, E. 2005. Konsep Pendidikan Tinggi Berbasis E-learning : Peluang dan Tantangan.
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia ITB, 3-4 Mei
2005
Moore, M.G. & Kearsley, G. (1996). Distance education: A sistems view. New York: Wadsworth
Publishing Company.
Moore, M.G.; et al. (1990). The effects of distance learning: A summary of the literature.
Research Monograph No. 2. University Park, PA: The Pennsylvania State University, American
Center for the Study of Distance Education. (ED 330 321)
Natakusumah, E.K. (2002); Multimedia sebagai sarana pembelajaran; Lokakayra Multimedia
sebagai sarana pembelajaran metode learning based; DUE-Like TPB ITB, 13 Nopember 2002.
Natakusumah, E.K. (2002); Teknologi informasi pada pendidikan jarak jauh, Orasi Ilmiah pada
Wisuda STMIK Bandung, 12 Januari 2002, Grand Aquila Hotel, Nusantara Ball Room,
Bandung.
Newsletter of Open and Distance Learning Quality Council, October 2001.
http://www.odlqc.org.uk/odlqc/n19-e.html (16 September 2002)
Rosenberg, M.J. 2001. e-learning : Strategies for Delivering Knowledge in The Digital Age. The
McGraw-Hill Companies Inc.
Siahaan, S. 2004. E-learning (Pembelajaran Elektronik) Sebagai Salah Satu Alternatif
Pembelajaran http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/42/ sudirman.htm (3 November 2006)
Verduin, J.R. & Clark, T.A. (1991). Distance education: The foundations of effective practice.
San Francisco, CA: Jossey-Bass Publishers.
Willis, B. (1993). Distance education: A practical guide. Englewood Cliffs, NJ: Educational
Technology Publications.
Wulf, K. (1996). Training via the Internet: Where are We? Training and Development 50 No. 5.
(20 September 2006).