Вы находитесь на странице: 1из 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecemasan adalah keadaan suasana, perasaan (mood) yang ditandai oleh
gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa
depan (Durand dan Barlow, 2006). Kecemasan adalah fungsi ego untuk
memperingatkan individu tentang kemungkinan-kemungkinan datangnya suatu
bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai (Alwisol, 2004)
Kecemasan masih menjadi salah satu masalah gangguan kesehatan jiwa yang
masih banyak terjadi, baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang
seperti di Indonesia.Gangguan kecemasan di Amerika Serikat menjadi salah satu
masalah psikiatrik yang sering terjadi.Tercatat setiap tahunnya lebih dari seperempat
penduduk Amerika Serikat (23 juta jiwa) mengalami kecemasan. Kecemasan
mempengaruhi sekitar 40 juta orang dewasa Amerika Serikat usia 18 tahun dan lebih
tua (sekitar 18%) pada tahun tertentu. Dalam survey yang dilakukan di Amerika
Serikat pasien yang mengalami serangan panik rata-rata dalam satu tahun melakukan
37 kali kunjungan di rumah sakit (NIMH, 2010).
Indonesia merupakan negara berkembang, dimana setiap tahunnya angka
kecemasan semakin meningkat, prevalensi kecemasan diperkirakan 20% dari populasi
dunia dan sebanyak 47,7% remaja merasa cemas (Gail,2002). Saat ini lebih dari 450
juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa. Di Indonesia, berdasarkan Data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi gangguan
mental emosional seperti gangguan kecemasan sebesar 11,6% dari populasi orang

dewasa Indonesia lebih kurang 150.000.000 diketahui bahwa 1.740.000 orang saat ini
mengalami gangguan mental emosional (Depkes RI, 2009)
Hasil survei Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (PDSKJ) yang di
umumkan bulan Juni 2007 yang lalu maka hampir semua orang di Indonesia sedang
mengalami kecemasan. Menurut survei ini 94% masyarakat Indonesia mengidap
kecemasan dari tingkat ringan hingga yang paling berat.
Cemas atau kecemasan dalam arti ringan dapat meningkatkan produktivitas
seseorang, namun jika terjadi secara terus menerus dapat mengganggu mekanisme
kerja, baik fisik maupun psikis. Akibat adanya berbagai masalah yang timbul dalam
kehidupan, banyak individu yang mengalami kecemasan. Kecemasan merupakan
suatu kondisi yang pernah dialami hampir semua individu, hanya saja kadar dan
tarafnya yang berbeda. Ada individu yang dapat menyelesaikan masalah-masalahnya
hingga kecemasan yang dialami tidak berkepanjangan, tetapi tidak jarang kecemasan
tersebut mendatangkan gangguan bagi yang mengalaminya (Hawari, 1999).
Menurut Stuart & Sundeen (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan antara lain: usia, status kesehatan jiwa dan fisik, nilai-nilai budaya dan
spiritual, pendidikan, respon koping, dukungan sosial, tahap perkembangan,
pengalaman masa lalu, pengetahuan.
Jumlah lanjut usia di dunia bertambah sebagai hasil dari peningkatan angka
harapan hidup dan penurunan angka kematian. Sampai sekarang, penduduk negara
anggota WHO kawasan Asia Tenggara yang berusia diatas 60 tahun berjumlah 142
juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050
(Yuliati,dkk,2014).
Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari harapan
hidup penduduknya. Demikian juga Indonesia sebagai suatu negara berkembang,

dengan perkembangannya yang cukup baik, makin tinggi harapan hidupnya


diproyeksikan dapat mencapai lebih dari 70 tahun pada tahun 2000 yang akan dating
(Martono dan Pranaka,2014).
Pada tahun 2000 jumlah orang lanjut usia diproyeksikan sebesar 7,28% dan
pada tahun 2020 sebesar 11,34%. Dari data USA-Bureau of the Census, bahkan
Indonesia diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar seluruh
dunia, antara tahun 1990-2025, yaitu sebanyak 41,4% (Martono dan Pranaka,2014).
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, didapatkan jumlah
lansia sebanyak 145.427 orang pada tahun 2013 dari seluruh populasi lansia.
Berdasarkan kelompok umur 55-60 tahun laki-laki sebanyak 77.894 jiwa sedangkan
perempuan sebanyak 67.533 jiwa. (Dinkes Sulawesi Tenggara, 2013)
Seiring bertambahnya usia maka fungsi-fungsi tubuh akan mengalami
penurunan dan mengakibatkan para lansia jatuh dalam kondisi sakit. Penurunan
fungsi-fungsi tubuh ini disebut dengan proses degeneratif. Salah satu proses
degeneratif yang terjadi adalah pada system kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler
yang paling banyak dijumpai pada lansia adalah penyakit jantung koroner, hipertensi,
serta penyakit jantung pulmonik (Prawiro, 2012).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal pada pemeriksaan tekanan darah.Penyakit
ini dikategorikan sebagai The Silent Disease karena penderita tidak mengetahui
dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Berdasarkan
kriteria Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,and
Treatment on High Blood Presure VII (JNC-VII) yang diterapkan di Indonesia,
seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darahnya sama dengan atau
lebih dari 140/90 mmHg (Girsang, 2013.)

Hipertensi sering ditemukan pada lansia dan biasanya tekanan sistoliknya yang
meningkat. Menurut batasan hipertensi yang dipakai sekarang ini, diperkirakan 23%
wanita dan 14% pria berusia lebih dari 65 tahun menderita hipertensi. Sementara
menurut para ahli, angka kematian akibat penyakit jantung pada lansia dengan
hipertensi adalah tiga kali lebih sering dibandingkan lansia tanpa hipertensi pada usia
yang sama (Purwati, dkk, 2002).
Pola konsumsi makanan dan perilaku gaya hidup dapat memicu meningkatkan
risiko hipertensi pada lansia. Gaya hidup yang diduga berhubungan dengan kejadian
hipertensi antara lain: aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan stress. Seseorang yang
kurang aktif melakukan aktivitas fisik pada umumnya cenderung mengalami
kegemukan sehingga akan menaikkan tekanan darah. Selain itu faktor lain yang
menunjang terjadi hipertensi adalah stress dan merokok (Sunarti, dkk, 2007)
Raikonnen, et,al. (2001) melakukan penelitian dan berhasil mengidentifikasi
bahwa terhadap hubungan antara kecemasan dengan hipertensi. Hasil penelitiannya
berhasil mengidentifikasi pola pekembangan risiko psikologis dan insiden hipertensi
pada wanita paruh baya. Serta diperoleh hasil bahwa tingkat kecemasan yang tinggi,
peningkatan perasaan marah, dan penurunan tingkat dukungan social merupakan
prediktor signifikan untuk kejadian hipertensi.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada tanggal 8
desember 2015 dengan menggunakan sampel secara acak, dari 10 lansia 6 diantaranya
mengalami gangguan kecemasan. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan
penelitian mengenai hubungan kecemasan dengan tekanan darah pada lansia Di Panti
Sosial Werdha Minaula Kendari.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana angka kejadian kecemasan pada lansia dipanti sosial tresna werdha
Minaula Kendari?
2. Bagaimana angka kejadian gangguan tekanan darah pada lansia di panti sosial
tresna werdha Minaula Kendari?
3. Apakah terdapat hubungan antara kecemasan dengan tekanan darah pada lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui apakah terdapat hubungan antara kecemasan dengan tekanan darah di
panti panti sosial Tresna Werdha Minaula Kendari?
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui angka kejadiankecemasan pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Minaula Kendari.
b. Mengetahui angka kejadian gangguan tekanan darahpada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Minaula Kendari.
c. Mengetahui hubungan antara kecemasan dengan tekanan darah pada lansia
dipanti sosial tresna werdha Minaula Kendari.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Manfaat ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bermanfaat,
khususnya mengenai hubungan antara kecemasan dengan tekanan darah pada lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.
2. Manfaat bagi pengelola Panti Sosial Tresna Werdha

Memberikan informasi atau masukan tentang hubungan antara kecemasan


dengan tekanan darahpada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
sebagai bahan pertimbangan dalam intervensi penyuluhan dan pelayanan khusus
pada lanjut usia yang dapat dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki
status kesehatan lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.
3. Manfaat institusi
a. Sebagai masukan dalam bidang geriatrik dan psikiatri dalam memberikan
pengobatan dan perawatan pada lanjut usia, khususnya lansia yang mengalami
kecemasan.
b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi mahasiswa dan institusi Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
4. Manfaat bagi peneliti berikutnya
Sebagai salah satu referensi atau data pendukung untuk penelitian selanjutnya
khususnya untuk menangani permasalahan lanjut usia yang berhubungan dengan
kecemasan.

Вам также может понравиться