Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DISUSUN OLEH :
EMERINTIANA DHANY EKOWATI
136.0019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga laporan yang
berjudul Laporan Asuhan Keperawatan Komunitas Satu Dasawisma di RT
01/RW 02 Keluarahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak Surabaya ini dapat
selesai dengan tepat waktu, walaupun masih perlu beberapa masukan-masukan
dalam rangka penyempurnaan laporan ini.
Dalam makalah ini akan membahas laporan tentang asuhan keperawatan
komunitas dalam satu dasawisma mengenai masalah kesehatan yang terjadi dalam
sebuah satu dasawisma. Laporan ini berisi tahap pengkajian dalam satu
dasawisma, analisa data, diagnosa keperawatan dalam masalah keperawatan,
intervensi yang akan dilakukan dalam satu dasawisma, implementasi yang
dilaksanakan dalam satudaswisma dan evaluasi yang dilakukan dalam satu
dasawisma.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini. Kami menyadari dengan
sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Kami mohon kritik dan
saran yang dapat membangun laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Cover.................................................................................................................ii
Lembar Pengesahan.........................................................................................iii
Kata Pengantar.................................................................................................iv
Daftar Isi............................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
1.1
Latar Belakang.........................................................................................1
2.2
2.3
Penampisan............................................................................................33
3.4
3.5
Evaluasi..................................................................................................35
BAB 4 PENUTUP..........................................................................................37
4.1 Kesimpulan...............................................................................................37
4.2 Saran..........................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................40
LAMPIRAN....................................................................................................41
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat
yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang
sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial
yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
(Yuddi,2008).
Selanjutnya
kemampuan
masyarakat
yang
1.2
Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan Umum
Menerapkan konsep keperawatan komunitas guna meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, sehingga tercapai derajat
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas di RT 01 RW 02
Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak Kota Surabaya selama 6
minggu diharapkan mahasiswa dapat :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang ada di
RT 01 RW 02 Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak
b. Merumuskan alternatif untuk memecahkan masalah yang telah
teridentifikasi
c. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
peningkatan derajat kesehatan dan pencegahan penyakit di RT 01
RW 02 Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak
d. Menanamkan perilaku sehat melalui kegiatan pendidikan kesehatan
pada masyarakat di RT 01 RW 02 Kelurahan Kedung Cowek
Kecamatan Bulak
e. Mengevaluasi dan merumuskan rencana tindak lanjut untuk
mengatasi masalah kesehatan yang ada di RT 01 RW 02
Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
11
12
5.
Koordinasi
kegiatan
kebijaksanaan
tentang
kesehatan
13
karenanya
pendidikan
14
tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area
atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai
interest yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut Kontjaraningrat Komunitas adalah sekumpulan manusia yang
saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Dalam rapat kerja
keperawatan kesehatan masuyarakat (1990) dijelaskan bahwa keperawatan
komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan
antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health) dengan
dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui
proses keperawatan (Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak, 2005).
Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu
institusi yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Naomi,
2002). Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa
prinsip, yaitu:
1. Kemanfaatan
15
2. Kerjasama
16
masyarakat
dapat
menggunakan
alternatif
model
masyarakat
yang
relevan,
maka
penulis
mencoba
Kemitraan adalah hubungan atau ker a sama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
atau
memberikan
manfaat
(Depkes
RI,
2005).
Partisipasi
kesehatan
dan
kese
ahteraan
(Palestin,
2007).
17
masyarakat
digambarkan
dalam
bentuk
garis
hubung
antara
membentuk
pengetahuan
baru
(Palestin,
2007).
meningkatkan
kapasitas,
kepemimpinan
dan
partisipasi
18
2. Keluarga
3. Kelompok khusus
19
yang
ada,
merencanakan
tindakan
keperawatan,
interpersonal
yang
baik
dan
untuk
meningkatkan
Selama
pelaksanaan
perawat
menerapkan
strategi
20
21
and Leader)
22
pada
dirinya
atau
pada
sistem.
Marriner
torney
masyarakat
yang
meliputi
pengkajian,
perencanaan,
23
1. Pengkajian
atau
anamnesa
dicatat
dalam
format
proses
24
c. Analisis data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data
dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang
dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau
masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah
kesehatan atau masalah keperawatan (Mubarak, 2005).
25
c. Penentuanmasalah atau perumusan masalah kesehatan
26
pasti tentang status dan masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan
tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan
ditetapkan
berdasarkan
masalah
yang
ditemukan.
Diagnosa
27
dan masyarakat
berdasarkan
azas
kemitraan
(Mubarak, 2005).
c. Rasional
28
Keberhasilan
proses
dapat
dilihat
dengan
Hasil
penilaian
keperawatan
digunakan
sebagai bahan
29
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Tabulasi Data Demografi
No
1
2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
0-<5
6-<12
13-<20
21-<35
36-<44
45-<59
60-<74
75-<90
>90
Jumlah (Orang)
25
25
Presentasi (%)
50
50
Jumlah (Orang)
4
6
10
14
Presentasi (%)
8
12
20
28
12
2
2
24
4
4
Jumlah (Orang)
15
35
Presentasi (%)
30
70
No
1
2
3
Status Kawin
Kawin
Tidak Kawin
Janda/Duda
Jumlah (Orang)
22
23
5
Presentasi (%)
44
46
10
No
1
2
3
4
5
6
Agama
Islam
Kristen
Hindu
Budha
Konghucu
Lain-lain
Jumlah (Orang)
50
0
0
0
0
0
Presentasi (%)
100
0
0
0
0
0
No
1
2
3
Suku
Jawa
Madura
Lain-lain
Jumlah
43
7
0
Presentasi
86
14
0
No
1
2
Pendidikan
TS
TK
Jumlah (Orang)
12
4
Presentasi (%)
24
8
30
3
4
5
6
7
SD
SMP
SMA
PT
Non Formal
23
10
1
46
20
2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Pekerjaan
PNS/TNI/Polri
Pegawai Swasta
Wiraswata
Petani
Buruh (pbr/tani)
Nelayan
Tidak Bekerja
Lain-lain
Jumlah (Orang)
0
7
2
0
0
6
35
Presentasi (%)
0
14
4
0
0
12
70
No
1
2
3
Pendapatan
<1 jt
1-<3 jt
3 jt
Jumlah (KK)
6
8
1
Presentasi (%)
42.86
57.14
7
No
1
2
3
Pengeluaran
<1 jt
1-<3 jt
3 jt
Jumlah (KK)
5
9
1
Presentasi (%)
33.33
60
7
Jumlah (Orang)
Presentasi (%)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
14
8
9
10
11
Status Kesehatan
Penyakit 6 bulan terakhir
(tiap anggota keluarga)
ISPA
TBC
HT
Jantung
Ginjal
Stroke
DM
DHF
Diare
Gatal-gatal
Gangguan Jiwa
Lain-lain
II.
Kelompok Usia
I.
No
1
2
3
4
5
6
7
31
No
1
2
3
4
5
6
7
KB
IUD
Pil
Suntik
Kondom
Implan
MOW
MOP
Jumlah (Orang)
0
0
6
0
0
0
0
Presentasi (%)
0
0
100
0
0
0
0
No
1
2
Keluhan
Ya
Tidak
Jumlah (Orang)
2
4
Presentasi (%)
33
66.67
No
1
2
3
Alasan Tidak KB
Takut
Dilarang
Lain-lain
Jumlah (Orang)
0
0
8
Presentasi (%)
0
0
100
2. BALITA
No
1
2
3
BB di KMS
Hijau
Kuning
Merah
Jumlah (Orang)
4
Presentasi (%)
100
No
1
2
ASI Eksklusif
Ya
Tidak
Jumlah (Orang)
1
3
Presentasi (%)
25
75
No
1
2
3
Imunisasi Dasar
Lengkap
Belum Lengkap
Tidak Lengkap
Jumlah (Orang)
1
3
Presentasi (%)
25
0
75
No
1
2
3
Posyandu
Rajin
Tidak Rajin
Tidak Pernah
Jumlah (Orang)
2
2
Presentasi (%)
50
50
32
No
1
Vitamin A
Rajin
Jumlah (Orang)
2
Presentasi (%)
50
Tidak Rajin
50
Tidak Pernah
No
1
MP ASI
< 6 bulan
Jumlah (Orang)
1
Presentasi (%)
25
>6 Bulan
75
3. Anak Sekolah
No
1
2
3
Gizi
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah (Orang)
5
1
Presentasi (%)
88,33
16,67
No
1
2
Imunisasi
Lengkap
Tidak Lengkap
Jumlah (Orang)
5
1
Presentasi (%)
88,33
16,67
No
1
2
3
Gosok Gigi
Rajin
Tidak Rajin
Tidak Pernah
Jumlah (Orang)
5
1
Presentasi (%)
88,33
16,67
No
1
2
Sakit Gigi
Ya
Tidak
Jumlah (Orang)
4
2
Presentasi (%)
67
33
No
1
2
Jumlah (Orang)
Presentasi (%)
100
Jumlah (Orang)
Presentasi (%)
4. Remaja
No
1
2
3
4
5
Kenakalan Remaja
Rokok
NAPZA
Miras
Seks Bebas
Geng Motor
33
Tidak Ada
No
1
2
Ikut Organisasi
Aktif
Tidak Aktif
10
Jumlah (Orang)
9
1
100
Presentasi (%)
90
10
5. Lansia
No
1
2
3
Posyandu
Rajin
Tidak Rajin
Tidak Pernah
Jumlah (Orang)
3
7
6
Presentasi (%)
10
13
43,75
No
1
2
3
Pemeriksaan Kesehatan
Rajin
Tidak Rajin
Tidak Pernah
Jumlah (Orang)
2
8
6
Presentasi (%)
13
50
37.50
No
1
2
3
Kegiatan Sosial
Rajin
Tidak Rajin
Tidak Pernah
Jumlah (Orang)
2
8
6
Presentasi (%)
13
50
57.50
Status Rumah
Sendiri
Sewa
Jumlah (KK)
15
Presentasi(%)
100
No.
1.
2.
3.
Jenis Rumah
Permanen
Semi Permanen
Tidak Permanen
Jumlah (KK)
15
Presentasi(%)
100
No.
1.
2.
Lantai
Kramik
Tidak Kramik
Jumlah (KK)
15
Presentasi(%)
100
No.
1.
2.
Ventilasi
< 10%
>10%
Jumlah (KK)
6
9
Presentasi(%)
40
60
34
No.
1.
2.
Jumlah (KK)
Presentasi(%)
15
100
No.
1.
2.
3.
4.
Jumlah (KK)
15
Presentasi(%)
100
No.
1.
2.
3.
Jumlah (KK)
1
14
Presentasi(%)
6,67
93,33
No.
1.
2.
3.
Jenis Jamban
Leher Angsa
Cemplung
Tidak Punya
Jumlah (KK)
15
Presentasi(%)
100
No.
1.
2.
3.
Tempat BAB
WC
Sungai
Ladang
Jumlah (KK)
15
Presentasi(%)
100
No.
1.
2.
Jentik
Ada
Tidak
Jumlah (KK)
1
14
Presentasi(%)
6,67
93,33
No.
1.
2.
3
4.
Tempat Sampah
Ditimbun
Dibakar
Laut
TPA
Jumlah (KK)
Presentasi(%)
15
100
No.
1.
2.
3.
Saluran Limbah
Got
Sungai
Tidak Ada
Jumlah (KK)
15
Presentasi(%)
100
No.
1.
2.
3.
Binatang
Piaraan
Pengerat
Serangga
Jumlah (KK)
Presentasi(%)
15
100
35
No.
1.
2.
3.
Kandang Ternak
Bersih
Kotor
Tidak Ada
Jumlah
Presentase
15
100
No.
1.
2.
3.
4.
Pemanfaatan Fasyankes
Rumah Sakit
Puskesmas
Klinik
Alternatif
Jumlah
0
15
Presentase
0
100
No.
1.
2.
3.
Jaminan Kesehatan
BPJS
Mandiri
Lain-lain
Jumlah
13
2
Presentase
86,67
13
No.
1.
2.
Kebiasaan CTPS
Ya
Tidak
Jumlah
7
8
Presentase
46,67
33,33
No.
1.
2.
Jumlah
6
9
Presentase
40
60
No.
1.
2.
Jumlah
5
10
Presentase
33,33
67
No.
1.
2.
Jumlah
3
12
Presentase
20
80
No.
1.
2.
Olahraga Perhari
Ya
Tidak
Jumlah
Presentase
15
100
36
3.2
NO
1
ANALISA DATA
DATA SUBJEKTIF
MASALAH KESEHATAN
Usia Balita
Wawancara :
a. Sebagian warga
mengatakan anaknya
pernah mengalami
deman dalam 6 bulan
terakhir.
DATA OBJEKTIF
Usia Sekolah
Wawancara:
a. Sebagian warga
mengatakan anaknya
pernah mengalami
deman dalam 6 bulan
terakhir
37
38
3.3
Penampisan
Jumlah
skore
KRITERIA
Dx. Keperawatan
Komunitas
Sesuai dg
peran
perawat
komunitas
Jumlah
beresiko
Perilaku cenderung
beresiko di
Lingkungan RT 01
RW 02 Kelurahan
Kedung Cowek
Surabaya
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
warga dalam
mngenali
masalah(15 kk)
3.4
Sumber Sumber
Sumber daya Sumber
daya
daya
Sumber
peralatan daya orang
tempat waktu
dana
4
47
39
No
1.
Data
Masalah
Intervensi
Kegiatan
Hari/tanggal
DS:
Perilaku cenderung
1. Memberikan
Minggu
Berdasarkan pengkajian
beresiko di Lingkungan
penyuluhan tentang november 2016
tanggal 11 Oktober 2016 di RT 02 RW 02 Kelurahan epilepsi
Cumpat VI RT 01/RW 02 Kedung Cowek
Surabaya berhubungan
Kelurahan Kedung
dengan ketidakmampuan
Cowek, didapatkan
bahwa 2 anak usia balita warga dalam mengenali
masalah kesehatan.
Wilayah
6Cumpat II
RT 01 RW 02
Kelurahan Kedung
Cowek, Kecamatan
Bulak Surabaya.
Penanggung jawab
Emerintiana dhany
Ekowati, S.Kep
DO:
1. Jumlah balita di 1
dasawisma sebanyak 4
anak (100%) Sebanyak
1 anak balita (25%) dari
4 anak mengalami
demam
2.
Perilaku cenderung
1. Memberikan
beresiko di Lingkungan
penyuluhan
Berdasarkan pengkajian
RT 01 RW 02 Kelurahan
tanggal 11 Oktober 2016 di Kedung Cowek Surabaya tentang epilepsi
Cumpat VI RT 01/RW 02 berhubungan dengan
ketidakmampuan warga
Kelurahan Kedung
Cowek, didapatkan satu dalam mngenali masalah.
DS:
Minggu 6
Cumpat II
Emerintiana Dhany
november 2016
Ekowati, S.Kep
RT 01 RW 02
Kelurahan Kedung
Cowek, Kecamatan
Bulak Surabaya.
40
mengalami demam
DO:
1. Jumlah anak usia
sekolah di 1 dasawisma
sebanyak 6 anak (100
%).
2. Sebanyak 2 anak usia
sekolah (33%) dari 6
anak mengalami demam
3.5
Evaluasi
Masalah
Strength
Weakness
Opportunity
Threathened
Kurangnya
1.
pengetahuan
warga tentang 2.
epilepsi
Tindak Lanjut
Menghimbau warga untuk
menjaga pola hidup sehat
Menghimbau warga untuk
tetap
rutin
melakukan
pemeriksaan kesehatan.
41
warga merasa
senang ketika
di
beri
penyuluhan
tentang
epilepsi
3. Warga mampu
menjelaskan
pengertian,
penyebab dan
penatalaksanaa
n epilepsi
BAB 4
PENUTUP
4.1
Simpulan
Dari hasil tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
Masalah keperawatan komunitas yang muncul di wilayah Dasawisma RT 01
RW 02 antara lain adalah terjadi kejang demam yang bisa memicu epilepsi yang
ditandai dengan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
ketidakmampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan kurangnya
pengetahuan warga tentang kesehatan lingkungan dan dampak terhadap status
kesehatan. Implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
antara lain adalah penyuluhan kejang demam yang mengarah pada epilepsi. Pada
dasarnya kegiatan yang dilakukan mendapat dukungan dari masyarakat di
lingkungan Dasawisma RT 01 RW 02.
4.2
Saran
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, maka disarankan untuk :
1. Kader Kesehatan
Kegiatan yang sudah dilaksanakan dengan baik seperti posyandu lansia
hendaknya dapat dilaksanakan dengan secara bertahap ditingkatkan, untuk
posyandu balita dengan sistem 5 meja. Kegiatan tersebut hendaknya
dilaksanakan secara rutin dengan koordinasi pihak puskesmas.
2. Masyarakat
Peran serta dari masyarakat, Ibu-ibu PKK, tokoh masyarakat dan
pengurus RTRW perlu ditingkatkan terus dalam berbagai kegiatan dibidang
kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
Antara lain Ibu-ibu balita aktif membawa balitanya mengikuti kegiatan
posyandu balita, lansia aktif, warga aktif mengadakan kerja bakti bersih
lingkungan dan Ibu-ibu PKK aktif menjaga kebersihan dan kesehatan rumah.
42
43
3. Puskesmas
44
Brunner & Suddarth. (2008). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC.
Dep Kes RI, (2010). Diet Rendah garam, Pozi Pusat Dep Kes RI, Jakarta.
Doengoes, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Goonasekera CDA, Dillon MJ. (2003). The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford:
Oxford University Press.
Johnson, M., et all. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River.
Imam, S dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media: Malang.
Mansjoer Arief. (2010). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media
Mc Closkey, C.J., et all. (1996). Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
Santosa, Budi. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika.
Smeltzer, Suzanne; and Benda G Bare. (2008), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo: Jakarta.
45
DISUSUN OLEH
EMERINTIANA DHANY EKOWATI
1630019
46
2016/2017KEPERAWATAN KOMUNITAS
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES HANG TUAH SURABAYA
2016
Pokok Bahasan
Sub Bahasan
Sasaran
Metode
Media
Waktu
Hari dan Tanggal
Tempat
Pukul
: Epilepsi
: Perawatan Epilepsi
: Orang Tua klien (Anak)
: Ceramah dan Diskusi
: Leaflet Epilepsi
: 30 menit
: Minggu 6 November 2016
: Gang 2 RT 1 RW 02 Kelurahan Kedung Cowek
Kecamatan Bulak Surabaya.
: 19.00-19.30 WIB
Latar Belakang
Epilepsi atau yang biasa dikenal dengan istilah penyakit ayan oleh
masyarakat Indonesia dianggap sebagai penyakit menular yang tidak dapat
disembuhkan dan disebabkan oleh kekuatan gaib maupun gangguan jiwa. Kata
epilepsi berasal dari bahasa Yunani yakni epilepsia yang berarti serangan. Epilepsi
merupakan manifestasi gangguan otak dengan berbagai etiologi namun dengan
gejala tunggal yang khas, yaitu serangan berkala yang disebabkan oleh lepasnya
muatan listrik neuron kortikal secara berlebihan. Epilepsi terdiri dari berbagai
jenis serangan, hal ini belum diketahui secara luas oleh masyarakat awam.
Epilepsi juga merupakan penyakit yang memerlukan pengobatan yang cukup lama
bahkan bisa seumur hidup (Nurochman, 2013 dalam Setiaji, 2014).
Data epilepsi yang dihimpun dari 108 negara mencakup 85,4% dari populasi
dunia terdapat 43.704.000 orang menderita epilepsi. Rata-rata jumlah orang
penderita epilepsi per 1000 penduduk 8,93 dari 108 negara responden. Jumlah
orang penderita epilepsi per 1000 penduduk berbeda-beda di setiap regional.
Sementara itu data di regional Amerika dan Afrika di dapatkan 12,59 dan 11,29.
Data di regional Asia Tenggara di dapatkan sebesar 9,97. Sedangkan data sebesar
8,23 didapatkan di regional Eropa. Jumlah rata-rata orang epilepsi per 1000
penduduk berkisar dari 7,99 di negara-negara berpendapatan tinggi dan 9,50 di
negara-negara berpendapatan rendah (WHO,2010). Angka prevalensi penderita
1.
47
epilepsi aktif berkisar antara 4-10 per 1000 penderita epilepsi (Beghi dan Sander,
2008). Bila jumlah penduduk Indonesia berkisar 220 juta, maka diperkirakan
jumlah penderita epilepsi baru 250.000 per tahun. Dari berbagai studi
diperkirakan prevalensi epilepsi berkisar antara 0,5-4%. Rata-rata prevalensi
epilepsi 8,2 per 1000 penduduk. Prevalensi epilepsi pada bayi dan anak-anak
cukup tinggi, menurun pada dewasa muda dan pertengahan, kemudian meningkat
lagi pada kelompok usia lanjut (PERDOSSI, 2011 dalam Setiaji, 2014).
Epilepsi merupakan suatu gangguan neurologik klinis yang sering dijumpai.
Di dalam otak kita terdapat neuron atau sel-sel saraf. Sel saraf merupakan bagian
dari sistem saraf yang berfungsi sebagai pengatur kesadaran, kemampuan berpikir,
gerak tubuh, dan sistem panca indera kita. Tiap sel saraf saling berkomunikasi
dengan menggunakan impuls listrik. Kejang terjadi ketika impuls listrik tersebut
mengalami gangguan sehingga menyebabkan perilaku atau gerakan tubuh yang
tidak terkendali. Perlu diketahui bahwa epilepsi bukanlah merupakan suatu
penyakit, melainkan suatu kumpulan gejala. Gejala yang paling umum adalah
adanya kejang, karena itu epilepsi juga sering dikenal sebagai penyakit kejang.
Epilepsi dapat menimbulkan komplikasi berupa status epileptikus. Status
epileptikus terjadi ketika penderita mengalami kejang selama lebih dari lima
menit atau mengalami serangkaian kejang pendek tanpa kembali sadar di antara
kejang. Status epiliptikus dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak,
bahkan kematian (Purba, 2008).
Hingga kini memang belum ada obat atau metode yang mampu
menyembuhkan kondisi ini secara total. Meski begitu, obat anti epilepsi atau OAE
mampu mencegah terjadinya kejang, sehingga penderita dapat melakukan
aktivitas sehari-hari secara normal dengan mudah dan aman. Selain obat-obatan,
penanganan epilepsi juga perlu ditunjang dengan pola hidup yang sehat, seperti
olahraga secara teratur, serta mengonsumsi makanan yang mengandung gizi
seimbang (Rudolph, 2007).
2. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang penyakit epilepsi
dan perawatan epilepsi selama di rumah sakit maupun di rumah, orang tua
klien (anak) mengerti mengenai penyakit epilepsi dan dapat mengetahui cara
perawatan yang perlu diberikan kepada anak yang menderita epilepsi baik
selama di rumah sakit maupun di rumah.
3.
48
i.
Sasaran
Warga RT 01 RW 02 Kelurahan Kedung Cowek
j.
Materi
Terlampir
k.
Metode
Ceramah dan diskusi
l.
Media
Leaflet
m. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria Struktur
1) Kesiapan Materi
2) Kesiapan SAP
3) Kesiapan media : leaflet
4) Ibu atau keluarga klien dapat hadir, minimal 1 orang.
5) Kegiatan dilakukan di RT 01 RW 02 kelurahan Kedung Cowek
Surabaya.
6) Pengorganisasian kegiatan dilakukan sebelum dan saat kegiatan
berlangsung.
b. Kriteria Proses
1) Ibu dan keluarga antusias terhadap materi yang diberikan.
2) Ibu dan keluarga konsentrasi dan fokus mendengarkan materi.
3) Ibu dan keluarga dapat mengajukan beberapa pertanyaan.
c. Kriteria Hasil
1) Secara verbal dapat menjelaskan definisi penyakit epilepsi.
2) Secara verbal dapat menjelaskan etiologi penyakit epilepsi.
49
epilepsi.
Secara verbal dapat menjelaskan patofisiologi penyakit epilepsi.
Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit epilepsi.
Secara verbal dapat menjelaskan komplikasi penyakit epilepsi.
Secara verbal dapat menjelaskan pencegahan penyakit epilepsi.
50
n.
Rencana Kegiatan
No.
1.
Waktu
Kegiatan Penyuluh
Pembukaan:
1. Mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri.
5 Menit 3. Menjelaskan tujuan kegiatan.
4. Menyebutkan materi yang akan
Kegiatan Audience
1.
2.
3.
4.
Menjawab salam.
Memperhatikan.
Memperhatikan.
Memperhatikan.
disampaikan.
2.
Pelaksanaan:
1. Menjelaskan definisi penyakit 1. Memperhatikan.
2. Memperhatikan.
epilepsi.
3. Memperhatikan.
2. Menjelaskan etiologi penyakit
4. Memperhatikan.
epilepsi.
5. Memperhatikan.
3. Menjelaskan klasifikasi dan 6. Memperhatikan.
7. Memperhatikan
tanda gejala penyakit epilepsi.
8. Memperhatikan
4. Menjelaskan
patofisiologi
penyakit epilepsi.
pemeriksaan
10 Menit 5. Menjelaskan
penunjang penyakit epilepsi.
6. Untuk
mengetahui
penatalaksanaan
penyakit
epilepsi.
7. Untuk mengetahui komplikasi
penyakit epilepsi.
8. Menjelaskan
pencegahan
penyakit epilepsi.
3.
Evaluasi:
1. Memberikan
kesempatan 1. Bertanya
2. Berdiskusi dan
audience untuk bertanya.
2. Memberikan konseling pada ibu
mendengarkan.
10 Menit
3. Menjawab.
dalam
masalah
perawatan
epilepsi
3. Mengajukan
beberapa
pertanyaan ke audience.
4.
5 Menit Terminasi:
1. Mengucapkan terimakasih atas
51
1. Tersenyum.
2. Membalas salam.
52
o.
Setting Tempat
6
7
7
7
Keterangan: 4
5
4
p.
: Penyaji
: Dokumentator
5
26
7
: Fasilitator
: Observer
: Peserta
Pengorganisasian
Penyaji
Moderator
: Novita Fadjriah,S.Kep
Observer
: Prasdiana Heny,S.Kep
Fasilitator
Dokumentator
: Marlina M , S.Kep
Pembimbing Lahan
53
EPILEPSI
Pengertian
Epilepsi adalah kejang tanpa provokasi yang terjadi dua kali atau lebih dengan
interval waktu lebih dari 24 jam. Epilepsi dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dan
gangguan yang berat misalnya malformasi kongenital, pasca infeksi, tumor, penyakit
vaskuler, penyakit degeneratif dan pasca trauma otak (Soetomenggolo, 1999;
Panayiotopoulos, 2005 ).
Epilepsi adalah suatu kelainan di otak yang ditandai adanya bangkitan epileptik
yang berulang (lebih dari satu episode). International League Against Epilepsy (ILAE)
dan International Bureau for Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 merumuskan kembali
definisi epilepsi yaitu suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi
yang dapat mencetuskan bangkitan epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif,
psikologis, dan adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya. Definisi ini
membutuhkan sedikitnya satu riwayat bangkitan epileptik sebelumnya. Sedangkan
bangkitan epileptik didefinisikan sebagai tanda dan / gejala yang timbul sepintas
(transien) akibat aktivitas neuron yang berlebihan atau sinkron yang terjadi di otak.
1.
Klasifikasi
Epilepsi merupakan salah satu penyakit saraf kronik kejang berulang yang
muncul tanpa diprovokasi. Penyebabnya adalah kelainan bangkitan listrik jaringan saraf
yang tidak terkontrol baik sebagian maupun seluruh bagian otak. Keadaan ini bisa
diindikasikan sebagai disfungsi otak. Gangguan fungsi otak yang bisa menyebabkan
lepasnya muatan listrik berlebihan di sel neuron saraf pusat, bisa disebabkan oleh
adanya faktor fisiologis, biokimiawi, anatomis atau gabungan faktor tersebut. Tiap-tiap
penyakit atau kelainan yang dapat menganggu fungsi otak atau fungsi sel neuron diotak,
dapat menyebabkan timbulnya bangkitan kejang atau serangan epilepsi.
Untuk menentukan faktor penyebab dapat diketahui dengan melihat usia
serangan pertama kali. Misalnya : usia dibawah 18 tahun kemungkinan faktor
penyebabnya ialah trauma perinatal, kejang demam, radang susunan saraf pusat,
struktural, penyakit metabolik, keadaan toksik, penyakit sistemik, penyakit trauma
kepala, dan lain-lain.6 Bangkitan kejang juga dapat disebabkan oleh berbagai kelainan
dan macam-macam penyakit diantaranya ialah trauma lahir, trauma kapitis, radang otak,
tumor otak, perdarahan otak, gangguan peredaran darah, hipoksia, anomali kongenital
otak, kelainan degeneratif susunan saraf pusat, gangguan metabolisme, gangguan
2.
54
elektrolit, demam, reaksi toksis-alergis, keracunan obat atau zat kimia, dan faktor
hereditas
3.
epilepsi, yaitu :
1.
Kejang parsial
Lesi yang terdapat pada kejang parsial berasal dari sebagian kecil dari otak atau
satu hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi atau satu bagian tubuh dan
kesadaran penderita umumnya masih baik.
a. Kejang parsial sederhana
Gejala yang timbul berupa kejang motorik fokal, femnomena halusinatorik,
psikoilusi, atau emosional kompleks. Pada kejang parsial sederhana, kesadaran
penderita masih baik.
b. Kejang parsial kompleks
Gejala bervariasi dan hampir sama dengan kejang parsial sederhana, tetapi yang
paling khas terjadi adalah penurunan kesadaran dan otomatisme.
2.
Kejang umum
Lesi yang terdapat pada kejang umum berasal dari sebagian besar dari otak atau
kedua hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada seluruh bagian tubuh dan kesadaran
penderita umumnya menurun.
a. Kejang Absans
Hilangnya kesadaran sessat (beberapa detik) dan mendadak disertai amnesia.
Serangan tersebut tanpa disertai peringatan seperti aura atau halusinasi, sehingga
sering tidak terdeteksi.
b. Kejang Atonik
Hilangnya tonus mendadak dan biasanya total pada otot anggota badan, leher,
dan badan. Durasi kejang bisa sangat singkat atau lebih lama.
55
c. Kejang Mioklonik
Ditandai dengan kontraksi otot bilateral simetris yang cepat dan singkat. Kejang
yang terjadi dapat tunggal atau berulang.
d. Kejang Tonik-Klonik
Sering disebut dengan kejang grand mal. Kesadaran hilang dengan cepat dan
total disertai kontraksi menetap dan masif di seluruh otot. Mata mengalami
deviasi ke atas. Fase tonik berlangsung 10 - 20 detik dan diikuti oleh fase klonik
yang berlangsung sekitar 30 detik. Selama fase tonik, tampak jelas fenomena
otonom yang terjadi seperti dilatasi pupil, pengeluaran air liur, dan peningkatan
denyut jantung.
e. Kejang Klonik
Gejala yang terjadi hampir sama dengan kejang mioklonik, tetapi kejang yang
terjadi berlangsung lebih lama, biasanya sampai 2 menit.
f. Kejang Tonik
Ditandai dengan kaku dan tegang pada otot. Penderita sering mengalami jatuh
akibat hilangnya keseimbangan.
4.
Patofisiologi
Epilepsi adalah pelepasan muatan yang berlebihan dan tidak teratur di pusat
tertinggi otak. Sel saraf otak mengadakan hubungan dengan perantaraan pesan listrik
dan kimiawi. Terdapat keseimbangan antara faktor yang menyebabkan eksitasi dan
inhibisi dari aktivitas listrik (Sankar dkk., 2005; Rho dan Stafstron, 2012). Pada saat
serangan epilepsi yang memegang peranan penting adalah adanya eksitabilitas pada
sejumlah neuron atau sekelompok neuron, yang kemudian terjadi lepas muatan listrik
secara serentak pada sejumlah neuron atau sekelompok neuron dalam waktu bersamaan,
yang disebut sinkronisasi. Terjadinya lepas muatan listrik pada sejumlah neuron harus
terorganisir dengan baik dalam sekelompok neuron serta memerlukan sinkronisasi.
Epilepsi dapat timbul karena 10 ketidakseimbangan antara eksitasi dan inhibisi serta
sinkronisasi dari pelepasan neural (Christensen dkk., 2007; Kleigman, 2005). Terdapat
berbagai teori patofisiologi epilepsi, di antaranya adalah sebagai berikut:
56
57
a. Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin atau kehamilan ibu, seperti ibu
meminum obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami infeksi,
minum alkohol, atau mengalami cidera.
b. Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurangnya oksigen ke otak
(hipoksia), kerusakan karena tindakan saat kelahiran (vakum dan forcep).
c. Cidera kepala yang dapat mengakibatkan kerusakan pada otak.
d. Tumor otak merupakan penyebab epilepsi yang tidak umum terutama pada anakanak.
e. Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak.
f. Radang atau infeksi pada otak atau selaput otak.
g. Penyakit
keturunan
neurofibromatosis
seperti
dapat
fenilketonuria
menyebabkan
(FKU),
tuberosklerosis
kejang-kejang
yang
dan
berulang.
5.
1.
2.
Penatalaksanaan
Tatalaksana fase akut (saat kejang)
Tujuan pengelolaan pada fase akut adalah mempertahankan oksigenasi otak yang
adekuat, mengakhiri kejang sesegera mungkin, mencegah kejang berulang, dan
mencari faktor penyebab. Serangan kejang umumnya berlangsung singkat dan
berhenti sendiri. Pengelolaan pertama untuk serangan kejang dapat diberikan
diazepam per rektal dengan dosis 5 mg bila berat badan anak < 10 kg atau 10 mg
bila berat badan anak > 10 kg. Jika kejang masih belum berhenti, dapat diulang
setelah selang waktu 5 menit dengan dosis dan obat yang sama. Jika setelah dua
kali pemberian diazepam per rektal masih belum berhenti, maka penderita
dianjurkan untuk dibawa ke rumah sakit.
Pengobatan epilepsi
Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah membuat penderita epilepsi terbebas
dari serangan epilepsinya. Serangan kejang yang berlangsung mengakibatkan
kerusakan sampai kematian sejumlah sel-sel otak. Apabila kejang terjadi terus
menerus maka kerusakan sel-sel otak akan semakin meluas dan mengakibatkan
58
59
Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan dengan pencegahan terhadap faktor risiko yang
tampak pada individu atau masyarakat. Pencegahan Primer penyebab epilepsi adalah
sebagai berikut:
60
a)
Mencegah terjadinya cedera di kepala. Hal ini sangat efektif untuk mencegah
terjadinya epilepsi. Misalnya dengan cara memakai alat pelindung diri di kepala
jika pekerjaan yang dilakukan beresiko untuk mengalami cedera kepala.
b) Merawat kehamilan saat perinatal dengan baik sehingga dapat mengurangi kasus
baru epilepsi yang disebabkan oleh cedera saat lahir.
c)
Mengutamakan sanitasi lingkungan agar terhindar dari bakteri atau virus yang dapat
menyerang otak.
c.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan pencegahan terhadap penderita yang
mengalami suatu penyakit agar tidak memperburuk kondis individu atau masyarakat.
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara:
a)
Minum obat anti epilepsi (OAE) secara teratur dan taat sesuai dengan serangan
epilepsi yang diderita.
Tidak mengemudikan kendaraan bermotor selama penderita masih minum obatobatan anti- konvulsan.
d.
Pencegahan Tersier
Tujuan utama adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut dan mencegah
b.
Pembedahan.
Pembedahan
penatalaksanaan medis.
dilakukan
untuk
pasien
yang
gagal
dengan
61
NO.
1.
2.
Menjelaskan
Epilepsi
tanda
Menjelaskan
tindakan
yang
dilakukan pada penderita Epilepsi
Menjelaskan
Epilepsi
cara
dan
gejala
pencegahan
EVALUASI
PRE
POST
62
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Nama
Tanda Tangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
63
DAFTAR PUSTAKA
Purba. J. S. 2008. Epilepsi di Reseptor dan Neurotransmiter. Jakarta: MSJ phar Dev
Med.
Rudolph AM, Hoffman JIE. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 3. Jakarta : EGC.
Setiaji, Adrian. 2014. Pengaruh Penyuluhan Tentang Penyakit Epilepsi Anak Terhada
Pengetahuan Masyarakat Umum. Semarang Universitas Diponegoro: Skripsi
(Naskah Publikasi)
64
Lampiran 2
Disusun Oleh:
EMERINTIANA DHANY EKOWATI
NIM : 1630019
65
2016
LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN
KEGIATAN PENYULUHAN EPILEPSI DI RT 01 RW 02
KELURAHAN KEDUNG COWEK KECAMATAN BULAK
SURABAYA
Leaflet
Penyuluhan dilakukan hari minggu tanggal 6 november 2016 pukul 19.0019.30 WIB di Lingkungan RT 01 RW 02 Kelurahan Kedung Cowek
Kecamatan Bulak.
C. Evaluasi
1. Struktur
a. Penyuluhan dilakukan di Lingkungan RT 01 RW 02 Kelurahan
Kedung Cowek Kecamatan Bulak.
b. Sie perlengkapan bekerja sesuai job.
c. Mempersiapkan alat dan leaflet.
2. Proses
Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan penyuluhan di Lingkungan RT 01 RW
02 Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak meliputi :
a. Persiapan sarana dan prasarana.
b. Kegiatan dilaksanakanpukul 19.00 19.300 WIB.
c. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan di Lingkungan RT 01 RW 02
Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak
d. Undangan datang tepat waktu dan mengisi absen.
66
3. Hasil
a. Jumlah peserta penyuluhanyang hadir 10 orang pada Lingkungan RT
01 RW 02 Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak.
b. Kegiatan penyuluhan berjalan dengan baik.
c. Peserta Lingkungan RT 01 RW 02 Kelurahan Kedung Cowek
Kecamatan Bulak ikut berpartisipasi dan sangat antusisias dalam
kegiatan penyuluhan.
d. Kegiatan berlangsung selama 30 menit.
4. HASIL PRE POST
a.
Penyuluhqn Epilepsi
Tabel 1 Hasil penyuluhan tentang Epilepsi di Lingkungan
RT 01 RW 02 Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak
NomerResponden
Pre
Pos
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Total
10
38
67
68