Вы находитесь на странице: 1из 68

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMUNITAS DASAWISMA


DI RT 01 RW 02 KELURAHAN KEDUNG COWEK
KECAMATAN BULAK
SURABAYA

DISUSUN OLEH :
EMERINTIANA DHANY EKOWATI
136.0019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2016

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga laporan yang
berjudul Laporan Asuhan Keperawatan Komunitas Satu Dasawisma di RT
01/RW 02 Keluarahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak Surabaya ini dapat
selesai dengan tepat waktu, walaupun masih perlu beberapa masukan-masukan
dalam rangka penyempurnaan laporan ini.
Dalam makalah ini akan membahas laporan tentang asuhan keperawatan
komunitas dalam satu dasawisma mengenai masalah kesehatan yang terjadi dalam
sebuah satu dasawisma. Laporan ini berisi tahap pengkajian dalam satu
dasawisma, analisa data, diagnosa keperawatan dalam masalah keperawatan,
intervensi yang akan dilakukan dalam satu dasawisma, implementasi yang
dilaksanakan dalam satudaswisma dan evaluasi yang dilakukan dalam satu
dasawisma.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian laporan ini. Kami menyadari dengan
sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Kami mohon kritik dan
saran yang dapat membangun laporan ini.

Penulis

DAFTAR ISI
Cover.................................................................................................................ii
Lembar Pengesahan.........................................................................................iii
Kata Pengantar.................................................................................................iv
Daftar Isi............................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
1.1

Latar Belakang.........................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................3


1.2.1 Tujuan Umum..........................................................................................3
1.2.2 Tujuan Khusus..........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS........................................................................5
2.1

Pelayanan Kesehatan Keluarga..................................................5

2.2

Konsep Keperawatan Komunitas............................................................7

2.3

Peran Perawat Komunitas.......................................................13

2.4 KonsepnAsuhan Keperawatan...................................................18


BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DASAWISMA............25
3.1 Tabulasi Data Demografi.........................................................................25
3.2 Analisa Data...........................................................................................32
3.3

Penampisan............................................................................................33

3.4

Planning of Action (POA)......................................................................34

3.5

Evaluasi..................................................................................................35

BAB 4 PENUTUP..........................................................................................37
4.1 Kesimpulan...............................................................................................37
4.2 Saran..........................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................40
LAMPIRAN....................................................................................................41

Lampiran 1 Pre Planning Epilepsi..................................................................41


Lampiran 2 Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) Epilepsi............................61

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat
yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang
sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial
yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).

Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka


dibutuhkan perawatan kesehatan masyarakat, dimana perawatan kesehatan
masyarakat itu sendiri adalah bidang keperawatan yang merupakan perpaduan
antara kesehatan masyarakat dan perawatan yang didukung peran serta
masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan.
Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan meningkatkan dukungan
masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan serta mendorong kemandirian
dalam memecahkan masalah kesehatan. Oleh karena itu layanan kesehatan
utama merupakan salah satu pendekatan dan alat untuk mencapai kesehatan
bagi semua pada tahun 2010 sebagai tujuan pembangunan kesehatan dalam
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Dalam Indonesia Sehat 2010,
lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya
keadaansehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih,
sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat,
perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya
kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilainilai budaya bangsa. Selain lingkungan, perilaku masyarakat Indonesia Sehat
2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi
diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat

(Yuddi,2008).

Selanjutnya

kemampuan

masyarakat

yang

diharapkan pada masa depan adalah yang mampu menjangkau pelayanan


kesehatan yang bermutu tanpa adanya hambatan, baik yang bersifat ekonomi,
maupun non ekonomi (Yuddi,2008). Diharapkan dengan terwujudnya

lingkungan dan perilaku sehat serta meningkatnya kemampuan masyarakat


tersebut diatas, derajat kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat dapat
ditingkatkan secara optimal (Yuddi,2008).
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu,
keluarga , kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan
proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Riyadi,
2007).
Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat terfokus pada
peningkatan kesehatan dalam kelompok masyarakat (Naomi, 2002). Untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat dimulai dari individu,
kelompok sampai tingkat RT dan RW. Kondisi lingkungan di RW 02
merupakan daerah dataran tinggi, kelembaban udara yang tinggi dan perilaku
pembuangan sampah yang kurang tertib sehingga memungkinkan terjadinya
penyakit yang berbasis pada lingkungan seperti ISPA, diare, TB paru dan
lainnya. Untuk melaksanakan tugas tersebut dibutuhkan seorang perawat yang
kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, untuk
mendapatkan hasil yang optimal dibutuhkan pengalaman selain pengetahuan.
Salah satu cara memperoleh pengalaman adalah melalui praktik keperawatan
komunitas di RT 01 RW 02 Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak Kota
Surabaya.

1.2

Tujuan Penulisan

1.2.1

Tujuan Umum
Menerapkan konsep keperawatan komunitas guna meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, sehingga tercapai derajat

kesehatan yang optimal bagi masyarakat di RT 01 RW 02 Kelurahan


Kedung Cowek Kecamatan Bulak Kota Surabaya.
1.2.2

Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas di RT 01 RW 02
Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak Kota Surabaya selama 6
minggu diharapkan mahasiswa dapat :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang ada di
RT 01 RW 02 Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak
b. Merumuskan alternatif untuk memecahkan masalah yang telah
teridentifikasi
c. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
peningkatan derajat kesehatan dan pencegahan penyakit di RT 01
RW 02 Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak
d. Menanamkan perilaku sehat melalui kegiatan pendidikan kesehatan
pada masyarakat di RT 01 RW 02 Kelurahan Kedung Cowek
Kecamatan Bulak
e. Mengevaluasi dan merumuskan rencana tindak lanjut untuk
mengatasi masalah kesehatan yang ada di RT 01 RW 02
Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak

10

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Kesehatan Utama

Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang


merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang
sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif
dari masyarakat. Peran serta aktif masyarakat bersama tim kesahatan
diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi serta
memecahkan masalah tersebut (Stanhope, 2004).
Menurut Helvie Tanggung jawab perawat dalam sistem pelayanan
kesehatan utama adalah:
1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan
implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan.
2. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga dan individu.
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan tehnik self care pada masyarakat.
4. Memberikan bimbingan dan dukungan pada petugas pelayanan kesehatan
dan kepada masyarakat.

11

12

5.

Koordinasi

kegiatan

kebijaksanaan

tentang

kesehatan

masyarakat.Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan


dalam praktek keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien
dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi,
2007).
1. Individu sebagai klien

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh


dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat
pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan
dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan
spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/ klien
(Riyadi, 2007).
2. Keluarga sebagai klien

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat


secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam
fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia
dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu
kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai,
harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2007).
3. Masyarakat sebagai klien

Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat


istiadat tetentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu
indentitas bersama (Riyadi, 2007).

13

Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/


kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan
tersier. Oleh

karenanya

pendidikan

masyarakat tentang kesehatan dan

perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong semangat


untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam
menciptakan derajat kesehatan yang optimal (Naomi, 2002).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai
subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil
keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan
kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan
meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).
2.2 Konsep Keperawatan Komunitas

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian


integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan
spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat
baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan
serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan
utama (Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai
kemampuan hidup sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan
wewenang, tanggung jawab serta etika profesi keperawatan (Riyadi, 2007).
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan
interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang

14

tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area
atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai
interest yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut Kontjaraningrat Komunitas adalah sekumpulan manusia yang
saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Dalam rapat kerja
keperawatan kesehatan masuyarakat (1990) dijelaskan bahwa keperawatan
komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan
antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health) dengan
dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui
proses keperawatan (Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak, 2005).
Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu
institusi yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Naomi,
2002). Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa
prinsip, yaitu:

1. Kemanfaatan

Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat


yang besar bagi komunitas (Riyadi, 2007). Intervensi atau pelaksanaan
yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian
(Mubarak, 2005).

15
2. Kerjasama

Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat


berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas
sektoral (Riyadi, 2007).
3. Secara langsung

Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan


intervensi, klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial,
ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan
(Riyadi, 2007).
4. Keadilan

Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau


kapasitas dari komunitas itu sendiri (Riyadi, 2007). Dalam pengertian
melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau
kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).
5. Otonomi

Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau


melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan
masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam
perawatan kesehatan masyarakat adalah :
1. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan


dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan
bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan (Naomi, 2002).

16

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan


kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat (Yuddi, 2008). Menurut
Notoatmodjo pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep
pendidikan di dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005).
2. Proses kelompok (Group Process)

Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok


masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di
dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus. Menurut
Nies dan Mc.Ewan (2001), perawat spesialis komunitas dalam
melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status
kesehatan

masyarakat

dapat

menggunakan

alternatif

model

pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial


atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan
kesehatan

masyarakat

yang

relevan,

maka

penulis

mencoba

menggunakan pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model


pengembangan masyarakat (community development) (Palestin,
2007).
3. Ker asama atau kemitraan (Partnership)\

Kemitraan adalah hubungan atau ker a sama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
atau

memberikan

manfaat

(Depkes

RI,

2005).

Partisipasi

klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif


diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada
peningkatan

kesehatan

dan

kese

ahteraan

(Palestin,

2007).

Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan

17

masyarakat

digambarkan

dalam

bentuk

garis

hubung

antara

komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian


perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masingmasing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan
kesehatan masyarakat (Palestin, 2007).
4. Pemberdayaan (Empowerment)

Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai


proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk
interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya
dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri
untuk

membentuk

pengetahuan

baru

(Palestin,

2007).

Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan


kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat.
Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upayaupaya
untuk

meningkatkan

kapasitas,

kepemimpinan

dan

partisipasi

masyarakat (Palestin, 2007).


Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai
masalah kesehatan atau perawatan (Nasrul Effendy, 2008), sasaran ini terdiri
dari :
1. Individu

Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh


dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada
individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya
mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang
kemauan menuju kemandirian pasien/klien (Riyadi, 2007).

18
2. Keluarga

Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat


secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat
pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa
aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi
diri (Riyadi,2007).

3. Kelompok khusus

Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai


kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan
(Mubarak, 2005).
4. Tingkat Komunitas

Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga


dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan
untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah binaan. Pada
tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan
mamandang komunitas sebagai klien (Stanhope, 2004).
2.3 Peran Perawat Komunitas (Provider Of Nursing Care)

Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat


diantaranya adalah :
1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)

19

Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah


keperawatan

yang

ada,

merencanakan

tindakan

keperawatan,

melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan


yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat (Helvie, 2000).
2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)

Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,


kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di
masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku
sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal (Helvie, 2000).
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun
hubungan

interpersonal

yang

baik

dan

untuk

meningkatkan

perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional


dan intelektual (Mubarak, 2005).
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses
keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji
kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar.
Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi
pengajaran.

Selama

pelaksanaan

perawat

menerapkan

strategi

pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah


didapat (Mubarak, 2005).
3. Sebagai Panutan (Role Model)

Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh


\\yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga,

20

kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat


yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat (Helvie, 2000).
4. Sebagai pembela (Client Advocate)

Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat


komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan
fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat
(Helvie, 2000). Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak
klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik
untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi
hak-hak klien (Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi
dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal
lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed
Concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya
(Mubarak, 2005). Tugas yang lain adalah mempertahankan dan
melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan
dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas
kesehatan (Mubarak, 2005).
5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola


berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat
sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya (Helvie, 2000).
6. Sebagai kolaborator

Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara


bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi,

21

ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat


proses penyembuhan klien (Mubarak, 2005). Tindakan kolaborasi atau
kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang
lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat
penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Helvie,
2000).
7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)

Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah


menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.
Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami
perbaikan kondisi kesehatan (Helvie, 2000).
8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)

Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang


terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul
serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,
pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data (Helvie,
2000).
9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)

Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,


merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien (Mubarak, 2005). Pelayanan dari semua
anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak
profesional (Mubarak, 2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent

and Leader)

22

Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang


berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat
perubahan

pada

dirinya

atau

pada

sistem.

Marriner

torney

mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan


masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah,
menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,
mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan
mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari
proses perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase ini
(Mubarak, 2005).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari
perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga
perubahan seperti : pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku
yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005)
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care

Provider And Researcher)


Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada

masyarakat

yang

meliputi

pengkajian,

perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah


yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah
kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat
komunitas (Helvie, 2000).

2.4 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Komunitas

23
1. Pengkajian

Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap


dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis,
sosial elkonomi, maupun spiritual dapat ditentukan (Mubarak, 2005).
Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah
kesehatan masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak, 2005).
a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi


mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat
ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak, 2005).
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Wawancara atau anamnesa

Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang


berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga
pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah
kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah,
terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami oleh pasien atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil
wawancara

atau

anamnesa

keperawatan (Mubarak, 2005).


2) Pengamatan

dicatat

dalam

format

proses

24

Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi


aspek fisik, psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka
menegakkan diagnosa keperawatan. Pengamatan dilakukan dengan
menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam format
proses keperawatan (Mubarak, 2005).
3) Pemeriksaan fisik

Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan


keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga,
maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu
menegakkan diagnosa keperawatan dengan cara Inspeksi, Perkusi,
Auskultasi dan Palpasi (Mubarak, 2005).
b. Pengolahan data

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah


pengolahan data denga cara sebagai berikut :
1) Klasifikasi data atau kategori data
2) Penghitungan prosentase cakupan dengan menggunakan
Telly
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data

c. Analisis data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data
dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang
dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau
masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah
kesehatan atau masalah keperawatan (Mubarak, 2005).

25
c. Penentuanmasalah atau perumusan masalah kesehatan

Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan


dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus
dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi.
Namun demikian masalah yang telah dirumuskan tidak
mungkin diatasi sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas
masalah (Mubarak, 2005).
d. Prioritas masalah

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat


dan keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor
sebagai kriteria diantaranya adalah (Mubarak, 2005):
1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Tersedianya sumberdaya masyarakat
6) Aspek politis
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis
komunitas sesuai dengan prioritas (penapisan) yang digunakan
dalam keperawatan komunitas adalah format penapisan
menurut Stanhope
2. Diagnosis keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah


kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah
masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian (ANA). Jadi
diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan

26

pasti tentang status dan masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan
tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan
ditetapkan

berdasarkan

masalah

yang

ditemukan.

Diagnosa

keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status kesehatan


masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkinterjadi
(potensial) (Mubarak, 2005). Diagnosa keperawatan mengandung
komponen utama yaitu problem (masalah), etiologi (penyebab), sign
atau symtom (tanda gejala) (Mubarak, 2005).
3. Perencanaan keperawatan.

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan


keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien (Pusdiklat DJJ Keperawatan). Jadi
perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun
berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana
keperawatan yang disusun harus mencakup perumusan tujuan, rencana
tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk
menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2005).
4. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan


keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan
anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak
Puskesmas, Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005).
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi
pada keperawatan komunitas adalah :
a. Inovative

27

Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan


luas dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman
dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2005).
b. Integrated

Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama


dengan sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga,
kelompok

dan masyarakat

berdasarkan

azas

kemitraan

(Mubarak, 2005).

c. Rasional

Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan


keperawatan harus menggunakan pengetahuan secara rasional
demi tercapainya rencana program yang telah disusun
(Mubarak, 2005).
d. Mampu dan mandiri

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai


kemampuan dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan
keperawatan serta kompeten (Mubarak, 2005).
e. Ugem

Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas


kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa
asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam
melaksanakan implementasi yang menjadi fokus adalah :
program kesehatan komunitas dengan strategi : komuniti

28

organisasi dan partnership in community (model for nursing


partnership) (Mubarak, 2005).
5. Evaluasi atau Penilaian

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan


keperawatan.

Keberhasilan

proses

dapat

dilihat

dengan

membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses


tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam
perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan
masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau
dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Kegiatan yang dilakukan
dalam penilaian menurut Nasrul Effendi, 1998 :
a. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
b. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian sampai dengan pelaksanaan.
c.

Hasil

penilaian

keperawatan

digunakan

sebagai bahan

perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi.


Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa
evaluasi dilakukan dengan melihat respon komunitas terhadap program
kesehatan. Macam evaluasi : formatif dan sumatif, input procces dan
out put (Mubarak, 2005).

29

BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Tabulasi Data Demografi
No
1
2
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
0-<5
6-<12
13-<20
21-<35
36-<44
45-<59
60-<74
75-<90
>90

Jumlah (Orang)
25
25

Presentasi (%)
50
50

Jumlah (Orang)
4
6
10
14

Presentasi (%)
8
12
20
28

12
2
2

24
4
4

No Hubungan Dalam keluarga


1
Kepala Keluarga
2
Anggota Keluarga

Jumlah (Orang)
15
35

Presentasi (%)
30
70

No
1
2
3

Status Kawin
Kawin
Tidak Kawin
Janda/Duda

Jumlah (Orang)
22
23
5

Presentasi (%)
44
46
10

No
1
2
3
4
5
6

Agama
Islam
Kristen
Hindu
Budha
Konghucu
Lain-lain

Jumlah (Orang)
50
0
0
0
0
0

Presentasi (%)
100
0
0
0
0
0

No
1
2
3

Suku
Jawa
Madura
Lain-lain

Jumlah
43
7
0

Presentasi
86
14
0

No
1
2

Pendidikan
TS
TK

Jumlah (Orang)
12
4

Presentasi (%)
24
8

30

3
4
5
6
7

SD
SMP
SMA
PT
Non Formal

23
10
1

46
20
2

No
1
2
3
4
5
6
7
8

Pekerjaan
PNS/TNI/Polri
Pegawai Swasta
Wiraswata
Petani
Buruh (pbr/tani)
Nelayan
Tidak Bekerja
Lain-lain

Jumlah (Orang)
0
7
2
0
0
6
35

Presentasi (%)
0
14
4
0
0
12
70

No
1
2
3

Pendapatan
<1 jt
1-<3 jt
3 jt

Jumlah (KK)
6
8
1

Presentasi (%)
42.86
57.14
7

No
1
2
3

Pengeluaran
<1 jt
1-<3 jt
3 jt

Jumlah (KK)
5
9
1

Presentasi (%)
33.33
60
7

Jumlah (Orang)

Presentasi (%)

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
14

8
9
10
11

Status Kesehatan
Penyakit 6 bulan terakhir
(tiap anggota keluarga)
ISPA
TBC
HT
Jantung
Ginjal
Stroke
DM
DHF
Diare
Gatal-gatal
Gangguan Jiwa
Lain-lain

II.

Kelompok Usia

I.

No
1
2
3
4
5
6
7

31

1. Pasangan Usia Subur

No
1
2
3
4
5
6
7

KB
IUD
Pil
Suntik
Kondom
Implan
MOW
MOP

Jumlah (Orang)
0
0
6
0
0
0
0

Presentasi (%)
0
0
100
0
0
0
0

No
1
2

Keluhan
Ya
Tidak

Jumlah (Orang)
2
4

Presentasi (%)
33
66.67

No
1
2
3

Alasan Tidak KB
Takut
Dilarang
Lain-lain

Jumlah (Orang)
0
0
8

Presentasi (%)
0
0
100

2. BALITA

No
1
2
3

BB di KMS
Hijau
Kuning
Merah

Jumlah (Orang)
4

Presentasi (%)
100

No
1
2

ASI Eksklusif
Ya
Tidak

Jumlah (Orang)
1
3

Presentasi (%)
25
75

No
1
2
3

Imunisasi Dasar
Lengkap
Belum Lengkap
Tidak Lengkap

Jumlah (Orang)
1
3

Presentasi (%)
25
0
75

No
1
2
3

Posyandu
Rajin
Tidak Rajin
Tidak Pernah

Jumlah (Orang)
2
2

Presentasi (%)
50
50

32

No
1

Vitamin A
Rajin

Jumlah (Orang)
2

Presentasi (%)
50

Tidak Rajin

50

Tidak Pernah

No
1

MP ASI
< 6 bulan

Jumlah (Orang)
1

Presentasi (%)
25

>6 Bulan

75

3. Anak Sekolah

No
1
2
3

Gizi
Baik
Cukup
Kurang

Jumlah (Orang)
5
1

Presentasi (%)
88,33
16,67

No
1
2

Imunisasi
Lengkap
Tidak Lengkap

Jumlah (Orang)
5
1

Presentasi (%)
88,33
16,67

No
1
2
3

Gosok Gigi
Rajin
Tidak Rajin
Tidak Pernah

Jumlah (Orang)
5
1

Presentasi (%)
88,33
16,67

No
1
2

Sakit Gigi
Ya
Tidak

Jumlah (Orang)
4
2

Presentasi (%)
67
33

No
1
2

Tidak Naik Kelas


Pernah
Tidak Pernah

Jumlah (Orang)

Presentasi (%)

100

Jumlah (Orang)

Presentasi (%)

4. Remaja

No
1
2
3
4
5

Kenakalan Remaja
Rokok
NAPZA
Miras
Seks Bebas
Geng Motor

33

Tidak Ada

No
1
2

Ikut Organisasi
Aktif
Tidak Aktif

10
Jumlah (Orang)
9
1

100
Presentasi (%)
90
10

5. Lansia

No
1
2
3

Posyandu
Rajin
Tidak Rajin
Tidak Pernah

Jumlah (Orang)
3
7
6

Presentasi (%)
10
13
43,75

No
1
2
3

Pemeriksaan Kesehatan
Rajin
Tidak Rajin
Tidak Pernah

Jumlah (Orang)
2
8
6

Presentasi (%)
13
50
37.50

No
1
2
3

Kegiatan Sosial
Rajin
Tidak Rajin
Tidak Pernah

Jumlah (Orang)
2
8
6

Presentasi (%)
13
50
57.50

B. DATA SUB SISTEM


1. Lingkungan Fisik (Per KK)
No.
1.
2.

Status Rumah
Sendiri
Sewa

Jumlah (KK)
15

Presentasi(%)
100

No.
1.
2.
3.

Jenis Rumah
Permanen
Semi Permanen
Tidak Permanen

Jumlah (KK)
15

Presentasi(%)
100

No.
1.
2.

Lantai
Kramik
Tidak Kramik

Jumlah (KK)
15

Presentasi(%)
100

No.
1.
2.

Ventilasi
< 10%
>10%

Jumlah (KK)
6
9

Presentasi(%)
40
60

34

No.
1.
2.

Luas rumah 8 m2/orang


Ya
Tidak

Jumlah (KK)

Presentasi(%)

15

100

No.
1.
2.
3.
4.

Sumber Air Bersih


PAM
Sumur
Sungai
Lain-lain

Jumlah (KK)
15

Presentasi(%)
100

No.
1.
2.
3.

Sumber Air Minum


Air Masak
Air Mineral
Air Tidak Dimasak

Jumlah (KK)
1
14

Presentasi(%)
6,67
93,33

No.
1.
2.
3.

Jenis Jamban
Leher Angsa
Cemplung
Tidak Punya

Jumlah (KK)
15

Presentasi(%)
100

No.
1.
2.
3.

Tempat BAB
WC
Sungai
Ladang

Jumlah (KK)
15

Presentasi(%)
100

No.
1.
2.

Jentik
Ada
Tidak

Jumlah (KK)
1
14

Presentasi(%)
6,67
93,33

No.
1.
2.
3
4.

Tempat Sampah
Ditimbun
Dibakar
Laut
TPA

Jumlah (KK)

Presentasi(%)

15

100

No.
1.
2.
3.

Saluran Limbah
Got
Sungai
Tidak Ada

Jumlah (KK)
15

Presentasi(%)
100

No.
1.
2.
3.

Binatang
Piaraan
Pengerat
Serangga

Jumlah (KK)

Presentasi(%)

15

100

35

No.
1.
2.
3.

Kandang Ternak
Bersih
Kotor
Tidak Ada

Jumlah

Presentase

15

100

2. Perilaku Terhadap Kesehatan (Per KK)

No.
1.
2.
3.
4.

Pemanfaatan Fasyankes
Rumah Sakit
Puskesmas
Klinik
Alternatif

Jumlah
0
15

Presentase
0
100

No.
1.
2.
3.

Jaminan Kesehatan
BPJS
Mandiri
Lain-lain

Jumlah
13
2

Presentase
86,67
13

No.
1.
2.

Kebiasaan CTPS
Ya
Tidak

Jumlah
7
8

Presentase
46,67
33,33

No.
1.
2.

Konsumsi Lauk Perhari


Ya
Tidak

Jumlah
6
9

Presentase
40
60

No.
1.
2.

Makan sayur dan buah perhari


Ya
Tidak

Jumlah
5
10

Presentase
33,33
67

No.
1.
2.

Tidak Merokok Dalam Rumah


Ya
Tidak

Jumlah
3
12

Presentase
20
80

No.
1.
2.

Olahraga Perhari
Ya
Tidak

Jumlah

Presentase

15

100

36

3.2
NO
1

ANALISA DATA
DATA SUBJEKTIF

MASALAH KESEHATAN

Usia Balita
Wawancara :
a. Sebagian warga
mengatakan anaknya
pernah mengalami
deman dalam 6 bulan
terakhir.

DATA OBJEKTIF

1. Jumlah balita di 1 dasawisma


sebanyak 4 anak (100%)
Perilaku cenderung beresiko
2. Sebanyak 1 anak balita (25%) di Lingkungan RT 01 RW 02
dari 4 anak mengalami
Kelurahan Kedung Cowek
demam
Surabaya berhubungan
dengan ketidakmampuan
warga dalam mengenali
masalah kesehatan.

Usia Sekolah
Wawancara:

a. Sebagian warga
mengatakan anaknya
pernah mengalami
deman dalam 6 bulan
terakhir

1. Jumlah anak usia sekolah di 1


dasawisma sebanyak 6 anak (100
%).
2. Sebanyak 2 anak usia sekolah
(33%) dari 6 anak mengalami
demam
.

37

Perilaku cenderung beresiko


di Lingkungan RT 01 RW 02
Kelurahan Kedung Cowek
Surabaya berhubungan
dengan ketidakmampuan
warga dalam mngenali
masalah.

38

3.3

Penampisan
Jumlah
skore

KRITERIA
Dx. Keperawatan
Komunitas

Sesuai dg
peran
perawat
komunitas

Jumlah
beresiko

Perilaku cenderung
beresiko di
Lingkungan RT 01
RW 02 Kelurahan
Kedung Cowek
Surabaya
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
warga dalam
mngenali
masalah(15 kk)

3.4

Besarnya Kemungkinan Minat Kemungkinan


resiko
u/ PENKES masy.
u/ diatasi
5

Planning Of Action (POA) Epilepsi

Sumber Sumber
Sumber daya Sumber
daya
daya
Sumber
peralatan daya orang
tempat waktu
dana
4

47

39

No
1.

Data

Masalah

Intervensi
Kegiatan

Hari/tanggal

DS:
Perilaku cenderung
1. Memberikan
Minggu
Berdasarkan pengkajian
beresiko di Lingkungan
penyuluhan tentang november 2016
tanggal 11 Oktober 2016 di RT 02 RW 02 Kelurahan epilepsi
Cumpat VI RT 01/RW 02 Kedung Cowek
Surabaya berhubungan
Kelurahan Kedung
dengan ketidakmampuan
Cowek, didapatkan
bahwa 2 anak usia balita warga dalam mengenali
masalah kesehatan.

Wilayah
6Cumpat II
RT 01 RW 02
Kelurahan Kedung
Cowek, Kecamatan
Bulak Surabaya.

Penanggung jawab
Emerintiana dhany
Ekowati, S.Kep

yang mengalami demam.

DO:
1. Jumlah balita di 1
dasawisma sebanyak 4
anak (100%) Sebanyak
1 anak balita (25%) dari
4 anak mengalami
demam

2.

Perilaku cenderung
1. Memberikan
beresiko di Lingkungan
penyuluhan
Berdasarkan pengkajian
RT 01 RW 02 Kelurahan
tanggal 11 Oktober 2016 di Kedung Cowek Surabaya tentang epilepsi
Cumpat VI RT 01/RW 02 berhubungan dengan
ketidakmampuan warga
Kelurahan Kedung
Cowek, didapatkan satu dalam mngenali masalah.

DS:

warga usia sekolah yang

Minggu 6
Cumpat II
Emerintiana Dhany
november 2016
Ekowati, S.Kep
RT 01 RW 02
Kelurahan Kedung
Cowek, Kecamatan
Bulak Surabaya.

40

mengalami demam

DO:
1. Jumlah anak usia
sekolah di 1 dasawisma
sebanyak 6 anak (100
%).
2. Sebanyak 2 anak usia
sekolah (33%) dari 6
anak mengalami demam

3.5

Evaluasi

Masalah

Strength

Perilaku cenderung 1. Warga RT 01 1.


beresiko di
RW
02
Lingkungan RT 02
Kelurahan
2.
RW 02 Kelurahan
Kedung
Kedung Cowek
Cowek
Surabaya
Kecamatan
berhubungan dengan
Bulak
ketidakmampuan
Surabaya
warga dalam
sangat antusias
mengenali masalah
dan merespons
kesehatan.
baik.
2. Sebagian

Weakness

Opportunity

Kurangnya pengetahuan 1. Telah


dilakukannya1.
warga tentang epilepsi
penyuluhan
tentang
epilepsi
Masih ada warga yang
kurang tepat dalam 2. Warga antusias dalam
mengatasi
masalah
kegiatan penyuluhan
kesehatan yang sedang
tentang epilepsi
dihadapi.

Threathened
Kurangnya
1.
pengetahuan
warga tentang 2.
epilepsi

Tindak Lanjut
Menghimbau warga untuk
menjaga pola hidup sehat
Menghimbau warga untuk
tetap
rutin
melakukan
pemeriksaan kesehatan.

41

warga merasa
senang ketika
di
beri
penyuluhan
tentang
epilepsi
3. Warga mampu
menjelaskan
pengertian,
penyebab dan
penatalaksanaa
n epilepsi

BAB 4
PENUTUP
4.1

Simpulan
Dari hasil tinjauan pustaka dan tinjauan kasus, penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut :
Masalah keperawatan komunitas yang muncul di wilayah Dasawisma RT 01
RW 02 antara lain adalah terjadi kejang demam yang bisa memicu epilepsi yang
ditandai dengan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
ketidakmampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan kurangnya
pengetahuan warga tentang kesehatan lingkungan dan dampak terhadap status
kesehatan. Implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
antara lain adalah penyuluhan kejang demam yang mengarah pada epilepsi. Pada
dasarnya kegiatan yang dilakukan mendapat dukungan dari masyarakat di
lingkungan Dasawisma RT 01 RW 02.

4.2

Saran
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, maka disarankan untuk :
1. Kader Kesehatan
Kegiatan yang sudah dilaksanakan dengan baik seperti posyandu lansia
hendaknya dapat dilaksanakan dengan secara bertahap ditingkatkan, untuk
posyandu balita dengan sistem 5 meja. Kegiatan tersebut hendaknya
dilaksanakan secara rutin dengan koordinasi pihak puskesmas.
2. Masyarakat
Peran serta dari masyarakat, Ibu-ibu PKK, tokoh masyarakat dan
pengurus RTRW perlu ditingkatkan terus dalam berbagai kegiatan dibidang
kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
Antara lain Ibu-ibu balita aktif membawa balitanya mengikuti kegiatan
posyandu balita, lansia aktif, warga aktif mengadakan kerja bakti bersih
lingkungan dan Ibu-ibu PKK aktif menjaga kebersihan dan kesehatan rumah.

42

43

3. Puskesmas

Diharapkan adanya bantuan dana dan prasarana, serta supervisi dari


pihak puskesmas yang berkesinambungan untuk memantau kegiatan
kesehatan yang dilakukan oleh warga RT 01 RW 02 Kelurahan Kedung
Cowek Kecamatan Bulak Surabaya.
4. Mahasiswa Stikes Hang Tuah Surabaya

44

Kegiatan praktek komunitas dan keluarga yang telah dilaksanakan di Dasawisma RT 04


RW 02 perlu ditindak lanjuti oleh mahasiswa angkatan berikutnya untuk
mempertahankan dan mengoptimalkan hal-hal yang telah dicapai serta menindak
lanjuti hal-hal yang belum tercapai.DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2008). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC.
Dep Kes RI, (2010). Diet Rendah garam, Pozi Pusat Dep Kes RI, Jakarta.
Doengoes, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Goonasekera CDA, Dillon MJ. (2003). The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford:
Oxford University Press.
Johnson, M., et all. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River.
Imam, S dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media: Malang.
Mansjoer Arief. (2010). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media
Mc Closkey, C.J., et all. (1996). Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
Santosa, Budi. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika.
Smeltzer, Suzanne; and Benda G Bare. (2008), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC.
Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo: Jakarta.

45

Soeparman dkk. (2007). Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI:


Jakarta.Lampiran 1
PRE PLANNING
KEGIATAN PENYULUHAN PADA KOMUNITAS DASAWISMA DENGAN
EPILEPSI DI RT 01 RW 02
KELURAHAN KEDUNG COWEK
KECAMATAN BULAK
SURABAYA

DISUSUN OLEH
EMERINTIANA DHANY EKOWATI
1630019

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

46

2016/2017KEPERAWATAN KOMUNITAS
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES HANG TUAH SURABAYA
2016

Pokok Bahasan
Sub Bahasan
Sasaran
Metode
Media
Waktu
Hari dan Tanggal
Tempat
Pukul

: Epilepsi
: Perawatan Epilepsi
: Orang Tua klien (Anak)
: Ceramah dan Diskusi
: Leaflet Epilepsi
: 30 menit
: Minggu 6 November 2016
: Gang 2 RT 1 RW 02 Kelurahan Kedung Cowek
Kecamatan Bulak Surabaya.
: 19.00-19.30 WIB

Latar Belakang
Epilepsi atau yang biasa dikenal dengan istilah penyakit ayan oleh
masyarakat Indonesia dianggap sebagai penyakit menular yang tidak dapat
disembuhkan dan disebabkan oleh kekuatan gaib maupun gangguan jiwa. Kata
epilepsi berasal dari bahasa Yunani yakni epilepsia yang berarti serangan. Epilepsi
merupakan manifestasi gangguan otak dengan berbagai etiologi namun dengan
gejala tunggal yang khas, yaitu serangan berkala yang disebabkan oleh lepasnya
muatan listrik neuron kortikal secara berlebihan. Epilepsi terdiri dari berbagai
jenis serangan, hal ini belum diketahui secara luas oleh masyarakat awam.
Epilepsi juga merupakan penyakit yang memerlukan pengobatan yang cukup lama
bahkan bisa seumur hidup (Nurochman, 2013 dalam Setiaji, 2014).
Data epilepsi yang dihimpun dari 108 negara mencakup 85,4% dari populasi
dunia terdapat 43.704.000 orang menderita epilepsi. Rata-rata jumlah orang
penderita epilepsi per 1000 penduduk 8,93 dari 108 negara responden. Jumlah
orang penderita epilepsi per 1000 penduduk berbeda-beda di setiap regional.
Sementara itu data di regional Amerika dan Afrika di dapatkan 12,59 dan 11,29.
Data di regional Asia Tenggara di dapatkan sebesar 9,97. Sedangkan data sebesar
8,23 didapatkan di regional Eropa. Jumlah rata-rata orang epilepsi per 1000
penduduk berkisar dari 7,99 di negara-negara berpendapatan tinggi dan 9,50 di
negara-negara berpendapatan rendah (WHO,2010). Angka prevalensi penderita
1.

47

epilepsi aktif berkisar antara 4-10 per 1000 penderita epilepsi (Beghi dan Sander,
2008). Bila jumlah penduduk Indonesia berkisar 220 juta, maka diperkirakan
jumlah penderita epilepsi baru 250.000 per tahun. Dari berbagai studi
diperkirakan prevalensi epilepsi berkisar antara 0,5-4%. Rata-rata prevalensi
epilepsi 8,2 per 1000 penduduk. Prevalensi epilepsi pada bayi dan anak-anak
cukup tinggi, menurun pada dewasa muda dan pertengahan, kemudian meningkat
lagi pada kelompok usia lanjut (PERDOSSI, 2011 dalam Setiaji, 2014).
Epilepsi merupakan suatu gangguan neurologik klinis yang sering dijumpai.
Di dalam otak kita terdapat neuron atau sel-sel saraf. Sel saraf merupakan bagian
dari sistem saraf yang berfungsi sebagai pengatur kesadaran, kemampuan berpikir,
gerak tubuh, dan sistem panca indera kita. Tiap sel saraf saling berkomunikasi
dengan menggunakan impuls listrik. Kejang terjadi ketika impuls listrik tersebut
mengalami gangguan sehingga menyebabkan perilaku atau gerakan tubuh yang
tidak terkendali. Perlu diketahui bahwa epilepsi bukanlah merupakan suatu
penyakit, melainkan suatu kumpulan gejala. Gejala yang paling umum adalah
adanya kejang, karena itu epilepsi juga sering dikenal sebagai penyakit kejang.
Epilepsi dapat menimbulkan komplikasi berupa status epileptikus. Status
epileptikus terjadi ketika penderita mengalami kejang selama lebih dari lima
menit atau mengalami serangkaian kejang pendek tanpa kembali sadar di antara
kejang. Status epiliptikus dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak,
bahkan kematian (Purba, 2008).
Hingga kini memang belum ada obat atau metode yang mampu
menyembuhkan kondisi ini secara total. Meski begitu, obat anti epilepsi atau OAE
mampu mencegah terjadinya kejang, sehingga penderita dapat melakukan
aktivitas sehari-hari secara normal dengan mudah dan aman. Selain obat-obatan,
penanganan epilepsi juga perlu ditunjang dengan pola hidup yang sehat, seperti
olahraga secara teratur, serta mengonsumsi makanan yang mengandung gizi
seimbang (Rudolph, 2007).
2. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang penyakit epilepsi
dan perawatan epilepsi selama di rumah sakit maupun di rumah, orang tua
klien (anak) mengerti mengenai penyakit epilepsi dan dapat mengetahui cara
perawatan yang perlu diberikan kepada anak yang menderita epilepsi baik
selama di rumah sakit maupun di rumah.
3.

Tujuan Intruksional Khusus (TUK)


a. Untuk mengetahui definisi penyakit epilepsi.

48

b. Untuk mengetahui etiologi penyakit epilepsi.


c. Untuk mengetahui klasifikasi dan tanda gejala penyakit epilepsi.
d. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit epilepsi.
e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit epilepsi.

Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit epilepsi.


g. Untuk mengetahui komplikasi penyakit epilepsi.
h. Untuk mengetahui pencegahan penyakit epilepsi.
f.

i.

Sasaran
Warga RT 01 RW 02 Kelurahan Kedung Cowek

j.

Materi
Terlampir

k.

Metode
Ceramah dan diskusi

l.

Media
Leaflet

m. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria Struktur
1) Kesiapan Materi
2) Kesiapan SAP
3) Kesiapan media : leaflet
4) Ibu atau keluarga klien dapat hadir, minimal 1 orang.
5) Kegiatan dilakukan di RT 01 RW 02 kelurahan Kedung Cowek

Surabaya.
6) Pengorganisasian kegiatan dilakukan sebelum dan saat kegiatan
berlangsung.
b. Kriteria Proses
1) Ibu dan keluarga antusias terhadap materi yang diberikan.
2) Ibu dan keluarga konsentrasi dan fokus mendengarkan materi.
3) Ibu dan keluarga dapat mengajukan beberapa pertanyaan.
c. Kriteria Hasil
1) Secara verbal dapat menjelaskan definisi penyakit epilepsi.
2) Secara verbal dapat menjelaskan etiologi penyakit epilepsi.

49

3) Secara verbal dapat menjelaskan klasifikasi dan tanda gejala penyakit


4)
5)
6)
7)

epilepsi.
Secara verbal dapat menjelaskan patofisiologi penyakit epilepsi.
Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit epilepsi.
Secara verbal dapat menjelaskan komplikasi penyakit epilepsi.
Secara verbal dapat menjelaskan pencegahan penyakit epilepsi.

50

n.

Rencana Kegiatan

No.
1.

Waktu

Kegiatan Penyuluh

Pembukaan:
1. Mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri.
5 Menit 3. Menjelaskan tujuan kegiatan.
4. Menyebutkan materi yang akan

Kegiatan Audience
1.
2.
3.
4.

Menjawab salam.
Memperhatikan.
Memperhatikan.
Memperhatikan.

disampaikan.
2.

Pelaksanaan:
1. Menjelaskan definisi penyakit 1. Memperhatikan.
2. Memperhatikan.
epilepsi.
3. Memperhatikan.
2. Menjelaskan etiologi penyakit
4. Memperhatikan.
epilepsi.
5. Memperhatikan.
3. Menjelaskan klasifikasi dan 6. Memperhatikan.
7. Memperhatikan
tanda gejala penyakit epilepsi.
8. Memperhatikan
4. Menjelaskan
patofisiologi
penyakit epilepsi.
pemeriksaan
10 Menit 5. Menjelaskan
penunjang penyakit epilepsi.
6. Untuk
mengetahui
penatalaksanaan

penyakit

epilepsi.
7. Untuk mengetahui komplikasi

penyakit epilepsi.
8. Menjelaskan

pencegahan

penyakit epilepsi.
3.

Evaluasi:
1. Memberikan

kesempatan 1. Bertanya
2. Berdiskusi dan
audience untuk bertanya.
2. Memberikan konseling pada ibu
mendengarkan.
10 Menit
3. Menjawab.
dalam
masalah
perawatan
epilepsi
3. Mengajukan

beberapa

pertanyaan ke audience.
4.

5 Menit Terminasi:
1. Mengucapkan terimakasih atas

51

waktu yang telah diberikan.


2. Mengucapkan salam penutup.

1. Tersenyum.
2. Membalas salam.

52

o.

Setting Tempat

6
7

7
7

Keterangan: 4

5
4

: Pembawa acara & moderator

p.

: Penyaji

: Dokumentator

5
26
7

: Fasilitator
: Observer
: Peserta

Pengorganisasian
Penyaji

: Emerintiana Dhany Ekowati, S.Kep

Moderator

: Novita Fadjriah,S.Kep

Observer

: Prasdiana Heny,S.Kep

Fasilitator

: Yunita Dwi K,S.Kep

Dokumentator

: Marlina M , S.Kep

Surabaya, Oktober 2016


Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Pembimbing Lahan

53

EPILEPSI
Pengertian
Epilepsi adalah kejang tanpa provokasi yang terjadi dua kali atau lebih dengan
interval waktu lebih dari 24 jam. Epilepsi dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dan
gangguan yang berat misalnya malformasi kongenital, pasca infeksi, tumor, penyakit
vaskuler, penyakit degeneratif dan pasca trauma otak (Soetomenggolo, 1999;
Panayiotopoulos, 2005 ).
Epilepsi adalah suatu kelainan di otak yang ditandai adanya bangkitan epileptik
yang berulang (lebih dari satu episode). International League Against Epilepsy (ILAE)
dan International Bureau for Epilepsy (IBE) pada tahun 2005 merumuskan kembali
definisi epilepsi yaitu suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi
yang dapat mencetuskan bangkitan epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif,
psikologis, dan adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya. Definisi ini
membutuhkan sedikitnya satu riwayat bangkitan epileptik sebelumnya. Sedangkan
bangkitan epileptik didefinisikan sebagai tanda dan / gejala yang timbul sepintas
(transien) akibat aktivitas neuron yang berlebihan atau sinkron yang terjadi di otak.
1.

Klasifikasi
Epilepsi merupakan salah satu penyakit saraf kronik kejang berulang yang
muncul tanpa diprovokasi. Penyebabnya adalah kelainan bangkitan listrik jaringan saraf
yang tidak terkontrol baik sebagian maupun seluruh bagian otak. Keadaan ini bisa
diindikasikan sebagai disfungsi otak. Gangguan fungsi otak yang bisa menyebabkan
lepasnya muatan listrik berlebihan di sel neuron saraf pusat, bisa disebabkan oleh
adanya faktor fisiologis, biokimiawi, anatomis atau gabungan faktor tersebut. Tiap-tiap
penyakit atau kelainan yang dapat menganggu fungsi otak atau fungsi sel neuron diotak,
dapat menyebabkan timbulnya bangkitan kejang atau serangan epilepsi.
Untuk menentukan faktor penyebab dapat diketahui dengan melihat usia
serangan pertama kali. Misalnya : usia dibawah 18 tahun kemungkinan faktor
penyebabnya ialah trauma perinatal, kejang demam, radang susunan saraf pusat,
struktural, penyakit metabolik, keadaan toksik, penyakit sistemik, penyakit trauma
kepala, dan lain-lain.6 Bangkitan kejang juga dapat disebabkan oleh berbagai kelainan
dan macam-macam penyakit diantaranya ialah trauma lahir, trauma kapitis, radang otak,
tumor otak, perdarahan otak, gangguan peredaran darah, hipoksia, anomali kongenital
otak, kelainan degeneratif susunan saraf pusat, gangguan metabolisme, gangguan
2.

54

elektrolit, demam, reaksi toksis-alergis, keracunan obat atau zat kimia, dan faktor
hereditas
3.

Klasifikasi dan Tanda dan Gejala Epilepsi


Gejala dan tanda dari epilepsi masing-masing dibagi berdasarkan klasifikasi dari

epilepsi, yaitu :
1.

Kejang parsial
Lesi yang terdapat pada kejang parsial berasal dari sebagian kecil dari otak atau
satu hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi atau satu bagian tubuh dan
kesadaran penderita umumnya masih baik.
a. Kejang parsial sederhana
Gejala yang timbul berupa kejang motorik fokal, femnomena halusinatorik,
psikoilusi, atau emosional kompleks. Pada kejang parsial sederhana, kesadaran
penderita masih baik.
b. Kejang parsial kompleks
Gejala bervariasi dan hampir sama dengan kejang parsial sederhana, tetapi yang
paling khas terjadi adalah penurunan kesadaran dan otomatisme.

2.

Kejang umum
Lesi yang terdapat pada kejang umum berasal dari sebagian besar dari otak atau
kedua hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada seluruh bagian tubuh dan kesadaran
penderita umumnya menurun.
a. Kejang Absans
Hilangnya kesadaran sessat (beberapa detik) dan mendadak disertai amnesia.
Serangan tersebut tanpa disertai peringatan seperti aura atau halusinasi, sehingga
sering tidak terdeteksi.

b. Kejang Atonik
Hilangnya tonus mendadak dan biasanya total pada otot anggota badan, leher,
dan badan. Durasi kejang bisa sangat singkat atau lebih lama.

55

c. Kejang Mioklonik
Ditandai dengan kontraksi otot bilateral simetris yang cepat dan singkat. Kejang
yang terjadi dapat tunggal atau berulang.
d. Kejang Tonik-Klonik
Sering disebut dengan kejang grand mal. Kesadaran hilang dengan cepat dan
total disertai kontraksi menetap dan masif di seluruh otot. Mata mengalami
deviasi ke atas. Fase tonik berlangsung 10 - 20 detik dan diikuti oleh fase klonik
yang berlangsung sekitar 30 detik. Selama fase tonik, tampak jelas fenomena
otonom yang terjadi seperti dilatasi pupil, pengeluaran air liur, dan peningkatan
denyut jantung.
e. Kejang Klonik
Gejala yang terjadi hampir sama dengan kejang mioklonik, tetapi kejang yang
terjadi berlangsung lebih lama, biasanya sampai 2 menit.
f. Kejang Tonik
Ditandai dengan kaku dan tegang pada otot. Penderita sering mengalami jatuh
akibat hilangnya keseimbangan.
4.

Patofisiologi
Epilepsi adalah pelepasan muatan yang berlebihan dan tidak teratur di pusat

tertinggi otak. Sel saraf otak mengadakan hubungan dengan perantaraan pesan listrik
dan kimiawi. Terdapat keseimbangan antara faktor yang menyebabkan eksitasi dan
inhibisi dari aktivitas listrik (Sankar dkk., 2005; Rho dan Stafstron, 2012). Pada saat
serangan epilepsi yang memegang peranan penting adalah adanya eksitabilitas pada
sejumlah neuron atau sekelompok neuron, yang kemudian terjadi lepas muatan listrik
secara serentak pada sejumlah neuron atau sekelompok neuron dalam waktu bersamaan,
yang disebut sinkronisasi. Terjadinya lepas muatan listrik pada sejumlah neuron harus
terorganisir dengan baik dalam sekelompok neuron serta memerlukan sinkronisasi.
Epilepsi dapat timbul karena 10 ketidakseimbangan antara eksitasi dan inhibisi serta
sinkronisasi dari pelepasan neural (Christensen dkk., 2007; Kleigman, 2005). Terdapat
berbagai teori patofisiologi epilepsi, di antaranya adalah sebagai berikut:

56

1. Ketidakseimbangan antara eksitasi dan inhibisi


Kejang parsial dan kejang parsial menjadi umum disebabkan oleh karena
ketidakseimbangan antara eksitasi dan inhibisi di otak. Eksitasi berlebihan
mengakibatkan letupan neuronal yang cepat saat kejang. Luaran sinyal yang
dikeluarkan dari neuron yang meletup cepat merekrut sistem neuronal yang
berhubungan melalui sinap, sehingga terjadi pelepasan yang berlebihan. Sistem
inhibisi juga diaktifkan saat kejang, akan tetapi tidak cukup untuk mengontrol
eksitasi yang berlebihan, sehingga timbul kejang (Rho dan Stafstron, 2012; Widjaja,
2004).
2. Mekanisme sinkronisasi
Bertambahnya sinkronisasi adalah ciri khas pelepasan epileptik. Tunas serat-serat
aksonal dari neuron eksitatorik dari pembentukan hubungan sinaptik eksitatorik yang
berulang-ulang serta timbal balik positif dan bertambahnya hubungan dengan sirkuit
ini mengakibatkan eksitasi sinaps yang berulang dan perubahan konsentrasi ion
ekstraseluler. Hal ini menyokong pelepasan sinkronisasi. Ciri khas dari semua tipe
aktivitas epilepsi adalah bertambahnya sinkronisasi neuronal. Pada saat kejang, sel
otak meletup dalam pola hubungan bersamaan. Pada umumnya, saluran natrium dan
kalsium menengahi eksitasi neuronal, sedangkan saluran kalium dan klorida
menstabilkan letupan neuronal (Clark dan Wilson, 1997; Rho dan Stafstron, 2012).
3. Epileptogenesis
Trauma otak dapat mengakibatkan epilepsi setelah interval latensi bebas dari kejang.
Anoksia-iskemia, trauma, neurotoksin, dan trauma lain secara selektif dapat
mengenai subpopulasi sel tertentu. Bila sel ini mati, akson-akson dari neuron yang
hidup mengadakan tunas untuk berhubungan dengan neuron diferensiasi parsial.
Sirkuit yang sembuh cenderung untuk mudah terangsang (hiperexcitable) karena
mudah rusaknya dari interneuron penghambat (Widjaja, 2004; Rho dan Stafstron,
2012).
Penyebab spesifik dan faktor-faktor komorbiditas terjadinya epilepsi sebagai berikut:
(Kleigman, 2005; Christensen dkk., 2007).

57

a. Kelainan yang terjadi selama perkembangan janin atau kehamilan ibu, seperti ibu
meminum obat-obat tertentu yang dapat merusak otak janin, mengalami infeksi,
minum alkohol, atau mengalami cidera.
b. Kelainan yang terjadi pada saat kelahiran, seperti kurangnya oksigen ke otak
(hipoksia), kerusakan karena tindakan saat kelahiran (vakum dan forcep).
c. Cidera kepala yang dapat mengakibatkan kerusakan pada otak.
d. Tumor otak merupakan penyebab epilepsi yang tidak umum terutama pada anakanak.
e. Penyumbatan pembuluh darah otak atau kelainan pembuluh darah otak.
f. Radang atau infeksi pada otak atau selaput otak.
g. Penyakit

keturunan

neurofibromatosis

seperti

dapat

fenilketonuria

menyebabkan

(FKU),

tuberosklerosis

kejang-kejang

yang

dan

berulang.

Kecendrungan timbulnya epilepsi yang diturunkan. Hal ini disebabkan karena


rangsang serangan yang lebih rendah dari nornal diturunkan pada anak.

5.
1.

2.

Penatalaksanaan
Tatalaksana fase akut (saat kejang)
Tujuan pengelolaan pada fase akut adalah mempertahankan oksigenasi otak yang
adekuat, mengakhiri kejang sesegera mungkin, mencegah kejang berulang, dan
mencari faktor penyebab. Serangan kejang umumnya berlangsung singkat dan
berhenti sendiri. Pengelolaan pertama untuk serangan kejang dapat diberikan
diazepam per rektal dengan dosis 5 mg bila berat badan anak < 10 kg atau 10 mg
bila berat badan anak > 10 kg. Jika kejang masih belum berhenti, dapat diulang
setelah selang waktu 5 menit dengan dosis dan obat yang sama. Jika setelah dua
kali pemberian diazepam per rektal masih belum berhenti, maka penderita
dianjurkan untuk dibawa ke rumah sakit.
Pengobatan epilepsi
Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah membuat penderita epilepsi terbebas
dari serangan epilepsinya. Serangan kejang yang berlangsung mengakibatkan
kerusakan sampai kematian sejumlah sel-sel otak. Apabila kejang terjadi terus
menerus maka kerusakan sel-sel otak akan semakin meluas dan mengakibatkan

58

menurunnya kemampuan intelegensi penderita. Karena itu, upaya terbaik untuk


mengatasi kejang harus dilakukan terapi sedini dan seagresif mungkin.
Pengobatan epilepsy dikatakan berhasil dan penderita dinyatakan sembuh
apabila serangan epilepsi dapat dicegah atau dikontrol dengan obat-obatan
sampai pasien tersebut 2 tahun bebas kejang. Secara umum ada tiga terapi
epilepsi, yaitu :
a. Terapi medikamentosa
Merupakan terapi lini pertama yang dipilih dalam menangani penderita
epilepsi yang baru terdiagnosa. Jenis obat anti epilepsi (OAE) baku yang
biasa diberikan di Indonesia adalah obat golongan fenitoin, karbamazepin,
fenobarbital, dan asam valproat. Obat-obat tersebut harus diminum secara
teratur agar dapat mencegah serangan epilepsi secara efektif. Walaupun
serangan epilepsi sudah teratasi, penggunaan OAE harus tetap diteruskan
kecuali ditemukan tanda-tanda efek samping yang berat maupun tanda-tanda
keracunan obat. Prinsip pemberian obat dimulai dengan obat tunggal dan
menggunakan dosis terendah yang dapat mengatasi kejang.
b. Terapi bedah
Merupakan tindakan operasi yang dilakukan dengan memotong bagian yang
menjadi fokus infeksi yaitu jaringan otak yang menjadi sumber serangan.
Diindikasikan terutama untuk penderita epilepsi yang kebal terhadap
pengobatan. Berikut ini merupakan jenis bedah epilepsi berdasarkan letak
fokus infeksi.
1) Lobektomi temporal
2) Eksisi korteks ekstratemporal
3) Hemisferektomi
4) Callostomi
c. Terapi nutrisi
Pemberian terapi nutrisi dapat diberikan pada anak dengan kejang berat yang
kurang dapat dikendalikan dengan obat antikonvulsan dan dinilai dapat
mengurangi toksisitas dari obat. Terapi nutrisi berupa diet ketogenik
dianjurkan pada anak penderita epilepsi. Walaupun mekanisme kerja diet
ketogenik dalam menghambat kejang masih belum diketahui secara pasti.
tetapi ketosis yang stabil dan menetap dapat mengendalikan dan mengontrol
terjadinya kejang. Hasil terbaik dijumpai pada anak prasekolah karena anakanak mendapat pengawasan yang lebih ketat dari orang tua di mana

59

efektivitas diet berkaitan dengan derajat kepatuhan. Kebutuhan makanan


yang diberikan adalah makanan tinggi lemak. Rasio kebutuhan berat lemak
terhadap kombinasi karbohidrat dan protein adalah 4:1. Kebutuhan kalori
harian diperkirakan sebesar 7580 kkal/kg. Untuk pengendalian kejang yang
optimal tetap diperlukan kombinasi diet dan obat antiepilepsi.
Komplikasi
Epilepsi pada anak di artikan sebagai kejang berulang tanpa adanya demam kecil
kemungkinan epilepsy timbul setelah kejng demam. Sekitar 2 4 anak kejang demam
dapat menimbulkan epilepsy, tetapi bukan karena kejang demam itu sendiri kejang
pertama kadang di alami oleh anak dengan epilepsy pada saat mereka mengalami
demam. Namun begitu antara 95 98 % anak yang mengalami kejang demam tidak
menimbulkan epilepsy.
Komplikasi yang paling umum dari kejang demam adalah adanya kejang demam
berulang. Sekitar 33% anaka akan mengalami kejang berulang jika ,ereka demam
kembali. Sekitar 33% anka akan mengalami kejang berulang jika mereka demam
kembali resiko terulangnya kejang demam akan lebih tinggi jika :
1. Pada kejang yang pertama, anak hanya mengalami demam yang tidak terlalu tinggi.
2. Jarak waktu antara mulainya demam dengan kejang yang sempit. Ada faktor turunan
dari ayah ibunya.
7.
Pencegahan
a.
Pencegahan Primordial
6.

Pencegahan primordial yaitu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi


terhadap epilepsi dimana belum tampak adanya faktor yang menjadi risiko. Hal yang
dapat dilakukan adalah pendidikan kepada masyarakat luas, diberi informasi mengenai
sifat, penyebab, dan cara pencegahan. Upaya ini dimaksudkan dengan memberikan
kondisi pada masyarakat yang memungkinkan pencegahan terjadinyaepilepsi yang
dapat dilakukan melalui pendekatan kepada masyarakat atau perorangan.
b.

Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan dengan pencegahan terhadap faktor risiko yang

tampak pada individu atau masyarakat. Pencegahan Primer penyebab epilepsi adalah
sebagai berikut:

60

a)

Mencegah terjadinya cedera di kepala. Hal ini sangat efektif untuk mencegah
terjadinya epilepsi. Misalnya dengan cara memakai alat pelindung diri di kepala
jika pekerjaan yang dilakukan beresiko untuk mengalami cedera kepala.

b) Merawat kehamilan saat perinatal dengan baik sehingga dapat mengurangi kasus
baru epilepsi yang disebabkan oleh cedera saat lahir.
c)

Mengutamakan sanitasi lingkungan agar terhindar dari bakteri atau virus yang dapat
menyerang otak.

c.

Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan pencegahan terhadap penderita yang

mengalami suatu penyakit agar tidak memperburuk kondis individu atau masyarakat.
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara:
a)

Minum obat anti epilepsi (OAE) secara teratur dan taat sesuai dengan serangan
epilepsi yang diderita.

b) Menghindari faktor-faktor pencetus serangan seperti alkohol, cahaya, stres, dan


lainnya.
c)

Tidak mengemudikan kendaraan bermotor selama penderita masih minum obatobatan anti- konvulsan.

d) Makan dengan teratur dan istrahat yang cukup.

d.

Pencegahan Tersier
Tujuan utama adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut dan mencegah

cacat/kelumpuhan karena penyakit epilepsi. Pencegahan tersier penyakit epilepsi


adalah :
a.

Rehabilitasi medik/Terapi Antikonvulsan

b.

Pembedahan.

Pembedahan

penatalaksanaan medis.

dilakukan

untuk

pasien

yang

gagal

dengan

61

LEMBAR EVALUASI KEGIATAN PENYULUHAN

NO.

1.
2.

ASPEK YANG DINILAI


Menjelaskan pengertian Epilepsi

Menjelaskan Klasifikasi Epilepsi

Menjelaskan
Epilepsi

tanda

Menjelaskan
tindakan
yang
dilakukan pada penderita Epilepsi

Menjelaskan
Epilepsi

cara

dan

gejala

pencegahan

EVALUASI
PRE

POST

62

DAFTAR HADIR KEGIATAN

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Nama

Tanda Tangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

63

DAFTAR PUSTAKA
Purba. J. S. 2008. Epilepsi di Reseptor dan Neurotransmiter. Jakarta: MSJ phar Dev
Med.
Rudolph AM, Hoffman JIE. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 3. Jakarta : EGC.
Setiaji, Adrian. 2014. Pengaruh Penyuluhan Tentang Penyakit Epilepsi Anak Terhada
Pengetahuan Masyarakat Umum. Semarang Universitas Diponegoro: Skripsi
(Naskah Publikasi)

64

Lampiran 2

LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN


KEGIATAN PENYULUHAN PADA KOMUNITAS DASAWISMA DENGAN
EPILEPSI DI RT 01 RW 02 KELURAHAN KEDUNG COWEK
KECAMATAN BULAK
SURABAYA

Disusun Oleh:
EMERINTIANA DHANY EKOWATI
NIM : 1630019

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

65

2016
LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN
KEGIATAN PENYULUHAN EPILEPSI DI RT 01 RW 02
KELURAHAN KEDUNG COWEK KECAMATAN BULAK
SURABAYA

A. Tahap Persiapan Acara


1. Persiapan dilaksanakan 2 hari sebelum acara dilaksanakan, dari preplaning,
penyusunan materi penyuluhan sampai dengan koordinasi.
2. Persiapan ibu-ibu dasawisma RT 01 RW 02 Kelurahan Kedung Cowek
Kecamatan Bulak, serta mahasiswa.
3. Persiapan sarana dan prasarana kegiatan penyuluhan dan demonstrasi meliputi
:
-

Leaflet

B. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan dan Demonstrasi

Penyuluhan dilakukan hari minggu tanggal 6 november 2016 pukul 19.0019.30 WIB di Lingkungan RT 01 RW 02 Kelurahan Kedung Cowek
Kecamatan Bulak.

C. Evaluasi
1. Struktur
a. Penyuluhan dilakukan di Lingkungan RT 01 RW 02 Kelurahan
Kedung Cowek Kecamatan Bulak.
b. Sie perlengkapan bekerja sesuai job.
c. Mempersiapkan alat dan leaflet.
2. Proses
Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan penyuluhan di Lingkungan RT 01 RW
02 Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak meliputi :
a. Persiapan sarana dan prasarana.
b. Kegiatan dilaksanakanpukul 19.00 19.300 WIB.
c. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan di Lingkungan RT 01 RW 02
Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak
d. Undangan datang tepat waktu dan mengisi absen.

66

e. Pemateri dari mahasiswa memberikan materi kepada peserta


penyuluhan
f.

Peserta memperhatikan materi yang disampaikan.

g. Peserta antusias dengan materi penyuluhan


h. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan.
i.

Peserta mengkuti acara dari awal sampai akhir.

3. Hasil
a. Jumlah peserta penyuluhanyang hadir 10 orang pada Lingkungan RT
01 RW 02 Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak.
b. Kegiatan penyuluhan berjalan dengan baik.
c. Peserta Lingkungan RT 01 RW 02 Kelurahan Kedung Cowek
Kecamatan Bulak ikut berpartisipasi dan sangat antusisias dalam
kegiatan penyuluhan.
d. Kegiatan berlangsung selama 30 menit.
4. HASIL PRE POST
a.

Penyuluhqn Epilepsi
Tabel 1 Hasil penyuluhan tentang Epilepsi di Lingkungan
RT 01 RW 02 Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak

NomerResponden

Pre

Pos

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Total

10

38

67

68

KEGIATAN PENYULUHAN DI LINGKUNGAN RT 01 RW 02 KELURAHAN


KEDUNG COWEK KECAMATAN BULAK

Вам также может понравиться