Вы находитесь на странице: 1из 13

MASUKNYA BANGSA EROPA KE INDONESIA

DI SUSUN OLEH :

SATRIA CANDRA MOPET PERDOLES AKBAR BAHERMANSYAH

KELAS T.LAS

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 KOTA BENGKULU

TAHUN AJARAN 2016


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sejak dahulu, bangsa Indonesia kaya akan hasil bumi antara lain rempah-
rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini dapat digunakan
sebagai pengawet makanan, bumbu masakan, bahkan obat. Karena kegunaannya,
rempah-rempah ini sangat laku di pasaran dan harganya pun menjadi mahal. Hal
ini mendorong para pedagang Asia Barat datang dan memonopoli perdagangan
rempah-rempah. Setelah memonopoli hasil rempah-rempah bangsa Indonesia,
mereka menjual kembali kepada orang-orang di Eropa dengan harga yang lebih
tinggi.
Selain memonopoli hasil rempah-rempah bangsa Indonesia, mereka juga
mengdu domba penduduk bangsa Indonesia dan memihak salah satu dari yang
diadu dombakan. Kemudian, setelah salah satu dari pihak yang diadu dombakan
kalah (bukan pihak yang didukung), mereka kemudian menghianati dan
menyerang pihak yang sebelumnya didukung. Setelah pihak tersebut kalah, para
kaum bangsa barat membuat perjanjian yang tentu saja merugikan pihak yang
terkait atau pihak yang dikalahkan serta mewajibkan setiap penduduk untuk
membayar pajak dan kerja rodi. Kurang lebih seperti itulah yang terjadi ketika
masa kolonialisme.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa Latar Belakang Atau Faktor Pendorong Bangsa Barat Datang
Ke Indonesia?
2. Apa Sebab dan Tujuan Kedatangan Bangsa Barat Di Indonesia?
3. Bagaimana Kedatangan Bangsa Barat Ke Indonesia?
1.3.Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk menyelesaikan tugas
sekolah yang diberikan oleh guru, makalah ini akan menguraikan sedikit tentang
kolonialisasi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia selama 3,5 abad, yaitu dimulai
dari latar belakang mengapa bangsa barat datang ke Indonesia dan merampas
rempah-rempah atau hasil bumi lainnya smpai dengan perjalanan bangsa-bangsa
barat datang ke Indonesia. Setelah pembaca membaca makalah ini, tentu
pengetahuan kita tentang penjajahan yang dialami oleh bangsa Indonesia akan
sedikit bertambah dan makin jelas.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Latar Belakang Atau Faktor Pendorong Bangsa Barat Di Indonesia
Hindia Timur atau Indonesia telah lama dikenal sebagai daerah penghasil
rempah-rempah seperti vanili, lada, dan cengkeh. Rempah-rempah ini digunakan
untuk mengawet makanan, bumbu masakan, bahkan obat. Karena kegunaannya,
rempah-rempah ini sangat laku di pasaran dan harganya pun mahal. Hal ini
mendorong para pedagang Asia Barat datang dan memonopoli perdagangan
rempah-rempah. Mereka membeli bahan-bahan ini dari para petani
di Indonesiadan menjualnya kepada para pedagang Eropa.
Namun, jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki Utsmani
mengakibatkan pasokan rempah-rempah ke wilayah Eropa terputus. Hal ini
dikarenakan boikot yang dilakukan oleh Turki Utsmani. Situasi ini mendorong
orang-orang Eropa menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah yang banyak memiliki
bahan rempah-rempah, termasuk kepulauan Nusantara (Indonesia). Dalam
perkembangannya, mereka tidak saja berdagang, tetapi juga menguasai sumber
rempah-rempah di negara penghasil. Dimulailah era kolonialisasi Barat di Asia .

2.2. Sebab dan Tujuan Kedatangan Bangsa Barat


Secara umum, kedatangan bangsa Eropa ke Asia termasuk ke Indonesia
dilandasi keinginan mereka untuk berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah, dan
menyebarkan agama. Adapun sebab dan tujuan bangsa Eropa ke dunia Timur
adalah sebagai berikut :
Mencari kekayaan termasuk berdagang
Menyalurkan jiwa penjelajah
Meyakini Keberadaan Prester John
Menyebarkan agama
Mencari kemuliaan bangsa
Sejak abad ke -13, rempah-rempah memang merupakan bahan dagang
yang sangat menguntungkan. Hal ini mendorong orang-orang Eropa berusaha
mencari harta kekayaan ini sekalipun menjelajah semudera. Keinginan ini
diperkuat dengan adanya jiwa penjelajah. Bangsa Eropa dikenal sebagai bangsa
penjelajah, terutama untuk menemukan daerah-daerah baru. Mereka berlomba-
lomba meninggalkan Eropa. Mereka yakin bahwa jika berlayar ke satu arah, maka
mereka akan kembali ke tempat semula. Selain itu, orang-orang Eropa terutama
Protugis dan Spanyol yakin bahwa di luar Eropa ada Prestor John (kerajaan dan
penduduknya beragama Kristen). Oleh karena itu, mereka berani berlayar jauh.
Mereka yakin akan bertemu dengan orang-orang seagama.
Di luar faktor yang disebutkan di atas, orang-orang Eropa yang sebagian
besar beragama Kristen terdorong pula untuk pergi ke mana pun
guna mewartakan Injil (Gospel). Mereka percaya bahwa mewartakan Injil kepada
orang-orang yang belum mengenal Tuhan adalah salah satu panggilan hidupnya.
Selain menyebarkan Injil, mereka juga berusaha mencari kekayaan (Gold) dan
kebanggaan serta kejayaan (Glory) bagi negaranya.
Pada awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya
untuk membeli rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan
semakin meningkatnya kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka
kemudian mengklaim daerah-daerah yang mereka kunjungi sebagai daerah
kekuasaannya. Di tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan
rempah-rempah dan mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan
memonopoli perdagangan rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya
pembeli bahan-bahan ini. Akibatnya, harga bahan-bahan ini pun sangat ditentukan
oleh mereka. Untuk memperoleh hak monopoli perdagangan ini, bangsa Eropa
tidak jarang melakukan pemaksaan. Penguasaan sering dilakukan terhadap para
penguasa setempat melalui suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan
bangsa Eropa. Selain itu, mereka selalu turut campur dalam urusan politik suatu
daerah. Bangsa Eropa tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok
masyarakat dan kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara seperti ini,
mereka dengan mudah dapat mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak
istimewa dalam berdagang.
2.3. Kedatangan Bangsa Barat Ke Indonesia
Sejarah datangnya bangsa Eropa ke Indonesia atau dahulu disebut dengan
Hindia Timur tidak lepas dari niat mereka menemukan Negeri penghasil rempah-
rempah.
2.3.1. Kedatangan Bangsa Portugis Di Indonesia
2.3.1.1. Awal Proses Kedatangan Bangsa Portugis Ke Indonesia
Tahun 1487, Bartolomeus Dias mengitari Tanjung Harapan dan
memasuki perairan Samudra Hindia. Selanjutnya pada tahun 1498, Vasco da
Gama sampai di India. Namun, orang-orang Portugis ini segera mengetahui
bahwa barang-barang dagangan yang hendak mereka jual tidak dapat bersaing di
pasaran India yang canggih dengan barang-barang yang mengalir melalui jaringan
perdagangan Asia. Karena itu, mereka sadar harus melakukan peperangan di laut
untuk mengukuhkan diri.

Gambar: Bartolomeus Diaz

Alfonso de Albuquerque merupakan panglima angkatan laut terbesar pada


masa itu. Pada tahun 1503 Albuquerque berangkat menuju India, dan pada tahun
1510, dia menaklukan Goa di Pantai Barat yang kemudian menjadi pangkalan
tetap Portugis. Pada waktu itu telah dibangun pangkalan-pangkalan di tempat-
tempat yang agak ke barat, yaitu di Ormuzdan Sokotra. Rencananya ialah untuk
mendominasi perdagangan laut di Asia dengan cara membangun pangkalan tetap
di tempat-tempat krusial yang dapat digunakan untuk mengarahkan teknologi
militer Portugis yang tinggi. Pada tahun 1510, setelah mengalami banyak
pertempuran, penderitaan, dan kekacauan internal, tampaknya Portugis hampir
mencapai tujuannya. Sasaran yang paling penting adalah menyerang ujung timur
perdagangan Asia di Maluku.
Setelah mendengar laporan-laporan pertama dari para pedagang Asia
mengenai kekayaan Malaka yang sangat besar, Raja Portugis mengutus Diogo
Lopez de Sequiera untuk menekan Malaka, menjalin hubungan persahabatan
dengan penguasanya, dan menetap disana sebagai wakil Portugis di sebelah timur
India. Tugas Sequiera tersebut tidak mungkin terlaksana seluruhnya saat dia tiba
di Maluku pada tahun 1509. Pada mulanya dia disambut dengan baik oleh Sultan
Mahmud Syah (1488-1528), tetapi kemudian komunitas dagang internasional
yang ada di kota itu meyakinkan Mahmud bahwa Portugis merupakan ancaman
besar baginya. Akhirnya, Sultan Mahmud melawan Sequiera, menawan beberapa
orang anak buahnya, dan membunuh beberapa yang lain. Ia juga mencoba
menyerang empat kapal Portugis, tetapi keempat kapal tersebut berhasil berlayar
ke laut lepas. Seperti yang telah terjadi di tempat-tempat yang lebih ke barat,
tampak jelas bahwa penaklukan adalah satu-satunya cara yang tersedia bagi
Portugis untuk memperkokoh diri.
Gambar: Alfonso de Albuquerque

Pada bulan April 1511, Albuquerque melakukan pelayaran dari Goa


menuju Malaka dengan kekuatan kira-kira 1200 orang dan 17 buah kapal.
Peperangan pecah segera setelah kedatangannya dan berlangsung terus secara
sporadis sepanjang bulan Juli hingga awal Agustus. Pihak Malaka terhambat oleh
pertikaian antara Sultan Mahmud dan putranya, Sultan Ahmad yang baru saja
diserahi kekuasaan atas Negara namun dibunuh atas perintah ayahnya.

Malaka akhirnya berhasil ditaklukan oleh Portugis. Albuquerque menetap di


Malaka sampai bulan November 1511, dan selama itu dia mempersiapkan
pertahanan Malaka untuk menahan setiap serangan balasan orang-orang Melayu.
Dia juga memerintahkan kapal-kapal yang pertama untuk mencari Kepulauan
Rempah. Sesudah itu dia berangkat ke India dengan kapal besar, dia berhasil
meloloskan diri ketika kapal itu karam di lepas pantai Sumatera beserta semua
barang rampasan yang dijarah di Malaka.
Setelah satu kapal layar lagi tenggelam, sisa armada itu tiba di Ternate
pada tahun itu juga. Dengan susah payah, ekspedisi pertama itu tiba di Ternate dan
berhasil mengadakan hubungan dengan Sultan Aby Lais. Sultan Ternate itu
berjanji akan menyediakan cengkeh bagi Portugis setiap tahun dengan syarat
dibangunnya sebuah benteng di pulau Ternate.
Hubungan dagang yang tetap dirintis oleh Antonio de Abrito.
Hubungannya dengan Sultan Ternate yang masih anak-anak, Kacili Abu Hayat,
dan pengasuhnya yaitu Kacili Darwis berlangsung sangat baik. Pihak Ternate
tanpa ragu mengizinkan De Brito membangun benteng pertama Portugis di Pulau
Ternate (Sao Joao Bautista atau Nossa Seighora de Rossario) pada tahun 1522.
Penduduk Ternate menggunakan istilah Kastela untuk benteng itu, bahkan
kemudian benteng itu lebih dikenal dengan nama benteng Gamalama. Sejak tahun
1522 hingga tahun 1570 terjalin suatu hubungan dagang (cengkih) antara Portugis
dan Ternate.
Portugis yang sedang menguasai Malaka, terbukti bahwa mereka tidak
menguasai perdagangan Asia yang berpusat disana. Portugis tidak pernah dapat
mencukupi kebutuhannya sendiri dan sangat tergantung kepada para pemasok
bahan makanan dari Asia seperti halnya para penguasa Melayu sebelum mereka di
Malaka. Mereka kekurangan dana dan sumber daya manusia. Organisasi mereka
ditandai dengan perintah-perintah yang saling tumpang tindih dan
membingungkan, ketidakefisienan, dan korupsi. Bahkan gubernur-gubernur
mereka di Malaka turut berdagang demi keuntungan pribadi di pelabuhan Malaya,
Johor, pajak dan harga barang-barangnya lebih rendah, dan hal tersebut telah
merusak monopoli yang seharusnya mereka jaga. Para pedagang Asia
mengalihkan sebagian besar perdagangan mereka ke pelabuhan-pelabuhan lain
dan menghindari monopoli Portugis yang mudah.
Begitu cepat Portugis tidak lagi menjadi suatu kekuatan yang revolusioner.
Keunggulan teknologi mereka yang terdiri atas teknik-teknik pelayaran dan
militer berhasil dipelajari dengan cepat oleh saingan-saingan mereka dari
Indonesia. Seperti meriam Portugis yang dengan cepat berhasil direbut oleh
orang-orang Indonesia. Portugis menjadi suatu bagian dari jaringan konflik di
selat Malaka, dimana Johor dan Aceh berlomba-lomba untuk saling mengalahkan
Portugis agar bisa menguasai Malaka.
Kota Malaka mulai sekarat sebagai pelabuhan dagang selama berada
dibawah cengkeraman Portugis. Mereka tidak pernah berhasil memonopoli
perdagangan Asia. Portugis hanya mempunyai sedikit pengaruh terhadap
kebudayaan orang-orang Indonesia yang tinggal di nusantara bagian barat, dan
segera menjadi bagian yang aneh di dalam lingkungan Indonesia. Portugis telah
mengacaukan secara mendasar organisasi sistem perdagangan Asia. Tidak ada lagi
satu pelabuhan pusat dimana kekayaan Asia dapat saling dipertukarkan, tidak ada
lagi negara Malaya yang menjaga ketertiban selat Malaka dan membuatnya aman
bagi lalu lintas perdagangan. Sebaliknya komunitas dagang telah menyebar ke
beberapa pelabuhan dan pertempuran sengit meletus di Selat.
Segera setelah Malaka ditaklukan, dikirimlah misi penyelidikan yang
pertama ke arah timur dibawah pimpinan Francisco Serrao. Pada tahun 1512,
kapalnya mengalami kerusakan, tetapi dia berhasil mencapai Hitu (Ambon
sebelah utara). Disana dia mempertunjukkan keterampilan perang melawan suatu
pasukan penyerang yang membuat dirinya disukai oleh penguasa setempat. Hal ini
mendorong kedua penguasa setempat yang bersaing (Ternate dan Tidore) untuk
menjajaki kemungkinan memperoleh bantuan Portugis. Portugis disambut baik di
daerah itu karena mereka juga dapat membawa bahan pangan dan membeli
rempah-rempah. Akan tetapi perdagangan Asia segera bangkit kembali, sehingga
Portugis tidak pernah dapat melakukan suatu monopoli yang efektif dalam
perdagangan rempah-rempah.
Sultan Ternate, Abu Lais (1522) membujuk orang Portugis untuk
mendukungnya dan pada tahun 1522, mereka mulai membangun sebuah benteng
disana. Sultan Mansur dari Tidore mengambil keuntungan dari kedatangan sisa-
sisa ekspedisi pelayaran keliling dunia Magellan di tahun 1521 untuk membentuk
suatu persekutuan dengan bangsa Spanyol yang tidak memberikan banyak hasil
dalam periode ini.
Hubungan Ternate dan Portugis berubah menjadi tegang karena upaya
yang lemah Portugis melakukan kristenisasi dan karena perilaku orang-orang
Portugis yang tidak sopan. Pada tahun 1535, orang-orang Portugis di Ternate
menurunkan Raja Tabariji (1523-1535) dari singgasananya dan mengirimnya ke
Goa yang dikuasai Portugis. Disana dia masuk Kristen dan memakai nama Dom
Manuel, dan setelah dinyatakan tidak terbukti melakukan hal-hal yang dituduhkan
kepadanya, dia dikirim kembali ke Ternate untuk menduduki singgasananya lagi.
Akan tetapi dalam perjalanannya dia wafat di Malaka pada tahun 1545. Namun
sebelum wafat, dia menyerahkan Pulau Ambon kepada orang Portugis yang
menjadi ayah baptisnya, Jordao de Freitas.
Akhirnya orang-orang Portugis yang membunuh Sultan Ternate, Hairun
(1535-1570) pada tahun 1570, diusir dari Ternate pada tahun 1575 setelah terjadi
pengepungan selama 5 tahun. Mereka kemudian pindah ke Tidore dan
membangun benteng baru pada tahun 1578. Akan tetapi Ambon-lah yang
kemudian menjadi pusat utama kegiatan-kegiatan Portugis di Maluku sesudah itu.
Ternate sementara itu menjadi sebuah negara yang gigih menganut Islam dan anti
Portugis dibawah pemerintahan Sultan Baabullah (1570-1583) dan putranya
Sultan Said ad-Din Berkat Syah (1584-1606).
Pada waktu itu juga Portugis terlibat perang di Solor. Pada tahun 1562,
para pendeta Dominik membangun benteng dari batang kelapa disana. Pada tahun
berikutnnya dibakar para penyerang beragama Islam dari Jawa. Namun orang-
orang Dominik tetap bertahan dan segera membangun ulang benteng dari bahan
yang lebih kuat dan mulai melakukan kristenisasi pada penduduk lokal.
Pada tahun sesudahnya, muncul serangan-serangan dari Jawa. Masyarakat
Solor sendiri pun tidak secara keseluruhan senang terhadap orang-orang Portugis
dan agama mereka, sehingga seringkali muncul perlawanan. Pada tahun 1598-
1599, pemberontakan besar-besaran dari orang Solor memaksa pihak Portugis
mengirimkan sebuah armada yang terdiri dari 90 kapal untuk menundukkan para
pemberontak itu. Namun Portugis tetap menduduki benteng-benteng mereka di
Solor sampai diusir oleh Belanda pada tahun 1613 dan setelah itu Portugis
melakukan pendudukan kembali pada tahun 1636.
Diantara para petualang Portugis tersebut ada seorang Eropa yang
tugasnya memprakarsai suatu perubahan yang tetap di Indonesia Timur. Orang ini
bernama Francis Xavier (1506-1552) dan Santo Ignaius Loyola yang mendirikan
orde Jesuit. Pada tahun 1546-1547, Xavier bekerja di tengah-tengah orang
Ambon, Ternate, dan Moro untuk meletakkan dasar-dasar bagi suatu misi yang
tetap disana. Pada tahun 1560-an terdapat sekitar 10.000 orang katolik di wilayah
itu dan pada tahun 1590-an terdapat 50.000-an orang. Orang-orang Dominik juga
cukup sukses mengkristenkan Solor. Pada tahun 1590-an orang-orang Portugis
dan penduduk lokal yang beragama Kristen di sana diperkirakan mencapai 25.000
orang.
2.3.1.2. Pengaruh Bangsa Portugis Di Indonesia
Selama berada di Maluku, orang-orang Portugis meninggalkan beberapa
pengaruh kebudayaan mereka seperti balada-balada keroncong romantis yang
dinyanyikan dengan iringan gitar berasal dari kebudayaan Portugis. Kosa kata
Bahasa Indonesia juga ada yang berasal dari bahasa Portugis yaitu pesta, sabun,
bendera, meja, Minggu, dll. Hal ini mencerminkan peranan bahasa Portugis
disamping bahasa Melayu sebagailingua franca di seluruh pelosok nusantara
sampai awal abad XIX. Bahkan di Ambon masih banyak ditemukan nama-nama
keluarga yang berasal dari Portugis seperti da Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves,
Mendoza, Rodriguez, da Silva, dll. Pengaruh besar lain dari orang-orang Portugis
di Indonesia yaitu penanaman agama Katolik di beberapa daerah timur di
Indonesia.

2.3.2 Kedatangan Bangsa Spanyol Di Indonesia


Kedatangan Persekutuan dengan Cebu ini harus dibayar mahal Spanyol
sebab dalam peperangan ini Magelhaen terbunuh.
Pelopor berkebangsaan Spanyol yang mencari jalan langsung ke Indonesia
adalah Christopher Columbus, ia berlayar ke arah barat. Setelah dua bulan, ia
sampai di sebuah pulau yang kemudian dinamakan San Salvador. Columbus gagal
mencapai India.
Setelah Columbus gagal menemukan India, ekspedisi Spanyol selanjutnya
ke daerah rempah-rempah dipelopori oleh Ferdinand Magelhaens.Berbeda dengan
armada Portugis, pada tahun 1519 Magellan berangkat melalui Samudera
Atlantik. Setelah melewati ujung Amerika Selatan, ia masuk ke Samudera Pasifik.
Ia tiba di Filipina pada tahun 1521. bangsa Portugis sampai di Indonesia (Maluku)
segera diikuti oleh bangsa Spanyol. Ekspedisi bangsa Spanyol di bawah pimpinan
Magelhaen, pada tanggal 7 April 1521 telah sampai di Pulau Cebu. Rombongan
Magelhaen diterima baik oleh Raja Cebu sebab pada waktu itu Cebu sedang
bermusuhan dengan Mactan. Ketika mencoba mengatasi perang antarsuku di
Cebu, Magelhaens terbunuh. Posisinya kemudian digantikan oleh Del Cano.
Dalam perjalanan kembali ke Spanyol, mereka singgah di Tidore. Sejak saat itu,
terjalin kerja sama antara Spanyol dan Tidore. Kerja sama itu tidak hanya dalam
hal perdagangan, tetapi juga diperkuat dengan dibangunnya benteng Spanyol di
Tidore. Sementara itu, Portugis yang membuka kantor dagangnya di Ternate
merasa terancam dengan hadirnya Spanyol di Tidore. Hal ini diperkuat lagi
dengan kenyataan bahwa Tidore dan Ternate telah lama bermusuhan. Dengan
alasan tersebut, Portugis yang didukung pasukan Tidore. Berhasil merebut
Benteng Spanyol di Tidore. Namun, berkat perantara Paus di Roma, Portugis dan
Spanyol akhirnya mengadakan perjanjian yang disebut Perjanjian Saragosa.
Berdasarkan perjanjian itu, Maluku dikuasai Portugis sedangkan Philipina
dikuasai Spanyol.
Isi Perjanjian Saragosa:
1. Daerah kekuasaan dan pelayaran Portugis adalah dari Brazilia ke Timur sampai
Halmahera (Maluku).
2. Spanyol berkuasa atas Mexico ke Barat terus sampai Phillipina.
2.3.3 Kedatangan Bangsa Inggris Di Indonesia
Sejak abad ke-17, para pedagang Inggris sudah berdagang sampai di
daerah India. Di India timur, para pedagang Inggris mendirikan kongsi dagang
yakni East India Company (EIC) pada tahun 1600, dengan daerah operasinya
adalah India. Pusat kekuatan EIC adalah Kalkuta (India), dan dari kota inilah
Inggris meluaskan wilayahnya ke Asia Tenggara.
Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesia dirintis oleh Francis
Drakedan Thomas Cavendish. Dengan mengikuti jalur yang dilalui Magellan,
pada tahun 1579 Francis Drake berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil
membawa rempah-rempah dari Ternate dan kembali ke Inggris lewat Samudera
Hindia. Perjalanan beriktunya dilakukan pada tahun 1586 oleh Thomas Cavendish
melewati jalur yang sama.
Pengalaman kedua pelaut tersebut mendorong Ratu Elizabeth I
meningkatkan pelayaran internasioalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka
menggalakan ekspor wol, menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempah-
rempah. Ratu Elizabeth I kemudian memberi hak istimewa kepadaEIC (East
Indian Company) untuk mengurus perdagangan dengan Asia. EIC kemudian
mengirim armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang dipimpin James Lancestor
berhasil melewati jalan Portugis (lewat Afrika). Namun, mereka gagal mencapai
Indonesia karena diserang Portugis dan bajak laut Melayu di selat Malaka.
Awal abad ke 17, Inggris telah memiliki jajahan di India dan terus
berusaha mengembangkan pengaruhnya di Asia Tenggara, kahususnya di
Indonesia. Kolonialisme Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut
catatan sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun 1604, EIC mendirikan
kantor-kantor dagangnya. Di antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar,
Japara, dan Makassar.
Di bawah Gubernur Jenderal Lord Minto yang berkedudukan di Kalkuta
dibentuk ekspedisi Inggris untuk merebut daerah-daerah kekuasaan Belanda yang
ada di wilayah Indonesia. Pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffes telah
berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia.
pada tahun 1811, inggris mampu menguasai daerah jajahan belanda, maka
belanda harus menandatangani kapitulasi tuntang tanggal 18 september 1811,
yang isinya:
daerah jajahan belanda diserahkan kepada inggris
tentara belanda menjadi tawanan inggris
orang-orang belanda dapat menjadi pegawai inggris
Walaupun demikian, armada Inggris tidak mampu menyaingi armada
dagang Belanda. dan Berdasarkan perjanjian London tahun 1815, Inggris
diharuskan mengembalikan kekuasaannya di Indonesia kepada Belanda. Dan pada
tahun 1816 Inggris melaksanakan kewajibannya itu.
Mereka akhirnya memusatkan aktivitas perdagangannya di India. Mereka
berhasil membangun kota-kota perdagangan seperti Madras, Kalkuta, dan
Bombay.

Tujuan kedatangan bangsa inggris di Indonesia :


Bangsa inggris datang ke nusantara pada 1811 dengan kongsi dagang
bernama East India Company (EIC) tujuannya, merebut seluruh kekuasaan
belanda yang saat itu sudah menguasai sebagian besar Nusantara (tidak hanya
ternate)
Dampak kedatangan bangsa inggris di Indonesia :
Dengan datangnya bangsa inggris, inggris membuat kebijakan kebijakan,
seperti :

1. memperbaiki dalam bidang pemerintahan. Caranya :


a. Indonesia (pulau jawa) dibagi menjadi 16 karesidenan
b. Para bupati diangkat menjadi pegawai negri
c. Daerah keratin jogjakarta dan surakarta dipersempit
d. Mengurangi kekuasaan raja
2. memperbaiki dalam bidang keuangan. Caranya :
a. Melaksanakan system perdagangan bebas
b. Melaksanakan system sewa tanah / land-rente
c. Melanjutkan system perdagangan perkebunan kopi
d. Memonopoli perdagangan garam
3. memperbaiki dalam bidang social. Caranya :
a. Menghapuskan system perbudakan
b. Mengurangi pengaruh kekuasaan tradisional serta jasa2 yang di berikan Raffles
selama memerintah Indonesia
c. Mendukung lembaga kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang
bernamaBataviaasch Genootschop di harmoni
d. Menulis buku the history of java-
e. Menemukan bunga rafflesia arnoldi-
f. Istrinya, Olivia Marianne, -merintis kebun raya bogor-
g. Mengembalikan sultan sepuh menjadi sultan yogyakarta

2.3.4. Kedatangan Bangsa Belanda Di Indonesia


Larangan terhadap bangsa Belanda mengambil rempah-rempah di
Lisabon, mendorong bangsa tersebut datang sendiri ke Indonesia. Pelayaran
pertama dipimpin oleh Cornelis de Houtman dan Pieter Keyzer. Pada tahun 1596
mereka sampai di Banten, tetapi belum mendapat keuntungan . Pelayaran kedua
dipimpin Van Neck dan Warwijk (1598) dengan membawa keuntungan yang
besar. Keberhasilan ini memacu perusahaan-perusahaan Belanda untuk melakukan
pelayaran ke Indonesia. Untuk menghindari terjadinya persaingan di antara
mereka, atas anjuran Johan Olden Barneveld dibentuklah VOC (1602) dengan
tujuan sebagai berikut:
a. Menghindari persaingan antarpedagang Belanda
b. Memperkuat diri menghadapi persaingan dengan pedagang asing yang lain
c. Monopoli perdagangan untuk mendapatkan keuntungan yang besar
d. Membantu pemerintah Belanda yang sedang perang menghadapi Spanyol
Modal pertama VOC sebesar 6,5 miliar gulden. VOC dipimpin oleh 17
direktur yang dikenal dengan sebutan Heren Zeventien. VOC memiliki hak-hak
khusus, antara lain:
a) Hak monopoli.
b) Hak memiliki tentara, pengadilan, dan pengumuman perang.
c) Hak mencetak mata uang sendiri.
d) Hak mengadakan perjanjian dengan pengusaha setempat atas nama pemarintah
Belanda.
Dengan hak khusus tersebut, VOC menjadi lembaga pemerintahan
sekaligus perdagangan yang otonom di wilayah jajahan, dipimpin oleh seorang
gubernur jenderal, yang sekaligus termasuk Heren Zeventien. Gubernur jenderal
menjalankan dua peran sekaligus, yaitu sebagai direktur perusahaan dan pimpinan
pemerintahan.
Setelah berjalan kurang lebih 200 tahun, VOC mulai mengalaami
kebangkrutan. Hingga pada tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubarkan.
Beberapa faktor yang mendorong kebangkrutan VOC, antara lain:
a) Pegawai VOC banyak yang melakukan korupsi.
b) VOC banyak menanggung utang karena besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
perang.
c) Kemerosotan moral di kalangan para pengusaha akibat sistem monopoli
perdagangan.
d) Tidak berjalannya peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh VOC akibat
banyaknya korupsi.
Setelah VOC bubar, Indonesia dikuasai oleh kolonial Belanda. Sejalan
dengan perubahan kekuasaan di Indonesia, terjadi pula di negari Belanda. Untuk
mengelola wilayah Indonesia, maka diangkatlah Daendels sebagai gubernur
jenderal. Tugas yang diberikan kepadanya sebagaai berikut:
a) Mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris.
b) Mengatur pemerintahan di Indonesia termasuk membereskan keuangan
Untuk menjalankan tugas tersebut, Daendels mengambil langkah-langkah antara
lain:
1) Bidang politik pemerintah
a. Membagi pulau Jawa menjadi 9 daerah prefecture.
b. Membentuk pengadilan keliling.
c. Membentuk sekretariat Negara.
2) Bidang ekonomi
a. Mengeluarkan uang kertas.
b. Mengadakan penyerahan wajib (upeti).
c. Mengadakan Prianger Stelsel.
3) Bidang pertahanan
a. Menambah jumlah prajurit.
b. Membangun benteng-benteng baru.
c. Membangunn jalan dari Anyer sampai Panarukan.
4) Bidang social
a. Rakyat dipaksa kerja rodi.
b. Menghapus upacara penghormatan residen kepada Sunan atau Sultan.
Tindakan yang dilakukan Daendels tersebut tidak berhasil dalam bidang
pertahanan. Hal itu terbukti pada tahun 1811 Inggris dapat menguasai Pulau Jawa,
berdasarkan Kapitulasi Tuntang.
BAB III
PENUTUP
1.1.Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah yang kami buat ini adalah pada awalnya, tujuan
kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk membeli rempah-rempah dari
para petani Indonesia. Namun, dengan semakin meningkatnya kebutuhan industri
di Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian mengklaim daerah-daerah yang
mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaannya. Di tempat-tempat ini, bangsa
Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan mengeruk kekayaan alam
sebanyak mungkin. Dengan memonopoli perdagangan rempah-rempah, bangsa
Eropa menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini. Kemudian mereka sendiri
yang menentukan harga dari rempah-rempah yang mereka beli. Untuk
memperoleh hak monopoli perdagangan ini, bangsa Eropa tidak jarang melakukan
pemaksaan. Penguasaan sering dilakukan terhadap para penguasa setempat
melalui suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan bangsa Eropa. Selain itu,
mereka selalu turut campur dalam urusan politik suatu daerah. Bangsa Eropa tidak
jarang mengadu domba berbagai kelompok masyarakat dan kemudian mendukung
salah satunya. Dengan cara seperti ini, mereka dengan mudah dapat
mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.
1.2.Saran
Setelah melihat uraian materi kami pada bab pembahasan, kiranya kita dapat
mengetahui hal-hal apa saja yang dapat kita jadikan pedoman untuk menghindari
hal kolonialisasi oleh bangsa lain. Menghindari kolonialisas dapat dilakukan
dengan cara mengolah dengan baik dan cerdas hasil bumi ibu pertiwi kita, belajar
dengan giat agar kita tidak tidak mudah dibodohi oleh bangsa lain, dan selalu
berfikir rasional serta positif agar kita tidak mudah diadu dombakan oleh bangsa
lain .
Daftar Pustaka
http://Latar_belakang_bangsa_Eropa_datang_ke_Indonesia.htm
http://kedatangan-bangsa-inggris-di-indonesia.html
http://kedatangan-bangsa-eropa-ke-indonesia.htm
http://kedatangan-bangsa-belanda-di-indonesia..html
http://kedatangan-bangsa-portugis-ke-indonesia.html

Вам также может понравиться