Вы находитесь на странице: 1из 28

BAB 11

TEORI POSITIVISME DARI KEBIJAKAN AKUNTANSI


DAN PENGUNGKAPANNYA

Pada bab sebelumnya sudah disinggung klasifikasi teori akuntansi menjadi dua yaitu
normatif dan positivisme. Teori normatif merupakan pengembangan yang alami dan berbasis
pada penilaian mengenai bagaimana seharusnya tindakan yang dilakukan. Penelitian pasar modal
dominan sekali setelah tahun 1970an karena sudah jelas para peneliti mengetahui kapan dan
bagaimana investor menggunakan informasi akuntansi, merupakan hal yang mustahil dilakukan
untuk mengembangkan teori mengenai bagaimana akuntan mempersiapkan laporan keuangan
tanpa mengetahui hal tersebut. Namun bagaimanapun juga penelitian pasar modal belum
menyajikan keseluruhan kebutuhan peneliti, praktisi, dan regulator. Sebagai contoh, sulit sekali
untuk memprediksi bagaimana pasar bereaksi terhadap informasi akuntansi manakala tidak
diketahui alasan pemilihan metode akuntansi oleh manajer. Selain itu, penelitian pasar modal
juga tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan stakeholder mengenai dampak regulasi
akuntansi terhadap lenders atau non shareholders lainnya yang juga menggunakan laporan
keuangan. Bilamana penelitian pasar modal mendasari gelombang teori positivisme akuntansi
yang pertama, gelombang teori positivisme yang kedua membahas hal- hal berikut:
Mengapa manajer mempersiapkan laporan akuntansi bila tidak ada regulasi yang
mengharuskannya?
Mengapa manajer membuat keputusan akuntansi yang sistematis dan me lobi para
pembuat standar untuk mempengaruhi praktik akuntansi yang diperbolehkan
berdasarkan standar?
Apa motivasi keputusan akuntansi manajer?
Jika perusahaan ingin mengganti praktik akuntansi nya, tindakan apa yang manajer
dapat lakukan yang dapat mempengaruhi reaksi investor pasar modal dan pihak lain?
Bab ini akan membahas mengenai gelombang kedua teori positivisme. Untuk
melakukannya, kita akan berfokus pada contracting theory, political cost theory, signaling
theory, dan perspektif informasi yang menjelaskan perhitungan akuntansi dan konsekuensinya.
Dibahas juga mengenai perhitungan dan konsekuensi dari keputusan akuntansi manajer. Secara
umum, berfokus pada pilihan kebijakan akuntansi dan manajemen akrual.
LATAR BELAKANG
Kebutuhan Awal akan Teori
Penelitian pasar modal pada 1970 an menyajikan langkah maju dalam menjelaskan
dampak akuntansi terhadap investasi dalam modal saham, secara umum dampak akuntansi
terhadap harga saham dan penjualan saham/ volume pembeliannya. Bagaimanapun juga hasilnya
belum mendapatkan suatu kesimpulan mengenai mekanismenya, belum ada hipotesis, dan belum
mendukung prediksi informasi akuntansi investor secara sistematis dalam membuat keputusan
membeli atau menjual saham. Hal ini membuat para peneliti sangat menghargai betapa sulitnya
memprediksi reaksi pasar terhadap akuntansi bilamana mereka tidak memiliki teori yang kuat
yang dapat menjelaskan mengapa manajer mengutamakan mempersiapkan laporan akuntansi
daripada menjelaskan alasan pemilihan prinsip akuntansi tertentu.
Untuk mengerti signifikansi pilihan akuntansi, penting untuk mengerti fundamental
prinsip akuntansi dan premis yang mendasarinya. Literatur yang membahas informasi pasar
modal mengandung hipotesis pasar yang efisien atau efficient market hypothesis (EMH) sebagai
deskripsi pasar yang ideal. Sebagaimana teori klasik harga, EMH berpijak pada asumsi pasar
sempurna seperti tersedianya informasi yang lengkap, tidak ada biaya transaksi, tidak ada pajak,
dan tidak ada monopoli. Berdasarkan asumsi ini, harga dan biaya sangat merefleksikan informasi
akuntansi. Bagaimanapun juga, meskipun kondisi ini merupakan kondisi rata-rata pada pasar
modal, terdapat pula hal dimana kondisi ini tidak terjadi. Itulah yang disebut penyimpangan.
Asumsi EMH yang sangat ketat pada awal akuntansi positivisme berarti bahwa penelitian
pasar modal tidak selalu dapat menjelaskan mengapa harga saham tidak bereaksi segera terhadap
informasi akuntansi sebagaimana diprediksi. Hal yang serupa saat harga saham merefleksikan
informasi akuntansi sehari setelah informasinya beredar. Asumsi bahwa tidak ada biaya transaksi
dan tidak ada asimetri informasi sama sekali tidak berlaku. Satu pertanyaan yang diajukan adalah
bilamana laporan akuntansi bertujuan mendukung pembuatan keputusan pasar modal ataukah
mereka mempunyai tujuan lain? Selain itu, bila laporan akuntansi dibuat bukan dengan tujuan
untuk menginformasikan pasar modal mengenai harga saham, mengapa seharusnya pasar modal
bereaksi terhadap terbitnya laporan akuntansi? Jadi, mereka menginvestigasi reaksi pasar
terhadap praktik akuntansi perusahaan dan peneliti membuat beberapa observasi mengenai
perkembangan teori positivisme dari pilihan kebijakan akuntansi. Observasi nya mencakup:
Berdasarkan aturan, tidak ada yang mengharuskan perusahaan membuat laporan
akuntansi. Bahkan laporan akuntansi tersebut diaudit dan dipersiapkan akuntan. Rasional
nya manajer tidak akan menghabiskan uang untuk melakukannya bilamana tidak ada
manfaat dari pembuatan laporan akuntansi. Observasi ini mendorong peneliti untuk
mencari tahu apa manfaat yang diperoleh perusahaan bila mereka mengeluarkan uang
untuk menyajikan informasi akuntansi.
Perusahaan melakukan lobi terhadap pembuat standar. Hal ini tentu membutuhkan biaya.
Peneliti akan mencari tahu apa manfaat dari lobi tersebut.
Perusahaan menggunakan kebijakan akuntansi tertentu dan kebijakan akuntansi ini
biasanya berhubungan dengan karakteristik perusahaan. Peneliti mencari tahu apa alasan
dibalik asosiasi hubungan tersebut.
Secara keseluruhan, perusahaan cenderung memilih metode akuntansi tertentu yaitu
konservatisme. Kembali lagi para peneliti bertanya mengapa
Hipotesis bahwa akuntansi dibuat untuk mendukung investor pasar modal untuk membuat
keputusan yang tepat, tidak cukup memuaskan penjelasan atas observasi ini.
Konsekuensinya, peneliti mengembangkan teori berdasarkan premis biaya kontrak dan
pengawasan. Sehingga orang- orang dapat memahami literatur mengenai pilihan akuntansi,
kami juga menjelaskan aspek fundamental dari kontrak dan agency theory pada bagian
selanjutnya bab ini. Teori ini menyajikan rasionalisasi penyajian laporan akuntansi. Kami
juga mendiskusikan peran penting akuntansi pada politik dan proses kontrak. Teori
positivisme berargumentasi bahwa politik kurang efisien dibandingkan pasar modal dan
memberikan peluang transfer kekayaan via lobi politik dan campur tangan pemerintah. Lebih
jauh berdasarkan literatur, pilihan kebijakan berpijak pada asumsi bahwa orang bertindak
sesuai keinginan dirinya, secara ekonomi mereka rasional, dan akuntansi memainkan peran
penting dalam distribusi kekayaan. Teori akuntansi positif mengabaikan aspek non finansial
dari kebutuhan individu yang secara umum berasumsi semua individu mencoba untuk
memaksimalkan kekayaan finansial nya.

LO 1. CONTRACTING THEORY
Karakteristik contracting theory perusahaan adalah sebagai penghubung (nexus) antara
suppliers dan konsumen. Perusahaan ada karena biayanya lebih rendah dengan menggunakan
organisasi daripada individu bertransaksi sendiri. Sebagai contoh, jika ingin membeli es krim
kamu memiliki dua pilihan. Yang pertama adalah kamu dapat melakukan kontrak dengan
peternak susu, pembuat krim, dan petani cokelat dan berbagai kebutuhan lain untuk membuat es
krim. Saat kamu selesai melakukannya mungkin saja kamu sudah berada pada musim semi 2020
dan kamu tentunya akan lebih memilih semangkuk sup saat ini! Sedangkan pilihan kedua adalah
kamu membeli dari perusahaan yang menyediakan es krim seperti swalayan atau super market.
Perusahaan ini sudah memiliki sejumlah kontrak dengan penyedia sumber daya yang dibutuhkan
untuk menghasilkan es krim. Oleh karena itu disebut nexus karena menghubungkan dengan
kontrak antara kamu sebagai konsumen dan berbagai penyedia sumber daya.
Ada contoh sejumlah kontrak seperti:
Dokumentasi syarat dan kondisi pekerjaan bagi manajer dari shareholderss.
Dokumentasi syarat dan kondisi dimana lender memberikan sejumlah bantuan keuangan.
Dari karyawan terhadap perusahaan.
Untuk penyajian barang
Untuk penjualan dan pengiriman barang dan jasa.
Jadi, saat kita menyetujui realitas bahwa terdapat sejumlah kontrak dan transaksi termasuk
finansial dan non finansial mengenai syarat penjualan susu sebagaimana diuraikan diatas maka
saat itulah muncul keberadaan perusahaan. Alasan perusahaan ada adalah yang paling efisien
dalam membentuk sejumlah kontrak penghubung dan mengoordinasikan aktivitas ekonomi dan
mengurangi biaya kontrak. Meskipun penting untuk mengakui bahwa perusahaan terlibat dalam
berbagai kontrak, teori positivisme selalu mengacu pada dua jenis kontrak: kontrak manajemen
dan kontrak utang. Kedua kontrak ini merupakan kontrak agency dan teori agency menyajikan
berbagai penjelasan mengenai praktik akuntansi.

LO 2. AGENCY THEORY
Perusahaan adalah bentuk paling efisien dari kontrak dan paling original dimiliki oleh
individu atau keluarga. Selama 100 tahun belakangan terdapat deviasi antara pemilik dan
manajer perusahaan yang telah berkembang menjadi perusahaan besar dan kita tahu saat ini
dioperasikan oleh manajemen profesional. Jensen dan Meckling secara umum mendapatkan
kredit karena mengembangkan teori agency pada 1976. Bagaimanapun juga teori ini didahului
oleh Alchian dan Demsetz. Jensen dan Meckling menjelaskan bahwa hubungan agency muncul
saat adanya kontrak yang mengikat principal dan agen dimana agen memberikan pelayanan
mewakili principal. Berdasarkan kontrak ini, principal mendelegasikan sejumlah pembuatan
keputusan pada agen.
Terdapat situasi dimana principal dan agency memaksimalkan kebutuhannya dan tidak
ada alasan bagi principal untuk sepenuhnya percaya bahwa agency akan selalu bertindak sesuai
dengan keinginan principal. Di sinilah muncul masalah agency dimana masalahnya adalah
bagaimana caranya agar agency bertindak untuk memaksimalkan kekayaan principal. Seorang
agency dapat meningkatkan konsumsi perusahaan untuk hal- hal yang menjadi beban principal
karena agency memiliki otoritas untuk melakukannya. Selain itu ia juga dapat menghindari diri
dari pekerjaan terlalu banyak dan tidak berusaha terlalu keras untuk meningkatkan nilai
perusahaan. Dan dapat pula agency melakukan transfer kekayaan terhadap dirinya bila principal
tidak mengintervensi.
Hal ini disebut sebagai masalah agency. Secara umum, biaya agency adalah jumlah dolar
yang merupakan penurunan kekayaan perusahaan yang diderita oleh principal karena perilaku
agency. Jensen dan Meckling membagi biaya agency menjadi:
Biaya pengawasan
Bonding costs
Kerugian residual
Biaya pengawasan adalah biaya yang timbul untuk mengawasi perilaku agency. Hal ini
merupakan pengeluaran principal untuk mengukur, mengobservasi, dan mengontrol perilaku
agency. Agency dengan reputasi bagus tentunya hanya akan membutuhkan biaya pengawasan
lebih kecil daripada agency dengan reputasi jelek karena biaya pengawasan agency dengan
reputasi bagus tentunya akan lebih kecil. Namun tentunya agency dengan reputasi bagus
membutuhkan remunerasi lebih baik pula. Oleh karena itu, principal akan membayar remunerasi
agency maksimal sesuai dengan biaya pengawasan. Dengan demikian hal ini dapat disebut
sebagai price protection.
Serupa dengan diatas, kontrak utang juga membutuhkan biaya pengawasan oleh lenders.
Semakin besar biaya pengawasan lenders maka semakin besar pula bunga yang akan
dibebankannya. Jadi, bunga pinjaman merupakan price protection dari lenders.
Jika terjadi efisiensi price protection maka agency membawa biaya monitoring dalam
kontraknya. Oleh karena itu, agency akan cenderung bertindak sesuai dengan keinginan
principal atau menjamin bahwa agency akan memberikan sejumlah kompensasi untuk
menunjukkan bahwa mereka telah bertindak sesuai keinginan principal. Biaya yang timbul
karena usaha menyesuaikan dengan mekanisme ini disebut sebagai bonding costs karena biaya
ini timbul karena penyesuaian tindakan agency agar sesuai dengan principal. Contoh biaya
bonding cost adalah agency menanggung keharusan untuk memberikan laporan keuangan
berkala pada principal, mengalami keterbatasan aktivitas karena melaporkan setiap tindakannya
Meskipun pengawasan dan bonding dilakukan, tetap saja ada kemungkinan agency tidak
bertindak sesuai keinginan principal. Hal ini disebut sebagai deadweight loss karena berbagai
usaha sudah dilakukan namun masih terdapat deviasi antara output agency dan harapan
principal. Inilah yang disebut sebagai residual loss.
Berdasarkan hal diatas dapat timbul dua pertanyaan yaitu: (1) siapa yang memberikan
insentif? (2) siapa yang menanggung biaya mekanisme tersebut?. Teori agency adalah jawaban
hal tersebut sesuai dengan kondisi EMH. Bila tidak ada asimetri informasi, principal akan
membayar remunerasi sebesar harapan sikap agency dalam menjalankan perusahaan. Hal ini
merupakan perlindungan harga. Ex post merupakan saat yang terjadi dimana performa agency
menjadi dasar penilaian gaji agency. Bila harapan principal yang diwujudkan dalam gaji agency
tidak sesuai, maka principal dapat membayar manajer kurang dari yang disyaratkan dalam
kontrak.
Fama memberikan poin bahwa pasar untuk tenaga kerja manajerial dapat mendisiplinkan
manajer yang bertindak oportunis. Manajer akan dibayar berdasarkan performa masa lalunya.
Bila performa nya baik maka ia akan mendapat gaji sesuai dengan harapan principal padanya.
Sedangkan manajer yang performa nya jelek akan terbuang.

LO 3. PRICE PROTECTION DAN PERMASALAHAN AGENCY


SHAREHOLDERS/ MANAJER
Pemisahan kepemilikan dan kontrol berarti bahwa manajer sebagai agen dapat bertindak
sesuai keinginannya. Namun keinginan agency dapat bertentangan dengan keinginan
shareholders. Masalah ini timbul sejak lama yaitu pada 1776 saat Adam Smith menerbitkan The
Wealth Of Nations. Kepemilikan parsial atau tanpa kepemilikan yang dilakukan oleh manajer
dapat mendorongnya untuk bertindak berlawanan dengan keinginan principal. Namun bila ia
bertindak sebagai pemilik maka ia akan mengusahakan yang terbaik bagi perusahaan
sebagaimana keinginan principal.
Dengan menggunakan contoh tanggungan biaya perusahaan, proporsi biaya perusahaan
yang ditanggung oleh manajer berkurang saat kepemilikannya di perusahaan juga berkurang.
Jadi, semakin kecil kepemilikan manajer di perusahaan, maka semakin tinggi kemungkinan
manajer akan mengkonsumsi sumber daya untuk kepentingan dirinya sendiri.
Alasan perbedaan antara insentif shareholders dan manajer adalah terkait beberapa
masalah spesifik. Masalah ini seperti: masalah penghindaran risiko, masalah retensi dividen,
masalah horizon. Penghindaran risiko berarti manajer lebih memilih risiko lebih kecil daripada
yang dapat dilakukan oleh shareholders. Padahal diperlukan diversifikasi dalam berbagai
investasi untuk dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Tentunya shareholders juga berharap
manajemen dapat melakukan diversifikasi investasi dalam rangka memaksimalkan nilai
perusahaan. Namun bagaimanapun juga, tentunya manajer akan lebih memilih risiko investasi
yang lebih kecil dan net present value (NPV) yang lebih kecil. Hal ini disebabkan manajemen
juga mesti memiliki banyak SDM yang andal apabila ingin melakukan diversifikasi investasi
karena perbedaan masing-masing. Oleh karena itu, daripada mempertaruhkan pekerjaannya
ataupun dibayar kurang dari kontrak, manajemen lebih memilih penghindaran risiko.
Masalah retensi dividen adalah masalah yang timbul saat manajer lebih memilih untuk
membayar lebih kecil untuk dividen daripada yang diharapkan shareholders. Masalah ini karena
manajer lebih ingin mempertahankan uang tetap di bisnis mereka dengan demikian mereka dapat
meningkatkan gajinya dan meningkatkan bisnis perusahaannya. Situasi ini tentunya tidak
diinginkan oleh shareholders. Mereka lebih ingin mendapatkan dividen karena mereka dapat
menggunakan uang tersebut untuk berinvestasi lagi dengan rate yang lebih tinggi.
Masalah horizon merupakan masalah sudut pandang horizon waktu yang menjadi
perhatian shareholders dan manajemen. Shareholders tentunya berpikiran jangka panjang
mengenai kepemilikan sahamnya. Hal tersebut karena nilai saham saat ini merupakan present
value dari arus kas masa depan perusahaan. Oleh karena itu, mereka berpikiran jangka panjang
karena hal tersebut berdampak pada harga saham yang dipegangnya. Berbeda dengan
manajemen yang berpikiran hanya sebatas waktu mereka berada pada perusahaan. Horizon
waktu mereka lebih pendek dan mereka tidak terlalu peduli pada jangka panjang perusahaan.
Oleh karena itu, berbagai usaha dilakukan manajemen demi window dressing mereka seperti
profit dalam jangka pendek.
Kontrak dapat menjadi jawaban masalah ini. Hal yang dapat dilakukan adalah
memberikan remunerasi manajer berdasarkan harga saham. Berdasarkan teori EMH, harga
saham mencerminkan ketertarikan para pemodal, harapan mengenai risiko investasi perusahaan
dan arus kas masa depan yang mana hal tersebut menjadi atribut yang berdampak pada
shareholders. Oleh karena itu, penilaian pasar menjadi berdampak pada kekayaan shareholders
berdasarkan sikap manajemen mengenai penghindaran risiko dan retensi dividen. Selain itu,
penilaian berdasarkan harga saham juga berdampak pada insentif jangka panjang perusahaan
daripada hanya sekadar memaksimalkan profit jangka pendek. Namun tentunya manajer tidak
begitu saja mau dinilai berdasarkan harga saham karena hal tersebut tidak sepenuhnya berada
dalam kontrol mereka. Langkah yang dapat ditempuh adalah memberikan beberapa poin
remunerasi berdasarkan harga saham sehingga dapat mengurangi permasalahan horizon dan
penghindaran risiko.
Profit sering dipandang berkaitan langsung dengan performa manajer. Sebagai contoh
profit akuntansi lebih sering digunakan daripada nilai saham untuk menilai remunerasi manajer.
Kontrak yang spesifik dapat mendorong manajer untuk bertindak sesuai ketertarikan
shareholders seperti:
Memberikan bonus dengan batas atas berkaitan dengan rasio dividen yang dibayarkan
(untuk mengurangi masalah dividen retensi)
Membayar manajer dengan basis harga saham saat menjelang berakhirnya kontrak
manajemen (untuk mengurangi masalah horizon)
Membayar bonus secara progresif berdasarkan peningkatan profit (untuk mengurangi
masalah penghindaran risiko)
Remunerasi manajer dikurangi dan diganti dengan kompensasi peningkatan saham
manajemen (untuk mengurangi masalah penghindaran risiko)
Pada titik ini penting untuk menggunakan perhitungan akuntansi dalam menghitung
kompensasi terhadap kontrak manajemen. Alasannya adalah luasnya aplikasi perhitungan
akuntansi terhadap berbagai konteks:
Karena banyak perusahaan yang tidak memiliki saham terdaftar
Nilai pasar perusahaan sulit dihitung karena sedikitnya transaksi atau kepemilikannya
tidak dijual bebas
Pada level manajemen nilai remunerasi nya lebih kecil daripada direktur utama
Usaha manajemen lebih terkait pada kinerja daripada harga saham
Jadi, pendapatan berbasis bonus merupakan bagian yang penting dalam skema kompensasi.
Dengan kompensasi mengikat pada profit maka manajer akan memilih prosedur akuntansi yang
mendapatkan profit pada periode jangka pendek berdasarkan hipotesis rencana bonus.
Disebutkan pula bahwa pendapatan dengan basis kompensasi begitu populer di dunia, dengan
penggunaan saham dan opsi sebagai bagiannya.

LO 4. SHAREHOLDERS- DEBTHOLDER AGENCY PROBLEMS


Saat kita mendiskusikan peran dari kontrak utang dalam konteks agency, kita
mengasumsikan manajer adalah pemilik perusahaan atau ketertarikan nya sesuai dengan
ketertarikan pemilik. Dalam hal ini principal adalah pemberi utang dan agen adalah manajer
yang bertindak atas nama pemilik. Nilai perusahaan adalah nilai utang ditambah dengan nilai
ekuitas, cara meningkatkan ekuitas adalah dengan meningkatkan nilai perusahaan. Cara lainnya
adalah meningkatkan utang.
Smith dan Warner mengakui bahwa masalah agency dari utang disebabkan oleh empat
hal:
Kelebihan pembayaran dividen
Substitusi aset
Masalah underinvestment
Delusi klaim
Masalah kelebihan pembayaran dividen muncul saat utang dipinjamkan ke perusahaan
dengan asumsi level tertentu akan pembayaran dividen. Utang tentunya memiliki nilai, namun
perusahaan dapat kemudian memberikan dividen lebih besar. Pemberian dividen lebih besar akan
mengurangi aset untuk membayar utang dan mengurangi nilai utang. Bahkan pada kondisi
ekstrem insentif manajemen dapat diberikan seluruhnya pada shareholders dan tidak ada
pembayaran pada debt holders. Shareholders mendapatkan keuntungan dari pemberian kas
sedangkan debt holder tidak bahkan bisa saja mendapatkan dampak buruk bila perusahaan
bangkrut.
Masalah substitusi aset adalah berdasarkan premis bahwa lenders merupakan penghindaran
risiko. Mereka memberikan pinjaman dengan harapan dananya tidak diinvestasikan pada proyek
berisiko daripada yang mereka harapkan. Hal sebaliknya yang diharapkan oleh shareholders.
Mereka berharap manajemen untuk berpartisipasi pada beberapa investasi dengan risiko tinggi
karena akan menghasilkan return yang tinggi pula. Jadi, manajer memiliki insentif untuk
menyetujui pembiayaan utang dan berinvestasi pada risiko lebih tinggi untuk meningkatkan
return potensial pada shareholders.
Masalah underinvestment muncul saat pemilik memiliki insentif untuk tidak mengambil
proyek NPV yang positif karena untuk melakukan hal tersebut akan meningkatkan dana
dibutuhkan terhadap debt holders, bukan pada pemilik. Contohnya adalah sebuah perusahaan
sedang memiliki dana minus $70.000. Terdapat proyek investasi dengan return $30.000. Bila
proyek tersebut sukses dan mendapatkan return $30.000 maka dana perusahaan masih minus
$40.000. Pemilik tidak mendapatkan keuntungan dari transaksi ini karena prioritas pembayaran
akan diberikan pada debt holders. Oleh karena itu, pemilik tidak akan terlalu tertarik mengambil
proyek investasi apabila tidak lebih besar daripada jumlah dana dibutuhkan.
Delusi klaim muncul ketika perusahaan menerbitkan utang dengan prioritas lebih besar
daripada utang yang sudah ada. Hal ini dapat meningkatkan nilai perusahaan dan nilai ekuitas
namun mengurangi keamanan utang yang sudah ada. Hal ini menyebabkan delusi utang yang
sudah ada karena sekarang ia lebih berisiko daripada utang yang diprioritaskan. Lenders dapat
mengantisipasi delusi klaim dan price protection dengan cara membuat pasal kontrak yang
mendorong manajemen untuk tidak membuat utang baru dengan prioritas lebih tinggi.
Pada kasus kontrak manajemen, jika pasar modal memiliki ekspektasi, kemudian
shareholders menanggung biaya agency karena transfer kekayaan dari debt holders. Lenders
akan melakukan price protect melalui rate bunga atau menahan dana dan hal ini menyebabkan
manajemen bertindak dengan sukarela untuk memenuhi keinginan debt holders dan bersedia
untuk dibatasi tindakannya. Kontrak utang ini kemudian mengandung pembatasan yang dibuat
dalam rangka melindungi kepentingan debt holders dan hal ini dicantumkan berupa angka-
angka akuntansi.
Perjanjian kontrak adalah syarat dan kondisi dalam kontrak utang yang membatasi aktivitas
manajemen atau mengharuskan manajemen untuk melakukan tindakan pada situasi tertentu.
Perjanjian didesain untuk melindungi kepentingan debt holders dan perusahaan memberikan
keamanan berupa aset tertentu sebagai jaminan utang. Perjanjian utang biasanya terdiri atas 4
kategori berikut:
Perjanjian yang membatasi peluang investasi produk perusahaan. Perjanjian ini didesain
untuk mengurangi masalah substitusi aset dan underinvestment.
Perjanjian yang mengendalikan pembayaran dividen dan mengikat pembayaran dividen
berdasarkan profit tertentu. Perjanjian ini untuk membatasi masalah kelebihan
pembayaran dividen.
Perjanjian yang mengendalikan kebijakan keuangan perusahaan. Hal ini bertujuan
mengurangi masalah delusi klaim dan mengurangi risiko perusahaan mengambil
pinjaman lebih besar.
Perjanjian mengikat dimana perusahaan memberikan sejumlah informasi pada lenders
seperti laporan keuangan dan pengungkapan peraturan. Hal ini membantu bond holders
menghitung seberapa besar kemungkinan perjanjian dilanggar.
Patut dicatat bahwa penggunaan akuntansi dan laporan keuangan digunakan secara luas
dalam kontrak.
Whittred dan Zimmer menemukan bukti mengenai syarat persetujuan utang. Mereka
menemukan bahwa prioritas pada utang ketika nominalnya semakin meningkat, perjanjiannya
semakin ketat. Sebagai contoh, surat utang adalah bentuk utang yang digunakan sebagai
pembatasan. Di sisi lain Whittred dan Zimmer juga menemukan bahwa sedikit perjanjian tidak
mengatur kebijakan dividen atau yang membatasi keputusan investasi produksi, karena terdapat
aturan yang membatasi pembayaran dividen dari modal. Pembatasan ini memberikan kepastian
bahwa pembayaran dividen tidak akan meningkatkan risiko perusahaan ke level tertentu. Temuan
Whittred dan Zimmer juga diperkuat oleh Stokes dan Tay yang melakukan studi mengenai
convertible notes.
Dalam studi terbaru di Australia mengenai kontrak utang, Cotter menemukan bahwa
ketentuan pinjaman bank mengandung perjanjian dimana terdapat poin berupa rasio total
liabilitas dibandingkan total aset tangible. Aset intangible umumnya tidak dimasukkan karena
nilainya yang cepat sekali hilang dan penilaiannya yang subjektif dan tidak mudah di verifikasi.
Padahal beberapa brand ternama mungkin menjadi intangible sebagai asetnya yang paling besar.
Cotter juga menemukan bahwa kontrak utang biasanya mengandung bunga jaminan dan klausul
rasio saat ini. Dia menemukan bahwa batasan bunga penuh EBIT dibagi dengan beban bunga
berada pada kisaran 1,5:4. Rasio yang dibutuhkan adalah antara 1 dan 2.
Stokes dan Whincop memeriksa beberapa pembatasan perjanjian mengenai kontrak saham
preferen sesuai dengan hipotesis bahwa utang lebih dipilih sebagai diskresi manajemen daripada
ekuitas. Saham preferen unik karena memiliki sifat ekuitas dan liabilitas. Ditemukan bahwa
saham preferen lebih mendekati sifat liabilitas daripada ekuitas karena banyaknya syarat- syarat
pembatasan. Beberapa contoh syarat pembatasan diantaranya isu mengenai saham preferen yang
memiliki urutan prioritas, yang mana pembatasan pada saham preferen maupun pembatasan
saham preferen sebagai persentase saham biasa. Stokes dan Whincop menemukan bahwa
konsisten dengan asumsi agency bahwa manajer sesuai dengan keinginan pemilik terkait dengan
kontrak utang.
Keberadaan utang mendorong manajemen untuk bertindak untuk shareholders, diberikan
insentif untuk mentransfer kekayaan dari debt holders ke shareholders. Namun manajemen
dibatasi oleh pembatasan dalam persetujuan utang, oleh karenanya manajemen mengadopsi
kebijakan dan prosedur akuntansi untuk mengatasi masalah perjanjian ini. Peneliti mendapatkan
hipotesis bahwa bila leverage perusahaan yang merupakan perbandingan utang dan aset
meningkat maka manajemen akan memilih prosedur akuntansi untuk menarik profit dari periode
masa depan ke masa sekarang. Hal ini sesuai dengan premis bahwa bila leverage meningkat
maka sebenarnya perusahaan sedang dalam kendali perjanjian utang.

LO 5. PELUANG EX POST VERSUS KONTRAK EFISIEN EX ANTE


Kontrak agency memberikan insentif untuk agen dalam bertindak meskipun bertentangan
dengan keinginan principal. Bagaimanapun juga dengan adanya price protection maka
menunjukkan keinginan agency untuk mengurangi biaya agency. Seberapa kuat pengaruh
insentif ini masih belum jelas. Terdapat pendekatan dengan asumsi bahwa agency itu oportunis
dan selalu mencari cara mentransfer kekayaan dari principals karena agency menilai price
protection tidak paripurna dan setiap penyelesaian ex post untuk setiap disfungsi sikap juga tidak
paripurna. Perlu diperhatikan istilah ex post dan oportunis. Terdapat argumen bahwa sulit
dilaksanakan karena perlunya renegosiasi kontrak ulang agar manajer dapat melakukan transfer
kekayaan dari principal.
Berdasarkan perspektif oportunis mengenai teori kontrak dan kontrak utang disimpulkan
bahwa manajer akan bertindak untuk mentransfer kekayaan dari lenders ke shareholders.
Contohnya bila perusahaan sedang akan bangkrut maka perusahaan akan berusaha memastikan
agar tidak melanggar perjanjian utang namun juga berusaha untuk memberikan dividen pada
shareholders. Pada saat yang sama menahan pembayaran utang hingga akhirnya perusahaan
benar-benar bangkrut. Tekniknya adalah menggunakan profit increasing.
Alternatif lain untuk perspektif oportunis adalah pendekatan kontrak efisien. Jika kontrak
efisien maka keinginan agency akan sejalan dengan principals. Hal yang menguntungkan
principals juga akan menguntungkan agency. Dengan pendekatan ex ante maka agency
mengakui bahwa berusaha untuk mentransfer kekayaan dari principals akan berdampak penalti
pada mereka. Oleh karena itu disebut pendekatan kontrak efisien karena peningkatan nilai
perusahaan meningkatkan nilai share holders dan juga meningkatkan agency. Pendekatan ini
disebut ex ante karena manajemen bertindak sesuai dengan keinginan shareholders.
Contoh lain penerapan kontrak efisien adalah penggunaan depresiasi diminishing
balance. Dengan demikian profit meningkat dan juga meningkatkan bonus manajemen atau
mengurangi pembayaran utang.

LO 6. SIGNALLING THEORY
Sebagai tambahan perspektif kontrak, Holthausen menjelaskan perspektif lebih lanjut
dalam pilihan kebijakan akuntansi yaitu perspektif informasi. Berdasarkan perspektif ini,
manajer secara sukarela memberikan informasi pada investor untuk membantu pengambilan
keputusan mereka. Manajer dapat memilih opsi ini karena menguntungkan mereka di sisi
produksi dan pemberian informasi. Hal yang sama dengan perspektif kontrak efisien, manajer
menyajikan informasi karena mengurangi biaya pengawasan dan biaya penyelesaian ex post.
Holthausen kemudian memberikan perbedaan antara perspektif kontrak efisien dan perspektif
informasi dengan cara informasi yang disajikan pada perspektif informasi merupakan perkiraan
informasi akuntansi berupa arus, mengenai bagaimana prediksi nilai perusahaan ke depan.
Sedangkan perspektif kontrak efisien lebih kepada pemberian informasi yang telah dilaporkan
sebagai pengawasan.
Berdasarkan hipotesis informasi yang kebanyakan merupakan penelitian mengenai pasar
modal. Dalam studi pasar modal, manajer di asumsikan untuk memberikan informasi pembuatan
keputusan oleh investor. Sebagai contoh perubahan metode akuntansi berarti bahwa informasi
dan keputusan investasi berubah. Dampaknya hingga dapat merefleksikan perubahan harga
saham dalam volume perdagangan.
Hipotesis informasi sejalan dengan signaling hypothesis. Berdasarkan signaling
hypothesis, jika manajer mengharapkan pertumbuhan perusahaan yang tinggi maka mereka akan
memberikan sinyal tersebut pada investor melalui akun. Manajer akan diberikan insentif untuk
pemberian sinyal tersebut entah itu informasinya baik, netral maupun buruk. Dengan demikian
menggunakan signaling hypothesis maka perusahaan akan mengungkapkan informasi lebih
daripada yang diharapkan.
Muncul pertanyaan bagaimana investor dapat yakin bahwa profit masa depan perusahaan
akan menguntungkan investor.
Salah satu caranya adalah dengan menyajikan informasi mengenai prediksi dividen masa
depan. Dengan demikian sejalan dengan harapan profit masa depan perusahaan.

LO 7. PROSES POLITIK
Teori akuntansi positivisme juga merupakan modal proses politik yang melibatkan
hubungan antara perusahaan dan pihak lain dalam perusahaan, seperti pemerintah, persatuan
perdagangan dan grup komunitas. Sebagaimana dalam konteks utang dan kontrak kompensasi
manajemen, akuntansi penting dalam proses politik sebagai salah satu sumber informasi
perusahaan.
Perbedaan utama pasar politik dan pasar modal adalah pasar politik kurang umum
sehingga insentifnya juga lebih sedikit dalam penyajian informasinya. Selain itu juga manfaat
dari informasi politik ini tidak sebesar manfaat informasi pasar modal. Dengan lebih sedikitnya
pihak yang membutuhkan informasi politik ini juga menyebabkan biaya yang semakin besar
untuk penyajian informasi politik ini.
Besarnya biaya informasi politik ini karena sifatnya yang hanya berdampak pada satu
individu saja. Berbeda dengan informasi pasar modal dimana tindakan seseorang dapat
berdampak pada kekayaan orang lain, pada pasar politik masing- masing individu hanya
memiliki satu suara saja yang tidak berdampak pada orang lain.

LO 8. KONSERVATISME, STANDAR AKUNTANSI, DAN BIAYA AGENCY


Berdasarkan diskusi diatas dapat kita tarik simpulan bahwa kontrak agency muncul
karena kesepakatan perusahaan dan shareholders. Kita mendiskusikan mengenai tata kelola
korporasi internal dengan asumsi kontrak efisien. Pada pasar modal yang berfungsi dengan baik
dapat terjadi suatu kontrak dengan level kontrak yang efisien. Asumsi ini dominan dikuasai oleh
principals (shareholders dan debt holders) dengan kerugian residual kecil.
Pendekatan lain model kontrol yang dapat dilakukan oleh agen adalah dengan
pembatasan kekuasaan debt holders dan shareholders. Hal ini karena manajer memiliki
keterbatasan umur jabatan dan keterbatasan liabilitas. Dalam kondisi ekstrem, jika manajer
memiliki kekuatan diktator dan dapat bertindak sesuai keinginannya, dapat berdampak pada
kondisi perekonomian secara umum.
Pada tahun 1931 dan 1933 disebutkan bahwa pendekatan konservatif itu penting.
Konservatisme tradisional adalah segera mengakui beban dan menunda pengakuan pendapatan
dengan mengantisipasi kerugian dan mengantisipasi pengakuan pendapatan belakangan. Awalnya
konservatisme muncul karena asimetri verifikasi yang terjadi karena adanya perbedaan derajat
pengakuan beban dan pendapatan. Lebih jauh, sistem penilaian adalah berdasarkan historical
cost tidak diperkenankan di Amerika Serikat begitu pula dengan revaluasi.
Baru-baru ini, IASB berargumentasi bahwa bias pada informasi akuntansi tidak selalu
menggambarkan keseluruhan keuangan perusahaan dan mengurangi ketersediaan informasi pada
investor. Mereka mengajukan bahwa pengakuan keuntungan sama pentingnya dengan pengakuan
rugi. Menjawab argumentasi tersebut, pendukung teori konservatisme mengatakan bahwa
urgensi pengakuan gain lebih rendah. Maksudnya pasar memberikan penilaian yang lebih tinggi
pada pengakuan kerugian yang segera.
Di sisi lain informasi mengenai keuntungan dengan fair value tidak terlalu diinginkan
karena penurunan harga saham lah yang mendorong renegosiasi, tuntutan selalu muncul
manakala tidak diakuinya kerugian oleh bank, pemberi utang, dan melalui pembatasan
pengakuan keuntungan membatasi kewenangan manajemen dalam memberi kompensasi pada
dirinya sendiri maupun shareholders. Basu berargumentasi bahwa beberapa tahun belakangan
permintaan akan konservatisme semakin tinggi karena tingginya tuntutan dan permintaan akan
kontrak yang sesuai kompensasi.
Akhirnya, prinsip akuntansi yang mengurangi pelaporan income mengurangi kemampuan
manajemen dalam melakukan tindakan oportunis dalam akuntansi. Jadi, kemungkinan manajer
dan auditor diberi sanksi akan menyebabkan pelaporan income semakin dapat diatur.

LO 9. TAMBAHAN PENGUJIAN EMPIRIS TERHADAP TEORI


Sebagaimana yang sudah dibahas, salah satu keuntungan pengembangan teori positivisme
adalah model dapat diuji secara empiris, membantu untuk memberikan alasan rasional untuk
menolak pemahaman umum dunia. Kita akan memulainya dengan pengujian sifat oportunis dan
motivasi biaya politik, yang merupakan teori transfer kekayaan, kemudian kita akan
mendiskusikan pengujian teori efficient contracting.

Pengujian Perilaku Oportunis Dan Hipotesis Biaya Politik


Setelah pengembangan model kontrak di perusahaan dan proses politik, hipotesis umum
adalah pengembangan untuk menjelaskan pilihan akuntansi yang berkaitan dengan transfer
kekayaan dari principal.
Salah satu studi yang dilakukan oleh Watts dan Zimmerman, yang memeriksa posisi perusahaan
yang manajernya patuh pada US FASB 1974 diskusi memorandum di GPLA (General Price
Level Adjustment Accounting). Dampak dari GPLA adalah penilaian kembali akun perusahaan
ke indeks inflasi umum, dengan demikian meningkatkan nilai dari aset namun menurunkan profit
yang dilaporkan karena tingginya beban depresiasi. GPLA dapat berdampak pada kompensasi
manajemen dan kontrak utang. Bagaimanapun juga, sejak pengungkapan menjadi pelengkap,
akan terdapat sedikit efek langsung oleh proposal Amerika mengenai syarat pelaporan. Oleh
sebab itu, proses politik dianggap sebagai faktor mayor dalam me lobi. Watts dan Zimmerman
berargumentasi bahwa faktor politik yang melibatkan manajer perusahaan besar memiliki
insentif lebih dalam menurunkan profit yang dilaporkan. Efek yang diharapkan bervariasi sesuai
dengan potensi pajak, regulasi, dan biaya pembukuan.
Hasilnya sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa posisi lobi begitu menentukan dan
kebanyakan didominasi oleh perusahaan besar. Namun, bagaimanapun juga hasilnya sangat
mempengaruhi oleh sampel yang diambil dimana paling banyak adalah perusahaan minyak
besar. Ball dan Foster mengkritik penggunaan ukuran perusahaan sebagai pengukuran biaya
politik dan menyarankan pengukuran berdasarkan keanggotaan dalam industri.
Penelitian menemukan hubungan erat dengan hipotesis utang. Beberapa studi menemukan bahwa
manajer membuat pilihan kebijakan akuntansi yang melaporkan peningkatan profit karena
menyesuaikan mereka dengan perjanjian utang, dan juga mereka melakukan manipulasi profit
akuntansi beberapa tahun belakangan karena khawatir akan pelanggaran perjanjian utang. Dalam
beberapa bagian buku ini sudah dibahas bahwa manipulasi akuntansi profit dapat dilakukan tidak
hanya dengan kebijakan akuntansi melainkan juga dengan kebijakan dalam estimasi menentukan
umur aset, estimasi utang tak tertagih, estimasi provisi dan write off. Sweeney menemukan
bahwa manajer perusahaan dalam melakukan pendekatan dalam membatasi perjanjian utang
lebih suka mengadopsi cara peningkatan key profit daripada pendekatan teknik dalam mengatasi
perjanjian. Strategi yang dilakukan adalah dalam kalkulasi liabilitas pensiun dan penghitungan
arus kas inventory
Senada pula, Defond dan Jiambalvo menginvestigasi perilaku manajemen perusahaan dalam
mengelola perjanjian utang perusahaannya. Hasilnya mendukung perspektif oportunis pada ex
post dari pilihan kebijakan akuntansi. Mirip dengan Sweeney, mereka menemukan bahwa
manajer perusahaan memanipulasi profit akuntansi nya dalam beberapa tahun belakangan dan
tahun- tahun ke depan.
Penelitian lainnya mengenai studi empiris ukuran, rencana bonus dan hipotesis utang terhadap
ekuitas dengan teknik basis akuntansi tunggal. Bagaimanapun juga, profit berfokus pada tiga
hipotesis, merupakan hasil dari penerapan berbagai penerapan prosedur akuntansi terhadap
banyak transaksi. Contohnya adalah penerapan depresiasi garis lurus mungkin dapat
meningkatkan profit saat ini, namun perlu diperhatikan bahwa dapat pula terjadi penurunan yang
disebabkan prosedur lain. Pengujian yang lebih kuat adalah pengujian terhadap suatu portfolio
prosedur akuntansi yang berfokus pada serangkaian prosedur bukan hanya satu prosedur saja.
Studi pertama dilakukan oleh Zmijewski dan Hagerman, hasilnya adalah mendukung bahwa
manajer menggunakan berbagai prosedur.
Salah satu topik populer adalah pilihan prosedur akuntansi untuk industri minyak dan gas yang
menggunakan biaya pra produksi. Pilihannya adalah full costing (FC) dan successful efforts
(SE). berbeda dengan SE, FC memiliki dampak dalam membagi profit terhadap periode saat ini
dan menyebabkan varian profit yang lebih sedikit. Sangat disarankan penggunaan FC dalam
rencana bonus dan bila menerapkan hipotesis utang terhadap ekuitas dan SE akan dipilih bila
menggunakan hipotesis ukuran karena kemampuannya membagi profit pada periode masa depan
meskipun meningkatkan varian. Lilien dan pastena mempelajari bahwa semakin besar
perusahaan akan membagi profit menggunakan SE dan FC.
Lebih dalam, studi mengenai pilihan akuntansi awal dilakukan oleh Dhaliwal (akuntansi biaya
untuk pra produksi), Daley dan Vigeland (akuntansi untuk penelitian dan pengembangan),
Dhaliwal, Salamon, dan Smith (depresiasi), dan Bowen, Noreen, dan Lacey (akuntansi untuk
bunga) sangat mendukung teori debt to equity dan hipotesis ukuran, dipadukan dengan hipotesis
rencana bonus. Watts dan Zimmerman merekomendasikan 3 hal:
Detail dari kontrak yang relevan dapat dipergunakan
Hipotesis ukuran dapat disaring karena ukuran perusahaan punya banyak faktor
Hipotesis dapat diturunkan dari berbagai kontrak yang ada dalam perusahaan.

Pengujian Menggunakan Detail Kontrak


Paper Healy menggambarkan pengujian yang lebih dalam mengenai hipotesis rencana bonus
daripada penelitian sebelumnya karena ia mengadaptasi berbagai karakteristik yang lebih
komprehensif dari rencana bonus. Terdapat situasi dimana manajer ditawari agar membuat
kebijakan akuntansi yang menurunkan profit. Healy mendeskripsikan sifat skema bonus
akuntansi adalah melibatkan transfer ke bonus pool dari sejumlah uang.
Pt{max[(Et-Lt),0]}
Atau
Pt (min{Ut max [(Et-Lt),0]})
Dimana
Pt = persentase maksimal
Et= varian profit yang ditampilkan
Lt= batas bawah yang dinyatakan dengan persentase investasi
Ut= batas atas yang juga menampilkan persentase investasi, kadang- kadang mengikat ke sebuah
variabel dari bunga seperti pembayaran kas dividen
Dengan kata lain, perusahaan mentransfer dengan jumlah yang sama dengan profit maksimum
dikurangi batas atau nol. Saat tidak ada batas atas, jumlah yang ditransfer akan dibatasi oleh
limit.
Menggunakan formula Healy, batas bawah adalah $1.000.000 dan batas atas adalah
$2.500.000 dan Pt adalah 2%. Berdasarkan hal tersebut pendapatan maksimal manajer adalah
$30.000 (2% x (2.500.000- 1.000.000). jika profit perusahaan $2.000.000 maka pendapatan
manajer adalah $20.000 2% x (2.000.000- 1.000.000).
Batas bawah yang lebih rendah akan mendorong manajer untuk mendapatkan profit
dengan lebih normal. Bila batas bawahnya terlalu tinggi akan berdampak pada usaha berisiko
yang dilakukan manajer untuk memperoleh profit. Sedangkan batas atas merefleksikan harapan
shareholders pada profit yang akan diraih dan kelanjutan profit masa- masa selanjutnya.
Healy memformulasikan aturan keputusan, berdasarkan parameter rencana. Saat profit
sebelum discretionary accrual secara signifikan dibawah batas bawah, manajer akan memiliki
insentif untuk dicuci artinya membuat negatif discretionary accrual dengan tujuan menghapus
sebanyak mungkin profit dengan harapan pada periode berikutnya akan melaporkan profit diatas
batas bawah. Bila terdapat batas atas maka bila manajemen berhasil membuat profit diatas batas
atas maka tidak akan dihitung menjadi pendapatan manajemen. Jadi manajemen akan berusaha
untuk mengurangi profit nya dan mengalihkan ke periode masa depan dengan harapan
mendapatkan pendapatan dari hal tersebut.
Pada studi selanjutnya, Holthausen, Larker, dan Sloan memeriksa perilaku manajemen
menggunakan data pribadi mengenai manajemen kompensasi perusahaan. Mereka menemukan
temuan Healy, kecuali bukti bahwa manajer melakukan pencucian saat profit dibawah batas
bawah.
Healy, Kang, dan Palepu memperluas hipotesis rencana bonus dengan memeriksa efek
dari perubahan prosedur akuntansi dengan gaji kas dan bonus kompensasi CEO. Mereka menguji
bilamana ada hubungan statistik antara faktor ini dan profit perusahaan saat ada perubahan dari
FIFO ke LIFO persediaan dan dari akselerasi depresiasi garis lurus.
Ditemukan bahwa setelah perubahan prosedur akuntansi, gaji dan bonus adalah
berdasarkan profit yang dilaporkan. Dengan kata lain tidak ada dampak dari perubahan prosedur
akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa sekalipun manajer memiliki peluang untuk mengubah
prosedur akuntansi maka manfaatnya dirasa tidak terlalu besar.

Penjelasan Spesifikasi Biaya Politik


Sugesti kedua dari Watts dan Zimmerman dibuat untuk meningkatkan kekuatan dari
pengujian teori positif untuk memperbaiki spesifikasi dari variabel biaya politik. Beberapa paper
berkonsentrasi pada peran akuntansi pada proses politik dan mencoba untuk menjelaskan
ukurannya.
Menggunakan sampel perusahaan Australia, Godfrey dan Jones menginvestigasi insentif
untuk perusahaan men-smooth-kan profit nya. Mereka memprediksi saat periode tersebut adalah
mungkin untuk mengklasifikasi item berulang yang tidak wajar sebagai extraordinary, manajer
akan mengklasifikasi item yang mengurangi ketidakstabilan profit dengan tujuan untuk
mengurangi biaya politik. Mereka berargumen bahwa dalam konteks multi periode, manajer suka
untuk men-smooth-kan profit daripada meminimalkan profit, sehingga profit masa depan akan
lebih kecil.
DeAngelo melakukan observasi bahwa shareholders yang tidak sepakat biasanya
mengutip jeleknya pendapatan daripada performa harga saham. DeAngelo juga memprediksi
bahwa saat pemilihan, profit cenderung akan positif karena manajer akan menggunakan diskresi
nya untuk memanipulasi laporan akuntansi, akan melaporkan profit dan mencoba untuk
meningkatkan peluang memenangkan pemilihan. Pada saat yang sama, profit itu tidak sebanding
dengan arus kas. Hasil ini bertentangan dengan bukti dari Liberty dan Zimmerman, dan
DeAngelo menyarankan sebaiknya pemberian insentif berjenjang untuk memantau kecurangan
akuntansi manajemen.
Wong mempelajari dampak politik dan kontrak utang pada akuntansi dengan objek kredit
pajak ekspor di selandia baru. Hingga 1985, pajak selandia baru memberikan insentif untuk
perusahaan yang meningkatkan profit ekspor. Antara 1980 dan 1985, terdapat tekanan yang
signifikan untuk mencabut hukum, berdasarkan premis bahwa bisnis besar tidak membayar pajak
sahamnya. Wong berargumen bahwa dimana kredit pajak dihitung untuk periode ini dipengaruhi
oleh biaya politik. 2 hal ini merupakan metode untuk menghitung kredit:
Metode pengurangan pajak (TRM), dimana kredit dikurangi dari beban pajak
Metode kredit ke penjualan (CSM), dimana pajak masukan dianggap sebagai laba kotor
karena kredit pajak dibagi secara adil berdasarkan penjualan
Wong menguji tiga hipotesis:
Perusahaan dengan pajak yang dilaporkan sedikit akan lebih suka menggunakan CSM
Perusahaan dengan jumlah besar dari kredit pajak ekspor akan lebih suka menggunakan
CSM
Perusahaan besar akan suka menggunakan CSM
Hipotesis ketiga menunjukkan hubungan antara ukuran dan profil politik. Dua hipotesis pertama
adalah berdasarkan pendapat bahwa perusahaan dengan jumlah kredit pajak besar atau rating
pajak yang dilaporkan kecil, memiliki biaya politik lebih besar dalam konteks debat kredit pajak
ekspor. Hipotesis ketiga menunjukkan hubungan antara ukuran dan profil politik. Dua hipotesis
pertama adalah berdasarkan pendapat bahwa perusahaan dengan jumlah kredit pajak besar atau
rating pajak yang dilaporkan kecil, memiliki biaya politik lebih besar dalam konteks kredit pajak
ekspor. Keuntungan model Wong adalah ia mengembangkan hubungan eksplisit antara politik
dan isu umum, kredit pajak ekspor, dan keefisienan pilihan kebijakan akuntansi, sehingga hasil
pengujian lebih kuat.
Salah satu studi paling terkenal mengenai hubungan biaya politik dan kebijakan
akuntansi adalah penelitian Jones pada 1991 yang menginvestigasi apakah manajer perusahaan
keberatan akan pajak impor pada tahun 1980 dan 1985 di US. Jones berargumentasi bahwa
kombinasi kebijakan akuntansi dan estimasi dapat digunakan untuk mengatur profit dalam
perusahaan dan industrinya. Hasil dari studi Jones tidak hanya menampilkan peran discretionary
accrual dalam menurunkan tekanan perusahaan terhadap biaya politik, namun juga menyajikan
model untuk menghitung discretionary accruals yang mencakup lingkup luas dari kebijakan
akuntansi.
Menggunakan data 72 perusahaan pada pasar modal Australia, Panchapakesan dan
Mckinnon menguji validitas ukuran perusahaan sebagai pengukuran tekanan biaya politik.
Variabel digunakan adalah pangsa pasar, keanggotaan industri, intensitas modal, jumlah
karyawan, jumlah shareholders, pengungkapan kewajiban sosial, dan ukuran perusahaan.
Mereka menyarankan semua variabel diatas berdampak pada politik dengan pengecualian pada
keanggotaan industri dan intensitas modal. Jadi, pengujian mereka mendukung penggunaan
ukuran perusahaan sebagai ukuran tekanan biaya politik. Namun, hasil mereka juga
menyarankan bahwa menampilkan konstruksi politik merupakan hal yang kompleks, dan peneliti
seharusnya mempertimbangkan secara serius pengukuran kewajiban sosial yang diungkapkan
seperti jumlah atau arealnya dan gambaran kewajiban sosial pada forum keuangan.

Pengujian Hipotesis Kontrak Efisien


Melalui literatur penelitian yang memeriksa berbagai pilihan akuntansi, terdapat beberapa studi
signifikan yang menginvestigasi perspektif kontrak efisien. Literatur ini berkonsentrasi pada
pemilihan prosedur akuntansi yang efisien bahwa keputusan akuntansi dibuat secara ex ante
oleh manajemen dan claimholders pada perusahaan untuk mengurangi biaya agency dari kontrak.
Kapitalisasi Bunga
Salah satu empiris paling awal ex ante mengenai studi kontrak efisien dari pilihan
kebijakan akuntansi adalah studi Zimmer mengenai real estate developer di Australia. Zimmer
menunjukkan penjelasan teori mengapa perusahaan akan mengkapitalisasi bunga daripada beban
dengan tujuan mengurangi biaya kontrak.
Teori Zimmer menekankan hubungan metode pembiayaan perusahaan real estate dan
pilihan akuntansi. Dia berhipotesis bahwa perusahaan real estate yang membiayai proyek demi
proyek pinjaman akan lebih mungkin mengkapitalisasi bunga. Zimmer mengharapkan kontrak ex
ante antara perusahaan dan customer dimana kapitalisasi nya meningkatkan bonus manajer,
manajemen kompensasi komite akan mengizinkan kapitalisasi bunga dan penggantian
penerimaan melalui biaya ditambah kontrak. Kedua, penerapan konsisten dari kapitalisasi bunga
pada proyek keuangan akan menghemat waktu dalam negosiasi dengan auditor dan biaya
investigasi customer.
Hipotesis ex post dimana kapitalisasi lebih mungkin saat perusahaan memiliki leverage
yang tinggi karena kapitalisasi mendorong peningkatan pelaporan profit dan pengurangan
leverage juga diuji oleh Zimmer. Buktinya konsisten dengan hipotesis ex ante dan meskipun
lemah mendukung hipotesis ex ante keduanya. Hasilnya konsisten dengan argumen ex post,
dimana terdapat hubungan pembiayaan proyek dan jumlah utang dalam struktur modal. Temuan
lebih dalam adalah semakin besar perusahaan maka semakin mungkin mengkapitalisasi bunga,
dimana tidak konsisten dengan hipotesis ukuran konvensional dan menyarankan semakin besar
perusahaan akan semakin mudah menarik pembiayaan perusahaan.

Perubahan CEO
Dechow dan Sloan menguji bahwa masalah horizon akan memotivasi CEO pada akhir masanya
di perusahaan untuk memperbaiki profit jangka pendek dan juga bonus mereka dengan
memotong biaya penelitian dan pengembangan. Tidak ada bukti pengurangan ini berdampak
buruk bagi perusahaan. Faktanya pada tahun pertama CEO maka biaya penelitian dan
pengembangan akan meningkat. Studi Dechow dan Sloan mengindikasikan kontrak manajemen
dapat menyeimbangkan pembagian saham dan insentif basis profit untuk memastikan percobaan
transfer kekayaan dari shareholders ke manajer tidak terjadi. Jadi akuntansi dan kontrak lainnya
dapat mengurangi biaya agency saat insentifnya tinggi.
Studi Lainnya
Respons terhadap Watts dan Zimmerman untuk penelitian tambahan menginvestigasi
motivasi pilihan akuntansi, Skinner menginvestigasi bilamana penjelasan tradisional pilihan
akuntansi mengabaikan penjelasan lain: bahwa akuntansi merefleksikan investasi, produksi dan
peluang pembiayaan perusahaan. Menggunakan data USA, Skinner menguji bilamana keputusan
akuntansi berkorelasi dengan variabel kontrak atau variabel yang menggambarkan atribut
ekonomi. Dia menemukan bukti bahwa atribut ekonomi perusahaan berdampak pada utang
perusahaan dan manajemen kompensasi, dan variabel kontrak tradisional berkaitan dengan
pilihan kebijakan akuntansi.
Berbeda sekali, Bradbury, Godfrey dan Koh menemukan bahwa keputusan akuntansi
goodwill di perusahaan selandia baru berkaitan dengan atribut ekonomi perusahaan daripada
variabel kontrak tradisional. Mereka memberi atribut beberapa perbedaan hasil dan fakta Skinner
bahwa akuntansi di Selandia Baru tidak terlalu ketat dibandingkan USA, jadi mereka memiliki
peluang lebih banyak untuk mengadopsi kebijakan untuk posisi ekonomi perusahaan. Bradbury,
Godfrey, dan Koh juga menetapkan pengukuran variabel dependen dan independen, dimana
memperbolehkan mereka untuk memberi implikasi.

LO 10. EVALUASI TERHADAP TEORI


Meskipun perkembangan teori positivisme mendapat banyak sambutan dari banyak akademisi,
namun bukan berarti semuanya menerimanya. Pada masa lalu, penelitian akuntansi memberikan
berbagai komentar dan saran untuk membentuk temuan penelitian untuk membantu
pengembangan standar akuntansi yang menjelaskan bagaimana praktisi bertindak. Dengan
berkonsentrasi pada pertanyaan positivisme daripada pertanyaan normatif, Howieson
berargumen ilmu saat ini berperan sangat penting dalam komunitas. Sangat berbeda, Schipper
berargumen bahwa ilmu menyajikan masukan yang sangat berharga dalam proses pembuatan
standar dengan memastikan bahwa 1) regulator mengerti dan dapat memprediksi dampak sosial
dan ekonomi dari alternatif standar akuntansi dan 2) menginformasikan mengapa manajer secara
umum memilih metode akuntansi dan bagaimana itu merupakan perilaku oportunis after the
fact atau didorong oleh kontrak efisien before the fact. Schipper menyarankan akademisi
fokus pada teori positivisme karena dapat mendorong pengembangan ilmu.
Berbagai kritik teori positivisme dapat digolongkan menjadi dua: kritik metodologi dan statistik,
dan kritik filosofi. Kritik inilah yang akan dibicarakan:

Kritik Metodologi dan Statistik


Banyak kritik teori positivisme bahwa bukti empiris berkaitan dengan penjelasan pilihan
kebijakan akuntansi, dan dampaknya pada harga saham dan kontrak perusahaan, adalah lemah
dan tidak punya konklusi. Secara spesifik, kritik metodologi dan statistik adalah sebagai berikut:
Penjelasan variabel dalam beberapa studi tidak signifikan dan tidak dapat diprediksi
Kemampuan memprediksi dari model hipotesis adalah lemah
Terdapat kolinearitas diantara variabel penjelasan kontrak
Model cross sectional tidak spesifik
Perhitungan yang mentah, seperti ukuran perusahaan, untuk operasionalisasi biaya politik
tidak secara jelas ditetapkan dalam teori atau pengukuran
Mckee, Bell, dan Boatsman, sebagai contoh, meniru Watts dan Zimmerman studi pada 1978
dengan mengembangkan ukuran sampel original. Mereka menemukan keburukan kemampuan
prediksi model, dan perubahan dalam ukuran, arahan, dan signifikan nya koefisien. Mereka
menyimpulkan bahwa teori gagal dalam menjelaskan sejumlah observasi yang gagal dan faktor
ekonomi tidak dapat memprediksi perilaku lobi. Namun penelitian lain mengevaluasi bukti
agregat dari studi akuntansi positif dan menyimpulkan terdapat bukti signifikan secara empiris
yang konsisten dengan leverage dan ukuran variabel. Lebih jauh, Christie mencoba hipotesis
teori akuntansi positif yang menjelaskan pilihan prosedur akuntansi dengan menggunakan
pengujian- pengujian dari studi yang dipublikasi. Dia menyimpulkan terdapat 6 variabel yang
digunakan yaitu:
Kompensasi manajerial
Bunga yang di-cover
Leverage
Ukuran
Keterbatasan dividen
Risiko
Christie juga mengobservasi teori akuntansi positif masih merupakan paradigma. Seperti ilmu
sosial lainnya, terdapat suatu tendensi untuk mempublikasikan suatu teori meskipun masih awal.
Sekali teori tersebut diakui maka teori dan metodenya akan dikembangkan dan dicari
masalahnya. Hal ini terjadi pada program studi Lakatosian, Christie mengemukakan bahwa hasil
yang tidak signifikan dipublikasikan, dan terdapat bukti empiris.
Dalam me reviu paper Christie, Leftwich mengemukakan pengujian Christie membuat kita lebih
percaya diri bahwa terdapat hubungan signifikan diantara variabel tetap dan pilihan akuntansi.
Selain itu, Leftwich berkomentar bahwa teori didorong kontrak dan biaya pengawasan, terdapat
sedikit percobaan untuk mengukur biaya ini. Riset mempublikasikan bahwa diskusi Leftwich
menyingkirkan permasalahan ini. Secara umum, riset dari Beneish dan Press menggunakan data
US untuk menunjukkan biaya teknik untuk mengakali perjanjian utang dan secara signifikan
mengurangi ekuitas.
Watts dan Zimmerman mengemukakan, literatur umum menjelaskan pilihan kebijakan akuntansi
berdasarkan dua argumen: peluang manajerial dan efisiensi. Kekuatan relatif dari penjelasan ini
tidak pasti dan direfleksikan dari tes berikut.

Kritik Filosofi
Karena kepentingannya sebagai alternatif model dalam teori normatif, teori akuntansi positif
mendapatkan kritikan filosofi. Kritik ini disajikan sebagai berikut:
Tinker, Merino, dan Neimark menyarankan teori akuntansi positif bertentangan dengan klaim
dan nilai, karena peneliti memilih topik untuk di investigasi dan metode serta asumsi yang
diterapkan. Mereka menentukan nilai yang ingin didalami. Jadi, benar- benar penelitian. Watts
dan Zimmerman menyarankan, teori positif akuntansi menyajikan informasi yang diinginkan,
orang yang membutuhkan teori akuntansi akan memilih dari yang tersedia. Jadi, meskipun
penilaian mereka dilatih, mereka akan dibatasi oleh kompetisi antar penelitian.
Christenson menyebutkan karakteristik teori akuntansi positif bukanlah teori akuntansi, tetapi
sebagai sosiologi akuntansi karena terkonsentrasi pada perilaku manusia daripada perilaku
pengukuran pada entitas akuntansi. Menjawab hal tersebut, Watts dan Zimmerman berkomentar
bahwa entitas akuntansi dapat diakui hanya dengan syarat individu tersebut berkaitan dengan
perusahaan dalam hal ini shareholders, manajer, akuntan, dan auditor.
Sejumlah paper memandang bahwa metodologi akuntansi positif tidak perlu untuk disajikan.
Sebagai contoh, Christenson menghubungkan pendekatan positif dalam akuntansi abad ke 19
diajarkan pada sekolah sebagai positivisme logika. Merupakan metode ilmiah yang menyajikan
ilmu dan apa itu ilmu. Christenson mengatakan filosofi ilmiah bahwa teori positivisme tidak lagi
diperlukan. Lebih jauh dia mengatakan teori akuntansi positif mengabaikan metode fundamental
atau merupakan falsifikasi menurut popper. Watts dan Zimmerman tidak setuju dengan hal itu.
Metode teori akuntansi positif berasal dari ekonomi positif dimana mereka berargumen
menyajikan deskripsi dan prediksi mengenai bagaimana dunia bekerja. Kata positif untuk berarti
pendapat yang berdasarkan hal yang empiris dan positif, berbeda dengan pendapat normatif yang
berguna ketika teori masih awal.

LO 11. ISU- ISU UNTUK AUDITOR


Sebagaimana didiskusikan pada awal bab ini, kebutuhan akan akuntansi dapat dijelaskan melalui
teori agency dengan bagian biaya monitoring dan bonding. Perhitungan akuntansi digunakan
dalam kontrak untuk menghitung kompensasi manajemen dan sebagai basis perjanjian utang.
Perhitungan akuntansi ini dibutuhkan hukum untuk diaudit, tapi terdapat beberapa bukti bahwa
auditing dibutuhkan saat ketiadaan hukum.
Watts dan Zimmerman memeriksa sejarah auditing di inggris dan USA untuk menguji bagaimana
auditing dibutuhkan untuk mengurangi biaya agency dan meningkatkan nilai perusahaan, atau
memberikan legalisasi. Watts dan Zimmerman menemukan bukti bahwa audit ada dalam sejarah
awal korporasi. Audit ini melibatkan perusahaan pertama inggris pada 1844. Mereka juga
menemukan perbedaan waktu antara dua pasar modal di dua negara. Bukti- bukti mendukung
kesimpulan bahwa legislatif membutuhkan auditing sebagai best practice daripada hanya sekadar
keinginan belaka.
Sulit sekali jika bukan tidak mungkin, untuk menguji teori kebutuhan akan auditing
menggunakan data masa kini, karena negara dengan pasar modal berkembang membutuhkan
perusahaan yang listed untuk dibuka informasi laporan keuangannya paling tidak tahunan.
Namun terdapat kondisi dimana peneliti mengeksploitasi pengujian dari agency dan signaling
theories. Daripada memeriksa pilihan untuk melakukan audit atau tidak, pengujian terhadap
perhitungan kualitas audit lebih dibutuhkan.
DeAngelo berargumen bahwa KAP besar yang sering disebut Big 4, lebih berkualitas dari
KAP lain karena ketika mereka jatuh karena satu laporan maka klien akan sangat kehilangan
kepercayaan pada mereka. Jika KAP mau berkompromi atas independensi nya maka reputasinya
akan rusak dan perusahaan akan kehilangan semua klien nya. Insentif diberikan pada auditor
agar tidak mengalami hal semacam ini. DeAngelo menjelaskan bahwa nilai audit perusahaan
adalah sama dengan nilai future quasi rents. Quasi rents adalah biaya pinjaman ex post. Quasi
rents muncul karena biayanya sangat besar untuk klien untuk berpindah KAP, jadi auditor dapat
meningkatkan harganya diatas marginal cost pada periode berikutnya.
Datar, Feltham, dan Hughes menyarankan pengguna laporan keuangan percaya pada KAP besar
karena KAP tersebut mengerti betapa besar risiko yang mereka hadapi. Mereka berargumen
perusahaan yang ingin IPO dapat menggunakan KAP berkualitas sebagai bagian signaling theory
nya. Salah satu metode signaling adalah kualitas perusahaan dalam mempertahankan jumlah
proporsi sahamnya. Hal ini berharga namun membutuhkan biaya besar. Alternatif lain adalah
dengan menggunakan jasa KAP besar. Jadi perusahaan yang IPO dengan menggunakan auditor
level atas akan lebih laris daripada perusahaan menggunakan auditor dengan level rendah.
Riset membuktikan bahwa teori Datar, Feltham, dan Hughes tersebut tidak sesuai di US
karena auditor cenderung untuk menaikkan tarifnya karena akan menanggung tanggungjawab
IPO. Namun menggunakan data di kanada sesuai dengan prediksi Datar, Feltham, dan Hughes.
Berbagai metode dikembangkan untuk menguji kebutuhan auditing dengan serangkaian
pertanyaan mengenai kualitas audit di berbagai negara yang bervariasi kekuatan korporasi nya.
Fan dan Wong berargumen bahwa pada pasar berkembang, seperti Asia Timur, konflik agency
timbul antara pemilih mayoritas dan minoritas dan sulit untuk dikendalikan dengan mekanisme
konvensional. Biasanya pada saat seperti itu mereka akan menggunakan jasa Big 5 auditor untuk
mengaudit. Namun perusahaan ini menerima harga saham yang lebih kecil karena adanya konflik
agency. Mereka juga menemukan bahwa KAP biasanya juga menagih biaya lebih besar dalam
kondisi ini.
Akhirnya peneliti menemukan bahwa konsep auditor berkualitas adalah yang memiliki
spesialisasi di industri tertentu atau kontrak. Craswell, Francis, dan Taylor menemukan bahwa
meskipun telah memiliki kontrol karena adanya efek dari Big 4, KAP tetap menetapkan biaya
audit yang lebih tinggi. Auditor ini memberikan jaminan bahwa pengeluaran perusahaan telah
dilaporkan dengan benar dan risikonya rendah

Вам также может понравиться