Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
2. Bermedia (Mediated)
3. Verbal
3. Kecepatan (Pacing)
Skizofrenia Hebefrenik: ditandai dengan afek datar atau afek yang tidak
sesuai secara nyata, inkoherensi, asosiasi longgar, dan disorganisasi perilaku yang
ekstern (Videbeck, 2008).
2.2.3 Gejala-gejala Skizofrenia Hebefrenik
Gejala psikotik ditandai oleh abnormalitas dalam bentuk dan isi pikiran,
persepsi, dan emosi serta perilaku. Berikut ini beberapa gejala yang dapat diamati
pada Skizofrenia (Maramis dan Willy F., 2009) :
Tidak ada penampilan atau perilaku yang khas skizofrenia. Beberapa bahkan
dapat berpenampilan dan berperilaku normal. Mungkin mereka tampak
berpreokupasi terhadap kesehatan, penampilan badan, agama atau minatnya.
2. Gangguan Pembicaraan
Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang
terganggu terutama adalah asosiasi. Asosiasi longgar berarti tidak adanya
hubungan antar ide. Kalimatnya tidak saling berhubungan, Kadang-kadang
satu ide belum selesai diutarakan, sudah dikemukakan ide lain. Atau terdapat
pemindahan maksud, misalnya maksud tani tetapi dikatakan sawah.
Bentuk yang lebih parah adalah inkoherensi.
Tidak jarang juga digunakan arti simbolik, seperti dikatakan merah bila
dimaksudkan berani. Atau terdapat asosiasi bunyi (clang association) oleh
karena pikiran sering tidak mempunyai tujuan tertentu, misalnya piring-
miring, atau dulu waktu hari, jah memang matahari, lalu saya lari
. Semua ini menyebabkan bahwa jalan pikiran pada skizofrenia sukar
atau tidak dapat diikuti dan dimengerti.
Neologisme yaitu kadang-kadang klien dengan skizofrenia membentuk kata
baru untuk menyatakan arti yang hanya dipahami oleh dirinya sendiri.
Kadang-kadang pikiran seakan berhenti, tidak timbul ide lagi. Keadaan ini
dinamakan blocking, biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi kadang-
kadang sampai beberapa hari.
3. Gangguan Perilaku
4. Gangguan Afek
Parathimi yaitu apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang atau gembira,
pada penderita timbul rasa sedih atau marah.
5. Gangguan Persepsi
6. Gangguan Pikiran
Waham: Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali dan sangat
bizar. Penderita tidak menginsafi hal ini dan baginya wahamnya merupakan
fakta yang tidak dapat diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia tidak mengubah
sikapnya yang bertentangan, misalnya penderita berwaham bahwa ia raja,
tetapi ia bermain-main dengan air ludahnya dan mau disuruh melakukan
pekerjaan kasar. Mayer-Gross membagi waham dalam 2 kelompok; yaitu
waham primer dan waham sekunder. Mungkin juga terdapat waham
sistematis. Ada juga tafsiran yang bersifat waham (delusional interpretations).
Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa
dari luar. Menurut Mayer-Gross halnini hampir patognomonik buat
skizofrenia. Misalnya waham bahwa istrinya sedang berbuat serong sebab ia
melihat cicak berjalan dan berhenti dua kali, atau seorang penderita berkata
dunia akan kiamat sebab ia melihat seekor anjing mengangkat kaki terhadap
sebatang pohon untuk kencing.
Waham primer jarang terjadi dan lebih sulit ditentukan dengan pasti. Waham
kejaran sering didapatkan tetapi tidak spesifik untuk skizofrenia. Waham
referensi dan waham kendali serta waham pikiran sisipan atau pikiran siaran
lebih jarang terjadi tetapi tidak mempunyai arti diagnostik yang lebih besar
untuk skizofrenia.
Saya dengar-dengar suara breznev melalui lalat, cicak, serangga, nyamuk: Kamu
anti soviet, berulang-ulang. Suara breznev, Mao Tse Tsung, Kruchev. Direkam
dengan microphone, tidak masuk, mungkin telinga saya lebih peka, microphone
hanya 16H-20KH. Bagaimana kalau ditangkap dengan oscilloscope? Bukan PM
(phase modulation)? Biasanya AM (amplitude modulation) atau FM (frequency
modulation) bukan?
Menurut Keliat (2010) Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada
individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu
berupa suara,penglihatan,pengecapan,perabaan atau penghiduan.
a. Respon Konflik : Distorsi pikiran, ilusi, reaksi emosi, perilaku aneh / tidak
biasa, dan menarik diri.
b. Respon Adaptif : Pikiran logis, persepsi akurat, emosi konsisten dengan
pengalaman, perilaku sesuai, dan berhubungan social.
c. Respon Maladaptif: Gangguan pikir / delusi, sulit merespon emosi,
perilaku disorganisasi, isolasi Sosial
3.3.5 Pengkajian
Menurut Darmawan dan Rusdi (2013) pada pengkajian klien halusinasi
pendengaran didapatkan data sebagai berikut:
1. Faktor Presipitasi
a. Sosial Budaya
Teori ini mengatakan bahwa stress lingkungan dapat
menyebabkan terjadi respon neurobiologis yang maladaptive, misalnya
lingkungan yang penuh dengan kritik (bermusuhan), kehilangan
kemandirian dalam kehidupan, kehilangan harga diri, kerusakan dalam
hubungn dapan interpersonal dan gangguan dalam hubungan
interpersonal, kesepian, tekanan dalam pekerjaan, dan kemiskinan.
Teori ini mengatakan bahwa stress yang menumpuk dapat menunjang
terhadap terjadi gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai
penyebab utama gangguan.
b. Biokimia
Dopamine, norepineprin, zat halusinogen dapat menimbulkan
persepsi yang dingin oleh klien sehingga klien cenderung
membenarkan apa yang dikhayal.
2. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
Adanya hambatan dalam perkembangan otak khusu konteks lobus
provital, temporal dan limbik yang disebabkan gangguan
perkembangan dan fungsi susunan saraf pusat. Sehingga menyebabkan
hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan mungkin perilaku
menarik diri, perilaku menarik diri dapat menyebabkan orang tidak
mau bersosialisasi sehingga kemampuan dalam menilai dan berespon
dengan realita dapat hilang dan sulit membedakan rangsang internal
dan eksternal.
b. Faktor Psikologis
Halusinasi dapat terjadi pada orang yang mempunyai keluarga
overprotektif sangat cemas. Hubungan dalam keluarga yang dingin dan
tidak harmonis, perhatian dengan orang lain yang sangat berlebih
ataupun yang sangat kurang sehingga menyebabkan koping individu
dalam menghadapi stress maladaptif.
c. Faktor Sosial Budaya
Kemiskinan dapat sebagai faktor terjadi halusinasi bila individu
mempunyai koping yang tidak efektif maka ia akan suka berkhayal
menjadi orang kaya dan lama-kelamaan akan terjadi halusinasi.
3. Perilaku
Pengkajian pada klien dengan halusinasi perlu ditekankan pada
fungsi kognitif (proses piker), fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi
motorik dan fungsi sosial.
a. Fungsi Kognitif
Pada fungsi kognitif terjadi perubahan daya ingat, klien
mengalami kesukaran dalam menilai dan menggunakan memorinya
atau klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang/pendek.
Klien menjadi pelupa dan tidak berminat.
1) Cara berpikir magis dan primitive
Klien menganggap bahasa diri dapat melakukan sesuatu yang
mustahil bagi orang lain, misalnya dapat berubah menjadi
spiderman. Cara berpikir klien seperti anak pada tingkat
perkembangan anak pra-sekolah.
2) Perhatian
Klien tidak mampu mempertahankan perhatiannya atau mudah
teralih, serta konsentrasi buruk, akibatnya mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan tugas dan berkonsentrasi terhadap tugas.
3) Isi Pikir
Klien tidak mampu memproses stimulus interna dan eksterna
dengan baik sehingga terjadi curiga, siar piker, sisip pikir, dan
somatic.
4) Bentuk dan Pengorganisasiaan Bicara
Klien tidak mampu mengorganisasian pemikiran dan menyusun
pembicaraan yang logis serta kohern. Gejala yang sering timbul
yaitu kehilangan asosiasi, kongensialm inkoheren/neologisme,
sirkumtansial, dan tidak masuk akal. Hal ini dapat
diidentifikasikan dari pembicaraan klien yang tidak relevan, tidak
logis, dan bicara yang terbelit-belit.
b. Fungsi Emosi
Emosi digambarkan dengan istilah mood, yaitu suasana emosi
sedangkan efek adalah mengacu pada ekspresi yang dapat diamati
dalam ekspresi wajah. Gerakan tangan, tubuh dan nada suara ketika
individu menceritakan perasaannya.
Pada proses neurobiologis yang maladaptif terjadi gangguan
emosi yang dapat dikaji melalui perubahan afek:
1) Afek tumpul
Kurangnya respon emosional terhadap pikiran, orang lain atau
pengalaman klien tampak apatis.
2) Afek datar
Tidak tampak ekspresi aktif, suara menahan, wajah datar, tidak
ada keterlibatan perasaan.
3) Afek tidak sesuai
Afek tidak sesuai dengan isi pembicaraan.
4) Reaksi berlebihan
Reaksi emosi yang berlebihan terhadap suatu kejadian.
5) Ambivalen
Timbulnya dua perasaan yang bertentangan pada saat yang
bersamaan.
c. Fungsi Motorik
Respon neurobiologis maladaptif menimbulkan perilaku yang
aneh, membingungkan dan kadang nampak tidak kenal dengan
orang lain. Perubahan tersebut adalah:
1) Impulsif : cenderung melakukan gerakan yang tiba-tiba
dan spontan.
2) Manerisme : dilihat melalui gerkan dan ucapan seperti
grimasentik.
3) Stereotipi : Gerakan yang diulang tidak bertujuan dan
tidak dipengaruhi oleh stimulus yang jelas.
4) Katatonia : Kekacauan psikomotor pada skizofrenia tipe
katatonik (imobilitas karena faktor psikologis, agitasi, klien
tampak tidak bergerak, seolah-olah dalam keadaan setengah
sadar).
d. Fungsi Sosial
Perilaku yang terkait dengan hubungan sosial sebagai akibat
orang lain respon neurobiologis yang maladaptif adalah sebagai
berikut:
1) Kesepian
Perasaan terisolasi dan terasing, perasaan kosong dan
merasa putus asa sehingga klien terpisah dengan orang lain.
2) Isolasi sosial
Terjadi ketika klien menarik diri secara fisik dan
emosional dari lingkungan. Isolasi diri klien tergantung pada
tingkat kesedihan dan kecemasan yang berkaitan dalam
berhubungan dengan orang lain. Rasa tidak percaya pada orang
lain merupakan masalah inti pada klien. Pengalaman hubungan
yang tidak menyenangkan menyebabkan klien menganggap
hubungan saat ini berbahaya. Klien merasa terancam setiap
ditemani orang lain karena ia menganggap orang tersebut akan
mengontrolnya, mengancam, menuntutnya oleh karena itu klien
tetap mengisolasi diri dari pada pengalaman yang menyedihkan
terulang kembali
3) Harga diri rendah
4. Persepsi-Sensori
Pada proses pengkajian persepsi-sensori, data penting yang perlu
didapatkan yaitu:
a. Jenis Halusinasi
Pada Halusinasi pendengaran didapatkan data obyektif yaitu klien
bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menyedengkan
telinga ke arah tertentu dan menutup telinga.
Sedangkan pada halusinasi pendengaran didapatkan data subyektif
yaitu klien mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara
yang mengajak bercakap-cakap dan mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang berbahaya.
b. Isi Halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat diketahui dari hasil
pengkajian tentang jenis halusinasi, misalnya melihat sapi yang
sedang mengamuk padahal sesungguhnya adalah pamannya yang
sedang bekerja di ladang. Bisa juga mendengar suara yang menyuruh
untuk melakukan sesuatu, sedangkan sesungguhnya hal tersebut tidak
ada.
c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya
halusinasi.
Perawat juga perlu mengkaji wakti, frekuensi dan situasi
munculnya halusinasi yang dialami oleh klien. Kapan halusinasi
terjadi? Frekuensi terjadinya itu terus-menerus atau sesekali saja?
Situasi terjadinya saat sendiri atau setelah terjadi kejadian tertentu.
Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu
terjadinya halusinasi, sehingga klien tidak larut dengan halusinasinya.
Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi, dapat
direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya
halusinasi.
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan klien ketika halusinasi
itu muncul. Perawat dapat menanyakan pada klien hal yang dirasakan
atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat juga dapat
menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan klien.
Selain itu dapat dengan mengobservasi perilaku klien saat halusinasi
timbul. Kecermatan perawat akan meningkatkan kualitas asuhan
Ciri-ciri Komunikasi Verbal:
terhadap klien dengan gangguan ini.
Faktor-faktor
Disampaikan secara lisan komunikasi verbal:
atau bicara atau tulisan.
Kemaknaan
2.4 Kerangka
Proses Konseptual
komunikasi eksplisit
Perbendaharaan kata
dan dua arah.
Kecepatan
Kualitas proses komunikasi
seringkali ditentukan oleh Kejelasan dan
komunikasi nonverbal. keringkasan
Sirkumtansial
Skizofrenia Gambaran Komunikasi
Hebefrenik: Halusinasi Verbal
pendengaran 2.
Inkoheren