Вы находитесь на странице: 1из 3

BATUK-BATUK

1) Definisi
Batuk merupakan mekanisme pertahanan diri paling efisien dalam membersihkan saluran
nafas yang bertujuan untuk menghilangkan mukus, zat beracun dan infeksi dari laring, trakhea,
serta bronkus. Batuk juga bisa menjadi pertanda utama terhadap penyakit perafasan sehingga
dapat menjadi petunjuk bagi tenaga kesehatan yang berwenang untuk membantu penegakan
diagnosisnya.
2) Patofisiologi
Batuk adalah bentuk refleks pertahanan tubuh yang penting untuk meningkatkan
pengeluaran sekresi mukus dan partikel lain dari jalan pernafasan serta melindungi terjadinya
aspirasi terhadap masuknya benda asing. Batuk dimulai dari suatu rangsangan pada reseptor
batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non myelin halus yang terletak baik di dalam maupun di
luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat pada laring, trakea,
bronkus, dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus
yang kecil, dan sejumlah besar reseptor di dapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan
bronkus. Serabut aferen terpenting terdapat pada cabang nervus vagus yang mengalirkan
rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung, dan juga rangsangan dari telinga melalui
cabang Arnold dari nervus vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus
paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus
menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma. Rangsangan ini oleh serabut afferen
dibawa ke pusat batuk yang terletak di medula, di dekat pusat pernafasan dan pusat muntah.
Kemudian dari sini oleh serabut-serabut aferen nervus vagus, nervus frenikus, nervus
interkostalis dan lumbar, nervus trigeminus, nervus fasialis, nervus hipoglosus, dan lain-lain
menuju ke efektor. Efektor ini berdiri dari otot-otot laring, trakea, bronkus, diafragma, otot-otot
interkostal, dan lain-lain. 8 Di daerah efektor ini mekanisme batuk kemudian terjadi. Pada
dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu :
1. Fase iritasi Iritasi dari salah satu saraf sensorik nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar,
atau serat aferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga
timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga luar
dirangsang.
2. Fase inspirasi, fase yang menghasilkan volume yang diperlukan untuk batuk efektif. Pada fase
inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor kartilago aritenoidea.
Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam jumlah banyak
masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi otot toraks, perut
dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan peningkatan volume
paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak memberikan keuntungan yaitu akan
memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat serta memperkecil rongga udara yang
tertutup sehingga menghasilkan mekanisme pembersihan yang potensial.
3. Fase kompresi , dimana terjadi penutupan laring dikombinasikan dengan kontraksi otot-otot
dinding dada, diagframa sehingga menghasilkan dinding perut menegang akibat tekanan
intratoraks. Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago
aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meningkat hingga
300 cm H2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama 0,5 detik
setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot ekspirasi
mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
4. Fase ekspirasi glotis akan terbuka, mengakibatkan aliran udara ekspirasi yang tinggi dan
mengeluarkan suara batuk. Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot
ekspirasi, sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang
tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis,
otot-otot pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase
mekanisme batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi
akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara. Dalam terjadinya
mekanisme batuk, reseptor rangsangan batuk sangat berperan dalam menginisiasi timbulnya
refleks batuk.
3) Klasifikasi
Berdasarkan durasinya, batuk dibedakan menjadi batuk akut, subakut, dan batuk kronis.
Batuk akut yaitu batuk yang terjadi kurang dari 3 minggu.
Batuk subakut yaitu batuk yang terjadi selama 3-8 minggu, sedangkan
batuk kronis yaitu batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu.
Dari durasi batuk maka dapat diprediksi penyakitnya. Misalnya batuk akut yang
biasanya disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) atau bisa juga karena
pnemonia dan gagal jantung kongestif. Batuk subakut bisa disebabkan oleh batuk pasca
infeksi, bakteri sinusitis maupun batuk karena asma. Sedangkan batuk kronis bila terjadi
pada perokok biasanya merupakan penyakit chronic obstructive pulmonary disease
(COPD) dan pada non perokok kemungkinan adalah postnasal drip, asma dan
gastroesophageal reflux disease (GERD). Bila berdasarkan tanda klinisnya, batuk
dibedakan menjadi batuk kering dan batuk berdahak. Batuk kering merupakan batuk yang
tidak dimaksudkan untuk membersihkan saluran nafas, biasanya karena rangsangan dari
luar. Sedangkan batuk berdahak merupakan batuk yang timbul karena mekanisme
pengeluaran mukus atau benda asing di saluran nafas.
4) Terapi
Obat-obatan yang digunakan untuk batuk bermacam-macam tergantung dari jenis
batuknya. Terdapat beberapa jenis obat batuk yaitu antitusif, ekspektoran dan mukolitik.
Obat antitusif merupakan obat yang ditujukan untuk menekan batuk. Obat-obatan ini
kurang memberi manfaat klinis kecuali bila memang batuk tersebut sangat mengganggu.
Contoh obat-obatannya adalah kodein, noskapin dan dekstrometorfan (Dosis pemakaian
dewasa 10-20 mg, 3 kali sehari 1 tablet jika perlu (jika batuk). Dalam bentuk sirup 5-10
ml jika perlu 3x sehari sedangkan untuk dosis anak-anak (usia 6-12 tahun) 5-10 mg 3 kali
sehari dan dalam bentuk sirup 2,5-5 ml (1/2-1 sendok takar)). Ketiganya merupakan obat
golongan narkotik. Obat ekspektoran digunakan untuk mengencerkan dahak sehingga
batuk dapat lebih produktif dan memudahkan ekspektorasi. Contoh obat-obatan ini
adalah gliseril guaiakolat(Dosis pemakaian untuk dewasa 200-400 mg setiap 4 jam dan
untuk anak-anak usia 2-6 tahun 50-100 mg setiap 4 jam, Sedangkan untuk usia 6-12
tahun 100-200 mg setiap 4 jam), succus liquiriteae dan ammonium chloride (dosis
pemakaian untuk dewasa 300 mg setiap 4 jam). Obat mukolitik merupakan obat yang
berfungsi mempercepat ekspektorasi dan mengurangi viskositas sputum. Contoh obatnya
adalah asetilsistein, karbosistein, ambroxol dan bromhexin (dosis pemakaian untuk
dewasa 4-8 mg, 3 kali sehari)

Вам также может понравиться