Вы находитесь на странице: 1из 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang Al-Quran, takkan pernah ada habisanya. Al-Quran


mengandung berbagai kisah dari sejarah jaman lampau hingga masa yang akan
datang, termuat juga hukum-hukum islam, rahasia alam semesta, serta masih
banyak lagi.

Al-Quran menjadi salah satu mukjizat besar Nabi Muhammad SAW,


sebab turunnya Al Quran melalui perantara beliau, AL Quran mempunyai
peranan yang sangat penting untuk keberlangsungan umat manusia di Dunia.
Betapa tidak, semua persoalan manusia di dunia sebagian besar dapat ditemukan
jawabannya pada Al Quran. Oleh karenannya kemudian Al Quran di yakini
sebagai firman Allah yang menjadi sumber hukum Islam pertama sebelum Hadist.

Kewajiban manusia untuk mengimani, membaca, menelaah, menghayati,


dan mengamalkan ajaran Al-Quran secara keseluruhan, serta mendakwahkannya
(Q.S. Al-'Ashr:1-3). Jika kita memang benar-benar beriman kepada Allah SWT
atau mengaku Muslim. Membacanya saja sudah berpahala, bahkan kata Nabi Saw
satu huruf mengandung 10 pahala, apalagi jika mengamalkannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian al-quran ?


2. Bagaimana dikatakan al-quran sebagai sumber hukum islam
yang pertama ?
3. Bagaimana petunjuk (dilalah) al-quran ?
4. Bagaimana sistematika hukum dalam al-quran ?

C. Tujuan

1
1. Untuk mengetahui pengertian al-quran
2. Untuk mengetahui al-quran sebagai sumber hukum islam yang pertama
3. Untuk mengetahui petunjuk (dilalah) al-quran
4. Untuk mengetahui istematika hukum dalam al-quran

BAB II

PEMBAHASAN

2
A. Pengertian Al-Quran

1. Secara Bahasa (Etimologi)

Merupakan bentuk mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-a ( )yang
bermakna membaca atau bacaan, seperti terdapat dalam surat Al-Qiamah (75) :
17-18 :

( 18-17 : )

Artinya:

sesungguhnya tangguangan kamilah mengumpulkannya (didadamu) dan


(membuatmu pandai ) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya,
maka ikutilah bacaannya itu. (Al-Qiamah : 17-18).

2. Secara Istilah (Terminologi)

Adapun difinisi alquran secara istilah menurut sebagian ulamak ushul


fiqih adalah:

Artinya:

Kalam Allah taala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya,
Muhammad shallallaahu alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat an-Naas.

Para ulama menafsirkan Al Quran dengan beberapa variasi pendapat yang


dapat kami simpulkan menurut beberapa ulama Ushul Fiqh :

1. Al-Quran merupakan kalam allah yang diturunkan kepada Nabi


Muahmmad SAW. dengan demikian, apabila tidak diturunkan kepada Nabi

3
Muhammad SAW, tidak dinamakan dengan Al-Quran. Seperti diantaranya
wahyu yang allah turunkan kepada Nabi Ibrahim (zabur) Ismail (taurat) Isa
(injil). Memang hal tersebut diatas memang kalamullah, tetapi dikarebakan
diturunkan bukan kepada nabi Muhammad saw, maka tidak dapat disebut
alquran.
2. Bahasa Al-Quran adalah bahasa arab qurasiy. Seperti ditunjukan dalam
beberapa ayat Al-Quran, antara lain : QS. As-Syuara : 192-195, Yusuf : 2
AZzumar : 28 An- NAhl 103 dan ibrahim : 4 maka para ulama sepakat
bahwa penafsiran dan terjemahan Alquran tidak dinamakan Alquran serta
tidak bernilai ibadah membacanya. Dan tidak Sah Shalat dengan hanya
membaca tafsir atau terjemahan alquran, sekalipun ulma hanafi
membolehkan Shalat dengan bahasa farsi (Selain Arab), tetapi kebolehan
ini hanya bersifat rukhsoh (keringanan hukum).
3. Al-Quran dinukilkan kepada beberapa generasi sesudahnya secara
mutawattir tanpa perubahan dan penggantian satu kata pun (Al-Bukhori :
24)
4. Membaca setiap kata dalam alquran mendapatkan pahala dari Allah baik
berasal dari bacaan sendiri (Hafalan) maupun dibaca langsung dari mushaf
alquran.
5. Al-Quran dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas,
tata urutan surat yag terdapat dalam Al-Quran, disusun sesuai dengan
petunjuk Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
tidak boleh diubah dan digamti letaknya. Dengan demikian doa doa, yang
biasanya ditambahkan di akhirnya dengan Al-Quran dan itu tidak
termasuk katagori Al-Quran.

Di dalam buku Ushul Fiqih, Prof. DR. Amir Syarifudin, Penerbit Zikrul
Hakim. Hal: 18. Bahwa Al-Quran itu:

Kalamullah yang diturunkannya perantaraan Malaikat Jibril kedalam hati


Rosulullah Muhammad Ibnu Abdulah dengan bahasa Arab dan makna-maknanya
benar supaya menjadi bukti bagi Rosul tentang kebenaranya sebagai Rosul,
menjadi aturan bagi manusia yang menjadikannya sebagai petunjuk, dipandang

4
beribadah membacanya, dan ia di bukukan di antara dua kulit mushaf, di awali
dengan surah al-fatihah dan di akhiri dengan surat an-nas, di sampaikan kepada
kita secara mutawatir baik secara tertulis maupun hafalan dari generasi kegenerasi
dan terpelihara dari segala perubahan dan pergantian sejalan dengan kebenaran
jaminan allah saw. Dalam surat al-hijr, ayat 9: sesungguhnya kamilah yang
menurunkan Al-Quran , dan sesungguhnya kami benar benar memeliharanya.

Dari difinisi di atas ada beberapa hal yang dapat di pahami di antaranya:

1. Lafal dan maknanya langsung berasal dari Allah sehingga segala sesuatu
yang di ilhamkan allah kepada nabi bukan di sebut al-quran, melainkan di
namakan hadits.
2. Tafsiran surat atau ayat Al-Quran yang ber bahasa Arab, meskipun mirip
dengan Al-Quran itu, tidak dinamakan Al-Quran. Dan juga terjemahan
surat dan ayat al-quran dengan bahasa lain (bahasa selain arab), tidak di
pandang sebagai bagian dari Al-Quran, meskipun terjemahan itu
menggunakan bahasa yang baikdan mengandung makna yang dalam.

B. Al-Quran Sebagai Sumber Hukum Islam Yang Pertama

Para Ulama sepakat menjadikan Al-Quran sebagai sumber pertama dan


utama bagi Syariat Islam, termasuk hukum islam. dan menganggapnya al-quran
sebagai hukum islam karena di latar belakangi sejumlah alasan, dintaranya :

1. Kebenaran Al-Quran

Abdul Wahab Khallaf mengatakan bahwa kehujjahan Al-Quran itu


terletak pada kebenaran dan kepastian isinya yang sedikitpun tidak ada keraguan
atasnya. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT yang Artinya:

Kitab (Al-Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa (Q. S. Al-Baqarah, 2 :2).

Berdasarkan ayat di atas yang menyatakan bahwa kebenaran Al-Quran itu


tidak ada keraguan padanya, maka seluruh hukum-hukum yang terkandung di

5
dalam Al-Quran merupakan Aturan-Aturan Allah yang wajib diikuti oleh seluruh
ummat manusia sepanjang masa hidupnya.

M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa seluruh Al-Quran sebagai


wahyu, merupakan bukti kebenaran Nabi SAW sebagai utusan Allah, tetapi fungsi
utamanya adalah sebagai petunjuk bagi seluruh ummat manusia.

2. Kemukjizatan Al-Quran

Mukjizat memiliki arti sesuatu yang luar biasa yang tiada kuasa manusia
membuatnya karena hal itu adalah di luar kesanggupannya. Mukjizat merupakan
suatu kelebihan yang Allah SWT berikan kepada para Nabi dan Rasul untuk
menguatkan kenabian dan kerasulan mereka, dan untuk menunjukan bahwa
agama yang mereka bawa bukanlah buatan mereka sendiri melainkan benar-benar
datang dari Allah SWT. Seluruh nabi dan rasul memiliki mukjizat, termasuk di
antara mereka adalah Rasulullah Muhammad SAW yang salah satu mukjizatnya
adalah Kitab Suci Al-Quran.

Adapun beberapa bukti dari kemukjizatan Al-Quran, antara lain:

1. Di dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang berisi tentang kejadian-


kejadian yang akan terjadi di masa mendatang, dan apa-apa yang telah
tercantum di dalam ayat-ayat tersebut adalah benar adanya.
2. Di dalam Al-Quran terdapat fakta-fakta ilmiah yang ternyata dapat
dibuktikan dengan ilmu pengetahuan pada zaman yang semakin
berkembang ini.

Al-Quran sebagai Sumber Hukum Menurut Imam Madzhab. Diantaraya :

1. Pandangan Imam Abu Hanifah

6
Imam Abu Hanifah sependapat dengan jumhur ulama bahwa Al-Quran
merupakan sumber hukum islam. Akan tetapi Imam Abu Hanifah itu berpendapat
bahwa Al-Quran itu mencakup maknanya saja. Diantara dalil yang menunjukan
pendapat Imam Abu Hanifah tersebut, bahwa dia membolehkan shalat dengan
menggunakan bahasa selain arab, misalnya: Dengan bahasa Parsi walaupun tidak
dalam keadaan Madharat. Padahal menurut Imam Syafii sekalipun seseorang itu
bodoh tidak di bolehkan membaca Al-Quran dengan menggunakan bahasa selain
Arab.

2. Pandangan Imam Malik

Menurut Imam Malik, hakikat al-Quran adalah kalam Allah yang lafadz
dan maknanya berasal dari Allah SWT . Sebagai sumber hukum islam, dan Dia
berpendapat bahwa Al-Quran itu bukan makhluk, Karena kalam Allah termasuk
Sifat Allah. Imam Malik juga sangat menentang orang-orang yang menafsirkan
Al-Quran secara murni tanpa memakai atsar, sehingga beliau berkata,
seandainya aku mempunyai wewenang untuk membunuh seseorang yang
menafsirkan Al-Quran ( dengan daya nalar murni) maka akan kupenggal leher
orang itu,.

Berdasarkan ayat 7 surat Ali Imran, petunjuk Lafazh yang terdapat dalam
Al-quran terbagi dalam dua macam yaitu:

1. Ayat Muhkamat

Muhkamat adalah ayat yang terang dan tegas maksudnya serta dapat di
pahami dengan mudah. Dan ayat Muhkamat disiniterbagi dalam dua bagian
yaitu; Lafazh dan Nash.

Imam malik menyepakati pendapat ulamak-ulamak lain


bahwa lafad nash itu (qothi) artinya adalah lafazh yang menunjukkan makna
yang jelas dan tegas (qothi) yang secara pasti tidak memiliki makna lain,
Sedangkan Lafadz Dhohir ( Zhanni ) adalah lafazh yang menunjukkan makna
jelas, namun masih mempunyai kemungkinan makna lain.

7
Menurut imam malik keduanya, dapat dijadikan hujjah , hanya saja Lafazh
Nash di dahulukan dari pada Lafazh Dhohir . Dan juga menurut imam malik
bahwa dilalah nash termsuk qathi, sedangkan dilalah zhahir
termasuk Zhanni, sehingga bila terjadi pertentangan antara keduanya, maka yang
di dahulukan adalah dilalah nash. Dan perlu di ingat adalah makna zhahir di sini
adalah makna zhahir menurut pengertian Imam Malik

2. Ayat-ayat Mutasyabbihat

Ialah ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian yang tidak dapat di


tentukan artinya, kecuali setelah diselidiki secara mendalam.

3. Pendapat Imam Syafii

Imam Syafii berpendapat bahwa Al-Quran merupakan sumber hukum


islam yang paling pokok, dan beranggapan bahwa Al-Quran tidak bisa dilepaskan
dari As-Sunnah karena hubungan antara keduanya sangat erat sekali, Dalam artian
tidak dapat di pisahkan. Sehingga seakan akan beliau menganggap keduanya
berada pada satu martabat, namun bukan berarti Imam Syafii menyamakan
derajat Al-Quran dengan Sunnah, Perlu di pahami bahwa kedudukan As-Sunnah
itu adalah sumber hukum setelah Al-Quran, yang mana keduanya ini sama-sama
berasal dari Allah SWT.

Dengan demikian tak heran bila Imam Syafii dalam berbagai pendapatnya
sangat mementingkan penggunaan Bahasa Arab, misalkan dalam Shalat, Nikah
dan ibadah-ibadah lainnya. Beliau mengharuskan peguasaan bahasa Arab bagi
mereka yang mau memahami dan mengistinbat hukum dari Al-Quran, kami
ulangi kembali bahwa pendapat Imam Syafii ini berbeda dengan pendapat Abu
Hanifah yang menyatakan bahwa bolehnya shalat dengan menggunakan bahasa
selain Arab. Misalnya dengan bahasa persi walaupun tidak dalam, keadaan
Madharat.

4. Pandangan Imam Ahmad Ibnu Hambal

8
Imam Ibnu Hambal berpendapat bahwa Al-Quran itu sebagai sumber
pokok hukum islam, yang tidakakanberubah sepanjang masa. Alquran juga
mengandung hukum-hukum yang bersifat GLOBAL (luas atau umum). Sehingga
al-quran tidak bisa di pisahkan dengan sunnah atau hadits, karna Sunnah ini
merupakan penjelas dari alquran, seperti halnya Imam As-SyafiI, Imam Ahmad
yang memandang bahwa Sunnah mempunyai kedudukan yang kuat disamping Al-
Quran sehingga tidak jarang beliau menyebutkan bahwa sumber hukum itu
adalah Nash tanpa menyebutkan Al-Quran dahulu atau As-Sunnah dahulu tapi
yang dimaksud Nash tersebut adalah Al-Quran dan As-Sunnah.

C. Petunjuk (Dilalah) Al-Quran

Kaum Muslimin sepakat bahwa Al-Quran adalah sumber hukum Syara.


Merekapun spakat bahwa semua ayat al-Quran dari segi wurut (kedatangan)
dan Tsubut (penetapannya) adalah qathi. Hal ini karena semua ayatnya sampai
kepada kita dengan jalan mutawattir. Kalaupun ada sebagian sahabat yang
mencantumkan beberapa kata pada mushiaf-nya, yang tidak ada pada
qiroah mutawatir, hal itu hanya merupakan penjelasan dan penafsiran pada Al-
Quran yang didengar dari Nabi SAW. Atau hasil ijtihad mereka dengn jalan
membawa nas mutlak pada muqayyad dan hanya untuk dirinya sendiri. Hanya
saja para penbahas berikutnya menduga bahwa hal tersebut termasuk
qiroat Khairu Mutawatir yang periwayatannya tersendiri. Diantara para Sahabat
yang mencantumkan beberapa kata pada mushafnya itu adalah Abdullah Ibnu
Masud di mencantumkan kata Mutata Biatin pada ayat 89 surah al-Maidah
sehingga ayat tersebut pada mushaf-nya tertulis :


Dan menambah kata dzi ar-rohmi almuharrami pada ayat 233, surat Al-
Baqarah sehingga ayat tertulis:

9
Ubai Ibnu Kaab mencantumkan kata Min Al-Ummi pada ayat 12
surat An-Nisa,sehingga ayat tersebut tertulis pada mushaf-nya:

Namun, perlu di tegaskan bahwa hal tersebut tidak di dapati


dalam Mushaf Utsmani yang kita pakai sekarang ini.

Adapun di tinjau dari segi Dilalah-Nya, ayat-ayat Al-Quran itu dapat di

bagi dalam dua bagian;

1. Nash yang Qathi dilalah-nya

Yaitu nash yang tegas dan jelas maknanya tdk bisa di takwil, tdk
mempunyai makna yg lain, dan tdk tergantung pd hal-hal lain di luar nash itu
sendiri.Contoh yg dapat dikemukakan di sini, adalah ayat yg menetapkankadar
pembagian waris, pengharaman riba , pengharaman daging babi,hukuman had
zina sebanyak seratus kali dera, dan sebagainya. Ayat ayatyg menyangkut hal hal
tersebut, maknanya jelas tegas dan menunjukkan arti dan maksud tertentu, dan
dalam memahaminya tidak memerlukan ijtihad. (Abdul Wahab Khalaf,1972;35)

2. Nashyang Zhanni dilalah-nya

Yaitu nash yg menunjukkan suatu makna yg dpt di-takwil ayau nash yg


mempunyai makna lebih dari satu, baik karena lafazdnya musytarak (homonim)
atapun karena susunan kata-katanya dapat dipahami dengan berbagai cara, seperti
dilalah isyarat-nya , iqtidha-nya, dan sebagainya.

Para ulama, slain berbeda pendapat tentang nash Al-quran mengenai


penetapan yg qathi dan zhanni dilalah, juga berbeda pandapat mengenai jumlah
ayat yg termsuk qathi atau zhanni dilalah.

Imam Asy-syatibi menegaskan behwa wujud dalil syara yg dengan


sendirinya dapat menunjukkan dilalah yg qathi itu tidak ada atau sangat jarang.
Dalil syara yg qathi tubut pun untnk menghasilkan dilalah yg qathi masih

10
bergantung pd premis-premis yg seluruh atau sebagiannya zhanni . Dalil-dalil
syara yg bergantung pd dalil yg zhanni menjadi zhnni pula.(Asy-
Syatibi,1975,1;35).

D. Sistematika Hukum Dalam Al-Quran

Alquran Sebagai sumber hukum yang utama, maka Al-Quran memuat


sisi-sisi hukum yang mencakup berbagai bidang. Secara garis besar Al-Quran
memuat tiga sisi pokok hukum yaitu:

1. Pertama, hukum-hukum Itiqadiyah. Yakni hukum-hukum yang berkaitan


dengan kewajiban orang mukallaf, meliputi keimanan kepada Allah,
Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, hari Qiyamat dan ketetapan
Allah (qadha dan qadar).
2. Kedua, hukum-hukum Moral/ akhlaq. Yaitu hukum-hukum yang
berhubungan dengan prilaku orang mukallaf guna menghiasi dirinya
dengan sifat-sifat keutamaan/ fadail al amal dan menjauhkan diri dari
segala sifat tercela yang menyebabkan kehinaan.
3. Ketiga, hukum-hukum Amaliyah, yakni segala aturan hukum yang
berkaitan dengan segala perbuatan, perjanjian dan muamalah sesama
manusia. Segi hukum inilah yang lazimnya disebut dengan fiqh al-Quran
dan itulah yang dicapai dan dikembangkan oleh ilmu ushul al-Fiqh.

Hukum-hukum yang dicakup oleh Nash al-Quran, garis besarnya terbagi


kepada tiga bagian, yakni:

1. Hukum-hukum Itiqodi, yaitu: hukum-hukum yang berhubungan dengan


akidah dan kepercayaan
2. Hukum-hukum Akhlak, yaitu: hukum-hukum yang berhubungan dengan
tingkah laku, budi pekerti.
3. Hukum-hukum Amaliyah, yaitu: hukum-hukum yang berhubungan dengan
perbuatan-perbuatan para mukalaf, baik mengenai ibadat , muamalah
madaniyah dan maliyahnya, ahwalusy syakhshiyah, jinayat dan uqubat,
dusturiyah dan dauliyah, jihad dan lain sebagainya.

11
Yang pertama menjadi dasar agama, yang kedua menjadi penyempurna
bagian yang pertama, amaliyah yang kadang-kadang disebut juga syariat adalah
bagian hukum-hukum yang diperbincangkan dan menjadi objek fiqih. Dan inilah
yang kemudian disebut hukum Islam.

BAB III

PENUTUP

12
A. Kesimpulan

Al-Quran merupakan bentuk mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-a ()
yang bermakna membaca atau bacaan.

Al-Quran adalah Kalamullah yang diturunkannya perantaraan Malaikat Jibril


kedalam hati Rosulullah Muhammad Ibnu Abdulah dengan bahasa Arab dan
makna-maknanya benar

Para Ulama sepakat menjadikan Al-Quran sebagai sumber pertama dan utama
bagi Syariat Islam, termasuk hukum islam. dan menganggapnya al-quran
sebagai hukum islam karena di latar belakangi sejumlah alasan, dintaranya :

1. Kebenaran Al-Quran
2. Kemukjizatan Al-Quran

Kaum Muslimin sepakat bahwa Al-Quran adalah sumber hukum Syara.


Merekapun spakat bahwa semua ayat al-Quran dari segi wurut (kedatangan)
dan Tsubut (penetapannya) adalah qathi.

Alquran Sebagai sumber hukum yang utama, maka Al-Quran memuat


sisi-sisi hukum yang mencakup berbagai bidang.

B. Saran Saran

Penulis harap setelah membaca makalah ini kita semua dapat mengambil
faedah dan terus belajar agar menambah wawasan kita tentang kedudukan Al qur
an sebagai sumber hukum Islam.

DAFTAR PUSTAKA

http://uchiuwik.blogspot.co.id/2014/11/al-quran-sebagai-sumber-ajaranislam.html

13
http://imron busfa.blogspot.co.id/2012/04/makalah al quran sebagai sumber huku
m.html

14

Вам также может понравиться