Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
Annisa Muflikhasari
Aris Maulana
Erry Laksmita Dewi
Iga Febriyanti
Kiki Agustin Hidayati
Kiki Febriani
Muhammad Adhi Apriliana
Muhammad Dhiya Rahadian
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
2. Manfaat
a. Masyarakat
Masyarakat memperoleh pengetahuan mengenai TBC dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya
Masyarakat memperoleh pengetahuan mengenai manfaat perilaku
hidup bersih dan sehat
Membangun kesadaran masyarakat tentang pencegahan penyakit
TBC
b. Mahasiswa
Mahasiswa mengetahui secara langsung permasalahan yang ada di
lapangan
Mahasiswa menjadi terbiasa melaporkan masalah mulai dari
menemukan masalah sampai pemecahannya
Sebagai media yang menambah wawasan pengetahui tentang ilmu
kesehatan masyarakat, khususnya tentang hipertensi
Sebagai media yang dapat mengembangkan keterampilan sebagai
dokter
Sebagai modal dasar untuk melakukan penelitian bidang ilmu
kesehatan masyarakat selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. TBC
2.1.1 Definisi
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TBC
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya
(Depkes, 2002).
2.1.2. Etiologi dan pathogenesis
Basil Mycobacterium tuberculosis tersebut masuk ke dalam
jaringan paru melalui saluran nafas (droplet infection) sampai alveoli,
terjadilah infeksi primer (Ghon). Selanjutnya menyebar ke kelenjar
getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (Ranke)
dinamakan tuberculosis primer, yang dalam perjalanan lebih lanjut
sebagian besar akan mengalami penyembuhan. TB paru primer,
infeksinya terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik
terhadap basil Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan yang disebut
Tuberculosis Post Primer (reinfection) adalah infeksi jaringan paru
oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh
terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil tuberculosis tersebut
(Amin, Alsagraff, 1989). Sebagian besar kuman terdiri dari asam
lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomanan. Lipid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehingga disebut
bakteri tahan asam (BTA) dan ia lebih tahan terhadap gangguan kimia
dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam
keadaan dingin. Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat
dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan
menjadikan tuberculosis aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob,
sehingga kuman ini lebih suka jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya. Bagian apikal paru kandungan oksigennya lebih tinggi
dari bagian lainnya sehingga bagian apikal merupakan tempat
predileksi penyakit tuberculosis (Bahar, 2001).
Sumber penularan dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup
dalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh
melalui saluran pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari
paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem
saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian
bagian tubuh yang lainnya (Depkes, 2002).
Penyakit TB bukan dikarenakan penyakit turunan atau
disebabkan oleh kutukan atau guna guna. Penyakit ini juga tidak
menular melalui serangga, transfusi darah atau air minum. Orang yang
tinggal serumah dengan penderita TB juga rentan terhadap terhadap
penularan penyakit ini, karena penularan penyakit TB melalui
percikan ludah yang keluar saat penderita TB batuk atau bersin. Jadi,
keluarga perlu untuk memperhatikan pergantian udara di rumah atau
di ligkungan sekitar, seperti mengusahakan agar sinar matahari masuk
ke dalam ruangan, menutup hidung dan mulut jika ada yang batuk,
rajin berolah raga dan mengkonsumsi makanan bergizi supaya tubuh
dalam kondisi bugar dan tidak mudah tertular penyakit (Pudjijanto,
1996).
2.1.3. Klasifikasi
1) Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA) Tb paru dibagi dalam :
1 Tuberculosis paru BTA positif
a Sekurang kurangnya 1 dari 3 spesimen dahak menunjukkan
hasil BTA positif
b Hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak menunjukkan BTA
positif dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran
tuberculosis aktif
c Hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak menunjukkan BTA
positif dan biakan positif
2 Tuberculosis paru BTA negatif
a Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,
gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan
tuberculosis aktif
b Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif
dan biakan M. tuberculosis positif.
2) Berdasarkan tipe penderita
Tipe penderita berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita yaitu :
1 Kasus baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
2 Kasus kambuh (relaps)
Adalah penderita tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
3 Kasus defaulted atau drop out
Adalah penderita yang telah menjalani pengobatan paling kurang
1 bulan dan berhenti 2 bulan sebelum masa pengobatan selesai.
Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA positif (Depkes, 2001).
4 Kasus gagal
Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum
akhir pengobatan)atau akhir pengobatan.
5 Kasus kronik
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2
dengan pengawasan baik.
6 Kasus bekas TBC
a Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada)
dan gambaran radiologis paru menunjukkan lesi TBC yang
tidak aktif atau foto serial menunjukkan gambaran yang
menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih
mendukung.
b Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah
mendapatkan pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks
ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.
2.1.4. Diagnosis
Gambaran klinis
a Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam,
menggigil, suhu tubuh meningkat , batuk dengan dahak
mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah, sesak
napas dan nyeri dada.
b Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di
paru. Pada inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal
waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat mengeras, pada
perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas
bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai
ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar
pada stadium resolusi.
Pemeriksaan penunjang
a Gambaran radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang
utama untuk menegakkan diagnosis. Gambaran radiologis
dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan " air
broncogram", penyebab bronkogenik dan interstisial serta
gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas
menentukan penyebab TBC, hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi, misalnya gambaran TBC lobaris
tersering disebabkan oleh Steptococcus TBCe, Pseudomonas
aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau
gambaran bronkoTBC sedangkan Klebsiela TBC sering
menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan
meskipun dapat mengenai beberapa lobus.
b Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah
leukosit, biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-kadang
mencapai 30.000/ul, dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk
menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak,
kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-
25% penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik.(Dahlan, 2009)
2.1.5. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif
2-3 bulan dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Pengobatan TB bertujuan
untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT. (PNPT, 2014)
Prinsip pengobatan yang adekuat adalah :
a Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan OAT yang
dapat mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah
terjadinya resistensi.
b Diberikan dalam dosis tepat
c Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh
PMO (pengawas menelan obat) sampai selesai pengobatan
d Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup
terbagi dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk
mencegah kekambuhan
Tahap pengobatan TB terdiri dari tahap awal yaitu pengobatan
diberikan setiap hari dan tahap lanjutan yang merupakan tahap yang
penting untuk membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam
tubuh khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh dan
mencegah terjadinya kekambuhan.
Dosis
Harin 3x/seminggu
Kisaran dosis Maksimum Kisaran dosis Maksimum
OAT (mg/kg BB) (mg) (mg/kg BB) (mg)
Isoniazid 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900
Rifampisin 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600
Pirazinamid 25 (20-30) 35 (30-40)
Etambutol 15 (15-20) 30 (25-35)
Streptomisi
n 15 (12-18) 15 (12-18) 1000
2.1.6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi, menurut (Sylvia, 2005) :
Efusi pleura.
Empiema.
Abses Paru.
Pneumotoraks.
Gagal napas.
Sepsis
BAB III
ANALISA SITUASI
3.2 Observasi
Pengamatan dilakukan secara langsung, di rumah pasien,
Genuksari RT 01/RW 08 Semarang.
ANAMNESIS HOLISTIK
ASPEK 1
PERSONAL
Keluhan Utama : Batuk berdarah dengan lendir darah.
Harapan : Sembuh dari batuknya
Kekhawatiran : Tidak sembuh dan penyakit makin parah
ASPEK 2
ANAMNESIS MEDIS UMUM
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien batuk berdahak selama 3 minggu. Batuk dirasakan setiap
hari. Jika saat malam hari, batuk semakin sering dan pasien sering
mengeluarkan keringat dingin sampai menggigil. Pasien juga mengeluh
nafsu makan berkurang sehingga badan menjadi lebih kurus dari
sebelumnya dan sering merasa lelah. Pasien mengeluh rasa sesak di dada
dan dada terasa sakit. Pasien memutuskan memeriksakan diri ke BP4,
dokter menyatakan bahwa pasien suspect TB Paru dan atas saran dokter
untuk melakuka foto radiologi thorax, kemudian pasien ke Balai
Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) untuk foto thorak.
Unuk kesimpulan pada hasil radiologi pada Paru (pulmo)
ditemukan gambaran TB paru aktif pada kedua paru. Kemudian pasien
melapor ke Puskesmas Genuk mengenai hasil pemeriksaan sputum dan
hasil foto thorak mengenai hasil suspek TB paru yang dinyatakan postif
oleh BKPM. Kemudian tanggal 14 Mei 2016 pasien kembali lagi ke
puskesmas Genuk untuk melakukan pengobatan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi : disangkal
Penyakit jantung : disangkal
Diabetes Mellitus : diakui (sejak 2 tahun yang lalu)jarang
dikontrol dan jarang minum obat.
Asma : disangkal
Alergi : disangkal
ASPEK 3
FAKTOR RISIKO INTERNAL
Usia 53 tahun
Higiene personal kurang
DM jarang dikontrol
ASPEK 4
FAKTOR RISIKO EKSTERNAL
Pengetahuan keluarga yang kurang mengenai TBC
Status ekonomi rendah
Kondisi perumahan padat penduduk
Ventilasi, higiene sanitasi kurang
ASPEK 5
DERAJAT FUNGSIONAL
Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan luar rumah
(skor 2)
ANAMNESIS KELUARGA
: Istri
: anak laki-laki
: anak perempuan
Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (+) N
Palpasi : supel, dbn
Perkusi : timpani
Hasil Lab
Pemeriksaan sputum : Sewaktu (+) : 14 Mei 2016
Pagi (+) : 14 Mei 2016
Sewaktu(+) : 14 Mei 2016
BTA : (+)
GDS : 299 mg/dL
1. Diagnosis Holistik
a. Aspek 1 personal
- Keluhan utama : batuk berdahak dengan lendir darah.
- Harapan : pasien sembuh dan aktif seperti sedia kala
- Kekhawatiran : tidak sembuh dan bertambah parah
b. Aspek 2 Anamnesis medis umum
- Diagnosis kerja : TBC, DM
- Diagnosis banding :
1. pneumonia
2. common cold
c. Aspek 3 (Kondisi Internal)
Pasien laki-laki berusia 53 tahun,pasien memiliki DM yang jarang
dikontrol dan memliki tingkat kebersihan yang kurang.
2. Temuan masalah
a) Identifikasi masalah
Dalam kasus ini terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi
penyebab timbulnya infeksi tbc, yaitu:
1. Lingkungan tempat tinggal pasien adalah pemukiman yang
padat.
2. Kebiasaan jarang membuka jendela.
3. Kepadatan hunian kamar tidur.
4. Kebiasaan jarang membersihkan rumah.
5. Tingkat pengetahuan dan lingkungannya yang kurang kaitannya
dengan infeksi TBC.
6. Tempat pemukiman sering terkena banjir.
AGENT
Mycobacterium
tuberculosa
INFEKSI TBC
LINGKUNGAN HOST
Per Pemukiman yang Jarang
padat dan sering membersihkan
terkena banjir. rumah
Tingkat pengetahuan
Jarang membuka
keluarga dan
Masalahan yang teridentifikasi jendela prioritas
tersebut kemudian ditentukan
lingkungan yang
Pasien memiliki
masalahnya dengan menggunakan metode Hanlon kualitatif dengan 3
Kelompok kriteria :
1. Kelompok kriteria U : Mendesak (Urgency)
Pertimbangan ini dari aspek waktu, masih dapat ditunda atau harus segera
ditanggulangi. Semakin pendek tenggang waktunya, semakin mendesak
untuk ditanggulangi.
2. Kelompok Kriteria S : Kegawatan (Seriousness)
Besarnya akibat atau kerugian yang dinyatakan dalam besaran kuantitatif
berapa rupiah, orang dll.
3. Kelompok Kriteria G : Perkembangan (Growth)
Kecenderungan atau perkembangan akibat dari permasalahan. Semakin
berkembang masalah, semakin diprioritaskan.
a. Lingkungan tempat tinggal pasien adalah pemukiman yang padat.
b. Kebiasaan jarang membuka jendela
c. Kepadatan hunian kamar tidur
d. Kebiasaan jarang membersihkan rumah
e. Tingkat pengetahuan pasien dan lingkungannya yang kurang kaitannya
dengan infeksi TBC
f. Pemukiman sering terkena banjir.
TOTAL HANLON
Masalah U S G Total Prioritas
1 0 0 2 2 6
2 3 3 1 7 5
3 2 2 3 7 4
4 4 4 4 12 1
5 3 3 4 10 2
6 3 2 3 8 3
Family oriented
Memberikan pengetahuan sederhana kepada keluarga
mengenai penyakit TBC yang meliputi : definisi TBC,
penyebab TBC,TBC merupakan penyakit yang
menular,kuman TB keluar ke udara saat penderita batuk,
bersin atau berbicara. Gejala klinis TBC diantaranya batuk
lama, demam,keringat dimalam hari, sesak,berat badan
turun drastis. Tatalaksana pengobatan yang lama dan harus
minum obat secara rutin tidak boleh berhenti sebelum
dinyatakan sembuh oleh dokter.
Memberikan informasi mengenai manfaat penggunaan masker
untuk pencegahan dan penyebaran penyakit TBC
Memberikan informasi penjelasan kepada keluarga pasien
mengenai penerapan PHBS, rumah sehat.
Community oriented
Memberikan pengetahuan sederhana kepada tetangga mengenai
penyakit TBC yang meliputi : definisi TBC, penyebab
TBC,TBC merupakan penyakit yang menular,kuman TB keluar
ke udara saat penderita batuk,bersin atau berbicara . Gejala
klinis TBC diantaranya batuk lama, demam,keringat dimalam
hari, sesak,berat badan turun drastis. Tatalaksana pengobatan
yang lama dan harus minum obat secara rutin tidak boleh
berhenti sebelum dinyatakan sembuh oleh dokter.
Memberikan informasi mengenai manfaat penggunaan masker
untuk pencegahan dan penyebaran penyakit TBC.
Memberikan informasi mengenai imunisasi BCG untuk
mencegah terjadinya TBC
b) Preventif
Patient centered
Memakai masker untuk mencegah penularan
Menggunakan alat makan terpisah untuk mencegah penularan
Membersihkan rumah secara rutin dan membuang sampah
pada tempat sampah
Sering membuka jendela rumah, terutama pada pagi hari.
Family oriented
Semua anggota keluarga ikut serta menjaga kebersihan rumah,
menambah ventilasi di rumah dan membuka jendela setiap
pagi serta mengatur pencahayaan rumah yang baik.
Menggunakan masker
Community oriented
Melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar
rumah
Menggunakan masker
Olahraga secara teratur
c) Kuratif
Patient centered
1. Non medikamentosa
- Tirah baring
- Nutrisi
2. Medikamentosa
1x 2 tabet 4KDT
Metformin 1x 500 mg
Glibenklamid 1 x 5mg
Family oriented
-
Community oriented
-
d) Rehabilitatif
Patient centered
Minum obat secara teratur
Perilaku hidup bersih dan sehat
Menjaga gizi tetap baik
Family oriented
Dukungan keluarga agar pasien minum obat teratur
Memotivasi keluarga untuk menghindarkan pasien hal-hal
yang memungkinkan memperburuk keadaan pasien atau
menyebabkan infeksi berulang
Memotivasi keluarga untuk mengantarkan pasien kontrol ke
puskesmas hingga dinyatakan sembuh oleh dokter.
Community oriented
Dukungan lingkungan dan tetangga untuk mendukung
kesembuhan pasien.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari laporan kasus ini adalah:
Pengetahuan masyarakat Genuk masih sangat kurang dalam pencegahan
infeksi TBC.
Perilaku masyarakat sebagai faktor resiko timbulnya TBC seperti jarang
membersihkan rumah dan jarang membuka jendela.
Faktor lingkungan seperti lingkungan padat penduduk dan sanitasi buruk,
kepadatan hunian kamar,dan daerah sering banjir menjadi faktor resiko
timbulnya infeksi TB.
5 Saran
a. Untuk Puskesmas
- Agar meningkatkan kegiatan kunjungan rumah rumah warga untuk
selalu mengingatkan agar terus melakukan PHBS dan menjadikan
rumah sehat untuk meningkatkan kualitas penyembuhan pasien dan
pengurangan angka penularan TBC
- Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang TBC.
b. Untuk Pasien
- Memotivasi pasien dan keluarga agar berperilaku hidup bersih dan
sehat.
- Memotivasi pasien dan keluarga agar melakukan pengobatan rutin
TBC dan meningkatkan PHBS untuk menurunkan angka penularan
dan memberatnya penyakit.
- Jika didapatkan kasus seperti ini lagi segera memeriksakan ke
pelayanan kesehatan terdekat.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M.M., Alsagraff, H., Saleh, W.B.M.T., 1989, Pengantar Ilmu
Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya, 13 16.
Bahar, A., 2001, Tuberculosis Paru, dalam Soeparman, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid II Edisi ketiga, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 819
829.
Centers for Disease Control and Prevention, 2005. Guidelines for
preventing the Transmission of Mycobacterium Tuberculosis in Healthcare
Settings
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis, Cetakan ke 8, Jakarta.
Depkes, RI., 2002, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis,
Depkes, Jakarta.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2010, Laporan tahunan program
penanggulangan TB. Semarang: Dinkes Propinsi Jawa Tengah.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Kota Semarang
Tahun 2011
Dinkes Kota Semarang, 2011, Profil kesehatan Kota Semarang tahun
2011. Semarang: Dinkes Kota Semarang.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis.. Jakarta. 2014.
Price, S.A., Wilson,L.M., 2006, Patofisiologi Klinis Proses Proses
Penyakit, Edisi 6, Volume 2, EGC, Jakarta, 183 184.
Pudjijanto, B., 1996, Penatalaksanaan Penyakit Tuberculosis, Bagian
Ilmu Penyakit Dalam FK UNDIP RSU Pusat dr. Kariadi Semarang,
Semarang,10 11.
Rasmin, M., et al, 2008. Profil Penderita Tuberkulosis Paru di Poli Paru
RS Persahabatan Januari Juli 2008. Department of Pulmonology and
Respiratory Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia,
Persahabatan Hospital, Jakarta, Indonesia
Slamet, Soemirat Juli., 1994, Kesehatan Lingkungan Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
World Health Organization, 2007. The Global Task Force on XDR-TB.
Dalam: R. K. Srivastava, 2010. Manifestation of Mycobacterium Other
Than Tuberculosis. Indian Journal of Tuberculosis
LAMPIRAN I
Dokumentasi
LAMPIRAN 2
LEAFLET