Вы находитесь на странице: 1из 62

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di masa kehidupan, manusia tidak dapat meramalkan apa yang akan terjadi diwaktu yang
akan datang secara sempurna, meskipun dengan menggunakan berbagai alat analisis. Hal itu pula
yang terjadi pada perusahaan maupun individu. Resiko dimasa datang dapat terjadi terhadap
kehidupan seseorang misalnya saja : kematian, sakit atau resiko dipecat dari pekerjaan. Dalam
dunia bisnis resiko yang dihadapi dapat berupa kerugian akibat kebakaran, kerusakan atau
kehilangan. Oleh karena itu setiap resiko yang akan dihadapi harus ditanggulangi, sehingga tidak
menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi. Adalah perusahaan asuransi yang mau dan sanggup
menanggung setiap resiko yang akan dihadapi nasabahnya baik perorangan maupun badan usaha.

Dalam kondisi demikian, kehadiran asuransi tentu akan membuat resiko dimasa yang
akan datang dapat teratasi dengan baik. Pada prinsipnya asuransi adalah suatu perjanjian antar
tertanggung dan penanggung untuk merundingkan ganti rugi yang diderita tertanggung yang
akan diganti oleh penanggung (kantor asuransi) setelah tertanggung menyepakati pembayaran
sejumlah uang yang disebut premi.

Di Indonesia pengertian asuransi menurut Undang-Undang Nomor 1 tahun 1992 tentang


usaha asuransi adalah sebagai berikut : Perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Jenis-jenis asuransi dibagi menurut fungsinya yaitu Asuransi Kerugian (non life
insurance), Asuransi jiwa (life insurance), Reasuransi (reinsurance). Sedangkan
berdasarkan kepemilikan terdiri atas Asuransi Pemerintah, Asuransi Swasta Nasional, Asuransi
Perusahaan Asing serta Asuransi Campuran.

Melalui makalah ini, kami mencoba untuk memberikan penjelasan maupun gambaran
secara keseluruhan berkaitan dengan asuransi. Di dalamnya tidak lupa kami mengkaji manfaat
asuransi untuk kehidupan perekonomian baik bagi individu maupun perusahaan.

1.2 Perumusan Masalah


Mengenal berbagai jenis dan pihak asuransi serta lembaga asuransi yang ada di Indonesia.

Mengkaji ruang lingkup usaha asuransi dan penggolongannya.

Mengetahui manfaat dari setiap bentuk asuransi.

1.3 Tujuan Didirikannya Asuransi

Mengatasi kemungkinan adanya resiko kerugian dimasa yang akan datang.

Mengurangi permasalahan ekonomi pada individu maupun perusahaan.

1.4 Manfaat Didirikannya Lembaga Keuangan Bukan Bank

Rasa aman dan perlindungan.

Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil.

Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit.

Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan.

Alat penyebaran resiko.

Membantu meningkatkan kegiatan usaha.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Asuransi
Asuransi merupakan suatu lembaga keuangan karena melalui asuransi dapat dihimpun dana
besar , yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan, disamping bermanfaat bagi
masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi .
Tujuan dari asuransi yaitu untuk memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan
(financial loss), yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak terduga sebelumnya (fortuitious
event).
Usaha asuransi adalah suatu mekanisme yang memberikan perlindungan pada tertanggung
apabila terjadi resiko dimasa mendatang. Apabila resiko tersebut benar-benar terjadi, pihak
tertanggung akan mendapatkan
ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara penanggung dan tertanggung. Mekanisme perlindungan
ini sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh dengan r esiko.
B. Manfaat dan Keuntungan Asuransi
1. Rasa aman dan perlindungan.
Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan rasa aman dari resiko atau
kerugian yang mungkin timbul. Kalau risiko atau keruguan tersebut benar-benar terjadi, pihak
tertanggung (insured) berhak atas nilai kerugian sebesar nilai polis yang ditentukan.

2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil.


Prinsip keadilan diperhitungkan untuk menentukan nilai pertanggungan dan premi yang harus
ditanggung oleh pemegang polis secara periodik dengan memperhatikan faktor-faktor yang
berpengaruh dalam asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai pertanggungan, pihak
penanggung sudah membuat kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah pihak. Semakin besar
nilai pertanggungan semakin besar pula premi periodik yang harus dibayar oleh tertanggung.

3. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit.


4. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan.
Premi yang dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang sama dengan tabungan. Pihak
penanggung juga memperhitungkan bunga atas premi yang dibayarkan dan juga bonus (sesuai
dewngan perjanjian dari kedu belah pihak).

5. Alat penyebaran risiko.


Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut dibebankan juga pada penanggung
dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan.
6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha.
Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan resiko kerugian yang bisa
diakibatkan oleh berbagai macam sebab (pencurian, kebakaran, kecelakan dan lain sebagainya).
Keuntungan asuransi untuk masing-masing pihak adalah sebagai berikut :
a. Bagi Perusahaan Asuransi
- Keuntungan dari premi yang diberikan ke nasabah

- Keuntungan dari hasil penyertaan modal di perusahaan lain

- Keuntungan dari hasil bunga dari investasi disurat-surat berharga

b. Bagi Nasabah
- Memberikan rasa aman

- Merupakan simpanan yang pada saat jatuh tempo dapat ditarik kembali

- Terhindar dari resiko kerugian tau kehilangan

- Memperoleh pengahsilan dimasa yang kan datang


- Memperoleh penggantian akibat kerusakan atau kehilangan.

C. Resiko dan ketidakpastian


Resiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang menimbulakan
kerugian. Resiko berarti ketidakpastian dari kerugian financial. Ketidakpastian dan peluang
kerugian dapat disebabkan berbagai macam hal, diantaranya : ketidakpastian ekonomi,
ketidakpastian alam, ketidakpastian terjadinya perang, pembunuhan, pencurian, dan sebagainya.
Resiko terbagi atas tiga jenis, diantaranya :
Resiko murni
Suatu resiko yang apabila benar-benar terjadi akan menimbulkan kerugian dan apabiala tidak
terjadi , tidak akan menimbulkan kerugian dan tidak juga memberikan keuntungan
Resiko spekulatif
Resiko yang menimbulkan terjadinya dua kemungkinan, yaitu kemungkinan untuk mendapatkan
keuntungan, dan kemungkinan untuk mendapatkan kerugian.
Resiko individu
Resiko individu adalah resiko yang dihadapi dalam kegiatan hidup sehari-hari. Resiko individu
terbagi menjadi tiga jenis :

1. Resiko pribadi (Personal risk).


Resiko yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperoleh manfaat
ekonomi. Apabila risiko tersebut tidak terjadi, seseorang masih dapat mengusahakan atau
memperoleh manfaat ekonomis untuk menyelenggarakan hajat hidupnya. Berkurangnya atau
bahkan hilangnya kemampuan seseorang untuk berusaha dapat diakibatkan oleh beberapa hal,
antara lain : mati muda, uzur, cacat fisik, dan kehilangan pekerjaan.

2. Resiko harta (property risk).


Resiko bahwa harta yang kita miliki hilang, rusak, atau dicuri. Dengan kerusakan atau
kehilangantersebut, pemilik akan kehilangan kesempatan ekonomi yang diperoleh dari harta
yang dimiliki. Sebagai konsekuensinya, pemilik harus mengeluarkan biaya lagi untuk
menggantikan kinerja harta yang hilang.

3. Resiko tanggung gugat (liability risk).

4. Risiko yang mungkin kita alami atau derita.


Hal ini dilakukan sebagai tanggung jawab akibat kerugian atau terlukanya pihak lain.

Dalam menangani risiko tersebut minimal ada lima cara yang dapat dilakukan, antara lain :
1. Menghindari resiko (risk avoidance)
2. Mengurani resiko (risk reducation)
3. Menahan resiko (risk retention)
4. Membagi resiko (risk sharing)
5. Mentransfer resiko (risk transferring)

D. Prinsip Asuransi
a. Insurable interest
Merupakan hak berdasarka hukum untuk mempertangungkan suatu risiko yang berkaitan denga
keuangan, yang diakui sah secara hukum antara tertanggung dengan sesuatu yang
dipertanggungkan. Ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi agar memenuhi criteria insurable
interest, yaitu :
Kerugian tidak dapat diperkirakan
Risiko yang dapat diasuransikan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian. Kerugian
tersebut harus dapat diukur, misalnya kebakaran rumah, terbakarnya suatu rumah tidak dapat
ditentukan waktunya secara pasti. Berbeda dengan kerusakan sebuah kemeja yang dipakai untiuk
kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, kerusakan sebuah kemeja tidak dapat diansurasikan
karena sudah dapat diperkirakan sebelumnya kerusakan kemeja tersebut.
Kewajaran
Risiko yang dipertanggungkan adalah benda atau harta yang memiliki nilai material, baik bagi
penanggung maupun tertanggung.
Catastrophic
Risiko yang mungkin terjadi haruslah tidak akan menimbulkan suatu kemungkinan rugi yang
sangat besar, yaitu jika sebagian besar pertanggungan akan mengalami kerugian pada waktu
yang bersamaan.
Homogen
Homogen berarti banyak barang yang serupa atau sejenis. Hal ini berkaitan dengan prinsip
bahwa asuransi menutup sebagian besar risiko supaya dapat membayar beberapa kerugian dari
yang dipertanggungkan.

b. Itikad Baik
Dalam melakukan kontarak asuransi, pihak penaggung perlu menjelaskan secara lengkap hak
dan kewajibannya selama masa asuransi. Selain itu yang harus diperhatikan adalah perlakuan
dari penanggung pada saat benar-benar ada risiko yang menimpa tertanggung. Pihak penanggung
harus konsisten terhadat hak dan kewajiban yang dicantumkan dalam kontrak (polis) termasuk
batasan-batasan yang ada sehingga jelas apabila ada risiko yang tidak ditanggung oleh asuransi.
Kewajiban dari kedua belah pihak untuk mengungkapkan fakta disebut duty of disclosure.

c. Indemnity
Mekanisme penanggung untuk mengkompensasi yang menimpa tertanggung dengan ganti rugi
financial. Prinsip Indemnity tidak dapat dilaksanakan dalam asuransi kecelakaan dan kematian.
Indemnity ini dapat dilakuakn dengan beberapa cara, yaitu pembayaran tunai, penggantian,
perbaikan, dan pembangunan kembali.

d. Proximate Cause
Suatu sebab aktif, efisien yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa secara berantai atau
berurutan tanpa intervensi suatu ketentuan lain, diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu
sumber baru dan independent.

e. Subrogation
Pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang teleha memeberikan ganti rugi kepada
tertanggung. Untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya
mengalami suatu peristiwa kerugian.
f. Kontribusi
Prinsip ini merupakan akibat wajar dari prinsip indemnity yaitu, penanggung berhak mengajak
penanggung-penanggung lain yang memilki kepentingan yang sama untuk ikut bersama
membayar ganti rugi kepada seorang tertanggung meskipun jumlah tanggungan masing-masing
belum tentu sama besar.
E. Polis Asuransi
Polis Asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian asuransi. Polis memegang peranan penting dalam menjaga konsistensi pertanggung-
jawaban, baik pihak penanggung maupun tertanggung. Dengan memilki polis asuransi, pihak
tertanggung memiliki jaminan bahwa pihak penanggung akan mengganti kerugian yang mungkin
dialami oleh tertanggung akibat peristiwa yang tidak terduga. Polis tersebut merupakan bukti
otentik yang dapat digunakan untuk mengajukan klaim apabila pihak penanggung mengabaikan
tanggung jawabnya. Polis asuransi juga berfungsi sebagai bukti pembayaran premi kepada
penanggung.
Polis asuransi memuat hal-hal sebagai berikut :
Nomor polis
Nama dan alamat tertanggung
Uraian risiko
Jumlah pertanggungan
Besar premi, bea materai, dan lain-lain
Bahaya-bahaya yang dijaminkan
Khusus untuk polis pertanggungan kendaraaan bermotor ditambah dengan nomor polisi, nomor
rangka (chasis), dan nomor mesin kendaraan.

F. Premi Asuransi
Premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak penanggung yang berupa
pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara periodik. Jumlah premi sangat tergantung pada
faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkat resiko dan jumlah nilai pertanggungan.
Jangka waktu pembayaran premi sangat tergantung pada perjanjian yang sudah dituangkan
didalam polis asuransi. Jangka waktu pembayaran dapat bulanan, triwulan, semesteran, atau
tahunan.

G. Penggolongan Asuransi
Menurut sifat pelaksanaannya
a. Asuransi sukarela
Pertanggungan dilakukan dengan cara sukarela, dan semata mata dilakukan atas kesadaran
seseorang akan kemungkinan terjadinya resiko kerugian atas sesuatu yang dipertanggungkan
tersebut, missal : asuransi kecelakaan, asuransi kebakaran, asuransi kendaraan bermotor dan
sebagainya.
b. Asuransi wajib
Merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihak - pihak terkait yang
pelaksanaannya dilakukan berdasarkan ketentuan perundangan -undangan yang ditetapkan oleh
pemerintah, misalnya : asuransi tenaga kerja, asuransi kecelakaan dan sebagainya.

Menurut Jenis Usaha Perasuransian


Menurut UU no. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, jenis usaha perasuransian dibagi
menjadi beberapa jenis :
a. Usaha Asuransi
1. Asuransi kerugian (nonlife insurance)
Usaha yang memberikan jasa jasa dalam penanggulangan resiko atas kerugian , kehilangan
manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak
pasti . Asuransi kerugian juga disebut sebagai general insurancekarena lingkup usahanya
yang sangat luas. Usaha asuransi kerugian dapat dibagi sebagai berikut :

o Asuransi kebakaran adalah asuransi yang diakibatkan karena kejadian yang tidak disengaja,
misalnya : petir, ledakan, dan kejatuhan pesawat.
o Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan (marine insurance) penanggung atau
perusahaan asuransi akan menjamin kerugian yang dialami tertanggung akibat terjadinya
kehilangan atau kerusakan pada saat pelayaran.
o Asuransi aneka adalah jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan ke dalam asuransi
kebakaran dan asuransi pengangkutan. Jenisnya antara lain : asuransi kendaraan bermotor,
asuransi kecelakaan diri, pencurian uang dalam pengangkutan dan penyimpanan, kecurangan dan
sebagainya.

2. Asuransi jiwa (life insurance)


Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan
resiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seorang yang dipertanggungkan. Asuransi
jiwa memberikan :
o Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan
o Santunan bagi tertanggung yang meninggal
o Bantuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh meninggalnya orang kunci
o Penghimpun dana untuk persiapan pensiun
Ruang lingkup usaha asuransi jiwa dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
Asuransi jiwa biasa (ordinary life insurance). Biasanya polis asuransi jiwa ini diterbitkan
dalam suatu nilai tertentu dengan premi yang dibayar secara periodic (bulanan, triwulan,
semesteran, dan tahunan).
Asuransi jiwa kelompok (group life insurance). Asuransi jiwa yang biasanya dikeluarkan
tanpa ada pemeriksaan medis atas suatu kelompok orang dibawah satu polis induk di mana
masing - masing anggota kelompok menerima sertifikat partisipasi.
Asuransi Jiwa industrial (industrial life insurance). Dalam jenis asuransi ini dibuat
dengan jumlah nominal tertentu. Premi umumnya dibayar mingguan yang dibayarkan di rumah
pemilik polis kepada agen yang isebut debit agent.

3. Reasuransi (reinsurance)
Pertanggungan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan dari asuransi. Reasuransi
sebagai sistem penyebaran risiko dimana penaggung menyebarkan seluruh atau sebagian dari
pertanggungan yang dututupnya kepada penaggung yang lain. Pihak tertanggung
disebut ceding company, dan penanggung adalah reasuradur. Dalam menjalankan usaha,
ada kemungkinana perusahaan asuransi menanggung risiko yang lebih besar dari kemampuan
financialnya. Untuk mengatasi penyebaran risiko, dilakukan dengan dua mekanisme, yaitu :
koasuransi dan reasuransi. Koasuransiadalah pertangunggan yang dilakukan secara bersama
atas suatu objek asuransi. Sedangkan Reasuransi adalah proses untuk mengasuransikan
kembali pertanggung jawaban pada pihak tertanggung.

Dilihat dari segi kepemilikannya

Dalam hal ini yang yang dilihat adalah siapa pemilik dari perusahann asuransi tersebut, baik
asuransi kerugian, asuransi jiwa ataupun reasuransi.

Asuransi milik pemerintah

Yaitu asuransi yang sahamnya dimiliki sebagaian besar atau bahkan 100 persenoleh pemerintah

Asuransi milik swasta nasional

Kepemilikan saham sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional, sehingga siapa siapa yang paling
banyak memiliki saham, maka memiliki suara terbanyak dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).

Asuransi milik perusahaan asing

Perusahaan jenis ini biasanya beroperasi di Indonesia hanyalah merupakan cabang dari negara
lain dan jelas kepemilikannyapun dimiliki oleh 100 persen pihak asing

Asuransi milik campuran

Merupakan jenis asuransi yang sahamnya dimiliki campuran antara swasta nasional dengan
pihak asing

- Fungsi Reasuransi
Meningkatkan kapasitas akseptasi. Penanggung dapat meningkatkan akseptasi sehingga
pemasukan asuransi bisa memperbesar jumlah nilai pertanggungan.
Alat penyebaran risiko. Dengan adanya mekanisme ini, akan tertanggulangi adanya
kemungkinan dalam jumlah yang sangat besar.
Meningkatkan stabilitas usaha. Dengan penyebaran risiko ke perusahaan asuransi lain, maka
kekhawatiran akan adanya kegagalan usaha semakin kecil.
Meningkatkan kepercayaan. Reasuransi menambah keprcayaan bagi tertanggung karena
kemungkinan risiko yang dialami mendapat jaminan dari perusahaan asuransi.
- Reasuransi dapat dilakukan dengan berbagai cara :

Treaty and facultative reinsurance


Dalam model ini, reasuradur memberikan sejumlah pertangunggan yang diinginkan dengan
perjanjian kontrak dan reasuradur harus menerima jumlah yang ditawarkan.
Reasuransi Proposional
Pembagian risiko antara ceding company dengan reasuradur dilakukan secara proporsional
berdasarkan jumlah retensi yang telah ditetapkan. Retensi adalah jumlah maksimum risiko yang
ditahan atau ditanggung oleh ceding company.
Reasuransi Non Proporsional
Bentuk ini memberikan kemungkinan bagi reasuraur untuk tidak membayar klaim atau
membayar klaim terbatas jumlah yang ada dalam treaty. Treaty dalam mekanisme reasuransi
adalah pertanggungan yang dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang
dituangkan dalam suatu perjanjian antara ceding company dan reasuradur, yang mana reasuradur
mengikatkan diri untuk menerima setiap penutupan yang diberikan oleh ceding company.

b. Usaha Penunjang

o Pialang Asuransi
Usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan
penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung.

o Pialang Reasuransi
Usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan
penyelesaian ganti rugi reasuransi, dewan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.
o Penilai Kerugian Asuransi
Usaha yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada objek asuransi yanag
dipertanggungkan.
o Konsultan Aktuaria
Usaha yang memberikan jasa konsultan aktuaria.
o Agen Asuransi
Pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas
nama penanggung.
-Menurut the chartered Insurance Institut, London
Asuransi Kerugian (property insurance)
Merupakan pertanggungan untuk semua milik yang berupa harta benda yang memiliki risiko
atau bahaya kebakaran, kecurian, tenggelam dilaut. Misalnya asuransi kebakaran, pengangkutan,
penerbangan, kecelakaan.

Asuransi tanggung gugat (liability insurance)


Asuransi untuk melindungi tertanggung terhadap kerugian yang timbul dari gugatan pihak ketiga
katrena kelalaian tertanggung.

Asuransi jiwa (life insurance)


Meliputi asuransi kecelakaan, asuransi jiwa (asuransi berjangka, asuransi seumur hidup,
endowment insurance), anuitas, asuransi industri.

Asuransi Kerugian (general insurance)

Reasuransi (Reinsurance)

H. Pengaturan Perasuransian di Indonesia


Peraturan perundangan yang digunakan sebagai dasar acuan pembinaan dan pengawasan atas
usaha pengasuransian di Indonesia saat ini adalah :
1. UU No.2 Tahun 1992, tentang usaha pengasuransian
2. PP No.73 Tahun 1992, tentang usaha pengasuransian
3. Keputusan Menteri Keuangan antara lain :
- Nomor 223/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Perizinan Perusahaan Asuransi
dan Reasuransi.
- No.224/KNE.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan
Asuransi atau Reasuransi
-No.225/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan
Asuransi atau Reasuransi.
- No.226/CMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Perizinan dan Penyelenggaran
Kegiatan Usaha Perusahaan penunjang Usaha Asuransi.
I. Perizinan Pendirian Perusahaan Asuransi
Pemberian izin oleh Menteri Keuangan bagi perusahaan perasuransian menurut PP Nomor 73
tahun 1992 dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
a. Persetujuan prinsip
Persetujuan yang diberikan untuk melakukan persiapan pendirian suatu perusahaan yang
bergerak di bidang perasuransian, di mana batas waktu persetujuan prinsip selama-lamanya
dibatasi 1 tahun.
b. Izin usaha
Izin ymelakukan usaha setelah persiapan pendirian selesai, di mana izin usaha diberikan setelah
persyaratan izin usaha telah dipenuhi. Ketentuan modal disetor perusahaan perasuransian.

J. Asuransi Kredit

Dalam hal ini, asuransi yang dikaitkan dengan dunia perbankan dan lebih dititikberatkan pada
asuransi jaminan kredit merupakan bidang asuransi kerugian (general insurance) yang
meliputi :
Asuransi kebakaran (fire insurance)
Asuransi pengangkutan laut (marine insurance)
Asuransi kendaraan bermotor (motor vehicle insurance)
Oleh karena itu, asuransi kredit mempunyai kaitan erat dengan jasa perbankan terutama di
bidang perkreditan yang selalu dikaitkan dengan jaminan kredit berupa barang bergerak dan
tidak bergerak yang sewaktu waktu dapat tertimpa resiko yang dapat mengakibatkan kerugian
bagi pemilik barang dan bank sebagai pemilik kredit.
Kredit adalah pinjaman uang yang diberikan oleh pemberi kredit (bank, lembaga keuangan)
kepada nasabahnya. Sejak kredit diberikan kepada nasabah, pemberi kredit oleh nasabah atau
tidak diperolehnya kembali kredit tersebut dari nasabah sehingga pemberi kredit menderita
kerugian. Untuk melindungi diri dari kemungkinan kerugian tersebut, pemberi kredit menutup
asuransi atas kredit yang diberikannya kepada nasabah. Dalam asuransi kredit, tertanggung
adalah pemberi kredit (bank, lembaga keuangan) dan yang ditanggung oleh penanggung adalah
resiko kredit di mana tidak diperolehnya kembali kredit kepada para nasabahnya ( yang
umumnya terdiri atas para pengusaha).

Asuransi kredit bertujuan :


1. Melindungi pemberi kredit dari kemungkinan tidak diperolehnya kembali kredit yang diberikan
kepada para nasabahnya.
2. Membantu kegiatan, pengarahan, dan keamanan perkreditan baik kredit perbankan maupun
kredit lainnya di luar perbankan.
Dengan adanya asuransi kredit, bank akan terdorong untuk lebih giat membantu para nasabahnya
dalam menyediakan modal untuk mengembangkan usahanya. Pengelolaaan asuransi kredit di
Indonesia dipercayakan oleh pemerintah kepada PT Asuransi Kredit Indonesia yang berkantor
pusat di Jakarta, di mana yang menjadi tertanggung adalah bank - bank pemerintah, bank bank
swasta, dan lembaga lembaga keuangan lainny. Sebagai imbalan atas jaminan yang diberikan
oleh PT. Askrindo, bank membayar premi atas kredit yang ditanggung. Premi tersebut menjadi
beban bank, tetapi dalam praktik, ada juga bank yang membebankan premi tersebut kepada
nasabahnya yang memperoleh kredit. Walaupun begitu, yang menjadi tertanggungn bukan
nasabahnya tetapi bank pemberi kredit.
K. Contoh Perusahaan Asuransi di Indonesia

AIA Financial
Berdiri tahun 1983. Sempat berganti nama dari PT Asuransi Lippo Jiwa Sakti
menjadi Lippo Life, kemudian AIG Lippo dan Setelah 80% sahamnya dimiliki American
International Assurance, berubah nama menjadi AIA Financial.
Allianz
Merupakan cabang dari Allianz SE Jerman, yang merupakan salah satu perusahaan
asuransi terbesar di dunia. Masuk di Indonesia sejak tahun 1981. Bergerak pada bidang
asuransi jiwa, kesehatan, employee benefit, serta dana pensiun dan saving.
Avrist
Berdiri sejak 1975, PT Avrist Assurance (Avrist) adalah perusahaan asuransi jiwa patungan
multinasional pertama di Indonesia, yang menyediakan program asuransi jiwa, asuransi
kecelakaan dan kesehatan, asuransi jiwa kredit dan pensiun, baik untuk perorangan
maupun kelompok, termasuk produk-produk asuransi jiwa berbasis syariah/takaful,
melalui beragam saluran distribusi.
Axa Mandiri
Merupakan perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh Bank Mandiri dan AXA Group.
Jika anda nasabah Bank Mandiri mungkin sudah pernah ditawarkan asuransi ini.
Bumiputera 1912
Merupakan salah satu perusahaan asuransi paling tua di Indonesia. Sesuai namanya,
didirikan pada tahun 1912. yang menarik dari asuransi ini adalah prinsip mutual share yang
mereka pegang, dimana setiap pemegang polis adalah pemilik perusahaan.
CIGNA
Asuransi CIGNA berdiri di Indonesia sejak tahun 1990. Merupakan cabang dari
perusahaan asuransi CIGNA Group yang bermarkas di connecticut, Amerika Serikat.
Jiwasraya
PT Asuransi Jiwasraya adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di
sektor asuransi. Perusahaan ini didirikan pada 31 Desember 1859 dengan nama
Nederlandsche Indische Levenverzekering en Lijvrente Maatschappij (NILLMIJ) dan
merupakan perusahaan asuransi jiwa pertama yang didirikan di Indonesia.
Manulife
Perusahaan asuransi ini adalah cabang dari Manulife Financial yang merupakan salah
satu perusahaan asuransi jiwa terbesar di dunia yang diukur berdasarkan kapitalisasi
pasar. Manulife saat ini memiliki sekitar 26.000 karyawan di seluruh dunia. Di Indonesia
perusahaan ini berdiri sejak tahun 1985.
Prudential
Didirikan pada tahun 1995, PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia)
merupakan bagian dari Prudential plc, group jasa keuangan ritel berbasis di London,
Inggris. Pada tahun 2011, unit asuransi jiwa dari Prudential dinobatkan sebagaiperusahaan
asuransi terbaik oleh majalah investor untuk perusahaan dengan aset diatas 10 trilyun.
Sinar Mas
Asuransi Sinar Mas (ASM) merupakan anak perusahaan dari perusahaan Sinar Mas Group
yang didirikan pada tanggal 27 Mei 1985. Pada pertama kali berdiri, dinamakan PT.
Asuransi Kerugian Sinar Mas Dipta. Kemudian pada tahun 1991 baru berubah menjadi PT.
Asuransi Sinar Mas.

L. Bentuk Dokumen Asuransi


a. Kwitansi Premi : Tanda bukti pembayaran premi dari pihak tertanggung kepada pihak
penanggung .

b. Polis asuransi : Bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak pihak yang mengadakan
perjanjian.
c. Surat kuasa khusus : Surat yang ditujukan pemberi kuasa untuk penerima kuasa untuk
menarik dana polis asuransi, mengubah atau memperpanjang polis asuransi atas nama
pemberi kuasa secara penuh.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Asuransi merupakan lembaga keuangan yang melakukan suatu jasa perlindungan


dan penyediaan jaminan kepada individu, organisasi maupun perusahaan yang dilakukan dengan
perjanjian tertentu, apabila dimasa yang akan datang tertanggung mengalami hal hal yang tidak
diinginkan seperti musibah baik yang disebabkan oleh faktor bencana alam, kelalaian,
kebangkrutan, kecelakaan dan lain sebagainya. Asuransi akan memberikan bantuan berupa
materi sehingga pihak tertanggung bisa meminimalisir kerugian yang terjadi.

Lembaga ini perlu dikaji mulai dari jenis-jenis, manfaat, penggolongan, contoh
perusahaan dan terakhir tata cara pendirian perusahaan asuransi. Hal ini diperlukan agar kita
dapat mengerti dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari. Asuransi sangat
bermanfaat bagi kita dan perusahaan diantarnya dapat memberikan rasa aman, perlindungan serta
dapat membanrtu kegiatan usaha kita.

Saran

Asuransi sebagai jasa yang cukup vital dimasa yang akan datnag bagi individu maupun
kolektif diharapkan dapat berperan maksimal bagi masyarakat , sehingga akan membantu
kemungkinan adanya kerugian akibat musibah yang terjadi. Demi terwujudnya hal tersebut
perusahaan asuransi juga diharapkan dapat berprilaku jujur, bersih, dan transparan kepada pihak
klien/nasabah/tertanggung. Selain itu tanggung jawab dan komitmen yang tinggi dari pihak
penanggung jaminan sangat diperlukan. Sayangnya masih banyak perusahaan asuransi yang
tidak bersikap arif di Indoneisa. Oleh karenanya, diperlukannya pengawasan baik dari
pemerintah maupun masyarakat agar pelayanan jasa asuransi dapat berjalan dengan baik
sehingga mampu mengurangi masalah perekonomian di Indonesia.
.

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, SE., MM. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya edisi 6. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 1999.

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. Teori Ekonomi Makro edisi 4. Jakarta :
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001.

Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. Bank dan Lembaga Keuangan Lain edisi 2. Jakarta :
Salemba Empat, 2006.

ASURANSI

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana yang telah kita ketahui kata asuransi bukanlah hal yang baru dipendengaran
kita. Tetapi pemahaman terhadap asuransi itu sendiri secara mendalam, masyarakat belum
mengenal dan mengetahuinya. Yang masyarakat umum tau tentang asuransi hanyalah sebagai
jaminan dan ketergantungan pertolongan kepada orang lain bahkan seringkali menyebutkan
asuransi itu haram untuk masnyarakat yang awam. Padahal arti dan peran sesungguhnya didalam
asuransi ini sangatlah baik dan memberikan manfaat diantara kedua belah pihak, baik perusahaan
asuransi maupun nasabahnya.
Dengan adanya asuransi bisa memberikan ketenangan dan kemudahan dalam urusan,
karena dengan kita memiliki asuransi tak perlu lagi cemas untuk menghadapi risiko yang akan
datang dimasa datang, dan juga memudahkan kita dalam menghadapi urusan jika sewaktu
waktu terjadi musibah atau bencana kita tak dipusingkan dengan pembebanan risiko atau pun
kerugian karena telah ada perusahaan yang akan menanggung semua itu sesuai perjanjian yang
telah dibuat sebelumnya.
Di Indonesia sendiri sudah banyak perusahaan perusahaan yang berjalan dibidang
asuransi ini, tinggal kita memilah dan memilih asuransi mana yang akan kita ambil sesuai
dengan kebutuhan dan keuangan kita. Untuk bisa memilih dan memilah asuransi tersebut, maka
diperlukan pengetahuan yang cukup tentang pengertian dasar dasar asuransi. Maka dari itu
penulis bermaksud menuliskan pengetahuan tentang dasar dasar pengetahuan tentang asuransi
yang akan dibahas dalam bab 2 tentang pembahasan.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa dasar tentang asuransi, yang akan dibahas
diantaranya yaitu :
1. Pengertian asuransi.
2. Jenis jenis asuransi.
3. Keuntungan asuransi.
4. Jenis jenis risiko.
5. Prinsip prinsip asuransi.

C. Manfaat Pembuatan Makalah


Sebagaimana yang telah kita ketahui dalam rumusan masalah terdapat hal hal yang akan
dibahas dalam makalah ini yang berkenaan dengan asuransi. Setelah pembaca membaca makalah
ini diharapkan akan mampu mengusai dan mengetahui tentang dasar dasar yang berkaitan
langsung dengan asuransi. Minimal pembaca akan mengetahui arti dan pengertian yang
sesungguhnya mengenai asuransi dan manfaat dari asuransi tersebut.

BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asuransi
Tidak seorang pun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang secara sempurna, meskipun dengan menggunakan berbagai alat analisi. Setiap ramalan
yang dilakukan tidak akan lepas dari kesalahan perhitungan yang telah dilakukan. Penyebab
melesetnya hasil ramalan karena dimasa yang akan datang penuh dengan ketidak pastian bahkan
untuk hal-hal tertentu sama sekali tidak dapat diperhitungkan seperti maut dan rezeki. Jadi wajar
jika terjadinya sesuatu dimasa yang akan datang hanya dapat direka reka semata.
Risiko dimasa datang dapat terjadi terhadap kehidupan seseorang misalnya kematian, sakit
atau risiko dipecat dari pekerjaannya. Dalam dunia bisnis risiko yang dihadapi dapat berupa
risiko kerugian akibat kebakaran, kerusakan atau kehilangan atau risiko lainnya. Oleh karena itu,
setiap resiko yang akan dihadapi harus ditanggulangi sehingga tidak menimbulkan kerugian yang
lebih besar lagi.
Untuk mengurangi risiko yang tidak kita inginkan dimasa yang akan datang, seperti risiko
kehilangan , risiko kebakaran, risiko macetnya pinjaman kredit bank atau risiko lainnya, maka
diperlukna perusahaan yang mau menanggung risiko tersebut. Adalah perusahaan asuransi yang
mau dan sanggup menanggung setiap risiko yang bakal dihadapi nasabahnya baik perorangan
maupun bada usaha. Hal ini disebabkan perusahaan asuransi merupakan perusahaan yang
melakukan usaha pertanggungan terhapad risiko yang akan dihadapi oleh nasabahnya.[1]
Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian risiko, dengan cara mengalihkan /
mentransfer risiko tersebut dari pihak pertama ke pihak lain, dalam hal ini adalah kepada
perusahaan asuransi. Pelimpahan tersebut didasari dengan aturan-aturan hukum dan prinsip-
prinsip yang berlaku secara universal, yang dianut oleh pihak pertama maupun pihak lain.[2]
Di Indonesia pengerian Asuransi menurut Undang Undan No 1 Tahun 1992 tentang
Usaha Asuransi adalah sebagai berikut :
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan.
Badan yang menyalurkan risiko disebut "tertanggung", dan badan yang menerima risiko
disebut "penanggung". Perjanjian antara kedua badan ini disebut kebijakan : ini adalah
sebuah kontrak legal yang menjelaskan setiap istilah dan kondisi yang dilindungi. Biaya yang
dibayar oleh "tertanggung" kepada "penanggung untuk risiko yang ditanggung disebut "premi".
Ini biasanya ditentukan oleh penanggung untuk dana yang bisa diklaim di masa depan,
biaya administratif, dan keuntungan.

Sedangkan menurut KUHD pasal 246 disebutkan bahwa:


Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk
penggantian kepadanya karena suatu kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan
yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu :
1. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak
penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.
2. Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada
pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang
mengandung unsur tak tertentu.
3. Suatu peristiwa (accident) yang tak terntentu (tidak diketahui sebelumnya).
4. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tak
tertentu.
Berdasarkan definisi tersebut di atas maka asuransi merupakan suatu bentuk perjanjian
dimana harus dipenuhi syarat sebagaimana dalam Pasal 1320 KUH Perdata, namun dengan
karakteristik bahwa asuransi adalah persetujuan yang bersifat untung-untungan sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 1774 KUH Perdata. Menurut Pasal 1774 KUH Perdata yaitu :
Suatu persetujuan untunguntungan (kans-overeenkomst) adalah suatu perbuatan yang
hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak,
bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu.
Dalam perjanjian asuransi dimana tertanggung dan penanggung mengikat suatu perjanjian
tentang hal dan kewajiban masing masing. Perusahaan asuransi membebankan sejumlah premi
yang harus dibayar tertanggung premi yang harus dibayar sebelumnya sudah ditaksirkan dulu
atau diperhitungkan dengan nilai resiko yang akan dihadapi. Semakin besar resiko, semakin
besar premi yang harus dibayar dan sebaliknya.
Perjanjian asuransi tertuang dalam polis asurasi, dimana disebutkan sarat sarat, hak
hak, kewajiban masing masing pihak, jumlah uang yang dipertanggungkan dan jangka waktu
asuransi. Jika dalam masa pertanggungan terjadi resiko, pihak asuransi akan membayar sesuai
dengan perjanjian yang telah dibuat dan ditandatangani bersama sebelumnya.
Dalam bahasa Belanda kata asurasi desebut Assurantie yang terdiri dari
kata assuradeur yang berarti penanggungan dan geassureerde yang berarti tertanggung.
Kemudian dalam bahasa Prancis disebut Assurance yang berarti menganggung sesuatu yang
pasti terjadi. Sedangkan dalam bahasa latin disebut Assecurare yang berarti menyakinkan
orang. Selanjutnya bahasa Inggris kara asuransi disebut Insurance yang berarti menaggung
sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin terjadi dan Assurance yang berarti menganggung
sesuatu yang pasti terjadi.[3]
Adapun pengertian asuransi menurut beberapa pakar ilmu, diantaranya :
1. Definisi asuransi menurut Prof. Mehr dan Cammack :
"Asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi resiko keuangan, dengan cara pengumpulan
unit-unit exposure dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat
diperkirakan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang
tergabung".
2. Definisi asuransi menurut Prof. Mark R. Green:
"Asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang bertujuan mengurangi risiko, dengan jalan
mengkombinasikan dalam suatu pengelolaan sejumlah obyek yang cukup besar jumlahnya,
sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu".
3. Definisi asuransi menurut C.Arthur William Jr dan Richard M. Heins, yang mendefinisikan
asuransi berdasarkan dua sudut pandang, yaitu:
"Asuransi adalah suatu pengaman terhadap kerugian finansial yang dilakukan oleh seorang
penanggung dan asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau lebih orang atau badan
mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian finansial".
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas kiranya mengenai definisi asuransi yang
dapat mencakup semua sudut pandang :
"Asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat pada perekonomian, dengan
cara manggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama atau hampir sama, dalam
jumlah yang cukup besar, agar probabilitas kerugiannya dapat diramalkan dan bila kerugian yang
diramalkan terjadi akan dibagi secara proposional oleh semua pihak dalam gabungan itu".[4]

B. Jenis Jenis Asuransi


Jenis jenis asuransi yang berkembang di Indonesia ini jika dilihat dari berbagai segi
adalah sebagai berikut :
1. Dilihat dari segi fungsinya
a. Asuransi kerugian (non life insurance)
Jenis asuransi kerugian seperti yang terdapat dalam Undang Undang Nomor 2 Tahun 1992
tentang Usaha Asuransi menjelaskan bahwa asuransi kerugian menjalankan usaha memberikan
jasa untuk menanggunglangi suatu risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga dari suatu peristiwa yang tidak pasti. Jenis asuransi ini tidak
diperkenankan melakukan usaha di luar asuransi kerugian dan reasusansi. Kemudian yang
remasuk dalam asuransi kerugian adalah sebagai berikut :
- Asuransi kebakaran yang meliputi kebakaran, peledakan, petir, kecelakaan kapal terbang dan
lainnya.
- Asuransi pengangkutan meliputi :
- Marine Hul Policy
- Marine Cargo Policy
- Freight
- Asuransi aneka, yaitu asuransi yang tiak termasuk dalam asuransi kebakaran dan pengangkutan
sepetri asuransi kendaraan bermotor, kecelakaan dari pencurian, dan lainya.
b. Asuransi jiwa (life insurance)
Asuransi jiwa merupakan perusahaan asuransi yang dikaitak dengan penanggulangan atau
meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Jenis jenis asuransi jiwa adalah :
- Asuransi berjangka (Term insurance)
- Asuransi Tabungan (Endowment insurance)
- Asuransi seumur hidup (Whole life insurance)
- Anuity contrak insurance (Anuitas)
c. Reasuransi (reinsurance)
Merupakan perusahaan yang memberikan jasa asuransi dalam pertanggungan ulang terhadap
risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian. Jenis asuransi ini sering disebut asuransi
dari asuransi dan asuransi ini digolongkan ke dalam :
- bentuk treaty
- bentuk facultative
- kombinasi dari keduanya
2. Dilihat dari segi kepemilikannya
Dalam hal ini yang dilihat adalah siapa pemilik dari perusahaan asuransi tersebut, baik asuransi
kerugian, asutansi jiwa atau pun reasuransi.
a. Asuransi milik pemerintah
Yaitu asuransi yang sahamnya dimiliki sebagian besar atau bahkan 100% oleh pemerintah
Indonesia.
b. Asuransi milik swasta nasional
Asuransi ini kepemilikan sahamnya sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sehingga siapa
yang paling banyak memiliki saham maka memiliki suata terbanyak dalam Rapat Umum
Pemegan Saham (RUPS).
c. Asuransi milik perusahaan asing.
Perusahaan arusansi jenis ini biasanya beroperasi di Indonesia hanya merupakan cabang dari
negara lain dan jelas kepemilikannya pun dimiliki 100% oleh pihak asing.
d. Asuransi milik campuran
Merupakan jenis asuransi yang sahamnya dimiliki campuran antara stasta nasional dengan pihak
asing.

C. Keuntungan Asuransi
Pengetahuan masyarakat terhadap jasa asuransi memang belum seperti pemahamannya
terhadap menabung konvensional baik di bank umum maupun bank syariah. Padahal dari sisi
mengelola keuangan, dengan berbagai bentuk jasa asuransi, sama-sama menertibkan dalam hal
mengelola keuangan terutama untuk pos-pos tertentu yang sifatnya darurat. Sekalipun
manajemen asuransi terus meningkat dan berbagai macam asuransi disediakan oleh perusahaan
asuransi besar, image di masyarakat tentang perusahaan asuransi tidak salamanya positif.
Beberapa model stigma negatif terhadap perusahaan asuransi misalnya saja menggadaikan
nyawa kepada lembaga, ini untuk jenis asuransi kesehatan atau kecelakaan. Susah mengurus
klaim, ini untuk hampir seluruh jenis asuransi. Padahal yang terakhir ini hanya gara-gara data
yang tidak valid atau kelengkapan administrasi yang tidak bisa dipenuhi.
Dengan pengetahuan yang belum baik tentang asuransi, dengan demikian keuntungan
asuransi bagi sebagian masyarakat Indonesia belum begitu dipahami. Dengan demikian, budaya
asuransi masih belum terlalu akrab di tengah masyarakat Indonesia. Kalaupun telah memiliki
pemahaman bahwa yang namanya kecelakaan tidak bisa diprediksi sehingga perlu
mempersiapkan dana khusus sebagai persiapan menanggalungi keadaan darurat, masih banyak
yang berpikir untuk mempersiapkan dana tersebut dalam bentuk tabungan dan membeli emas
bukan dalam bentuk menjadi nasabah asuransi kesehatan atau asuransi jiwa misalnya.
Secara umum yang menjadi penyebab belum tertariknya masyarakat Indonesia terhadap
berbagai program asuransi adalah sebagian masyarakat Indonesia masih memiliki perekonomian
yang kurang stabil. Sehingga mereka lebih banyak memilih untuk membelanjakan uang mereka
guna membeli kebutuhan sehari-hari daripada untuk hal lain yang dianggap kurang penting atau
untuk mempersiapkan hal-hal yang sifatnya darurat. Memang tidak bisa dipungkiri dengan masih
terbatasnya penghasilan, masyarakat Indonesia masih sulit untuk memenuhi pos-pos kebutuhan.
Sehingga masih berkutat dalam mengatasi kebutuhan untuk pos yang sifatnya kebutuhan primer
dan sekunder semata. Dan pengertian kebutuhan primer dan sekunder juga dipahami dalam arti
sempit.
Salah satunya adalah asuransi. Padahal kalau dilihat dari manfaat, sebenarnya program
asuransi ini termasuk kebutuhan primer. Karena itulah tidak perlu heran sekalipun
mengedepankan tentang keuntungan asuransi ini, namun pandangan sebagian masyarakat
Indonesia asuransi sama saja dengan membuang uang. Selain itu ada pandangan dari masyarakat
yang menganggap bahwa asuransi adalah haram. Sebab, dengan asuransi itu dianggap sama
halnya dengan mengandalkan keselamatan dan menggadaikan diri pada sesama manusia.
Padahal, pandangan seperti itu sebenarnya keliru. Karena pada dasarnya asuransi bukan
membuang uang atau mengandalkan masalah keselamatan pada sesama manusia.
Pada dasarnya, asuransi adalah sebuah kegiatan yang bersifat mengalihkan resiko sesuatu
pada pihak ketiga. Sehingga apabila kita mendapatkan musibah atau bencana, yang akan
mengganti semua kerugian kita adalah pihak asuransi. Secara nilai nominal, kita akan
mendapatkan ganti rugi atas semua hal yang sudah dijaminkan pada perusahaan asuransi
tersebut. Sehingga kalaupun ada kejadian atau kondisi darurat, menjadi nasabah asuransi tidak
perlu bingung seperti sering dialami masyarakat, terutama ketika uang dalam bentuk tabungan
atau barang berharga tidak cukup.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ketika mengurus klaim terhadap perusahaan atau
menuntut hak kita sebagai nasabah perusahaan asuransi tersebut, tidak segampang mencairkan
uang di dalam tabungan atau menjual barang berharga seperti emas. Untuk mengajukan klaim
kepada perusahaan asuransi diperlukan persyaratan administrasi yang sebenarnya sejak awal
sudah disepakati. Hal ini terutama sebagai salah satu langkah mengatasi berbagai cara orang
jahat yang memanfaatkan proses klaim asuransi ini. Dengan demikian ketika persyaratan
administrasi telah terpenuhi, perusahaan asuransi akan dengan mudah melaksanakan berbagai
klaim yang diajukan oleh para nasabah. Bahkan sekarang ini perusahaan asuransi telah bekerja
dengan perusahaan lain secara langsung, seperti misalnya dengan rumah sakit atau klinik
kesehatan untuk jenis asuransi kesehatan atau asuransi jiwa. Sehingga ketika seorang nasabah
asuransi kesehatan mengalami keadaan darurat, cukup menunjukkan kartu asuransi, dan rumah
sakit atau klinik kesehatan itulah yang secara langsung mengajukan klaim kepada perusahaan
asuransi setelah melayani nasabah asuransi tersebut.
Keuntungan dari usaha asuransi untuk masing masing pihak adalah sebagai berikut.
1. Bagi nasabah
Masyarakat yang menolak konsep asuransi, biasanya disebabkan karena kurangnya
pengetahuan mereka pada keuntungan asuransi. Selain itu, ada sebuah stigma tradisional yang
menyebabkan seseorang sudah merasa apriori pada kata asuransi. Beberapa stigma negatif
seperti telah disebutkan sebelumnya semakin diyakini sebagai sebuah kebenaran ketika pihak
perusahaan asuransi sendiri misalnya tidak memberikan edukasi secara jelas dan tepat. Terlepas
dari itu semua, beberapa keuntungan asuransi yang bisa didapatkan seseorang ketika menjadi
nasabah perusahaan asuransi antara lain :
a. Memberikan rasa aman dan ketenangan hidup.
b. Merupakan simpanan yang pada saat jatuh tempo dapat ditarik kembali.
c. Terhindar dari risiko kerugian atau kehilangan.
d. Memperoleh penghasilan di masa yang akan datang.
e. Memperoleh penggantian akibat kerusakan atau kehilangan.
f. Menjadikan seseorang bisa lebih tertib dalam mengatur keuangan mereka.
g. Memudahkan urusan.
2. Bagi perusahaan asuransi
a. Keuntungan dari premi yang diberikan ke nasabah.
b. Keuntungan dari hasil penyertaan modal di perusahaan lain.
c. Keuntungan dari hasil bunga dari investasi di surat surat berharga.

D. Jenis Jenis Risiko


Dalam pertanggungan asurasni terdapat berbagai jenis risiko yang dihadapi, besar kecilnya
suatu risiko merupakan salah satu pertimbangan besarnya premi asuransi yang harus dibayar.
Dalam peraktinya risiko risiko yang timbul dari setiap pemberian usaha pertanggungan
asuransi adalah sebagai berikut :
1. Risiko murni, artinya bahwa ada ketidak pastian terjadinya sesuatu kerugian atau dengan kata lain
hanya ada peluang merugi dan bukan suatu peluang keuntungan, contoh rumah mungkin akan
terbakar, atau mobil yang dikendarai akan tertabrak atau kapal dan muatanya mungkin akan
tenggelam. Jadi dalam hal ini kerugian terjadi atau tidak terjadi sama sekali.
2. Risiko spekulatif, artinya risiko dengan terjadinya dua kemungkinan, yaitu peluang untuk
mengalami kerugian keuangan atau memperoleh keuntungan dalam hal ini kemungkinan terjadi
kerugian atau keuntungan.
3. Risiko individu
Risiko individu dibagi tiga macam :
a. Risiko perbadi, risiko kemampuan seseorang untuk memperoleh keuntungan, akibat sesuatu hal
seperti sakit, kehilangan pekerjaan atau mati.
b. Risiko harta, risiko kehilangan harta apakah dicuri hilang atau rusak yang menyebabkan
kerugian keuangan.
c. Risiko tanggung gugat, yaitu risiko yang disebabkan apabila kita menanggung kerugian
seseorang dan kita harus membayar. Contohnya kelalayan dijalan yang menyebabkan orang lain
tertabrak dan harus mengganti kerugian tersebut.

E. Prinsip Prinsip Asuransi


Pelaksanaan perjanjian asuransi antara perusahaan asuransi dengan pihak nasabannya tidak
dapat dilakukan secara sembarangan. Setiap perjanjian dilakukan mengandung perinsip
perinsip asuransi. Tujuan adalah untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan dikemudian
hari antara pihak perusahaan asuransi dengan pihak nasabahnya.
Prinsip perinsip asuransi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Insurable Interest merupakan hal berdasarkan hukum untuk mempertanggungkan suatu risiko
berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara hukum antara tertanggung dan suatu yang
dipertanggungkan dan dapat menimbulkan hal dan kewajiban keuangan secara hukum. Semua ini
tergambar dari kontrak asuransi. Kemudian dalam hal ini perlu menyebutkan adanya kepentingan
terhapa berang yang dipertanggungkan.
2. Utmost Good Faith aua itikad baik dalam penetapan setiap suatu kontrak haruslah didasarkan
kepada iktikad baik antara tertanggung dan penanggung mengenai seluruh informasi baik materi
ril maupun ummaterill.
3. Indeminity atau ganti rugi artinya mengendalikan posisi leuangan tertanggu setelah terjadi
kerugian seperti pada posisi sebelum terjadi kerugian tersebut. Dalam hal ini tidak berlaku bagi
kontrak asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan karena perinsip ini didasarkan kepada kerugian
yang bersifat keuangan.
4. Proximate Cause adalah suatu sebab aktif, efisien yang mengakibatkan terjadinya suatu
peristiwa secara berantai atau berurutan atau intervinsi kekuatan lain, diawali dan bekerja dengan
aktif dari suatu sumber baru dan independen.
5. Subrogation merupakan hal penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada tertanggung
untuk untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan suransi mengalami suatu
peristiwa kerugian. Aritnya dengan perinsip ini penggantian kerugian tidak mungkin lebih besar
dari kerugian yang benar-benar dideritanya.
6. Contribution suatu perinsip dimana penanggungan berhak mengajak penanggung penanggung
lain yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada
seseorang tertanggung, meskipun jumlah tanggungan masing masing penanggung belum tentu
sama besar.
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir (2012). Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Depok : Penerbit PT Rajagrafinda
Persada.
Supriatna (2013). Keuntungan asuransi. From http://www.anneahira.com/keuntungan-
asuransi.htm, 21 Mei 2014
Aji (2013). Asuransi Definisi. From http://www.asuransi-mobil.com/asuransi-definisi.htm, 12
Mei 2014
Bangbang (2013). From http://www.imoney.co.id/articles/jenis-jenis-asuransi-yang-ada-di-
indonesia/, 12 Mei 2014
Nunu (2013). From http://nunite.blogspot.com/2013/03/pengetahuan-dasar-tentang-
asuransi.html, 12 Mei 2014

MAKALAH ASURANSI, PENGERTIAN, MANFAAT, DAN


PRINSIP
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan perlindungan pada tertanggung
apabila terjadi resiko di masa mendatang. Apabila risiko tersebut benar-benar terjadi, pihak
tertanggung akan mendapatkan ganti rugi sebesar nilai yang diperjanjikan antara penanggung dan
tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh dengan
risiko. Secara rasional, para pelaku bisnis akan mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang
dihadapi. Pada tingkat kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk
mengurangi permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu anggota keluarga yang
menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia.

Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berbagai
perusahaan asuransi berlomba-lomba menawarkan program asuransi baik bagi masyarakat maupun
perusahaan. Seiring dengan perkembangan berbagai program syariah yang telah diusung oleh
lembaga keuangan lain, banyak perusahaan asuransi yang saat ini juga menawarkan program
asuransi syariah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari asuransi?


2. Apa saja manfaat asuransi?
3. Apa yang dimaksud dengan risiko dan ketidakpastian?
4. Apa saja prinsip dalam asuransi?
5. Apa yang dimaksud dengan polis dan premi asuransi?
6. Bagaimana penggolongan asuransi?
7. Bagaimana pengaturan perasuransian di Indonesia?
8. Bagaimana mengurus perizinan pendirian perusahaan asuransi?
9. Apa yang dimaksud dengan asuransi kredit?
10. Apa pengertian dari asuransi syariah?
11. Apa keuntungan/ kelebihan dalam mengikuti asuransi syariah?
12. Apa perbedaan antara asuransi konvensional dan asuransi syariah?
C. Tujuan

Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat :


1. Mengetahui pengertian dan manfaat asuransi.
2. Mengetahui tentang risiko dan ketidakpastian.
3. Mengetahui prinsip-prinsip asuransi.
4. Mengetahui tentang polis dan premi asuransi.
5. Mengetahui pengaturan perasuransian di Indonesia.
6. Mengetahui cara mengurus perizinan pendirian perusahaan asuransi.
7. Mengetahui tentang asuransi kredit.
8. Mengetahui tentang asuransi syariah beserta keuntungan/ kelebihannya.
9. Mengetahui perbedaan antara asuransi konvensional dan asuransi syariah.

D. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada para pembaca berupa :
1. Pengetahuan mengenai seluk beluk asuransi.
2. Pemahaman mengenai asuransi syariah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi
Pada prinsipnya, asuransi kerugian adalah mekanisme proteksi atau perlindungan dari risiko kerugian
keuangan dengan cara mengalihkan risiko kepada pihak lain. Berikut adalah beberapa definisi asuransi
menurut beberapa sumber :
1. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang pasal 246
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana sesorang penanggung
mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung, dengan menerima suatu premi untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tentu.
2. Menurut Undang-undang No. 2 Th. 1992 tentang Usaha Perasuransian
Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
3. Menurut Paham Ekonomi
Asuransi merupakan suatu lembaga keuangan karena melalui asuransi dapat dihimpun dana besar,
yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan, disamping bermanfaat bagi masyarakat yang
berpartisipasi dalam bisnis asuransi, serta asuransi bertujuan memberikan perlindungan atau proteksi
atas kerugian keuangan (financial loss), yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga
sebelumnya (fortuitious event).

B. Manfaat Asuransi
Pada dasarnya asuransi memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara lain:
1. Rasa aman dan perlindungan
Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan rasa aman dari risiko atau kerugian
yang mungkin timbul. Kalau risiko atau kerugian tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung
(insured) berhak atas nilai kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan berdasarkan perjanjian antara
tertanggung dan penanggung.
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil
Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk menentukannilai pertanggungan dan premi
yang harus ditanggung oleh pemegang polis secara periodik dengan memperhatikan secara cermat
faktor-faktor yang berpengaruh besar dalam asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai
pertanggungan, pihak penanggung sudah membuat kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah
pihak. Semakin besar nilai pertangguangan, semakin besar pula premi periodik yang harus dibayar
oleh tertanggung.
3. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit.
4. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan
Premi yang dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang sama dengan tabungan. Pihak
penanggung juga memperhitungkan bunga atas premi yang dibayarkan dan juga bonus (sesuai
dengan perjanjian kedua belah pihak).
5. Alat penyebaran risiko
Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut dibebankan juga pada penanggung dengan
imbalan sejumlah premi tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan.
6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha
Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan risikokerugian yang bisa diakibatkan oleh
berbagai macam sebab (pencurian, kebakaran, kecelakaan, dan lain-lain).

C. Risiko dan Ketidakpastian


Secara umum, risiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang menimbulkan
kerugian. Risiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugian finansial
atau kemungkinan terjadinya kerugian. Berikut ini adalah jenis-jenis risiko:
1. Risiko murni
Adalah risiko yang apabila benar-benar terjadi, akan memberikan kerugian dan apabila tidak terjadi,
tidak akan menimbulkan kerugian dan tidak juga memberikan keuntungan.
2. Risiko spekulatif
Adalah risiko yang berkaitang dengan terjadinya dua kemungkinan, yaitu kemungkinan untuk
mendapatkan keuntungan dam kemungkinan untuk mendapat kerugian.
3. Risiko individu
Adalah risiko yang kemungkinan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Risiko individu ini masih
dipilah menjadi 3 jenis :
a. Risiko pribadi (personal risk)
Adalah risiko yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperoleh manfaat ekonomi. Atau
dengan kata lain risiko ini berfungsi untuk menanggung dirinya sendiri atau orang yang ia
asuransikan.
b. Risiko harta (property risk)
Adalah risiko yang ditanggungkan atas harta yang dimilikinya rusak, hilang atau dicuri. Dengan
kerusakan atau kehilangan tersebut, pemilik akan kehilangan kesempatan ekonomi yang diperoleh
dari harta yang dimilikinya.
c. Risiko tanggung gugat (liability risk)
Risiko yang mungkin kita alami atau derita sebagai tanggung jawab akibat kerugian atau lukanya
pihak lain. Misalkan, pemberian asuransi oleh mandor bangunan kepada para pekerjanya.

Risiko yang dihadapi perlu ditangani dengan baik untuk mempertimbangkan kehidupan perekonomian
di masa mendatang. Dalam menangani risiko tersebut minimal ada lima cara yang dapat dilakukan,
antara lain:
1. Menghindari risiko (risk avoidance)
Dapat dilaksanakan dengan cara mempertimbangkan risiko yang mungkin timbul sebelum kita
melakukan aktivitas-aktivitas. Setelah mengetahui risiko yang mungkin timbul kit bisa menetukan
apakah aktivitas tersebut bisa kita lanjutkan atau kita hentikan.
2. Mengurangi risiko (risk reduction)
Tindakan ini hanya bersifat meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi.
3. Menahan risiko (risk retention)
Berarti kita tidak melakukan aktivitas apa-apa terhadap risiko tersebut. Risiko tersebut dapat ditahan
karena secara ekonomis biasanya melibatkan jumlah yang kecil. Bahkan kadang-kadang orang tidak
sadar akan usaha menahan risiko ini.
4. Membagi risiko (risk sharing)
Tindakan ini melibatkan orang lain untuk sama-sama menghadapi risiko.
5. Mentransfer risiko (risk transferring)
Berarti memindahkan risiko kerugian kepada pihak lain yang bersedia serta mampu memikul beban
risiko.

D. Prinsip Asuransi
1. Insurable interest (kepentingan yang dipertanggungkan)
Pada prinsipnya merupakan hak berdasarkan hukum untuk mempertanggungkan suatu risiko yang
berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara hukum antara tertanggung dengan sesuatu yang
dipertanggungkan. Syarat yang perlu dipenuhi agar memenuhi kriteria insurable interest:

Kerugiaan tidak dapat diperkirakan. Risiko yang bisa diasuransikan berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya kerugian. Kemungkian tersebut tidak dapat diperkirakan terjadinya.

Kewajaran. Risiko yang dipertanggungkan dalam asuransi adalah benda atau harta yang
memiliki nilai material baik bagi tertanggung maupun bagi penanggung.

Catastrophic. Risiko yang mungkin terjadi haruslah tidak akan menimbulkan suaatu
kemungkinan rugi yang sangat besar, yaitu jika sebagian besar pertanggungan kemungkinan
akan mengalami kerugian pada waktu yang bersamaan.

Homogen. Untuk memenuhi syarat dapat diasuransikan, barang atau harta yang akan
dipertanggungkan harus homogen, yang berarti banyak barang yang serupa atau sejenis.

2. Utmost Good Faith (itikad baik)


Dalam melakukan kontrak asuransi, kedua belah pihak dilandasi oleh itikad baik. Antar pihak
tertanggung dan penanggung harus saling mengungkapkan keterbukaan. Kewajiban dari kedua belah
pihak untuk mengungkapkan fakta disebut duty of disclosure.

3. Indemnity
Konsep indemnity adalah mekanisme penanggung untuk mengompensasi risiko yang menimpa
tertanggung dengan ganti rugi finansial. Konsep ini tidak dapat mengganti nyawa yang hilang atau
anggota tubuh yang rusak atau cacat karena indemnity berkaitan dengan ganti rugi finansial.

4. Proximate Cause
Adalah suatu sebab aktif, efisien yang mengakibatkan terjadinya suatu persitiwa secara berantai atau
berurutan tanpa intervensi suatu ketentuan lain, diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu sumber
baru dan independent.

5. Subrogation
Pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada tertanggung
untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa
kerugian.

6. Contribution
Bahwa penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung yang lain yang memiliki kepentingan
yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada seorang tertanggung meskipun jumlah
tanggungan masing-masing belum tentu sama besar.

E. Polis Asuransi
Polis asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian asuransi. Dengan adanya polis asuransi perjanjian antara edua belah pihak mendapatkan
kekuatan secara hukum. Polis asuransi memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Nomor polis
2. Nama dan alamat tertanggung
3. Uraian risiko
4. Jumlah pertanggungan
5. Jangka waktu pertanggungan
6. Besar premi, bea materai, dan lain-lain
7. Bahaya-bahaya yang dijaminkan
8. Khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor ditambah dengan nomor polisi, nomor
rangka, dan nomor mesin kendaraan.

F. Premi Asuransi
Premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak penanggung yang berupa
pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara periodik. Jumlah premi tergantung pada faktor-faktor
yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkaat risiko dan jumlah nilai pertanggungan. Jangka waktu
pembayaran premi sangat tergantung pada perjanjian yang sudah dituangkan dalam polis asuransi.

G. Penggolongan Asuransi
1. Menurut Sifat Pelaksanaannya
a. Asuransi sukarela
Pada prinsipnya pertanggungan dilakukan dengan cara sukarela, dan semata-mata dilakukan atas
kesadaran seseorang akan kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas sesuatu yang
dipertanggungkan.
b. Asuransi wajib
Merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang pelakasanaannya
dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah.

2. Menurut Jenis Usaha Perasuransian


Menurut UU No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian jenis usaha perasuransian dibagi menjadi
beberapa jenis :
a. Usaha Asuransi
> Asuransi kerugian
Yaitu usaha yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan
manfaat dn tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yag tidak pasti.
Usaha asuransi kerugian ini dapat dipilah sebagai berikut:

Asuransi kebakaran adalah asuransi yang menutup risiko kebakaran.

Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan penanggung atau perusahaan asuransi


akan menjamin kerugian yang dialami tertanggung akibat terjadinya kehilangan atau
kerusakan saat pelayaran.

Asuransi aneka adalah jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan kedala kedua
asuransi diatas, missal : asuransi kendaraan bermotor, asuransi kecelakaan diri, dan lain
sebagainya.

> Asuransi jiwa (life insurance)


Adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko yang
dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Asuransi jiwa
memberikan:

Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan.

Santunan bagi tertanggung yang meninggal

Bantuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh meninggalnya orang kunci

Penghimpunan dana untuk persiapan pension

Ruang lingkup usaha asuransi jiwa dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :


Asuransi jiwa biasa (ordinary life insurance) : Biasanya polis asuransi jiwa ini diterbitkan
dalam suatu nilai tertentu dengan premi yang dibayar secara periodik (bulanan, triwulanan,
semesteran, dan tahunan).

Asuransi jiwa kelompok (group life insurance) : Asuransi jiwa ini biasanya dikeluarkan tanpa
ada pemeriksaan medis atas suatu kelompok orang di bawah satu polis induk di mana masing-
masing anggota kelompok menerima sertifikat partisipasi.

Asuransi jiwa industrial (industrial life insurance) : Dalam jenis asuransi ini dibuat dengan
jumlah nominal tertentu. Premi umumnya dibayar mingguan yang dibayarkan di rumah
pemilik polis kepada agen yang disebut debit agent.

3) Reasuransi (reinsurance)
Adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan atau asuransi dari asuransi.
Reasuransi adalah suatu system penyebaran risiko dimana penanggung menyebarkan seluruh atau
sebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung yang lain. Penyebaran risiko
tersebut dapat dilakukan dengan dua mekanisme, yaitu koasuransi dan reasuransi. Koasuransi adalah
pertanggungan yang dilakukan secara bersama atas suatu objek asuransi. Sedangkan reasuransi
adalah proses untuk untuk mengasuransikan kembali pertanggung jawaban pada pihak tertanggung.
Fungsi reasuransi adalah :

Meningkatkan kapasitas akseptasi.

Alat penyebaran risiko.

Meningkatkan stabilitas usaha.

Meningkatkan kepercayaan.

Mekanisme untuk reasuransi antara lain:

Treaty dan facultative reinsurance : Dalam model ini, reasuradur memberikan sejumlah
pertanggungan yang diinginkan dengan perjanjian kontrak dan reasuradur harus menerima
jumlah yang ditawarkan.

Reasuransi proporsional : Pembagian risiko antara ceding company dengan reasuradur


dilakukan secara proporsional berdasarkan jumlah retensi yang telah ditetapkan. Retensi
adalah jumlah maksimum risiko yang ditahan atau ditanggung oleh ceding company.

Reasuransi nonproporsional : Bentuk ini memberikan kemungkinan bagi reasuradur untuk


tidak membayar klaim atau membayar klaim terbatas jumlah yang ada di treaty. Treaty dalam
mekanisme reasuransi adalah pertanggungan yang dilakukan berdasarkan ketentuan-
ketentuan dan syarat-syarat yang dituangkan dalam suatu perjanjian antara ceding company
dan reasuradur yang mana reasuradur mengikatkan diri untuk menerima setiap penutupan
yang diberikan oleh ceding company.

b. Usaha Penunjang

Pialang asuransi adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan
asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk
kepentingan tertanggung.
Pialang reasuransi adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penetapan
reasuransi dan penanganan ganti rugi reasuransi dewan bertindak untuk kepentingan
perusahaan asuransi.

Penilai kerugian asuransi adalah usaha yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian
pada objek asuransi yang dipertanggungkan.

Konsultan aktuaria adalah usaha yang memberikan jasa konsultan aktuaria.

Agen asuransi adalah pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran
jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.

3. Menurut The Chartered Insurance Institute London


a. Asuransi kerugian (property insurance)
Merupakan pertanggungan untuk semua milik yang berupa harta benda yang memiliki risiko. Jenisnya
ada :

Asuransi kebakaran (fire insurance)

Asuransi pengangkutan (marine insurance)

Asuransi penerbangan (flight insurance)

Asuransi kecelakaan (accident insurance)

b. Asuransi tanggung gugat (liability insurance)


Adalah asuransi untuk melindungi tertanggung terhadap kerugian yang timbul dari gugatan pihak
ketiga karena kelalaian tertanggung.

c. Asuransi jiwa (life insurance)


Asuransi jiwa terdiri atas :

Asuransi kecelakaan

Asuransi jiwa

Anuitas

Asuransi industri

Asuransi kerugian (general insurance)

Reasuransi (reinsurance)

H. Pengaturan Perasuransian di Indonesia


Berikut merupakan peraturan perundangan yang digunakan sebagai dasar acuan pembinaan dan
pengawasan atas usaha perasuransian di Indonesia saat ini :
1. UU no.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian
2. PP no.73 tahun 1002 tentang usaha perasuransian
3. Keputusan menteri keuangan, antara lain:

Nomor 223/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Perizinan Perusahaan Asuransi


dan Reasuransi

No.224/KNE.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan


Asuransi dan Reasuransi

No.225/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan


Asurasni dan Reasuransi

No.226/CMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Perizinan dan Penyelenggaraan


Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi

I. Perizinan Pendirian Perusahaan Asuransi


Pemberian izin oleh Menteri Keuangan bagi perusahaan perasuransian menurut PP Nomor 73 Tahun
1992 dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
1. Persetujuan Prinsip
Adalah persetujuan yang diberikan untuk melakukan persiapan pendirian suatu perusahaan yang
bergerak di bidang perasuransian, dimana batas waktu persetujuan prinsip dibatasi selama-lamanya
satu tahun.

2. Izin usaha
Adalah izin yang diberikan untuk melakukan usaha setelah perisiapan pendirian selesai, dimana izin
usaha diberikan setelah persyaratan izin usaha telah dipenuhi.

J. Asuransi Kredit
Asuransi kredit mempunyai kaitan erat dengan jasa perbankan terutama di bidang perkreditan yang
selalu dikaitkan dengan jaminan kredit berupa barang bergerak dan tidak bergerak yang sewaktu-
waktu dapat tertimpa risiko yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pemilik barang dan bank
sebagai pemberi kredit.

Kredit adalah pinjaman uang yang diberikan oleh pemberi kepada nasabahnya. Untuk melindungi diri
dari kemungkinan nasabah yang tidak dapat mengembalikan kredit, pemberi kredit menutup asuransi
atas kredit tersebut. Dalam asuransi kredit, yang menjadi pihak tertanggung adalah pemberi kredit
(bank dan/atau lembaga keuangan) dan yang ditanggung oleh penanggung adalah risiko kredit di
mana tidak diperolehnya kembali kredit kepada para nasabahnya (yang umumnya terdiri atas para
pengusaha). Asuransi kredit bertujuan :

1. Melindungi pemberi kredit dari kemungkinan tidak diperolehnya kembali kredit yang diberikan
kepada para nasabahnya.

2. Membantu kegiatan, pengarahan, dan keamanan perkreditan baik kredit perbankan maupun
kredit lainnya diluar perbankan.

Dengan adanya asuransi kredit ini bank terdorong untuk lebih giat membantu para nasabahnya dalam
menyediakan modal untuk mengembangkan usahanya. Pengelolaan asuransi kredit di Indonesia
dipercayakan oleh pemerintah kepada PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo) yang berkantor
pusat di Jakarta, di mana yang menjadi tertanggung adalah bank-bank pemerintah, bank-bank
swasta, dan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Sebagai imbalan atas jaminan yang diberikan oleh
PT Askrindo, bank membayar premi atas kredit yang ditanggung. Premi tersebut menjadi beban bank,
tetapi dalam praktik, ada juga bank yang membebankan premi tersebut kepada nasabahnya yang
memperoleh kredit. Walaupun begitu, yang menjadi tertanggung bukan nasabahnya, tetapi bank
pemberi kredit.

K. Pengertian Asuransi Syariah


Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional adalah usaha untuk saling melindungi dan
tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko/ bahaya tertentu melalui akad yang sesuai
dengan syariah.

Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/ anggota/ peserta mendonasikan/
menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim, jika
terjadi musibah yang dialami oleh sebagian partisipan/ anggota/ peserta. Peranan perusahaan disini
hanya sebatas pengelolaan operasional perusahaan asuransi serta investasi dari dana-dana/ kontribusi
yang diterima/ dilimpahkan kepada perusahaan.

Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya tolong menolong atau saling
membantu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi ta'awun prinsip dasarnya adalah dasar
syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan dalam
meringankan bencana yang dialami peserta. Prinsip ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al
Maidah ayat 2, yang artinya : "Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan
jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan"

L. Dasar Hukum Islam terkait Asuransi Syariah

1. Surat Yusuf :43-49 Allah menggambarkan contoh usaha manusia membentuk sistem proteksi
menghadapi kemungkinan yang buruk di masa depan.

2. Surat Al-Baqarah :188 Firman Allah ...dan janganlah kalian memakan harta di antara kamu
sekalian dengan jalan yang bathil, dan janganlah kalian bawa urusan harta itu kepada hakim
yang dengan maksud kalian hendak memakan sebagian harta orang lain dengan jalan dosa,
padahal kamu tahu (al:Baqarah:188)

3. Al Hasyr:18 Artinya :Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Alloh dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (masa depan) dan
bertaqwalah kamu kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang engkau
kerjakan.

M. Prinsip Asuransi Syariah

1. Dibangun atas dasar kerjasama (taawun).

2. Asuransi syariat tidak bersifat muawadhoh, tetapi tabarru atau mudhorobah.

3. Sumbangan (tabarru) sama dengan hibah (pemberian) oleh karena itu haram hukumnya
ditarik kembali. Kalau terjadi peritiwa, maka diselesaikan menurut syariat.

4. Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah ditentukan harus disertai
dengan niat membantu demi menegakkan prinsip ukhuwah.

5. Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan tujuan supaya ia
mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah. Akan tetapi ia diberi uang
jamaah sebagai ganti atas kerugian itu menurut ijin yang diberikan oleh jamaah.

6. Apabila uang itu akan dikembangkan maka harus dijalankan menurut aturan syari.
N. Perbedaan Asuransi Konvensional dengan Asuransi Syariah
Dalam asuransi konvensional, asuransi merupakan transfer of risk yaitu pemindahan risiko dari
peserta/tertanggung ke perusahaan/ penanggung sehingga terjadi pula transfer of fund yaitu
pemindahan dana dari tertanggung kepada penanggung. Sebagai konsekuensi maka kepemilikan dana
pun berpindah, dana peserta menjadi milik perusahaan ausransi.
Beberapa perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional, di antaranya adalah sebagai
berikut:

1. Akad (Perjanjian)
Setiap perjanjian transaksi bisnis di antara pihak-pihak yang melakukannya harus jelas secara hukum
ataupun non-hukum untuk mempermudah jalannya kegiatan bisnis tersebut saat ini dan masa
mendatang. Akad dalam praktek muamalah menjadi dasar yang menentukan sah atau tidaknya suatu
kegiatan transaksi secara syariah. Hal tersebut menjadi sangat menentukan di dalam praktek asuransi
syariah. Akad antara perusahaan dengan peserta harus jelas, menggunakan akad jual beli (tadabuli)
atau tolong menolong (takaful).

Akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad tadabuli atau perjanjian jual beli. Syarat
sahnya suatu perjanjian jual beli didasarkan atas adanya penjual, pembeli, harga, dan barang yang
diperjual-belikan. Sementara itu di dalam perjanjian yang diterapkan dalam asuransi konvensional
hanya memenuhi persyaratan adanya penjual, pembeli dan barang yang diperjual-belikan. Sedangkan
untuk harga tidak dapat dijelaskan secara kuantitas, berapa besar premi yang harus dibayarkan oleh
peserta asuransi utnuk mendapatkan sejumlah uang pertanggungan. Karena hanya Allah yang tahu
kapan kita meninggal. Perusahaan akan membayarkan uang pertanggunggan sesuai dengan
perjanjian, akan tetapi jumlah premi yang akan disetorkan oleh peserta tidak jelas tergantung usia.
Jika peserta dipanjangkan usia maka perusahaan akan untung namun apabila peserta baru sekali
membayar ditakdirkan meninggal maka perusahaan akan rugi. Dengan demikian menurut pandangan
syariah terjadi cacat karena ketidakjelasan (gharar) dalam hal berapa besar yang akan dibayarkan
oleh pemegang polis (pada produk saving) atau berapa besar yang akan diterima pemegang polis
(pada produk non-saving).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, seorang ulama salaf ternama dalam kitabnya "Majmu Fatwa"
menyatakan bahwa akad dalam Islam dibangun atas dasar mewujudkan keadilan dan menjauhkan
penganiayaan. Harta seorang muslim yang lain tidak halal, kecuali dipindahkan haknya kepada yang
disukainya. Keadilan dapat diketahui dengan akalnya, seperti pembeli wajib menyatakan harganya dan
penjual menyerahkan barang jualannya kepada pembeli. Dilarang menipu, berkhianat, dan jika
berhutang harus dilunasi. Jika kita mengadakan suatu perjanjian dalam suatu transaksi bisnis secara
tidak tunai maka kita wajib melakukan hal-hal berikut: I% Menuliskan bentuk perjanjian (seperti
adanya SP dan polis). I% Bentuk perjanjian harus jelas dimengerti oleh pihak-pihak yang bertransaksi
(akad tadabuli atau akad takafuli). I% Adanya saksi dari kedua belah pihak. I% Para saksi harus
cakap dan bersedia secara hukum jika suatu saat diminta kewajibannya. (Penulis simpulkan dari
firman Allah SWT, surat al-Baqarah ayat 282).

2. Gharar (Ketidakjelasan)
Definisi gharar menurut Madzhab Syafii adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan
kita dan akibat yang paling kita takuti.
Gharar/ketidakjelasan itu terjadi pada asuransi konvensional, dikarenakan tidak adanya batas waktu
pembayaran premi yang didasarkan atas usia tertanggung, sementara kita sepakat bahwa usia
seseorang berada di tangan Yang Mahakuasa. Jika baru sekali seorang tertanggung membayar premi
ditakdirkan meninggal, perusahaan akan rugi sementara pihak tertanggung merasa untung secara
materi. Jika tertanggung dipanjangkan usianya, perusahaan akan untung dan tertanggung merasa
rugi secara financial. Dengan kata lain kedua belah pihak tidak mengetahui seberapa lama masing-
masing pihak menjalankan transaksi tersebut. Ketidakjelasan jangka waktu pembayaran dan jumlah
pembayaran mengakibatkan ketidaklengkapan suatu rukun akad, yang kita kenal sebagai gharar. Para
ulama berpendapat bahwa perjanjian jual beli/akad tadabuli tersebut cacat secara hukum.

Pada asuransi syariah akad tadabuli diganti dengan akad takafuli, yaitu suatu niat tolong-menolong
sesama peserta apabila ada yang ditakdirkan mendapat musibah. Mekanisme ini oleh para ulama
dianggap paling selamat, karena kita menghindari larangan Allah dalam praktik muamalah yang
gharar.
Pada akad asuransi konvensional dana peserta menjadi milik perusahaan asuransi (transfer of fund).
Sedangkan dalam asuransi syariah, dana yang terkumpul adalah milik peserta (shahibul mal) dan
perusahaan asuransi syariah (mudharib) tidak bisa mengklaim menjadi milik perusahaan.

3. Tabarru dan Tabungan


Tabarru berasal dari kata tabarraa-yatabarra-tabarrawan, yang artinya sumbangan atau derma. Orang
yang menyumbang disebut mutabarri (dermawan). Niat bertabbaru bermaksud memberikan dana
kebajikan secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain sesama peserta asuransi
syariah, ketika di antaranya ada yang mendapat musibah. Oleh karena itu dana tabarru disimpan
dalam rekening khusus. Apabila ada yang tertimpa musibah, dana klaim yang diberikan adalah dari
rekening tabarru yang sudah diniatkan oleh sesama peserta untuk saling menolong.

Menyisihkan harta untuk tujuan membantu orang yang terkena musibah sangat dianjurkan dalam
agama Islam, dan akan mendapat balasan yang sangat besar di hadapan Allah, sebagaimana
digambarkan dalam hadist Nabi SAW,"Barang siapa memenuhi hajat saudaranya maka Allah akan
memenuhi hajatnya."(HR Bukhari Muslim dan Abu Daud).

Untuk produk asuransi jiwa syariah yang mengandung unsur saving maka dana yang dititipkan oleh
peserta (premi) selain terdiri dari unsur dana tabarru terdapat pula unsur dana tabungan yang
digunakan sebagai dana investasi oleh perusahaan. Sementara investasi pada asuransi kerugian
syariah menggunakan dana tabarru karena tidak ada unsur saving. Hasil dari investasi akan dibagikan
kepada peserta sesuai dengan akad awal. Jika peserta mengundurkan diri maka dana tabungan
beserta hasilnya akan dikembalikan kepada peserta secara penuh.

4. Maisir (Judi)
Allah SWT berfirman dalam surat al-Maidah ayat 90,"Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya
khamar, maisir, berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan."

Prof. Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa dalam asuransi konvensional terdapat unsur gharar yang
pada gilirannya menimbulkan qimar. Sedangkan al qimar sama dengan al maisir. Muhammad Fadli
Yusuf menjelaskan unsur maisir dalam asuransi konvensional karena adanya unsur gharar, terutama
dalam kasus asuransi jiwa. Apabila pemegang polis asuransi jiwa meninggal dunia sebelum periode
akhir polis asuransinya dan telah membayar preminya sebagian, maka ahliwaris akan menerima
sejumlah uang tertentu. Pemegang polistidak mengetahui dari mana dan bagaimana cara perusahaan
asuransi konvensional membayarkan uang pertanggungannya. Hal ini dipandang karena keuntungan
yang diperoleh berasal dari keberanian mengambil risiko oleh perusahaan yang bersangkutan.
Muhammad Fadli Yusuf mengatakan, tetapi apabila pemegang polis mengambil asuransi itu tidak
dapat disebut judi. Yang boleh disebut judi jika perusahaan asuransi mengandalkan banyak/sedikitnya
klaim yang dibayar. Sebab keuntungan perusahaan asuransi sangat dipengaruhi oleh banyak
/sedikitnya klaim yang dibayarkannya.

5. Riba
Dalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan dananya dengan bunga, yang berarti
selalu melibatkan diri dalam riba. Hal demikian juga dilakukan saat perhitungan kepada peserta,
dilakukan dengan menghitung keuntungan di depan. Investasi asuransi konvensional mengacu pada
peraturan pemerintah yaitu investasi wajib dilakukan pada jenis investasi yang aman dan
menguntungkan serta memiliki likuiditas yang sesuai dengan kewajiban yang harus dipenuhi. Begitu
pula dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 424/KMK.6/2003 Tentang Kesehatan Keuangan
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Semua jenis investasi yang diatur dalam peraturan
pemerintah dan KMK dilakukan berdasarkan sistem bunga.

Asuransi syariah menyimpan dananya di bnak yang berdasarkan syariat Islam dengan sistem
mudharabah. Untuk berbagai bentuk investasi lainnya didasarkan atas petunjuk Dewan Pengawas
Syariah. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron ayat 130,"Hai orang-orang yang beriman
janganlah kamu memakan riba yang memang riba itu bersifat berlipat ganda dan bertakwalah kepada
Allah supaya kamu mendapatkan keberuntungan." Hadist, "Rasulullah mengutuk pemakaian riba,
pemberi makan riba, penulisnya dan saksinya seraya bersabda kepada mereka semua sama."(HR
Muslim)
6. Dana Hangus
Ketidakadilan yang terjadi pada asuransi konvensional ketika seorang peserta karena suatu sebab
tertentu terpaksa mengundurkan diri sebelum masa reversing period. Sementara ia telah beberapa
kali membayar premi atau telah membayar sejumlah uang premi. Karena kondisi tersebut maka dana
yang telah dibayarkan tersebut menjadi hangus. Demikian juga pada asuransi non-saving atau
asuransi kerugian jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim, maka premi yang dibayarkan akan
hangus dan menjadi milik perusahaan.

Kebijakan dana hangus yang diterapkan oleh asuransi konvensional akan menimbulkan ketidakadilan
dan merugikan peserta asuransi terutama bagi mereka yang tidak mampu melanjutkan karena suatu
hal. Di satu sisi peserta tidak punya dana untuk melanjutkan, sedangkan jika ia tidak melanjutkan
dana yang sudah masuk akan hangus. Kondisi ini mengakibatkan posisi yang dizalimi. Prinsip
muamalah melarang kita saling menzalimi, laa dharaa wala dhirara ( tidak ada yang merugikan dan
dirugikan).

Asuransi syariah dalam mekanismenya tidak mengenal dana hangus, karena nilai tunai telah
diberlakukan sejak awal peserta masuk asuransi. Bagi peserta yang baru masuk karena satu dan lain
hal mengundurkan diri maka dana/premi yang sebelumnya dimasukkan dapat diambil kembali kecuali
sebagian kecil dana yang dniatkan sebagai dana tabarru (dana kebajikan). Hal yang sama berlaku
pula pada asuransi kerugian. Jika selama dan selesai masa kontrak tidak terjadi klaim, maka asuransi
syariah akan membagikan sebagian dana/premi tersebut dengan pola bagi hasil 60:40 atau 70:30
sesuai kesepakatan si awal perjanjian (akad). Jadi premi yang dibayarkan pada awal tahun masih
dapat dikembalikan sebagian ke peserta (tidak hangus). Jumlahnya sangat tergantung dari hasil
investasinya.

7. Konsep Taawun Dalam Asuransi Syariah


Sebagian para ahli syariah meyamakan sistem asuransi syariah dengan sistem aqilah pada zaman
Rasulullah SAW. Dr. Satria Effendi M.Zein dalam makalahnya mendefinisikan takaful dengan at takmin,
at taawun atau at takaful (asuransi bersifat tolong menolong), yang dikelola oleh suatu badan, dan
terjadi kesepakatan dari anggota untuk bersama -sama memikul suatu kerugian atau penderitaan
yang mungkin terjadi pada anggotanya. Untuk kepentingan itu masing-masing anggota membayar
iuran berkala (premi). Dana yang terkumpul akan terus dikembangkan, sehingga hasilnya dapat
dipergunakan untuk kepentingan di atas, bukan untuk kepentingan badan pengelola (asuransi
syariah). Dengan demikian badan tersebut tidak dengan sengaja mengeruk keuntungan untuk dirinya
sendiri. Disini sifat yang paling menonjol adalah tolong-menolong seperti yang diajarkan Islam.

8. Dewan Pengawas Syariah


Pada asuransi syariah seluruh aktivitas kegiatannya diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
merupakan bagian dari Dewan Syariah Nasional (DSN), baik dari segi operasional perusahaan,
investasi maupun SDM. Kedudukan DPS dalam struktur organisasi perusahaan setara dengan dewan
komisaris.

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan nonbank yang


mempunyai peranan yang tidak jauh berbeda dari bank, yaitu bergerak
dalam bidang layanan jasa yang diberikan kepada masyarakat dalam
mengatasi resiko yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Perusahaan asuransi mempunyai perbedaan karaketeristik dengan
perusahaan nonasuransi.

Dalam dunia bisnis, banyak sekali resiko yang tidak dapat di prediksi.
Secara rasional, para pelaku bisnis akan mempertimbangkan untuk
mengurangi risiko yang dihadapi. Pada tingkat kehidupan keluarga atau
rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk mengurangi permasalahan
ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu anggota keluarga
yang menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia.

Industri asuransi di Indonesia akhir-akhir ini mengalami


perkembangan yang cukup pesat setelah pemerintah mengeluarkan
deregulasi pada tahun 1980-an. Dipertegas lagi dengan keluarnya
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha
Perasuransian. Diharapkan dengan semakin berkembangnya industri
asuransi di indonesia, maka akan semakin berkembang pula pertumbuhan
ekonomi indonesia dari tahun ketahun akan semakin meningkat, Pada era
globalisasi seperti ini kebutuhan masyarakat akan asuransi semakin
meningkat oleh karena itu pertumbuhan atau perkembangan industri
asurasi di indonesia semakin dan akan terus meningkat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari asuransi?

2. Apa saja fungsi dan tujuan asuransi?


3. Apa saja prinsip dalam asuransi?

4. Apa jenis-jenis asuransi?

5. Apa Jenis-jenis Asuransi di Indonesia?

6. Bagaimana perhitungan uang pertanggungan Asuransi jiwa?

7. Apa yang dimaksud dengan polis dan premi asuransi?

8. Apa pengertian dari asuransi syariah?

9. Perbedaan antara asuransi konvensional dan asuransi syariah?

1.3 Tujuan

Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang


asuransi dan manfaatnya. Juga untuk mengetahui tentang prinsip-prinsip
asuransi dan peraturan asuransi yang berlaku di Indonesia. Sama hal-nya
seperti bank, asuransi juga memiliki asuransi syariah. Dalam makalah ini
akan dijelaskan pengertian asuransi syariah dan perbedaanya dengan
asuransi konvensional.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asuransi

Asuransi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada


tindakan, sistem, atau bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti
rugi secara finansial) untuk jiwa, properti, kesehatan dan lain sebagainya
mendapatkan penggantian dari kejadian-kejadian yang tidak dapat diduga
yang dapat terjadi seperti kematian, kehilangan, kerusakan atau sakit,
dimana melibatkan pembayaran premi secara teratur dalam jangka waktu
tertentu sebagai ganti polis yang menjamin perlindungan tersebut.
Menurut Ketentuan Pasal 246 KUHD, Asuransi atau Pertanggungan
adalah Perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan penggantian
kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari
suatu evenemen (peristiwa tidak pasti).

Menurut Ketentuan Undangundang No.2 tahun 1992 tertanggal 11


Pebruari 1992 tentang Usaha Perasuransian (UU Asuransi), Asuransi
atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Berdasarkan definisi tersebut di atas maka asuransi merupakan suatu


bentuk perjanjian dimana harus dipenuhi syarat sebagaimana dalam Pasal
1320 KUH Perdata, namun dengan karakteristik bahwa asuransi adalah
persetujuan yang bersifat untung-untungan sebagaimana dinyatakan
dalam Pasal 1774 KUH Perdata.

Perusahaan asuransi mempunyai perbedaan karaketeristik dengan


perusahaan nonasuransi seperti kegiatan Underwriting akutaria,
klaim, dan reasuransi retrosesi. Penjaminan (underwriting) adalah
Proses penaksiran/penilaian dan penggolongan derajad risiko yang terkait
pada calon tertanggung, serta pembuatan keputusan untuk menerima
atau menolak risiko tersebut.

Aktuaria (actuarial) adalah Fungsi pada suatu perusahaan asuransi


yang menerapkan prinsip-prinsip matematika pada asuransi, termasuk
mengkalkulasi/ memperhitungkan daftar harga premi serta memastikan
kesehatan perusahaan dari segi keuangan.

Klaim adalah beban yang menjadi kewajiban perusahaan asuransi


terhadap pemegang polis sehubungan dengan perjanjian asuransi antara
perusahaan asuransi dengan konsumen (pemegang polis) akibat terjadi
peristiwa yang di asuransikan atau yang jatuh tempo.
Reasuransi adalah pihak yang menerima pertanggungan ulang dari
suatu penutupan asuransi. Retrosesi adalah Pelimpahan risiko dari
perusahaan reasuransi kepada perusahaan reasuransi lain.

2.2 Fungsi dan Tujuan Asuransi

Disamping sebagai bentuk pengendalian risiko (secara finansial),


asuransi juga memiliki berbagai manfaat yang diklasifikasikan ke dalam
beberapa fungsi sebagai berikut:

2.2.1 Fungsi Utama (Primer)

a. Pengalihan Resiko

Sebagai sarana atau mekanisme pengalihan kemungkinan resiko /


kerugian (chance of loss) dari tertanggung sebagai Original Risk Bearer
kepada satu atau beberapa penanggung (a risk transfer mechanism).
Sehingga ketidakpastian (uncertainty) yang berupa kemungkinan
terjadinya kerugian sebagai akibat suatu peristiwa tidak terduga, akan
berubah menjadi proteksi asuransi yang pasti (certainty) merubah
kerugian menjadi ganti rugi atau santunan klaim dengan syarat
pembayaran premi.

b. Penghimpun Dana

Sebagai penghimpun dana dari masyarakat (pemegang polis) yang


akan dibayarkan kepada mereka yang mengalami musibah, dana yang
dihimpun tersebut berupa premi atau biaya ber- asuransi yang dibayar
oleh tertanggung kepada penanggung, dikelola sedemikian rupa sehingga
dana tersebut berkemang, yang kelak akan akan dipergunakan untuk
membayar kerugian yang mungkin akan diderita salah seorang
tertanggung.
c. Premi Seimbang

Untuk mengatur sedemikian rupa sehingga pembayaran premi yang


dilakukan oleh masing masing tertanggung adalah seimbang dan wajar
dibandingkan dengan resiko yang dialihkannya kepada penanggung
(equitable premium). Dan besar kecilnya premi yang harus dibayarkan
tertanggung dihitung berdasarkan suatu tarip premi (rate of premium)
dikalikan dengan Nilai Pertanggungan.

2.2.2 Tujuan Asuransi

Adapun tujuan asuransi adalah sebagai berikut :

Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang


diderita satu pihak.

Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan


pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang
memakan banyak tenaga, waktu dan biaya

Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang


jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian
yang timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti

Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank


memerlukan jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh
peminjam uang.

Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi


akan dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku
untuk asuransi jiwa.

2.3 Prinsip Dasar Asuransi

Dalam dunia asuransi ada 6 macam prinsip dasar yang harus dipenuhi,
yaitu insurable interest, utmost good faith, proximate cause, indemnity,
subrogation dan contribution.
Insurable interest

Adalah hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan


keuangan antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui
secara hukum. Jadi, anda dikatakan memiliki kepentingan atas obyek yang
diasuransikan apabila Anda menderita kerugian keuangan seandainya
terjadi musibah yang menimbulkan kerugian atau kerusakan atas obyek
tersebut.

Kepentingan keuangan ini memungkinkan Anda mengasuransikan


harta benda atau kepentingan anda. Apabila terjadi musibah atas obyek
yang diasuransikan dan terbukti bahwa Anda tidak memiliki kepentingan
keuangan atas obyek tersebut, maka Anda tidak berhak menerima ganti
rugi.

Utmost Good Faith

Adalah suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan


lengkap, semua fakta yang material mengenai sesuatu yang akan
diasuransikan baik diminta maupun tidak. Artinya si penanggung harus
dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang luasnya
syarat dan kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus
memberikan keterangan yang jelas dan benar atas obyek atau
kepentingan yang dipertanggungkan.

Intinya Anda berkewajiban memberitahukan sejelas-jelasnya dan


dengan teliti mengenai segala fakta-fakta penting yang berkaitan dengan
obyek yang diasuransikan. Prinsip inipun menjelaskan risiko-risiko yang
dijamin maupun yang dikecualikan, segala persyaratan dan kondisi
pertanggungan secara jelas serta teliti.

Proximate Cause

Adalah suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian


kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu
yang diawali dan secara aktif oleh sumber yang baru dan independen. Jadi
apabila kepentingan yang diasuransikan mengalami musibah atau
kecelakaan, maka pertama-tama dicari sebab-sebab yang aktif dan efisien
yang menggerakkan suatu rangkaian peristiwa tanpa terputus sehingga
pada akhirnya terjadilah musibah atau kecelakaan tersebut. Suatu prinsip
yang digunakan untuk mencari penyebab kerugian yang aktif dan efisien
adalah: "Unbroken Chain of Events" yaitu suatu rangkaian mata rantai
peristiwa yang tidak terputus.

Indemnity

Adalah suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan


kompensasi finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam
posisi keuangan yang ia miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD
pasal 252, 253 dan dipertegas dalam pasal 278).

Subrogation

Adalah pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung


setelah klaim dibayar. Prinsip subrogasi diatur dalam pasal 284 kitab
Undang-Undang Hukum Dagang, yang berbunyi: "Apabila seorang
penanggung telah membayar ganti rugi sepenuhnya kepada tertanggung,
maka penanggung akan menggantikan kedudukan tertanggung dalam
segala hal untuk menuntut pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian
pada tertanggung".

Contribution

Adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang


sama-sama menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap
tertanggung untuk ikut memberikan indemnity. Anda dapat saja
mengasuransikan harta benda yang sama pada beberapa perusahaan
asuransi. Namun bila terjadi kerugian atas obyek yang diasuransikan
maka secara otomatis berlaku prinsip kontribusi.

2.4 Jenis- Jenis Asuransi

Pada saat ini telah berkembang berbagai jenis asuransi di


masyarakat, dalam manajemen risiko, asuransi memungkinkan berbagi
dan mentransfer resiko, inilah cara terbaik untuk mengganti kerugian.
Kebanyakan orang, tidak mengerti perbedaan mendasar pada jenis
asuransi, padahal untuk menentukan program asuransi yang paling cocok
dengan kebutuhan, kita harus mengenal jenis-jenis asuransi tersebut.
Asuransi di bagi menjadi dua jenis utama
1. Asuransi Tradisional
2. Asuransi Non-Tradisional (modern)

Di dalam Asuransi Tradisional, terbagi beberapa jenis asuransi, biasanya


asuransi ini sudah lama banyak dimanfaatkan oleh konsumen.

2.4.1 Asuransi Tradisional terdiri dari:

a. Penjelasan TERM
- Anda pernah tahu tentang Asuransi Mobil atau Motor? Atau mungkin
asuransi kesehatan? Nah biasanya asuransi jenis term ini banyak dibeli
oleh orang, karena pembayaran preminya murah dan mendapatkan
manfaat yang besar. Dengan kata lain, bayar sedikit, dapatnya banyak,
tapi kalau tahun itu tidak digunakan asuransinya dan tidak terjadi klaim,
maka uang yang kita setorkan akan hangus. Dari fakta itu, kita bisa lihat,
tidak adanya unsur tabungan dalam asuransi jenis ini, jadi istilahnya kita
membeli jaminan keamanan kita dalam waktu 1 tahun atau jangka
tertentu. Sama dengan kita bayar asuransi perjalanan, waktu mau naik
pesawat ditagih sejumlah uang, setelah turun pesawat dengan selamat,
kontraknya selesai. Karena tidak ditentukan masa pembayaran preminya,
maka setiap tahun, preminya akan bertambah sesuai dengan
bertambahnya usia tertanggung.

b. Penjelasan Wholelife
- Wholelife, berarti seumur hidup. Jenis Asuransi ini melindungi
tertanggung hingga akhir usia, biasanya ditanggung sampai umur 99
tahun. Dan hebatnya! masa pembayaran premi ditentukan dari awal, tidak
mungkin ada perpanjangan dalam masa pembayaran premi. Kalau dipilih 5
tahun, ya lima tahun bayarnya, kemudian seumur hidup tidak akan ditagih
lagi, kapan pun kita meninggal dunia, kita tetap bisa klaim Uang
Pertanggungan yang telah kita rencanakan. Karena sistemnya menabung,
maka mulai tahun kedua polis ada nilai tunai yang terbentuk, di tahun
tertentu nilai tabungan bisa diambil sampai dengan 80%. Keren ga?
Disamping proteksi tetap jalan terus, tabungan juga ada, tapi nilai tunai
tidak banyak dibandingkan nilai PROTEKSI.

c. Penjelasan Endowment
- Endowment, ini adalah asuransi jiwa dengan nilai tabungan yang lebih
besar. Pada tahun-tahun tertentu nilai tabungan bisa ditarik sesuai
dengan program. Biasanya jenis asuransi ini dikenal dengan asuransi
pendidikan atau asuransi dana pensiun. Asuransi pendidikan ditentukan
kapan uangnya bisa diambil untuk biaya sekolah anak tersayang. Sistem
Endowment ini, tabungan yang berbonus asuransi jiwa, jika terjadi
sesuatu pada saat menabung, maka kita mendapatkan Uang
Pertanggungan sebagai santunan kematian, tetapi pada saat terjadi
kewajiban membayar klaim, perusahaan Asuransi tetap membayar klaim
tersebut sampai selesai kontraknya. Biasanya premi yang ditawarkan jauh
lebih besar daripada jenis TERM dan Wholelife.

Contoh: Budi 32 tahun mengambil asuransi pendidikan buat anaknya Desi,


2 tahun. Pada saat membayar premi, pada usia 36 tahun Budi Meninggal
dunia. Pada saat itu istri pak Budi mendapatkan santunan kematian
sejumlah UP yang ditentukan, dan bebas membayar premi. Di usia Desi
yang 7 tahun, Desi tetap mendapatkan klaim pendidikan yang
dijadwalkan, dan pada saat usia 13 tahun, usia 16 tahun, usia 19 tahun,
dst.

2.4.2 Asuransi Non-Tradisional

Asuransi Non Tradisional atau biasa disebut asuransi modern, adalah


Asuransi dengan jenis UNIT-LINK. Dimana Asuransi Unit Link ini sangatlah
populer pada saat ini, kenapa? karena Unit-Link adalah jenis asuransi yang
menggabungkan antara Asuransi Jiwa dan Investasi. Asuransi jiwa yang
dikawinkan dengan investasi, adalah jenis TERM. Ingat! kalau TERM itu
adalah asuransi yang berjangka pendek, dan biaya asuransinya bisa naik
seiring dengan bertambahnya umur.

UNIT LINK = TERM + Investasi

Kebanyakan orang mengambil Unit Link karena ingin menabung dengan


hasilnya berkali lipat, dibandingkan harus menabung di bank, dengan
bunga tidak seberapa. Dengan berinvestasi atau REKSADANA, maka uang
yang kita investasikan akan bertambah dengan subur. Tetapi yang harus
diingat, semakin besar keuntungan, maka semakin besar resiko.

Investasi bisa meningkat dan bisa menurun, sesuai dengan perkembangan


ekonomi bangsa pada saat itu. Pada saat terjadi krisis, maka dapat
dipastikan nilai investasi yang kita miliki turun drastis, dan akibatnya nilai
tabungan kita akan menipis,berarti harus menanggung rugi juga.

Sudah pasti, di dalam asuransi jenis Unit Link, tidak mempunyai nilai tunai
yang dijamin, bahkan perusahaan yang mengeluarkan polis asuransi
tersebut, tidak bisa menjanjikan nilai tunai yang didapatkan pada tahun X.
Lain halnya asuransi tradisional, di dalam polisnya jelas-jelas tercantum
nilai tunai yang dijamin dan didapatkan pada tahun X.

Dikarenakan tidak adanya nilai tunai yang dijamin, kemungkinan pada


tahun ke 11 atau lebih, tertanggung harus membayar preminya kembali,
walaupun dijanjikan hanya bayar 10 tahun, pada kenyataannya dalam
polis tidak tercantum masa pembayaran premi, sehingga premi bisa
DITAGIH KEMBALI kapan pun.

Unit Link, menanggung biaya Asuransi jiwa yang jenis TERM, maka tiap
tahun biaya tersebut akan naik seiring bertambahnya usia, dan nilai tunai
yang terbentuk akan dipotong biaya asuransi dan biaya administrasi
lainnya.

2.5 Jenis-Jenis Asuransi Indonesia

Sesuai Tujuanya Asuransi adalah perlindungan terhadap resiko atau dalam


kata lain mengalihkan resiko, makanya segala apa yang mengandung
resiko dan segala kegiatan, dan apapun yang mengandung resiko bisa
kena asuransi dan dapat di asuransikan dengan catatan ada perusahaan
yang jual Asuransi Tersebut.

Di Indonesia sendiri banyak sekali Perusahaan asuransi baik asing dan


nasional yang memberikan berbagai jenis layanan asuransi kepada
masyarakat Indonesia. Mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan
yang jumlah penduduknya lebih dari 200 juta jiwa merupakan pangsa
pasar yang potensial dan menggiurkan bagi semua perusahaan asuransi
baik lokal maupun manca negara.Disamping rasio penduduk yang
berasuransi dan belum masih sangat tinggi sekali hal itulah yang
membuat indonesia adalah pangsa yang luar biasa.dan jenis-jenis asuransi
itu diantaranya adalah sebagai berikut

a. Asuransi Kesehatan
Ini adalah jenis asuransi yang paling banyak ditemui. Anda mungkin
secara tidak sadar sudah memiliki asuransi jenis ini. Asuransi ini bisa
dibeli secara langsung melalui agen asuransi, maupun diberikan sebagai
bagian fasilitas kesehatan ditempat kerja.

Asuransi ini berfungsi untuk menanggung biaya pengobatan ketika kita


sakit, maupun menanggung biaya rawat inap rumah sakitnya.

b. Asuransi Jiwa
Asuransi Jiwa mungkin tidak terlalu populer di masyarakat Indonesia.
Sebagian orang mengatakan kalau umur itu kan di tangan Tuhan?

Sebenarnya fungsi asuransi jiwa bukan untuk menghindari kematian, tapi


sebagai pelindung resiko buat keluarga yang ditinggalkan. Semoga saja
dengan uang pertanggungan asuransi, keluarga yang ditinggalkan tidak
perlu menanggung beban yang lebih berat lagi setelah orang yang dicintai
pergi.

Ada dua jenis asuransi jiwa

a. Asuransi Jiwa Term Life

Ini adalah jenis asuransi jiwa yang memiliki jangka waktu tertentu, misal
1, 5 atau 10 tahun. Ciri-ciri asuransi term life biasanya uang setoran premi
akan hangus di akhir periode. Kayaknya sayang kalo hangus? Tapi jangan
lupa, nilai uang pertanggungan untuk term life jauh lebih besar.

b. Asuransi Jiwa Whole Life

Kalau yang ini, merupakan jenis asuransi yang memiliki masa


perlindungan seumur hidup. Preminya pun biasanya lebih mahal daripada
term life. Asuransi jenis ini biasanya memiliki nilai tunai yang akan
dibayarkan kepada kita jika sang tertanggung tidak meninggal selama
masa kontrak. Namun sayangnya nilai uang pertanggungan asuransinya
lebih kecil.

c. Asuransi Pendidikan
Merupakan jenis asuransi yang melindungi pendidikan putera-puteri anda.
Biasanya asuransi ini bisa digabungkan dengan asuransi jiwa.

Jenis Asuransi Lainnya antara lain :

1. Asuransi Pensiun
2. Asuransi Rumah
3. Asuransi Mobil
4. Unit Link
5. Asuransi Syariah
Penjelasan Menurut sumber lain :
Asuransi bukanlah hal yang aneh dalam masyarakat kita dan memang
merupakan suatu hal yang banyak berkaitan dengan segala kegiatan
sehari-hari bahkan tanpa kita sadari, contohnya ketika kita berpergian
menggunakan bus antar kota yang biasanya dalam tiket yang kita beli
sudah termasuk asuransi.

Memang asuransi sendiri pada perkembangannya mengalami banyak


perubahan dan semakin banyak jenisnya, dari mulai hal yang wajar samai
hal-hal yang tidak lumrah pun ternyata bisa kita asuransikan. Sekedar
untuk menyegarkan ingatan dan mengenal jenis-jenis asuransi yang
paling banyak digunakan maka tidak ada salahnya jika meluangkan waktu
untuk membaca ulasan mengenainya berikut ini.

a. Asuransi Kesehatan
Jenis asuransi seperti ini tampaknya adalah yang paling banyak digunakan
mengingat jaman sekarang ini biaya untuk berobat dan rumah sakit
sangatlah mahal, oleh karena itu jenis asuransi ini sangat saya anjurkan
terutama untuk selluruh keluarga atau yang mempunyai pekerjaan yang
beresiko tinggi, karena jika suatu saat kita membutuhkan pelayanan
medis maka asuransi ini dapat memperingan beban biaya.

b. Asuransi Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan ini
walaupun dalam kenyataannya pendidikan itu adalah hal yang mahal. Jika
kamu merasa pendapatan dimasa yang akan datang tidak akan mencukupi
biaya pendidikan anak-anak kamu maka sebaiknya segera memikirkan
untuk mengikuti asuransi jenis ini.

c. Asuransi Properti dan Kendaraan


Saya rasa kedua jenis asuransi ini adalah asuransi untuk kalangan
menengah keatas dan kurang begitu populer karena memang di Indonesia
sendiri masyarakatnya masih didominasi oleh kalangan menengah
kebawah, jadi pada dasarnya asuransi seperti ini menjamin properti
seperti rumah atau kendaraan yang kita miliki baik dari kerusakan
maupun kehilangan.

d. Asuransi Jiwa
Wah tampaknya kalau yang satu ini mungkin adalah jenis asuransi yang
memang sudah lama kita kenal dan merupakan asuransi yang paling
lumrah dan banyak digunakan, asuransi ini sendiri menjamin kita dan
keluarga secara finansial dari kemungkinan terburuk seperti kematian dan
kecelakaan.

Jenis asuransi di atas tadi bisa menjadi referensi yang berguna jika kamu
memang berencana mengikuti salahsatunya maka kamu harus segera
mencari informasi yang lengkap, dan saya ingatkan untuk lebih hati-hati
dan cermat dalam memilih asuransi yang benar-benar cocok dan kamu
butuhkan.

Secara garis besar, asuransi terdiri dari tiga kategori, yaitu:

a. Asuransi Kerugian
Terdiri dari asuransi untuk harta benda (property, kendaraan),
kepentingan keuangan (pecuniary), tanggung jawab hukum (liability) dan
asuransi diri (kecelakaan atau kesehatan).

b. Asuransi Jiwa
Pada hakekatnya merupakan suatu bentuk kerja sama antara orang-orang
yang menghindarkan atau minimal mengurangi risiko yang diakibatkan
oleh risiko kematian (yang pasti terjadi tetapi tidak pasti kapan
terjadinya), risiko hari tua (yang pasti terjadi dan dapat diperkirakan
kapan terjadinya, tetapi tidak pasti berapa lama) dan risiko kecelakaan
(yang tidak pasti terjadi, tetapi tidak mustahil terjadi). Kerjasama mana
dikoordinir oleh perusahaan asuransi, yang bekerja atas dasar hukum
bilangan besar (the law of large numbers), yang menyebarkan risiko
kepada orang-orang yang mau bekerjasama. Yang termasuk dalam
program asuransi jiwa seperti : asuransi untuk pendidikan, pensiun,
investasi, tahapan, kesehatan.

c. Asuransi Sosial
Asuransi sosial adalah program asuransi wajib yang diselenggarakan
pemerintah berdasarkan UU. Maksud dan tujuan asuransi sosial adalah
menyediakan jaminan dasar bagi masyarakat dan tidak bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan komersial.

2.6 contoh perhitungan asuransi

1. Cara Hitung Uang Pertanggungan Asuransi Jiwa

Dalam setiap proposal penawaran asuransi jiwa pasti kita akan di


sodorkan ilustrasi mengenai besarnya uang pertanggungan (UP), Nah
sebenarnya kriteria seperti apa yang sudah dikategorikan layak memiliki
nilai uang pertanggungan dan bagaimana cara mengoptimalkan uang
pertanggungan tersebut :

Kriterianya sbb:

1. Nilai ekonomis yakni suatu nilai dimana hasil pendapatan setahun kita
rata-ratakan dalam setiap bulannya, atau bagi seorang pegawai adalah
besarnya gaji bersih yang dibawa pulang kerumah. Untuk kepentingan UP
fokus kita hanya pada nilai ekonomis bukan cukup atau tidaknya gaji
tersebut.

2. Adanya individu selain kita sendiri yang sangat bergantung dengan nilai
ekonomis tersebut, misal istri, suami, anak, kakak, adik atau orang tua
yang sudah pensiun.

3. Sangkutan dana pihak lain di dalam aktifitas bisnis, misal pinjaman


personal diluar utang Bank atau lembaga pembiayaan lain yang tidak
memiliki asuransi jiwa. Jadi ketika kita berencana melakukan pinjaman
kredit dari Bank atau lembaga pembiayaan maka kita wajib menanyakan
apakah sudah ada asuransi jiwanya?

Jadi sangatlah tidak layak jika kita membeli Asuransi Jiwa dengan kondisi:
1. Tidak adanya nilai ekonomis;
2. Tidak adanya orang lain yang bergantung kepada kita;
3. Tidak adanya sangkutan pinjaman utang,

Lalu bagaimana cara menghitung UP yang optimal, berikut adalah


penjelasan metoda yang paling sering dipakai:

1. Metoda Human Life Value, metoda ini perhitungan UP mutlak dihitung


berdasarkan rata-rata pendapatan setiap bulan yang kita setahunkan
serta dikali dengan ekspektasi lamanya dana tersebut menopang hidup
hingga ahli waris mampu untuk mendapatkan income sendiri. Metoda ini
tidak perlu mempertimbangkan faktor pertumbuhan dana jika UP tersebut
disimpan dalam Bank atau lembaga investasi lain.

Contoh:

Seorang ayah 35 tahun memiliki penghasilan bersih Rp 5 juta setiap


bulannya, istri ibu rumah tangga mereka memiliki 1 orang anak usia 9
tahun. Jika sang ayah meninggal maka besarnya UP adalah sebagai
berikut:

Human Life Value: Rp 5 juta*12*5 =Rp 300 juta, ini berarti jika diambil
sebesar Rp 5 juta setiap bulannya akan bertahan selama 5 tahun untuk
biaya hidup jika sang ayang meninggal dunia (tanpa menghitung bunga
atau pertumbuhan dana).

2. Metoda Income Based Value, metoda ini perhitungan UP mutlak


dihitung berdasarkan rata-rata pendapatan setiap bulan yang kita
setahunkan dibagi dengan faktor pertumbuhan dana karena UP tersebut
wajib disimpan dalam lembaga investasi selain bank.

Contoh:

Income Based Value: (Rp 5 juta*12)/6 persen = Rp 1 miliar. Penjelasan:


mengapa dibagi dengan 6 persen? Karena jika UP diterima maka dana
tersebut ditempatkan pada instrument investasi pendapatan tetap seperti
ORI (Obligasi Ritel Indonesia), Reksa Dana Pendapatan Tetap, bukan pada
Deposito. Secara historis memiliki kinerja setahun pada kisaran 6 persen
s/d 8 persen. Jadi uang sebesar Rp 1 miliar akan menghasilkan Rp 5 juta
setiap bulannya karena Rp 1 miliar*(6 persen/12)=Rp 5 juta.

3. Metoda Financial Needs Based Value, metoda ini lebih spesifik untuk
memproteksi kebutuhan financial dimasa mendatang misalkan dana
pendidikan. Dalam prakteknya untuk menghindari pembayaran premi yang
sangat besar maka metoda ini tidak bisa berdiri sendiri namun harus
dikombinasikan dengan investasi produk yang cocok untuk hal ini adalah
asuransi unitlink dimana pengembalian rata-ratanya diatas deposito.
metode ini tidak memproteksi penghasilan melainkan kebutuhan
keuangan dimasa mendatang.

Contoh:

Financial Needs Based Value: Contoh metoda ini untuk memproteksi biaya
pendidikan kelak jika sang ayah meninggal. Misalkan biaya pendidikan di
universitas sekarang adalah Rp 200 juta maka 9 tahun lagi biaya
pendidikan menjadi sekitar Rp 550 juta dengan perkiraan kenaikan 12
persen setiap tahunnya. Jadi UP untuk memproteksi biaya pendidikan
adalah sebesar Rp 550 juta atau kalau ingin lebih murah bisa dengan UP
Rp 275 juta dan membeli produk asuransi Unitlink yang sudah instrumen
investasi didalamnya .

Saat ini produk unitlink sudah memiliki rider tambahan untuk


memproteksi dan menjamin kelangsungan polis tetap berjalan, dimana
apabila pemegang polis atau sang ayah meninggal dunia maka secara
otomatis akan ada pembebasan premi berkala dan akan diberikan
santunan sebesar premi berkala sehingga otomatis biaya pendidikan anak
sudah terjamin ketika sang ayah meninggal dunia dan sang Ibu yang
ditinggalkan tidak perlu pusing memikirkan untuk melanjutkan membayar
uang preminya.

Alternatif ini lebih bagus dibandingkan apabila kita memisahkan alokasi


dengan membeli reksadana tambahan untuk biaya pendidikan. Karena
reksadana tidak akan berlanjut apabila resiko itu terjadi.
2. Cara Menghitung Uang Pertangungan Asuransi Jiwa
Jangka Waktu maksimal untuk asuransi jiwa yang berlaku di Indonesia

adalah selama 20 tahun.Jadi jika saat ini usia Anda 30 tahun dan dalam

perencanaan keuangan tujuan keuangan Anda membutuhkan perencanaan

asuransi sampai dengan usia 60 tahun, maka Anda membutuhkan jangka

waktu selama 30 tahun.alternatif solusi perencanaannya adalah :

A. Membeli polis untuk jangka waktu 10 tahun di usia 30 dengan UP yang

dibutuhkan (pada saat usia 30 tahun),

dan membeli polis untuk jangka waktu 20 tahun di usia 40 dengan UP yang

dibutuhkan (pada saat usia 40 tahun)

B. Membeli polis untuk jangka waktu 20 tahun di usia 30 (dengan UP yang

dibutuhkan pada saat usia 30 tahun)

Dan melanjutkan membeli polis untuk jangka waktu 10 tahun di usia 50

tahun (dengan UP yang dibutuhkan pada saat usia 50 Tahun)

C. Membeli polis untuk jangka waktu 20 tahun di usia 30 (dengan UP yang


dibutuhkan pada saat usia 30 tahun)

Dan melanjutkan membeli polis untuk jangka waktu 20 tahun di usia 40

tahun (dengan kekurangan UP yang dibutuhkan pada saat usia 40 Tahun)

Untuk rekomendasi yang dapat saya berikan yang terbaik adalah

rekomendasi poin C, karena Anda sudah mempunyai polis di usia 30 tahun

dengan jangka waktu 20 tahun.

Selanjutnya untuk mencapai tujuan keuangan dengan perencanaan asuransi

sampai dengan usia 60 tahun, pada usia 40 tahun Anda dapat membeli polis

asuransi dengan jangka waktu 20 tahun.

Jadi pada saat Anda Membeli polis di usia 40 tahun pun preminya jauh lebih

murah dibanding dengan membeli di usia 50 tahun.

Dari pertanyaan diatas dapat diketahui (jika menggunakan HLV)

Usia saat ini : 25 tahun;

Jangka Waktu Asuransi jiwa yang dibutuhkan : 35 tahun sampai dengan usia
60 tahun;

UP yang dibutuhkan pada usia 25 tahun :

5 juta X 12 Bulan X 20 tahun = 1,2 Miliar

UP yang dibutuhkan pada saat usia 40 tahun :

15 juta X 12 Bulan X 20 tahun = 3,6 Miliar

UP yang dibutuhkan saat usia 45 tahun :

15 juta X 12 Bulan X 15 tahun = 2,7 Miliar

Strategi yang dapat dilakukan adalah :

A. Membeli Polis A untuk jangka waktu 20 tahun di usia 25 tahun dengan UP

yang dibutuhkan pada saat usia 25 tahun sebesar 1, 2 Miliar

B. Membeli Polis B jangka waktu 20 tahun pada saat usia 40 tahun dengan

kekurangan UP yang dibutuhkan 2,4 Miliar (3,6 Miliar 1,2 Miliar)

C. Membeli polis C jangka waktu 15 tahun pada saat usia 45 tahun dengan
kekurangan UP yang dibutuhkan 300 juta (2,7 Miliar 2,4 Miliar)

3. Rasio pembayaran biaya asuransi yang paling ideal untuk asuransi jiwa

dan kesehatan yang paling ideal adalah kurang dari 10% atau paling ekstrim

maksimal 15% dari penghasilan bulanan atau penghasilan tahunan.

4. Apa yang harus saya lakukan jika pada saat ini saya tidak dapat

mendapatkan UP Asuransi jiwa yang ideal?

Jika Anda tidak dapat membeli polis asuransi dengan UP yang ideal, Anda

dapat membeli sesuai dengan kemampuan Anda untuk Polis asuransi jiwa

berjangka dengan batasan tidak lebih dari 10% penghasilan bulanan dan

tahunan Anda. Seiring dengan berjalannya waktu Anda dapat mereview

kembali polis asuransi jiwa yang anda butuhkan di tahun-tahun berikutnya.

Biasanya di Indonesia untuk Uang Pertanggungan kurang dari atau sama

dengan 1 Miliar untuk usia 30 sampai dengan 40 tahun tidak diperlukan

pemeriksaan kesehatan.

Contoh : Jika Anda membutuh Polis dengan UP sebesar 3 Miliar dan usia Anda
saat ini adalah 30 tahun maka Anda dapat membeli pada 3 perusahaan

Asuransi yang berbeda dengan besaran UP masing-masing 1 Miliar rupiah.


2.7 Polis Asuransi

Menurut ketentuan pasal 225 KUHD perjanjian asuransi harus dibuat


secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis yang memuat
kesepakatan, syarat-syarat khusus dan janji-janji khusus yang menjadi
dasar pemenuhan hak dan kewajiban para pihak (penanggung dan
tertanggung) dalam mencapai tujuan asuransi. Dengan demikian polis
asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak
yang mengadakan perjanjian asuransi. Dengan adanya polis asuransi
perjanjian antara kedua belah pihak mendapatkan kekuatan secara
hukum.

Menurut ketentuan pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali mengenai


asuransi jiwa harus memuat syarat-syarat khusus berikut ini:

a. Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi

b. Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga

c. Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan

d. Jumlah yang diasuransikan (nilai pertanggungan)

e. Bahaya-bahaya/ evenemen yang ditanggung oleh penanggung

f. Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan


penanggung

g. Premi asuransi

h. Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan


segala janji-janji khusus yang diadakan antara para pihak.

2.8 Pengertian Asuransi Syariah

Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional adalah


usaha untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah
orang melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko/ bahaya tertentu
melalui akad yang sesuai dengan syariah.

Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/


anggota/ peserta mendonasikan/ menghibahkan sebagian atau seluruh
kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi
musibah yang dialami oleh sebagian partisipan/ anggota/ peserta. Peranan
perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional perusahaan
asuransi serta investasi dari dana-dana/ kontribusi yang diterima/
dilimpahkan kepada perusahaan.

Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya


tolong menolong atau saling membantu. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa Asuransi ta'awun prinsip dasarnya adalah dasar syariat yang saling
toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan dalam
meringankan bencana yang dialami peserta.

Asuransi syariah memiliki landasan filosofi yang berbeda dengan


asuransi konvensional, yaitu mencari ridha Allah untuk kebaikan dunia
dan akhirat. Asuransi syariah memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik
itu pada gilirannya bisa membedakan dirinya dengan asuransi
konvensional.

Di antara karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama : akad yang dilakukan adalah akad at-Takafuli.

Kedua : selain tabungan, peserta juga dibuatkan tabungan derma.

Ketiga : merealisir prinsip bagi hasil.

Secara structural, landasan operasional asuransi syariah di Indonesia


masih menginduk pada peraturan yang mengatur usaha perasuransian
secara umum (konvensional). Baru ada peraturan yang secara tegas
menjelaskan asuransi syariah pada Surat Keputusan Direktur jendral
Lembaga Keuangan No. Kep. 4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian dan
Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi
dengan Sistem Syariah.
2.9 Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah

Secara garis besar, misi utama asuransi konvensional adalah misi


ekonomi dan misi social. Sedangkan dalam asuransi syariah misi yang di
emban adalah misi aqidan, misi ibadah, misi ekonomi dan misi
pemberdayaan umat.

Dalam asuransi syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah yang


berfungsi untuk mengawasi pelaksanaa operasional perusahaan agar
terbebas dari praktik-praktik yang bertentangan dengan prinsip syariah.
Dan dalam asuransi konvensional tidak ada dewan pengawas sehingga
dalam praktiknya tidak diawasi dan kemungkinan pelaksanaannya tidak
sesuai dengan kaidah syariah.

Akad yang ada dalam asuransi konvensional didasarkan pada jual-beli


sedangkan akad dalam asuransi syariah didasarkan pada tolong-
menolong.

Invenstasi dana dalam asuransi konvensional bebas tetapi masih


dalam batas-batas perundang-undangan dan tidak dibatasi oleh halal-
haramnya objek atau system yang digunakan. Beda halnya dengan
investasi dana asuransi syariah. Investasi dilakukan dengan batas
perundang-undangan, sepanjang tidak bertenangan dengan prinsip
syariah. Bebas dari riba dan tenpat investasi yang terlarang.

Selain itu, dana yang terkumpul dari premi peserta asuransi


konvensional seluruhnya menjadi milik perusahaan dan perusahaan bebas
menginvestasikan dana tersebut kemana saja. Sedangkan dana yang
terkumpul dari peserta asuransi syariah dalam bentuk iuran atau
kontribusi sepenuhnya milik peserta. Perusahaan hanya berperan sebagai
pemegang amanah dalam mengelola dana tersebut.

Tidak ada pemisahan dana dalam asuransi konvensional. Pada


beberapa produk tertentu dapat mengakibatkan dana hangus. Dalam
asuransi syariah ada pemisahan dana yaitu dana tabarru, derma dan dana
peserta sehingga tidak mengenal dana hangus.

Adanya transfer of risk dalam asuransi konvensional atau terjadinya


transfer resiko dari nasabah keped menanggung (perusahaan). Lain
halnya dalam asuransi syariah yang mengenal adanya sharing of risk yang
berarti terjadinya proses saling menanggung antara satu peserta dengan
peserta lain.

Sumber dana klaim dalam asuransi konvensional dari rekening


perusahaan. Perusahaan akan menanggung resiko dari peserta asuransi.
Ini terjadi karena segala resiko sudah ditransfer dari nasabah ke
perusahaan. Sumber dana klaim dalam asuransi syariah dari rekening
tabarru, yaitu peserta saling menanggung. Jika salah satu peserta
mengalami musibah, maka peserta lain akan ikut menanggung resiko.

Dalam asuransi konvensional. Seluruh keuntungan yang didapat


adalah milik perusahaan. Sedangan dalam asuransi syariah keuntungan
tidak sepenuhnya milik perusahaan tetapi dibagi antara peserta dan
perusahaan. Sesuai dengan prinsip bagi hasil.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut UU no.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, asuransi


atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkn diri kepada tertanggung,
dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan
yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Perusahaan asuransi mempunyai perbedaan karaketeristik dengan
perusahaan nonasuransi seperti kegiatan Underwriting akutaria,
klaim, dan reasuransi retrosesi.

Pada dasarnya, asuransi dapat memberikan manfaat bagi pihak


tertanggung, antara lain dapat memberikan rasa aman dan perlindungan,
sebagai pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil, polis asuransi
dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit, sebagai tabungan dan
sumber pendapatan, sebagai alat penyebaran risiko, serta dapat
membantu meningkatkan kegiatan usaha.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/deviazhar/9-perbedaan-asursyariah-dan-
konvensional

http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/dsar-dasar-hukum-
asuransi/

http://nunite.blogspot.com/2013/03/pengetahuan-dasar-tentang-
asuransi.html

http://jhohandewangga.wordpress.com/2012/02/27/makalah-tentang-
asuransi/

http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-asuransi-umum-
tujuan.html

http://makalahmajannaii.blogspot.com/2013/02/makalah-asuransi-
syariah.html

http://www.tugu.com/understanding-insurance/principles-of-
insurance.html

http://shandy07.files.wordpress.com/2011/12/makalah-asuransi.docx

http://asuransibinagriya.blogspot.com/2011/11/disamping-sebagai-
bentuk-pengendalian.html

https://www.google.com/?
gws_rd=ssl#q=perhitungan+asuransi+di+indonesia

Вам также может понравиться