Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
APPENDICITIS INFILTRAT
1.1. Anatomi
1
disekitar umbilikus. Pendarahan apendiks berasal dari a. apendikularis
yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya
karena trombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangrene.
1.2. Definisi
1.3. Etiologi
2
fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon
biasa. Semuanya akan mempermudah terjadinya apendisits akut.
1.4. Patofisiologi
3
terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu tersebut dapat berbeda-beda setiap
pasien karena ditentukan banyak faktor.
4
omentum, usus yang lain, peritoneum parietale dan juga organ lain seperti
vesika urinaria, uterus tuba, mencoba membatasi dan melokalisir proses
peradangan ini. Bila proses melokalisir ini belum selesai dan sudah terjadi
perforasi maka akan timbul peritonitis. Walaupun proses melokalisir sudah
selesai tetapi masih belum cukup kuat menahan tahanan atau tegangan
dalam cavum abdominalis, oleh karena itu pendeita harus benar-benar
istirahat (bedrest).
5
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh
radang mendadak apendiks yang memberikan tanda setempat, disertai
maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Umunya nafsu makan
menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah ke
titik McBurney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya
sehingga merupakan somatik setempat. Kadang tidak ada nyeri
epigastrium tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa
memerlukan obat pencahar. Tindakan itu dianggap berbahaya karena bisa
mempermudah terjadinya perforasi. Bila terdapat perangsangan
peritoneum biasanya pasien mengeluh sakit perut bila berjalan atau
batuk.
6
baru dapat didiagnosis setelah perforasi. Pada kehamilan, keluhan utama
apendisitis adalah nyeri perut, mual, dan muntah. Yang perlu diperhatikan
ialah, pada kehamilan trimester pertama sering juga terjadi mual dan
muntah. Pada kehamilan lanjut sekum dengan apendiks terdorong ke
kraniolateral sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah
tetapi lebih ke regio lumbal kanan. 7
1.7. Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
7
apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk
menentukan adanya rasa nyeri.
Jika sudah terbentuk abses yaitu bila ada omentum atau usus lain
yang dengan cepat membendung daerah apendiks maka selain ada nyeri
pada fossa iliaka kanan selama 3-4 hari (waktu yang dibutuhkan untuk
pembentukan abses) juga pada palpasi akan teraba massa yang fixed
dengan nyeri tekan dan tepi atas massa dapat diraba. Jika apendiks
intrapelvinal maka massa dapat diraba pada RT(Rectal Toucher) sebagai
massa yang hangat.
8
Tes Obturator. Nyeri pada rotasi kedalam secara pasif saat paha
pasien difleksikan. Pemeriksa menggerakkan tungkai bawah kelateral,
pada saat itu ada tahanan pada sisi samping dari lutut (tanda bintang),
menghasilkan rotasi femur kedalam. Dasar Anatomi dari tes obturator :
Peradangan apendiks dipelvis yang kontak denhgan otot obturator
internus yang meregang saat dilakukan manuver.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
9
cecal, divertikulum meckels, endometriosis dan pelvic Inflammatory
Disease (PID) dapat menyebabkan positif palsu pada hasil USG.
1.8. Penatalaksanaan
10
dan vascular, sehingga membuat operasi berbahaya maka harus
menunggu pembentukan abses yang dapat mudah didrainase.
11
minggu sejak serangan sakit perut. Pembedahan dilakukan segera bila
dalam perawatan terjadi abses dengan atau pun tanpa peritonitis umum.
12
secara ekstraperitoneal, bila apendiks mudah diambil, lebih baik diambil
karena apendik ini akan menjadi sumber infeksi. Bila apendiks sukar
dilepas, maka apendiks dapat dipertahankan karena jika dipaksakan akan
ruptur dan infeksi dapat menyebar. Abses didrainase dengan selang yang
berdiameter besar, dan dikeluarkan lewat samping perut. Pipa drainase
didiamkan selama 72 jam, bila pus sudah kurang dari 100 cc/hari, drai
dapat diputar dan ditarik sedikit demi sedikit sepanjang 1 inci tiap hari.
Antibiotik sistemik dilanjutkan sampai minimal 5 hari post operasi. Untuk
mengecek pengecilan abses tiap hari penderita di RT.
1.9. Komplikasi
13
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tanggal atau jam masuk rumah
sakit, nomor register, diagnosa, nama orang tua, alamat, umur pendidikan,
pekerjaan, pekerjaan orang tua, agama dan suku bangsa.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan post appendiktomy mempunyai keluhan utama nyeri yang
disebabkan insisi abdomen.
c. Riwayat penyakit dahulu
Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien seperti hipertensi, operasi
abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk rumah sakit, obat-abatan yang
pernah digunakan apakah mempunyai riwayat alergi dan imunisasi apa yang
pernah diderita.
d. Riwayat penyakit keluarga
Adalah keluarga yang pernah menderita penyakit diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan jiwa atau penyakit kronis lainnya uapaya yang dilakukan dan
bagaimana genogramnya .
e. Pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan
olah raga (lama frekwensinya), bagaimana status ekonomi keluarga kebiasaan
merokok dalam mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
2. Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat
mengganggu kenyamanan pola tidur klien.
3. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhioleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri luka
operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya
setelah pembedahan.
14
7. Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara klien
mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
Pemeriksaan fisik
a. Status Kesehatan umum
Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah menahan sakit tanpa sakit ada
tidaknya kelemahan.
b. Integumen
Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan pada abdomen
sebelah kanan bawah .
c. Kepala dan Leher
Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada warna pucat.
d. Torax dan Paru
Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, gerakan cuping
hidung maupun alat Bantu nafas frekwensi pernafasan biasanya normal (16 20
kali permenit). Apakah ada ronchi, whezing, stridor.
e. Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada usus ditandai
dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan atau
retensi urine, distensi supra pubis, periksa apakah produksi urine cukup, keadaan
urine apakah jernih, keruh atau hematuri jika dipasang kateter periksa apakah
mengalir lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.
f. Ekstremitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang hebat, juga
apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya
mual dan muntah.
b. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan tubuh.
c. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal.
d. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya
berhubungan dengan informasi kurang.
e. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
menurun.
15
f. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang
dirasakan
3. Intervensi Keperawatan
Rencana tujuan dan intervensi disesuaikan dengan diagnosis dan
prioritas masalah keperawatan.
16
benar-benar bersih dapat terhindar dari pertumbuhan mikro
organisme.
2. Beri obat pencahar sehari sebelum operasi dan dengan
melakukan klisma.
Rasional : Obat pencahar dapat merangsang peristaltic usus
sehingga bab dapat lancar. Sedangkan klisma dapat
merangsang peristaltic yang lebih tinggi, sehingga dapat
mengakibatkan ruptura apendiks.
3. Anjurkan klien mandi dengan sempurna.
Rasional : Kulit yang bersih mempunyai arti yang besar
terhadap timbulnya mikro organisme.
4. Beri tentang pentingnya kebersihan diri klien.
Rasional : Dengan pemahaman klien, klien dapat bekerja
sama dalam pelaksaan tindakan.
17
d. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya
berhubungan dengan informasi kurang. Gelisah. Wajah murung.
Klien sering menanyakan tentang penyakitnya. Klien mengeluh
rasa sakit. Klien mengeluh sulit tidur
Tujuan : Klien akan memahami manfaat perawatan post operatif
dan pengobatannya.
Intervensi :
1. Jelaskan pada klien tentang latihan-latihan yang akan
digunakan setelah operasi.
Rasional : Klien dapat memahami dan dapat merencanakan
serta dapat melaksanakan setelah operasi, sehingga dapat
mengembalikan fungsi-fungsi optimal alat-alat tubuh.
2. Anjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi
periode istirahat setelah operasi.
Rasional : Mencegah luka baring dan dapat mempercepat
penyembuhan.
3. Disukusikan kebersihan insisi yang meliputi pergantian
verband, pembatasan mandi, dan penyembuhan latihan.
Rasional : Mengerti dan mau bekerja sama melalui
teraupeutik dapat mempercepat proses penyembuhan.
18
Rasional : Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi
dapat ditingkatkan.
5. Anjurkan kebersihan oral sebelum makan
Rasional : Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan
6. Tawarkan minum saat makan bila toleran.
Rasional : Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas.
7. Konsul tetang kesukaan/ketidaksukaan pasien yang
menyebabkan distres.
Rasional : Melibatkan pasien dalam perencanaan,
memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong
untuk makan.
8. Beri makanan yang bervariasi
Rasional : Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan
nafsu makan klien.
19
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter
& Perry, 1997).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Carpenito, 1999:28).
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,A., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua.
Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.
, 2013. Apendicitis.
http://home.coqui.net/titolugo/PSU23304.PDF#search=periappendi
ceal %20 mass. Diakses pada tanggal 29 Mei 2014 pukul 15.00
WIB.
, 2014. Appendicitis Infiltrat.
http://www.gpnotebook.co.uh/cache/1738145813.htm.5. Diakses
pada tanggal 29 Mei 2014 pukul 15.30 WIB.
20