Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
Lisa Ikha Herwiani
012116435
Pembimbing:
dr. Slamet Widi S., Sp.A
dr. Zuhriah Hidajati, Sp. A
dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A
dr. Neni Sumarni, Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2016
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 012116435
IDENTITASORANGTUA
Nama Ayah : Tn. H
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Nama Ibu : Ny. S
Umur : 34tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Bangsal : Nakula 4
B. DATA DASAR
I. ANAMNESIS (Alloanamnesis)
Pasien tampak sakit sedang, demam dirasakan masih naik turun. Sesak (-),batuk
(+), pilek (+), BAB dan BAK tidak ada keluhan, pasien makan dan minum sedikit.
Pasien tampak sakit sedang demam dirasakan turun. Sesak (-),batuk (+), pilek
(+), BAB dan BAK tidak ada keluhan, pasien bisa makan dan minum.
Hari ke-3 perawatan di rumah sakit :
Pasien tampak sakit sedang demam dirasakan naik turun. Sesak (-),batuk
berkurang (+), pilek (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan, pasien bisa makan dan
minum.
Pasien tampak rewel demam dirasakan naik. Sesak (+),batuk bertambah (+), pilek
(+), BAB dan BAK tidak ada keluhan, pasien makan dan minum susah.
Pasien tampak rewel demam dirasakan naik turun. Sesak (+),batuk (+), pilek (+),
sariawan (+), BAB dan BAK tidak ada keluhan, pasien makan dan minum susah.
Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Pasien pernahdirawat di rumah
sakit sebelumnya dengan diagnosis Demam Typhoid saat pasien berusia 6 bulan.
Pasien juga pernah demambatuk pilek, tetapi tidak sampai dirawat di rumah
sakit.Riwayat alergi disangkal.
Riwayat Imunisasi
BCG :1x, usia 2 bulan, scar (+) di lengan kanan atas
Hepatitis B :3x; usia 0 dan 1 bulan
Polio : 2x usia 2 dan 4 bulan
DPT : 2x; usia 2, 4 bulan
Campak : 1x usia 9 bulan.
Seorang anak perempuan, umur 15 bulan, berat badan 8.5 kg dan panjang badan 75 cm.
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, compos mentis,sangat aktif, rewel, tampak
sesak nafas dan batuk.
Tanda Vital
Heart rate : 118 x/menit
Nadi : isi dan tegangan cukup.
RR : 34 x/menit
Temperatur : 37,4 C
Status Internus
a. Kepala : Mesocephale, ubun-ubun besar tidak menonjol, ubun-ubun
cekung (-),penonjolan frontal, kulit kepala tidak adakelainan, rambut hitam dan
distribusi merata, tidak ada kaku kuduk.
b. Kulit : Tidak sianosis, turgor kembali normal, ikterus (-), petechie (-)
c. Mata :Pupil bulat, isokor, 4mm/ 4mm, refleks cahaya (+/+) normal,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), cekung (-/-).
d. Hidung : bentuk normal, sekret (+/+), nafas cuping hidung (+)
e. Telinga : bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri (-/-)
f.Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), pendarahan gusi (-) lidah kotor (-)
g. Tenggorok: tonsil ukuran T1-T1, permukaan rata, kripte tonsil tidak melebar,
tidak hiperemis,faring hiperemis (-)
h. Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Thorax
Paru
- Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam keadaan statis dan
dinamis, retraksi suprasternal (-), intercostals (+) minimal dan epigastrial (-).
- Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra simetris
- Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara dasar : bronkovesikuler
suara tambahan : ronki basah halus nyaring (+/+), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ics V 2 cm medial linea mid clavicula
sinistra, tidak melebar,tidak kuat angkat
- Perkusi : Batas jantung sulit di nilai
- Auskultasi: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-), bising (-)
Abdomen
- Inspeksi : supel, datar
- Auskultasi : BU (+) normal
- Perkusi : timpani (+)
- Palpasi :supel, defense muscular (-), nyeri tekan pada regio epigastrium (-),
hepar dan lien dalam batas normal
Genitalia : Perempuan, anus (+) tidak ada kelainan
Anggota gerak
Inspeksi
- Dalam batas normal
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Petechie -/- -/-
Capillary Refill Time <2" <2"
Kulit : Turgor kembali <2
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin
Pemeriksaan 18/6/2016 19/6/2016 20/6/2016 Normal
Parameter Skor
Kontak TB 0
UjiTuberkulin -
BB/KeadaanGizi 0
DemamIdiopatik 2 minggu 0
Batukkronik 3 minggu 0
Limfadenopaticolli, axilla, inguinal: 1 cm, jumlah> 1, 0
tidaknyeri
Bengkaktulang/sendipanggul, lutut, phalang 0
Foto thorax 0
TOTAL 0
Pemeriksaan Khusus
Data Antopometri
Anak Perempuanusia : 15 bulan
Berat badan : 8.5 kg
Tinggi badan : 75 cm
IV. RESUME
Tanda Vital
Heart rate : 118 x/menit
Nadi : isi dan tegangan cukup.
RR : 34 x/menit
Temperatur : 37,4 C
Pemeriksaan X Foto Thorax AP
Pulmo: Bronkopneumonia
Scoring TB
Parameter Skor
Kontak TB 0
UjiTuberkulin -
BB/KeadaanGizi 0
DemamIdiopatik 2 minggu 0
Batukkronik 3 minggu 0
Limfadenopaticolli, axilla, inguinal: 1 cm, jumlah> 1, 0
tidaknyeri
Bengkaktulang/sendipanggul, lutut, phalang 0
Foto thorax 0
TOTAL 0
Pemeriksaan Antropometri
Status gizi baik
Status Internus
Thorax
Paru
- Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam keadaan statis dan
dinamis, retraksi suprasternal (-), intercostals (+) minimal dan epigastrial (-).
- Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra simetris
- Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara dasar : bronkovesikuler
suara tambahan : ronki basah halus nyaring (+/+), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ics V 2 cm medial linea mid clavicula
sinistra, tidak melebar,tidak kuat angkat
- Perkusi : Batas jantung sulit di nilai
- Auskultasi: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-), bising (-)
Abdomen
- Inspeksi : supel, datar
- Auskultasi : BU (+) normal
- Perkusi : timpani (+)
- Palpasi :supel, defense muscular (-), nyeri tekan pada regio epigastrium (-),
hepar dan lien dalam batas normal
Genitalia : Perempuan, anus (+) tidak ada kelainan
Anggota gerak
Inspeksi
- Dalam batas normal
C. DIAGNOSIS BANDING
1. Febris 3 hari
Demam dengue
2. Batuk dengan sesak nafas
Bronkopneumonia
Bronkiolitis
TBC
D. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Bronkopneumonia dengan demam dengue dengan status gizi
baik
E. TERAPI
Assesment
I. Bronkopneumonia
Terapi :
- Oksigen 2 lpm
- Infus 2A1/2N8 tpm makro
Injeksi :
- Ceftriaxone350mg/12 jam i.v
- Gentamicyn 40mg/24 jam i.v
Peroral :
- Salbutamol 0,5mg
- Vit. C 1/3
Nebule
- Ventolin 1 Respul
- Bisolvon 8tts
Monitoring : Keadaan umum, tanda vital (HR, RR, Suhu) tanda distress respirasi,jaga
jalan nafas.
F. EDUKASI
1. Jauhkan anak dari asap rokok, dipastikan ayahnya tidak merokok.
2. Menjaga kebersihan rumah, dan rumah berventilasi
3. Jika di keluarga ada yang batuk, menggunakan masker, dan alat makan di
sendirikan.
4. Tirah baring dan istirahat cukup.
5. Meminumkan obat penurun panas jika anak demam untuk mencegah
kejang demam.
G. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
I.Bronkopneumonia
DEFINISI
Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang
akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
KLASIFIKASI
ETIOLOGI
Etiologi pneumonia sulit dipastikan karena kultur sekret bronkus merupakan tindakan
yang sangat invasif sehingga tidak dilakukan.
Hasil penelitian 44-85% CAP disebabkan oleh bakteri dan virus, dan 25-40%
diantaranya disebabkan lebih dari satu patogen. Patogen penyebab pneumonia pada anak
bervariasi tergantung :
- Usia
- Status lingkungan
- Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara)
- Status imunisasi
- Faktor pejamu (penyakit penyerta, malnutrisi)
Sebagian besar pneumonia bakteri didahului dulu oleh infeksi virus.
PATOGENESIS
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim
paru.Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis
dan mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik.Mekanisme pertahanan awal berupa
filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan mukosilier aparatus.Mekanisme pertahanan lanjut
berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen,
sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila
virulensi organisme bertambah.Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah
melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang
melalui hematogen.Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran
nafas bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon
imun.Diperkirakan sekitar 25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului dengan
infeksi virus.
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat
paru yang bisa lobular (bronkopneumoni), lobar, atau intersisial.Pneumonia bakteri
dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi cairan
intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan stadium
hepatisasi merah.Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan
kapasitas vital.Peningkatan aliran darah yamg melewati paru yang terinfeksi
menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion missmatching) yang
kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia.Selanjutnya desaturasi oksigen
menyebabkan peningkatan kerja jantung.Stadium berikutnya terutama diikuti dengan
penumpukan fibrin dan disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi
kelabu).Pada kebanyakan kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana
eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan
melalui batuk.Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas pleura, supurasi
intrapleura menyebabkan terjadinya empyema.Resolusi dari reaksi pleura dapat
berlangsung secara spontan, namun kebanyakan menyebabkan penebalan jaringan ikat
dan pembentukan perlekatan.
MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinik biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas akut bagian atas selama
beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil.Suhu tubuh kadang-kadang
melebihi 40 0c, sakit tenggorok, nyeri otot, dan sendi.Juga disertai batuk dengan sputum
mukoid atau purulen, kadang-kadang berdarah.
PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pemeriksaan fisik penderita bronkopneumoni ditemukan hal-hal sebagai
berikut :
a. Pada setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan
pernapasan cuping hidung.
Tanda objektif yang merefleksikan adanya distres pernapasan adalah retraksi
dinding dada; penggunaan otot tambahan yang terlihat dan cuping hidung; orthopnea;
dan pergerakan pernafasan yang berlawanan. Tekanan intrapleura yang bertambah
negatif selama inspirasi melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan retraksi
bagian-bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada, yaitu jaringan ikat inter
dan sub kostal, dan fossae supraklavikula dan suprasternal. Kebalikannya, ruang
interkostal yang melenting dapat terlihat apabila tekanan intrapleura yang semakin
positif.Retraksi lebih mudah terlihat pada bayi baru lahir dimana jaringan ikat
interkostal lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan anak yang lebih tua.
Kontraksi yang terlihat dari otot sternokleidomastoideus dan pergerakan fossae
supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda yang paling dapat dipercaya akan
adanya sumbatan jalan nafas. Pada infant, kontraksi otot ini terjadi akibat head
bobbing, yang dapat diamati dengan jelas ketika anak beristirahat dengan kepala
disangga tegal lurus dengan area suboksipital. Apabila tidak ada tanda distres
pernapasan yang lain pada head bobbing, adanya kerusakan sistem saraf pusat
dapat dicurigai.
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan adanya distress
pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek secara abnormal (contohnya
pada kondisi nyeri dada). Pengembangan hidung memperbesar pasase hidung anterior
dan menurunkan resistensi jalan napas atas dan keseluruhan.Selain itu dapat juga
menstabilkan jalan napas atas dengan mencegah tekanan negatif faring selama
inspirasi.
b. Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran
fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru
(kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.
c. Pada perkusi tidak terdapat kelainan
d. Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.
Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan berulang
dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi ataupun rendah
(tergantung tinggi rendahnya frekuensi yang mendominasi), keras atau lemah
(tergantung dari amplitudo osilasi) jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles
individual) halus atau kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya).
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang melalui sekret jalan
napas/jalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan corakan
bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir lapang
paru.Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit.Hitung leukosit
dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial.
Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3 dengan
limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000/mm 3 dengan
neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta
peningkatan LED.
Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik.Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau
darah bersifat invasif sehinggatidak rutin dilakukan.
KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut :
a. sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
b. panas badan
c. Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)
d. Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat difus
e. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm 3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)
KOMPLIKASI
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam rongga
thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran bakteremia dan
hematologi.Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah komplikasi yang jarang
dari penyebaran infeksi hematologi.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan umum
- Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau
PaO2pada analisis gas darah 60 torr
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
- Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
Penatalaksanaan khusus
- mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72
jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti awal.
Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi,
atau penderita kelainan jantung
- pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi
klinis
Pneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka
resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :
a. Kuman yang dicurigai atas dasar data klinis, etiologis dan epidemiologis
b. Berat ringan penyakit
c. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
d. Ada tidaknya penyakit yang mendasari
Antibiotik :
Bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama)
menurut kelompok usia.
a. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
ampicillin + aminoglikosid
amoksisillin-asam klavulanat
amoksisillin + aminoglikosid
sefalosporin generasi ke-3
b. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)
- beta laktam amoksisillin
- amoksisillin-amoksisillin klavulanat
- golongan sefalosporin
- kotrimoksazol
- makrolid (eritromisin)
c. Anak usia sekolah (> 5 thn)
- amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
- tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error)
maka harus dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24 jam
sekali sampai hari ketiga.
Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan yang nyata
dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan kuman
penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit seperti
empyema, abses paru yang menyebabkan seolah-olah antibiotik tidak efektif)
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, O., Rahmanoe, M., 2014. Medula. Three Month Baby with
Bronchopneumonia, vol. 2, No. 3,Indonesia, 66 - 72.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Pedoman
Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia, Indonesia.250 - 256.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Keputusan Menteri Kesehatan
Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia : Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak, 23 - 33.