Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kanker kandung kemih terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada
wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih
dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa. Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung
kemih pada pria meningkat lebih dari 20 % sedangkan kasus pada wanita berkurang 25%.
Faktor predisposisi yang diketahui dari kanker kandung kemih adalah karena bahan kimia
betanaphytilamine dan xenylamine, infeksi schistosoma haematobium dan merokok.
Di Indonesia berdasarkan pendataan hasil pemeriksaan jaringan yang dilakukan selama
3 tahun diketahui bahwa kanker buli-buli menempati urutan kesepuluh dari tumor ganas
primer pada pria. Salah satu penyakit yang termasuk masalah kesehatan masyarakat adalah
kanker system urogenitalia. Tumor buli-buli paling sering menyerang 3 kali lebih sering dari
tumor urogenital lain. Sebagian besar (atau 90%) tumor buli-buli adalah karsinoma sel
transisional.
Tumor ganas kandung kemih sekitar 90% adalah karsinoma sel transisional dan 10%
adalah ca skuamosa. Derajat keganasan ditentukan oleh tingkat deferensiasi dan penetrasi ke
dalam dinding atau jaringan sekitar kandung kemih. Epitel transisional terdiri dari 4-7 lapisan
sel epitel ketebalan lapisan tergantung dari tingkat distensi kandung kemih. Adapun yang
berperan dalam masalah ini adalah sel basal, sel intermediate, sel superficial, inilah yang akan
menutupi sel intermediate, bergantung pada apakah kandung kemih dalam keadaan distensi
atau tidak.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan seputar penyakit Karsinoma Buli-Buli serta asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat pada pasien Karsinoma Buli-Buli
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengertian Karsinoma Buli-Buli
b) Untuk mengetahui gejala-gajala yang timbul pada penderita Karsinoma Buli-Buli
c) Untuk mengetahui apa saja penyebab sekaligus patofisiologi dari penyakit
Karsinoma Buli-Buli
d) Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien penderita Karsinoma Buli-
Buli
C. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

1
B. Tujuan
C. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN KASUS
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Anatomi dan Fisiologi
D. Patofisiologi
E. Pemeriksaan Penunjang
F. Penatalaksanan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Anamnesa
C. Pemeriksaan Fisik
D. Analisa Data
E. Diagnosa Keperawatan
F. Intervensi Keperawatan

BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFINISI
Kanker (karsinoma) kandung kemih (buli-buli / vesika urinaria) adalah tumor ganas yang
menyerang permukaan dinding kandung kemih atau tumbuh dalam dinding tersebut dan
dengan cepat menginvasi otot disekitarnya.
Kanker buli-buli adalah kanker yang mengenai organ buli-buli (kandung kemih). Buli-
buli adalah organ yang berfungsi untuk menampung air kemih yang berasal dari ginjal. Jika
buli-buli telah penuh maka air kemih akan dikeluarkan.
Carcinoma buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih yang
akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna merah terus.
Klasifikasi Kanker :
a) Ta :Tumor terbatas pada epitelium
b) Tis :carsinoma in situ
c) T1 : Tumor sampai dengan lapisan subepitelium
d) T2 : Tumor sampai dengan lapisan otot superficial
e) T3a : Tumor sampai dengan lapisan otot dalam

2
f) T3b : Tumor sampai dengan lapisan lemak perivesika
g) T4 : Tumor sampai dengan jaringan di luar buli-buli: prostat, uterus, vagina,
dinding pelvis, dan dinding abdomen
Stadium Ta, Tis dan T1 digolongkan sebagai tumor superficial, sedangka stadium T2
sampai dengan T4 digolongkan sebagai tumor invasif.

B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak diketahui. Tetapi penelitian telah
menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko:
1. Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan pertambahan
usia.
2. Merokok
Resiko untuk mendapatkan karsinoma buli-buli pada perokok adalah 2 sampai 6x lebih
besar daripada yang bukan perokok. Rokok mengandung bahan karsinogen berupa amin
aromatik dan nitrosamin. Pada perokok ditemukan adanya peningkatan metabolit-
metabolit triptopan-triptopan yang berada dalam urinnya bersifat karsinogenik.
3. Lingkungan kerja. Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita
kanker ini karena di tempatnya bekerja ditemukan bahan-bahan karsinogenik(penyebab
kanker). Misalnya pekerja industri karet, kimia, kulit.
4. Infeksi,
Telah diketahui bahwa kuman-kuman E.Coli dan proteus spp menghasilkan nitrosamin
yang merupakan zat karinogen.
5. Riwayat keluarga
Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung kemih memiliki
resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini.

C. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem Perkemihan Terdiri Dari :
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan berbentuk seperti kacang. Terletak di
kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan
ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati. Kutup atas ginjal kanan terletak setinggi
kosta 12, sedangkan kutup atas ginjal kiri terletak setinggi kosta 11. Setiap ginjal pada
orang dewasa memiliki panjang 12 sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120
sampai 150 gram. Ginjal diliputi oleh suatu kapsula fibrosa tipis mengkilat, terbagi
menjadi dua bagian yaitu: bagian eksternal yang disebut Korteks, dan bagian internal
disebut Medula.

3
Dilihat dari permukaan anterior, struktur ginjal terdiri dari; arteri dan vena renalis, saraf
dan pembuluh getah bening yang keluar dan masuk melalui hilus, ureter.
Darah dialirkan ke dalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal
melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis
membawa darah kembali ke dalam vena kava inferior. Aliran darah yang melalui ginjal
jumlahnya 25% dari curah jantung.
Dilihat dari potongan longitudinal, struktur ginjal terdiri dari: Kapsula, Korteks, Piramid
medula, nefron (terdiri dari glomerulus dan tubulus: proksimal, ansa Henle, distal),
kaliks (minor dan mayor), pelvis ginjal dan ureter.
Penyakit ginjal dimanifestasikan dengan adanya perubahan struktur ginjal, yaitu adanya
perbedaan panjang dari kedua ginjal yang lebih dari 1,5 cm.

2. Ureter
Ureter merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas otot
polos. Setiap ureter memiliki panjang 10 sampai 12 inci, Organ ini menghubungkan
setiap ginjal dengan kandung kemih. Organ ini berfungsi sebagai pipa untuk
menyalurkan urin ke kandung kemih.
3. Vesica Urinaria (Kandung Kemih)
Kandung kemih adalah satu kantung berotot yang sebagian besar dindingnya terdiri dari
otot polos disebut muskulus detrusor yang dapat mengempis, terletak dibelakang simfisis
pubis. Kontraksi otot ini terutama berfungsi untuk mengosongkan kandung kemih pada
saat BAK. Organ ini berfungsi sebagai wadah sementara untuk menampung urin dan
mendorong kemih keluar tubuh dibantu oleh uretra.
4. Uretra
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih
sampai ke luar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5 inci dan pada laki-laki sekitar 8
inci.
5. Meatus urinarius (Muara uretra)
Fungsi Utama Ginjal Adalah :
1. Fungsi Ekskresi
a) Mempertahankna osmolalitas plasma (285 m Osmol) dengan mengubah-ubah
ekskresi air.
b) Mempertahankan kadar elektrolit plasma.
c) Mempertahankan pH plasma (7,4) dengan mengeluarkan kelebihan H+ dan
membentuk kembali HCO3.

4
d) Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (urea, asam urat
dan kreatinin)
2. Fungsi Non Ekskresi
a) Menghasilkan renin untuk pengaturan tekanan darah.
b) Menghasilkan eritropoietin untuk stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum
tulang.
c) Metabolisme vitamin D.
d) Degradasi insulin.
e) Menghasilkan prostaglandin.

D. MANIFESTASI KLINIK
1. Keluhan yang paling utama adalah hematuria (85-90%) baik mikroskopik maupun
makroskopik tanpa disertai rasa nyeri dan intermiten.
2. Nyeri suprapubik setelah berkemih.
3. Iritabilitas kandung kemih.
4. Sering berkemih terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing.
5. Nyeri pinggang karena tekanan saraf.
6. Keluhan obstruksi juga dapat ditemukan bila tumor menyumbat muara uretra interna
leher kandung kemih.
7. Penebalan kandung kemih atau terabanya masa tumor baru didapatkan pada perabaan
bimanual pada pasien dengan pengaruh obat anastesi bila tumor berukuran besar atau
invasif.

E. PATOFISIOLOGI
Terlampir.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium Rutin
Biasany tidak ditemukan kelainan selain hematuria. Anemia dapat dijumpai sebagai
tanda adanya perdarahan kronis atau pendesakan sel metastasis ke sumsum tulang,
sedangkan uremia dapat dijumpai bila tumor menyumbat kedua muara ureter baik
karena obstruksi tumornya sendiri atau limfadenopati.
2. Pemeriksaan Radiologi
Dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, dan foto torax. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk menilai keadaan traktus urinarius yaitu berupa adanya gangguan
fungsi ekskresi ginjal, hidronefrosis, hidroureter, dan filling defect pada buli-buli;
menilai infiltrasi tumor ke dinding buli-buli; dan melihat adanya metastase regional
atau jauh.
3. Pemeriksaan Sistoskopi dan Biopsi

5
Pada persangkaan adanya tumor buli-buli maka pemeriksaan sistoskopi adalah mutlak
dilakukan, bila perlu dapat dilakukan CT-Scan. Pada pemeriksaan sistoskopi, dapat
dilihat adanya tumor dan sekaligus dapat dilakukan biopsi atau reseksi tumor yang
juga merupakan tindakan pengobatan pada tumor-tumor superficial.
H. PENATALAKSANAAN
Penanganan kanker kandung kemih tergantung pada derajat tumornya (yang didasarkan
pada derajat deferiensi sel), stadium pertumbuhan tumor (derajat invasi local serta ada
tidaknya metastase) dan multisentrisitas tumor tersebut (apakah tumor tersebut memiliki
banyak pusat).Usia pasiaen dan status fisik, mental serta emosional harus dipertimbangkan
dalam menentukan bentuk terapinya.
1. Reseksi transuretra (TUR) atau vulgurasi (kauterisasi) dapat dilakukan pada papiloma
yang tunggal (tumor epitel benigna) prosedur ini akan melenyapkan tumor lewat insisi
bedah atau arus listrik dengan menggunakan instrument yang dimasukkan melalui uretra.
2. Kemoterapi dengan menggunakan kombinasi metotreksat, vinblastin, doxorubisin
(adreamisin) dan cisplatin (M-VAC) terbukti efektif untuk menghasilkan remisi parsial
karsinoma sel transisional kandung kemih pada sebagian pasien. Kemoterapi intra vena
dapat dapat dilakukan bersama dengan terapi radiasi.
3. Radiasi tumor dapat dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi mikroekstensi
neoplasma dan viabilitas sel-sel tumor sehingga kemungkinan timbulnya kanker tersebut
didaerah sekitarnya atau kemungkinan penyebaran sel-sel kanker lewat sirkulasi darah
atau system infatik dapat dikurangi.Terapi radiasi juga dilakukan bersama pembedahan
atau dilakukan untuk mengendalikan penyakit pada pasien dengan tumor yang tidak dapat
dioperasi.
4. Sistektomi sederhana (pengangakatan kandung kemih) atau sistektomi radikal dilakukan
pada kanker kandung kemih yang invasive atau multifocal.Sistektomi radikal pada pria
meliputi pengangkatan kandung kemih, prostat serta vesikulus seminalis dan jaringan
vesikal disekitarnya.Pada wanita, sistektomi radikal meliputi pengangkatan kandung
kemih, ureter bagian bawah, uterus, tuba fallopi, ovarium, vagina anterior dan
uretra.Operasi ini dapat mencakup pula limfadenektomis (pengangkatan nodus
limfatikus).Pengangkatan kandung kemih memerlukan prosedur difersi urin (mengalihkan
aliran urin dari kandung kemih ketempat keluar yang baru, yang biasanya melalui lubang
yang dibuat lewata pembedahan pada kulit (stoma).

6
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien.
Nama :
Tempat, tanggal lahir :
Jenis kelamin : laki-laki 3x lebih beresiko terkena ca buli-buli daripada
perempuan
Alamat :
Agama :
Tanggal pengkajian :
No.RM :
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Alamat :
Hubungan dengan klien :
3. Anamnesa
a) Keluhan Utama : Pada saat dilakukan pengkajian, pasien akan mengeluhkan kencing
bercampur darah,frekuensi kencing juga akan sering terjadi pada malam hari.
b) Riwayat Penyakit Sekarang: pasien akan mengatakan kencing bercampur darah,
frekuensi kencing juga akan sering terjadi pada malam hari. Pasien juga akan
mengeluh nyeri di bagian suprapubik dan nyeri pada pinggang karena penekanan
syaraf.
c) Riwayat Penyakit Dahulu: penyakit yang pernah dialami sebelumnya yang
berhubungan dengan saluran kemih seperti ISK. Tanyakan juga tentang berapa kali
pasien masuk rumah sakit sebelumnya.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga : penyakit yang pernah diderita anggota keluarga yang
menjadi faktor resiko.
e) Kebiasaan sehari-hari (pola eliminasi BAK, pola aktivitas latihan, pola kebiasaan
yang mempengaruhi kesehatan (rokok, ketergantungan obat, minuman keras).

4. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Integumen

7
Kulit
Keadaan kulit terdapat luka atau tidak, turgor kulit elastis atau tidak, warna kulit tampak
sianosis atau tidak, tekstur kulit halus dan lentur atau kasar dan tebal, kelembaban kulit
lembab atau tidak, teraba akral dingin atau tidak, kepekaan terhadap setuhan sensitive
atau tidak.
Kuku
Keadaan kuku bersih atau tidak,,panjang atau tidak, keadaan kuku CRT (setelah
penekanan 2-3 detik), kadaan warna dasar kuku trasparan atau tidak, kebiasaan menggigit
kuku ada atau tidak.
Keadaan kulit kepala terdapat lesi atau tidak, apakah terdapat gatal, kutu, ketombe atau
tidak, apakah ada memar atau tidak, terdapat nyeri atau tidak, apakah terdapat peradangan
atau tidak.
Keadaan rambut tampak kering atau tidak, bercabang atau tidak, apakah berminyak atau
tidak, rontok atau tidak, keadaan rambut apakah tebal atau tipis, apakah ada perubahan
warna rambut atau tidak.
2. Sistem Neurologis
Tingkat kesadaran mulai dari chomposmentis sampai koma, ekspresi wajah nampak
meringis atau tidak, tampak gelisah atau tidak.
Bentuk hidung simitris atau tidak, keadaan hidung terdapat lesi atau tidak, apakah terasa
gatal dan terdapat kemerahan atau tidak, terdapat polip atau tidak, terdapat nyeri tekan atau
tidak, ada peradangan atau tidak, apakah ada cairan keluar dari hidung atau tidak, respon
terhadap bau/penciuman normal atau tidak.
3. Sistem Penglihatan
Keadaan mata yang kiri dengan yang kanan tampak simitris atau tidak, mengunakan kaca
mata atau tidak, sklera ikterik atau tidak, pupil isokor atau tidak, kornea tampak jernih atau
tidak dan terdapat edema atau tidak, reflex terhadap cahaya baik atau tidak, gerakan otot mata
seirama atau tidak/tampak strabismus atau tidak , keadaan alis mata simitris atau tidak,
memiliki kelainan seperti katarak, glaucoma atau tidak.
4. Sistem Pendengaran
Keadaan daun telingan apakah terdapat lesi ,kemerahan, nyeri, peradangan; terdapat gatal
atau tidak, penedengaran normal atau tidak, terdapat serumen atau tidak

5. Sistem Penciuman

8
Bentuk hidung simitris atau tidak keadaan hidung terdapat lesi atau tidak, apakah
terasa gatal dan terdapat kemerahan atau tidak, terdapat polip atau tidak, terdapat nyeri tekan
atau tidak, ada peradangan atau tidak, apakah ada cairan keluar dari hidung atau tidak, respon
terhadap bau/pencium normal atau tidak.
6. Sistem Pernafasan
Bunyi nafas apakah terdapat kelainan seperti rochi, wheezing, krekels; kedalaman
pernafasan dalam atau dangkal, iramanya teratur atau tidak, apakah ada batuk atau tidak,
jenis batuk produktif atau tidak, warna sputum apakah berwarna putih, kuning, hijau serta
konsistensinya apakah kental, encer dan di sertai darah atau tidak.
7. Sistem Kardiovaskuler.
Bunyi jantung terdapat kelainan atau tidak seperti murmur, gallop; iramanya teratur atau
tidak; keadaan denyut nadi lemah atau kuat; apakah terdapat nyeri saat beraktifitas atau tidak.
8. Sistem Gastrointestinal
Mulut dan faring
Keadaan mulut tampak bersih atau tidak; keadaan gusi terdapat peradangan atau tidak;
keadaan gigi terdapat karies atau tidak, Selera makan baik atau tidak, terdapat mual
muntah atau tidak; reflek menelan baik atau tidak, mukosa mulut lembab atau tidak
Abdomen
Bentuk abdomen simitris atau tidak, terdapat lesi atau tidak, bising usung normal
meningkat atau menurun, terdapat nyeri tekan atau tidak, keadaan rektum terdapat
kelainan seperti hemoroid atau tidak, terdapat nyeri atau tidak,
9. Sistem Urologi
Kaji pada pasien pola berkemihnya pada saat sakit, apakah pada saat berkemih terasa sakit
atau tidak, kaji frekuensi berkemih pada saat berkemih. Kaji juga gambaran urinnya
berupa warna, bau, konsistensi. Pada pasien dengan ca buli-buli akan ditemui darah pada
urinnya. Kaji juga jumlah urin yang pasien tiap harinya.

5. Analisa Data
No/Data Etiologi Problem

9
1.Data Subjektif EtiologiFaktor resiko Nyeri Akut
Klien mengatakan
- Nyeri saat bergerak
- Nyeri saat berkemih Lesi pre kangker
- Nyeri pada daerah supra
pubic
Dysplasia
Data objektif
- Ekspresi wajah nampak
meringis Ca vesika
- Cairan urine nampak
bercampur dengan darah
- Nyeri takan pada kandung Ploriferasi
kemih

Penekanan jaringan

Nekrosis

Infeksi

Pelepasan mediator kimia

Pengeluaran bradikinin,
histamin, prostaglandin

Nyeri akut
2. Data subjektif EtiologiFaktor resiko Gangguan eliminasi urine
Klien mengatakan
- Nyeri saat berkemih Lesi pre kangker

Data objektif
- Terpasang kateter urine Dysplasia

Ca vesika

Ploriferasi

Penekanan vesika urinaria

Retensi urine

Gangguan eliminasi urine

10
3. Data subjektif Etiologi Faktor resiko Kekurangan volume cairan
Klen mengatakan

Lesi pre kangker


Data objektif
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit CRT < 2 detik Dysplasia

Ca vesika

Ploriferasi

Faktor

Pembentukan pembuluh darah

Sel tumor dipenuhi oleh PD


mudah

Mudah berdarah

Hambatan regulasi cairan

Kekurangan volume cairan

4. Data subjektif Etiologi Faktor resiko


Klien mengatakan Ansietas
- Tidak mengetahui
penyebab penyakitnya Lesi pre kangker
-
Data objektif
- Klien selalu bertanya Dysplasia
tentang kondisi sakitnya
- Klien nampak
kebingungan Ca vesika

Perubahan status kesehatan


akibat proses penyakit

Krisis situasi

Ansietas

11
5. Data subjektif Etiologi Faktor resiko Resiko perdarahan

Data objektif Lesi pre kangker


- Nampak darah bercampur
cairan urine
Dysplasia

Ca vesika

Ploriferasi

Faktor

Pembentukan pembuluh darah

Sel tumor dipenuhi oleh PD


mudah

Mudah berdarah

Resiko perdarahan

6. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut
b) Gangguan Eliminasi Urin
c) Kekurangan Volume Cairan
d) Ansietas
e) Resiko Perdarahan

12
13
7. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut NOC: Pain Management
Pain level 1) Lakukan pengkajian nyeri secara 1) Untuk mengetahui karakteristik
Pain control komprehensif termasuk lokasi, nyeri secara menyeluruh
TUPAN: karakteristik, durasi, dan faktor
Setelah dilakukan tindakan prespitasi.
keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien 2) Observasi reaksi non-verbal dari 2) Pada pasien dengan derajat nyeri
mengatakan tidak nyeri ketidaknyamanan berat, nyeri dapat dipersepsikan
TUPEN: 3) Kontrol lingkungan yang dapat 3) Lingkungan yang nyaman dan
Setelah dilakukan tindakan mempengaruhi nyeri seperti suhu tenang membantu mengontrol
keperawatan selama 1 x 24 jam nyeri ruangan, kebisingan dan pencahayaan tingkat nyeri
berkurang dengan 4) Ajarkan tehknik penanganan nyeri 4) Tehknik napas dalam
KRITERIA HASIL: non-farmakologi: tehknik napas dalam meningkatkan relaksasi dan
Mampu mengontrol nyeri dan tehknik distraksi tehknik destraksi membantu
Menyatakan rasa nyaman setelah mengalihkan perhatian klien
nyeri berkurang terhadap rasa nyeri
Wajah tidak tampak meringis 5) Kolaborasi: berikan analgetik sesuai 5) Analgetik memberikan efek
Skala nyeri berkurang (0-10) instruksi dokter untuk mengurangi nyeri
2 Gangguan eliminasi urin Noc: Urinary retention care
Urinary elimination 1) Lakukan penilaian kemih yang 1) Mengetahui balance cairan pada
TUPAN: komprehensif berfokus pada pasien
Setelah dilakukan tindakan inkontinensia misalnya, output urin,
keperawatan selama 3x24 jam, BAK pola berkemih
pasien normal 2) Anjurkan pasien atau keluarga untuk 2) Mencegah terjadinya
TUPEN: mencatat output urin penumpukkan cairan dalam tubuh
Setelah dilakukan tindakan yang beresiko bagi pasien.
keperawatan selama 1x24 jam, BAK 3) Memantau tingkat distensi kandung 3) Distensi kandung kemih
pasien normal kemih dengan palpasi dan perkusi menyebabkan nyeri akibat

14
KRITERIA HASIL: 4) Masukan kateter kemih sesuai insruksi penekanan vesika urinaria
Kandung kemih kosong secara 4) Penggunaan kateter kemih
penuh membantu pengeluaran urin
Intake cairan dalam rentang denga baik
normal
Bebas dari ISK
3. Kekurangan volume cairan NOC: Fluid Management
Fluid balance 1) Mempertahankan catatan intake dan 1) Mempertahankan balance cairan
Hydration output yang adekuat pada pasien (intake dan output)
TUPAN: 2) Monitor tanda vital dan status hidrasi 2) Kondisi vital, mukosa bibir,
Setelah dilakukan tindakan pasien turgor kulityang baik
keperawatan selama 3 x 24 jam, menandakan status hidrasi yang
volume cairan seimbang 3) Dorong masukan oral baik.
TUPEN: 3) Membantu dalam pemenuhan
4) Kolaborasi pemberian caian IV cairan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24 jam 4) Masukan cairan via IV membantu
volume cairan adekuat dengan pemenuhan cairan dalam tubuh
KRITERIA HASIL: apabila tidak mampu secara oral
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Turgor kulit dan membran mukosa
baik
Mempertahankan urine output
sesuai dengan usia dan berat badan
TTV dalam batas normal
4. Asietas NOC: Anxiety Reduction (Penurunan
Anxiety Self-Control Kecemasan)
Anxiety Level 1) Identifikasi tingkat kecemasan 1) Mengetahui tingkat kecemasan
TUPAN: pada pasien
Setelah dilakukan tindakan 2) Jelaskan semua prosedur dan apa yang 2) Dengan mengetahui prosedur
keperawatan selama 3 x 24 jam pasien dirasakan selama prosedur tindakan pasien bisa paham dan
tidak merasa cemas rasa cemas berkurang
TUPEN: 3) Dorong pasien untuk mengungkapkan 3) Dapat membagi rasa cemas
perasaan ketakutan serta persepsi pasien sehingga rasa cemas

15
Setelah dilakukan tindakan pasien bekurang
keperawatan selama 1 x 24 jam, rasa 4) Instrusikan pasien menggunakan
cemas pasien berkurang dengan teknik relaksasi 4) Teknik napas dalam membantu
KRITERIA HASIL: mengurangi rasa cemas dengan
Tanda-tanda vital dalam batas mengalihkan rasa nyeri
normal
Ekspresi wajah dan bahasa tubuh
menunjukkan berkurangnya
kecemasan

5. Resiko Perdarahan NOC: Bleeding Precautions


Blood lose severity 1) Monitor ketat tanda-tanda perdarahan 1) Untuk mencegah terjadinya
TUPAN: 2) Catat nilai HB dan HT hilangnya darah yang berlebihan
Setelah dilakukan tindakan 2) Hb dan HT sebagai acuan dalam
keperawatan selama 3 x 24 jam, resiko mendiagnosis seberapa besar
perdarahan tidak terjadi 3) Monitor Tanda-tanda vital darah yang hilang atau berkurang
TUPEN: 3) Untuk mengetahui keadaan
Setelah dilakukan tindakan pasien yang berhubungan dengan
keperawatan selama 1x 24 jam, resiko resiko perdarahan seperti Tekanan
perdarahan berkurang, dengan 4) Kolaborasi dalam pemberian produk darah, suhu, CRT
KRITERIA HASIL: darah 4) Membantu mengembalikan
Tidak ada hematuria kebutuhan darah yang hilang
Kehilangan darah yang terlihat
Tekanan darah dalam batas normal
Hemoglobin dan hematokrit dalam
batas normal

16
17
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kanker (karsinoma) kandung kemih (buli-buli / vesika urinaria) adalah suatu kondisi
medis yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel kanker atau tumor pada kandung
kemih.
Penyebab yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak diketahui. Tetapi ada beberapa
faktor resiko seperti jenis kelamin di mana laki-laki yang lebih beresiko; usia, merokok dan
lain-lain.
Gejala dari kanker vesika uranaria menyerupai gejala infeksi kandung kemih (sititis) dan
kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai suatu kanker jika dengan
pengobatan standar untuk infeksi, gejalanya tidak menghilang.
Penanganan kanker kandung kemih tergantung pada derajat tumornya (yang didasarkan
pada derajat deferiensi sel), stadium pertumbuhan tumor (derajat invasi local serta ada
tidaknya metastase) dan multisentrisitas tumor tersebut (apakah tumor tersebut memiliki
banyak pusat).Usia pasien dan status fisik, mental serta emosional harus dipertimbangkan
dalam menentukan bentuk terapinya

B. SARAN
Makalah ini masih jauh dari kesmpurnaan, maka dari itu kelompok kami sangat
membutuhkan kritik dan saran dari teman-teman.

18
DAFTAR PUSTAKA
Kluwer, Wolters.2012. KAPITA SELEKTA PENYAKIT dengan Implikasi Keperawatan Edisi
2. EGC: Jakarta
Mansjoer, Arif & Suprohaita. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Media
Aesculapius: Jakarta
Nurarif Amin Huda.2015. APLIKASI Asuhan Keperawatn Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA (North American Nursng Diagnosis Association) NIC-NOC Edisi Revisi
Jilid 3. MediaAction: Jogjakarta
Wilkinson, Judith M. 2012. BUKU SAKU Diagnosis Keperawatan Edisi 9 Diagnosis
NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi Revisi. EGC: Jakarta
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

19

Вам также может понравиться