Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh
Wiwit Puji Lestari 121810301052
Lubabah Putri D. 121810301061
Winda Intan N. 121810301062
Octavianti Nuryani 121810301067
Yulia agustin 121810301073
Ada dua macam yang tergolong certified color yaitu dye dan lake. Keduanya adalah zat
pewarna buatan. Zat pewarna yang termasuk golongan dye telah melalui prosedur sertifikasi dan
spesifikasi yang telah ditetapkan oleh FDA. Sedangkan zat pewarna lake yang hanya terdiri dari
satu warna dasar, tidak merupakan warna campuran juga harus mendapat sertifikat (Winarno,
2002).
1) Dye
Dye adalah zat pewarna yang umumnya bersifat larut dalam air dan larutannya dapat
mewarnai. Pelarut yang dapat digunakan selain air adalah propilenglikol, gliserin, atau alkohol.
Dye dapat juga diberikan dalam bentuk kering apabila proses pengolahan produk tersebut
ternyata menggunakan air. Dye terdapat dalam bentuk bubuk, butiran, pasta, maupun cairan yang
penggunaannya tergantung dari kondisi bahan, kondisi proses, dan zat pewarnanya sendiri
(Winarno, 2002).
2) Lake
Zat pewarna ini merupakan gabungan dari zat warna (dye) dengan radikal basa (Al atau
Ca) yang dilapisi dengan hidrat alumina atau Al(OH)3. Lapisan alumina atau Al(OH)3 ini tidak
larut dalam air, sehingga lake ini tidak larut pada hampir semua pelarut. Sesuai dengan sifatnya
yang tidak larut dalam air, zat pewarna ini digunakan untuk produk-produk yang tidak boleh
terkena air. Lake sering kali lebih baik digunakan untuk produk-produk yang mengandung lemak
dan minyak daripada dye, karena FD & C Dye tidak larut dalam lemak. (Winarno, 2002).
2.3 Rhodamin B
Rhodamin B adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil dan kertas.
Rhodamin B berbentuk serbuk kristal merah keunguan dan dalam larutan akan berwarna merah
terang berpendar. Zat ini sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata dan
tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit,
iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan dan bahaya kanker hati. Apabila tertelan dapat
menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah atau merah
muda. Rhodamin B bersifat karsinogenik sehingga dalam penggunaan jangka panjang dapat
menyebabkan kanker. Uji toksisitas Rhodamin B telah dilakukan terhadap mencit dan tikus
dengan injeksi subkutan dan secara oral. Rhodamin B dapat menyebabkan karsinogenik ketika
diinjeksi subkutan yaitu timbul sarcoma lokal, sedangkan secara UV-VIS didapatkan LD5089,5
mg/Kg yang ditandai dengan gejala adanya pembesaran hati, ginjal dan limfa serta diikuti
perubahan anatomi berupa pembesaran organ pada tikus tersebut. (Index, 2006).
3.1.2 Bahan
- Benang wol
- NaOH 10%; 0,5%;
- Asam Asetat 10%
- HCl 0,1N
- Etanol
- Akuades
- Amonia 2% dalam etanol 70%
- Amonia 10% dalam etanol 70%
- Amonia
- Dietil eter
- Kertas saring (kertas whatman no.42)
- n-butanol
- etil asetat
- Rhodamin B 1000 ppm
10 g sampel
dilarutakan residu dari penguapan dalam 10 mL air mengandung asam (larutan asam
dibuat dengan mencampurkan 10 mL air dan 5 mL asam asetat 10%).
dimasukkan benang wol dengan panjang 15 cm. Dimasukkan dalam larutan asam dan
dididihkan hingga 10 menit (pewarna akan menempel pada benaang wol). Diangkat
benang.
dimasukkan benang dalam larutan basa yaitu 10 mL ammonia 10% yang dilarutkan
dalam etanol 70% dan didihkan (benang wol akan melepas warna, warna masuk
dalam larutan basa).
Hasil
ditotolkan larutan basa pada silica gel (sebagai suplikan sampel pada analisis
kromatogarfi lapis tipis.
5 g sampel
dipindahkan
Prosedur 2 filtrat dalam gelas kimia.
diuapkan diatas Hot plate selama 4 jam pada T 65oC (sampel menjadi pekat selama
proses penguapan).
dibuang lapisan air dengan menggunakan corong pisah sampai mendapat ekstrak eter.
dicuci ekstrak eter dengan NaOH 0,5% sebanyak 5 mL dengan cara di kocok dan
didiamkan (larutan membentuk 2 lapisan yaitu eter jernih (diatas) dan air berwarna
coklat (bawah)).
dibuang lapisan eter. Ditampung ekstrak HCl dalam labu takar 50 mL dan
ditambahkan HCl 0,1 N sampai tanda tera.
dibuat 2 seri larutan baku kerja yaitu larutan baku 0,4; 0,8; 1,6; 2,4 g/mL dan kedua
dengan 0,008; 0,016; 0,032; 0,048 g/mL mrnggunakan pelarut HCl 0,1 N.
3.3.3 Identifikasi Sampel dengan KLT
Hasil
Sampel
ditotolkan pada KLT dengan pipa kapiler pada jarak 1,5 cm dari bagian bawah plat,
jarak antara noda adalah 2 cm.
dimasukkan KLT dalam chamber yang lebih dahulu dijenuhkan dengan fase gerak
berupa n-butanol:etil asetat: ammonia (10:4:5).
diamati secara visual dan dibawah sinar UV (secara visual noda merah jambu dan
Hasildibawah UV 254 nm dan 366 nm berfluoresensi kuning/orange, hal ini menunjukkan
adanya rhodamin B).
3.3.4 Penetapan Kadar Rhodamin B dengan Spektrofotometri Visible
Sampel
Ekstrak sampel tidak berwarna yang diperoleh absorbansinya tetap diukur pada panjang
gelombang maksimum rhodamin B pada daerah visibel yaitu 555 nm. Nilai absorbansi yang
diperoleh sebesar 0.021. Berdasarkan nilai absorbansi yang diperoleh dapat diketahui bahwa
konsentrasi sampel sebesar 0.039 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat rhodamin B dalam
sampel yang kuantitasnya sangat kecil.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Saos tomat yang banyak beredar dipasaran positif mengandung zat pewarna Rhodamin B
yang seharusnya digunakan dalam industry tekstil
2. Kadar rhodamin B dalam saos tomat yang beredar dipasaran berkisar antara 0.039 mg/L
5.2 Saran
Saran yang diberikan pada percobaan kali ini yaitu agar lebih mempehitungkan kembali
perbandingan eluen yang digunakan serta lebih memperhatikan keselamatan kerja ketika bekerja
dengan zat kimia berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M. (1997). Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan. Yogyakarta : Penerbit
Andi.
Christian, Gary D. 1994. Analytical Chemistry, edisi kelima. New York : John Wiley and Sons
Inc.
Deman, J.M. 1997. Kimia Makanan. Bandung : Penerbit ITB.
Djalil, A.D., Hartanti, D., Rahayu, W.S., Prihatin, R., Hidayah, N. 2005. Identfikasi Zat Warna
Kuning Metanil (Metanil Yellow) dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada
Berbagai Komposisi Larutan Pengembang, Jurnal Farmasi. Purwokerto : Fakultas
Farmasi UMP.
Donatus, I.A. 1990. Toksikologi Pangan, PAU Pangan dan Gizi. Yogyakarta: UGM.
Gritter, R.J., J.M. Bobbit, and A.E. Schwarting. 1991. Pengantar Kromatografi, Edisi 2,
terjemahan Kasasih Padmawinata. Bandung : ITB.
Index, Merck. 2006. Chemistry Constant Companion, Now with a New Additon. USA : Merck &
CO.
Judarwanto, W. 2007. Perilaku Makan Anak Sekolah [Serial Online] http://www.ludruk.com
(diakses pada April 2015).
Marmion, Daniel. 1984. Colorts For Food Drug and Cosmetika. United States of Amerik : Jhon
Willy and Sons Inc.
Mulja, M. dan Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya : Airlangga University Press.
Nollet, 2004. Analisa Rhodamin B dan Metanil Yellow dalam Minuman Jajanan Anak SD di
Kecamatan Laweyan Kotamadya Surakarta Metode Kromatografi Lapis Tipis, Skripsi.
Surakarta : Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Sastrohamidjojo, H. 1991. Spektrosfotokopi, edisi kedua. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Siswoyo, Dwi. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press
Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara kromatografi dan Mikroskopi, diterjemahkan oleh Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soediro. Bandung : ITB.
Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta : Kanisius.
Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi 6. Jakarta : Erlangga.
Winarno, F.G. dan Rahayu, T.S. 1994. Bahan Makanan Tambahan untuk Makanan dan
Kontaminan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Lampiran Perhitungan
1. Perhitungan Pembuatan Larutan
a. Etanol 70% dalam air e. 10% NH3 dalam 70% Etanol
b. NaOH 10%
g. HCl 0.1 N
Massa HCl = 37 mL x 1.19 g/mL
M = m/(Mr x V)
M = 44.03 gram /(36.45g/mol x
0.1L)
c. NaOH 0.5% M = 12.08 mol/L
a. Pengukuran Sampel
Panjang Gelombang Konsentrasi % dalam
Ekstrak Sampel Absorbansi
(nm) Sampel
Fase HCl 0.008 - -
555
Fase Diklorometana 0.021 0.039 ppm
3. Perhitungan Rf
Diketahui: - Jarak tempuh = 7 cm
- Jarak standar = 6,1 cm
- Jarak sampel = 1,2 cm dan 1,1 cm
- Rata2 jarak sampel = 1,15 cm
a. Rf standar
Rf = 6,1 cm / 7 cm = 0,87
b. Rf sampel
Rf = 1.15 cm / 7 cm = 0,164