Вы находитесь на странице: 1из 13

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KEPATUHAN TERAPI DENGAN KEMAMPUAN


MOBILISASI PADA PASIEN POST STROKE DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN
2016

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program


Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Yogyakarta

Disusun oleh

Nama : Roni Laksono


NIM : 12130073

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2016
NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KEPATUHAN TERAPI DENGAN KEMAMPUAN


MOBILISASI PADA PASIEN POST STROKE DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2016

Diajukan oleh :
Roni Laksono
NIM: 12130073

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Mohamad Judha S. Kep., Ns., M. Kep Tanggal: 18 Agustus 2016


NIK. 450309005

Pembimbing II

Nazwar Hamdani Rahil S.Kep., Ns, M.Kep Tanggal: 18 Agustus 2016


NIK. 450309016
HUBUNGAN KEPATUHAN TERAPI DENGAN PERKEMBANGAN
MOBILISASI PADA PASIEN POST STROKE DI RSUD SLEMAN
YOGYAKARTA TAHUN 2016

Roni Laksono1, Mohammad Judha2, Nazwar Hamdani Rahil3


Axonrony76@gmail.com

INTISARI
Latar Belakang : Stroke merupakan sindrom yang menyebabkan hilangnya fungsi
sistem saraf pusat yang diduga diakibatkan oleh emboli vaskuler atau thrombosis yang
menyebabkan hemiparesis. Stroke melibatkan penderitanya dalam terapi yang
membutuhkan waktu jangka panjang dan membutuhkan kepatuhan terhadap terapi.
Kepatuhan terhadap terapi dapat mengurangi risiko kejadian terburuk dari stroke
sehingga kepatuhan terapi sangat penting dalam proses penyembuhkan penyakit stroke.
Tujuan : Diketahuinya hubungan kepatuhan terapi dengan kemampuan mobilisasi pasien
post stroke di RSUD Sleman Yogyakarta.
Metode Penelitian : Penelitian dilakukan di RSUD Sleman Yogyakarta. Desain
penelitian adalah Cross Sectional dengan jumlah sampel sebanyak 58 pasien stroke
yang berkunjung ke Poli Klinik Saraf. Tehnik pengambilan sampel menggunakan
concecutive sampling. Pengumpulan data dengan membagi kuisioner yang terdiri dari
20 item pernyataan dalam skala likert. Metode analisis data dengan menggunakan uji
statistic Somers dengan = 0.1.
Hasil : Mayoritas kepatuhan terapi pada penelitian ini dalam kategori tinggi sebanyak 51
responden (87,9 %). Kemampuan mobilisasi pada penelitian ini mayoritas membutuhkan
alat dan bantuan yaitu sebanyak 33 responden (56,9 %). Hasil uji bivariat kepatuhan
terapi dengan perkembangan mobilisasi didapatkan nilai p value 1,000 > 0,1, dengan
tingkat kepercayaan 90 %.
Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara kepatuhan terapi dengan perkembangan
mobilisasi pada pasien post stroke di RSUD Sleman Yogyakarta

Kata kunci : Kepatuhan terapi, kemampuan mobilisasi, post stroke

1
Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Respati
Yogyakarta
2
Dosen Program Pendidikan S1 Ilmu Keperawatan Universitas Respati
Yogyakarta
3
Dosen Program Pendidikan S1 Ilmu Keperawatan Universitas Respati
Yogyakarta
THE CORRELATION BETWEEN COMPLIANCE TO THERAPY AND
MOBILITY IMPROVEMENT OF POST STROKE PATIENTS AT SLEMAN
GENERAL HOSPITAL, YOGYAKARTA, IN 2016

Roni Laksono1, Mohammad Judha2, Nazwar Hamdani Rahil3


axonrony76@gmail.com

ABSTRACT

Background: Stroke is a syndrome which causes the loss of central neural systems
functions supposedly caused by a vascular emboli or a thrombosis which causes
hemiparesis. Stroke involves its patients into a therapy which requires a long time process
and which demands strict compliance to the therapy. Compliance to the therapy can
reduce the risk of a severe incident of stroke, therefore, it is an essential part of the
process of stroke treatment.
Objective: To determine the correlation between compliance to therapy and mobility
improvement of post stroke patients at Sleman General Hospital, Yogyakarta.
Research Method: This research was conducted at Sleman General Hospital,
Yogyakarta. The research used a cross sectional design, the samples involved 58 stroke
patients who visited the Neurological Poly Clinic. The samples were chosen using
consecutive sampling technique. The data for this research were collected by distributing
questionnaires which contain 20 statement items from the Likert Scale. The data collected
were analyzed using Somer's statistics test with = 0.1.
Results: In terms of compliance to therapy, the majority of samples belong to high
category (51 respondents, or 87.9%). In terms of mobility, the majority of samples need
tools and support (33 respondents, or 56.9%). The results of the bivariate test on
compliance to the therapy and mobility improvement show that p value is 1.000 > 0.1,
with a confidence level of 90%.
Conclusion: There is no correlation between compliance to therapy and mobility
improvement in post stroke patients at Sleman General Hospital, Yogyakarta.

Keywords: compliance to therapy, mobility, post stroke

1 Student of Nursing Sciences Department, Faculty of Health Sciences, Universitas


Respati Yogyakarta

2 Lecturer at Nursing Sciences Department, Faculty of Health Sciences, Universitas


Respati Yogyakarta

3 Lecturer at Nursing Sciences Department, Faculty of Health Sciences, Universitas


Respati Yogyakarta
PENDAHULUAN Dampak dari ketidakpatuhan
Stroke membunuh hampir 130.000 terapi dapat meningkatkan angka kematian
dari 800.000 orang Amerika setiap pasien stroke10). Ketidakpatuhan terapi juga
tahunnya, stroke merupakan penyebab 1 dapat menyebabkan serangan stroke ulang
dari 20 kematian di Amerika, satu orang dan dampaknya lebih parah dari serangan
meninggal setiap 4 menit karena stroke. pertama, angka kematian dan kecacatan
Lebih dari 795.000 orang di Amerika pada anggota gerak banyak terjadi (Rahmi,
Serikat mengalami stroke setiap tahunnya 2012). Angka kematian yang disebabkan
dan 610.000 di antaranya penderita baru18). ketidakpatuhan terapi pada pasien strok
Prevalensi stroke di Indonesia mencapai 15,4 % dan pada kejadian
berdasarkan riset dari tenaga kesehatan kelumpuhan atau gangguan mobilitas
(nakes) sebesar 7 . Prevalensi stroke menetap mencapai 62%15).
berdasarkan riset dari nakes tertinggi terjadi Hasil Studi Pendahuluan yang
di Sulawesi Utara yaitu sebesar 10,8, dilakukan di RSUD Sleman pada tanggal
diikuti oleh daerah DI Yogyakarta sebesar 15, 19, 2 Januari 2016 didapatkan hasil
10,3, dan daerah Bangka Belitung dan bahwa jumlah pasien post stoke yang
DKI Jakarta masing-masing sebesar 9,7 . berkunjung ke poli saraf tiga bulan terahir
Prevalensi Stroke berdasarkan riset dari dari bulan Oktober sampai dengan
nakes mendapatkan hasil gejala stroke Desember berjumlah 531 pasien, dan
tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan pasien pada satu bulan terakhir yaitu bulan
sebesar 17,9, DI Yogyakarta sebesar Desember sebanyak 138 pasien. Angka
16,9, Sulawesi Tengah sebesar 16,6, tersebut menunjukan bahwa prevalensi
diikuti daerah Jawa Timur sebesar 16 13). kejadian post stroke di daerah Sleman
Stroke melibatkan penderitanya Yogyakarta masih sangat tinggi. Hasil
dalam terapi yang membutuhkan waktu wawancara yang dilakukan kepada 3 pasien
jangka panjang, sehingga memungkinkan post stroke di Klinik Saraf RSUD Sleman
pasien stroke tidak patuh terhadap terapi, didapatkan data bahwa ketiga pasien
sedangkan kepatuhan terhadap terapi dapat tersebut melakukan pengobatan ke Klinik
mengurangi risiko kejadian terburuk dari Saraf secara berkala, meminum obat sesuai
stroke sebesar 26 %, sehingga kepatuhan yang diresepkan dokter, dan melakukan
terapi sangat penting dalam proses pengobatan alternatif lain seperti
penyembuhkan penyakit stroke. pengobatan totok saraf, pijat saraf, dan
Keekfektifan kepatuhan terapi tidak pengobatan herbal. Saat diwawancara
tersadari oleh pasien, karena sekitar 50% pasien mengatakan mampu untuk
pasien tidak patuh terhadap terapi. melakukan mobilisasi seperti duduk,
Prevalensi ketidakpatuhan terapi di semua bergeser, berdiri, berjalan, hal tersebut
rumah sakit Amerika Serikat adalah sekitar dibuktikan saat pasien dipanggil oleh
1/3-2/3 dari total jumlah pasien. Hasil studi perawat poli, pasien berjalan dengan
melaporkan tingkat kepatuhan terhadap sendiri, meskipun berjalannya masih kaku,
terapi berkisar hanya 27-77%10). Tingkat dan ada satu pasien yang menggunakan
kepatuhan pada pasien stroke dalam 2 tongkat untuk berjalan.
tahun pertama terdiagnosa hanya 68% dan METODE PENELITIAN
masih ada 32% pasien stroke yang tidak Rancangan yang digunakan dalam
patuh terhadap terapi 8). Di negara-negara penelitian ini adalah penelitian non
maju kepatuhan terapi pasien stroke hanya eksperimen dengan metode yang digunakan
sekitar 50%, sedangkan di negara-negara adalah metode Descriptive analitik Metode
berkembang persentasenya bahkan lebih pengumpulan data yang digunakan
rendah1). berdasarkan pendekatan waktu Cross
Sectional. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan dengan perempuan sebanyak 21
Concecutive sampling. Pengambilan data responden (36.3 %).
dilakukan pada tanggal 13-24 Juni 2016. 3. Waktu Serangan Stroke
Tabel 3.
HASIL Distribusi Pasien Post Stroke di RSUD
Responden pada penelitian ini berjumlah Sleman Berdasarkan Waktu Serangan
58 pasien yaitu pasien post stroke SNH Waktu
Frekuensi Persentase
(Stroke Non Hemoragik) yang berkunjung Serangan
(n) (%)
ke klinik saraf RSUD Sleman. Karakteristik Stroke
responden yang diteliti meliputi : usia, jenis Pertama 45 77.6
kali
kelaminwaktu serangan stroke, kepatuhan Berulang 13 22.4
terapi dan kemampuan mobilisasi pasien Total 58 100,0
post stroke di klinik saraf RSUD Sleman. Karakteristik waktu serangan
1. Usia
stroke pada penelitian ini lebih
Tabel 1.
Distribusi Pasien Post Stroke di RSUD banyak serangan pada pertama kali
Sleman Berdasarkan Usia sebanyak 45 responden (77.6 %)
Usia Frekuensi Persentase dibandingkan dengan serangan
(Tahun) (n) (%) berulang yaitu sebanyak 13
midle age 48 82,8 responden (22.4 %).
45-59 tahun 4. Kepatuhan Terapi
elderly 10 17,2
60-74 tahun Tabel 4.
Total 58 100,0 Distribusi Kepatuhan Terapi Pasien
Berdasarkan Tabel 2 Karakteristik Post Stroke di RSUD Sleman
usia responden lebih banyak responden Kepatuhan Frekuensi Persentase
Terapi (n) (%)
yang berusia 45-59 tahun (midle age)
Kurang 1 1,7
sebanyak 48 responden (82,8 %), Cukup 6 10,3
dibandingkan dengan usia 60-74 tahun Tinggi 51 87,9
(elderly) sebanyak 10 responden (17,2 Total 58 100,0
%). Karakteristik kepatuhan terapi pada
penelitian ini lebih banyak responden
dengan kategori kepatuhan tinggi yaitu
sebanyak 51 responden (87,9 %)
dibandingkan kategori cukup yaitu
sebanyak 6 responden (10,3 %) dan
kategori kurang sebanyak 1 responden
(1,7 %).
2. Jenis Kelamin 5. Kemampuan Mobilisasi
Tabel 2. Tabel 5.
Distribusi Pasien Post Stroke di RSUD Distribusi Kemampuan Mobilisasi
Sleman Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Post Stroke di RSUD Sleman
Jenis Frekuensi Persentase Kemampuan Frekuensi Persentase
Kelamin (n) (%) Mobilisasi (n) (%)
Laki-Laki 37 63.8 Bergantung 3 5,2
Perempuan 21 36.2 Total
Total 58 100,0 Alat dan 33 56,9
Karakteristik jenis kelamin Bantuan
Mandiri 22 37,9
responden pada penelitian ini lebih
Total 58 100,0
banyak laki-laki sebanyak 37
responden (63.7%) dibandingkan Karakteristik kemampuan
mobilisasi pada penelitian ini lebih
banyak pada kategori alat dan bantuan Stroke Non Hemoragik di RSUD
yaitu sebanyak 33 responden (56,9 %) Sleman
dibandingkan dengan kategori mandiri Tabel 7.
yaitu sebanyak 22 responden (37,9 %) Hubungan Kepatuhan Terapi dengan
dan kategori bergantung sebanyak 3 Kemampuan Mobilisasi Pasien Post
responden (5,2 %). Stroke Di RSUD Sleman
6. Hubungan semua karakteristik Kepatuh Kemampaun Mobilisasi P
an Terapi Ketrergantug Alat & Mandiri Valu
dengan kepatuhan terapi an total bantuan e
Tabel 6. n % n % n %
kurang 0 0,0 0 0,0 1 100, 1,00
Hubungan Semua Karakteristik 0 0
dengan Kepatuhan Terapi Pasien Post Cukup 1 16,7 3 50, 2 33,3
0
Stroke Di RSUD Sleman Tinggi 2 3,9 3 58, 1 37,3
Karakteristik P Value 0 8 9
Responden Total 1 6 5
1
Usia 0,048
Jenis Kelamin 0,406 Setelah dilakukan analisis
Waktu Serangan Stroke 0,128 menggunakan uji Somers didapatkan p
Hasil crosstab karakteristik value 1,000 secara statistik, karena p
responden dengan kepatuhan terapi value > (0,1). Maka dapat
didapatkan hasil bahwa usia disimpulkan bahwa tidak terdapat
berhubungan dengan kepatuhan terapi hubungan antara kepatuhan terapi
(p value =0,048 < 0,1). Jenis kelamin dengan perkembangan mobilisasi pada
tidak berhubungan dengan kepatuhan pasien post stroke.
terapi (p value = 0,406 > 0,1). Waktu
serangan stroke tidak berhubungan PEMBAHASAN
dengan kepatuhan terapi (p value = 1. Usia
0,128 > 0,1). Berdasarkan Tabel 1.
7. Hubungan semua karakteristik Karakteristik usia responden lebih
dengan kemampuan mobilisasi banyak responden yang berusia 45-
Tabel 7. 59 tahun (midle age) sebanyak 48
Hubungan Semua Karakteristik responden (82,8 %), dibandingkan
dengan Kemampuan Mobilisasi Pasien dengan usia 60-74 tahun (elderly)
Post Stroke Di RSUD Sleman sebanyak 10 responden (17,2 %).
Karakteristik P Value
Responden
Hal tersebut memberikan gambaran
Usia 0,659 bahwa penyakit stroke cenderung
Jenis Kelamin 0,994 terjadi mulai pada umur mendekati
Waktu Serangan Stroke 0,780 usia lanjut. Walaupun pada
Hasil crosstab karakteristik penelitian ini responden lebih
responden dengan kemampuan banyak pada usia pertengahan
mobilisasi didapatkan hasil bahwa usia (middle age). Stroke dapat
tidak berhubungan dengan kemampuan berdampak dari segala usia, risiko
mobilisasi (p value =0,659 > 0,1).
stroke pada usia yang berumur lebih
Jenis kelamin tidak berhubungan
dengan kemampuan mobilisasi (p dari 50 tahun dua kali lebih tinggi
value = 0,994> 0,1). Waktu serangan beresiko terkena stroke6). Berbagai
stroke tidak berhubungan dengan penelitian lain juga menunjukan
kemampuan mobilisasi (p value = bahwa distribusi penderita stroke
0,780> 0,1). lebih banyak terjadi pada usia 51-65
8. Hubungan Kepatuhan Terapi dengan tahun11).
Kemampuan Mobilisasi Pasien Post
Pola penyakit stroke yang usia pertengahan karena
cenderung terjadi pada golongan berperannya hormon estrogen pada
umur mendekati usia lansia wanita tetapi wanita juga bisa
memang sering ditemukan, hal ini memiliki risiko tinggi setelah
disebabkan karena stroke mengalami masa menopause karena
merupakan penyakit yang terjadi berkaitan dengan berkurangnya
akibat ganggua aliran pada hormon estrogen yang
pembuluh darah, pembuluh darah menyebabkan penurunan proteksi
yang lebih tua cenderung terhadap tonus pembuluh darah
mengalami perubahan secara yang menyebabkan peningkatan
degeneratif dan mulai terlihat hasil resistensi vaskular yang dapat
dari proses arterosklerosis. Cepat menyebabkan peningkatan tekanan
atau lambatnya proses aterosklerosis darah dan stroke 16).
dapat menjadi pencetus stroke 3. Waktu Serangan Stroke
tergantung dari gaya hidup dan pola Berdasarkan Tabel 3.
makan. 1 dari 5 orang yang berumur Karakteristik waktu serangan stroke
50-64 tahun memiliki 2 atau lebih pada penelitian ini lebih banyak
faktor risiko untk terserang stroke serangan pada pertama kali
dan penyakit jantung .16) sebanyak 45 responden (77,6 %)
2. Jenis Kelamin dibandingkan dengan serangan
Berdasarkan Tabel 2. Diketahui berulang yaitu sebanyak 13
bahwa dari 58 responden 63,7 % responden (22,4 %). Namun hasil
berjenis kelamin laki-laki dan penelitian ini tidak sejalan dengan
sebanyak 36,3 % berjenis kelamin hasil penelitia Safitri (2012)
perempuan. Hal ini sesuai dengan didapatkan data bahwa sebagian
teori yang menyebutkan bahwa besar pasien stroke telah mengalami
prevalensi stroke lebih tinggi pada setidaknya 2 kali serangan stroke
pria dibandingkan pada wanita, yaitu sebanyak 47 orang (79.66 %).
kecuali pada usia 35-44 tahun dan Kejadian stroke berulang tergantung
usia lebih dari 85 tahun, pada pada jenis stroke awal, usia,
kondisi ini wanita memiliki risiko penyakit terkait, dan faktor
lebih besar terkena stroke, terutama risikonya, serta kurun waktu
pada wanita yang mengkonsumsi pil kejadian stroke sebelumnya. Dalam
KB dan pada wanita hamil 6). Pasien 6-12 bulan pasca serangan stroke
stroke lebih banyak berjenis yang pertama, 1 dari 10 orang bisa
kelamin laki-laki, dimana dari 152 terkena serangan stroke yang kedua.
pasien stroke yang diteliti sebanyak Asumsi peneliti hal tersebut terjadi
102 pasien (67 %) berjenis laki-laki karena banyak sekali faktor yang
dan sisanya 50 pasien (33 %) dapat mempengaruhi serangan
11)
berjenis kelamin perempuan . stroke terutama faktor kegagalan
Laki-laki kebanyakan menderita dalam mengontrol faktor risiko5).
stroke diakibatkan perdarahan yang Rutin melakukan kontrol,
berkaitan erat dengan pola hidup melakukan diet seimbang,
mereka11). hal tersebut terjadi karena melakukan gerakan fisik yang
perempuan lebih terlindungi dari teratur dan berhenti merokok dapat
penyakit jantung dan stroke sampai
mencegah terjadinya serangan usia dengan kepatuhan terapi. dapat
berulang pada pasien stroke12). dilihat dari tabel tabulasi di bawah,
pada usia midle age responden
4. Kepatuhan Terapi banyak yang memiliki kepatuhan
Berdasarkan Tabel 4. kepatuhan terhadap terapi dengan kategori
terapi pada penelitian ini lebih tinggi sebanyak 42 responden (87,5
banyak responden dengan kategori %), sehingga dapat disimpulkan
kepatuhan tinggi yaitu sebanyak 51 semakin muda usia seseorang maka
responden (87,9 %) dibandingkan kepatuhan terhadap terapi semakin
kategori cukup yaitu sebanyak 6 baik.hasil crosstab jenis kelamin
responden (10,3 %) dan kategori tidak ada hubungan jenis kelamin
kurang sebanyak 1 responden (1,7 dengan kepatuhan terapi. dan tidak
%). Hal tersebut dapat disebabkan ada hubungan waktu serangan
karena beberapa faktor yaitu faktor stroke dengan kepatuhan terapi.
pribadi, norma budaya interaksi,
praktisi kesehatan dengan pasien 3). 5. Kemampuan Mobilisasi
Faktor pribadi berpengaruh pada Berdasarkan Tabel 5.
kepatuhan terapi pasien karena kemampuan mobilisasi pada
seperti usia jika pasien semakin penelitian ini lebih banyak pada
berumur maka akan mudah lupa kategori alat dan bantuan yaitu
untuk patuh terhadap. Faktor lain sebanyak 33 responden (56,9 %)
yang penting adalah kepribadian dibandingkan dengan kategori
seseorang dan faktor pribadi lain mandiri yaitu sebanyak 22
seperti faktor emosi dan keyakinan responden (37,9 %) dan kategori
seseorang. Faktor norma budaya bergantung sebanyak 3 responden
interaksi sangat berpengaruh dalam (5,2 %). Hal tersebut dapat
menentukan keyakinan dannilai dikarenakan luas dan lokasi
kesehatan individu serta dapat juga kerusakan di otak seringkali
menentukan tentang program menyebabkan kelainan fungsi yang
3)
pengobatan yang dapat mereka . menetap, yang bervariasi tergantung
Peneitian ini tidak sesuai dengan kepada kerusakan yang terjadi,
penelitian Kusmoro (2008) yang apakah terbatas (terlokalisir) atau
mengatakan bahwa kepatuhan terapi meluas (difus). Selanjutnya yaitu
pasien stroke lebih besar frekuensi motivasi penderita motivasi yang
ketidakpatuhan terapi yaitu berbeda-beda setiap pasien memiliki
sebanyak 77,7 % dibandingkan pengaruh terhadap kesembuhan
dengan frekuensi patuh yaitu penyakit stroke, orang yang
sebanyak 22,5 %. Hal tersebut dapat memiliki motivasi untuk sembuh
dikarenakan berbagai faktor akan selalu patuh untuk terapi
diantaranya dukungan keluarga dan dibandingkan dengan pasien yang
niat dari pasien stroke sendiri. tidak atau kurang memiliki
Hasil dari crosstab motivasi.
menggunakan Chi square antara Kepatuhan masing-masing
usia dengan kepatuhan terapi individu terhadap terapi kepatuhan
didapatkan hasil p value = 0,048, merupakan faktor yang sangat vital
yang artinya ada hubungan antara terhadap kesembuhan penyakit
stroke, pasien yang patuh akan injuri, adanya penyakit stroke dapat
memiliki kemungkinan sembuh berpengaruh pada mobilisasi,
lebih besar dibandingkan pasien karena stroke mengakibatkan
yang tidak patuh terhadap terapi4). kelumpuhan pada anggota gerak,
Hasil dari crosstab selain penyakit stroke juga dapat
menggunakan Chi square antara dipengaruhi penyakit lainnya,
usia dengan kemampuan mobilisasi terutama penyakit pada bagian
didapatkan hasil p value = anggota gerak. Kemudian tingkat
0,719>0,1, yang artinya tidak ada energi, setiap orang mobilisasi jelas
hubungan antara usia dengan memerlukan tenaga atau energi,
kemampuan mobilisasi . dan orang yang lagi sakit akan berbeda
karakteristik jenis kelamin tidak ada mobilisasinya di bandingkan dengan
hubungan dengan kemampuan orang sehat. Selanjutnya usia, stroke
mobilisasi (p value = 0,994>0,1). lebih banyak menyerang pada usia
Kemudian tidak ada hubungan mendekati lansia, semakin
waktu serangan dengan kemampuan mendekati lansia maka akan
mobilisasi (p value = 0,780>0,1). mengalami kehilangan masa otot,
Hal ini menggambarkan bahwa selain itu lansia akan mudah lelah,
usia,jenis kelamin, dan waktu sehingga akan terganggunya
serangan tidak berhubungan dengan mobilisasi pada usia lansia. Yang
kemampuan mobilisasi. terahir yaitu faktor resiko, berupa
faktor lain seperti fisik yang tidak
6. Hubungan Kepatuhan Terapi sempurna atau mengalami
dengan Kemampuan Mobilisasi kecacatan7).
Pasien Post Stroke Non Ditinjau dari usia sebagian
Hemoragik di RSUD Sleman responden yang mendekati usia
Berdasarkan Tabel 7. penelitian lansia bahkan ada yang lansia,
ini tidak menunjukan hubungan dimana seorang yang berusia lanjut
antara kepatuhan terapi dengan akan berbeda tingkat kemampuan
perkembangan mobilisasi pasien mobiliasinya dibandingkan dengan
post stroke (p =1,000). Hal ini seorang remaja. Semakin
didukung oleh penelitian Ayu dan bertambah usia maka akan
Ninda (2012) yang menyebutkan mengalami penurunan masa otot,
bahwa tidak ada hubungan antara kekuatan ligamen dan sendi
kepatuhan minum obat dengan sehingga akan sering mengalami
terjadinya stroke berulang. Hal kekakuan otot, nyeri pada
tersebut dikarenakan banyak sekali persendian yang mengakibatkan
faktor yang dapat mempengaruhi penurunan mobilitas sendi17). Tulang
mobilisasi pasien. Mobilisasi kehilangan (cairan) dan semakin
seseorang dapat dipengaruhi oleh rapuh, gangguan Tulang yakni
beberapa faktor dantaranya yaitu mudah mengalami demineralisasi,
gaya hidup, gaya hidup sesorang kekuatan dan stabilitas tulang
sangat tergantung dari kebiasaan menurun, terutama vertebra,
seseorang tersebut, dapat diliihat pergelangan dan paha. Insiden
dari life style maupun pola makan. osteoporosis dan fraktur meningkat
Selanjutnya proses penyakit dan pada area tulang tersebut, atropi
serabut otot, serabut otot mengecil 3. Bagi Responden dan Keluarga
sehingga gerakan menjadi lamban, Pasien
otot kram, dan menjadi tremor Selalu mematuhi terapi yang
(perubahan pada otot cukup rumit diberikan tenaga kesehatan,
dan sulit dipahami) Perubahan pada memeriksakan kesehatan secara
tulang, otot dan sendi berkala, dan keluarga selalu
mengakibatkan terjadinya mengingatkan dan keluarga
kelemahan sehingga lansia memberikan dukungan kepada
mengalami kesukaran dalam pasien untuk mematuhi terapi yang
17)
beraktivitas sehari-hari . telah diberikan

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


1. Sebagian besar pasien post 1. Asti T. (2006). Kepatuhan Pasien :
stroke pada penelitian ini patuh Faktor Penting Dalam Keberhasilan
terhadap terapi yaitu sebanyak 58 Terapi, Info POM. Volume 7. Nomor 5.
BPOM : Jakarta.
responden (87,9 %) memiliki
2. Ayu M., & Ninda E., P. (2012).
kepatuhan yang tinggi. Hubungan Stress, Pola Makan,
2. Mayoritas pasien post stroke Kepatuhan Minumobat Terhadap
pada penelitian ini masih Terjadinya Stroke Ulang Di Rumah
membutuhkan alat dan bantuan Sakit Wilayah Kabupaten Pekalongan.
dalam melakukan mobilisasi yaitu Skripsi. : Stikes Muhammadiyah
sebanyak 33 responden (56,9 %). Pekalongan.
3. Tidak ada hubungan antara 3. Brannon, L., & Feist, J. 2010.
kepatuhan terapi dengan Health psychology an introduction
perkembangan mobilisasi pada to behavior andhealth (7thEdition).
pasie post stroke di RSUD Sleman California: Wadsworth Cengange
Learning.
(p value = 1,000 > 0,1).
4. Cahyono S. B. (2008). Gaya Hidup
dan Penyakit Modern.Yogyakarta :
SARAN
Kanisius.
1. Bagi RSUD Sleman 5. Junaidi, Iskandar. (2011). Stroke,
Bagi institusi rumah sakit Waspadai Ancamannya.Yogyakarta:
diaharapkan untuk mempertahankan Andi Offset.
kepatuhan terapi pasien dengan cara 6. Goldstein B. L. (2009).A Primer on
mempertahankan semua tenaga Stroke Prevention Treatment : An
kesehatan untuk tetap mengingatkan Overview Based on AHA/ASA
pasien untuk patuh terhadap terapi Guidelines.Wiley-Blackwell : Oxford.
saat pasien datang ke rumah sakit. 7. Kozier, B. Et al. (2004). Foudamental
of Nursing Concept & Procedures.
California : addison Wesley Publ.
Comp
2. Bagi Perawat Poli Syaraf RSUD
8. Kamal, A. K., Shaikh, Q., Pasha, O.,
Sleman Azam, I., Islam, M., Memon, A. A., et
Bagi perawat poli syaraf agar tetap al. (2015). A randomized controlled
mempertahakan dalam behavioral intervention trial to
mengingatkan pasien yang improve medication adherence in adult
berkunjung untuk patuh terhadap stroke patients with prescription
terapi yang telah diberikan. tailored Short Messaging Service
(SMS)-SMS4Stroke study. BioMed Perawatan & Pencegahan.
Central, October,21.15:212.Available Yogyakarta : penerbit ANDI.
from : 13. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed. (2013). Badan Penelitian dan
Accessed 2 November 2015. Pengembangan Kesehatan
9. Kusmoro E. (2008) Gambaran Kementerian RI tahun 2013.
Kepatuhan Control Penderita Stroke 14. Safitri F., N., Agustina H., R., Amrullah
Berulang Di Rsud Kabupaten Brebes. A., A. (2012). Resiko Stroke Berulang
Skripsi : Universitas Diponegoro Dan Hubungannya Dengan
10. Marie T. & Jennifer K. (2011). Pengetahuan Dan Sikap Keluarga.
Medication Adherence: WHO Cares?. Skripsi : Universitas Padjadjaran.
Mayo Clin Proc, April 2011;86(4):304- 15. Soertidewi, L & Alrasyid. (2011). Unit
314. Available from: stroke; manajemen stroke secara
http://www.ncbi.nlm.nih.gov Accessed 2 komprehensif. Jakarta. Balai Penerbit
November 2015. FKUI.
11. Nastiti D. (2012). Gambaran Faktor 16. The British Heart Foundation and The
Risiko Kejadian Stroke Pada Pasien Stroke Assocation, (2010). Stroke
Stroke Rawat Inap Di Rumah Sakit Statistics 2009 Editions
Krakatau Medika Tahum 2011. 17. Stanley dan Beare. (2007). Buku Ajar
Skripsi : Universitas Indonesia Keperawatan Gerontik.Jakarta,EGC
12. Pinzon, R, Asanti, L, Sugianto, W, 18. World Health Organization. 2011.
Kriswanto. (2010). Awas Stroke : Heart Disease and Stroke Statistics.
Pengertian, Gejala, Tindakan, Circulation

Вам также может понравиться