Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB 1
PENDAHULUAN
yang menyebar luas dan tiba-tiba, tetapi juga merupakan suatu permasalahan
klinis, karena 30-50 % berdasarkan buku tentang penyakit infeksi tropik pada
renjatan dan berakhir dengan suatu kematian terutama bila tidak ditangani secara
bahwa penderita DSS terutama pada golongan umur 1-4 tahun (46,5%),
sedangkan wong (1973) dari singapir melaporkan pada umur 5-10 tahun dan
dimanado terutama di jumpai pada umur 6-8 tahun kemudian pada tahun 1983
didapatkan terbanyak pada umur 4-6 tahun. Tidak terdapat perbedaan antara jenis
kelamin tetapi kematian lebih banyak di temukan pada anak perempuan dari pada
antara 25-65%, di mana Sumarmo dkk. (1985) mendapatkan 63%, Kho dkk.
(1973) melaporkan 65,45% dari seluruh penderita demam berdarah dengue yang
di rawat.
mengangkat kasus DSS ini ke dalam satu bentuk laporan kasus Asuhan
Syndrom di Unit Santo Yohanes RSSA Pontianak dengan maksud dan tujuan
B. Ruang Lingkup
Syndrom ( DSS ) di Unit Santo Yohanes Bed 249/3. Pemberian ASKEP ini
berlangsung selama 3 hari dari mulai tanggal 17-19 Juli 2006, yang meliputi :
evaluasi.
C. Tujuan Penulisan
keperawatan.
D. Metode Penulisan
( DSS ).
E. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
A. Konsep Dasar Medik yang terdiri dari : definisi, anatomi dan fisiologi,
medis, prognosa
C. Patoflow
BAB V Penutup
A. Kesimpulan
5
B. Saran
Lampiran-lampiran
Daftar Pustaka
BAB II
LANDASAN TEORITIS
1. Definisi
dengue ( dr. T.H Rampengan, DSAK dan dr. I.R Laurentz, DSA, Penyakit
sel darah putih (leukosit) dan keping-keping darah (trombosit) plasma terdiri
dari 900 air dan 100 berupa elektrolit gas terlarut berbagai produk sisa
metabolisme dan zat gizi misalnya gula, asam amino lemak, kolestrol, protein
Plasma darah
interstitial.
Globulin
Merupakan fraksi yang tersusun atas mukoprotein, logam dan gama globulin.
1. Alfa globulin
2. Beta globulin
3. Gama globulin
Fungsinya adalah:
2. Mengangkut protein
toksisitas.
Protein plasma
Fungsinya:
5. Alat pengangkut.
Sel darah
1. Eritrosit
2. Leukosit
3. Trombosit
Jumlah sel darah merah 5.000.000 sel darah setiap mm 3, sel darah merah
diproduksi di sum-sum tulang tulang pendek, umur eritrosit rata-rata 115 hari.
HB
Adalah protein yang kaya akan zat besi, memiliki afinitas (daya
darah putih dibentuk dalam sumsum tulang, yang berisi sebuah nukleus
5. Lymphosit
Trombosit
Trombosit adalah sel kecil kira-kira 1/3 ukuran sel darah merah.
Untuk lebih jelasnya mari kita lihat gambar penampang darah berikut ini :
10
3. Etiologi
Gangguan fungsitrombosit
coagulation =DIC )
4. Patofisiologis
penderita dengan renjatan berat maka volume plasma dapat berkurang sampai
kurang lebih 30% dapat berlangsung selama 24-28 jam. Renjatan hipovolemi ini
bila tidak segera di atasi maka dapat mengakibatkan anoksia jaringan, asidosis
Mekanisme ini di ikuti pula dengan penurunan kontraksi otot jantung dan venous
11
pooling sehingga lebih lanjut akan memperberat renjatan. Sebab lain kematian
penderita DSS ialah pendarahan hebat saluran pencernaan yang biasa timbul
renjatan dan metabolik asidosis, maka renjatan akan mempercepat dic sehingga
akan terjadi renjatan yang ireversibal di sertai pendarahan hebat pada organ-organ
1). Merupakan demam berdarah dengue derajat III dan IV atau demam berdarah
2). Terjadinya renjatan pada DBD biasanya terjadinya pada saat atau setelah
demam memurun diantaranya hari ke-3, dan ke-7 bahkan renjatan dapat
3). Menurut Wong : renjatan terjadi pada hari ke-5 adalah 39%, hari ke-4 (23,5%).
Menurut Surmarmo : renjatan terjadi pada hari ke-5 adalah 39,2 %dan pada
ke-4 adalah 25 %.
4). Renjatan yang terjadi pada saat demam mulai turun dapat diterangkan dengan
Enhancedment Hypothesis).
12
1) Kulit pucat, dingin, dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan
hidung.
panas.
prognostik pada penderita DSS, bila renjatan terjadi pada suhu tubuh
yang lebih dari 390C, maka tingkat prognose akan menjadi lebih jelek.
dengan derajat berat penyakit tetapi pembesaran hati tidak sejajar dengan
13
beratnya penyakit, dengan kata lain pembesaran hati pada penderita DBD
derajat IV tidak selalu lebih besar dari penderita DBD derajat II.
10) Nyeri perut : keluhan yang timbul sebeklum renjatan, sehingga banyak
para ahali menganjurkan untuk waspada akan adanya gejala nyeri perut
ini, apalagi jika berat, karena sering kali mendahului terjadinya perdarahan
11) Anorexia : menurut Partana dkk ( 1981 ), kembalinya napsu makan dapat
12) Muntah-muntah
14) Kejang-kejang
15) Pleural efusion : kurang lebih kasus DSS ditemukan adanya bendungan
16) Asxites
17) Cefalgia
tekanan darah yang tidak dapat diukur dan nadi tidak dapat diraba.
b) Renjatan sedang ialah tekanan nadi menurun 20 mmHg atau lebih dan atau
menjadi :
dengan tekanan nadi menjadi < 20 mmHg, tetapi belum sampai nol,
c) Syock berat / tingkat 3 ( profound shock ) yaitu tekanan darah yang tidak
6. Laboratorium
15
Hasil Pemeriksaan :
terjadinya hemolisis
Kelainan elektrolit :
keluarnya keringat, muntah dan intake yang kurang. Selain itu deplesi
Hiperkalemia
Hipoloremia ringan
7. Diagnosis
Hingga kini diagnosis DBD / DSS masih berdasarkan atas patokan yang
telah dirumuskan oleh WHO pada tahun 1975 yang terdiri dari 4 kriteria klinik
ditambah minimal 2 kriteria klinik ( satu diantaranya ialah panas ), seperti yang
Derajat I dan II disebut DHF / DBD tanpa renjatan, sedangkan derajat III
Wong dkk ( 1973 ) juga mengemukakan beberapa tanda dan gejala yang
yaitu:
1. Clouding of sensorium
3. Nyeri perut
17
4. Tanda -tanda pendarahan di luar kulit, dalam hal ini seperti epistaksis,
5. Tombositopenia berat
8. Penatalaksanaan Medis
sangat penting diperhatikan, oleh karena angka kematian akan meninggi bila
a. Jenis cairan
hipertenis.
Ringers Lactat
cc/ kg.bb.
Diperlukan pada penderita renjatan berat, atau pada penderita yang tidak
Setelah pemberian cairan a.1, nilai hematokrit masih tinggi dan hitung
ml/kg. bb.
Plasmafuchsin
Dextran L 40
20ml/kg.bb/jam dan dapat diulangi hingga dua kali, bahkan bila venakolops
dalam hal ini diberikan dengan semprit secara cepat sebanyak 100-200 ml.
vena centralis biasanya pada vena basilica lengan kiri atau kanan ; apa bila
CVP/ JVP kurang dari 5 cm maka cairan di berikan dengan tetesan cepat/
20
Cairan maintenance
1. Jenis cairan :
D5/ 10 : NaCL 0,9 = 3:1, untuk anak besar dan untuk bayi 4:1.
serum tinggi.
dilakukan secara hati-hati oleh karna dapat terjadi hipovolemia, hal ini
Transfusi Darah
memerlukan tamponade.
24-28 jam setelah pengobatan syok anak jatuh dalam syok lagi,
berlangsung terus.
Pemberian obat-obatan ;
Antibiotik
Di berikan bila :
prolonged shock,
profilaksis
Antivirus
Heparin
trombosit < 75.000/mm3 dan fibrinogen < 100 mg% ), dosis yang diberikan
Kortikosteroid
Funahara dkk. (1986); sugianto dkk. (1987) memberikan preparat ini dengan
Dopamin
yang belum dapat teratasi, walaupun telah diberikan cairan yang adekuat.
Sedativa Antikonvulsan
Klorhidrat : 12,5 50 mg/kg.bb, oral atau rektal hanya satu kali ( dosis
maksimal 1 gram )
Antasida
muntah hebat dan nyeri epigastrium yang tidak jelas dan bukan disebabkan
Diuretika
tanda/gejala overhidrasi.
Digitalisasi
Observasi penderita
dirawat seperti : keadaan umum, nadi, tekanan darah, pernapasan dan suhu
badan setiap 15-30 menit atau bila perlu lebih sering sampai renjatan sudah
25
teratasi, selain itu perlu dicatat jumlah cairan yang telah diberikan, frekuensi
Penyulit-penyulit
Perdarahan masif
Ensefalopati Dengue
Kegagalan jantung
9. Prognosa
Sangat erat kaitannya dengan lama dan beratnya renjatan, waktu, metode,
adekuatnya penanganan
Ada tidaknya rekuren syok yang terutama terjadi dalam 6 jam pertama
Tanda-tanda serebral
26
I. Pengkajian
1. Identitas Pasien
- nama pasien, orang tua, umur, berat badan tinggi badan, agama.
2. Informasi Medik
- nyeri abdomen
- adanya melena
- adanya alergi
3. Keadaan Umum
Rewel/gelisah
Adanya epitaksis
4. Tumbang
5. Nutrisi
- Sebelum sakit:
- Selama sakit:
6. Eliminasi
- Sebelum sakit:
- Selama sakit:
- Sebelum sakit:
28
- Selama sakit:
8. Psikososial
- Respon keluarga
perdarahan hebat.
Sasaran :
Intervensi :
perdarahan hebat.
Sasaran :
Intervensi :
1. Monitor keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien setiap 2-4 jam.
hematemesis, hematuri.
5. Beri O2 dan cairan intra vena sesuai program medik dan kebutuhan.
31
tubuh.
Sasaran :
Intervensi :
1. Kaji keluhan nyeri meliputi, intensitas (skala 0-10) frekuensi dan lokasi
nyeri.
Sasaran :
badan.
Intervensi :
4. Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur, tim, dan hidangkan
5. Libatkan orang tua dalam pemberian makanan pada porsi kecil tapi sering.
Sasaran :
Intervensi :
2. Kaji daerah kulit, membran mukosa, turgor kulit, dan rasa haus.
R / : Turgor kulit yang buruk, mukosa mulut yang kering, serta rasa haus
4. Anjurkan pasien dan orang tua untuk minum air putih 2-2,5 L/hari.
BAB III
PENGAMATAN KASUS
Nama : An. E
Umur : 12 Tahun
Agama : Islam
An.E yang berusia 12 tahun, dengan berat badan 31,5 Kg serta tinggi bdan
154 cm adalah seorang pelajar yang duduk di kelas 1 SLTP. Pasien merupakan anak
kedua dari dua bersaudara pasangan Tn. A dan Ny. S yang bertempat tinggal di
Pasien datang pertama kali di UGD RSSA Pontianak pada tanggal 15 Juli
2006 pukul 11.15 wiba. 2005. Dengan keluhan: sakit sudah 3 hari, demam hilang
timbul, anorexsia, mual, muntah, badan lemah, ekstremitas dingin, karena tidak ada
perubahan maka pasien di bawa oleh orang tuanya untuk mendapatkan pengobatan.
Kemudian pada tanggal 15 Juli 2006 pukul 15.00 Wib pasien dirawat inap di unit
Pada saat melakukan pengkajian padsa tanggal 17 Juli 2006 pasien tampak
sakit berat, kesadaran compos mentis, pasien tampak terbaring lemah di tempat tidur,
pasien tampak tenang, terpasang infuse RL 2 jalur, jalur pertama kolf 5 dan jalur
kedua kolf 3 10 tets/menit mengalir lancar . Ibu pasien mengatakan anak saya sudah
sakit 3 hari, demamnya hilang timbul, badannya lemah, tidak nafsu makan, kalau
makan mual dan tadi pagi saat makan muntah, tangan dan kakinya dingin. Observasi
dan HR =100 x/mnt. Adapun hasil pengkajian secara lengkap tercantum pada format
I. IDENTITAS PASIEN
Tanggal lahir/Umur : 10/ 07/ 1994 /12 Thn Ayah : Tn. Ayub
Agung I
No.16 A
1. Keluhan utama
Batuk
Lemah, nyeri dada dan nyeri epigastrium jika akan batuk, serta haus
Pasien sakit 3 hari yang lalu dengan keluhan : demam, badan terasa
lemah
Puskesmas Purnama
[] Tidak [] Ya
[] obat ..
[] makanan ..
[] plester ..
[] lain-lain ..
8. Imunisasi Lengkap
[] Hb Vacc [] Boster I, II
[] Lain-lain - Umur : -
infus RL 2 jalur, jalur 1 Kolf V dan jalur 2 Kolf III 10 tts/mnt mengalir
lancar.
Respon motorik : 6
Respon verbal : 5
Jumlah skor : 15
[] lemah [] Duduk
[] Berdiri
[] Normal [] Teratur
[] Biot
[] Kusmaul
[] Hiper ventilasi
14. Kepala :
Kiri :123456789
8. Mulut :
10. Pernapasan :
[] Produktif [] Kering
11. Kulit :
[] Cyanosis :
Edema [] Ya [] Tidak
Lokasi -
13. Genetalia
[] Phymosis [] Hypospadia
[] Hernia [] Hydrocel
[] Lain-lain : -
Riwayat kehamilan :
[] Tidak, Alasan : -
[] Ya : -
[] Spontan [] Bantuan : -
Tengkurap 4 bulan
Berjalan 15 bulan
V. NUTRISI
[] Lain-lain : -
2. Susu Formula
45
a. Makanan halus
b. Makanan padat
[] Lain-lain :
Nama -
Dosis pemberian -
VI. ELIMINASI
Konsistensi : lembek
[] Lain-lain : -
Cara mengatasinya : -
47
VIII. PSIKOSOSIAL
[] Gelisah [] Hypoaktif
[] Marah [] Depresi
[] Lain-lain -
Orang tua pasien menjadi repot dan berharap anaknya cepat sembuh
[] TV [] Jam makan
mengenai sistem darah seperti Talasemia dan juga penyakit keturunan seerti
Diabetes Melitus.
( Yofita Pauna )
A. ANALISA DATA
napsu makan
DO :
68 x /mnt, P : 20 x/mnt
DO:
mentis
kaki
51
68 x /mnt, P : 20 x/mnt
DO :
vesikular
68 x/mnt, P : 20 x/mnt
DO :
DO :
tempat tidur
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
dengan perdarahan
batuk
19/07/06
fisik
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
DP Nama
I,III 17/07/06 07.00 Mengkaji keadaan umum : pasien tampak sakit
dilanjutkan.------------------------------------------------
tablet-----------------------------------------------------
36,3oC-----------------------------------------------------
lancar-------------------------------------------
keperawatan----------------------------------------------
71
infus satu jalur bila habis boleh diuff, cek Lab pagi Yofita
lancar------------------------------------------------------
dihidangkan----------------------------------------------
keperawatan----------------------------------------------
menganggukkan kepala---------------------------------
Yofita
Yofita
Yofita
75
Yofita
Yofita
Yofita
76
E. EVALUASI KEPERAWATAN
DP
77
O:
belum teratasi
II 13.00
S:
Yofita
- Pasien mengeluh lemah
O:
( petechiae )
78
Teratasi
III 13.00
S: Yofita
O:
70 mmHg
V 13.00 S:
Yofita
- Pasien mengeluh badan terasa lemah
O:
I 18/07/06 13.00 S:
O:
II 13.00 S:
O:
kaki ( petechiae )
teratasi
III 13.00
S:
O:
S:
IV 13.00
- Orangtua pasien mengalakan badan anaknya teraba
Yofita
panas pada tanggal 18/07/06 pukul 12.00 Wib
O:
S:
V 13.00
- Pasien mengeluh badan masih lemah
O: Yofita
82
I 19/07/06 13.00 S:
O:
II 13.00 S:
Yofita
- Pasien mengeluh badan masih lemah
O:
masih tampak
mentis
teratasi
III 13.00
S:
Yofita
- Pasien mengeluh batuk masih dirasakan
dirasakan
O:
teratasi
IV 13.00
S:
O:
V 13.00
S:
Yofita
- Pasien mengeluh badan sudah mulai segar
O:
tidur
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
sistem hematologi : DSS, dirawat di unit St. Yohanes bed 249/3 RSSA Pontianak
selama 3 hari (17-19 Juli 2006). Adapun ruang lingkup pembahasan kasus ini
berdasarkan landasan teoritis dan asuhan yang nyata dengan pendekatan proses
keperawatan.
86
A. Pengkajian
Pada tahap ini semua data / informasi tentang pasien yang dibutuhkan
ruangan dan dokter yang merawat serta klarifikasi terhadap data yang ada distatus
yang menyimpang, hal ini disesuaikan dengan kondisi pasien saat dikaji. Dalam
pengkajian data yang khas yang behubungan dengan penyakit pasien adalah
pasien mengeluh gelisah, pasien tampak lemah, hasil laboratorium terutama: HGB
B. Diagnosa Keperawatan
adalah :
87
pemulihan cairan tubuh, hal ini disebabkan pasien jaramg minum air putih
serta sering mengeluh haus, tetapi napsu makan pasien tetap ada
hal ini disebabkan adanya keluhan lemah dan gelisah, terdapat petechie pada
kedua lengan dan kaki pasien serta pada hasil Laboratorium menunjukkan :
refleks batuk , disebabkan adanya keluhan batuk dan nyeri dada serta neri
epigastrium saat akan batuk, pada saat melakukan inspeksi : suara betauk
kering, sedangkan saat melakukan auskultasi paru : suara napas normal yakini
vesikuler
C. Perencanaan
dengan kondisi pasien. Tujuan ditetapkan dengan mengacu pada masalah yang
akan dihilangkan / diminimalkan dan akan menjadi alat ukur tercapainya tujuan
adalah bagian akhir dari perencanaan, dimana perawat memutuskan strategi dan
intervensi keperawatan yang akan dilakukan. Strategi dan tindakan yang akan
88
dilakukan diarahkan langsung pada etiologi atau faktor pendukung dari diagnosa
keperawatan.
umtuk menghilangkan keluhan yang ada pada pasien saat itu, dan pada setiap
sebagian dari perencanaan yang dibuat dan didukung oleh keadaan pasien yang
D. Implementasi
yang lemah
dengan perawat ruangan, keluarga pasien serta team kesehatan lainya. Kemudian
E. Evaluasi
Pasien sudah tidak mengeluh haus, hasil Lab terutama PLT masih rendah
Dari hasil pengkajian terakhir didapatkan keadaan umun pasien yang baik
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
berikut :.
92
B. Saran
1. Untuk Rumah Sakit, agar kerjasama diantara perawat tetap dipertahankan dan
pembaca
93
4. Untuk pendidikan kesehatan, pasien dengan DSS harus segera ditangani, jika
DAFTAR PUSTAKA
94
Beitz, Ecily L. (2002), Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3, Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Doengoes, ME, et. All. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Evelyn C. Pearce (2000), Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT.
Grafidian Medipress.