Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan pengujian macro etsa terhadap suatu
material.
1.1.2 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus pada pengujian ini:
1. Mahasiswa mampu menganalisa parameter pengelasan.
2. Mahasiswa mampu menganalisa dari setiap parameter pengelasan
pada hasil lasan
3. Mahasiswa mampu menggunakan alat inspeksi dan alat ukur.
4. Mahasiswa mampu menganalisa perlakuan (treatment) yang pernah
dialami oleh suatu material.
1.2 Dasar Teori
1.2.2 Dasar Teori Makro
1
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
2
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
1.2.3 Pengertian dan Perbedaan Polaritas DCEN DCEP Pada Mesin Las SMAW
Arus DC
Pengelasan pada mesin SMAW arus DC mempunyai dua polaritas DCEN (Direct
Current Elektroda Negatif) dan DCEP (Direct Current Elektroda Positif). Dua polaritas
ini mempunyai perbedaan dalam aplikasinya di dunia industry. Dalam bahasa Inggris
polaritas DCEN disebut sebagai DCSP (Direct Current Straight Polarity) sedangkan
polaritas DCEP disebut sebagai DCRP (Direct Current Revers Polarity).
Keuntungan mesin las arus DC adalah sebagai berikut :
1. Seluruh jenis elektroda dapat dipergunakan (elektroda dengan atau tanpa flux)
2. Seluruh jenis logam dapat dilas
3. Dapat dipergunakan untuk mengelas material yang tipis
4. Mempunyai nyala busur yang stabil
1.2.3.1 Polaritas DCEN
Pengertian polaritas DCEN adalah benda kerja atau material yang akan dilas
disambungkan dengan kutup positif (+) dan elektrodanya disambungkan dengan kutup
negative (-) pada mesin las DC, seperti pada Gambar 1.2 dibawah ini.
3
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
lambat, wilayah yang sempit dan untuk material yang tebal. Ilustrasi pengelasan
menggunakan polaritas DCEN dapat dilihat pada Gambar 1.3 dibawah ini.
Pengertian polaritas DCEP adalah benda kerja atau material dasar yang akan
dilakukan pengelasan disambungkan dengan kutup negative (-) dan elektrodanya
disambungkan dengan kutup positif (+) dari mesin las DC, seperti pada Gambar 1.4
dibawah ini.
4
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
Dari sumber panas yang digunakan, pemanasan logam induk sampai pada
suhu puncak (mencair), mempunyai karakteristik sesuai sifat fisik logam tersebut
antara lain pada suhu tertentu logam tersebut mengalami transformasi baik
sebagian atau seluruhnya, tergantung kecepatan pemanasanya (heating rate).
Sedangkan heating rate tersebut tergantung dari jenis proses pengelasan antara
5
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
lain arus listrik, tegangan, efisiensi mesin, dan kecepatan las. Adapun rumus untuk
mencari Heat Input sebagai berikut :
. .
= x100%
b. Tegangan Busur Las
6
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
c. Arus Las
Besarnya arus las yang diperlukan tergantung dari bahan dan ukuran
material, geometri sambungan, posisi pengelasan, macam elektroda dan diameter
inti elektroda. Dalam hal ini daerah las mempunyai kapasitas panas yang tinggi
maka dengan sendirinya diperlukan arus las yang kecil. Bila ada kemungk ina n
terjadi retak panas seperti ada pengelasan baja tahan karat austenite maka dengan
sendirinya harus diusahakan menggunakan arus yang kecil saja. Dalam mengelas
baja paduan, dimana daerah HAZ dapat megeras dengan mudah, maka harus
dilakukan pendinginan yang lambat dan unutuk ini diperlukan arus yang besar dan
mungkin masih memerlukan pemanasan lagi.
Arus las memberikan pengaruh yang terbesar pada penembusan dan
penguatan. Arus yang terlalu kecil akan menghasilkan penembusan yang rendah,
dan bila terlalu besar akan menghasilkan manic berbentuk buah pir seperti terlihat
pada Gambar 1.7 dan akan mudah terjadi retak panas
7
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
d. Kecepatan Pengelasan
8
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
menyebabkan terjadinya bentuk manic yang cekung dan takik, terlihat seperti
Gambar 1.8 dibawah ini.
9
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
2. Taring rahang geser sampai kedua rahang menempel dan menekan bagian dalam
benda
3. Pastikan bahwa dinding bagian dalam benda tegak lurus dengan skala,
maksudnya benda jangan sampai lurus
10
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
3. Menjumlahkan skala tetap dan skala nonius. Hasil pengukuran = 2,2 cm + 0,04
cm = 2,24 cm
4. Jadi hasil pengukuran diameter silinder sebesar 2,24 cm
Tang Ampere
Cara Menggunakan Tang Ampere (Clamp Meter) dan Prinsip Kerjanya
Tang ampere atau dalam bahasa inggrisnya disebut dengan Clamp Meter adalah alar
ukur yang digunakan untuk mengukur arus listrik pada sebuah kabel konduktor dengan
dialiri arus listrik dengan menggunakan dua rahang penjepitnya (Clamp) tanpa harus
memiliki kontak langsung dengan terminal listriknya. Dengan demikian, tidak perlu
mengganggu rangkaian listrik yang akan diukur, cukup ditempatkan pada sekeliling
kabel listrik yang akan diukur.
Pada umunya, tang ampere (Clamp Meter) yang terdapat dipasaran memiliki fungsi
sebagai multimeter juga. Jadi selain terdapat dua rahang penjepit, Clamp Meter juga
memiliki dua Probe yang dapat digunakan untuk mengukur resistensi, tegangan AC,
tegangan DC.
Cara Mengukur Arus Listrik (Ampere) dengan Menggunakan Tang Ampere (Clamp
Meter)
Cara menggunakan Tang Ampere ini sebenarnya cukup mudah, yaitu dengan
menjepitkan rahang penjepitnya kek kabel listrik yang diinginkan. Berikut ini adalah
langkah-langkah selengkapnya untuk mengukur Arus Listrik AC atau AC dengan
menggunakan Tang Ampere.
1. Putar atau setting Saklar Clamp Meter ke posisi Ampere Meter (biasanya tertulis
huruf A dengan gelombang sinus diatasnya)
2. Tekan Trigger untuk membuka rahang penjepit Tang Ampere
3. Jepitkan rahang penjepit ke kabel konduktor yang dialiri arus listrik AC (kabel
listrik berada di tengah-tengah rahang penjepit) kemudian lepaskan Trigger
Tang Ampere
Catatan : Jika kabel listrik tersebut belum dialiri listrik, hubugnkan kabel
tersebut atau ON-kan perangkat yang ingin diukur arus listriknya
11
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
4. Baca Nilai Ampere yang tertera di layar Clamp Meter (Tang Ampere).
Untuk mengukur Tegangan dan Resistansi, cara pengukurannya hampir sama dengan
Multimeter yaitu dengan menggunakan Probe yang dicolokan di Terminal COM yang
berwarna Hitam dan Terminal Positif yang berwarna Merah.
Dibawah ini adalah perbedaan Multimeter dan Clamp Meter dalam mengukur Arus
listrik, seperti Gambar 1. :
12
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
listrik) sehingga kita dapat membacanya di layar Clamp Meter. Cara Pengukuran
dengan teknologi ini sangat mempermudahkan kita dalam mengukur arus listrik
AC terutama pada arus listrik AC yang tinggi.
Pengertian Stopwatch
Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan
dalam kegiatan. Stopwatch secara khas dirancang untuk memulai dengan menekan
tombol diatas dan berhenti sehingga suatu waktu detik ditampilkan sebagai waktu yang
berlalu. Kemudian dengan menekan tombol diatas yang kedua kali, kemudian
memasang lagi stopwatch pada nol.
Jenis-Jenis Stopwatch
A. Stopwatch Analog
Stopwatch analog berfungsi sebagai alat untuk mengukur lamanya waktu yang
diperlukan dalam suatu kegiatan. Misalnya, stopwatch dapat digunakan untuk
mengukur lamanya waktu yang dibutuhkan oleh seorang pelari untuk dapat
mencapai jarak 50 km. Selain itu,dalam ilmu kimia stopwatch juga dapat
digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang dibutuhkan oleh suatu larutan
agar dapat mengalami perubahan suhu. Dalam praktikum fisika, stopwatch
13
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
14
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
Pada saat yang sama pegas kedua tertekan sehingga tercipta kombinasi kerja
secara mekanik. Pada saat kalibrasi penekan pegas akan membuat pegas kedua
terkalibrasi sehingga pegas pertama kembali ke tertekan seperti semula. Dan jarum
kembali ke posisi nol.
Stopwatch Digital
Stopwatch digital merupakan jenis stopwatch yang menggunakan layar/monitor sebagai
penunjuk hasil pengukuran, seperti jam digital dimana berhitungan waktu berdasarkan
perhitungan elektronik. Stopwatch Digital Otomatis Peka Cahaya dapat dibuat dengan
menggunakan sensor cahaya sebagai saklar elektronik untuk menentukan awal dan akhir
pencatatan rangkaian pencacah digital dengan ketelitian 0,0001 sekon atau 0,1 ms.
15
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
2. Nilai ukur benda ditunjukkan oleh garis pada skala penggaris atau mistar yang
bertepatan dengan ujung akhir panjang benda.
Contoh:
Nilai hasil pengukuran penggaris atau mistar menunjukkan skala penggaris pada ujung
akhir benda yaitu 2,5 cm dan ada ditengah garis kelima dan keenam dari angka dua
(atau garis 25 dan 26 dari angka Nol) menunjukkan ukuran skala 0,5 mm.
Jadi secara matematisnya:
Hasil pengukuran = 2,5 cm + 0,5 mm (konversikan satuan mm jadi cm --> : 10)
= 2,5 cm + 0,05 cm
= 2,55 cm
Catatan :
1. Skala terkecil penggaris atau mistar adalah 1 mm atau 0,1 cm. Jadi,
tingkat ketelitian penggaris sama dengan 1 mm atau 0,1 cm (tetapi, ada
juga penggaris atau mistar yang tingkat ketelitiannya 0,5 cm).
2. Penggaris atau mistar sering digunakan untuk mengukur panjang benda
yang bentuknya tidak bulat.
Thermo Gun
Fungsi dan Definisi
Adapun fungsi dari infrared Thermo Gun adalah untuk mengetahui temperature kerja
dari sebuah benda atau bahan yang ingin kita ketahui tingkat thermal/panasnya,
16
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
sehingga dapat mendiagnosa atau menganalisa secara dini apabila terjadi penyimpangan
pada komponen yang diukur tadi.
Display dan fungsi yang ada pada Thermo Gun bisa dilihat pada Gambar 1. Dan
Gambar 1. sebagai berikut :
Display :
1. Laser condition & lock symbol.
2. Main temperature display.
3. Graphic display.
4. Emissivity value.
5. Status bar.
6. Battery life indicator.
Cara Penggunaan
17
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
Gambar 1.
o Setting infrared
18
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
Untuk melakukan adjust nilai setting emissivity dapat dilakukan dengan cara tekan
tombol trigger maka akan muncul nilai emissivity yang tertera di display ( 4 ), tahant
ombol trigger sambil dilakukan adjustment tombol nomor ( C ), sesuaikan
dengan tabel emissivity , lihat Gambar 1.. Cara di atas hanya dapat dilakukan dengan
cara meng-aktifkan switch ON tombol DIP setup di dalam handle unit infrared.
19
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
Welding Gauge
Welding gauge adalah sebuah alat yang biasanya digunakan welding inspector guna
mengukur dari awal sudut groove sampai dengan pengukuran reinforcement baik
20
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
capping maupun root. Welding gauge sendiri memiliki beberapa jenis namun hanya
beberapasaja yang sering digunakan. Didalam welding gauge terdiri dari beberapa item
yang memliki fungsi sendiri-sendiri.
Gambar diatas adalah gambar dari salah satu jenis welding gauge yang sering
digunakan beserta cara pakai dari beberapa item yangada di welding gauge tersebut.
21
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
BAB II
METODOLOGI
2.1.1.2 Alat
Alat yang digunakan dalam proses pengelasan :
1. Mistar
2. Jangka sorong
3. Thermo gun
4. Welding gauge
5. Mesin las DC
6. Kapur penggores
22
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
23
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
24
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
3. Pipet
4. Dryer
2.2.1.3 Langkah Kerja
Langkah langkah dalam melakukan pengujian makro meliputi :
1. Pemotongan specimen
Proses ini tidak dilakukan pada praktik metalografi, karena specimen yang
disediakan telah dipotong dengan ukuran tertentu. Hal ini bertujuan untuk
mempersingkat waktu.
2. Grinding
Adapun langkah kerja saat menggerinda specimen seperti di bawah ini:
Mengambil kertas gosok yang paling kasar (grid 240 ) yang telah digunting
sesuai dengan bentuk piringan hand grinding dan pasang pada polishing
machine.
Menyalakan polishing machine, buka katup sehingga air mengalir di kertas
gosok tersebut dan sampai permukaan halus.
Mengangkat specimen dan amati permukaan yang digosok. Bila masih ada
goresan yang tidak searah dengan orientasi gosokkan, gosok lagi sampai tidak
ada lagi goresan yang tidak searah.
Bila goresan sudah searah, matikan polishing machine dan aliran air, kemudian
ganti kertas gosok dengan grid yang lebih halus ( 400 dan 600) dan gosok lagi
seperti langkah sebelumnya.
Bila proses grinding telah selesai, mematikan polisher kemudian cuci specimen
dengan air.
Hal yang perlu di perhatikan dalam proses grinding yaitu setiap pergantian kertas
gosok maka arah orintasi penggosokan harus tegak lurus dengan arah orientasi
penggosokan sebelumnya. Adapun proses grinding dapat dilihat pada Gambar
2.1 di bawah ini:
25
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
Gambar 2.1 Grid kertas gosok (240,320,400, dan 600) dan proses grinding
3. Etsa
Adapun langkah kerja saat melakukan etching pada specimen:
Menyiapkan alat-alat yang diperlukan seperti : pipet, cawan kimia dan hand
dryer yang telah dibersihkan terlebih dahulu.
Mengambil HNO 3 2 ml dengan pipet dan tuangkan ke cawan kimia.
Kemudian campur alkohol 98 ml
Masukkan specimen ke dalam cawan kimia tersebut selama beberapa detik dan
ambil kembali kemudian disiram dengan air.
Mengeringkan specimen dengan dryer.
Adapun proses etching dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini:
Gambar 2.1 Pencampuran larutan antara alkohol 98 ml + HNO 3 2 ml untuk proses etsa
26
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
27
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil dan pembahasan pada pengujian makro yang ditunjukkan Tabel 3.1
dibawah ini:
Item Kanan kiri
Kode
Dalam(DCEN)/dangkal(DCEP) Dalam(DCEN)/dangkal(DCEP)
Specimen
TL6B G6 Dangkal (DCEP) Dalam(DCEN)
M1
TL6B G6 Dangkal (DCEP) Dangkal (DCEP)
M2
TL6B G6 Dangkal (DCEP) Dangkal (DCEP)
M3
TL6B G6 Dangkal (DCEP) Dalam(DCEN)
M4
Tabel 3.1 Data pengujian makro etsa
Dari hasil pengujian yang telah kami lakukan dapat dilihat pada Gambar 3.1 dibawah ini:
28
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
Dari hasil pratikum macro etsa yang dilakukan pada Spesimen dengan ada 2 pas
lasan. Di mana kedua lasan tersebut dilakukan dengan proses pengelasan SMAW dengan
variasi polaritas dan elektroda yang berbeda. Dihasilkan perbedaan dari proses
pengelasannya. Lasan yang menggunakan polaritas DCEN tembusannya lebih dalam dan
DCEP lebih dangkal dari DCEN tadi. Hal ini karena Pada polaritas DCEN busur listrik
bergerak dari electrode ke material dasar sehingga tumbukan electron berada di material
dasar yang berakibat 2/3 panas berada di material dasar dan 1/3 panas berada di elektroda.
Pada polaritas DCEN ini juga menghasilkan pencairan material dasar lebih banyak
dibanding elektrodanya, sehingga hasil las mempunyai penetrasi yang dalam, sangat baik
digunakan pada pengelasan yang lambat, wilayah yang sempit dan untuk material yang
tebal. Jika DCEP lebih dangkal karena Pada polaritas DCEP ini busur listrik dari material
dasar ke elektroda dan tumbukan electron berada di elektroda yang berakibat 2/3 panas
berada di elektroda dan 1/3 panas berada di material dasar. Polaritas DCEP menghasilka n
pencairan elektroda lebih banyak sehingga hasil las mempunyai penetrasi dangkal serta
baik digunakan pada pengelasan material yang tipis dengan manic las yang lebar.
29
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
30,5
2 132 s 33,36 DCEP 199 mm 3,2 mm
Lebar Travel Efisiensi H input Tank
Capping H Input mesin
Lasan Speed Mesin ampere
Jarak/waktu 0,65
H = I.E.V/v = H = I.E.V/v =
= 199/107
7,35 mm 2,5 65.0,65.23,95/1,86 65.0,65.26,2/1,86
= 1,86
=542,89 J/mm =595,13J/mm
mm/s
Jarak/waktu 0,65
H = I.EV/v = H = I.EV/v =
= 199/132
8,8 mm 2,8 75.0,65.30,5/1,51 75.0,65.33,36/1,51
= 1,51
=984,685 J/mm =1077,01 J/mm
mm/s
Table diatas berisi tentang variable variable pengelasan yang diperoleh ketika proses
pengelasan berlangsung dengan tujuan mendapatkan data untuk acuan proses pembuatan
WPS dan PQR nantinya. Semua dari proses pengelasan tidak boleh sedikit hal terkecil
yang tertinggal untuk dicatat atau didokumentasi arena data tersebut mempengaruhu hasil
lasan dan life cycle dari produk yang dibuat.
30
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang terdapat pada bab III, adapun kesimpulan yang
dapat ditarik dari pengujian metallography ini adalah sebagai berikut :
1. Dari pengujian makro etsa, didapatkan tembusan yang dangkal di setiap material yang
di uji.
2. Perbedaan polaritas dan amper tidak terlalu mempengaruhi penetrasi.
31
POLITEKNIK LAB UJI BAHAN KELOMPOK 8
PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI MACRO ETSA TEST PRAKTIKUM
PENGELASAN
SURABAYA WPS
DAFTAR PUSTAKA
1. Budi Prasojo ST. 2002. Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal. PPNS-ITS Surabaya
2. Dosen Metallurgi. 1986. Petunjuk Praktikum Logam Jurusan Teknik Mesin. FTI-ITS
Surabaya
3. Harsono & T.Okamura. 1991. Teknologi Pengelasan Logam. PT. Pradya Paramita :
Jakarta
4. M.M. Munir. 2000. Modul Praktek Uji Bahan Vol 1 Jurusan Teknik Banguna n
Kapal. PPNS-ITS Surabaya
5. Wahid suherman Ir. 1987. Diktat Pengetahuan Bahan Jurusan Teknik Mesin. FTI-
ITS Surabaya
6. http://awan05.blogspot.co.id/2009/02/parameter-parameter-dasar-pengelasan.html
7. http://www.pengelasan.com/2015/12/pengertian-perbedaan-polaritas-dcen.html
32