Вы находитесь на странице: 1из 9

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI

BALITA USIA 6-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA


Winda Velintia*, Hasniah Bombang**, I Putu Sudayasa***

*Fakultas Kedokteran UHO


**Dokter Spesialis Anak
***Program Studi Pendidikan Dokter FK UHO

ABSTRACT
It has been widely accepted that nutritional status is a body condition of consuming some food and nutrition.
Nutritional status is divided into poor nutrition, under nutrition, good nutrition, and over nutrition. There are many
factors that cause childrens nutritional status, example: familys income background, food other than breast milk,
exclusive breast milk, mothers education background, and etc. This research aims to determine factors related to the
nutritional status of preschool children aged 6-59 months in the area of Public Health Center of Poasia. This research
is an analytic observational research by using cross sectional method. The research sample were 140 samples
obtained by simple random sampling. The samples were the preschool children aged 6-59 months in the Public
Health Center of Poasia. Samples were taken from interview and anthropometric measurement. WHO 2005 standard
was applied to determine the nutritional status. The analysis of this study using Chi Square test. The result of this
research showed that there is relationship among the number of children in a family (p = 0,014), mothers education
background (p = 0,030), the first give of exclusive breast milk (ASI) (p = 0,000), and food other than breast milk (p
= 0,005) with the nutritional status of preschool children aged 6-59 months. It can be inferred that there is significant
relationship (p < 0,05) among the number of children in a family, mothers education background, the first give of
exclusive breast milk (ASI), and food other than breast milk with the nutritional status of preschool children aged 6-
59 months in the area of Public Health Center of Poasia.
Keywords: Nutritional Status, Preschool Children aged 6-59 months.

PENDAHULUAN
Masalah gizi merupakan masalah prevalensi gizi kurang pada balita
kesehatan yang menyebabkan tingginya sebesar 18,4%, lalu menurun
angka kematian bayi dan balita. Hal ini menjadi 17,9% pada tahun 2010.
menunjukkan masalah kesehatan dan gizi di Kemudian, meningkat lagi menjadi
Indonesia cukup serius. Masalah gizi 19,6% pada tahun 2013. Beberapa
meskipun sering berkaitan dengan masalah provinsi, seperti Bangka Belitung,
kekurangan pangan, pemecahan masalahnya Kalimantan Timur, Kalimantan
tidak selalu berupa peningkatan produksi Tengah, dan Sulawesi Tengah
dan pengadaan pangan pada keadaan kritis, menunjukkan kecenderungan
masalah gizi yang muncul akibat kesalahan menurun. Dua provinsi yang
pangan di tingkat rumah tangga, yaitu prevalensinya sangat tinggi (>30%)
kemampuan rumah tangga memperoleh adalah Nusa Tenggara Timur dan
makanan untuk semua anggotanya Papua Barat, sedangkan dua provinsi
(Supariasa, 2001). yang prevalensinya <15% adalah
Menurut data Riset Kesehatan Bali dan DKI Jakarta. Masalah
Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan stunting atau pendek pada balita
oleh Kementerian Kesehatan pada masih cukup serius. Prevalensi angka
tahun 2013, prevalensi gizi kurang nasional menunjukkan 37,2%,
pada balita memberikan gambaran bervariasi dari yang terendah sekitar
fluktuatif. Pada tahun 2007, <30% berada di Kepulauan Riau,
Yogyakarta, DKI Jakarta, dan adalah seluruh anak usia 6-59 bulan
Kalimantan Timur, sampai yang beserta ibu di wilayah kerja
tertinggi sekitar >50% di Nusa Puskesmas Poasia Kota Kendari
Tenggara Timur. yang memenuhi kriteria inklusi
Artikel Pediatrics (2012) yang sebanyak 140 anak. Data berat badan
berjudul Breastfeeding and The Use bayi diperoleh dengan menggunakan
of Human Milk merekomendasikan timbangan bayi yang bermerk Japan
pemberian ASI eksklusif selama 6 dengan tingkat ketelitian 50 gram
bulan, kemudian diikuti dengan dan timbangan berat badan dewasa.
pemberian makanan pendamping Data panjang badan sampel
ASI. MP-ASI (Makanan diperoleh dengan menggunakan
Pendamping Air Susu Ibu) adalah meteran yang bermerk Butterfly
makanan atau minuman yang Brand dengan tingkat ketelitian 0,1
mengandung zat gizi yang diberikan cm. Data dasar tentang identitas
kepada bayi atau anak usia 6-24 responden dan sampel yang meliputi
bulan guna memenuhi kebutuhan nama, alamat, umur, berat badan
gizi selain dari ASI sehingga bisa lahir bayi, pemberian ASI eksklusif,
tercapai pertumbuhan yang baik. pemberian MP-ASI, jumlah anak
Tingkat pendidikan ibu sangat dalam keluarga, dan tingkat
berperan dalam pengurangan gizi pendidikan ibu diperoleh dengan
kurang dan gizi buruk melalui akses menggunakan daftar wawancara.
pelayanan kesehatan, penyediaan Data dianalisa menggunakan uji
makanan bergizi dan air bersih statistik Chi Square.
(Gibney, 2009).
Berdasarkan data tersebut di HASIL
atas, maka perlu dilakukan penelitian Tabel 1. Menunjukkan
tentang faktor-faktor yang distribusi responden, sebanyak 14
berhubungan dengan status gizi pada balita (10%) yang berstatus gizi
balita berusia 6-59 bulan di wilayah buruk, sebanyak 24 balita (17,15%)
kerja puskesmas Poasia pada tahun yang berstatus gizi kurang, dan
2015. sebanyak 102 balita (72,85%) yang
berstatus gizi baik. Berdasarkan
METODE PENELITIAN jumlah anak dalam keluarga,
Jenis penelitian ini adalah diperoleh paritas rendah sebanyak 81
penelitian analitik observasional ibu (57,9%) dan paritas tinggi
dengan pendekatan cross sectional, sebanyak 59 ibu (42,1%).
yakni desain penelitian yang Berdasarkan tingkat pendidikan ibu,
bertujuan untuk mengetahui faktor- sebanyak 49 ibu (35%) dengan
faktor yang berhubungan dengan tingkat pendidikan rendah, sebanyak
status gizi balita usia 6-59 bulan, di 61 ibu (43,6%) dengan tingkat
mana data yang menyangkut variabel pendidikan menengah, dan sebanyak
bebas dan terikat dikumpulkan pada 30 ibu (21,4%) dengan tingkat
waktu yang bersamaan. Penelitian ini pendidikan tinggi. Berdasarkan awal
telah dilakukan pada tanggal 10 pemberian ASI eksklusif, sebanyak
Agustus sampai 7 September 2015 di 75 balita (53,6%) yang diberi ASI
wilayah kerja Puskesmas Poasia eksklusif, sebanyak 64 balita
Kota Kendari. Sampel penelitian ini (45,7%) yang bukan ASI eksklusif,
dan sebanyak 1 balita (0,7%) yang ASI Tidak 64 45,7
tidak diberi ASI sama sekali. Eksklusif
Berdasarkan pemberian makanan Tidak ASI 1 0,7
pendamping ASI, sebanyak 96 balita Pemberian
(68,6%) yang diberi makanan Makanan
pendamping ASI dengan usia kurang
Pendamping ASI
dari atau lebih dari 6 bulan dalam hal
Sesuai 44 31,4
ini tidak sesuai dengan usia pertama
Tidak Sesuai 96 68,6
pemberian makanan pendamping
Frekuensi Sampel
ASI dan sebanyak 44 balita (31,4%)
yang diberi makanan pendamping Berdasarkan Usia
ASI sesuai dengan usia pertama 6 12 bulan 40 28,58
pemberian makanan pendamping >12 24 bulan 50 35,71
ASI, yaitu dimulai pada umur 6 >24 59 bulan 50 35,71
bulan. Berdasarkan frekuensi sampel Sumber: Data Primer, September 2015
menurut usia, sebanyak 40 balita
(28,58%) yang berusia kisaran 6 12 Tabel 2. Menunjukkan bahwa
bulan, 50 balita (35,71%) yang dari 14 balita dengan status gizi
berusia kisaran >12 24 bulan, dan buruk, 9 balita (6,43%) diantaranya
50 balita (35,71%) yang berusia berasal dari ibu dengan kategori
kisaran >24 59 bulan. paritas rendah dan 5 balita (3,57%)
berasal dari ibu dengan kategori
paritas tinggi. Dari 24 balita yang
berstatus gizi kurang, 20 balita
Tabel 1. Distribusi Responden (14,29%) diantaranya berasal dari
Jumlah (n) Persentase ibu dengan kategori paritas rendah
(%) dan 4 balita (2,86%) yang berasal
Status Gizi dari ibu dengan kategori paritas
Sampel tinggi. Dari 102 balita yang berstatus
Gizi Buruk 14 10 gizi baik, 52 balita (37,14%) berasal
Gizi Kurang 24 17,15 dari ibu dengan kategori paritas
Gizi Baik 102 72,85
rendah dan 50 balita (35,71%)
Jumlah Anak
berasal dari ibu dengan kategori
dalam Keluarga
Paritas Rendah 81 57,9 paritas tinggi. Hal tersebut
Paritas Tinggi 59 42,1 menunjukkan bahwa proporsi balita
Tingkat yang berstatus gizi buruk dan kurang
Pendidikan Ibu lebih besar pada ibu dengan kategori
Rendah 49 35 paritas rendah daripada ibu dengan
Menengah 61 43,6 kategori paritas tinggi. Hasil
Tinggi 30 21,4 pengujian keterkaitan antar variabel
Awal Pemberian
independent (jumlah anak dalam
ASI Eksklusif
keluarga) dengan variabel dependent
ASI Eksklusif 75 53,6
(status gizi balita usia 6-59 bulan)
melalui uji Chi-Square, diperoleh pendidikan ibu dengan status gizi
nilai p = 0,014. Hal ini menunjukkan balita usia 6-59 bulan di wilayah
nilai p < 0,05. Artinya H0 ditolak, kerja Puskesmas Poasia Kota
sehingga dapat disimpulkan bahwa Kendari.
ada hubungan antara jumlah anak Berdasarkan awal pemberian
dalam keluarga dengan status gizi ASI eksklusif, dilakukan
balita usia 6-59 bulan di wilayah penggabungan sel antara kriteria
kerja Puskesmas Poasia Kota tidak ASI dan ASI tidak eksklusif
Kendari. dengan menggunakan uji Chi
Berdasarkan tingkat Square. Pada karakteristik tersebut,
pendidikan ibu, terlihat dari 14 balita terlihat dari 14 balita yang berstatus
dengan status gizi buruk, 5 balita gizi buruk, 4 balita diantaranya
diantaranya berasal dari ibu dengan merupakan balita yang diberikan ASI
kategori tingkat pendidikan rendah, 4 eksklusif dan 10 balita yang ASI
balita berasal dari ibu dengan tidak eksklusif. Sejumlah 24 balita
kategori tingkat pendidikan yang berstatus gizi kurang, 6 balita
menengah, dan 5 balita berasal dari diantaranya merupakan balita yang
ibu dengan kategori tingkat diberikan ASI eksklusif dan 18 balita
pendidikan tinggi. Sejumlah 24 yang ASI tidak eksklusif. Dari 102
balita yang berstatus gizi kurang, 6 balita yang berstatus gizi baik, 65
balita diantaranya berasal dari ibu balita diantaranya merupakan balita
dengan tingkat pendidikan rendah, 8 yang diberikan ASI eksklusif, 36
balita berasal dari ibu dengan tingkat balita yang ASI tidak eksklusif, dan
pendidikan menengah, dan 10 balita 1 balita yang tidak ASI sama sekali.
berasal dari ibu dengan tingkat Hasil pengujian keterkaitan antar
pendidikan tinggi. Dari 102 balita variabel independent (pemberian ASI
yang berstatus gizi baik, 38 balita eksklusif) dengan variabel
diantaranya berasal dari ibu dengan dependent (status gizi balita usia 6-
tingkat pendidikan rendah, 49 balita 59 bulan) melalui uji Chi-Square,
berasal dari ibu dengan tingkat diperoleh nilai p = 0,000. Hal ini
pendidikan menengah, dan 15 balita menunjukkan nilai p < 0,05. Artinya
berasal dari ibu dengan tingkat H0 ditolak, sehingga dapat
pendidikan tinggi. Hasil pengujian disimpulkan bahwa ada hubungan
keterkaitan antar variabel antara awal pemberian ASI eksklusif
independent (tingkat pendidikan ibu) dengan status gizi balita usia 6-59
dengan variabel dependent (status bulan di wilayah kerja Puskesmas
gizi balita usia 6-59 bulan) melalui Poasia Kota Kendari.
uji Chi-Square, diperoleh nilai p = Berdasarkan pemberian
0,030. Hal ini menunjukkan nilai p < makanan pendamping ASI, terlihat
0,05, sehingga dapat disimpulkan dari 14 balita yang berstatus gizi
bahwa ada hubungan antara tingkat buruk, 1 balita diantaranya
merupakan balita yang diberikan antara pemberian makanan
makanan pendamping ASI dimulai pendamping ASI dengan status gizi
pada usia 6 bulan (sesuai kriteria) balita usia 6-59 bulan di wilayah
dan 13 balita yang diberikan kerja Puskesmas Poasia Kota
makanan pendamping ASI dimulai Kendari.
pada usia kurang dari 6 bulan atau Berdasarkan status gizi
lebih dari 6 bulan (tidak sesuai menurut BB/U, dikemukakan bahwa
kriteria). Dari 24 balita yang dari jumlah keseluruhan 10 balita
berstatus gizi kurang, 3 balita berstatus gizi buruk, 3 balita berusia
diantaranya merupakan balita yang kisaran 6-12 bulan, 5 balita berusia
diberikan makanan pendamping ASI kisaran >12 24 bulan, dan 2 balita
dimulai pada usia 6 bulan (sesuai berusia kisaran >24 59 bulan. Dari
kriteria) dan 21 balita yang diberikan 23 balita berstatus gizi kurang, 7
makanan pendamping ASI dimulai balita berusia kisaran 6-12 bulan, 10
pada usia kurang dari 6 bulan atau balita berusia kisaran >12 24
lebih dari 6 bulan (tidak sesuai bulan, dan 6 balita berusia kisaran
kriteria). Sejumlah 102 balita yang >24 bulan 59 bulan. Dari 107
berstatus gizi baik, 40 balita balita berstatus gizi baik, 30 balita
diantaranya merupakan balita yang berusia kisaran 6-12 bulan, 35 balita
diberikan makanan pendamping ASI berusia kisaran >12 24 bulan, dan
dimulai pada usia 6 bulan (sesuai 42 balita berusia kisaran >24 59
kriteria) dan 62 balita yang diberikan bulan. Hal tersebut menunjukkan
makanan pendamping ASI dimulai bahwa proporsi balita yang berstatus
pada usia kurang dari 6 bulan atau gizi buruk dan gizi kurang lebih
lebih dari 6 bulan (tidak sesuai besar pada balita berusia >12 24
kriteria). Hasil pengujian keterkaitan bulan daripada balita berusia 6-12
antar variabel independent bulan dan >24 59 bulan.
(pemberian makanan pendamping
ASI) dengan variabel dependent
(status gizi balita usia 6-59 bulan)
melalui uji Chi-Square, diperoleh
nilai p = 0,005. Hal ini menunjukkan
nilai p < 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan

Tabel 2. Hubungan antara status gizi balita usia 6-59 bulan dengan jumlah anak dalam keluarga,
tingkat pendidikan ibu, awal pemberian ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI,
dan status gizi berdasarkan berat badan menurut usia.
Status Gizi
Total p
Karakteristik Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik
n % n % n % n %
Jumlah Anak dalam
Keluarga
0,014
Paritas Rendah 9 6,43 20 14,29 52 37,14 81 57,86
Paritas Tinggi 5 3,57 4 2,86 50 35,71 59 42,14
Tingkat Pendidikan Ibu
Rendah 5 3,57 6 4,29 38 27,14 49 35
Menengah 4 2,86 8 5,72 49 35 61 43,57 0,030
Tinggi 5 3,57 10 7,14 15 10,71 30 21,43
Pemberian ASI
Eksklusif
ASI Eksklusif 4 2,86 6 4,29 65 46,43 75 53,57
0,000
ASI Tidak Eksklusif 10 7,14 18 12,86 37 26,42 65 46,43
Pemberian Makanan
Pendamping ASI
Sesuai 1 0,71 3 2,15 40 28,57 44 31,43
0,005
Tidak Sesuai 13 9,29 21 15 62 44,28 96 68,57
Status Gizi
Berdasarkan BB/U
6 12 bulan 3 2,15 7 5 30 21,44 40 28,58
>12 24 bulan 5 3,57 10 7,14 35 25 50 35,71
>24 59 bulan 2 1,42 6 4,28 42 30 50 35,71

Sumber: Data Primer, September 2015 gizi balita usia 6-59 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Poasia Kota Kendari. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
PEMBAHASAN oleh Ningsih (2013) yang menyatakan
bahwa jumlah anggota rumah tangga akan
Jumlah anak dalam keluarga adalah
berpengaruh pada distribusi makanan dalam
banyaknya anak yang dilahirkan hidup oleh
rumah tangga, terutama pada rumah tangga
ibu tanpa memperhatikan siapa ayah mereka
keluarga miskin, dengan hasil uji statistik p
yang tinggal bersama dalam satu rumah.
< 0,05.
Semakin besar jumlah anggota keluarga,
maka perhatian orang tua kepada anaknya Suharjo dalam Suranadi dan
semakin berbagi sehingga akan Chandradewi (2008) menyatakan jumlah
mempengaruhi waktu yang dimiliki untuk anggota keluarga yang semakin besar tanpa
mengasuh anak semakin sedikit (Suranadi & diimbangi dengan meningkatnya pendapatan
Chandradewi, 2008). akan menyebabkan pendistribusian
konsumsi pangan akan semakin tidak
Hasil penelitian ini menunjukkan
merata. Pangan yang tersedia untuk satu
bahwa nilai p (0,014), di mana nilai p < 0,05
keluarga mungkin hanya cukup untuk
yang artinya H0 ditolak sehingga dapat
keluarga yang besarnya setengah dari
disimpulkan bahwa ada hubungan antara
keluarga tersebut.
jumlah anak dalam keluarga dengan status
Kasus gizi buruk dan gizi kurang tradisi yang berhubungan dengan makanan
lebih banyak ditemukan pada keluarga besar sehingga sulit untuk menerima pembaharuan
dibandingkan keluarga kecil. Jumlah anak di bidang gizi. Tingkat pendidikan formal
yang kelaparan dari keluarga besar hampir ibu akan mempengaruhi sikap dan tindakan
empat kali lebih banyak dibandingkan ibu dalam pemeliharaan anak. Ibu dengan
jumlah dari jumlah anak yang keluarga kecil pendidikan rendah biasanya berpengalaman
sehingga anak-anak yang dihasilkan dari sedikit dan tidak tahu menahu tentang
keluarga demikian lebih banyak yang kurus, pemeliharaan anak yang baik, termasuk juga
punya daya pikir yang lemah, kurang darah, pemberian ASI eksklusif dan makanan
dan terserang penyakit. Diharapkan dengan pendamping ASI.
bentuk keluarga kecil, selain kesejahteraan
lebih terjamin, maka kebutuhan akan pangan Hasil penelitian ini menunjukkan
juga akan lebih baik terpenuhi daripada bahwa nilai p (0,000), di mana nilai p < 0,05
keluarga besar. yang artinya H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara
Tingkat pendidikan ibu adalah jenjang pemberian ASI eksklusif dengan status gizi
pendidikan formal yang pernah diikuti oleh balita usia 6-59 bulan di wilayah kerja
ibu balita 6-59 bulan dibuktikan oleh ijazah Puskesmas Poasia Kota Kendari. Penelitian
yang sah. Hasil penelitian ini menunjukkan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
bahwa nilai p (0,030), di mana nilai p < 0,05 oleh Syatriani di Kelurahan Bira Kota
yang artinya H0 ditolak sehingga dapat Makassar tahun 2010 menyatakan bahwa
disimpulkan bahwa ada hubungan antara ada hubungan bermakna antara pemberian
tingkat pendidikan ibu dengan status gizi ASI eksklusif dengan status gizi balita usia
balita usia 6-59 bulan di wilayah kerja 6-59 bulan dengan nilai p = 0,000 (p <
Puskesmas Poasia Kota Kendari. 0,05).

Penelitian ini sejalan dengan Balita yang tidak mendapatkan ASI


penelitian yang dilakukan oleh Ningsih eksklusif memiliki risiko lebih besar
(2013) yang menyatakan bahwa ada mengalami status gizi kurang atau buruk
hubungan bermakna antara tingkat dibandingkan dengan balita yang mendapat
pendidikan ibu dengan status gizi balita usia ASI eksklusif. ASI dari ibu yang dietnya
6-59 bulan dengan nilai p = 0,012 (p < cukup imbang dan bergizi akan memasok
0,05). Penelitian lain juga sejalan dengan nutrisi yang sangat diperlukan balita.
yang dilakukan oleh Jannah & Maesaroh Asupan gizi yang kurang dapat
(2008) dengan hasil penelitian menunjukkan menyebabkan anak mengalami gagal
bahwa ada hubungan bermakna antara pertubumbuhan. Berat badan yang kurang
tingkat pendidikan ibu dengan status gizi dibandingkan dengan berat badan yang
balita usia 6-59 bulan dengan hasil uji standar merupakan indikator pertama yang
statistik p = 0,001. dapat dilihat ketika seorang anak mengalami
kurang gizi dalam jangka panjang,
Masyarakat dengan pendidikan rendah kurangnya asupan gizi akan menghambat
akan lebih kuat mempertahankan tradisi-
pertumbuhan tinggi badan dan akhirnya pendidikan ibu, awal pemberian ASI
berdampak buruk bagi perkembangan Eksklusif, dan pemberian Makanan
mental seorang anak (Syatriani, 2011). Pendamping ASI dengan status gizi balita
usia 6-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Poasia.
yang dilakukan oleh Giri, dkk. (2013)
dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa SARAN
ada hubungan bermakna antara pemberian
1. Bagi instansi Puskesmas agar
ASI eksklusif dengan status gizi balita usia menerapkan pola pemberian MP-ASI
6-59 bulan dengan hasil uji statistik p = yang baik dan benar, perlu adanya
0,000 (p < 0,05). sosialisasi program ASI eksklusif
dengan melibatkan tokoh masyarakat
Hasil penelitian ini menunjukkan dan kader-kader posyandu di
bahwa nilai p (0,005), di mana nilai p < 0,05 masing-masing kelurahan.
yang artinya H0 ditolak sehingga dapat
2. Bagi ibu balita, diharapkan lebih
disimpulkan bahwa ada hubungan antara
memperhatikan umur pertama kali
pemberian makanan pendamping ASI pemberian makanan pendamping
dengan status gizi balita usia 6-59 bulan di ASI, yaitu tepat pada usia 6 bulan
wilayah kerja Puskesmas Poasia. Penelitian serta makanan yang diberikan baik
ini sejalan dengan penelitian Ningsih (2013) dari segi bentuk makanan maupun
yang menyatakan ada hubungan bermakna nilai gizi dan variasinya.
antara pemberian ASI eksklusif dengan 3. Bagi masyarakat sekitar agar selalu
status gizi balita usia 6-59 bulan. Penelitian rajin dalam memeriksakan kondisi
ini juga sejalan dengan penelitian kesehatan anak mereka di pusat-
Kusumaningsih di Desa Gogik Kecamatan pusat pelayanan kesehatan serta
Ungaran Barat bahwa ada hubungan antara mengikuti penyuluhan-penyuluhan
pemberian makanan pendamping ASI terkait program peningkatan kualitas
kesehatan berupa kesehatan ibu dan
dengan status gizi balita usia 6-59 bulan.
anak, kesehatan lingkungan serta
Untuk meningkatkan status gizi pada pendidikan gizi.
balita, diperlukan adanya pemberian ASI
eksklusif sampai berumur 6 bulan dan 4. Bagi peneliti lain agar menjadi
selebihnya memberikan makanan masukan dan dasar untuk penelitian
selanjutnya dengan variabel yang
pendamping pada balita. Balita usia 6-12
lain.
bulan harus diberikan makanan pendamping
karena zat gizi yang terkandung pada ASI
tidak memenuhi angka kecukupan gizi
DAFTAR PUSTAKA
balita. Jika tidak diberikan makanan American Academy of Pediatrics. 2012.
pendamping ASI, maka status gizinya Breastfeeding and the Use of Human
menurun (Syatriani, 2011). Milk. Artikel ilmiah http://pediatrics.
aappublications.org/content/129/3/e8
SIMPULAN 27.full.html. (Diakses tanggal 10
Terdapat hubungan yang bermakna April 2015).
antara jumlah anak dalam keluarga, tingkat
Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Bayi Umur 6-12 Bulan di Wilayah
Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Kerja Puskesmas Abeli Kecamatan
Jakarta: Balitbang Kemenkes RI. Abeli Kota Kendari. Kendari.
Gibney. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Supariasa., dkk. 2002. Penilaian Status Gizi.
Jakarta: EGC. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Giri, M Kurnia Widiastuti., dkk. 2013. Suranadi, Luh., Chandradewi. 2008. Studi
Hubungan Pemberian ASI Tentang Karakteristik Keluarga dan
Eksklusif dengan Status Gizi Pola Asuh Pada Balita Gizi Kurang
Balita Usia 6-24 Bulan di dan Gizi Buruk di Kabupaten
Kampung Kajanan, Buleleng. Lombok
Bali. Barat.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin
/jurnal.2208296303.pdf (Diakses
Jannah, Miftakhul., Maesaroh. 2014. tanggal 11 April 2015).
Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu
dengan Status Gizi Balita di Syatriani, Sri. 2011. Faktor yang
Posyandu Bangunsari Semin Berhubungan dengan Status Gizi
Gunung Kidul. Yogyakarta. Bayi di Kelurahan Bira Kota
Makassar Tahun 2010: 56-57.
Kusumaningsih, Tri Puspa. 2012. Hubungan http://jurnalmediagizipangan.files.wo
Antara Pemberian Makanan rdpress.com/2012/0310faktoryangber
Pendamping ASI dengan Status Gizi hubungandengan-status-gizi-bayi-di-
pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Desa kelurahan-bira-kota-makassar tahun
Gogik Kecamatan Ungaran Barat. 2010.pdf (Diakses tanggal 26
Purworejo. September 2015).
Ningsih, Estiani. 2013. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Status Gizi

Вам также может понравиться