Вы находитесь на странице: 1из 5

LEARNING OBJEKTIF

1. Bagaimana epidemiologi siniusitis ?


2. Buatlah resep sesuai penatalaksaan pada skenario ?
3. Buatlah P drugs pada obat di skanario ?
4. Kapan pasien sinusitis di follow up ?
5. Apa saja kontraindikasi dari obat sefalosforin ?
6. Apa saja indikasi, kontraindikasi, dan kategori obat ceftriaxone dan dan meropenen
pada sinusitis ?

<JAWABAN>
1. EPIDEMIOLOGI
Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek sehari-
hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di
seluruh dunia. Sinusitis menyerang 1 dari 7 orang dewasa di United States, dengan
lebih dari 30 juta individu yang didiagnosis tiap tahunnya. Individu dengan riwayat
alergi atau asma berisiko tinggi terjadinya rhinosinusitis.Prevalensi sinusitis tertinggi
pada usia dewasa 18-75 tahun dan kemudian anak-anak berusia 15 tahun. Pada anak-
anak berusia 5-10 tahun. Infeksi saluran pernafasan dihubungkan dengan sinusitis
akut. Sinusitis jarang pada anak-anak berusia kurang dari 1 tahun karena sinus belum
berkembang dengan baik sebelum usia tersebut.Sinusitis maksila paling sering terjadi
daripada sinusitis paranasal lainnya.
Berdasarkan data dari National Health Interview Survey 1995, sekitar 17,4 %
penduduk dewasa Amerika Serikat (AS) pernah mengidap sinusitis dalam jangka
waktu 12 bulan. Dari survei yang dilakukan, diperkirakan angka prevalensi
rinosinusitis kronik pada penduduk dewasa AS berkisar antara 13-16 %, dengan kata
lain, sekitar 30 juta penduduk dewasa AS mengidap rinosinusitis kronik.Dengan
demikian rinosinusitis kronik menjadi salah satu penyakit kronik yang paling populer
di AS melebihi penyakit asma, penyakit jantung, diabetes dan sefalgia. Kennedy
melaporkan pada tahun 1994 adanya peningkatan jumlah kunjungan pasien sinusitis
kronik sebanyak 8 juta menjadi total 24 juta pertahun antara tahun 1989 dan 1992.
Dari Kanada tahun 2003 diperoleh angka prevalensi rinosinusitis kronik sekitar 5 %
dengan rasio wanita berbanding pria yaitu 6 berbanding 4 (lebih tinggi pada kelompok
wanita). Berdasarkan penelitian divisi Rinologi Departemen THT-KL FKUI tahun
1996, dari 496 pasien rawat jalan ditemukan 50 % penderita sinusitis kronik. Dampak
yang diakibatkan rinosinusitis kronik meliputi berbagai aspek, antara lain aspek
kualitas hidup ( Quality of Life / QOL) dan aspek sosio ekonomi.

Sumber :
Fokkens W, Lund V, Mullol J, et al. European position paper on rhinosinusitis
and nasal polyps. Rhinology, 2007; 45(suppl 20): 1-139.
Busquets JM, Hwang PH. Nonpolypoid rhinosinusitis: Classification,
diagnosis and treatment. In Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD, eds. Head &
Neck Surgery Otolaryngology. 4th ed. Vol 1. Philadelphia: Lippincott
2. P Drugs

Kelas Manfaat Efek Samping Kecocokan Harga (Cost)


Terapi (Efficacy) (Safety) (Suitability)
Amoxicilin Efektif terutama Reaksi alergi, Cocok Terjangkau
terhadap mikroba syok
gram negatif dan anafilaksis,
tahan asam. ruam kulit,
Kerjanya mual, muntah,
menghambat diare
pembentukan
mukopeptida
yang diperlukan
untuk sintesis
dinding sel
mikroba
Sefalosferi Untuk mengatasi Reaksi alergi, Cocok Terjangkau
n berbagai infeksi urtikaria,
yang melibatkan spasme
bakteri gram bronkus,
negatif dan nekrosis
anaerob. ginjal, diare,
Kerjanya reaksi
menghambat anafilaksis,
sintesis dinding mual, muntah
sel mikroba.

Sumber : FKUI. 2012. Farmakologi dan Terapi. Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia; jakarta
3. Resep
dr. Irsan
SIP. XXXX
Jl. Lagarutu

Palu, 10 Desember 2016

R/ Tab Amoxisilin 500 mg No. XV


S. 8.H. Tab 1 pc

Pro : xxxx
Jln. Juanda

Sumber : Syamsuni. 2006. Ilmu Resep.EGC : Jakarta

4. Rencana Tindak Lanjut


a. Pasien dengan RSA viral (common cold) dievaluasi kembali setelah 10 hari
pengobatan. Bila tidak membaik, maka diagnosis menjadi RSA pasca viral dan
dokter menambahkan kortikosteroid (KS) intranasal ke dalam rejimen terapi.
b. Pasien dengan RSA pasca viral dievaluasi kembali setelah 14 hari pengobatan.
Bila tidak ada perbaikan, dapat dipertimbangkan rujukan ke spesialis THT.
c. 3. Pasien dengan RSA bakterial dievaluasi kembali 48 jam setelah pemberian
antibiotik dan KS intranasal. Bila tidak ada perbaikan, dapat dipertimbangkan
rujukan ke spesialis THT.

5. Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap sefalosporin.


Sumber : BPOM RI. 2016. Pusat Inormasi Obat Nasional.

6. Ceftriaxon
Indikasi
Lebih efektif membunuh bakteri gram negatif dan kurang efektif untuk
gram positif.
Kontraindikasi
hipersensitivitas terhadap sefalosporin.
Kategori
Golongan B
Meropenem
Indikasi
Meropenem diindikasikan untuk pengobatan dewasa dan anak-anak,
yang disebabkan oleh infeksi bakteri tunggal atau majemuk yang
sensitifterhadap Meropenem.
Pneumonias dan Pneumonias nosokomial lnfeksi saluran kemih
lnfeksi perut bagian dalam lnfeksi kelamin, seperti endometritis lnfeksi
kulit dan jaringan kulit Meningitis
Septikaemia
Pengobatan empirik, untuk gejala infeksi pada penderita dewasa dengan
neutropenia febril, digunakan sebagai monoterapi atau kombinasi
dengan sediaan anti-virus atau anti-fungi.
Meropenem telah diuji efektifitasnya tunggal atau kombinasi dengan
bahan antimikroba lain untuk pengobatan infeksi polimikrobial.
Belum dicoba pada penderita paediatrik dengan neutropenia atau
kekurangan kekebalan primer atau sekunder.
Kontraindikasi

Penderita hipersensitif pada Meropenemdan antibiotik beta laktam


Kategori
kategori B, Keamanan meropenem pada kehamilan belum diketahui,
meropenem diberikan pada ibu hamil hanya jika keuntungan terapetik lebih
besar dibandingkan kemungkinan risiko yang terjadi. Penggunaannya harus di
bawah supervisi langsung oleh dokter.
Sumber : Katzung G, B. Dkk. 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 12.
EGC ; Jakarta
Blok 20 Paper Tutorial GGP

LEARNING OBJECTIVES
Young Mother

MOHAMMAD IRSAN
N 101 13 054
KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

DESEMBER 2016

Вам также может понравиться