Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Chairul Tanjung (lahir di Jakarta, 16 Juni 1962), atau akrab dipanggil Si


Anak Singkong adalah seorang pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di
bidang Perbangkan, Properti, Media, Asuransi dll. Beliau adalah pemilik dari
(CEO) Utama CT Corp.
Dalam menjalani kehidupannya beliau banyak sekali mengalami
kegagalan, Ayahnya, A.G. Tanjung adalah seorang wartawan surat kabar,
percetakan, koran, transportasi dll. Pada saat Orde Baru terbentuk, sang ayah
terpaksa harus menutup perusahaan pers nya karena tulisannya banyak
berseberangan idealismenya yang bertentangan dengan pemerintah yang berkuasa
saat itu. Hal ini membuat orang tuanya terpaksa menjual rumah dan pindah ke
sebuah kamar losmen yang sempit. Dan dari beberapa usaha saat iya kuliah, mulai
dari usaha fotocopy, merambah ke bisnis alat-alat kesehatan sebagai salah satu
kebutuhan pokok mahasiswa kedokteran gigi. Lalu masuk mencoba bisnis di luar
kampus meski diakhiri cerita kebangkutan dengan ditutup tokonya.
Pemikiran Chairul menyatakan bahwa dalam membangun bisnis,
mengembangkan jaringan (network) adalah penting. Memiliki rekanan (partner)
dengan baik diperlukan. Membangun relasi pun bukan hanya kepada perusahaan
yang sudah ternama, tetapi juga pada yang belum terkenal sekalipun. Bagi
Chairul, pertemanan yang baik akan membantu proses berkembang bisnis yang
dikerjakan. Ketika bisnis pada kondisi tidak bagus (sepi pelanggan) maka jejaring
bisa diandalkan. Bagi Chairul, bahkan berteman dengan petugas pengantar surat
pun adalah penting.

2.1. Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara CHAIRUL TANJUNG menjadi pengusaha sukses di
Indonesia?

BAB II
PROFIL DAN BIOGRAFI

1
2.1. Kisah Inspiratif Chairul Tanjung
Chairul Tanjung. Nama ini mungkin sudah tidak asing lagi di telinga anda.
Ya, beliau adalah salah satu pengusaha sukses kebanggaan Indonesia. Lahir di
Jakarta pada tanggal 16 Juni 1962, dan memiliki latar belakang pendidikan sbb:
1. SD Van Lith, Jakarta (1975)
2. SMP Van Lith, Jakarta (1978)
3. SMA Negeri I Boedi oetomo, Jakarta (1981)
4. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia (1987)
5. Executive IPPM (MBA; 1993).
. Saya ingin berbagi tentang perjalanan "Si Anak Singkong" ini membangun
kerajaan bisnisnya, dari nol, bukan warisan atau mengembangkan bisnis keluarga,
tapi benar-benar dari nol. Sebenarnya, Chairul Tanjung lahir di keluarga yang
cukup berada. Ayahnya, A.G. Tanjung adalah seorang wartawan surat kabar,
percetakan, koran, transportasi dll. Pada saat Orde Baru terbentuk, sang ayah
terpaksa harus menutup perusahaan pers nya karena tulisannya banyak
berseberangan idealismenya yang bertentangan dengan pemerintah yang berkuasa
saat itu ( Soeharto). Hal ini membuat orang tuanya terpaksa menjual rumah dan
pindah ke sebuah kamar losmen yang sempit. Kedua orang tua beliau sangat tegas
dalam mendidik anak, menurut mereka, untuk keluar dari jurang kemiskinan,
pendidikan adalah langkah yang harus ditempuh.

2.2. Ringkasan Kisah Chairul Tanjung, (Si Anak Singkong, 2014)


Chairul Tanjung kecil melalui hari-hari penuh keceriaan sebagai anak
pinggiran kota Metropolitan. Bermain bersama teman-teman dengan membuat
pisau dari paku yang digilaskan di roda rel dekat rumahnya di Kemayoran, adalah
kegiatan seru yang menyenangkan. Juga bersepeda beramai-ramai di akhir pekan
ke kawasan Ancol, sambil jajan penganan murah, buah lontar.
Kelas 1 hingga kelas 2 SD sekolah diantar jemput oleh Kak Ana, seorang
sanak keluarga dari Sibolga, dengan naik oplet. Selanjutnya kelas 3 SD sudah bisa
pulang-pergi sekolah sendiri.
Saat usia SMP, Bapaknya ( Abdul Gafar Tanjung ) yang saat itu telah
mempunyai percetakan, koran, transportasi dll gulung tikar dan dinyatakan pailit
oleh pemerintah karena idealismenya yang bertentangan dengan pemerintah yang
berkuasa saat itu ( Soeharto). Sang ayah adalah Ketua Partai Nasional Indonesia

2
(PNI) Ranting Sawah Besar. Semua koran Bapaknya dibredel. Semua aset dijual
hingga tak memiliki rumah satu pun.
Mungkin demi gengsi, di awal-awal, Bapaknya menyewa sebuah losmen di
kawasan Kramat Raya, Jakarta untuk tinggal mereka sekeluarga. Hanya satu
kamar, dengan kamar mandi di luar yang kemudian dihuni 8 orang. Kedua orang
tua Chairul, dan 6 orang anaknya, termasuk Chairul sendiri.
Tidak kuat terus-menerus membayar sewa losmen, mereka kemudian
memutuskan pindah ke daerah Gang Abu, Batutulis. Salah satu kantong
kemiskinan di Jakarta waktu itu. Rumah tersebut adalah rumah nenek Chairul,
dari ibundanya, Halimah. Ibunya adalah sosok yang jarang sekali mengeluhkan
kondisi, sesulit apapun keadaan keluarga. Namun saat itu, Chairul melihat raut
wajah ibunya sendu, tidak ceria dan tampak lelah. Setelah ditanya, lebih tepatnya
didesak Chairul, Ibunya baru berucap Kamu punya sedikit uang, Rul? Uang ibu
sudah habis dan untuk belanja nanti pagi sudah tidak ada lagi. Sama sekali tidak
ada. (Tidak diceritakan lebih jelas akhirnya mendapat solusi dari mana, namun
kita bisa tahu bahwa di usia SMP, Chairul sudah menyadari bagaimana kesulitan
orang tuanya, bahkan untuk makan sehari-hari. Dan Ibunya adalah sosok yang
sangat tabah menjalani kerasnya kehidupan).
Menunggu Bapak Pulang demi Zakat Fitrah Suatu hari malam takbiran saat
saya masih kelas dua SMP. Was-was menunggu bapak yang belum juga pulang.
Saya sendirian menunggu beliau di ujung gang seraya berdoa semoga beliau kali
ini membawa uang untuk zakat fitrah kami sekeluarga.
Nanar melihat euforia malam takbiran. Teman-teman sebaya sudah
bergembira, beberapa di antaranya bahkan menyewa becak keliling kota.
Beberapa kali air mata ini sempat menetes, sangat sesak rasanya. Ada tetangga
yang memperhatikan dan sempat akan memberi zakat, saya tolak. Ya Allah, kami
masih kuat berdiri. Meski tidak punya uang, kami masih mampu mencari, saya
pikir.
Alhamdulillah, menit-menit terakhir menjelang shalat Id, bapak akhirnya
pulang dan memberi sejumlah uang untuk membayar zakat kami sekeluarga.
Pukul 03.30 pagi saya bangunkan pengurus masjid yang tengah lelap dalam

3
tidurnya dan menyerahkan uang itu. Setelah itu lega luar biasa. Langsung
bergegas ke masjid untuk shalat Id meski tanpa pakaian baru seperti teman-teman
lainnya. Allahu Akbar! Tuntas kewajiban kami, ya Allah! Tidak ikut Study Tour
ke Yogyakarta Kelas 3 SMP sebagaimana yang dilakukan di banyak sekolah,
diselenggarakan acara study tour yang pengumumannya 2 bulan sebelum
keberangkatan.
Pak A.G Tanjung (bapaknya Chairul) saat itu mengelola perusahaan transportasi
milik kawannya, sehingga otomatis Chairul mengetahui proses kerja penanganan
wisata. Maka ia pun dipercaya sebagai koordinator transportasi untuk acara study
tour sekolahnya ke Yogya tersebut. Namun sampai tiba waktunya, ibunya tidak
mempunyai cukup uang untuk membayar biaya study tour senilai Rp. 15.000,-
sehingga dengan alasan ada kepentingan keluarga, Chairul tidak ikut berangkat
dalam acara yang bahkan ia sendiri yang sibuk mengurus berbagai persiapan.
Ia mengerjakan tugasnya sebagai koordinator dengan seksama dan melepas
kepergian teman-temannya di halaman sekolah, dengan perasaan sakit yang
disembunyikan serapat mungkin. Menggadaikan Kain Halus Ibu sebagai Biaya
pendaftaran kuliah di perguruan tinggi negeri adalah satu-satunya pilihan untuk
bisa kuliah saat itu, karena belum banyak pilihan untuk melanjutkan di
Universitas swasta. Jika pun ada, biayanya sangat tinggi. Jadi jika tidak diterima
di negeri, alamat jalan untuk melanjutkan pendidikan tertutup sudah. Tidak
mungkin keluarganya dapat membayar biaya kuliah di perguruan tinggi swasta,
apalagi semua anak-anaknya masih dalam masa pendidikan.

Sebuah kebahagiaan yang tak terkira saat melihat nama Chairul Tanjung
termasuk di antara daftar siswa yang dinyatakan lulus UMPTN. Pulang dari
tempat pengumuman di Parkir Timur Senayan, Chairul mengabarkan pada orang
tuanya bahwa ia diterima di FKG. Sebuah kabar bahagia tentunya, disertai
pemberitahuan lain berupa biaya kuliah di FKG-UI. Total Rp. 75.000,- yang
rinciannya adalah Rp. 45.000 untuk biaya kuliah, dan 30.000 untuk biaya
administrasi, uang jaket dsb.

4
Ibunya meminta waktu beberapa hari untuk menyiapkannya. Dan sesuai
janji, beberapa hari kemudian Ibunya tersenyum sambil memberikan uang yang
yang diperlukan. Maka tahun 1981 Chairul Tanjung tercatat sebagai mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Minggu awal masuk kuliah, Chairul didaulat menjadi Ketua Angkatan
Mahasiswa FKG-UI, atau mendapat julukan Jendral Angkatan. Bisa jadi karena
postur tubuhnya yang tinggi besar, dan tentu karena pengalaman berorganisasi
dari SMP dan SMA yang telah dijalankannya.
Berinteraksi dengan para sahabat baru di kampus adalah hal baru yang
menyenangkan tentunya. Meski mengaku sering makan di kantin CM Cepek
Murah Warung Toyib dengan nasi setengah porsi, sayur, tempe/tahu, semua
terasa nikmat dan membuatnya bahagia.
Hingga suatu sore, ibunya, Ibu Halimah yang di kalangan tetangga dekat
biasa dipanggil Mpok Limah, asli Cilandak, Sukabumi, Jawa Barat, berkata
dengan terus terang kepadanya. Bahwa untuk ongkos kuliah ibunya harus
pontang-panting mendapatkan uang. Dengan air mata, ibunya menatap sang anak
sambil berucap Chairul, uang kuliah pertamamu yang ibu berikan beberapa hari
yang lalu ibu dapatkan dari menggadaikan kain halus ibu. Belajarlah dengan
serius, Nak.
Mendengar itu, bumi tempatnya berpijak seolah berhenti berotasi, ia lemas
seperti tanpa darah. Bisa dibayangkan, baru menikmati keceriaan bertemu teman-
teman baru, tiba-tiba mendengar berita menyedihkan itu. Chairul mengaku
terpukul, shock. Bukan untuk putus asa dan menyerah terhadap keadaan, namun
sebaliknya. Dari situlah ia bertekad untuk tidak meminta uang lagi kepada orang
tuanya. Ia harus bisa memenuhi semua keperluan kuliah dengan usahanya sendiri.
Lima Belas Ribu Pertama dalam Hidup Chairul, di FKG-UI banyak sekali
praktikum, dari membuat gigi palsu menggunakan wax (lilin), gipsum, dsb. Ada
buku praktikum sekitar 20 halaman yang harus diperbanyak (difotocopy) oleh
mahasiswa sebagai pedoman wajib. Di lingkungan Salemba Raya, bertebaran
tukang foto kopi dengan ongkos per lembar Rp. 25,- sehingga diperlukan total Rp.
500,- untuk mendapatkan buku tersebut.

5
Nah, Chairul mempunyai teman SMP yang orang tuanya memiliki usaha
percetakan di Jl. Bango V No. 5, Senen. Namanya Bravo Printing. Usaha
percetakan milik Pak Surya itu dijalankan oleh Pak Surya sendiri beserta anak-
anaknya Toni, Hardi Surya, Beni (teman Chairul).
Maka Chairul datang ke percetakan itu meminta tolong pada Hardi Surya
(kakak kelas Chairul di SMP juga ), dan disanggupi dikerjakan dengan harga Rp
150. Dikerjakan dulu, dibayar setelah selesai.
Maka, peluang usaha mulai dilihatnya. Esoknya, Chairul menawarkan jasa
cetak diktat dengan harga Rp.300, lebih hemat tentunya dibanding harga pasar
yang Rp. 500,-. Singkat cerita, ada 100 orang temannya yang mendaftar mencetak
di Chairul, dan otomatis ia mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 15.000,-
Sebuah keuntungan yang diperoleh dengan proses sangat mdah, dengan hanya
berbekal jaringan dan kepercayaan.
Uang keuntungan usaha yang baru pertama kali diterimanya sebesar 15.000
itu dirasakan Chairul sebagai momentum pembangkit kepercayaan diri
selanjutnya. Puluhan ribu berikutnya, ratusan ribu dan jutaan berikutnya bukan
perkara sulit jika semangat dan kepercayaan bisa terus dijaga. Sejak itu hidupnya
terasa lebih mudah.
Dari 15.000 itu kemudian ia terkenal ke seantero kampus sebagai pengganda
diktat yang murah. Awalnya ia mendapat tempat fotocopy murah di daerah Grogol
(Rp. 15,-/lembar dan karena memberi order banyak didiscount menjadi
Rp.12,5/lembar). Dosen dan teman-teman lintas jurusan kerap menitipkan
fotocopy padanya. Praktis nyaris tiap hari ia mondar-mandir Grogol-Salemba
dengan bajaj mengangkut diktat-diktat yang difotocopy dibantu beberapa orang
sahabatnya.
Berikutnya karena merasa lama-lama kerepotan mondar-mandir sementara
iapun harus mengikuti jam perkuliahan dan menjalankan berbagai praktikum, ia
mengajukan permohonan memanfaatkan ruang kosong di bawah tangga untuk
menempatkan mesin foto copy. Dan berkat hubungan baik dengan hampir semua
dosen, karyawan bahkan rektor UI, ijin itu mudah didapatkan.

6
Lalu Chairul meminta pemilik mesin fotocopy itu membuka counter di
bawah tangga di fakultasnya di Salemba. Ia mendapat marketing fee sebesar
Rp.2,5,-/lembar. Dan setiap sore, Chairul tinggal datang ke tempat fotocopyan
sambil meminta setoran layaknya bos. (Kita semua pasti akan turut tersenyum
terhibur membacanyabangga dan haru)
Demikianlah naluri bisnisnya kian terasah. Dari mulai usaha fotocopy,
merambah ke bisnis alat-alat kesehatan sebagai salah satu kebutuhan pokok
mahasiswa kedokteran gigi. Lalu masuk mencoba bisnis di luar kampus meski
diakhiri cerita kebangkutan dengan ditutup tokonya.
Namun bangkit lagi dengan usaha jual-beli mobil bekas, bengkel reparasi
mobil, kontraktor kecil-kecilan, dst dll. Tahun 1984, di masa kuliah tahun ke 4
(usia 22 tahun) Chairul telah berhasil membeli mobil Honda Civic warna coklat
keluaran tahun 1976 seharga 3,6 juta. Dan tahun 1986 berganti Honda Accord
keluaran tahun 1981. Perolehan itu menunjukkan bahwa ia telah berhasil
mewujudkan tekadnya untuk tidak meminta biaya kuliah pada orang tuanya,
sekaligus juga telah mulai menuai hasil usahanya dengan kerja keras dan kerja
cerdas tersebut. Sebuah prestasi yang membanggakan setiap orang tua tentunya.
Begitulah Chairul.sambil tekun menjalankan usahanya, ia juga paralel
dengan aktif di berbagai kegiatan organisasi kampus dan aktifitas sosial. Semua
dijalankan secara seimbang dan bersamaan.
Hingga di usia dewasa Chairul terus memperluas jalinan silaturahim ke
berbagai kalangan, berani mempelajari aneka bisnis baru dan mencari jalan untuk
menjalankan dengan sebaik-baiknya. Gabungan antara kerja keras, menjaga
kepercayaan, mengedepankan kejujuran dan etika bisnis, tak pernah berhenti
belajar dan disertai dengan doa terbaik tentunya.
Pak Chairul Tanjung, sesosok pengusaha besar nasionalis yang sangat
diperhitungkan di negeri ini, termasuk bagi Pak Dahlan Iskan yang saat itu sempat
mengirimkan sms menawarkan penjualan saham Garuda sebagaimana yang
sempat diceritakan oleh Pak Dis sendiri di Manufacturing Hope beberapa waktu
lalu. Beliau mungkin telah menggenggam berbagai cerita kesuksesan hari ini yang

7
adalah hasil jerih payah dan kerja kerasnya yang dimulai sangat dini.
Tempaan hidup berupa kemiskinan, seringkali menjadikan seseorang menjadi
tangguh, berkarakter dan berkepribadian.
Lalu, jika sebagian kita yang Alhamdulillah mungkin tak sampai harus
mengalami kelaparan sebagaimana Pak Chairul Tanjung, dan Pak Dahlan Iskan di
masa kecildapatkah kita mempunyai semangat juang yang sama dengan
mereka semua?. Sejauh mana usaha dan kerja keras kita hari ini?. Dapatkah kita
menggembleng anak-anak kita untuk menyadari bahwa tugas di pundak mereka
adalah menjadi manusia-manusia bermanfaat di hari depannya kelak?.
Pertanyaan-pertanyaan yang tak mudah menjawabnya. Pun adalah pekerjaan
yang tidak segampang mengatakannya. Yang pastiharus terus kita nyalakan api
semangatnya.agar setidaknya kita tahu apa yang harus kita lakukan hari ini,
esok dan lusa.
Pemikiran Chairul menyatakan bahwa dalam membangun bisnis,
mengembangkan jaringan (network) adalah penting. Memiliki rekanan (partner)
dengan baik diperlukan. Membangun relasi pun bukan hanya kepada perusahaan
yang sudah ternama, tetapi juga pada yang belum terkenal sekalipun. Bagi
Chairul, pertemanan yang baik akan membantu proses berkembang bisnis yang
dikerjakan. Ketika bisnis pada kondisi tidak bagus (sepi pelanggan) maka jejaring
bisa diandalkan. Bagi Chairul, bahkan berteman dengan petugas pengantar surat
pun adalah penting.
Dalam hal investasi, Chairul memiliki idealisme bahwa perusahaan lokal
pun bisa menjadi perusahaan yang bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan
multinasional. Ia tidak menutup diri untuk bekerja sama dengan perusahaan
multinasional dari luar negeri. Baginya, ini bukan upaya menjual negara. Akan
tetapi, ini merupakan upaya perusahaan nasional Indonesia bisa berdiri sendiri,
dan jadi tuan rumah di negeri sendiri.
Menurut Chairul, modal memang penting dalam membangun dan
mengembangkan bisnis. Baginya, kemauan dan kerja keras harus dimiliki
seseorang yang ingin sukses berbisnis. Namun mendapatkan mitra kerja yang
handal adalah segalanya. Baginya, membangun kepercayaan sama halnya dengan

8
membangun integritas. Di sinilah pentingnya berjejaring (networking) dalam
menjalankan bisnis.
Dalam bisnis, Chairul menyatakan bahwa generasi muda bisnis sudah
seharusnya sabar, dan mau menapaki tangga usaha satu persatu. Menurutnya,
membangun sebuah bisnis tidak seperti membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan
sebuah kesabaran, dan tak pernah menyerah. Jangan sampai banyak yang
mengambil jalan seketika (instant), karena dalam dunia usaha kesabaran adalah
salah satu kunci utama dalam mencuri hati pasar. Membangun integritas adalah
penting bagi Chairul. Adalah manusiawi ketika berusaha,seseorang ingin segera
mendapatkan hasilnya. Tidak semua hasil bisa diterima secara langsung.

kejarlah duniamu seolah


hidup seribu tahun lagi dan
kejarlah akhiratmu seakan
kita kan mati saat ini.

Gambar: 2.1. Chairul Tanjung.


Meskipun terlahir dari keluarga sederhana, Chairul Tanjung yang akrab
disapa CT ini tak pernah menyerah dengan keadaan yang ada dan berusaha
bangkit untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Semangat inilah yang
kemudian mengantarkan Chairul Tanjung menjadi seorang pengusaha sukses yang
berhasil membesarkan beberapa Perusahaan Grup seperti:

Mega Corpora

9
Perbankan

PT Bank Mega Tbk (Bank Mega)

PT Bank Syariah Mega Indonesia (Bank Mega Syariah)

Asuransi

PT Asuransi Jiwa Mega Life

PT Asuransi Umum Mega

Pasar modal

PT Mega Capital Indonesia

Pembiayaan

PT Para Multifinance

PT Mega Auto Finance

PT Mega Central Finance

Trans Corp

Trans Corpora Media

PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV)

PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh (Trans7)

PT Agranet Multicitra Siberkom (DetikCom)

PT Trans Lifestyle

PT Anta Express Tour & Travel Service Tbk

PT Trans Fashion

10
PT Trans Mahagaya

PT Mahagaya Perdana (Prada, Miu Miu,


Tods, Aigner, Brioni, Celio, Hugo Boss, Francesco Biasia, Jimmy Choo,
Canali, Mango)

PT Trans F&B

PT Trans Coffee (The Coffee Bean & Tea Leaf)

PT Trans Ice

PT Naryadelta Prarthana (Baskin Robbins)

PT Metropolitan Retailmart (Metro department store)

PT Trans Airways

PT Trans Rekan Media

PT Trans Entertainment

PT Trans Property

PT Para Bandung Propertindo (Bandung Supermal)

PT Batam Indah Investindo

PT Karya Data Mandiri

PT Mega Indah Propertindo

PT Para Bali Propertindo

PT Trans Studio

PT Trans Kalla Makassar (Trans Studio Resort


Makassar)

11
Trans Studio Resort Bandung

PT Trans Retail

PT Carrefour Indonesia

PT CT Global Resources

PT Para Inti Energy

PT Para Energy Investindo

PT CT Agro

PT Kaltim CT Agro

PT Kalbar CT Agro

PT Kalteng CT Agro

PT Arah Tumata

PT Wahana Kutai Kencana

Prestasi Para Group antara lain : di bisnis properti, Para Group memiliki
Bandung Supermall. Mal seluas 3 hektar ini menghabiskan dana 99 miliar rupiah.
Para Group meluncurkan Bandung Supermall sebagai Central Business District
pada 1999. Sementara di bidang investasi, Pada awal 2010, Para Group melalui
anak perusahaannya, Trans Corp., membeli sebagian besar saham Carefour, yakni
sejumlah 40 persen. Mengenai proses pembelian Carrefour, MOU (Memorandum
Of Understanding) pembelian saham Carrefour ditandatangani pada tanggal12
Maret 2010 di Perancis.
Majalah ekonomi ternama Forbes merilis daftar orang terkaya dunia edisi
tahun 2010. menurut majalah tersebut, Chairul Tanjung termasuk salah satu orang
terkaya dunia asal Indonesia. Forbes menyatakan bahwa Chairul Tanjung berada
di urutan ke 937 orang terkaya di dunia dengan total kekayaan US$ 1 miliar.
Tahun 2011, menurut Forbes Chairul Tanjung menduduki peringkat 11 orang

12
terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan US$ 2,1 miliar, dan menurut data
terbaru yang saya peroleh dari forbes pada tahun 2012 chairul menempati posisi
ke 8 orang terkaya di Indonesia dan peringkat ke 634 di dunia dengan kekayaan 2
milyar US$ atau senilai dengan 19,3 triliun rupiah
Pada tanggal 1 Desember 2011, Chairul Tanjung meresmikan perubahan
Para Grup menjadi CT Corp. CT Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding:
Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan
finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alam.
Semua kesuksesan yang iya genggam saat ini tentunya tidak iya raih secara
instan, lika-liku kegagalan dalam membangun sebuah usaha pastinya tak pernah
luput dari perjalanannya. Namun baginya, kegagalan adalah sahabat terbaik bagi
Chairul Tanjung. Karena dari sebuah kegagalan, Ia bisa belajar tentang banyak hal
baru.
Nah, bagi Anda yang ingin menapaki kesuksesan seperti halnya kisah Si
Anak Singkong. Berikut ini kami informasikan tiga kunci sukses Chairul
Tanjung Dalam membangun bisnis:
1. Kerja Keras.

Seorang calon pengusaha tidak boleh cengeng dan mudah menyerah,


tegas Chairul Tanjung. Melihat potensi kekayaan alam Indonesia yang melimpah
ruah, tentunya amat disayangkan bila kita tidak memanfaatkan kelebihan tersebut
dengan maksimal. Karenanya, wajib hukumnya bagi setiap pengusaha untuk tetap
menomorsatukan kerja keras dibandingkan memikirkan modal usaha. Kita
kebanyakan makan mie instan, sehingga segala sesuatunya juga mau instant.
Ujar Chairul Tanjung sembari bergurau, padahal kenyataannya beliau rela bekerja
hingga lebih dari 18 jam untuk mewujudkan semua mimpinya yang terkadang
dianggap orang lain berlebihan.

2. Kerja Cerdas

Selain kerja keras, seorang pengusaha juga dituntut untuk bisa kerja cerdas.
Sebab, ketika Anda terjun menjadi seorang entrepreneur, maka secara tidak
langsung Anda juga harus bisa membuat perencanaan yang baik, mengambil
keputusan dengan tepat, dan mengatasi semua kendala usaha dengan cerdas.

13
Contoh nyata bisa kita lihat dari keberhasilan Chairul Tanjung yang menciptakan
ide-ide segar dan mewujudkannya menjadi nyata. Seperti misalnya inovasi Trans
Studio buatannya yang belakangan ini disebut-sebut sebagai taman bermain di
dalam ruangan (indoor) terbesar di Indonesia. Saya membeli masa depan dengan
uang masa lalu. tutur Chairul Tanjung yang dituliskan dalam buku Si Anak
Singkong.

Untuk DUNIA kita sepenuh hati. Untuk


AKHIRAT separuh hati, bahkan kurang dari
separuh hati.

Gambar: 2.2. Kerja Cerdas

3. Kerja Iklas

Ketika Anda sudah bekerja keras dan bekerja cerdas, maka kunci sukses
yang terakhir adalah kerja ikhlas. Setelah semuanya Anda kerjakan dengan
optimal, maka selanjutnya serahkan segala keputusan kepada Yang Maha Kuasa.
Syukuri apa yang kita miliki, jangan pernah berburuk sangka terhadap kuasa-
Nya, maka Allah akan menambahkan segala nikmat-Nya kepada kita. pesan
Chairul Tanjung. Ia selalu berpesan kepada setiap pengusaha untuk terus
mensyukuri keberhasilan yang mereka dapatkan hari itu, dan terus ikhtiar dan
bertawakal untuk mencapai puncak kesuksesan yang diinginkan.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan Dan Saran
Chairu Tanjung adalah sosok yg patut kita teladani. Pemikiran yang
sederhana. lugas, dan jujur membuatnya jadi bos yang sangat disegani oleh anak
buah dan orang-orang disekitarnya. Beliau percaya bahwa setiap langkah sukses
selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha tidak semulus

14
yang dikira. beliau dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang bukan yang
nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan menangkap
peluang. Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak
harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan
dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir
untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. Yang paling
penting tindakan.
Tiga kunci sukses Chairul Tanjung Dalam membangun bisnis:
1. Kerja Keras
2. Kerja Cerdas
3. Kerja Iklas

15

Вам также может понравиться