Вы находитесь на странице: 1из 35

RESPONSI

TUBERKULOSIS PARU DAN SEPSIS

Disusun Oleh
Isma Resti Pratiwi
I11111029

Pembimbing:
Letkol (CKM) dr. I Wayan Agus P., Sp. P

KEPANITERAAN KLINIK PULMONOLOGI


RUMAH SAKIT TK. II 03.05.01 DUSTIRA CIMAHI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui Responsi dengan judul:


Tuberkulosis Paru dan Sepsis

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Pulmonologi
Rumah Sakit Tk. II 03.05.01 Dustira Cimahi

Cimahi, Januari 2017


Pembimbing Responsi, Disusun oleh

Letkol (CKM) dr. I Wayan Agus P., Sp. P Isma Resti Pratiwi
I11111029
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas nikmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Responsi Kepaniteraan Klinik
Pulmonologi yang berjudul Tuberkulosis Paru dan Sepsis.
Responsi ini disusun penulis sebagai salah satu tugas dalam menempuh
Kepaniteraan Klinik Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Pontianak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Letkol (CKM) dr. I Wayan Agus P., Sp. P selaku pembimbing dalam menjalankan
Kepaniteraan Klinik Pulmonologi di Rumah Sakit Tk. II Dustira Cimahi
2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
dalam penyelesaian responsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan responsi ini masih terdapat banyak kekurangan
dan kekeliruan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan responsi ini kemudian hari. Semoga responsi ini dapat menjadi
bahan informasi bagi berbagai pihak.

Cimahi, Januari 2017

Penulis
BAB I
PENYAJIAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 74 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMA
Status Menikah : Menikah
Masuk RS : 08 Januari 2017

RIWAYAT PENYAKIT
1 Keluhan Utama
Sesak Napas

2 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RS Dustira dengan keluhan sesak yang dirasakan sekitar 3
bulan SMRS. Sesak memberat dalam enam jam terakhir. Sesak muncul tidak
dipengaruhi aktivitas. Keluhan sesak disertai oleh batuk yang dirasakan hilang timbul
dalam 3 bulan terakhir. Batuk berdahak berwarna putih kekuningan. Keluhan lainnya
berupa demam yang hilang timbul, dan saat ini sedang dialami pasien dalam 3 jam
terakhir. Keluhan keringat malam (+), nafsu makan dirasakan menurun dalam sebulan
terakhir, berat badan dirasakan juga turun namun pasien tidak mengetahui pasti
jumlahnya.
Pasien merupakan bekas perokok aktif, berhenti sekitar 5 minggu SMRS. Pasien
biasanya merokok 2 bungkus per hari sebelum berhenti. Pasien tidak pernah mengalami
keluhan ini sebelumnya. Pasien tidak pernah menjalani pengobatan paru-paru
sebelumnya, dan di keluarga pasien tidak ada keluhan batuk yang lama / menjalani
pengobatan TB. Keluhan seperti terbangun saat tidur akibat sesak atau kaki bengkak
disangkal, pasien tidur menggunakan 1 bantal. BAK dan BAB tidak ada keluhan.
3 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit lain seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) disangkal, riwayat
diabetes mellitus disangkal. Riwayat asma disangkal. Riwayat alergi disangkal.

4 Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa pada keluarga disangkal. Riwayat diabetes, hipertensi
dan penyakt jantung di keluarga disangkal.

5 Riwayat Kebiasaan
Pasien dulunya merupakan seorang perokok berat, dengan kebiasaan
menghabiskan kurang lebih 2 bungkus rokok per hari, namun menurut pasien ia
telah berhenti 5 minggu yang lalu. Pasien tinggal di pemukiman yang padat, dan
menurut pasien, rumahnya cukup terkena sinar matahari. Meskipun begitu, ia
kadang kala tidak membuka jendela rumahnya sehingga sirkulasi udara di
rumahnya kurang baik.

1 PEMERIKSAAN FISIK
1 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2 Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
3 Tanda Vital
1 Tekanan Darah : 100/60 mmHg
2 Frekuensi Nadi : 112 x /menit, regular isi cukup, kuat angkat
3 Frekuensi Nafas : 32 x /menit, regular
4 Suhu : 38,3oC per aksila

Status Generalis

1 Kulit : warna sawo matang, sianosis (-), pucat (-), spider nevi (-),
lembab (+), kering (-), ruam (-), bekas luka (-), tattoo (-)
2 Kepala : normocephali, simetris, nyeri tekan (-)
3 Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3 mm),
refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+)
4 Hidung : deviasi septum nasi (-), pernapasan cuping hidung (-)
5 Telinga: sekret (-), nyeri tekan tragus (-), gangguan pendengaran (-)
6 Mulut : bibir sianosis (-), pursed lips breathing (-)
7 Leher : deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-).
8 Thoraks
1 Paru
1 Inspeksi : Statis dan dinamis simetris kanan dan kiri , barrel chest
(-), retraksi dinding dada (-), pelebaran sela iga (-)
2 Palpasi : fremitus taktil normal, NT (-)
3 Perkusi : sonor di kedua lapang paru.
4 Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (+/+),
wheezing (-/+)
2 Jantung
1. Inspeksi: Ictus cordis tidak tampak
2. Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC 5 linea midclavicula sinistra
3. Perkusi : Batas kanan jantung : SIC 3 linea parasternal dextra
Batas pinggang jantung : SIC 3 linea parasternal sinistra
Batas kiri jantung : SIC 5 linea midclavikula sinistra
4. Auskultasi : Bunyi jantung S1-S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
9 Abdomen
1. Inspeksi : Datar
2. Auskultasi :Bising usus (+) normal
3. Palpasi :Supel, nyeri tekan (-), defans muskular (-), shifting dullness (-)
4. Perkusi : Timpani
10 Ekstremitas : akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2 detik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1 Laboratorium (tanggal 8 Januari 2017)
Hematologi
Jenis Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hemoglobin 13,2 gr/dl 13,0 18,0
Eritrosit 4,5 106/l 4,0 5,5
Leukosit 23,3 103/l 4,0 10,0
Hematokrit 39,1 % 38,0 51,0
Trombosit 442 103/l 150 450

MCV, MCH, MCHC


Jenis Hasil Satuan Nilai Rujukan
MCV 86,1 Fl 75,0 100,0
MCH 29,1 Pg 25,0 32,0
MCHC 33,8 g/dl 32,0 36,0
RDW 14,2 % 10,0 16,0

Hitung Jenis
Jenis Hasil Satuan Nilai Rujukan
Basofil 0,3 % 0,0 1,0
Eosinofil 0,1 % 1,0 4,0
Segmen 88,6 % 50,0 80,0
Limfosit 5,7 % 25,0 50,0
Monosit 5,4 % 4,0 8,0
2 Rontgen Thorax

Sebagian batas jantung kiri suram


Aorta elongasi dan kalsifikasi. Trakea di tengah. Hilus suram.
Paru : Infiltrat di paru kiri dan di parakardial kanan.
Lengkung diafragma reguler, sinus costofrenikus lancip
Tulang-tulang dinding dada yang tervisualisasi baik.

Kesimpulan:
Pneumonia, DD/ Tb paru aktif

2 RESUME
Pasien datang ke IGD RS Dustira dengan keluhan sesak sejak 3 bulan SMRS,
memberat sejak 6 SMRS. Keluhan disertai batuk berdahak putih kekuningan yang hilang
timbul dalam 3 bulan terakhir. Pasien juga mengaku mengalami demam, penurunan
berat badan, nafsu makan menurun, dan keringat malam. Pasien menyangkal adanya
mual muntah, BAB dan BAK juga tidak ada keluhan. Pasien memiliki riwayat merokok
sebanyak 2 bungkus/hari selama 15 tahun, baru berhenti sejak 5 minggu SMRS.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan rhonki (-/+). Pemeriksaan laboratorium
darah ditemukan leukositosis dengan jumlah leukosit 24.300 dengan peningkatan sel
segmen (88,6%) dan penurunan limfosit (5,7%). Pemeriksaan rontgen thorax didapatkan
bronkopneumonia DD/ TB Paru aktif.

3 DIAGNOSIS
Dyspneu et causa sepsis et causa tuberculosis paru dd community acquired
pneumonia, bronkopneumonia, penyakit paru obstruktif kronik, gagal jantung
kongestif.

4 USULAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dahak S-P-S
Pemeriksaan LED
Pemeriksaan Analisa Gas Darah

5 Tatalaksana
1 IVFD RL 20 tpm makro.
2 Ceftizoxime 1 grr / 12 jam IV.
3 Levofloxacine 500 mg / 24 jam
4 Ranitidine 50 mg / 12 jam IV.
5 OAT fixed dose combination (FDC; rifampicin 150 mg, isoniazid 75 mg,
pyrazinamid 400 mg, dan ethambutol 275 mg) 1x3 tab PO.
6 Hepa Q 1x2 tab PO.
7 Vectrin 3 x 1 cth PO

6 PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit yang menyerang jaringan paru
disebabkan infeksi basil Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis).1
2.2 Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan dunia yang penting
khususnya di negara berkembang. Pada bulan Maret tahun 1993 World Health
Organization (WHO) telah mendeklarasikan tuberkulosis sebagai Global Health
Emergency. Berdasarkan laporan Penanggulangan TB Global yang dikeluarkan
oleh WHO pada tahun 2007, angka insidensi TB pada tahun 2007 mencapai
555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan
merupakan kasus baru. Asia termasuk kawasan dengan penyebaran tuberkulosis
(TB) tertinggi di dunia sebesar 33%. Setiap 30 detik, ada satu pasien di Asia
meninggal dunia akibat penyakit ini.2,3,4
Indonesia adalah negara dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia
setelah Cina dan India Perkiraan kejadian BTA positif di Indonesia adalah
266.000 kasus tahun 1998. TB menempati peringkat nomor 3 sebagai penyebab
kematian teringgi di Indonesia setelah penyakit jantung dan penyakit pernafasan
akut pada seluruh kalangan usia.2

2.3 Etiologi
Mikobakterium tipe humanus dan tipe bovinus adalah mikobakterium yang
paling banyak menyebabkan penyakit tuberkulosis. Kuman ini berbentuk batang,
bersifat aerob, dinding sel mengandung; lipid, fosfatida polisakarida, tuberkulo
protein, mudah mati pada air mendidih (5 menit pada suhu 800C, dan 20 menit
pada suhu 600C), dan apabila terkena sinar ultraviolet (matahari). Basil
tuberkulosis tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar dan ruangan yang
lembab. Ia mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan,
oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA).1,4,5
2.4 Cara Penularan
Penularan penyakit ini melalui inhalasi droplet khususnya yang didapat dari
pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung BTA
positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk droplet (percikan Dahak). Orang dapat terinfeksi kalau droplet
tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Dalam 1 tahun, 1 penderita TB
BTA positif menularkan 10-15 orang. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh
manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru
kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe,
salura napas,atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya.1,5,6
Risiko mendapat infeksi Mycobacterium tuberculosis ditentukan terutama
oleh faktor-faktor eksogen :3
a. Kontak dengan penderita BTA positif (seberapa dekat dan seberapa lama)
b. Lingkungan tempat kontak (lingkungan yang padat dan ventilasi ruang yang
buruk)
Sedangkan faktor-faktor endogen :3
a. Daya tahan tubuh
b. Usia
c. Penyakit penyerta (infeksi HIV, silikosis, limfoma, leukemia, malnutrisi,
gagal ginjal kronis, diabetes melitus, orang dengan terapi imunosupresif dan
hemophilia)
Gambar 2.1 Faktor risiko kejadian tuberkulosis paru 2
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
Patogenesis
2.5.1 Tuberkulosis Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan ke alveolus dan
menetap di sana. Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.
Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis
pneumonia kecil dan disebut kompleks primer atau fokus Ghon. Kompleks primer
ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Waktu antara terjadinya infeksi
sampai pembentukan kompleks primer adalah 3-8 minggu.1-4
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer
tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas
seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan
menetap sebagai kuman persisten atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya
tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam
beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis.3,4,6
Kompleks primer tersebut selanjutnya dapat menjadi:2
1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang paling sering terjadi.
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi di hilus dan 10% diantaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena
kuman yang dormant.
3. Berkomplikasi dan menyebar secara :
a. Per kontinuitatum, yakni menyebar kesekitarnya
b. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
sebelahnya. Kuman ini juga tertelan bersama sputum dan ludah sehingga
menyebar ke usus.
c. Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya
d. Secara limfogen.

2.5.2 Tuberkulosis Post Primer (Sekunder)


Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
(tuberkulosis post primer = TB pasca primer = TB sekunder). Mayoritas reinfeksi
mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti
malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS dan gagal ginjal.
Tuberkulosis pasca primer ini dimulai dari sarang dini yang berlokasi di regio atas
paru (bagian apikal-posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah ke
daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru. Sarang dini ini mula-
mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini
menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel
Datia-Langhans yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.1-4
Sarang dini pada tuberkulosis sekunder ini akan mngikuti salah satu jalan
sebagai berikut:2-4
1. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan
serbukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan
sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang tersubut dapat menjadi aktif
kembali dengan membentuk jaringan keju dan menimbulkan kavitas bila
jaringan keju dibatukkan keluar.
3. Sarang tersebut meluas, membentuk jaringan keju. Kavitas akan muncul
dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kavitas awalnya berdinding tipis,
kemudian dindinganya akan menjadi tebal (kavitas sklerotik).
Kavitas tersebut akan menjadi:
a. Meluas kembali dan menimbulkan sarang baru.
b. Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut tuberkuloma.
Tuberkuloma dapat mengapur dan sembuh, dan mungkin aktif kembali,
mencair lagi dan terus menjadi kavitas lagi.
c. Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kavitas
menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil.
Kemungkinan berakhir sebagai kavitas yang terbungkus dan menciut
sehingga kelihatan seperti bintang.

Gambar 2.2 Patogenesis Infeksi TB

2.6
Klasifikasi
TB paru diklasifkasikan atas:2,7
a. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)
1. TB paru BTA(+)
2. TB paru BTA (-)
b. Berdasarkan lokasi
1. TB paru
2. TB extra paru
c. Berdasarkan tipe pasien
1. Kasus baru, bila pasien belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT
atau sudah pernah menelan obat kurang dari satu bulan.
2. Kasus relaps (kambuh), bila pasien sebelumnya pernah mendapat pengobatan
TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian
kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan sputum BTA (+).
3. Kasus defaulted atau drop out , bila pasien telah menjalani pengobatan 1
bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum
masa pengobatan selesai.
4. Kasus gagal, bila pasien BTA positif yang masif tetap positif atau kembali
positif pada akhir bulan ke 5 atau akhir pengobatan.
5. Kasus kronik, bila pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan
pengawasan yang baik.
6. Kasus bekas TB, bila hasil pemeriksaan BTA negatif dan gambaran radiologi
paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif.

2.7 Gejala Klinis


Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu gejala lokal
(repiratorik) dan gejala sistemik.
a. Gejala Respiratorik2,3,8
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi.

1. Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus.
Batuk 2 minggu dan mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronkus,
selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronkus batuk akan menjadi
produktif. Batuk produktif ini berguna untuk membuang produk-produk
ekskresi peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid atau purulen.
2. Batuk darah
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat dan
ringannya batuk darah yang timbul tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah. Batuk darah tidak selalu timbul akibat
pecahnya aneurisma pada dinding kavitas, juga dapat terjadi karena ulserasi
pada mukosa bronkus. Batuk darah inilah yang paling sering membawa
penderita berobat ke dokter.
3. Nyeri dada
Gejala ini jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan nafasnya.
4. Rhonki dan atau Wheezing
Terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang disebabkan oleh
sekret, peradangan, jaringan granulasi dan ulserasi.
5. Dispneu
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru
yang cukup luas. Pada awal penyakit gejala ini tidak pernah didapatkan.
b. Gejala sistemik-4,8,9
1. Demam
Demam merupakan gejala pertama dari TB paru, biasanya subfebril,
mirip demam influenza yang segera mereda. Tergantung dari daya tahan tubuh
dan virulensi kuman, serangan demam yang berikut dapat terjadi setelah 3
bulan, 6 bulan, 9 bulan (multiplikasi 3 bulan). Demam dapat mencapai suhu
tinggi yaitu 40-41C.

2. Keringat malam
Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis untuk penyakit
tuberkulosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah
lanjut, kecuali pada orang-orang dengan vasomotor labil, keringat malam
dapat timbul lebih dini.
3. Malaise dan nafsu makan berkurang
Tuberkulosis bersifat radang menahun sehingga dapat terjadi rasa tidak
enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin kurus, sakit
kepala dan mudah lelah.
4. Gangguan Menstruasi
Terjadi pada proses tuberkulosis paru sudah menjadi lanjut.

2.8 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis paru dibuat atas dasar1,3,4,8:
a. Anamnesa
Dari anamnesa didapatkan keluhan pasien berupa keluhan respiratorik dan
keluhan sistemik.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva dan kulit yang pucat karena anemia, suhu demam subfebris, badan
kurus atau berat badan menurun.
Dasar kelainan anatomis tuberkulosis paru terletak pada lobuli, jadi meliputi
alveoli dan beberapa bronkiolus terminalis. Tanda-tanda dini berupa konsolidasi
serta didapatkan sekret dibronkus kecil. Karena proses menjalar pelan-pelan dan
menahun, maka biasanya penderita datang dengan keadaan yang sudah lanjut
sehingga kelainan fisik mudah diketahui, berupa:
- Kelainan parenkim yaitu konsolidasi, fibrosis, atelektasis,
dan/atau kerusakan parenkim dengan sisa suatu kavitas.
- Kelainan saluran pernafasan : berupa radang dari mukosa
disertai dengan penyempitan maupun penimbunan sekret.
- Kelainan pleura : oleh karena proses terletak dekat pleura, maka
hampir selalu terjadi reaksi pleura berupa penabalan atau nyeri pleura.
Konsolidasi dan fibrosis pada parenkim paru dengan saluran pernafasan
yang masih terbuka akan meningkatkan penghantaran getaran suara sehingga
fremitus suara meningkat. Suara nafas menjadi bronko-vesikuler atau
bronkial, didapatkan bronkofoni atau suara bisik yang disebut whispered
pectoraliloque.
Sekret yang berada didalam bronkus akan menyebabkan suara tambahan
berupa ronki basah. Suara ronki kasar atau halus tergantung dari tempat
sekret berada. Penyempitan saluran pernafasan menimbulkan ronki kering,
dan penyempitan ini disertai kavitas dapat terdengar suara yang disebut
hallow sound sampai amforik.
c. Pemeriksaan laboratorium
Sputum
Sputum dijadikan tanda yang patognomonis, dengan ditemukannya
kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Di samping itu
pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan
yang sudah diberikan. BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan
bronkus, jaringan paru, pleura, cairan pleura, cairan lambung, jaringan
kelenjar, cairan serebrospinal, urin dan tinja. Hal ini sering dikerjakan pada
anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Bila sputum sudah
didapat, kuman BTA pun kadang-kadang sulit ditemukan. Kuman baru dapat
ditemukan bila bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka ke luar. Cara
pengambilan sputum yaitu 3 kali (sewaktu-pagi-sewaktu). Pembacaan hasil
pemeriksaan sediaaan sputum dilakukan dengan menggunakan skala
International Union Against Tuberkulosis and Lung Disease (IUATLD),
sebagai berikut:
a. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif
b. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman
yang ditemukan.
c. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang, disebut + (1+)
d. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+), minimal
dibaca 50 lapang pandang.
e. Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+), minimal
dibaca 20 lapang pandang.
Hasil pemeriksaan dikatakan positif bila apabila sedikitnya 2 dari
3 spesimen SPS hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu
diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu pemeriksaan rontgen dada atau
pemeriksaan sputum SPS diulang.
Darah
Pemeriksaan darah tidak dapat digunakan sebagai pegangan untuk
menyokong diagnosis TB paru, karena hasil pemeriksaan darah tidak
menunjukkan gambaran yang khas. Tapi gambaran darah kadang-kadang
dapat membantu menentukan aktivitas penyakit.
- Laju endap darah
Laju endap darah sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju
endap darah yang normal tidak dapat mengesampingkan proses
tuberkulosis aktif.
- Leukosit
Jumlah leukosit dapat normal atau sedikit meningkat pada proses
yang aktif.
- Hemoglobin
Pada penyakit tuberkulosis berat sering disertai dengan anemi
derajat sedang. Bersifat normositik dan sering disebabkan defisiensi besi.
Tes tuberkulin
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau
pernah mengalami infeksi M. Tuberculosa, M. Bovis, vaksinasi BCG dan
Mycobacteria patogen lainnya.
d. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan standar ialah foto thoraks PA. Pada pemeriksaan foto toraks,
tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif1 :
- Bayangan berawan / nodular disegmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah paru.
- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular.
- Bayangan bercak milier
- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif :


- Fibrotik
- Kalsifikasi
- Schwarte atau penebalan pleura
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat
dinyatakan sebagai berikut:
- Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan
luas tidak lebih dari sela iga 2 depan, serta tidak dijumpai kavitas
- Lesi luas, bila proses lebih luas dari lesi minimal.

2.9
Diagnosis Banding
Pada proses paru minimal sebagai diagnosis banding adalah simple
bronchopneumonia, kanker paru stadium dini, dan pneumonia lobaris. Pada proses
tuberkulosis menahun perlu diingat bahwa ada penyakit paru non tuberkulosis
yang bersifat menahun, seperti bronkiektasis, bronkitis, emfisema dan kanker
paru.4,8

a. Simple bronkopneumonia1
Terdapat pada bronkiolus dan bronkus. Disebabkan oleh streptococcus,
hemophilus influenza, koliform dan jamur. Sering ditandai dengan septikemia,
demam dan kurang kesadaran. Juga terdapat bercak-bercak konsolidasi.1
b. Pneumonia lobaris1
Disebabkan oleh streptococcus pneumonia. Disertai dengan keluhan batuk,
nyeri dada, demam,dan sputum purulen. Pneumonia lobaris mengenai seluruh
lobus.1
c. Kanker paru stadium dini1
Tidak ada stadium batuk berdarah. Ditemukan gambaran patologis
ditemukan sel neoplasma.1
d. Bronkitis1
Ditandai dengan keluhan batuk, dyspneu dan takypneu. Biasanya
disebabkan oleh virus (hemophilus influenza) dan bakteri (streptococcus
pneumonia).1

2.10 Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis ditujukan untuk menyembuhkan penderita,
mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan. Pengobatan dibagi
menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan:1-4,6
a. Tahap intensif
Penderita mendapat obat setiap hari, awasi langsung. Bila pengobatan tahap
intensif diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak
menular dalam 2 minggu. Sebagian besar penderita BTA positif akan menjadi
negatif pada akhir pengobatan
b. Tahap lanjutan
Paduan obat yang digunakan terdiri dari panduan obat utama dan obat tambahan.
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
a. Isoniazid (INH), bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman
dalam beberapa hari pertama pengobatan.
b. Rifampisin, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi dorman yang
tidak dapat dibunuh INH.
c. Prazinamid, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam
sel dengan suasana asam.
d. Streptomisin, bersifat bakterisid.
e. Ethambutol, bersifat bakteriostatik.
2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) :
- Kanamisin
- Amikasin
- Kuinolon
- Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam
klavulanat
Obat-obatan tersebut tersedia dalam kemasan obat tunggal dan obat kombinasi
(Fixed Dose Combination/FDC). FDC direkomendasikan bila tidak dilakukan
pengawasan menelan obat.6
Program Nasional Penanggulangan TB paru di Indonesia menggunakan
paduan OAT:2
1. Kategori I (2HRZE/4H3R3)
Diberikan untuk penderita baru TB paru BTA positif, TB paru BTA negatif
rontgen positif yang sakit berat, dan penderita TB paru ekstra paru berat.
2. Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E)
Diberikan untuk penderita kambuh (relaps), penderita gagal (failure) dan
penderita dengan pengobatan lalai (drop out).
3. Kategori III (2HRZ/4H3R3)
Diberikan untuk penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan,
pasien ekstra paru ringan yaitu limfadenitis TB, TB kulit, TB tulang (kecuali
tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
4. Obat sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap intendif pengobatan penderita baru BTA positif dengan
kategori I atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori II hasil
pemeriksaan dahak masih BTA positif.
Dosis OAT yaitu:3
Dosis Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)

Dosis Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)


2.11 Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi, yang dibagi atas:2
- Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, dan laringitis
- Komplikasi lanjut: obstruksi jalan nafas (SOPT : Sindrom Obstruksi Paska
Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat, fibrosis paru, kor pulmonal, sindrom
gagal nafas, yang sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.
Adapun komplikasi lainnya yaitu Hemoptitis adalah peredaran dari saluran
nafas yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial, sehingga
terjadi ketidak mampuan menampung atau menyimpan oksigen dari lobus.
Pneumotorak adalah adanya udara dalam rongga pleura. Penyebabnya adalah
tekanan pneumotorak udara dalam membran berada dalam tekanan yang lebih
tinggi dari udara dalam paru-paru yang berdampingan dan pembuluh darah,
sehingga kapasitas oksigen yang dihirup hanya sebagian.1
Bronkiektasis adalah endapan nanah pada bronkus setempat karena terdapat
infeksi pada bronkus. Penyebab nya yaitu kerusakan yang berulang pada dinding
bronchial dan keadaan abnormal dari jaringan penghilang mucus mengakibatkan
rusaknya jaringan yang menuju saluran nafas. Fibrosis adalah pembentukan
jaringan ikat pada proses penyembuhan. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti
Otak, tulang, persendian, ginjal, dan yang lain. Insufisiensi kardio pulmonal atau
penurunan fungsi jantung dan paru-paru sehingga kadar oksigen dalam darah
rendah.1

2. 12. Pencegahan
a. Terhadap Infeksi tuberkulosis4
1. Pencegahan terhadap sputum yang infeksius
- bila batuk, mulut ditutup
- Isolasi penderita dan mengobati penderita
- Ventilasi harus baik, kepadatan penduduk dikurangi.
- Jangan sembarangan membuang dahak bila batuk
2. Pasteurisasi susu sapi dan membunuh hewan yang terinfeksi oleh
Mikobakterium bovis akan mencegah tuberkulosis bovin pada manusia
b. Meningkatkan daya tahan tubuh1,4
1. Memperbaiki standar hidup
2. Usahakan peningkatan kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG Imunisasi
BCG diberikan dibawah usia 2 bulan, jika baru diberikan setelah usia 2 bulan,
disarankan tes Mantoux dahulu. Vaksinasi dilakukan bila hasil tes tersebut
negatif.

2. 13. Standar Internasional Penanganan Tuberkulosis7


Enam Standar Diagnosis yaitu :
Standar 1
Setiap individu dengan batuk produktif selama 2-3 minggu atau lebih yang tidak
dapat dipastikan penyebabnya harus dievaluasi untuk TB.

Standar 2
Semua pasien yang diduga menderita TB paru, (dewasa, remaja, dan anak-anak
yang dapat mengeluarkan dahak) harus menjalani pemeriksaan dahak secara
mikrokopis sekurang-kurangnya 2 kali dan sebaiknya 3 kali. Bila kemungkinan
minimal 1 kali pemeriksaan dahak pagi hari.
Standar 3
Semua pasien yang diduga menderita TB ekstra paru (dewasa, remaja dan anak)
harus menjalani pemeriksaan spesimen yang didapat dari lokasi kelainan yang
dicurigai. Bila fasilitas dan sumber daya tersedia, sebaiknya dilakukan juga
pemeriksaan biakan dan histopalagi.

Standar 4
Semua individu dengan gambaran foto toraks yang dicurigai TB harus menjalani
pemeriksaaan dahak secara mikrobiologi

Standar 5
Diagnosis TB paru BTA negatif harus berdasarkan kriteria berikut: paling kurang
3 kali pemeriksaan hasilnya negatif (termasuk minimal 1 kali dahak pagi hari),
foto toraks menunjukkan gambaran TB, tidak ada respon terhadap pemberian
antibiotik spektrum luas (catatan: pemakaian fluorokuinolon sebaiknya dihindari
karena mempunyai efek melawan Mycobacterium tubercolosis yang dapat
menyebabkan perbaikan sesaat pada individu dengan tuberkulosis). Pada pasien
dengan atau diduga HIV, evaluasi diagnostik tersebut di atas harus dilakukan
sesegera mungkin.

Standar 6
Diagnosis TB intratoraks (paru, pleura, kelenjar getah bening hilus/mediastinal)
pada anak dengan gejala TB dan BTA negatif sebaiknya berdasarkan foto toraks
yang sesuai dengan TB, adanya riwayat kontak dengan pasien TB menular atau
bukti adanya infeksi TB (uji tuberkulin/interferon gamma release assay positif).
Pada pasien tersebut dilakukan pemmeriksaan biakan dari spesimen dahak (yang
berasal dari batuk, bilasan lambung atau induksi dahak).
Sembilan Standar Pengobatan
Standar 7
Setiap dokter yang mengobati pasien TB harus menyadari pentingnya tanggung
jawab terhadap kesehatan masyarakat. Untuk memenuhi tanggung jawab ini,
dokter tidak hanya memberikan panduan obat yang sesuai tetapi juga harus
memantau kepatuhan berobat sekaligus menemukan kasus-kasus yang tidak patuh
terhadap pengobatan. Dengan melakukan hal tersebut petugas dapat menjamin
kepatuhan hingga pengobatan selesai.

Standar 8
Semua pasien (termasuk ODHA) yang belum pernah diobati sebelumnya,
harus diberikan paduan obat lini pertama yang disepakati secara internasional
menggunakan obat yang bioavailabilitinya sudah diketahui. Fase awal terdiri dari
dari INH, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol diberikan selama 2 bulan. Fase
lanjutan yang dilanjutkan yang dianjurkan adalah INH dan Rifampisin yang
diberikan selama 4 bulan. Pemberian INH dan Etambutol selama 6 bulan
merupakan panduan alternatif untuk fase lanjutan yang digunakan bila kepatuhan
pasien tidak dapat dinilai namun berkaitan dengan angka kegagalan dan
kekambuhan yang tinggi khususnya pada ODHA.
Dosis obat anti tuberkulosis ini harus sesuai dengan rekomendasi
internasional. FDC (Fixed Dose Combination) yang terdiri dari 2 obat (INH dan
Rifampisin), 3 obat (INH, Rifampisin, Pirazinamid) yang terdiri dari 4 obat (INH,
Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol) sangat dianjurkan khususnya bila tidak
dilakukan pengawasan menelan obat.
Standar 9
Untuk menjaga dan menilai kepatuhan terhadap pengobatan perlu
dikembangkan suatu pendekatan yang terpusat kepada pasien berdasarkan
kebutuhan pasien dan hubungan yang saling menghargai antara pasien dan
petugas Supervisi dan dukungan harus sensitif gender dan kelompok usia tertentu
serta sesuai dengan intervensi yang dianjurkan dan pelayanan pendukung yang
tersedia termasuk edukasi dan konseling pasien.
Elemen utama pada strategi yang terpusat kepada pasien adalah kegiatan
yang digunakan untuk menilai dan meningkatkan kepatuhan terhadap panduan
pengobatan serta dapat menangani bila terjadi ketidakpatuhan terhadap
pengobatan. Kegiatan ini harus dirancang secara individual sesuai dengan keadaan
masing-masing individu dan dapat diterima baik oleh pasien maupun petugas.
Kegiatan-kegiatan dapat meliputi pengawasan menelan obat secara langsung oleh
PMO yang dapat diterima dan dapat dipertanggungjawabkan oleh pasien dan
sistem kesehatan.

Standar 10
Semua pasien harus dimonitor hasil pengobatannya. Penilaian terbaik pada
pasien TB paru adalah dengan pemeriksaan dahak ulang (2 kali) paling sedikit
pada akhir fase awal (2 bulan), bulan kelima dan pada akhir pengobatan. Pasien
dengan BTA positif dalam bulan kelima pengobatan dianggap sebagai gagal
pengobatan dan diberikan pengobatan dengan modifikasi yang sesuai (lihat
standar 14 dan 15).
Penilaian hasil pengobatan pada pasien TB ekstra paru dan anak-anak,
paling sedikit dinilai secara klinis. Penilaian dengan pemeriksaan foto toraks
umumnya tidak diperlukan dan mungkin menyesatkan (misleading).
Catatan tertulis mengenai semua obat yang diberikan, respon bakteriologik dan
efek samping obat harus terdokumentasi dan tersimpan secara baik untuk semua
pasien.

Standar 11
Catatan tertulisnmengenainsemua obat yang diberikan, respon
bakteriologik dan efek samping obat haruss terdokumentasi dan tersimpan secara
baik untuk semua pasien.

Standar 12
Pada daerah dengan angka prevalensi HIV yang tinggi pada populasi
umum dengan kemungkinan ko-infeksi TB-HIV, maka konseling dan testing HIV
diindikasikan untuk seluruh pasien TB sebagai bagian dari penatalaksanaan rutin.
Pada daerah dengan prevalensi HIV rendah, konseling dan testing HIV hanya
diindikasikan pada pasien TB dengan keluhan dan tanda-tanda yang diduga
berhubungan dengan HIV dan pada pasien TB dengan riwayat risiko tinggi
terpajan HIV.

Standar 13
Semua pasien TB-HIV harus dievaluasikan untuk menentukan apakah
mempunyai indikasi untuk diberi terapi anti retroviral dalam masa pengobatan TB
pengaturan untuk memperoleh obat antiretroviral harus dilakukan pada pasien
yang memenuhi indikasi. Dengan adanya kompleksitas pemberian ARV dan OAT
secara bersamaan maka dianjurkan untuk berkonsultasi kepada dokter yang ahli di
bidang tersebut sebelum memulai pengobatan TB dan HIV tanpa
mempertimbangkan penyakit yang muncul lebih dahulu. Meskipun demikian
pemberian OAT jangan sampai ditunda. Semua pasien TB-HIV harus
mendapatkan kotrimoksazol sebagai profilaksis untuk infeksi lainnya.

Standar 14
Penilaian terhadap kemungkinan resistensi obat harus dilakukan pada
semua pasien yang berisiko tinggi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya,
pajanan terhadap kasus yang sudah resisten dan prevalensi resistensi obat pada
masyarakat. Pada pasien dengan kemungkinan MDR, pemeriksaan biakan uji
sensitifitas terhadap INH, Rifampisin dan Etambutol harus dilakukan secar tepat.

Standar 15
Pasien TB dengan MDR harus diterapi dengan paduan khusus yang terdiri
dari atas obat-obatan lini kedua. Paling kurang diberikan 4 macam obat yang
diketahui atau dianggap sensitif dan diberikan paling sedikit selama 18 bulan.
Untuk memastikan kepatuhan diperlukan kegiatan yang berorientasi kepada
pasien. Konsultasi dengan dokter yang berpengalaman dalam pengobatan
penderita dengan MDR harus dilakukan.

Dua Standar Tanggung Jawab Kesehatan Masyarakat


Standar 16
Semua petugas yang melayani pasien TB harus memastikan bahwa
individu (terutama anak usia dibawah 5 tahun dan ODHA) yang kontak erat
dengan pasien TB harus dievaluasi dan dilakukan penanganan sesuai dengan
rekomendasi internasional. Anak dibawah usia 5 tahun dan ODHA yang kontak
dengan kasus menular (penderita TB BTA positif) harus dievaluasi baik untuk TB
yang laten maupun yang aktif.

Standar 17
Semua petugas harus melaporkan semua kasus TB (kasus baru maupun
kasus pengobatan ulang) dan hasil pengobatannya kepada dinas kesehatan
setempat sesuai dengan ketentuan hukun dan kebijakan yang berlaku.

2. 14 Prognosis8

a) Bila tidak menerima pengobatan spesifik (Grzybowski/1976)


- 25 % akan meninggal dalam 18 bulan
- 50 % akan meninggal dalam 5 tahun
- 8-12,5 % akan menjadi chroni exeretors yang artinya mereka terus-
menerus mengeluarkan basil TB dalam sputumnya
- Sisanya akan mengalami kesembuhan spontan dengan bekas berupa
proses fibrotik dan perkapuran. Dapat pula kesembuhan berlangsung
melalui resolusi sempurna sehingga tidak meninggalkan bekas.
b) Bila diberikan pengobatan spesifik
- ` Bila pengobatan spesifik sesuai aturan sebenarnya (penyembuhan)
Pengobatan spesifik hanya bekerja membunuh basil TB saja, namun
kelainan paru yang sudah ada pada saat pengobatan spesifik dimulai
(misal proses fibrotik, kavitas dan lain-lain), tidak akan hilang. Penting
diberikan pengobatan secara spesifik sedini mungkin yaitu sebelum
terjadi kerusakan paru yang bersifat irreversibel.
- Bila pengobatan spesifik tidak memenuhi syarat
Basil TB yang tadinya sensitif terhadap obat-obat yang dipakai akan
menjadi resisten. Dengan begitu penderita sukar sembuh dan akan dapat
menularkan basil-basil yang resisten pada sekelilingnya. Hasil akhirnya,
mereka yang ditulari akan mendapatkan penyakit TB dengan basil-basil
yang punya resistensi primer terhadap beberapa tuberkulostatika yang
semestinya masih relatif.

BAB III
PEMBAHASAN
Diagnosis tuberkulosis didapatkan dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan penderita mengalami demam
sudah satu bulan yang sering hilang timbul. Demam pada pasien tuberkulosis biasanya
subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panas badan dapat
mencapai 40-41C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian
dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbul demam influenza ini, sehingga
pasien merasa tidak pernah bebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
tuberkulosis yang masuk.
Pasien juga mengeluh batuk dialami sudah tiga bulan. Gejala ini banyak
ditemukan pada tuberkulosis. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus
pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian
setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang
lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi
pada ulkus dinding bronkus.
Pasien kadang-kadang berkeringat malam, nafsu makan berkurang sehingga
berat badan dirasakan turun. Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala
malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus
(berat badan turun) dan keringat malam. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
Pemeriksaan fisis thoraks, pada auskultasi didapatkan bunyi pernapasan
bronkovesikuler dan bunyi tambahan ronkhi di basal kiri dan kanan paru.
Bronkovesikuler merupakan bunyi yang terdengar antara vesikuler dan bronkial, di
mana ekspirasi menjadi lebih keras, lebih tinggi nadanya dan lebih memanjang hingga
hampir menyerupai inspirasi. Bunyi ini dapat didengar pada tempat-tempat yang ada
bronkiolus besar yang ditutupi satu lapisan tipis alveolus. Tuberkulosis paru bisa
menyebabkan kerna adanya infiltrat. Pemeriksaan fisis jantung dan abdomen dalam
batas normal.
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik
untuk tuberkulosis. Leukositosis menunjukkan proses peradangan terjadi pada pasien,
dan dengan gejala-gejala yang ditunjukkan oleh pasien berupa takikardi, takipneu,
disertai dengan adanya fokus infeksi berdadsarkan hasil foto thoraks, maka pasien kita
telah mengalami sepsis. Sepsis adalah dua gejala Systemmic Inflammatory Respiratory
Syndrome disertai fokus infeksi Limfosit juga kurang spesifik. Limfositopenia bisa
disebabkan oleh berbagai macam penyakit infeksi seperti tuberkulosis, infeksi virus
hepatitis dan demam tifoid. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan limfositopenia.
Pada penderita ini, gambaran foto thorax PA didapatkan infiltrat di paru kiri dan
parakardial kanan, kesan Bronkopneumonia dd TB paru aktif, namun dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang dilakukan sebelumnya, diagnosis lebih mengarah ke TB paru
aktif.
Dari gejala klinis, pemeriksaan fisis, laboratorium dan foto thoraks pasien
didiagnosis awal sebagai Tuberkulosis paru kasus baru DD/ Community acquired
pnemonia. Penatalaksanaan awal pada pasien adalah menatalaksana sepsisnya, maka
diberikan lebih dari satu antibiotik spektrum luas yaitu dari golongan kuinolon yaitu
Lefovloxacin dan Cephalosporin generasi ke 3 yaitu Ceftizoxim. Levofloxacin
merupakan antibiotik gram positif dan negatif, lebih aktif terhadap P. Pneumococcus
dibandingkan Ciprofloxacin. Ceftizoxim merupakan antibitok gram negatif yang lebih
luas dan lebih kuat meliputi Pseudomonas dan Bakteroides. Dengan pemberian dua
macam antibiotik ini diharapkan sepsis pada pasien segera teratasi.
Pada pasien direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis sputum
BTA, namun berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
pasien ini didiagnosis sebagai Tuberkulosis paru BTA negatif Thoraks Positif kasus baru
fase intensif. Berdasarkan Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia,
paduan obat anti-tuberkulosis yang digunakan adalah kategori 1. Paduan obat anti-
tuberkulosis ini diberikan untuk pasien baru TB paru BTA positif, pasien TB paru BTA
negatif foto thoraks positif dan pasien TB ekstra paru. Paduan obat yang disediakan
dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (KDT). Berdasarkan berat badan
pasien, 50kg, obat anti tuberkulosis yang diberikan pada tahap intensif adalah 3 tablet
4KDT tiap hari selama 56 hari. 4 KDT terdiri dari Isoniazid (150mg), Rifampisin
(75mg), Pirazinamid (400mg) dan Etambutol (275mg).
Isoniazid (INH) tuberkulostatis paling kuat terhadap Mycobacterium tuberculosis
(dalam fase istirahat) dan bersifat bakterisid terhadap basil yang sedang tumbuh pesat.
Aktif terhadap kuman yang berada intraseluler dalam makrofag maupun di luar sel
(ekstraseluler). Mekanisme kerjanya berdasarkan terganggunya sintesa mycolic acid
yang diperlukan untuk membangun dinding bakteri. Etambutol spesifik terhadap
Mycobacterium tuberculosis tetapi tidak terhadap bakteri lain. Kerja bakteriostatisnya
sama kuatnya dengan isoniazid. Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan sintesa
RNA pada kuman yang sedang membelah, juga menghindarkan terbentuknya mycolic
acid pada dinding sel. Pirazinamid, mekanisme kerjanya berdasarkan pengubahannya
menjadi asam pirazinat oleh enzim pyrazinamidase yang berasal dari basil tuberkulosis.
Begitu pH dalam makrofrag diturunkan, maka kuman yang berada di sarang infeksi
yang menjadi asam akan mati. Rifampisin mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan
spesifik dari suatu enzim bakteri RNA-polymerase, sehingga sintesa RNA terganggu.
Pada pasien juga diberika Hepa Q yang merupakan suatu hepatoprotektor guna
melindungi hepar dari efek samping OAT.
BAB III
KESIMPULAN

Pasien datang ke IGD RS Dustira dengan keluhan sesak sejak 3 bulan SMRS,
memberat sejak 6 SMRS. Keluhan disertai batuk berdahak putih kekuningan yang hilang
timbul dalam 3 bulan terakhir. Pasien juga mengaku mengalami demam, penurunan
berat badan, nafsu makan menurun, dan keringat malam. Pasien menyangkal adanya
mual muntah, BAB dan BAK juga tidak ada keluhan. Pasien memiliki riwayat merokok
sebanyak 2 bungkus/hari selama 15 tahun, baru berhenti sejak 5 minggu SMRS.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan rhonki (-/+). Pemeriksaan laboratorium
darah ditemukan leukositosis dengan jumlah leukosit 24.300 dengan peningkatan sel
segmen (88,6%) dan penurunan limfosit (5,7%). Pemeriksaan rontgen thorax didapatkan
bronkopneumonia DD/ TB Paru aktif.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis mengarah pada
infeksi paru berupa TB paru disertiai tanda-tanda sepsis (SIRS + fokus infeksi). Pasien
ini digolongkan pada kasus baru sehingga didapatkan pengobatan kategori 1 berupa
2HRZE/4(HR)3.
DAFTAR PUSTAKA

1. Raviglion MC, OBrien RJ. Tuberculosis. In: Harrisons Principles of internal


medicine. 15th Edition. USA: McGraw-Hill, 2001.
2. Bahar A, Amin Z. Tuberkulosis paru. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
2. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2007. 988-993
3. Aditama TY, et al. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006
4. Alsagaff H, Mukty A. Tuberkulosis paru. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Jakarta: Airlangga, 2002. 73-108
5. Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA, Brooks GF, Butel JS, Ornston LN.
Mikrobiologi Kedokteran, Buku II Edisi I Jakarta: Salemba Medika, 2005.
6. Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Program Penanggulangan Tuberkulosis.
http://www.tbcindonesia.or.id [Diakses 10 Oktober 2017]
7. WHO. Standar Internasional Penanganan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 2006
8. Yunus F. Diagnosis Tuberkulosis. http://www.kalbe.co.id/files/cdk [Diakses 10
Oktober 2017]
9. Permatasari A. Pemberantasan Penyakit TB Paru dan Strategi DOTS.
http://www.Adln.lib.unair.ac.id/go.php.id=jiptunair [Diakses 10 Oktober 2017]

Вам также может понравиться

  • Refer at
    Refer at
    Документ24 страницы
    Refer at
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Manajemen Bayi Baru Lahir
    Manajemen Bayi Baru Lahir
    Документ2 страницы
    Manajemen Bayi Baru Lahir
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Book 1
    Book 1
    Документ2 страницы
    Book 1
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ7 страниц
    Daftar Pustaka
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Jurnal Meta Analysis
    Jurnal Meta Analysis
    Документ18 страниц
    Jurnal Meta Analysis
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Faktor Yang Berhubungan Dengan Ibu
    Faktor Yang Berhubungan Dengan Ibu
    Документ11 страниц
    Faktor Yang Berhubungan Dengan Ibu
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Hemoptisis Ekstra Paru
    Hemoptisis Ekstra Paru
    Документ15 страниц
    Hemoptisis Ekstra Paru
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ4 страницы
    Bab I
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Analisis Kasus
    Analisis Kasus
    Документ18 страниц
    Analisis Kasus
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Ruptur Renal
    Ruptur Renal
    Документ26 страниц
    Ruptur Renal
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Diagnosis Hemoptisis Sangatlah Luas
    Diagnosis Hemoptisis Sangatlah Luas
    Документ5 страниц
    Diagnosis Hemoptisis Sangatlah Luas
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ29 страниц
    Bab Ii
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Bab 1
    Bab 1
    Документ1 страница
    Bab 1
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Kritik
    Kritik
    Документ1 страница
    Kritik
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Dislipidemia
    Dislipidemia
    Документ23 страницы
    Dislipidemia
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Bab III
    Bab III
    Документ3 страницы
    Bab III
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ4 страницы
    Bab I
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Bab III
    Bab III
    Документ3 страницы
    Bab III
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ2 страницы
    Bab I
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Buerger Diseases
    Buerger Diseases
    Документ17 страниц
    Buerger Diseases
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Daf Tar Pustaka
    Daf Tar Pustaka
    Документ1 страница
    Daf Tar Pustaka
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ4 страницы
    Bab I
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Komponen Darah
    Komponen Darah
    Документ3 страницы
    Komponen Darah
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Tranfusi Darah
    Tranfusi Darah
    Документ18 страниц
    Tranfusi Darah
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Komponen Darah
    Komponen Darah
    Документ3 страницы
    Komponen Darah
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • OS Glaukoma Simpleks Kronik
    OS Glaukoma Simpleks Kronik
    Документ4 страницы
    OS Glaukoma Simpleks Kronik
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет
  • Chest Tube Toracotomy 1
    Chest Tube Toracotomy 1
    Документ19 страниц
    Chest Tube Toracotomy 1
    Mega Sii Biipzz
    Оценок пока нет