Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu

(Notoatmojo, 1996). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt

behavior).

2.1.2. Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkat yakni :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diketahui.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

mengenterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah


paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebelumnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyebarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Tingkat ini adalah tingkatan yang paling akhir dari suatu tingkat

pengetahuan atau disebut tingkat yang paling kompleks. Evaluasi


berkenaan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan untuk

membuat penilaian terhadap suatu berdasarkan maksud atau sintesa

tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan :

Menurut Nursalam dan Pariani (2001) tingkat pengetahuan

pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu :

a. Pendidikan

Makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima

informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru

diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Bekerja

umumnya menyita waktu sehingga dapat mempengaruhi hal-hal

yang lain termasuk juga dalam mengetahui sesuatu di luar

pekerjaannya.

c. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja.


d. Informasi

Informasi merupakan salah satu faktor yang dapat dipengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang, karena banyak informasi yang

didapat, maka makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

2.2. Konsep Hipertensi

2.2.1. Definisi Hipertensi

1. Hipertensi adalah gangguan pada sistem peredaran darah yang cukup

menganggu kesehatan masyarakat. Hipertensi atau tekanan darah tinggi

sebetulnya bukan suatu penyakit, tetapi hanya merupakan suatu tekanan darah

yang timbul (Gunawan, 2001 : 28).

2. Hipertensi adalah tekanan darah sistoliknya di atas 140 mmHg dan distoliknya

di atas 90 mmHg (Kusuma, 1999 : 1).

2.2.2. Penyebab Hipertensi

Pada hipertensi esensia/primer tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan

hipertensi yang diketahui penyebabnya dinamakan hipertensi sekunder yang

merupakan 5% dari seluruh penyakit hipertensi (Mansjoer, 1991 : 518).

Sebab-sebabnya antara lain :

1. Penggunaan estrogen

2. Penyakit ginjal

3. Hipertensi vascular renal

4. Hiperaldastrenisme primer

5. Sindroma cushing, dan lain-lain


2.2.3. Manifestasi Klinis

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala.

Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata,

otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala,

epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata

berkunang-kunang dan pusing (Mansjoer, 1999 : 518).

2.2.4. Klasifikasi Hipertensi

I. Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya, menurut Arif Mansjoer

1) Golongan hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik terdapat sekitar 95%

kasus. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetic, lingkungan,

hiporaktifitas, susunan saraf simpatis, system renin angiotensin, defek

dalam ekslerasi Ha. Peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor

yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, rokok serta

polisetamia.

2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5% kasus

penyebab spesifiknya diketahui, seperti gangguan estrogen, penyakit

ginjal, hipertensi vaskuk renal, hiperaldosteronisme primer dan sindrom

cushing, feuktomositama, luarktasioaorta, hipertensi yang berhubungan

dengan kehamilan dan lain-lain.

II. Klasifikasi hipertensi menurut WHO / ISH

Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO/ISH
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
- Hormotensi < 140 < 90
- Hipertensi ringan 140 180 90 105
- Hipertensi perbatasan 140 160 90 95
- Hipertensi sedang dan > 180 > 105
berat
- Hipertensi sistolik > 190 < 90
terisolasi
- Hipertensi sistolik 190 160 < 90
perbatasan

2.2.5. Penanganan Hipertensi

Telah dibuktikan oleh para ahli bahwa dengan mengendalikan tekanan

darah, angka mortalitas dan morbilitas dapat diturunkan oleh karena itu walaupun

etiologinya masih belum dapat dibuktikan, pengobatan hipertensi boleh dapat

dimulai dengan penanggulangan hipertensi, secara garis besar yang dibagi

menjadi 2 jenis penatalaksanaan yaitu :

1. Penatalaksanaan farmakologis (Mansjoer, 1999 : 442)

Untuk menurunkan tekanan darah tinggi dapat ditinjau dari 3 faktor

fisiologis yaitu :

1) Menurunkan isi carian intravaskular dan Ha darah dengan obat diuretic

2) Menurunkan aktifitas susunan saraf simpatis dan respon kardiovaskuler

terhadap adrenegik dengan obat golongan anti simpatis

3) Menurunkan tekanan perifer dengan obat rasodilator

2. Penatalaksanaan non farmakologis (Gunawan, 2001 : 22)

1) Mengurangi konsumsi garam


2) Menghindari kegemukan (obesitas)

3) Membatasi konsumsi lemak

4) Olah raga teratur

5) Banyak makan buah dan sayuran segar

6) Tidak merokok dan minum alkohol

7) Latihan relaksasi dan meditasi

8) Berusaha membina hidup positif

2.2.6. Pencegahan Hipertensi

Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Demikian juga terhadap

hipertensi. Pada umumnya, orang akan berusaha mengenali hipertensi jika dirinya

atau keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat hipertensi.

Tidak semua penderita hipertensi memerlukan obat. Alergi hipertensinya

tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui sikap hidup sehari-hari.

Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah pencegahan amat baik agar

penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya (Kusuma, 1999 : 11).

Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar

penyakitnya tidak menjadi parah, tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan

yang ditentukan oleh dokter (Gunawan, 2001 : 21).

Agar terhindar komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan

pencegahan yang baik (stop high blood pressure), antara lain dengan cara

menghindari faktor resiko hipertensi. Faktor hipertensi adalah faktor-faktor yang

bila semakin banyak menyertai penderita hipertensi maka dapat menyebabkan


orang tersebut akan menderita tekanan darah tinggi yang lebih berat lagi. Ada

faktor resiko yang tidak dapat dihindarkan atau dirubah adalah genetic, suku,

bangsa dan umur. Sedangkan faktor resiko yang dapat dihindarkan karena dapat

memperberat keadaan hipertensi antara lain : makanan yang mengandung

kolesterol tinggi, garam, makanan asin atau yang diasinkan, daging kambing,

buah durian, minuman alkohol yang berlebihan, makanan dan minuman yang

mengandung bahan pengawet, rokok dan kopi, kegemukan (obesitas), stress, dan

lain-lain (Kusuma, 1999 : 8).

Вам также может понравиться