Вы находитесь на странице: 1из 10

A.

Pengertian
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir dilahirkan tidak
segera bernafas secara spontan teratur setelah dilahirkan, disebabkan karena otak mengalami
hipoksia, iskemia dan hiperkapnia selanjutnya dapat menyebabkan terjadinya edema otak dan
bermacam gangguan sirkulasi secara klinis ditandai dengan APGAR rendah dan asidosis
( Alimul Aziz, 2006)

Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan berupa berkurangnya kadar oksigen (O2) dan
berlebihnya kadar karbon dioksida (CO2) secara bersamaan dalam darah dan jaringan tubuh
akibat gangguan pertukaran antara oksigen (udara) dalam alveoli paru-paru dengan karbon
dioksida dalam darah kapiler paru-paru. Kekurangan oksigen disebut hipoksia dan kelebihan
karbon dioksida disebut hiperkapnia.

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir.
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta transport O2
dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan kesulitan
mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia. . Apgar skor yang rendah sebagai
manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka kematian yang
tinggi.
Dalam kenyataan sehari-hari, hipoksia ternyata merupakan gabungan dari empat
kelompok, dimana masing-masing kelompok tersebut memang mempunyai ciri tersendiri.
Walaupun ciri atau mekanisme yang terjadi pada masing-masing kelompok akan
menghasilkan akibat yang sama bagi tubuh. Kelompok tersebut adalah :
a. Hipoksik-hipoksia,
Dalam keadaan ini oksigen gagal untuk masuk ke dalam sirkulasi darah.
b. Anemik-hipoksia,
Keadaan dimana darah yang tersedia tidak dapat membawa oksigen yang cukup untuk
metabolisme dalam jaringan.
c. Stagnan-hipoksia,
Keadaan dimana oleh karena suatu sebab terjadi kegagalan sirkulasi.
d. Histotoksik-hipoksia,
Suatu keadaan dimana oksigen yang terdapat dalam darah, oleh karena suatu hal, oksigen
tersebut tidak dapat dipergunakan oleh jaringan.
Asfiksia neonartum ialah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini oleh karena hipoksia janin intra uterin dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul di dalam kehamilan, persalinan
atau segera setelah lahir. (Tim FK Unair 1995).

B. Etiologi
Faktor ibu Cacat bawaan Hipoventilasi selama anastesi Penyakit jantung

sianosis Gagal bernafas Keracunan CO Tekanan darah rendah Gangguan kontraksi


uterus Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun Sosial ekonomi rendah
Hipertensi pada penyakit eklampsia
Faktor janin / neonatorum Kompresi umbilikus Tali pusat menumbung, lilitan tali

pusat Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir Prematur Gemeli Kelainan
congential Pemakaian obat anestesi Trauma yang terjadi akibat persalinan
Faktor plasenta Plasenta tipis Plasenta kecil Plasenta tidak menempel Solusio

plasenta
Faktor persalinan Partus lama Partus tindakan

C. Patofisiologi
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan /
persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila
tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau
tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai
dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan
menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan
berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan
ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan
basa pada neonatus.
Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi
metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada
hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler
menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak
adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi
kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya.
Manifestasi Klinis
Appnoe primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus neuromuscular
menurun
Appnoe sekunder : Apabila asfiksia berlanjut , bagi menunjukan pernafasan megap
megap yang dalam, denyut jantung terus menerus, bayi terlihat lemah (pasif), pernafasan
makin lama makin lemah
TANDA- STADIUM I STADIUM II STADIUM III
TANDA
Tingkat Sangat waspada Lesu (letargia) Pinsan (stupor),
kesadaran koma
Tonus otot Normal Hipotonik Flasid
Postur Normal Fleksi Disorientasi
Refleks tendo / Hyperaktif Hyperaktif Tidak ada
klenus
Mioklonus Ada Ada Tidak ada
Refleks morrow Kuat Lemah Tidak ada
Pupil Midriasis Miosis Tidak sama,
refleks cahaya
jelek
Kejang-kejang Tidak ada Lazim Deserebrasi
EEG Normal 1aktifitas Voltase Supresi ledakan
rendah kejang- sampai isoelektrik
kejang
Lamanya 24 jam jika ada 24 jam sampai 14 Beberapa hari
kemajuan hari sampai beberapa
minggu
Hasil akhir Baik Bervariasi Kematian, defisit
berat

APGAR Score
Penilaian menurut score APGAR merupakan tes sederhana untuk memutuskan apakah
seorang bayi yang baru lahir membutuhkan pertolongan. Tes ini dapat dilakukan dengan
mengamati bayi segera setelah lahir (dalam menit pertama), dan setelah 5 menit. Lakukan hal
ini dengan cepat, karena jika nilainya rendah, berarti tersebut membutuhkan tindakan.
Observasi dan periksa :
A = Appearance (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.
P = Pulse (denyut). Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau palpasi denyut
jantung dengan jari.
G = Grimace (seringai). Gosok berulang-ulang dasar tumit ke dua tumit kaki bayi dengan
jari. Perhaitkan reaksi pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender pada mukanya.
Atau perhatikan reaksinya ketika lender dari mulut dan tenggorokannya dihisap.
A = Activity. Perhatikan cara bayi yang baru lahir menggerakkan kaki dan tangannya atau
tarik salah satu tangan/kakinya. Perhatikan bagaimana kedua tangan dan kakinya bergerak
sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.
R = Repiration (pernapasan). Perhatikan dada dan abdomen bayi. Perhatikan
pernapasannya.
TANDA 0 1 2 JUMLAH
NILAI
Frekwensi Tidak ada Kurang dari Lebih dari
jantung 100 x/menit 100 x/menit
Usaha bernafas Tidak ada Lambat, tidak Menangis
teratur kuat
Tonus otot Lumpuh / Ekstremitas Gerakan aktif
lemas fleksi sedikit
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Menangis
respon batuk
Warna Biru / pucat Tubuh: Tubuh dan
kemerahan, ekstremitas
ekstremitas: kemerahan
biru

Apgar Skor : 7-10; bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa
Apgar Skor 4-6; (Asfiksia Neonatorum sedang); pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekwensi
jantung lebih dari 100 X / menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas
tidak ada
Apgar Skor 0-3 (Asfiksia Neonatorum berat); pada pemeriksaan fisik ditemukan frekwensi
jantung kurang dari 100 X / menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat,
reflek iritabilitas tidak ada.

Pemeriksaan Penunjang
- Foto polos dada
- USG kepala
- Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisa gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram
5. USG ( Kepala )
6. Penilaian APGAR score
7. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan
8. Pengkajian spesifik

Penatalaksanaan

Tindakan dilakukan pada setiap bayi tanpa memandang nilai apgar. Segera setelah
lahir, usahakan bayi mendapat pemanasan yang baik, harus dicegah atau dikurangi
kehilangan panas pada tubuhnya, penggunaan sinar lampu untuk pemanasan luar dan untuk
meringankan tubuh bayi, mengurangi evaporasi.
Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah, pengisapan saluran nafas bagian atas,
segera dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari timbulnya kerusakan mukosa jalan
nafas, spasmus larink atau kolaps paru. Bila bayi belum berusaha untuk nafas, rangsangan
harus segera dikerjakan, dapat berupa rangsangan nyeri dengan cara memukul kedua telapak
kaki, menekan tendon Achilles atau pada bayi tertentu diberikan suntikan vitamin K.

Komplikasi
Edema otal, perdarahan otak, anusia dan oliguria, hiperbilirubinumia, enterokolitis,
nekrotikans, kejang, koma. Tindakan bag and mask berlebihan dapat menyebabkan
pneumotoraks.
1. Otak : Hipokstik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis.
2. Jantung dan paru: Hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum, perdarahan paru, edema
paru.
3. Gastrointestinal: enterokolitis, nekrotikans.
4. Ginjal: tubular nekrosis akut, siadh.
5. Hematologi: dic

Tinjauan Asuhan Keperawatan

1.3.1 Pengkajian
1) Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas atau istirahat
Bayi ampak semi koma saat tidur, menangis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan
gerakan mata cepat ( REM ), tidur sehari hari 20 jam
b. Sirkulasi
Tanda : Rata rata nadi pada 12 14 jam setelah kelahiran dapat berfluktuasi dari 70 100 ( tidur )
sampai 180 ( menangis ) pada 4 6 jam meningkat sampai 120, nadi perifer mungkin lemah
c. Eliminasi
Tanda : Abdomen lunak tanpa distensi, bising usus aktif sampai beberapa jam setelah kelahiran, urin
tidak berwarna atau kuning pucat
d. Makanan atau cairan
Tanda : BB rata rata 2500 4000 gram, penurunan BB diawali 40 %, saliva dimulut banyak,
paltum keras
e. Neurosensori
Tanda : Lingkar kepala 32 37 cm, kontanel anterior dan posterior lunak atau datar, kaput
suksedanium mungkin ada selama 3 4 hari, kelopak mata mungkin edema, subkonjungtiva
haemoragi, fenomena mata boneka sering ada, bagian telinga atas sejajar dengan bagian
dalam dan luar kantung mata, pemeriksaan neurologis adanya reflek masa, plantar palmar,
babinski
f. Pernafasan
Tanda : Takipnea sementara dapat terlihat, cuping hidung ringan kadang terlihat, retraksi interkostal,
substernal atau subkostal menandakan distres pernafasan
g. Keamanan
Tanda : Sefal hematom dapat tampak sehari setelah kelahiran
h. Seksualitas
Tanda : Labia agak kemerahan / edema, testis turun, skrotum tertutup, kadang fimosis

Rencana Asuhan Keperawatan


1 Diagnosa : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan surfaktan paru yang tidak adekuat
Tujuan : Tidak ada kesulitan bernafas
Kriteria Hasil :
(1). PaO2 dalam batas normal
(2). Frekuensi pernafasan dalm batas normal
Intervensi dan Rasional :
(1). Pertahankan pernafasan dan pantau jantung
R : Sianosis dan takikardi biasanya timbul sebagai hasil dari demam, dehirasi dan hipoksemia
(2). Pantau warna kulit, mukosa dan kuku
R : Sianosis kuku menggambarkan vasokonstriksi atau respon tubuh terhadap demam
(3). Pantau konsentrasi oksigen setiap jam dan monitor ABG
R : Untuk memantau perubahan proses penyakit
(4). Berikan O2 dengan kap oksigen
R : Pemberian terapi O2 untuk menjaga PaO2 di atas 60 mmHg, O2 yang diberikan sesuai dengan
toleransi pasien

1.3.2.2 Risiko tinggi hipotermia dan hipertermia berhubungan dengan sistem pengaturan suhu tubuh
yang belum matang
1) Batasan karakteristik
Mayor (80% - 100%)
Hipotermia :
(1) Penurunan suhu tubuh di bawah 35.50 C (960 F) per rectal
(2) Kulit dingin
(3) Pucat (sedang)
(4) Menggigil (ringan)
Hipertermia
(1) Suhu lebih tinggi dari 37,80 C (1000 F) per oral atau 38,8 0 C (1010 F) per rektal
Minor (50% - 79%)
Hipotermia
(1) Kebingungan mental atau mengantuk atau gelisah
(2) Nadi dan pernafasan menurun
(3) Kakeksia atau malnutrisi
Hipertermia
(1) Kulit kemerahan
(2) Hangat pada sentuhan
(3) Peningkatan frekuensi pernafasan
(4) Takikardia
(5) Menggigil atau merinding
(6) Dehidrasi
2) Tujuan
Menjaga suhu tubuh dalam batas normal yaitu 36 37 5 o C
3) Kriteria hasil :
Bayi akan :
(1) Mempertahankan suhu tubuh normal 36 37 5 o C
(2) Akral hangat
(3) Tidak sianosis
(4) Badan berwarna merah
4) Implementasi dan Rasional
(1) Observasi suhu dengan sering, ulangi setiap 5 menit selama penghatan ulang
R: Hipotermia membuat bayi cenderung pada stress dingin, penggunaan simpanan lemak coklat
yang tidak dapat diperbaiki bila ada dan penurunan sensitivitas untuk meningaktkan
kadarCO2 (hiperkapnea dan penurunan kadar O2 (hipoksia)
(2) Perhatikan adanya takipnea atau apnea, cyanosis, umum, akrosianosi atau kulit belang,
bradikardia, menangis buruk, letargi, evaluasi derajat dan lokasi icterik
R: Tanda-tanda ini menandakan stress dingin yang meningkatkan O2 dan kalori serta membuat
bayi cenderung pada asidosis berkenaan dengan metabolic anaerobic
(3) Tempatkan bayi pada penghangat, isolette, incubator, tempat tidur terbuka dengan penyebar
hangat, atau tempat tidur bayi terbuka dengan pakaian tepat untuk bayi yang lebih besar atau
lebih tua
R: Mempertahankan lingkungan termometral, membantu mencegah stress dingin
(4) Gunakan lampu pemanas selama prosedur. Tutup penyebar hangat atau bayi dengan penutup
plastic atau kersta aluminum bila tepat. Objek panas berkontak dengan tubuh bayi seperti
stetoskop
R: Menjaga suhu tubuh bayi dalam batas normal
(5) Ganti pakaian atau linen tempat tidur bila basah. Pertahankan kepala bayi tetap tertutup
R: Menurunkan kehilangan panas melalui evaporasi
nosa : Pola nafas tak efektif berhubungan dengan imaturitas pada system pernafasan
1) Batasan karakteristik
Mayor (harus terdapat)
Perubahan frekuensi pernafasan atau pola pernafasan (dari biasanya), perubahan nadi
(frekuensi, irama dan kualitas)
Minor (mungkin terdapat)
(1) Ortopnea
(2) Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi
(3) Irama pernafasan tidak teratur
(4) Pernafasan yang berat
2) Tujuan : Pola nafas menjadi efektif
3) Kriteria Hasil :
(1). Tidak terjadi sumbatan jalan nafas
(2). Nafas dalam batas normal
4) Intervensi dan Rasional :
(1). Observasi tanda tanda vital nafas tiap 4 jam
R : Tanda vital terutama nafas sebagai indikator adanya sumbatan jalan nafas
(2). Hisap lendir jika terdapat sumbatan pada jalan nafas
R : Membebaskan jalan nafas dari sumbatan
(3). Berikan posisi semifowler
R : Memungkinkan paru paru dapat bekerja optimal
(4). Hindari posisi kepala hiperekstensi
R : Posisi tersebut dapat menyumbat jalan nafas
(5). Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
R : Terapi dapat membantu penyembuhan pasien

Вам также может понравиться