Вы находитесь на странице: 1из 16

membayar seluruh kewajiban Perseroan dalam

1. PT PASAL 3 UU NO 4 TAHUN 2007 kepailitan tersebut, maka Pasal 104 ayat (2) UUPT
mengatur bahwa setiap anggota Direksi secara
TENTANG PT. JUSTIFIKASI TANGGUNG
tanggung-renteng bertanggung jawab atas seluruh
JAWAB DIREKSI SELAKU PEMEGANG kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut.
SAHAM. TEORI , DASAR, BISNIS, LEBIH Tanggung jawab yang dimaksud diatas, berlaku juga
BAGUS DIHUBUNGKAN DNEGAN TAX bagi Direksi yang salah atau lalai yang pernah
Pasal 3 menjabat sebagai anggota Direksi dalam jangka waktu
(1) Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit
jawab secara pribadi atas perikatan yang diucapkan.
dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung
jawab atas kerugian Perseroan melebihi Anggota Direksi dapat tidak bertanggung jawab atas
saham yang dimiliki. kepailitan Perseroan sebagaimana dimaksud diatas,
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak jika dapat membuktikan bahwa: (i) kepailitan tersebut
berlaku apabila: bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; (ii) telah
a. persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-
atau tidak terpenuhi; hatian, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan
b. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
maupun tidak langsung dengan Perseroan; (iii) tidak mempunyai benturan kepentingan
itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan
pribadi; pengurusan yang dilakukan; dan (iv) telah mengambil
c. pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.
perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh Perseroan; atau
d. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung Berdasarkan Pasal 1 angka (5) Undang- Undang
maupun tidak langsung secara Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan,
(UUPT) menyebutkan bahwa pengertian Direksi
yang mengakibatkan kekayaan
dalam Perseroan Terbatas (Perseroan) adalah organ
Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
utang Perseroan. penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan
1. Tanggung Jawab Direksi Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam
Menurut Pasal 97 ayat (2) UUPT, setiap anggota maupun di luar pengadilan sesuai dengan anggaran
Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas dasar.
kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan
bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya.. Kewenangan Direksi
Apabila Direksi terdiri dari atas 2 (dua) anggota Direksi
atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud Sebagaimana disebutkan dalam pengertian direksi di
diatas, berlaku secara tanggung renteng bagi setiap atas, maka kewenangan direksi adalah sebagai
anggota Direksi. Berdasarkan Pasal 97 ayat (3) UUPT, berikut:
anggota Direksi tidak dapat dipertanggung jawabkan
atas kerugian sebagaimana yang dimaksud diatas, 1. Salah satu organ Persoran yang memiliki
apabila dapat membuktikan:
kewenangan penuh atas pengurusan dan hal-hal

1. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan terkait kepentingan Perseroan sesuai dengan

atau kelalaiannya; maksud dan tujuan Perseroan.

2. Telah melakukan pengurusan dengan itikad 2. Mewakili Perseroan untuk melakukan

baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan perbuatan hukum baik di dalam maupun di luar

sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; pengadilan sesuai dengan ketentuan UUPT and
anggaran dasar.
3. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik
Kewenangan direksi untuk mewakili Perseroan bersifat
langsung maupun tidak langsung atas tindakan tidak terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan
pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan lain dalam UUPT, anggaran dasar atau keputusan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam hal
anggota direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang, yang
4. Telah mengambil tindakan untuk mencagah berwenang mewakili Perseroan adalah setiap anggota
direksi, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar.
timbul atau selanjutnya kerugian tersebut. Maksud dari pengecualian ini adalah agar anggaran
dasar dapat menentukan bahwa Perseroan dapat
Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau diwakili oleh anggota direksi tertentu sebagaimana
kelalaian Direksi dan harta pailit tidak cukup untuk diatur dalam Pasal 98 UUPT.
Menurut Pasal 99 UUPT, kewenangan direksi dalam
4. Telah mengambil tindakan untuk mencegah
mewakili Perseroan bukan berarti tidak ada
pembatasan. Namun, dalam hal tertentu direksi tidak timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut.
berwenang mewakili Perseroan apabila:

1. Dalam hal terjadi perkara di pengadilan antara Tugas Direksi


Perseroan dengan anggota direksi yang
Sesuai dengan Pasal 100 UUPT, direksi berkewajiban
bersangkutan; atau menjalankan dan melaksanakan beberapa tugas
selama jabatannya menurut UUPT, yaitu:

2. Anggota direksi yang bersangkutan


1. Membuat daftar pemegang saham, daftar
mempunyai benturan kepentingan dengan
khusus, risalah RUPS dan risalah rapat direksi;
Perseroan.

Jika terjadi kondisi seperti demikian, maka Perseroan 2. Membuat laporan tahunan dan dokumen
dapat diwakili oleh:
keuangan Perseroan;

1. Anggota direksi lainnya yang tidak mempunyai


3. Memelihara seluruh daftar, risalah dan
benturan kepentingan dengan Perseroan;
dokumen keuangan Perseroan.

2. Dewan komisaris dalam hal seluruh anggota Seluruh daftar, risalah, dokumen keuangan Perseroan
dan dokumen Perseroan lainnya disimpan di tempat
direksi mempunyai benturan kepentingan dengan
kedudukan Perseroan. Atas permohonan tertulis dari
Perseroan; atau pemegang saham, direksi dapat memberi izin kepada
pemegang saham untuk memeriksa daftar pemegang
saham, daftar khusus, risalah RUPS serta mendapat
3. Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal salinan risalah RUPS dan salinan laporan tahunan.
seluruh anggota direksi atau dewan komisaris Anggota direksi juga wajib melaporkan kepada PT
mempunyai benturan kepentingan dengan mengenai saham yang dimiliki anggota direksi
dan/atau keluarganya dalam Perseroan dan Perseroan
Perseroan. lain untuk dicatat dalam daftar khusus. Anggota direksi
yang tidak melaksanakan kewajiban ini dan
Tanggung Jawab Direksi menimbulkan kerugian bagi Perseroan, bertanggung
jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan tersebut
Direksi bertanggung jawab atas pengurusan sebagaimana diatur dalam Pasal 101 UUPT.
Perseroan dengan itikad baik. Tanggung jawab direksi
melekat penuh secara pribadi atas kerugian Lebih lanjut, menurut Pasal 102 UUPT diatur tugas
Perseroan, apabila anggota direksi yang bersangkutan direksi sehubungan dengan pengurusan kekayaan
bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya. Perseroan dimana direksi berkewajiban untuk
memperoleh persetujuan RUPS untuk:
Tanggung jawab direksi yang terdiri atas 2 (dua)
anggota direksi atau lebih berlaku secara tanggung
renteng bagi setiap anggota direksi. Pengecualian 1. Mengalihkan kekayaan Perseroan; atau
terhadap tanggung jawab secara renteng oleh anggota
direksi terjadi apabila dapat membuktikan:
2. Menjadikan kekayaan Perseroan sebagai

1. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan jaminan utang.

atau kelalaiannya; Kekayaan Perseroan yang dimaksud merupakan


kekayaan yang jumlahnya lebih dari 50% (lima puluh
2. Telah melakukan pengurusan dengan itikad persen) jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam 1
(satu) transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu
baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sama lain maupun tidak. Selain tugas-tugas di atas,
kewajiban atau tugas direksi juga dapat ditentukan
sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;
lebih lanjut dalam anggaran dasar Perseroan.

3. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik 3. 2. ABRITASE TERKAIT IMF DAN SEJARAH
PEMBENTUKKAN UU (TEORI , DASAR
langsung mapun tidak langsung atas tindakan
HUKUM,JUSTIFIKASI BISNIS)
pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan
Undang-Undang Arbitrase Baru, lahir sebagai salah satu bentuk penyelesaian
ketika Indonesia mengalami sengketa di luar pengadilan,
krisis ekonomi yang dimulai pada paruh menawarkan beberapa keunggulan bila
kedua tahun 1 997. Bersama-sama dibandingkan dengan
dengan berbagai undang-undang lainnya, penyelesaian melalui pengadilan. Proses
Undang-Undang Arbitrase Baru yang relatif lebih cepat,
merupakan bagian dari pelaksanaan konfidensial, berkualitas, serta
program reformasi hukum berorientasi ke masa depan, sangat
untuk menyelamatkan perekonomian sesuai
nasional dalam kerangka kerjasama dengan karakter dunia bisnis. Dunia
dengan International Monetary Fund bisnis adalah dunia efisiensi dan
(IMF).8> efektifitas, dunia persaingan dan
Kendati kelahirannya yang kerjasama. Karena itu pertimbangan
sedemikian, hal ini tidak lantas berarti seperti biaya, waktu, profesionalisme
bahwa Undang-Undang Arbitrase Baru serta ketetapan sasaran menjadi
dibentuk semata-mata atas sesuatu yang penting bagi dunia bisnis,
desakan lembaga keuangan termasuk dalam menyelesaikan
internasional tersebut. Jauh sebelum sengketa yang dihadapi. Peran arbitrase
Indonesia mengalami krisis, keinginan di masa depan akan semakin
untuk memperbaharui bidang penting, ketika kehidupan perkenomian
hukum arbitrase sudah banyak nasional semakin terintergrasi
disuarakan baik dari kalangan hukum dengan perekonomian global yang
maupun pelaku dunia usaha. Bahkan sedang berlangsung seperti sekarang
untuk merespon hal ini Departemen ini.

(Berbagai Undang-undang yang lahir 3. LETTER OF CREDIT HUBUNGANNYA


dalam kerangka ini, antara lain Undang-
Undang No. DENGAN BILL OF LADING + KUH
4 Prp. Tahun1999 tentang Perubahan DAGANG.
Peraturan Kepailitan, yang kini telah
Letter Of Credit atau yang biasa disebut dengan L/C
diganti
dengan Undang-Undang No. 37 Tahun adalah suatu fasilitas atau jasa yang diberikan oleh
2004, Undang-Undang No. 9 Tahun 1999 bank kepada nasabah dalam rangka mempermudah
tentang
Larangan Monopoli dan Persaingan tidak dan memperlancar transaksi jual beli barang terutama
Sehat dan Undang-Undang No. Tahun yang berkaitan dengan ekspor impor.
1999 Contoh mekanisme L/C untuk suatu transaksi
tentang Perlindungan Konsumen.)
perdagangan internasional dapat diawali dengan
Pada tahun 1999, sebagai bagian dari penandatanganan kontrak jual beli barang antara
usaha Indonesia mengatasi importir (Indonesia) dengan eksportir (Arab Saudi).
krisis ekonomi yang mulai melanda sejak Pihak importir mengajukan permohonan penerbitan
paruh kedua tahun 1997, lahir L/C kepada bank di Indonesia (issuing bank) disertai
Undang-Undang Arbitrase Baru, Undang- dengan setoran jaminan. Kemudian issuing bank
Undang No.30 Tahun 1999
(bank penerbit) meminta pembukaan L/C kepada bank
tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa. Undang-Undang di Arab Saudi (advising bank).
ini lahir, kendati terkait dengan progam Mengenai L/C importir dan adanya jaminan
yang disodorkan IMF, dimaksudkan pembayaran. Pihak eksportir mengirim barang sesuai
untuk merespon tuntutan masyarakat dengan pesanan kepada importir dan mengirimkan
terutama pelaku dunia usaha yang dokumen-dokumen ekspor tersebut kepada advising
sudah cukup lama disuarakan . Kete bank (bank penerus) untuk diverifikasi dan dilakukan
ntuan arbitrase yang diatur dalam Rv pemeriksaan. Setelah itu advising bank mengirim
dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan
dokumen-dokumen tersebut kepada issuing bank serta
perkembangan kebutuhan hukum
pelaku dunia usaha. meminta pembayaran L/C. Selanjutnya issuing bank
memberitahukan kedatangan dokumen tersebut
Mekanisme penyelesaian sengketa bisnis kepada importir dan permintaan pelunasan L/C.
melalui Arbitrase,
Bank Indonesia dalam Surat Edaran No. kiriman uang lebih dahulu dari importir, atau dokumen
26/34/ULN tanggal 17 Desember 1993 mengatur L/C harus dikirimkan dulu untuk Collection.
yang diterbitkan bank devisa (bank umum) boleh 3. Biaya yang dipungut bank untuk negosiasi dokumen
tunduk atau tidak pada UCP. Bank Indonesia secara relatif kecil bila ada L/C
yuridis formal memberikan kebebasan kepada bank 4. Terhindar dari risiko pembatasan transfer valuta.
devisa di Indonesia untuk menentukan sikap. 5. Kemungkinan memperoleh uang muka atau kredit
Letter of credit adalah suatu surat yang tanpa bunga bila importir bersedia membuka L/C
dikeluarkan bank devisa atas permintaan importir dengan syarat "Red Clause", maka eksportir dapat
nasabah bank devisa bersangkutan dan ditujukan memperoleh uang muka dari L/C yang tersedia. Ini
kepada eksportir di luar negeri yang menjadi relasi dari berarti eksportir mendapat kredit tanpa bunga atau
importir tersebut. Isi surat itu menyatakan bahwa semacam uang panjar yang biasanya diperlukan untuk
eksportir penerima L/C diberi hak oleh importir importir memulai produksi barang yang akan diekspor.
untuk menarik wesel (surat perintah untuk melunasi
utang) atas Bank Pembuka untuk sejumlah uang yang Keuntungan L/C bagi importir
disebut dalam surat itu. Bank yang bersangkutan 1. Pembukaan L/C dapat diartikan bahwa Opening Bank
menjamin untuk mengakseptir atau menghonorir wesel meminjamkan nama baik dan reputasinya kepada
yang ditarik tersebut asal sesuai dan memenuhi syarat importir sehingga dapat dipercayai oleh eksportir.
yang tercantum di dalam surat itu.3) Eksportir yakin bahwa barang yang akan dikirimkan
L/C adalah suatu alat (instrumen) yang pasti akan dibayar.
memudahkan transaksi dagang antara eksportir 2. L/C merupakan jaminan bagi importir, bahwa
dengan importir yang belum saling mengenal, atau dokumen atas barang yang dipesan akan diterimanya
yang tidak mempunyai ikatan khusus tertentu. L/C dalam keadaan lengkap dan utuh, karena akan diteliti
dianggap instrumen yang paling penting dan paling oleh bank yang sudah mempunyai keahlian dalam hal
aman didalam transaksi perdagangan internasional, itu.
terutama dilihat dari sudut sistem pembayaran. 3. Importir dapat mencantumkan syarat-syarat untuk
Adapun untungan yang diperoleh eksportir dari pengamanan yang pasti akan dipatuhi oleh eksportir
L/C : agar dapat menarik uang dari L/C yang tersedia
1. Kepastian pembayaran dan menghindari risiko 4.1 Tanggung jawab eksportir dengan cara
sekalipun eksportir tidak mengenal importir, tetapi pembayaran Letter of Credit
dengan adanya L/C sudah merupakan jaminan bagi Eksportir dalam melaksanakan transaksi
eksportir bahwa tagihannya pasti dilunasi bank sesuai ekspor impor khususnya dalam cara pembayaran
ketentuan. Reputasi atau nama baik bank yang Letter of Credit (L/C) mempunyai kewajiban dalam
membuka L/C merupakan jaminan pokok, dan jaminan penyiapan dokumen sesuai dengan persyaratan L/C.
pembayaran itu akan menjadi ganda bila bank devisa Penyiapan dokumen ini sangat penting dan
yang bertindak sebagai Advising Bank juga merupakan tanggung jawab eksportir, karena Bank
memberikan konfirmasinya. Jadi risiko untuk tidak melakukan pembayaran berdasarkan dokumen. Untuk
terbayar menjadi sangat minim. Di sini terlihat itu eksportir harus benar-benar memperhatikan
besarnya peranan bank dalam memperlancar kesesuaian dokumen dengan L/C karena apabila
perdagangan internasional. terdapat ketidaksesuaian maka dokumen-dokumen
2. Penguangan dokumen dapat langsung dilakukan Bila tersebut dinyatakan menyimpang atau
barang sudah dikapalkan, maka dengan adanya L/C discrepancies. Namun dalam proses penyiapan
shipping documents dapat langsung diuangkan atau dokumen sering kali terjadi kesalahan-kesalahan yang
dinegosiasikan dengan Advising Bank dan tidak perlu disebabkan keterbatasan kemampuan eksportir atau
lagi menunggu pembayaran atau kiriman uang dari kesalahan yang disebabkan kurang ketelitian misalkan
importir. Advising Bank atau Negotiating Bank tidak kesalahan dalam penulisan dokumen. Kesalahan yang
ragu untuk melunasi dokumen pengapalan itu karena kecil tersebut cukup dijadikan dasar untuk menolak
pembayarannya sudah dijamin oleh Opening Bank. seluruh shipping documents.
Sebaliknya, bila tidak ada L/C maka eksportir tidak Transaki ekspor impor khususnya mengenai
mungkin menegosiasikan shipping cara pembayaran dengan L/C berpedoman pada UCP
documentssehingga harus menunggu transfer atau No. 500 Tahun 1993. Di Indonesia ketentuan khusus
yang mengatur mengenai L/C adalah Surat Edaran
yang diterbitkan oleh Bank Indonesia yaitu Surat 2) Bukti kontrak pengangkutan;
Edaran No. 26/34/ULN tanggal 17 Desember 1993 3) Bukti penyerahan barang;
yang mengatur mengenai kebebasan bank devisa 4) Bukti pemilikan atau dokumen pemilikan barang
tunduk pada UCP No.500 tahun 1993. Secara umum
ketentuan dalam Buku III Bab V KUH Perdata dan
*Bill of Lading (B/L) adalah surat tanda terima
ketentuan-ketentuan dalam KUHD tetap berlaku bagi
barang yang telah dimuat di dalam kapal laut
transaksi ekspor impor.
yang juga merupakan tanda bukti kepemilikan
Kewajiban eksportir sebagai perijual adalah
barang dan juga sebagai bukti adanya kontrak
menyerahkan barang ekspor kepada importir sesuai
atau perjanjian pengangkutan barang melalui
perjanjian. Untuk itu, seorang eksportir membutuhkan laut.
jasa pengangkut. Sarana angkutan laut adalah saran
pengiriman barang yang dianggap lebih mudah dan Pasal 506 ayat 1 KUHD mendefinisikan bill of lading
atau konsemen sebagai suatu surat yang bertanggal
murah. Dokumen
dalam mana si pengangkut menerangkan bahwa ia
Hak eksportir adalah mendapatkan telah menerima barang-barang tersebut untuk
pembayaran atas barang yang telah diekspornya. diangkutnya ke suatu tujuan tertentu dan
menyerahkanya di situ kepada seseorang tertentu,
Eksportir akan mendapatkan hak tersebut apabila
begitupula menerangkan dengan syarat-syarat apakah
telah memenuhi kewajibannya, yaitu menyerahkan barang-barang itu akan diserahkan. Dari ketentuan
barang kepada importir. Dalam hal cara pembayaran pasal tersebut fungsi dari B/L yaitu:
menggunakan 1. sebagai surat bukti perjanjian pengangkutan.
2. sebagai surat bukti penerimaan barang
Letter of Credit eksportir akan mendapatkan 3. sebagai bukti pemilikan barang (document of title)
pembayaran setelah dokumen-dokumen yang CARA PERALIHAN B/L
disyaratkan telah terpenuhi, diantaranya dokumen Bill B/L dapat diterbitkan sebagai atas nama (op naam),
atas pengganti (aan order) maupun atas tunjuk (aan
of Lading. toonder) sebagaimana diatur dalam pasal 506 ayat 2
Penyiapan dokumen-dokumen terutama KUHD. Fungsinya untuk menunjukan bagaimana B/L
dokumen B/L sangat penting karena Bank melakukan tersebut harus diperalihkan.
Lebih lanjut pasal 508 KUHD B/L atas pengganti
pembayaran berdasarkan dokumen yang telah
diperalihkan dengan endosemen dan penyerahan
memenuhi syarat-syarat yang telah disepakati dalam suratnya. Pasal ini tidak mengatur bagaimana cara
L/C. Penyimpangan dari kondisi syarat kredit dapat peralihan B/L atas nama dan atas tunjuk. Untuk itu
dijadikan alasan Bank untuk menolak pembayaran. kita dapat melihat ketentuan pasal 613 KUH Perdata,
Hal ini berarti eksportir tidak menerima hak dimana peralihan B/L atas nama dapat dilakukan
pembayaran atas barang yang telah dikirimkannya. dengan akte van cessie, dan B/L atas tunjuk dengan
peralihan dari tangan ketangan yang disertai dengan
Tanggung jawab eksportir terhadap dokumen
endorsemen .
B/L adalah menyiapkan B/L sesuai dengan cara
pembayaran L/C dan apabila terdapat penyimpangan- 4.PKPU TETAP DIKAITKAN DENGAN
penyimpangan dalam B/L yang dapat diperbaiki,
COST BENEFIT ANALYSIS
eksportir diberi kesempatan untuk memperbaikinya.
Dalam hal penyimpangan berupa barang tidak sesuai Analisis manfaat-biaya merupakan analisis yang
dengan pesanan maka importir dapat melakukan klaim digunakan untuk mengetahui besaran
langsung kepada eksportir. Penyerahan barang keuntungan/kerugian serta kelayakan suatu
proyek. Dalam perhitungannya, analisis ini
kepada importir merupakan tanggung jawab eksportir. memperhitungkan biaya serta manfaat yang
Dalam hal penyerahan barang dokumen yang sangat akan diperoleh dari pelaksanaan suatu
penting adalah Bill of lading . B/L tersebut sebagai program. Dalam analisis benefit dan cost
bukti bahwa eksportir telah melaksanakan perhitungan manfaat serta biaya ini merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
kewajibannya, yaitu menyerahkan barang untuk
Analisis ini mempunyai banyak bidang
diangkut. yang mempunyai arti penting pada penerapan. Salah satu bidang penerapan yang
pengangkutan laut adalah umum menggunakan rasio ini adalah dalam
Bill of lading (B/L) yang dikeluarkan oleh bidang investasi. Sesuai dengan denganmaknat
ekstualnya yaitu benefit cost (manfaat-biaya)
pengangkut. Tanggung jawab eksportir dalam cara
maka analisis ini mempunyai penekanan dalam
pembayaran dengan Letter of Credit melampirkan perhitungan tingkat keuntungan/kerugian suatu
dokumen B/L yang berfungsi berfungsi : program atau suatu rencana dengan
1) Bukti tanda pengiriman barang; mempertimbangkan biaya yang akan
dikeluarkan serta manfaat yang akan dicapai. Ini melibatkan membandingkan biaya
Penerapan analisis ini banyak digunakan oleh total diharapkan setiap pilihan terhadap
para investor dalam upaya mengembangkan manfaat yang diharapkan total, untuk
bisnisnya. Terkait dengan hal ini maka analisis melihat apakah manfaatnya lebih besar
manfaat dan biaya dalam pengembangan daripada biaya, dan seberapa banyak.
investasi hanya didasarkan pada rasio tingkat
keuntungan dan biaya yang akan dikeluarkan CBA adalah terkait dengan, tetapi berbeda dari
atau dalam kata lain penekanan yang analisis efektivitas biaya. Dalam CBA, manfaat
digunakan adalah pada rasio finansial atau dan biaya yang dinyatakan dalam bentuk uang,
keuangan. dan disesuaikan dengan nilai waktu dari uang,
sehingga semua aliran arus manfaat dan biaya
proyek dari waktu ke waktu (yang cenderung
Dibandingkan penerapannya dalam bidang terjadi pada titik-titik berbeda dalam waktu)
investasi, penerapan Benefit Cost Ratio (BCR) disajikan pada dasar umum dalam hal mereka
telah banyak mengalami perkembangan. Salah "nilai sekarang".
satu perkembangan analisis BCR antara lain
yaitu penerapannya dalam bidang Erat terkait, tapi sedikit berbeda, teknik formal
pengembangan ekonomi daerah. Dalam bidang meliputi analisis efektivitas biaya, biaya utilitas,
pengembangan ekonomi daerah, analisis ini analisis dampak ekonomi, analisis dampak
umum digunakan pemerintah daerah untuk fiskal dan Return on Investment Sosial (SROI)
menentukan kelayakan pengembangan suatu analisis.
proyek. Relatif berbeda dengan penerapan BCR
di bidang investasi, penerapan BCR dalam Konsep Dasar Analisis Cost Benefit
proses pemilihan suatu proyek terkait Analysis
upayapengembangan ekonomi daerah relatif Keterbatasan anggaran pemerintah merupakan
lebih sulit. Hal ini dikarenakan aplikasi BCR hal yang umum ditemui. Di sisi
dalam sektor publik harus mempertimbangkan lain, pemerintahdihadapkan pada berbagai
beberapa aspek terkait social benefit (social alternatif program yang akan dilaksanakan. Hal
welfare function) dan lingkungan serta tak tersebutmenyebabkan pemerintah harus jeli
kalah penting adalah faktorefisiensi. Faktor dalam menentukan program yang
efisiensi mutlak menjadi perhatian menimbang diprioritaskan. Pemilihanprioritas suatu proyek
terbatasnya dana dan kemampuan pemerintah tidak mudah. Dalam memutuskan kelayakan
daerah sendiri. Secara terinci aspek-aspek suatu proyek yangberhubungan dengan sektor
tersebut juga mempertimbangkan dampak publik, pemerintah dihadapkan pada banyak
penerapan suatu program dalam masyarakat pertimbangan danpermasalahan. Dalam hal ini,
baik secara langsung (direct impact) maupun prioritas yang dipilih harus mempertimbangkan
tidak langsung (indirect impact) faktor kepentingan publik atau masyarakat umum
eksternalitas, ketidakpastian (uncertainty),
risiko (risk) serta shadow price. Terkait Terkait dengan proses pengambilan keputusan
perhitungan risiko dan ketidakpastian, hal ini mengenai kelayakan suatu proyek atau
dapat diatasi dengan menggunakan asuransi program,pemerintah memerlukan suatu alat
dan melakukan lindung nilai (hedging). Efisiensi analisis yang mampu digunakan dalam
ekonomi merupakan kontribusi murni suatu meminimalkankesalahan dalam pemilihan
program dalam peningkatan kesejahteraan keputusan. Salah satu analisis yang dapat
masyarakat. Sehingga yang menjadi perhatian digunakan sebagai alatuntuk memilih program
utama dalam penerapan BCR dalam suatu yang layak diprioritaskan adalah dengan
proyek pemerintah yang berkaitan dengan menggunakan analisis.
sektor publik adalah redistribusi sumber daya.
Manfaat Cost Benefit Analysis-Ratio
Analisis biaya-manfaat (CBA), kadang-kadang Terkait dengan penerapan BCR dalam
disebut analisis manfaat-biaya (BCA), adalah perekonomian suatu daerah, maka
proses sistematis untuk menghitung dan sesuai dengan pedoman penyusunan anggaran
membandingkan manfaat dan biaya dari proyek berbasis kinerja, pemerintah harus menentukan
untuk dua tujuan: target kinerja.Target tersebut ditetapkan
berdasarkan prioritas tertentu. Dalam hal ini,
Untuk menentukan apakah itu adalah BCR tidak hanyamembantu pengambil
investasi yang sehat (pembenaran / kebijakan untuk memilih alternatif terbaik dari
kelayakan). pilihan yang ada, yang dalamhal ini pemilihan
alternatif terbaik dilakukan berdasarkan alasan
Untuk melihat bagaimana perbandingan antara life cycles benefit dengan
biaya yang dikeluarkan, melainkan juga dapat
membandingkan dengan proyek-proyek
membandingkan alternatif-alternatif tersebut.
alternatif (peringkat / prioritas tugas).
Analisis BCR masih dapat diterapkan ketika
suatu proyek telah diputuskan untuk dilakukan, utang, dengan maksud pada umumnya
sehingga manfaat yang kedua dari untuk mengajukan rencana perdamaian
dilakukannya analisis BCR adalah dapat yang meliputi tawaran pembayaran
mengontrol perkembangan dari proyek yang seluruh atau sebagian utang kepada
bersangkutan pada tahun-tahun ke depan. kreditur konkuren (lihat ps. 212 UU
Manfaat ketiga dari penerapan BCR adalah BCR Kepailitan).
dapat digunakan untuk evaluasi suatu proyek
yang telah selesai dikerjakan. Tujuan PKPU dapat diajukan secara sukarela
dilakukannya evaluasi ini adalah untuk
oleh debitur yang telah memperkirakan
mengetahui kinerjasuatu proyek dan hasil
bahwa ia tidak akan dapat membayar
analisis yang telah dilakukan dapat digunakan
utang-utangnya, maupun sebagai upaya
untuk perbaikan program yang selanjutnya.
hukum terhadap permohonan pailit yang
diajukan oleh krediturnya.
Berdasarkan hasil analisis ini, pemerintah dapat
menentukan pilihan yang tepat dan anggaran
dapat dialokasikan secara efektif. Pemilihan PKPU sendiri terbagi 2 bagian, tahap
alternatif dan penentuan prioritas ini pertama, adalah PKPU Sementara, dan
berkontribusipada pencapaian anggaran tahap kedua adalah PKPU Tetap.
berbasis kinerja, yang merupakan salah satu Berdasarkan Pasal 214 ayat (2) UU
pilar reformasianggaran. Telah dijelaskan pada Kepailitan Pengadilan niaga HARUS
bagian sebelumnya bahwa landasan utama mengabulkan permohonan PKPU
penetapan suatu proyekdalam kapasitas Sementara. PKPU sementara diberikan
pengembangan daerah tidak mutlak hanya untuk jangka waktu maksimum 45 hari,
dilakukan berdasarkan sebelum diselenggarakan rapat kreditur
variabel manfaat dan biaya. yang dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada debitur untuk
mempresentasikan rencana perdamaian
Dalam pengembangan ekonomi suatu wilayah, yang diajukannya.
analisis utama yang harus dikedepankan oleh
pemerintah daerah adalah sejauh mana PKPU Tetap diberikan untuk jangka
kontribusi suatu proyek dalamkomunitas dan waktu maksimum 270 hari, apabila pada
ekonomi lokal suatu wilayah.Secara umum, BCR hari ke 45 atau rapat kreditur tersebut,
dapat membantu penggunanya untuk: belum dapat memberikan suara mereka
terhadap rencana tersebut (lihat ps. 217
1. Membantu dalam proses pengambilan (3) UUK).
keputusan.
Prinisp ini jelas berbeda dengan
2. Menambah alternatif atau pilihan. kepailitan, yang prinsip dasarnya adalah
untuk memperoleh pelunasan secara
3. Mengurangi biaya alternatif yang tidak proporsional dari utang-utang debitur.
efektif. Meskipun pada prinsipnya kepailitan
masih membuka pintu menuju
PKPU diatur pada BAB II UU Kepailitan, perdamaian dalam kepailitan, namun
tepatnya ps. 212 sampai ps. 279 cukup jelas bahwa kepailitan dan PKPU
Undang-Undang Kepailitan. adalah dua hal yang berbeda, dan oleh
2. Mungkin urutan pemikirannya perlu karenanya tidak pada tempatnya untuk
diperjelas terlebih dahulu. PKPU tidak membandingkan secara kuantitatif
dapat disejajarkan dengan instrumen kedua hal tersebut.
kepailitan, atau sebagai sesuatu yang
bersifat alternatif dari prosedur 3. Jelas sangat bermanfaat, karena
kepailitan, sehingga tidak dapat perdamaian yang dilakukan melalui
dibandingkan seperti yang ditanyakan. PKPU akan mengikat kreditur lain diluar
PKPU (lihat ps.270 UUK), sehingga
PKPU adalah prosedur hukum (atau debitur dapat melanjutkan
upaya hukum) yang memberikan hak restrukturisasi usahanya, tanpa takut
kepada setiap Debitur yang tidak dapat digerecoki' oleh tagihan-tagihan
atau memperkirakan bahwa ia tidak kreditur-kreditur yang berada diluar
akan dapat melanjutkan membayar PKPU.
utang-utangnya yang sudah jatuh waktu
dan dapat ditagih, dapat memohon Selain itu Kreditur juga seharusnya
penundaan kewajiban pembayaran terjamin melalui PKPU, karena apabila
terjadi pelanggaran terhadap perjanjian atau setelah putusan pengesahan
perdamaian tersebut, maka kreditur perdamaian memperoleh kekuatan
dapat mengajukan permohonan hukum tetap, dan atas permintaan
pembatalan perjanjian perdamaian pengurus atau Hakim Pengawas, jika
kepada Pengadilan Niaga, dan debitur masih diperlukan, Pengadilan wajib
akan otomatis dinyatakan pailit (lihat ps. mengangkat sita yang telah diletakkan
160, 161, jo 276 UUK). atas benda yang termasuk harta
Debitor.
Bandingkan dengan apabila melalui
proses restructuring biasa, yang apabila Mualimin menegaskan PKPU dapat
terjadi breach perjanjian, tentunya diminta baik debitor maupun kreditor
harus dilalui proses gugat perdata yang ketika debitor - dalam waktu yang cukup
berliku-liku proses dan panjangnya melalui putusan Pengadilan Niaga -
waktu. dapat melunasi utang-utangnya di
kemudian hari tanpa harus menutup
perusahaan. Dengan PKPU, piutang
PKPU sementara Merupakan PKPU yang kreditor dapat dibayar penuh oleh
penetapannya dilakukan sebelum debitor.
sidang dimulai, dan harus dikabulkan
oleh pengadilan setelah pendaftaran Dalam jangka waktu itu kreditor dan
dilakukan. debitor menyepakati cara-cara
PKPU tetap Merupakan PKPU yang pembayaran utang dengan
ditetapkan setelah sidang berdasarkan menawarkan rencana
persetujuan dari para kreditor. perdamaian terhadap seluruh atau
sebagian utangnya. Permohonan PKPU
Pemerintah menegaskan permohonan oleh debitor ini dilakukan sebelum
penundaan kewajiban pembayaran permohonan pernyataan pailit yang
utang (PKPU) ke pengadilan tidak diajukan pihak lain. Ada kalanya PKPU
mengurangi kewajiban debitor ini diajukan bersamaan dengan
membayar utangnya. Sebab, pengajuan permohonan pernyataan pailit. Jika
PKPU ditujukan untuk mencari jalan bersamaan, PKPU harus diputus lebih
membayar utang debitor tanpa dulu, katanya.
menghentikan jalannya perusahaan
debitor seperti diatur dalam Pasal Dia menjelaskan apabila batas waktu
222 UU No. 37 Tahun 2004 tentang yang telah ditentukan Pasal 228 ayat (6)
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban UU Kepailitan, yakni rencana
Pembayaran Utang (PKPU). perdamaian yang diajukan oleh debitor
gagal atau tidak disetujui kreditor, maka
Dalil pemohon yang menganggap Pasal debitor dinyatakan pailit. Dengan
242 ayat (2) UU Kepailitan dan PKPU demikian, anggapan terhadap Pasal 242
tidak memiliki kepastian hukum keliru. ayat (2) UU Kepailitan dan PKPU
Justru, dengan pasal itu utang debitor merugikan hak konstitusional pemohon
akan dapat dibayarkan tanpa harus tidak berdasar. Justru, ketentuan itu
menutup perusahaan debitor, kreditor memungkinkan kelangsungan usaha
dapat menagihkan piutang seluruhnya, debitor.
kata Plt Dirjen Perundang-undangan
Kementerian Hukum dan HAM dalam Dengan keberlangsungan usaha,
sidang lanjutan pengujian UU Kepailitan memberi waktu bagi debitor melunasi
dan PKPU di ruang sidang Mahkamah utang kepada kreditor secara
Konstitusi (MK), Kamis (20/2). keseluruhan berdasarkan rencana
perdamaian yang disepakati dalam
Pasal 242 ayat (2) UU Kepailitan PKPU, jelasnya.
menyebutkan, Kecuali telah ditetapkan
tanggal yang lebih awal oleh Pengadilan Tidak gugurkan sita
berdasarkan permintaan pengurus, Dalam pendapatnya, DPR menyatakan
semua sita yang telah diletakkan gugur Pasal 242 ayat (2) UU Kepailitan tidak
dan dalam hal Debitor disandera, serta merta menggugurkan semua sita
Debitor harus dilepaskan segera setelah yang diletakkan tanpa memperhatikan
diucapkan putusan penundaan proses atau upaya hukum yang sedang
kewajiban pembayaran utang tetap berjalan di pengadilan.
menyatakan bahwa Negara mempunyai
Pasal 242 ayat (2) UU Kepailitan
hak mendahulu untuk tagihan pajak atas
memberi persyaratan atau kondisi,
yakni Kecualitelah ditetapkan tanggal barang-barang milik Penanggung Pajak dan
lebih awal oleh pengadilan berdasarkan Hak mendahulu untuk tagihan pajak
permintaan pengurus... Tetapi, melebihi segala hak mendahulu lainnya,
mekanisme PKPU tak berusaha
mengabaikan adanya keputusan kecuali terhadap:
lembaga peradilan jika telah ada
keputusan yang mengikat, kata a. biaya perkara yang semata-
anggota Komisi III DPR Ruhut Poltak mata disebabkan suatu
Sitompul. penghukuman untuk melelang
suatu barang bergerak dan atau
Ruhut menegaskan pasal-pasal terkait barang tidak bergerak;
PKPU ditujukan agar proses PKPU dapat b. biaya yang telah dikeluarkan
tercapai. Dengan keringanan yang untuk menyelamatkan barang
diberikan, debitor dalam waktu tidak dimaksud;
terlalu lama untuk mendapat c. biaya perkara, yang semata-
penghasilan yang akan cukup, dapat mata disebabkan pelelangan dan
melunasi semua utang-utangnya. penyelesaian suatu warisan.

PKPU diberikan hanya saat debitur


Kemudian apabila melihat Pasal 1
benar-benar sudah tidak mampu yang
harus dibuktikan dengan putusan angka 9 UU Nomor 19 tahun 2000 tentang
pengadilan, yang menyatakan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (UU
penerimaan PKPU sementara (45 hari), PPSP) dinyatakan bahwa: Penagihan Pajak
kata Ruhut.
adalah serangkaian tindakan agar
Pengujian UU Kepailitan dan PKPU ini Penanggung Pajak melunasi utang pajak
dimohonkan oleh Legal Manager PT dan biaya penagihan pajak dengan
Daya Radar Utama, Muhammad Idris.
menegur atau memperingatkan,
Pemohon berkeberatan dengan Pasal
242 ayat (2) UU Kepailitan karena melaksanakan penagihan seketika dan
dianggap melanggar hak konstitusional sekaligus, memberitahukan Surat Paksa,
Pemohon sebagai perwakilan badan mengusulkan pencegahan, melaksanakan
hukum privat.
penyitaan, melaksanakan penyanderaan,
Pemohon mendalilkan Pasal 242 ayat (2) menjual barang yang telah disita.
UU Kepailitan tidak mencerminkan asas
kepastian hukum karena menggugurkan Sementara itu menurut Pasal 1 angka
sita yang telah dilaksanakan terlebih
11 UU PPSP, Penagihan Seketika dan
dahulu kurang lebih dua tahun sebelum
pelaksanaan perusahaan dalam PKPU. Sekaligus adalah tindakan penagihan pajak
yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak
Pemohon merasa tidak memperoleh kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu
haknya karena dibatasi dan dihalangi
oleh pasal tersebut, yang secara tanggal jatuh tempo pembayaran yang
limitatif memberi kewenangan kepada meliputi seluruh utang pajak dari semua
hakim pengawas dan pengurus PKPU jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak.
mencabut penetapan sita jaminan yang
Dan menurut Pasal 1 angka 12 UU PPSP,
telah dilaksanakan Pengadilan Negeri
terlebih dahulu kurang lebih dua tahun Surat Paksa adalah surat perintah
sebelum pelaksanaan perusahaan membayar utang pajak dan biaya
dalam PKPU. penagihan pajak.

Dan Pasal 7 UU PPSP menyatakan


Menurut Pasal 1 angka 8 Jo. Pasal 19
bahwa: Surat Paksa berkepala kata-kata
ayat (6) UU No. 19 tahun 2000 Jo. Pasal 21
"DEMI KEADILAN BERDASARKAN
UU No. 16 Tahun 2000, yang pada intinya
KETUHANAN YANG MAHA ESA", mempunyai Selain itu, berdasarkan Pasal 162 UU
kekuatan eksekutorial dan kedudukan Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan,
hukum yang sama dengan putusan dinyatakan bahwa: perdamaian yang
pengadilan yang telah mempunyai disahkan berlaku bagi semua kreditor yang
kekuatan hukum tetap. tidak mempunyai hak yang didahulukan,
dengan tidak ada pengecualian, baik yang
Dari ketentuan UU PPSP di atas, telah mengajukan diri dalam kepailitan
menegaskan bahwa atas utang pajak maupun tidak. Dengan demikian, maka
walaupun dengan adanya pengajuan seharusnya perjanjian perdamaian hanya
keberatan atau permohonan banding tetap berlaku bagi Kreditor Konkuren. Perjanjian
tidak menunda kewajiban membayar pajak perdamaian yang telah disahkan hanya
dan pelaksanaan penagihan pajak. Dan berlaku bagi kreditor konkuren, baik
dengan demikian maka seharusnya perdamaian yang dicapai setelah debitor
penyelesaian penagihan utang pajak ini dinyatakan pailit sesuai Pasal 162 UUK atau
berada diluar jalur proses pailit karena perdamaian yang berhasil setelah melalui
mempunyai kedudukan hak istimewa dalam proses PKPU sesuai Pasal 286 UUK.
penyelesaiannya.
Bahkan ketentuan Pasal 60 ayat (2) UU
Bahkan ketentuan Pasal 41 ayat (3) Kepailitan menyatakan: "Atas tuntutan
Undang-undang Kepailitan dengan tegas Kurator atau Kreditor yang diistimewakan
menyebutkan bahwa "dikecualikan dari yang kedudukannya lebih tinggi daripada
ketentuan pada ayat (1) adalah perbuatan Kreditor pemegang hak sebagaimana
hukum debitor yang wajib dilakukannya dimaksud pada ayat (1) maka Kreditor
berdasarkan perjanjian dan/atau karena pemegang hak tersebut wajib
undang-undang." Penjelasannya menyerahkan bagian dari hasil penjualan
menyatakan : perbuatan yang wajib tersebut untuk jumlah yang sama dengan
dilakukan karena undang-undang misalnya, jumlah tagihan yang diistimewakan"
kewajiban membayar pajak. Dengan
mengacu pada ketentuan tersebut, D. Kesimpulan
pengadilan niaga selayaknya
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
mendahulukan pelunasan utang pajak. bahwa walaupun menurut ketentuan utang
menurut Pasal 1 angka 6 UU No. 37 tahun
2004 meliputi kepada pengertian utang
pajak karena memasukan rumusan utang
adalah kewajiban yang dinyatakan atau
dapat dinyatakan dalam uang baik yang
timbul karena undang-undang, namun
demikian tidak berarti bahwa utang pajak
ini dapat disamakan kedudukannya dengan
utang lainnya dalam proses kepailitan. Hal
ini dikarenakan:

1. berdasarkan Pasal 19 ayat (6) UU


PPSP Jo. Pasal 21 (1) UU KUP Jo. Pasal
1134 ayat (2) KUH Perdata Jo. Pasal
60 UU Kepailitan, maka kedudukan
utang pajak merupakan suatu hak
istimewa yang dimiliki oleh Negara,
sehingga Negara merupakan kreditur
preferen yang dinyatakan
mempunyai hak mendahulu atas
barang-barang milik Penanggung JAKARTA Junipa Pte Ltd, anak usaha UOB
Pajak, dengan demikian kedudukan Ltd, meminta adanya restrukturisasi atas
utang pajak ini di atas kredirtur utang terhadap PT Tehate Putra Tunggal
separatis dan kreditur konkuren. dan PT Trimanten Gemilang sebesar
2. Pasal 1 angka 9 Jo. Pasal 1 angka Rp135,7 miliar.
11 Jo. Pasal 1 angka 12 Jo. Pasal 7
UU Nomor 19 tahun 2000 tentang
Dalam berkas permohonan, Junipa Pte Ltd
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
(UU PPSP) menyatakan bahwa utang mempunyai klaim terhadap PT Tehate Putra
pajak walaupun dengan adanya Tunggal (termohon I) dan PT Trimanten
pengajuan keberatan atau Gemilang (termohon II) atas pengalihan
permohonan banding tetap tidak utang dari PT Bank UOB Indonesia.
menunda kewajiban membayar pajak Junipa (pemohon) merupakan anak
dan pelaksanaan penagihan pajak. usaha yang sahamnya dimiliki penuh
Dan dengan demikian maka oleh UOB Ltd per 29 Juni 2015.
seharusnya penyelesaian penagihan
utang pajak ini berada diluar jalur
Seluruh piutang Bank UOB
proses pailit karena mempunyai
kedudukan hak istimewa dalam Indonesia tersebut dialihkan kepada
penyelesaiannya, bahkan Surat pemohon berdasarkan perjanjian pada 29
Paksa mempunyai kekuatan Juni 2015, tulis pemohon dalam berkas
eksekutorial dan kedudukan hukum permohonan penundaan kewajiban
yang sama dengan putusan pembayaran utang (PKPU) yang dikutip
pengadilan yang telah mempunyai Bisnis, Minggu (14/8/2016).
kekuatan hukum tetap.
3. Pasal 41 ayat (3) Undang-undang Perkara PKPU itu diajukan melalui
Kepailitan dengan tegas
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dengan
menyebutkan bahwa "dikecualikan
register
dari ketentuan pada ayat (1) adalah
perbuatan hukum debitor yang wajib 76/Pdt.SusPKPU/2016/PN.Niaga.Jkt.Pst. Pers
dilakukannya berdasarkan perjanjian aoalan utang-piutang ber mu la sejak Bank
dan/atau karena undang-undang." UOB Indonesia memberikan fasilitas kredit
Penjelasannya menyatakan : kepada PT Tehate Putra senilai Rp47,88
perbuatan yang wajib dilakukan miliar guna fasilitas impor dan surat kredit
karena undang-undang misalnya, berdokumen dalam negeri (SKBDN)
kewajiban membayar pajak. Dengan I, SKBDN II, dan kredit surat promes.
mengacu pada ketentuan tersebut,
pengadilan niaga selayaknya
Selain itu, fasilitas kredit Rp9,89 miliar dan
mendahulukan pelunasan utang
Rp15 miliar. Bank asal Singapura tersebut
pajak.
Selain itu, berdasarkan Pasal 162 UU juga telah memberikan fasilitas kredit
Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan, investasi konstruksi Rp6,92 miliar
perdamaian yang disahkan hanya berlaku dan Rp4,88 miliar. Adapun,
bagi semua kreditor yang tidak mempunyai pemberian pinjaman tersebut sejak
hak yang didahulukan (kreditor konkuren), Desember 2008 hingga Juli 2012.
dan perdamaian tidak berlaku bagi kreditur
separatis dan kreditur yang diistimewakan. Seluruh fasilitas kredit tersebut telah jatuh
Sehingga dengan demikian maka tindakan waktu sejak 30 Juni 2015. Dalam
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada 29
perkembangannya, piutang Bank UOB
Desember 2004 yang mengesahkan
perdamaian melalui putusan No. Indonesia tersebut dialihkan kepada
04/PKPU/2004/PN.Niaga.JKT.PST. jo Nomor pemohon berdasarkan perjanjian pada 29
42/PAILIT/2004/PN.NIAGA. JKT.PST ini tidak Juni 2015.
tepat
Akan tetapi, PT Tehate Putra tidak kunjung
melakukan pelunasan utang hingga
permohonan restrukturisasi utang diajukan
pada 27 Juli 2016. Padahal, sebanyak tiga Pemohon dapat langsung meminta
surat peringatan telah dilayangkan pertanggungjawaban dari termohon III dan
kepada termohon I. IV. Berdasarkan laporan keuangan per 31
Desember 2015, termohon I memiliki
Pihaknya memerinci utang PT Tehate Putra kreditur lain yakni PT Bank Ekonomi
per 18 April 2016 terdiri dari utang pokok Raharja Tbk., PT Bank CIMB Niaga Tbk., dan
Rp85,03 miliar dan bunga Rp20,13 miliar, PT Bank Central Asia Tbk. Kreditur
sehingga jumlah keseluruhan lain termohon II adalah PT Bank
tagihan mencapai Rp105,17 miliar. Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. dan
Perhitungan bunga tersebut masih PT Sumi Indo Kabel.
akan berjalan hingga adanya
pelunasan seluruh utang. Adapun, termohon III dan termohon IV
sama-sama memiliki utang lain terhadap
Sementara itu, utang terhadap Bank Ekonomi Raharja. Adapun, kreditur
PT Trimanten Gemilang atau termohon II yang lain akan dibuktikan melalui
berasal dari fasilitas kredit yang diberikan persidangan.
Bank UOB Indonesia sebesar Rp23,2 miliar
pada Maret 2011. UPAYA PERDAMAIAN

Bank mengalihkan piutangnya kepada Berdasarkan Undang-undang No. 37/2004


pemohon per 29 Juni 2015. Sama seperti tentang Kepailitan dan PKPU, debitur harus
termohon I, utang Trimanten Gemilang merestrukturisasi seluruh utangnya jika
menjadi membengkak karena tidak kunjung terbukti memiliki lebih dari satu
melakukan pelunasan. kreditur yang tagihannya dapat
dibuktikan secara sederhana, jatuh tempo,
Per 18 April 2016, pemohon menetapkan dan dapat ditagih.
utang tersebut menjadi Rp30,53 miliar
setelah ditambahkan bunga Rp7,32 miliar. Sehubungan dengan putusan PKPU,
pemohon mengusulkan tim pengurus yang
Sementara itu, Heru J. Juwono (ter mohon terdiri dari Djawoto Jowono dan Suwandi.
III) dan Edi Soebarkah (ter mohon IV)
merupakan penjamin pribadi (personal Secara terpisah, kuasa hukum termohon I
guarantor) dari termohon I yang telah Hari mengaku akan segera melakukan
melepaskan hak-hak istimewanya sebagai konsolidasi dengan prinsipal untuk
penjamin. menempuh upaya perdamaian di luar
persidangan.
Personal guarantor memberikan jaminan
kepada Bank UOB Indonesia. Pemohon Saat ini saya belum bisa memastikan sikap
berpendapat piutang bank telah dialihkan, klien bagaimana per damaiannya, kata
maka jaminan pribadi ikut pula beralih Hari kepada Bisnis.
untuk menjamin pelunasan utang
termohon I kepada dirinya. Sementara itu, dalam per kembangan
Ketentuan tersebut sudah diatur dalam kasus berbeda, CV Adhika Cipta
salah satu klausul dalam Akta mengajukan permohonan PKPU atas PT
Perjanjian Penjaminan Pribadi No. 83/2015. Tjimindi Subur. CV Andhika mengklaim
utang yang sudah jatuh waktu dan dapat
Seiring dengan dilepaskannya hak-hak ditagih mencapai Rp1,7 miliar.
istimewa termohon III dan IV, lanjutnya,
mereka tidak dapat menuntut seluruh aset Kuasa hukum Adhika Cipta Rudi Rachmat
ter mo hon I habis terjual terlebih da hu lu mengatakan bahwa permohonan PKPU
untuk melunasi utang. sebagai langkah terakhir terakhir guna
meminta kepastian hukum.
Utang termohon belum terbayarkan sejak usaha yang sehat, artinya perjanjian lisensi
2012, kata Rudi beberapa waktu lalu. seharusnya juga berdampak positif pada
persaingan usaha yang sehat, bagi pelaku usaha
Utang termohon berasal dari pem belian untuk menghasilkan barang dan atau jasa dengan
bahan pewarna tekstil. Hubungan hukum kualitas yang bagus dan harga yang murah.
termohon merupakan penjual, sedangkan
pemohon adalah perusahaan tekstil Sementara itu dalam Pasal 47 UU Nomor 19
asal Bandung. Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Pasal 9 ayat (1)
UU Nomor 30 tahun 2000 tentang Rahasia
Rudi menjelaskan Tjimindi pernah berstatus Dagang, Pasal 36 ayat (1) UU Nomor 31 Tahun
PKPU atas permohonan yang diajukan oleh 2000 tentang Desain Industri dan Pasal 28 ayat
PT Sarichem Poly warna pada 27 Agustus (1) UU Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain
2014. Termohon dan para krediturnya Tata Letak Sirkuit Terpadu, disebutkan bahwa,
berhasil mencapai perdamaianSaat itu, Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan
kami tidak terdaftar menjadi kreditur yang dapat menimbulkan akibat yang merugikan
Tjimindi karena telah dijanjikan utangnya perekonomian Indonesia atau memuat ketentuan
dibayar tanpa mengikuti proses PKPU yang mengakibatkan persaingan usaha tidak
sehat sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5.FOKUS HAKI MEREK DAGANG
KAITANNYA DENGAN Ketentuan tersebut sangat mendukung dan
PERSAINGAN USAHA , TERUTAMA berdampak positif pada persaingan usaha,
Dengan adanya ketentuan itu, perjanjian lisensi
LISENSI / ROYALTI Hak Kekayaan Intelektual meskipun dikecualikan
dan pengaturan mengenai monopoli, tetapi
Dalam konsep yang terkandung dalam Pasal 3 implementasinya tidak boleh mengakibatkan
UUMEREK DAGANG (undang-undang Nomor 15 terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Tahun 2001) implementasi mengenai izin kepada
pihak lain untuk menggunakannya itu adalah Hak eks klusif dalam HKI adalah untuk mencegah
berupa perjanjian lisensi. Keberadaan perjanjian pihak lain melakukan persaingan dengan cara
lisensi sebenarnya merupakan terobosan agar hak meniru (competition by imitatiton). Mengingat
monopoii dalam hak merek dikurangi. Jika dalam perlindungan HKI sebagai incentive yang
dikaitkan dengan persaingan usaha, hal itu adalah mampu mendukung kegiatan inovasi dan
sinkron dan sejalan, karena dalam persaingan kreativitas. Namun demikian jika ada pihak lain
usaha pada dasarnya tidak menghendaki hal yang yang meminta lisensi secara
bersifat monopoli, karena sesuatu hal yang sukarela (voluntary) ditolak oleh pemegang HKI,
bersifat monopoli dapat merugikan konsumen. maka berarti tidak ada kemungkinan membangun
produk substitusi (competition by
Ketentuan tersebut sangat mendukung substitution). Akibat yang tidak dapat
persaingan usaha karena dengan masih dapatnya dihindarkan akan timbul persaingan dengan cara
pemilik merek untuk mengguna kan mereknya, meniru (competition by imitation). Dengan
berarti ia masih berproduksi barang dan atau demikian hanya competition by substitution yang
jasa. Demikian pula pemilik merek masih berhak dapat dijadikan alasan
pula untuk melisensikan pada pihak ketiga pembenar (justification) untuk
lainnya, sehingga pihak ketiga lainnya yang mengesampingkan pihak Iain yang akan
bertindak sebagai penerima lisensi tersebut akan melakukan competition by imitation. Dengan
menambah produksi barang dan atau jasa, membiarkan adanya competition by
akibatnya produk barang atau jasa akan semakin imitation karena menolak memberikan lisensi,
meningkat. maka hal itu akan merusak kreativitas dan
inovasi. Persaingan dengan cara
Perekonomian Indonesia dalam ketentuan di atas meniru (competition by imitation) timbul karena
mencakup aspek yang luas, baik sisi mikro tidak ada kemungkinan persaingan dengan cara
maupun makro. Dalam aspek yang mikro, subtitusi (competition by substitution).
ketentuan itu juga mengarah pada persaingan
Oleh karena itu, pengaturan hukum persaingan
komersial dan ilmu
dan penerapannya dalam pelaksanaan dan
pengetahuan adalah
eksploitasi HKI adalah untuk menjamin bahwa
pemberian hak eksklusif dalam aturan hukum setiap peralatan yang
HKI tidak akan disalahgunakan oleh pemegang mempunyai nilai
HKInya. Hal itu mengingat secara faktual intelektual, misalnya
pemegang HKI dengan pelaku bisnis yang tidak peralatan-peralatan
memiliki HKI, memiliki posisi yang tidak yang digunakan di
seimbang (inbalance position) artinya ada beberapa industri
ketidaksamaan (inequality). khusus seperti
anjungan
Berikut dijabarkan pengertian royalti menurut pengeboran minyak
Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf h UU Nomor 36 (drilling rig), dan
Tahun 2008 dan Pasal 4 ayat (1) huruf h UU sebagainya;
Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak
Penghasilan: 3. pemberian 3) informasi,
pengetahuan atau yaitu informasi
UU Nomor 17 Tahun informasi di bidang ilmiah, yang belum
UU Nomor 36 Tahun 2008
2000 teknikal, industrial, atau diungkapkan
komersial; secara umum,
Royalti adalah suatu Pada dasarnya walaupun mungkin
jumlah yang dibayarkan imbalan berupa belum dipatenkan,
atau terutang dengan cara royalti terdiri dari tiga misalnya
atau perhitungan apa pun, kelompok, yaitu pengalaman di
baik dilakukan secara imbalan sehubungan bidang industri, atau
berkala maupun tidak, dengan bidang usaha
sebagai imbalan atas: penggunaan : lainnya. Ciri dari
informasi dimaksud
1. penggunaan atau adalah bahwa
hak menggunakan hak informasi tersebut
cipta di bidang 1) hak atas harta telah tersedia
kesusastraan, kesenian tak berwujud, sehingga
atau karya ilmiah, paten, misalnya hak pemiliknya tidak
desain atau model, pengarang, paten, perlu lagi
rencana, formula atau merek melakukan riset
proses rahasia, merek dagang, formula, untuk
dagang, atau bentuk hak atau rahasia menghasilkan
kekayaan perusahaan; informasi
intelektual/industrial atau tersebut. Tidak
hak serupa lainnya; termasuk dalam
pengertian informasi
2. penggunaan atau 2) hak atas harta di sini adalah
hak menggunakan berwujud, misalnya informasi yang
peralatan/perlengkapan hak atas alat-alat diberikan oleh
industrial, komersial, atau industri, komersial, misalnya akuntan
ilmiah; dan ilmu publik, ahli hukum,
pengetahuan. Yang atau ahli teknik
dimaksud dengan sesuai dengan
alat-alat industri, bidang keahliannya,
yang dapat diberikan
oleh setiap orang
yang mempunyai
latar belakang
disiplin ilmu yang
sama.

4. pemberian bantuan
tambahan atau pelengkap
sehubungan dengan
penggunaan atau hak
menggunakan hak-hak
tersebut pada angka 1,
penggunaan atau hak
menggunakan peralatan/
perlengkapan tersebut
pada angka 2, atau
pemberian pengetahuan
atau informasi tersebut
pada angka 3, berupa:

a) penerimaan atau hak


menerima rekaman
gambar atau rekaman
suara atau keduanya, yang
disalurkan kepada
masyarakat melalui satelit,
kabel, serat optik, atau --
teknologi yang serupa;

b) penggunaan atau hak


menggunakan rekaman
gambar atau rekaman
suara atau keduanya,
untuk siaran televisi atau
radio yang
disiarkan/dipancarkan
melalui satelit, kabel, serat
optik, atau teknologi yang
serupa;

c) penggunaan atau
hak menggunakan
sebagian atau seluruh
spektrum radio
komunikasi;
5. penggunaan atau atas.
hak menggunakan film
gambar hidup (motion
picture films), film atau pita
Tarif PPh Pasal 23 untuk royalti adalah
video untuk siaran televisi,
15%. Namun jika si penerima royalti
atau pita suara untuk tidak mempunyai NPWP, tarifnya
siaran radio; dan dinaikkan menjadi 30% [Pasal 23 ayat
(1a) UU PPh]. Sedangkan yang menjadi
6. pelepasan DPP-nya adalah jumlah bruto royalti
seluruhnya atau sebagian yang terutang atau kita bayarkan,
hak yang berkenaan dengan nama dan dalam bentuk
dengan penggunaan atau apapun. Dengan demikian, PPh Pasal 23
pemberian hak kekayaan atas royalti dihitung sebesar = 15%
intelektual/ industrial atau (atau 30%) dikalikan dengan jumlah
bruto royalti yang terutang atau
hak-hak lainnya
dibayarkan.
sebagaimana tersebut di

Вам также может понравиться