Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
HIPERBILIRUBINEMIA
Oleh:
Pembimbing:
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
sering ditemukan pada bayi baru lahir. Ikterus atau jaundice adalah warna kuning
pada kulit, sklera, dan mukosa akibat penumpukan bilirubin tak terkonjugasi pada
jaringan. Lebih dari 85% bayi cukup bulan yang kembali dirawat dalam minggu
pertama kehidupan disebabkan oleh keadaan ini. Insidens ikterus di Indonesia pada
karena potensi toksik dari bilirubin maka semua neonatus harus dipantau untuk
Ikterus fisiologis terjadi karena kadar bilirubin tidak terkonjugasi pada neonatus
cukup bulan 6-8mg/dL pada usia 3 hari. Ikterus patologis terjadi sebelum usia 24
tidak ditangani yaitu ensefalopati bilirubin yang dikenal dengan kern icterus yang
timbul akibat akumulasi bilirubin indirek di susunan saraf pusat yang melebihi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai kadar bilirubin serum total 5
mg/dL. Ikterus atau jaundice adalah warna kuning pada kulit, sklera, dan mukosa
akibat penumpukan bilirubin tak terkonjugasi pada jaringan. Ikterus pada neonatus
2.2. Klasifikasi
Hiperbilirubinemia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:2
1. Hiperbilirubinemia fisiologis
Kadar bilirubin tidak terkonjugasi (unconjugated bilirubin, UCB) pada
neonatus cukup bulan dapat mencapai 6-8mg/dL pada usia 3 hari, setelah itu
berangsur turun. Pada bayi prematur, awitan ikterus terjadi lebih dini, kadar
bilirubin naik perlahan tetapi dengan kadar puncak lebih tinggi, serta
bilirubin pada neonatus prematur dapat mencapai 10-12 mg/dL pada hari ke-5
dan masih dapat naik menjadi >15 mg/dL tanpa adanya kelainan tertentu. Kadar
bilirubin akan mencapai <2 mg/dL setelah usia 1 bulan, baik pada bayi cukup
2.3. Etiologi
Hiperbilirubinemia bisa disebabkan proses fisiologis atau patologis atau
ASI, bayi kurang bulan dan bayi mendekati cukup bulan. Neonatal
kadar bilirubin serum yang lebih tinggi dibanding bayi yang diberi susu formula. Hal
tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor antara lain; frekuensi menyusui
Dasar Penyebab
Peningkatan produksi bilirubin Incomptabilitas darah fetomaternal (Rh, ABO)
Peningkatan penghancuran haemoglobin Defisiensi enzim kongenital (G6PD, galaktosemia)
Perdarahan tertutup (sefalhematom, memar)
Sepsis
Peningkatan jumlah haemoglobin Polisitemia (twin-to-twin transfusion, SGA)
Keterlambatan klem tali pusat
Peningkatan sirkulasi enterohepatik Keterlambatan pasase meconium, ileus meconium,
Meconium plug syndrome
Puasa atau keterlambatan minu
Atresis atau stenosis intestinal
Perubahan clearance bilirubin hati Imaturitas
Perubahan produksi atau aktivitas Gangguan metabolik/ endokrin (Criglar-Najjar disease
uridine Diphosphoglucoronyl Hipotiroidisme, gangguan metabolisme asam amino)
transferase
Perubahan fungsi dan perfusi hati Asfiksia, hipoksia, hipotermi, hipoglikemia
(kemampuan konjugasi) Sepsis (juga proses inflamasi)
Obat-obatan dan hormon (novobiasin, pregnanediol)
Obstruksi hepatic (berhubungan dengan Anomaly kongenital (atresia biliaris, fibrosis kistik)
hiperbilirubinemia direk) Stasis biliaris (hepatitis, sepsis)
Billirubin load berlebihan (sering pada hemolisis berat)
karena pada periode ini hepatic clearance jarang memproduksi bilirubin lebih 10
2.4. Patofisiologi
Bilirubin adalah pigmen kristal berwarna jingga ikterus yang merupakan
bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-
reduksi. Langkah oksidasi yang pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme
dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu suatu enzim yang sebagian besar
terdapat dalam sel hati, dan organ lain. Pada reaksi tersebut juga terbentuk besi yang
bersifat lipofilik dan terikat dengan hidrogen serta pada pH normal bersifat tidak
eliminasi bilirubin.1
Pada bayi baru lahir, sekitar 75% produksi bilirubin berasal dari katabolisme
yang berasal dari pelepasan haemoglobin karena eritropoesis yang tidak efektif
orang dewasa sekitar 3-4 mg/kgBB/hari. Peningkatan produksi bilirubin pada bayi
baru lahir disebabkan masa hidup eritrosit bayi lebih pendek (70-90 hari) dibanding
dengan orang dewasa (120 hari), peningkatan degradasi heme, turn over sitokrom
yang meningkat dan juga reabsorbsi bilirubin dari usus yang meningkat (sirkulasi
enterohepatik).1
2.5. Diagnosis
1. Anamnesis
- Riwayat kehamilan dengan komplikasi (obat-obatan, ibu DM, gawat janin,
pada neonatus yang mengalami ikterus. Terutama pada bayi yang tampak sakit
Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang setiap 4-24 jam tergantung usia
penyebab ikterus antara lain : Golongan darah dan Coombs test, Hitung
2.6. Penatalaksanaan
1. Terapi Sinar
Indikasi untuk menurunkan kadar bilirubin direk pada bayi dengan
yang cepat meningkat, bayi kurang bulan atau bayi sakit, selanjutnya
2. Transfusi Tukar
Transfusi tukar merupakan tindakan utama yang dapat menurunkan dengan
cepat bilirubin indirek dalam tubuh selain itu juga bermanfaat dalam mengganti
hemolisis. Walaupun transfusi tukar ini sangat bermanfaat, tetapi efek samping dan
hanya dilakukan bila ada indikasi. Kriteria melakukan transfusi tukar selain melihat
Dalam melakukan transfusi tukar perlu pula diperhatikan macam darah yang akan
terjadi disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ABO, darah yang dipakai adalah
darah golongan O rhesus positif. Pada keadaan lain yang tidak berkaitan dengan proses
aloimunisasi, sebaiknya digunakan darah yang bergolongan sama dengan bayi. Bila
keadaan ini tidak memungkinkan, dapat dipakai darah golongan O yang kompatibel
dengan serum ibu. Apabila hal inipun tidak ada, maka dapat dimintakan darah O dengan
titer anti A atau anti B yang rendah. Jumlah darah yang dipakai untuk transfusi tukar
BAB 3
LAPORAN KASUS
Seorang bayi perempuan usia 7 hari, lahir tanggal 26 Juli 2016 dari:
Ayah Ibu
Nama Tn. R Ny. F
Umur 26 tahun 26 tahun
Pendidikan SD SMP
Pekerjaan Tani Ibu Rumah Tangga
Perkawinan I I
Dirawat di bagian perinatologi RSUD Achmad Mochtar sejak tanggal 26 Juli 2016 dengan
Keluhan utama:
- Lahir dengan vakum ekstraksi a.i ibu asma bronkial, dengan A/S 3/4
- Sukar bernafas spontan saat lahir
- Kebiruan pada keempat ekstremitas sejak lahir
- Sesak nafas sejak satu hari setelah lahir
- Kuning sejak usia 4 hari, mulanya kuning tampak pada wajah, kemudian menjadi
G1 P0 A0 H0
- Riwayat ibu demam saat kehamilan dan menjelang persalinan tidak ada
- Riwayat ibu keputihan saat kehamilan dan menjelang persalinan tidak ada
- Riwayat ibu nyeri buang air kecil saat kehamilan dan menjelang persalinan tidak ada
TM : 04/07/2016
Suhu : 37,6oC
Hb : 13,5 gr%
Riwayat persalinan
BB ibu : 61 kg
NA 5 menit :4
Kesan umum
Keadaan : tampak sakit sedang
Down Score
Skor 0 1 2
Laju pernapasan ( ) <60x/menit (V) 60-80x/menit ( ) >80x/menit
Sianosis (V) tidak ada ( ) tidak ada dengan ( ) perlu 40% FiO2
40% FiO2
Retraksi ( ) tidak ada (V) ringan ( ) berat
Merintih (V) tidak ada ( ) sedikit ( ) jelas
Udara masuk ( ) baik (V) menurun ( ) sangat buruk
Ubun-ubun kecil : x cm
Jantung : ictus cordis tidak terlihat, teraba 1 jari LMCS RIC V, irama teratur
Paru : suara nafas bronkovesikuler, ronki tidak ada, wheezing tidak ada
Abdomen : Permukaan : datar
Kondisi : lemas
Hati : teraba x
Anus : ada
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis akhir
Asfiksia berat
Ikterus neonatorum grade V perbaikan
Trombositopenia
Penatalaksanaan
ASI 8x25 cc
O2 0,1 liter/menit (nasal)
Stop ivfd
Rawat gabung dengan ibu
Follow Up
3 Agustus 2016
- Menyusu kuat
------ Mata : konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada
P/ - ASI OD
4 Agustus 2016
------ Mata : konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada
Pemeriksaan Laboratorium
Trombositopenia
- Kandistatin 4 x 15 cc (iv)
5 Agustus 2016
------ Mata : konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada
Bronkopneumonia perbaikan
- Kandistatin 4 x 15 cc (iv)
BAB 4
DISKUSI
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan keluhan pasien
tampak kuning sejak 3 hari yang lalu. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan adanya kuning
pada kulit pasien yang telah mencapai telapak kaki baik ketika inspeksi maupun palpasi.
hasil bilirubin total 14,98 mg/dL pada tanggal 30 Juli 2016. Ikterik pada pasien ini
tergolong ikterik patologis walaupun terjadi setelah 24 jam karena terdapat tanda-tanda
penyakit yang mendasari seperti takipneu. Pasien ini mendapatkan tatalaksana berupa
fototerapi. Adapun indikasi pada pasien ini adalah pasien tergolong bayi dengan risiko
tinggi. Fototerapi dilakukan untuk mencegah toksisitas bilirubin terhadap susunan saraf
pusat. Pasien mengalami perbaikan setelah difototerapi, kuning berangsur menghilang dan
kadar bilirubin pun berangsur menurun. Dari pemeriksaan laboratorium bilirubin yang
dilakukan pada tanggal 2 Agustus 2016 didapatkan kadar bilirubin total yaitu 6,47. Oleh
karena kadar bilirubin menurun dan klinis mengalami perbaikan, maka fototerapi
dihentikan dan pasien sudah dapat direncanakan rawat gabung dengan ibu. Pada 3 Agustus
2016, kuning pada pasien sudah tidak tampak begitupun pada 3 hari berikutnya, maka
Pada 3 Agustus 2016, kondisi pasien sudah mulai stabil, tidak terdapat kuning,
demam, maupun sesak. Oleh karena itu terapi yang diberikan pada pasien adalah
pemberian ASI secara on demand sehingga tidak membutuhkan OGT. Pada 4 Agustus
2016, kondisi pasien mengalami perburukan dimana didapatkan keluhan demam dan
sesak. Pada pemeriksaan didapatkan suhu pasien 39,6 derajat celcius, napas 86x/menit,
napas cuping hidung, dan retraksi dinding dada. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang diberikan pada pasien yaitu pemasangan oksigen, pemberian ASI dengan orogastric
tube, antibiotik berupa Ampicilin dan Cefotaxim, dan Kandistatin untuk mencegah
Pada 5 Agustus 2016, didapatkan sudah ada perbaikan pada pasien. Pada anamnesis
dan pemeriksaan fisik didapatkan sesak masih ada, namun demam sudah tidak ada, napas
cuping hidung tidak ada. Pada pasien direncanakan untuk melanjutkan terapi antibiotik dan
kandistatin yang telah diberikan, dan melepas pemberian O2 nasal karena sudah tidak
1. Kasim, M.S. dkk. Buku Ajar Neonatologi : Hiperbilirubinemia. Cetakan Kedua. Ikatan
Hiperbilirubinemia. Edisi II. Cetakan Pertama. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011 :
hal 114-22.
3. Kasim, M.S. dkk. Dampak Lama Fototerapi Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Total
pada Hiperbilirubinemia Neonatal. Sari Pediatri. Vol. 10 No. 3. 2008: hal 201-6.
4. American Academy of Pediatrics. Clinical Practice Guideline. Management of
2004;114:297-316.