Вы находитесь на странице: 1из 18

Case Report Session

HIPERBILIRUBINEMIA

Oleh:

Fitri Hidayati 1110311023

Imadie Yaqzhan 1010313121

Pembimbing:

Dr. Rahmi Yetti, Sp.A(K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

RS ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2016
BAB 1

PENDAHULUAN

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling

sering ditemukan pada bayi baru lahir. Ikterus atau jaundice adalah warna kuning

pada kulit, sklera, dan mukosa akibat penumpukan bilirubin tak terkonjugasi pada

jaringan. Lebih dari 85% bayi cukup bulan yang kembali dirawat dalam minggu

pertama kehidupan disebabkan oleh keadaan ini. Insidens ikterus di Indonesia pada

bayi cukup bulan di beberapa RS pendidikan antara lain RSCM, RS Dr Sardjito, Dr

Soetomo, RS Dr Kariadi bervariasi dari 13,7% hingga 85%. Sebagian besar

hiperbilirubinemia adalah fisiologis dan tidak membutuhkan terapi khusus, tetapi

karena potensi toksik dari bilirubin maka semua neonatus harus dipantau untuk

mendeteksi kemungkinan terjadinya hiperbilirubinemia berat.1,2,3


Ikterus pada neonatus dibedakan menjadi dua, fisiologis dan patologis.

Ikterus fisiologis terjadi karena kadar bilirubin tidak terkonjugasi pada neonatus

cukup bulan 6-8mg/dL pada usia 3 hari. Ikterus patologis terjadi sebelum usia 24

jam, dimana peningkatan bilirubin serum >5 mg/dL/24 jam.2


Hiperbilirubinemia dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius jika

tidak ditangani yaitu ensefalopati bilirubin yang dikenal dengan kern icterus yang

timbul akibat akumulasi bilirubin indirek di susunan saraf pusat yang melebihi

batas toksisitas bilirubin pada ganglia basalis dan hippocampus.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai kadar bilirubin serum total 5

mg/dL. Ikterus atau jaundice adalah warna kuning pada kulit, sklera, dan mukosa

akibat penumpukan bilirubin tak terkonjugasi pada jaringan. Ikterus pada neonatus

akan terlihat bila kadar bilirubin serum >5 mg/dL.2

2.2. Klasifikasi
Hiperbilirubinemia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:2
1. Hiperbilirubinemia fisiologis
Kadar bilirubin tidak terkonjugasi (unconjugated bilirubin, UCB) pada

neonatus cukup bulan dapat mencapai 6-8mg/dL pada usia 3 hari, setelah itu

berangsur turun. Pada bayi prematur, awitan ikterus terjadi lebih dini, kadar

bilirubin naik perlahan tetapi dengan kadar puncak lebih tinggi, serta

memerlukan waktu lebih lama untuk menghilang, mencapai 2 minggu. Kadar

bilirubin pada neonatus prematur dapat mencapai 10-12 mg/dL pada hari ke-5

dan masih dapat naik menjadi >15 mg/dL tanpa adanya kelainan tertentu. Kadar

bilirubin akan mencapai <2 mg/dL setelah usia 1 bulan, baik pada bayi cukup

bulan maupun prematur.


2. Hiperbilirubinemia patologis
Tanda-tanda yang menandakan keadaan ini adalah:
Awitan ikterus sebelum usia 24 jam
Peningkatan bilirubin serum yang membutuhkan fototerapi
Peningkatan bilirubin serum >5 mg/dL/24 jam
Kadar bilirubin terkonjugasi >2 mg/dL
Bayi menunjukkan tanda sakit (muntah, letargi, kesulitan minum, penurunan

berat badan, apne, takipnu, instabilitas suhu)


Ikterus yang menetap >2 minggu

2.3. Etiologi
Hiperbilirubinemia bisa disebabkan proses fisiologis atau patologis atau

kombinasi keduanya. Risiko hiperbilirubinemia meningkat pada bayi yang mendapat

ASI, bayi kurang bulan dan bayi mendekati cukup bulan. Neonatal

hiperbilirubinemia terjadi karena peningkatan produksi atau penurunan clearance


bilirubin dan lebih sering terjadi pada bayi imatur. Bayi yang diberikan ASI memiliki

kadar bilirubin serum yang lebih tinggi dibanding bayi yang diberi susu formula. Hal

tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa faktor antara lain; frekuensi menyusui

yang tidak adekuat, kehilangan berat badan/ dehidrasi.1

Tabel 2.1. Penyebab hiperbilirubinemia

Dasar Penyebab
Peningkatan produksi bilirubin Incomptabilitas darah fetomaternal (Rh, ABO)
Peningkatan penghancuran haemoglobin Defisiensi enzim kongenital (G6PD, galaktosemia)
Perdarahan tertutup (sefalhematom, memar)
Sepsis
Peningkatan jumlah haemoglobin Polisitemia (twin-to-twin transfusion, SGA)
Keterlambatan klem tali pusat
Peningkatan sirkulasi enterohepatik Keterlambatan pasase meconium, ileus meconium,
Meconium plug syndrome
Puasa atau keterlambatan minu
Atresis atau stenosis intestinal
Perubahan clearance bilirubin hati Imaturitas
Perubahan produksi atau aktivitas Gangguan metabolik/ endokrin (Criglar-Najjar disease
uridine Diphosphoglucoronyl Hipotiroidisme, gangguan metabolisme asam amino)
transferase
Perubahan fungsi dan perfusi hati Asfiksia, hipoksia, hipotermi, hipoglikemia
(kemampuan konjugasi) Sepsis (juga proses inflamasi)
Obat-obatan dan hormon (novobiasin, pregnanediol)
Obstruksi hepatic (berhubungan dengan Anomaly kongenital (atresia biliaris, fibrosis kistik)
hiperbilirubinemia direk) Stasis biliaris (hepatitis, sepsis)
Billirubin load berlebihan (sering pada hemolisis berat)

Hiperbilirubinemia yang signifikan dalam 36 jam pertama biasanya

disebabkan karena peningkatan produksi bilirubin (terutama karena hemolisis),

karena pada periode ini hepatic clearance jarang memproduksi bilirubin lebih 10

mg/dL. Peningkatan penghancuran haemoglobin 1% akan meningkatkan kadar

bilirubin 4 kali lipat.1

2.4. Patofisiologi
Bilirubin adalah pigmen kristal berwarna jingga ikterus yang merupakan

bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-

reduksi. Langkah oksidasi yang pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme

dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu suatu enzim yang sebagian besar
terdapat dalam sel hati, dan organ lain. Pada reaksi tersebut juga terbentuk besi yang

digunakan kembali untuk pembentukan hemoglobin dan karbon monoksida (CO)

yang diekskresikan ke dalam paru. Biliverdin kemudian akan direduksi menjadi

bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase.1


Biliverdin bersifat larut dalam air dan secara cepat akan diubah menjadi

bilirubin melalui reaksi bilirubin reduktase. Berbeda dengan biliverdin, bilirubin

bersifat lipofilik dan terikat dengan hidrogen serta pada pH normal bersifat tidak

larut. Jika tubuh akan mengekskresikan, diperlukan mekanisme transport dan

eliminasi bilirubin.1
Pada bayi baru lahir, sekitar 75% produksi bilirubin berasal dari katabolisme

heme haemoglobin dari eritrosit sirkulasi. Satu gram haemoglobin akan

menghasilkan 34 mg bilirubin dan sisanya (25%) disebut early labelled bilirubin

yang berasal dari pelepasan haemoglobin karena eritropoesis yang tidak efektif

didalam sumsum tulang, jaringan yang mengandung protein heme (myoglobin,

sitokrom, katalase, peroksidase) dan heme bebas.1


Bayi baru lahir akan memproduksi bilirubin 8-10 mg/kgBB/hari, sedangkan

orang dewasa sekitar 3-4 mg/kgBB/hari. Peningkatan produksi bilirubin pada bayi

baru lahir disebabkan masa hidup eritrosit bayi lebih pendek (70-90 hari) dibanding

dengan orang dewasa (120 hari), peningkatan degradasi heme, turn over sitokrom

yang meningkat dan juga reabsorbsi bilirubin dari usus yang meningkat (sirkulasi

enterohepatik).1

2.5. Diagnosis
1. Anamnesis
- Riwayat kehamilan dengan komplikasi (obat-obatan, ibu DM, gawat janin,

malnutrisi intra uterin, infeksi intranatal)


- Riwayat persalinan dengan tindakan / komplikasi
- Riwayat ikterus / terapi sinar / transfusi tukar pada bayi sebelumnya
- Riwayat inkompatibilitas darah
- Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar dan limpa
2. Pemeriksaan fisik
- Inspeksi. Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup dan bisa

tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang.


- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah

kulit dan jaringan subkutan.


3. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin dan darah lengkap4
2. Pemeriksaan serum bilirubin (bilirubin total,direk dan indirek) harus dilakukan

pada neonatus yang mengalami ikterus. Terutama pada bayi yang tampak sakit

atau bayi-bayi yang tergolong risiko tinggi terserang hiperbilirubinemia berat.

Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang setiap 4-24 jam tergantung usia

bayi dan tingginya kadar bilirubin.4


3. Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan untuk evaluasi menentukan

penyebab ikterus antara lain : Golongan darah dan Coombs test, Hitung

retikulosit, skrining G6PD.1,4

Gambar 1. Derajat ikterik menurut kramer

2.6. Penatalaksanaan
1. Terapi Sinar
Indikasi untuk menurunkan kadar bilirubin direk pada bayi dengan

hiperbilirubinemia / ikterus non fisiologis. Cara pemberian terapi sinar yaitu :


- Letakkan bayi di bawah lampu terapi sinar denga jarak 45-50 cm (sesuai

petunjuk manual dari pabrik),


- Ubah posisi bayi tiap 3 jam, pastikan bayi terpenuhi kebutuhan cairannya.
- Pantau suhu bayi dan suhu udara ruangan tiap 3 jam,
- Periksa kadar bilirubin serum tiap 6-12 jam pada bayi dengan kadar bilirubin

yang cepat meningkat, bayi kurang bulan atau bayi sakit, selanjutnya

pemeriksaan ulang 12-24 jam stetlah terapi sinas dihentikan.


- Hentikan terapi sinar bila kadar bilirubin turun di bawah batas untuk dilakukan

terapi sinar atau mendekati nilai untuk dilakukan transfusi tukar.


Komplikasi yang dapat timbul dari terapi sinar yaitu : kerusakan retina,

kelainan kulit( hiperpigmentasi, ruam, eritema, luka bakar, dehidrasi, diare,

hipertermi, bronze baby symdrom

2. Transfusi Tukar
Transfusi tukar merupakan tindakan utama yang dapat menurunkan dengan

cepat bilirubin indirek dalam tubuh selain itu juga bermanfaat dalam mengganti

eritrosit yang telah terhemolisis dan membuang antibodi yang menimbulkan

hemolisis. Walaupun transfusi tukar ini sangat bermanfaat, tetapi efek samping dan

komplikasinya yang mungkin timbul perlu di perhatikan dan karenanya tindakan

hanya dilakukan bila ada indikasi. Kriteria melakukan transfusi tukar selain melihat

kadar bilirubin, juga dapat memakai rasio bilirubin terhadap albumin.4

Gambar 2. Kriteria transfusi tukar berdasarkan berat bayi dan komplikasi4

Dalam melakukan transfusi tukar perlu pula diperhatikan macam darah yang akan

diberikan dan teknik serta penatalaksanaan pemberian. Apabila hiperbilirubinemia yang

terjadi disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ABO, darah yang dipakai adalah

darah golongan O rhesus positif. Pada keadaan lain yang tidak berkaitan dengan proses

aloimunisasi, sebaiknya digunakan darah yang bergolongan sama dengan bayi. Bila

keadaan ini tidak memungkinkan, dapat dipakai darah golongan O yang kompatibel

dengan serum ibu. Apabila hal inipun tidak ada, maka dapat dimintakan darah O dengan
titer anti A atau anti B yang rendah. Jumlah darah yang dipakai untuk transfusi tukar

berkisar antara 140-180 cc/kgBB.1,4

Gambar 3. Kriteria volume darah pada transfusi


2.7. Komplikasi
Prognosis buruk bila terdapat komplikasi seperti kern ikterik. Kern ikterik yaitu
kerusakan pada otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama pada
korpus striatum, thalamus, nucleus subtalamus hipokampus.
Stadium kern ikterik :
1. Satdium 1 : reflek moro jelek, hipotonia, lethargi, poor feeding, vomitus, high
pitched cry, kejang.
2. Stadium 2 : opistotonus, kejang, panas, rigiditas, occulogyric cries, mata
cenderung deviasi ke atas,
3. Stadium 3 : spastisitas
4. Stadium 4 : gejala sisa lanjut seperti spastisitas, atetosis, tuli parsial/komplit,
retardasi mental, paralisis bola mata ke atas, displasia denta.

BAB 3

LAPORAN KASUS

Seorang bayi perempuan usia 7 hari, lahir tanggal 26 Juli 2016 dari:

Ayah Ibu
Nama Tn. R Ny. F
Umur 26 tahun 26 tahun
Pendidikan SD SMP
Pekerjaan Tani Ibu Rumah Tangga
Perkawinan I I
Dirawat di bagian perinatologi RSUD Achmad Mochtar sejak tanggal 26 Juli 2016 dengan

Keluhan utama:

Sukar bernafas spontan saat lahir

Riwayat penyakit sekarang:

- Lahir dengan vakum ekstraksi a.i ibu asma bronkial, dengan A/S 3/4
- Sukar bernafas spontan saat lahir
- Kebiruan pada keempat ekstremitas sejak lahir
- Sesak nafas sejak satu hari setelah lahir
- Kuning sejak usia 4 hari, mulanya kuning tampak pada wajah, kemudian menjadi

kuning hingga lutut


- Demam tidak ada
- Kejang tidak ada
- Mekonium sudah keluar saat usia 1 hari
- Injeksi vitamin K sudah diberikan
- Bayi diberi susu formula sejak usia 3 hari pemberian 8 kali sehari, bayi baru

mendapatkan ASI saat usia 7 hari

Riwayat kehamilan ibu sekarang

G1 P0 A0 H0

Presentasi bayi : Letak kepala

Penyakit selama hamil : Asma bronkial

- Riwayat ibu demam saat kehamilan dan menjelang persalinan tidak ada
- Riwayat ibu keputihan saat kehamilan dan menjelang persalinan tidak ada
- Riwayat ibu nyeri buang air kecil saat kehamilan dan menjelang persalinan tidak ada

Pemeriksaan kehamilan : Bidan

Lama hamil HPHT : 27/09/2015

TM : 04/07/2016

Pemeriksaan waktu hamil

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Suhu : 37,6oC

Hb : 13,5 gr%
Riwayat persalinan

BB ibu : 61 kg

Persalinan di : RSUD Achmad Muchtar Bukittinggi

Jenis persalinan : Vakum ekstraksi a.i ibu asma bronkial

Ketuban : warna hijau kental, jumlah 500 cc

Kesan : air ketuban kurang

Keadaan bayi saat lahir

Lahir tanggal : 26 Juli 2016

Jenis kelamin : Perempuan

Apgar Score saat lahir

Tanda 0 1 2 Jumlah nilai


Frekuensi [ ] ( ) tidak ada [V] (X) <100 [ ] ( ) >100
jantung
Usaha bernapas [V] ( ) tidak [ ] (X) lambat [ ]( )
ada menangis kuat
Tonus otot [ ] ( ) lumpuh [V] ( ) [ ] ( ) gerakan
ekstremitas aktif
fleksi sedikit
Reflex [V] ( ) tidak [ ] (X) gerakan [ ] ( ) reaksi
bereaksi sedikit melawan
Warna kulit [ ] ( ) biru- [V] (X) badan [ ]( )
pucat kemerahan, kemerahan
tangan/kaki
kebiruan
NA 1 menit :3

NA 5 menit :4

Pemeriksaan fisik tanggal 2 Agustus 2016

Kesan umum
Keadaan : tampak sakit sedang

Berat badan : 2600 gram Panjang badan : 46 cm

Frek jantung : 130 kali/ menit Sianosis : tidak ada

Frek napas : 62 kali/ menit Ikterus : ada

Suhu : 36,6oC Anemis : tidak ada

Down Score

Skor 0 1 2
Laju pernapasan ( ) <60x/menit (V) 60-80x/menit ( ) >80x/menit
Sianosis (V) tidak ada ( ) tidak ada dengan ( ) perlu 40% FiO2
40% FiO2
Retraksi ( ) tidak ada (V) ringan ( ) berat
Merintih (V) tidak ada ( ) sedikit ( ) jelas
Udara masuk ( ) baik (V) menurun ( ) sangat buruk

Kepala : Ubun-ubun besar : 1 x 1 cm

Ubun-ubun kecil : x cm

Jejas persalinan : caput bekas cup vakum

Mata : konjungiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Telinga: tidak ada kelainan

Hidung : nafas cuping hidung ada

Mulut : sianosis tidak ada

Leher : JVP sulit dinilai

Thorax : normochest, retraksi di epigastrium

Jantung : ictus cordis tidak terlihat, teraba 1 jari LMCS RIC V, irama teratur

Paru : suara nafas bronkovesikuler, ronki tidak ada, wheezing tidak ada
Abdomen : Permukaan : datar

Kondisi : lemas

Hati : teraba x

Limpa : tidak teraba

Genitalia : tidak ada kelainan

Ekstremitas : Atas : akral hangat, CRT <3 detik

Bawah : akral hangat, CRT <3 detik

Kulit : hangat, ikterus tidak ada

Anus : ada

Tulang-tulang : tidak ada kelainan

Reflex : Moro : (+) Isap : (+)

Rooting : (+) Pegang : (+)

Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal 30 Juli 2016

Bilirubin Direk : 1,29 Bilirubin total : 14,98 mg/dL

Tanggal 31 Juli 2016

Hb : 11,1 gr/dL Trombosit : 39.000 /mm3

Leukosit : 11.610/mm3 PT : 16 detik

Hematokrit : 32,8% APTT : 47,3 detik

Eritrosit : 3,48 juta

Tanggal 2 Agustus 2016


Bilirubin Direk : 1,29 mg/dL Bilirubin total : 6,47 mg/dL

Diagnosis akhir

Asfiksia berat
Ikterus neonatorum grade V perbaikan
Trombositopenia
Penatalaksanaan

ASI 8x25 cc
O2 0,1 liter/menit (nasal)
Stop ivfd
Rawat gabung dengan ibu

Follow Up

3 Agustus 2016

S/ - Kuning tidak ada

------ Sesak nafas tidak ada

------ Demam tidak ada, kejang tidak ada

- Menyusu kuat

O/ - Nadi : 134 kali/menit

------ Nafas : 46 kali/menit

------ Suhu : 36,7oC

------ Kulit : hangat ikterik tidak ada

------ Mata : konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada

------ Hidung : nafas cuping hidung tidak ada

------ Thoraks : normochest, retraksi dinding dada tidak ada

------ Ekstremitas : akral hangat, CRT <3 detik

A/ Asfiksia berat teratasi

Ikterus neonatorum grade V perbaikan

P/ - ASI OD

4 Agustus 2016

S/ - Kuning tidak ada

------ Sesak nafas ada

------ Demam ada, kejang tidak ada


O/ - Nadi : 174 kali/menit

------ Nafas : 86 kali/menit

------ Suhu : 39,6oC

------ Kulit : hangat ikterik tidak ada

------ Mata : konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada

------ Hidung : nafas cuping hidung ada

------ Thoraks : normochest, retraksi dinding dada ada di epigastrium

------ Ekstremitas : akral hangat, CRT <3 detik

Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 9,5 mg/dL Leukosit : 24.500/mm3 MCV : 94,9 MCH : 32,4

Ht : 27,8 Platelet : 46.000/mm3 MCHC : 34,2

A/ Ikterus neonatorum grade V dalam perbaikan

Susp Bronkopneumonia + SIRS

Anemia mikrositik hipokrom

Trombositopenia

P/ - O2 nasal 0,1 L/i

- ASI 8 x 90 cc per OGT

------ Ampicilin 2 x 130 mg (iv)

------ Cefotaxim 2 x 130 mg (iv)

- Kandistatin 4 x 15 cc (iv)

5 Agustus 2016

S/ - Kuning tidak ada

------ Sesak nafas ada


------ Demam tidak ada, kejang tidak ada

O/ - Nadi : 128 kali/menit

------ Nafas : 59 kali/menit

------ Suhu : 36,2oC

------ Kulit : hangat ikterik tidak ada

------ Mata : konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada

------ Hidung : nafas cuping hidung tidak ada

------ Thoraks : normochest, retraksi dinding dada ada di epigastrium

------ Ekstremitas : akral hangat, CRT <3 detik

A/ Ikterus neonatorum grade V perbaikan

Bronkopneumonia perbaikan

P/ - O2 nasal 0,1 L/i

- ASI 8 x 90 cc per OGT

------ Ampicilin 2 x 130 mg (iv)

------ Cefotaxim 2 x 130 mg (iv)

- Kandistatin 4 x 15 cc (iv)
BAB 4

DISKUSI

Pasien perempuan usia 7 hari rawatan hari ke 7 perinatologi RS Achmad Mochtar

Bukittinggi dengan diagnosis ikterik neonatorum grade V dengan bronkopneumonia,

anemia mikrositik hipokrom, dan trombositopenia.

Diagnosis ikterik neonatorum grade V ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan keluhan pasien

tampak kuning sejak 3 hari yang lalu. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan adanya kuning

pada kulit pasien yang telah mencapai telapak kaki baik ketika inspeksi maupun palpasi.

Dari pemeriksaan penunjang, didapatkan hasil pemeriksaan laboratorium bilirubin dengan

hasil bilirubin total 14,98 mg/dL pada tanggal 30 Juli 2016. Ikterik pada pasien ini

tergolong ikterik patologis walaupun terjadi setelah 24 jam karena terdapat tanda-tanda

penyakit yang mendasari seperti takipneu. Pasien ini mendapatkan tatalaksana berupa

fototerapi. Adapun indikasi pada pasien ini adalah pasien tergolong bayi dengan risiko

tinggi. Fototerapi dilakukan untuk mencegah toksisitas bilirubin terhadap susunan saraf

pusat. Pasien mengalami perbaikan setelah difototerapi, kuning berangsur menghilang dan

kadar bilirubin pun berangsur menurun. Dari pemeriksaan laboratorium bilirubin yang

dilakukan pada tanggal 2 Agustus 2016 didapatkan kadar bilirubin total yaitu 6,47. Oleh

karena kadar bilirubin menurun dan klinis mengalami perbaikan, maka fototerapi

dihentikan dan pasien sudah dapat direncanakan rawat gabung dengan ibu. Pada 3 Agustus
2016, kuning pada pasien sudah tidak tampak begitupun pada 3 hari berikutnya, maka

diagnosis akhir yang didapatkan adalah ikterik neonatorum grade V perbaikan.

Pada 3 Agustus 2016, kondisi pasien sudah mulai stabil, tidak terdapat kuning,

demam, maupun sesak. Oleh karena itu terapi yang diberikan pada pasien adalah

pemberian ASI secara on demand sehingga tidak membutuhkan OGT. Pada 4 Agustus

2016, kondisi pasien mengalami perburukan dimana didapatkan keluhan demam dan

sesak. Pada pemeriksaan didapatkan suhu pasien 39,6 derajat celcius, napas 86x/menit,

napas cuping hidung, dan retraksi dinding dada. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik

yang didapatkan diduga pasien mengalami bronkopneumonia. Pasien direncanakan untuk

diperiksa laboratorium darah lengkap. Dari hasil laboratorium, didapatkan pasien

mengalami anemia mikrositik hipokrom, leukositosis, dan trombositopenia. Tatalaksana

yang diberikan pada pasien yaitu pemasangan oksigen, pemberian ASI dengan orogastric

tube, antibiotik berupa Ampicilin dan Cefotaxim, dan Kandistatin untuk mencegah

komplikasi akibat trombositopenia.

Pada 5 Agustus 2016, didapatkan sudah ada perbaikan pada pasien. Pada anamnesis

dan pemeriksaan fisik didapatkan sesak masih ada, namun demam sudah tidak ada, napas

cuping hidung tidak ada. Pada pasien direncanakan untuk melanjutkan terapi antibiotik dan

kandistatin yang telah diberikan, dan melepas pemberian O2 nasal karena sudah tidak

terdapat lagi takipneu.


DAFTAR PUSTAKA

1. Kasim, M.S. dkk. Buku Ajar Neonatologi : Hiperbilirubinemia. Cetakan Kedua. Ikatan

Dokter Anak Indonesia. 2010 : hal 147-68.


2. Pudjiadi, A.H. dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia :

Hiperbilirubinemia. Edisi II. Cetakan Pertama. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011 :

hal 114-22.
3. Kasim, M.S. dkk. Dampak Lama Fototerapi Terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Total

pada Hiperbilirubinemia Neonatal. Sari Pediatri. Vol. 10 No. 3. 2008: hal 201-6.
4. American Academy of Pediatrics. Clinical Practice Guideline. Management of

hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation. Pediatrics

2004;114:297-316.

Вам также может понравиться

  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Документ10 страниц
    Laporan Kasus
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Pleno 3.6 Minggu 6
    Pleno 3.6 Minggu 6
    Документ11 страниц
    Pleno 3.6 Minggu 6
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Diathesis Hemoragik
    Diathesis Hemoragik
    Документ43 страницы
    Diathesis Hemoragik
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Peripheral Neuropathy
    Peripheral Neuropathy
    Документ14 страниц
    Peripheral Neuropathy
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Laporan Jaga Perina, Senin 7 September
    Laporan Jaga Perina, Senin 7 September
    Документ13 страниц
    Laporan Jaga Perina, Senin 7 September
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Mini Pro
    Mini Pro
    Документ49 страниц
    Mini Pro
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Cholangiocarcinoma Fix
    Cholangiocarcinoma Fix
    Документ47 страниц
    Cholangiocarcinoma Fix
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Anti Anxietas
    Anti Anxietas
    Документ12 страниц
    Anti Anxietas
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Mte Katarak Senilis
    Mte Katarak Senilis
    Документ35 страниц
    Mte Katarak Senilis
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Apendisitis Perforasi
    Apendisitis Perforasi
    Документ47 страниц
    Apendisitis Perforasi
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Strabismus
    Strabismus
    Документ10 страниц
    Strabismus
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Dengue Shock Syndrome
    Dengue Shock Syndrome
    Документ2 страницы
    Dengue Shock Syndrome
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • BPJS Ketenagakerjaan
    BPJS Ketenagakerjaan
    Документ9 страниц
    BPJS Ketenagakerjaan
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Laporan Jaga KB
    Laporan Jaga KB
    Документ14 страниц
    Laporan Jaga KB
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Jurnal Anes
    Jurnal Anes
    Документ11 страниц
    Jurnal Anes
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Case Report Appendisitis Perforasi
    Case Report Appendisitis Perforasi
    Документ38 страниц
    Case Report Appendisitis Perforasi
    Resti Rusydi
    Оценок пока нет
  • Mte Katarak Senilis
    Mte Katarak Senilis
    Документ35 страниц
    Mte Katarak Senilis
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Translet Asma
    Translet Asma
    Документ11 страниц
    Translet Asma
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Faring It Is
    Faring It Is
    Документ21 страница
    Faring It Is
    Mohammad Zaki Budiman
    Оценок пока нет
  • Basalioma Et Maxila
    Basalioma Et Maxila
    Документ39 страниц
    Basalioma Et Maxila
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • INFERTILITAS
    INFERTILITAS
    Документ23 страницы
    INFERTILITAS
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Penilaian Status Gizi Anak (Z Score)
    Penilaian Status Gizi Anak (Z Score)
    Документ7 страниц
    Penilaian Status Gizi Anak (Z Score)
    Tsania Rebel
    Оценок пока нет
  • Nevus
    Nevus
    Документ2 страницы
    Nevus
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Slide Promkes
    Slide Promkes
    Документ24 страницы
    Slide Promkes
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Klasifikasi Glomerulopati
    Klasifikasi Glomerulopati
    Документ1 страница
    Klasifikasi Glomerulopati
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Macam Macam Cairan Infus Dan Indikasi
    Macam Macam Cairan Infus Dan Indikasi
    Документ9 страниц
    Macam Macam Cairan Infus Dan Indikasi
    Sutjipto Wijono
    Оценок пока нет
  • Keratosis Seboroik
    Keratosis Seboroik
    Документ9 страниц
    Keratosis Seboroik
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • BST Glaukoma Juvenil
    BST Glaukoma Juvenil
    Документ8 страниц
    BST Glaukoma Juvenil
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет
  • Reumatoid Heart Disease
    Reumatoid Heart Disease
    Документ9 страниц
    Reumatoid Heart Disease
    Husni Minanda Fikri
    Оценок пока нет