Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pendahuluan
Lepra atau Kusta ( dari bahasa Sansakerta ) adalah suatu penyakit infeksi
kronis yang merusak terutama jaringan saraf dan kulit. Penyebabnya Mycobacterium
leprae, ditemukan oleh dokter Norwegia, yaitu Hansen ( 1873, wafat 1912 ). Maka,
penyakit ini juga disebut penyakit Hansen. Basil lepra mirip sifatnya dengan basil tbc,
yakni sangat ulet karena banyak mengandung lilin ( wax ) yang sukar ditembus obat,
tahan asam, dan pertumbuhannya juga lambat sekali.
Tanda-tanda TT BT BB-BL LL
Bentuk multibasiler (MB) secara garis besar ialah semua tipe yang pada
pemeriksaan laboratorium BTA-nya positif. Tipe borderline dan lepromatosa termasuk
bentuk multibasiler walaupun BTA negatif.
Diagnosa
Reaksi-Reaksi Lepra
Kusta bercirikan periode lama dengan gejala penyakit berkurang (remisi), yang
diselingi rentang waktu dimana penyakit menjadi aktif lagi. Reaksi lepra adalah rekasi
imunologi serius terhadap Mycobacterium leprae yang terjadi selama pengobatan, jadi
bukan disebabkan oleh obat lepra.
Bila terjadi rekasi lepra tersebut, terapi tidak boleh dihentikan. Keluhan ringan
(tipeI) dapat diatasi dengan analgetika dan zat-zat antiradang, yang lebih serius (tipe
II) dengan imunosupresif, seperti prednisone dan talidomida.
Pencegahan
Pengobatan
Dapson diintroduksi pada tahun 1948 dan menimbulkan revolusi pada terapi
lepra. Obat ini mampu menghentikan pertumbuhan basil lepra, yang kemudian
walaupun lamadapat dimusnahkan oleh sitem tangkis tubuh sendiri. Pasien dapat
diobati secara ambulan --- artinya tidak usah dirawat di rumash sakit ---secara murah
dan efektif di rumahnya sendiri. Dengan sendirinya, tindakan biasa untuk mencegah
penularan pada keluarganya harus tetap ditaati.
Kemudian ditemukan obat-obat lepra lain dengan kerja bakterisid, antara lain
rifampisin (1965) dan klofazimin (1967). Meskipun harga obat ini jauh lebih mahal
daripada dapson, namun penyembuhan berlangsung lebih cepat dan efektif. Dapson
dan rifampisin dapat dengan cepat menimbulkan resistensi. Guna mengurangi risiko
resistensi obat-obat tersebut kini tidak dipergunakan lagi sebagai monoterapi,
melainkan dalam kombinasi dari 3 obat (Multidrug therapy).
WHO menganggap penderita yang telah menyelasaikan kur dan tidak usah
minum obat lagi sebagai sembuh. Akan tetapi, pasien demikian perlu dipantau
selama 8-10 tahun untuk mewaspadai timbulnya residif.
Dengan MDT, gejala kulit dan luka akan sembuh dalam beberapa bulan.
Tetapi, kuman masih tetap berada dalam selaput lender, kulit, dan saraf. Maka, terapi
harus dilanjutkan lama sekali sampai kuman lenyap seluruhnya dari jaringan tersebut,
yaitu 6 bulan untuk LT dan 2-3 tahun untuk LL.
Wanita hamil dan laktasi. Dari dapson dan klofazimin belum terdapat cukup
data keamanannya untuk janin. Obat-obat ini juga mencapai air susu ibu, maka selama
terapi tidak dianjurkan menyusui bayi. Rifampisin bila digunakan selama minggu
terakhir kehamilan dapat menimbulkan perdarahan pada ibu dan anak. Untuk
menghindarkannya diberikan vitamin K pada keduanya. Penggunaan rifampisin
selama laktasi diperbolehkan, walaupun masuk dalam air susu ibu.
Obat-Obat Lepra
Resorpsi dari usus hampir lengkap dengan kadar darah puncak dalam 1-3 jam.
PP-nya 70%, plasma t1/2 nya rata-rata 28 jam (10-50 jam). Di dalam hati, zat ini
mengalami siklus enterohepatik dan tejadi asetilasi menjadi metabolit inaktif.
Ekskresinya berlangsung 20% melalui kemih dan sebagian kecil lewat tinja.
Efek sampingnya jarang terjadi pada dosis biasa, antara lain sakit kepala,
mual, muntah, sukar tidur, dan takikardia. Pada dosis tinggi dapat terjadi kelainan
darah, antara lain hemolisis dan methemoglobinemia.
Dosis : Lepra 1 dd 100 mg, maksimum 200 mg, anak-anak 1x sehari 1-1.5 mg
per kg. Pada dermatitis 3-4 dd 50 mg, maksimum 300 mg/hari.
Rifampisin
Antibiotik ini dari kelompok rifamisin berkhasiat leprosida berdasarkan
penghambatan enzim kuman RNA-polimerase. Kerjanya lebih cepat dan efektif
daripada dapson. Dalam waktu 3-4 minggu, bentuk LL yang ganas sudah menjadi
tidak bersifat menular lagi. Resistensi dapat timbul dalam waktu singkat, sehingga
selalu digunakan bersama obat lain, terutama pada lepra dan tbc. Kemih berwarna
merah muda.
Klofazimin
Resorpsinya dari usus lambat dan kurang baik (50%), kadar puncak darah
baru dicapai setelah 8-12 jam. Zat ini bersifat lipofil kuat, ditimbun dalam jaringan
lemak dan makrofag dari system tangkis untuk kemudian dilepaskan lagi secara
berangsur-angsur. Plasma t1/2 nya lama sekali, mencapai 70 hari, maka dapat
ditakarkan secara intermitten. Ekskresinya berlangsung terutama lewat tinja.
Dosis. Klofazimin untuk segala bentuk lepra ialah 100 mg sehari. Untuk
mengendalikan reaksi lepromatosis mungkin diperlukan dosis sampai 3x 100 mg
sehari, yang harus segera dikurangi bila timbul keluhan saluran cerna.
Amitiozon
Obat turunan tiosemikarbazon ini lebih efektif terhadap lepra jenis tuberkuloid
dibandingkan tehadap jenis lepromatosis. Resistensi dapat terjadi selama pengobatan
sehingga pada tahun kedua pengobatan perbaikan melambat dan padatahun ketiga
penyakit mungkin kambuh. Karena itu amitiozon dianjurkan penggunaannya bila
dapson tidak dapat diterima penderita.
Efek samping yang paling sering terjadi ialah anoreksia, mual, dan muntah.
Anemia karena depresi sumsum tulang terihat pada sebagian besar pasien.
Leukopenia dan agranulositosis dapat terjadi, tetapi yang berat keadaannya terdapat
pada 0,5% pasien. Anemia hemolitik akut dapat terjadi dengan dosis tinggi. Ruam
kulit dan albuminuria tidak jarang pula terlihat. Kejadian ikterus cukup tinggi dan
gejala ini menandakan obat bersifat hepatotoksik tetapi sifat reversibel.
Amitiozon mudah diserap melalui saluran cerna dan ekskresinya melalui urin.
Dosis permulaan ialah 50 mg setiap hari selama 1-2 minggu, kemudian dosis dapat
dinaikkan perlahan-lahan sampai 200 mg. Obat ini sama efektif baik pada pemberian
dosis tunggal maupun dosis terbagi.
Tiambutosin
Talidomid