Вы находитесь на странице: 1из 59

Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek

Kerjasama Pemerintah Swasta Pelabuhan


Baubau, Sulawesi Tenggara

Dokumen Prakualifikasi
TAHUN ANGGARAN 2015
Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek
Kerjasama Pemerintah Swasta
Pelabuhan Baubau, Sulawesi Tenggara

Dokumen Prakualifikasi
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA

DOKUMEN PRAKUALIFIKASI
PENGADAAN BADAN USAHA PELAKSANA
PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN
PELABUHAN BAU BAU
SULAWESI TENGGARA

TAHUN 2015
DISCLAIMER

1. Dokumen Pra-Kualifikasi ("Dokumen PK") disiapkan semata-mata untuk tujuan


membantu penawar (peserta lelang) sektor swasta prospektif ("Peserta") dalam
membuat evaluasi proyek oleh mereka sendiri dan tidak dimaksudkan untuk
menjadi sumber informasi yang lengkap semuanya secara inklusif atau untuk
menampung semua informasi Peserta yang mungkin diperlukan. Semua Peserta
harus membuat sendiri evaluasi proyek secara independen. Relevansi serta
kecukupan Informasi yang terkandung dalam Dokumen PK ini hendaknya
menjadi bahan awal guna membuat penyelidikan tambahan yang dianggap perlu
untuk memutuskan apakah akan ikut serta atau tidak dalam proses lelang
selanjutnya.
2. Informasi yang terkandung dalam Dokumen PK ini disajikan dengan itikad baik
dan belum diverifikasi secara independen oleh Kementerian Perhubungan
("Kemenhub") (atau penasehatnya). Kemenhub (atau penasihat nya) tidak
membuat pernyataan atau jaminan, tersurat maupun tersirat, atau menerima
tanggung jawab atas kelengkapan, keakuratan atau kewajaran informasi yang
terkandung dalam Dokumen PK ini, atau pernyataan tertulis lainnya tentang
Proyek yang dikomunikasikan atau disediakan untuk Peserta.
3. Dokumen PK ini tidak dapat digunakan oleh seseorang atau untuk tujuan apapun
selain sebagaimana diartikulasikan di atas. Oleh karena itu, Kemenhub (atau
penasihat nya) tidak bertanggung jawab dengan cara apapun berkaitan dengan,
atau akibat dari penggunaan Dokumen PK ini oleh orang lain untuk setiap tujuan
selain di sebutkan di atas.
4. Dokumen PK ini tidak dimaksudkan untuk mejadi dasar dari setiap keputusan
yang diambil Kemenhub berkaitan dengan apakah Kemenhub akan masuk ke
dalam setiap hubungan kontrak. Tidak ada dalam Dokumen PK ini bagian yang
merupakan keharusan untuk menjadi dasar dari kontrak yang disepakati dalam
kaitannya dengan Proyek. Tiap Peserta wajib menepati syarat dan kondisi yang
diterangkan dalam kontrak, pada saat, dan jika, disepakati dan dieksekusi,
dengan memperhatikan berbagai batasan yang mungkin ditentukan dalam
kontrak tersebut.
BAB 1

PENGUMUMAN

PENGADAAN BADAN USAHA PELAKSANA


PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PELABUHAN BAU BAU
SULAWESI TENGGARA

1. Kementerian Perhubungan Republik Indonesia berencana berencana memilih


Badan Usaha yang berpotensi ( Investor Proyek) untuk membiayai, merancang,
membangun, mengoperasikan, dan memelihara infrastruktur Pelabuhan Bau Bau
Sulawesi Tenggara (Proyek), melalui suatu proses seleksi yang kompetitif;
2. Pengadaan Badan Usaha Pelaksana berdasarkan Kerangka Peraturan
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur
sebagai berikut:
a. Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur;
b. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional No. 4 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastrukur;
c. Peraturan Kepala LKPP No. 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
3. Ruang Lingkup pembangunan dan pengelolaan Pelabuhan Bau Bau sebagai
berikut:
a. Pembangunan Dermaga Peti Kemas
b. Pembangunan sarana dan prasarana Bongkar Muat dan Penumpukan
c. Operasi dan Pemeliharaan selama masa kerjasama
4. Bentuk kerjasama Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau
Sulawesi Tenggara adalah Bangun Guna Serah selama . tahun
5. Perkiraan nilai investasi pembangunan dan pengelolaan Pelabuhan Bau Bau
sebesar Rp. 252.122.419.147,-
6. Persyaratan pengambilan dokumen adalah sebagai berikut:
a. Membawa Surat Pernyataan Minat (Expression of Interest) yang ditandatangani
oleh Direktur Utama atau pejabat lain yang berwenang;
b. Menunjukkan Surat Izin Usaha Asli dan menyerahkan copynya;
c. Pendaftaran dan pengambilan dokumen dilakukan oleh Direktur Utama atau
Kuasanya dengan membawa Surat Kuasa bermeterai Rp. 6000,- dan
menunjukkan identitas diri asli dan menyerahkan copynya.
7. Badan Usaha dapat mengambil Dokumen Prakualifikasi:
Tanggal : s/d Desember 2015
Waktu :
Tempat :

Jakarta, 20.
Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
Dalam Penyediaan Infrastruktur
Pembangunan dan Pengelolaan
Pelabuhan Bau Bau Sulawesi Tenggara
BAB 2
DEFINISI

Dalam Dokumen Prakualifikasi ini, istilah-istilah memiliki arti sebagai berikut:


Badan Usaha Proyek adalah Badan Usaha Perseroan Terbatas yang secara spesifik
didirikan oleh Pemenang Pengadaan berdasarkan Hukum di Republik Indonesia untuk
melakukan dan melaksanakan Proyek yang disepakati dalam Perjanjian Kerjasama;
Batas Akhir Waktu Penyampaian Prakualifikasi adalah batas akhir penyampaian
dokumen kualifikasi yang ditetapkan oleh Panitia Pengadaan;
Calon Peserta Proses Prakualifikasi adalah:
- Badan usaha Indonesia baik sendiri-sendiri atau berbentuk sebuah konsorsium antar
badan usaha Indonesia atau dengan badan usaha asing; atau
- Badan usaha asing baik sendiri-sendiri atau berbentuk sebuah konsorsium.
COD atau Commercial Date adalah tanggal satu hari setelah hari dimana
Proyek berhasil melaksanakan proses commisioningnya sehingga mampu beroperasi
secara komersial;
Dokumen Permintaan Proposal adalah dokumen yang diterbitkan bagi Peserta
yang memenuhi persyaratan Prakualifikasi, yang memuat prosedur pengadaan secara
lengkap dan menyeluruh;
Dokumen Prakualifikasi adalah dokumen Proyek termasuk lampiran-lampirannya
yang dipergunakan pada Tahap Prakualifikasi;
EPCadalahRekayasa, Pengadaan dan Konstruksi;
EPC Contractoradalah penyedia layanan EPC yang akan dikontrak oleh Badan
Usaha Proyek yang wajib memenuhi kriteria sebagaimana tertulis dalam Dokumen
Pengadaan;
Hari Kerja adalah hari dimana bank dan kantor-kantor Pemerintah di Indonesia buka
dan beroperasi;
IASadalah Standar Akuntansi Internasional;
IDR atau Indonesian Rupiah adalah mata uang sebagai alat pembayaran yang sah
di Republik Indonesia;
IFRS adalah International Financial Reporting Standards (Standar Pelaporan
Keuangan Internasional), termasuk IAS;
Indonesia adalah Republik Indonesia;
Indonesian GAAP adalah Generally Accepted Accounting Principles (Prinsip-prinsip
akuntansi yang diterima secara umum) di Indonesia;
Kekayaan Bersih adalahtotal aset badan usaha dikurangi total kewajibannya;
Kontraktor O&M adalah penyedia jasa operasi dan pemeliharaan yang dikontrak oleh
Badan Usaha dan harus memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam
Dokumen Pengadaan;
O&M adalah Operasi dan Pemeliharaan;
Panitia Pengadaan adalah Panitia Pengadaan Badan Usaha yang dibentuk
berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan;
Pembiayaan Proyek adalah pembiayaan untuk Badan Usaha Proyek termasuk
pembiayaan melalui pinjamanan atau pembiayaan modal sendiri;
Pemegang Saham yang Terlibat adalah pemegang saham yang tergabung dalam
sebuah konsorsium Peserta yang memenuhi syarat pada saat atau sebelum Tanggal
Pembentukan Konsorsium;
Pendapatan Bersih adalahpendapatan yang dilaporkan sesudah dikurangi semua
pengeluaran termasuk namun tidak terbatas pada bunga, penyusutan, amortisasi dan
pajak pendapatan yang dihitung berdasarkan IAS, IFRS, US GAAP atau prinsip-prinsip
akunting yang berlaku dalam jurisdiksi entitas tersebut;
Pengawasan adalah kekuasaan untuk mengarahkan atau menyebabkan
diarahkannya kebijakan-kebijakan manajemen sebuah korporasi melalui kontrak,
agensi atau lainnya;
Penyampaian Dokumen Prakualifikasi di dalam dokumen kualifikasi, termasuk
lampiran-lampirannya yang sudah disusun oleh Calon Peserta Pengadaan berdasarkan
persyaratan Dokumen Prakualifikasi dan disampaikan kepada Panitia dengan mengisi
formulir-formulir yang dimuat dalam Dokumen Prakualifikasi;
Perjanjian Kerjasama adalah Perjanjian Kerjasama dan semua perjanjian lainnya
yang ditandatangani secara langsung antara Kementerian Perhubungan atau perjanjian
hukum selanjutnya, badan sektor publik lainnya dengan Badan Usaha Proyek atau
Badan Usaha Proyek berkaitan dengan Proyek;
Pernyataan Kualifikasi adalah sebuah pernyataan yang memuat semua informasi
sebagaimana diminta menurut Bagian II-G, dan disampaikan dalam bentuk lampiran
seperti tampak di Lampiran B;
Perselisihan Material adalah setiap perselisihan dengan Pemerintah Kota Batam
atau instansi atau Badan Pemerintah Republik Indonesia lainnya mengenai: (a)
perselisihan menyangkut nilai setidaknya Rp. 20.000.000.000. (Dua Puluh Milyar
Rupiah) atau nilai setaranya; atau (b) terkait pengakhiran Perjanjian Kerjasama;
Perselisihan Material Lainnya adalah setiap perselisihan yang melibatkan peserta
dan jumlah yang disengketakan maksimal Rp. 20.000.000.000. (Dua Puluh Milyar
Rupiah) atau nilai setaranya;
Perwakilan Resmiadalah orang yang ditunjuk oleh Peserta (atau dalam hal Peserta
berbentuk Konsorsium, orang yang ditunjuk oleh seluruh anggota konsorsium) melalui
Surat Kuasa, untuk bertindak sebagai kontak penghubung dengan Kementerian
Perhubungan menyangkut segala sesuatu yang berkaitan dengan Proses Prakualifikasi
dan Proses Lelang Proyek;
Peserta adalah setiap korporasi atau konsorsium yang menyampaikan Penyataan
Kualifikasi bertujuan mengikuti proses Prakualifikasi agar dinyatakan sebagai Peserta
yang Memenuhi Syarat;
Peserta yang Memenuhi Syarat adalah peserta yang oleh Kementerian
Perhubungan ditetapkan memenuhi kriteria menurut Bagian II-G Dokumen
Prakualifikasi ini dan terpilih berdasarkan proses Prakualifikasi;
Pimpinan Konsorsium adalah anggota apabila peserta berbentuk konsorsium atau
peserta tunggal yang memenuhi memenuhi kriteria sebagaimana ditetapkan di Bagian
II-G.1.;
Proses Lelang adalah proses dan prosedur lelang sebagaimana dijabarkan di
Bagian II-D yang selanjutnya diuraikan secara rinci dalam Dokumen Pengadaan;
Proyek adalah Proyek Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau
Bau Sulawesi Tenggara
Proyek Sejenis adalahProyek dengan pembangunan dan/atau pengelolaan
Pelabuhan;
Surat Kuasa adalah surat kuasa seperti tampak pada Lampiran D yang dibuat oleh
Peserta (atau dalam hal peserta berbentuk konsorsium, oleh masing-masing anggota
konsorsium);
Tanggal Pembentukan Konsorsium adalah batas akhirwaktu yang dinyatakan
dalam Dokumen Pengadaan bagi Peserta yang memenuhi syarat untuk menyampaikan
informasi dan dokumen kepada Pemerintah mengenai konsorsium lelang yang dibentuk
oleh Peserta yang memenuhi syarat sesuai Bagian II-D.2.4 dan Bagian II-G Dokumen
Prakualifikasi ini;
Total Aset adalahseluruh aset konsolidasi dari Badan Usaha dan anak Badan
Usahanya yang diukur berdasarkan IAS, IFRS, US GAAP atau prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku di jurisdiksi Badan Usaha tersebut;
Total Kewajiban adalahseluruh kewajiban konsolidasi dari Badan Usaha dan anak
Badan Usahanya yang diukur berdasarkan IAS, IFRS, US GAAP atau prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku di jurisdiksi Badan Usaha tersebut;
Undang-Undang yang Berlaku berarti semua UU, konstitusi, statuta, aturan,
putusan, peraturan, dekrit atau perintah yang berlaku bagi calon peserta, pemegang
saham yang terlibat, atau Proyek, termasuk tetapi tidak terbatas pada peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia;
US $ atau US Dollars adalah mata uang sebagai alat pembayaran yang sah di
Amerika Serikat.
UU Republik Indonesia adalah semua UU, konstitusi, statuta, aturan, Pengadilan,
putusan, dekrit, atau Perintah Pengadilan, arbitrase atau Instansi Pemerintah lainnya
dengan kewenangan jurisdiksi di Indonesia;
BAB 3
PROFIL RINGKAS PROYEK KPBU
PELABUHAN BAU BAU

3.1. LOKASI PROYEK


Secara Geografis Pelabuhan Baubau terletak diantara 5 02716,5 Lintang
Selatan sampai 12203631,4 Bujur Timur, tepatnya Pelabuhan Baubau terletak
di Kota Baubau bagian selatan Sulawesi Tenggara, untuk lebih tepatnya
Pelabuhan Baubau ini berada di Pulau Buton yang terletak di Selat Buton
dengan Pelabuhan Utama menghadap ke utara.

Gambar 1 Lokasi Pelabuhan Bau Bau

3.2. MODEL KERJASAMA

Proyek ini diselenggarakan dengan mekanisme KPBU, mekanisme ini akan


mengacu kepada ketentuan Hukum Indonesia dan norma- norma hukum
internasional yang telah diakui dan diratifikasi di Indonesia. Badan Usaha
Pelaksana KPBU akan menandatangai Perjanjian KPBU dengan Menteri
Perhubungan/ Otoritas Pelabuhan selaku PJPK.

3.3. Lingkup Tanggung Jawab Badan Usaha Pelaksana


Lingkup tanggung jawab Badan Usaha Pelaksana KPBU adalah meliputi namun
tidak terbatas pada:

1. Pengelolaan Teminal Peti Kemas


2. Pengelolaan Terminal Kargo Umum
3. Penyediaan dan pelayanan peralatan pelabuhan (cranes dan gantry)
4. Pergudangan

3.4. Periode kontrak KPBU

Badan Usaha Pelaksana akan melaksanakan Perjanjian Kerjasama KPBU


dengan Kementerian Perhubungan untuk jangka waktu 20 tahun terhitung sejak
penandatanganan perjanjian KPBU Dengan masa pembangunan selama 3
tahun.
BAB 4
INSTRUKSI KEPADA PESERTA PRAKUALIFIKASI

4.1. UMUM

1. Dokumen Prakualifikasi disampaikan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa


Inggris. Dalam hal terdapat perbedaan, maka versi Bahasa Indonesia yang
berlaku. Semua informasi yang diperlukan wajib disampaikan kepada Panitia
Pengadaan Badan Usaha Pelaksana oleh Peserta dalam Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris. Dalam hal terdapat perbedaan, maka versi Bahasa
Indonesia yang berlaku. Dokumen pendukung dapat disampaikan dalam
bahasa asing, namun harus dibuat ringkasannya dalam Bahasa Indonesia
oleh penerjemah tersumpah;
2. Penyampaian Prakualifikasi wajib disertai surat minat Penawaran
Prakualifikasi sesuai Formulir di Lampiran A, yang harus ditandatangani oleh
Wakil Resmi Peserta;
3. Keputusan Hasil Prakualifikasi ditetapkan semata-mata berdasarkan
Dokumen Kualifikasi Peserta, yang harus diserahkan sesuai Formulir
Lampiran B untuk masing-masing peserta. Informasi pendukung atau
keterangan lainnya dinyatakan tidak diterima kecuali tanggapan Peserta atas
klarifikasi yang secara khusus diminta oleh Panitia Pengadaan Badan Usaha.
Wakil Resmi Peserta wajib membubuhkan parafnya di setiap halaman dan
menandatangani Penyataan Kualifikasi dimaksud.
4. Masing-masing Peserta wajib menyerahkan Surat Kuasa menggunakan
format seperti tampak pada Lampiran D disertai dokumen-dokumen
terkaitnya (contoh: keputusan dewan direksi, AD/ART, dll., sebagaimana
diperlukan) yang membuktikan kuasanya dalam menerbitkan Surat Kuasa
tersebut mengenai penunjukkan Wakil Resmi untuk mewakili Peserta. Bagi
peserta berbentuk konsorsium, maka konsorsium wajib menunjuk dan
memberi wewenang kepada 1 (satu) dan hanya 1 (satu) wakil sebagai Wakil
Resmi semua anggota konsorsium, dan menyerahkan Surat Kuasa disertai
dokumen-dokumen terkaitnya (contoh: keputusan dewan direksi, AD/ART, dll.
sebagaimana diperlukan) yang membuktikan kuasanya dalam menerbitkan
Surat Kuasa tersebut, untuk setiap anggota konsorsium. Seorang Wakil
Resmi dapat diganti dengan menunjuk seorang Wakil Resmi baru lainnya
dengan memberitahukan secara tertulis kepada Panitia Pengadaan Badan
Usaha oleh Peserta, dan menyampaikan Surat Kuasa, menggunakan format
seperti tampak di Lampiran D disertai dokumen-dokumen pendukungnya
(contoh: keputusan dewan direksi) yang membuktikan kuasa dalam
memberikan Surat Kuasa penggantian Wakil Resmi tersebut. Semua
tindakan yang diambil oleh Wakil Resmi yang masih menjabat sebelum
diterimanya surat pemberitahuan penggantian Wakil Resmi tersebut oleh
Panitia Pengadaan Badan Usaha tetap dinyatakan berlaku dan mengikat
Peserta.
5. Terkait nilai tukar uang dollar AS, Peserta yang pembukuan keuangannya
tidak dilakukan dalam mata uang dollar AS, wajib menerapkan nilai tukar
resmi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia pada tanggal bersangkutan.
Tingkat nilai tukar yang digunakan dalam laporan pendapatan harus berupa
nilai tukar rata-rata untuk periode yang berlaku pada laporan keuangan.
6. Panitia Pengadaan Badan Usaha tidak melakukan korespondensi apa pun
dengan Calon Peserta kecuali bagi Calon Peserta yang meminta klarifikasi
terkait Proses Prakualifikasi dan kriteria Prakualifikasi, apabila dan bilamana
diperlukan.
7. Peserta dapat meminta klarifikasi dari Panitia Pengadaan Badan Usaha
menyangkut Proses Prakualifikasi dan kriteria Prakualifikasi dengan
menyampaikan permintaan klarifikasi secara tertulis atau lewat email kepada
Panitia Pengadaan Badan Usaha. Semua pertanyaan harus diterima paling
lambat sepuluh (10) hari kerja sebelum Batas Akhir Waktu penyampaian
Penawaran Prakualifikasi. Permintaan klarifikasi secara lisan tidak diijinkan.
Meskipun Panitia Pengadaan Badan Usaha akan menanggapi pertanyaan
yang diajukan sebisa mungkin, tetapi tidak ada kewajiban untuk itu, dan
karenanya dapat menolak menanggapi pertanyaan atau permintaan klarifikasi
semata-mata atas kewenangannya sendiri.
8. Semua pertanyaan dari salah satu Peserta yang sudah ditanggapi oleh
Panitia Pengadaan Badan Usaha juga disampaikan ke Peserta lain.
9. Setiap dokumen yang sudah diserahkan Peserta ke Panitia Pengadaan
Badan Usaha tidak dikembalikan.
10. Peserta wajib memberitahu Panitia Pengadaan Badan Usaha secara tertulis
setiap perubahan material informasi yang dapat mempengaruhi status
Prakualifikasinya setelah batas akhir waktu penyampaian penawaran
Prakualifikasi.
11. Peserta yang memenuhi syarat, wajib menyerahkan bukti-bukti kepada
Panitia Pengadaan Badan Usaha bahwa kualifikasi mereka masih terpenuhi,
apabila sewaktu-waktu diminta.

4.2. Larangan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) serta Penipuan


1. Peserta dan pihak yang terkait dengan pengadaan ini berkewajiban untuk
mematuhi etika pengadaan dengan tidak melakukan tindakan sebagai
berikut:
a. berusaha mempengaruhi anggota Panitia Pengadaan Badan Usaha
dalam bentuk dan cara apapun, untuk memenuhi keinginan peserta yang
bertentangan dengan Dokumen Prakualifikasi, dan/atau peraturan
perundang-undangan;
b. membuat dan/atau menyampaikan dokumen dan/atau keterangan lain
yang tidak benar untuk memenuhi persyaratan dalam Dokumen
Prakualifikasi ini.
2. Peserta yang menurut penilaian Panitia Pengadaan Badan Usaha Badan
Usaha terbukti melakukan tindakan sebagaimana dimaksud dikenakan sanksi
sebagai berikut:
a. sanksi administratif, yaitu digugurkan dari proses Prakualifikasi;
b. sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam;
c. gugatan secara perdata; dan/atau
d. pelaporan secara pidana kepada pihak berwenang.
3. Pengenaan sanksi dilaporkan oleh Panitia Pengadaan Badan Usaha kepada
Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK).

4.3. Konflik Kepentingan


1. Para pihak yang terlibat dalam Pengadaan wajib menghindari dan mencegah
terjadinya pertentangan kepentingan antara para pihak yang terkait, baik
secara langsung maupun tidak langsung, termasuk hubungan afiliasi.
2. Pertentangan kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pihak yang terlibat pada tahapan Penyiapan dan/atau Transaksi sebagai
konsultan atau Badan Penyiapan:
1) menjadi Peserta atau anggota konsorsium Peserta Pengadaan Badan
Usaha Pelaksana pada Proyek KPBU yang sama;
2) sebagai pemegang saham dan/atau pengurus pada perusahaan yang
menjadi Peserta atau perusahaan pada anggota konsorsium dalam
Pengadaan Badan Usaha Pelaksana pada Proyek KPBU yang sama;
3) memberikan pembiayaan/pendanaan atau memberikan penjaminan
pada Proyek KPBU yang sama; dan/atau
4) menjadi konsultan bagi Peserta Badan Usaha Pelaksana pada Proyek
KPBU yang sama.
b. pihak yang bertindak selaku konsultan pada lebih dari 1 (satu) Peserta
dalam Proyek KPBU yang sama;
c. anggota direksi atau dewan komisaris suatu Badan Usaha yang menjadi
Peserta merangkap sebagai anggota direksi atau dewan komisaris pada
Badan Usaha lain yang menjadi Peserta pada Proyek KPBU yang sama;
d. anggota Panitia Pengadaan/Tim KPBU/PJPK memiliki hubungan afiliasi
dengan Peserta pada Proyek KPBU yang sama;
e. hubungan antara 2 (dua) atau lebih Badan Usaha yang menjadi Peserta
pada Pengadaan yang sama dikendalikan oleh pihak yang sama, baik
langsung maupun tidak langsung; dan/atau
f. kegiatan atau tindakan yang berpotensi menimbulkan persaingan usaha
tidak sehat sebagaimana tercantum pada ketentuan perundangan
mengenai larangan praktek monopoli dan persaingan usaha yang tidak
sehat.
3. Hubungan afiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d adalah:
a. hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat
kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; dan/atau
b. memiliki kendali pada perusahaan Peserta baik langsung maupun tidak
langsung.
4. Para pihak yang memiliki pertentangan kepentingan dalam Proyek KPBU
yang sama dilarang terlibat dalam proses Pengadaan.
5. PJPK/Tim KPBU/Panitia Pengadaan/Peserta atau pihak lain yang terlibat
dalam Pengadaan harus menandatangani Pakta Integritas sebagai bentuk
komitmen untuk menghindari terjadinya pertentangan kepentingan.

4.4. Penyampaian Penawaran Prakualifikasi:


1. Penawaran Prakualifikasi Peserta, terdiri dari Surat Penawaran/Minat
Prakualifikasi, Pernyataan Kualifikasi, Pakta Integritas, Surat Kuasa, Surat
Dukungan Bank, dan Kelengkapan Perizinan Perusahaan yang harus dibuat
sesuai formulir sebagaimana terlampir masing-masing di Lampiran A,
Lampiran B, Lampiran C, Lampiran D, Lampiran E, dan Lampiran F.
2. Peserta wajib menyampaikan penawaran Prakualifikasi berupa satu (1) asli,
empat (4) salinan dan dua (2) salinan elektronik dalam bentuk CD-ROM dan
diterima oleh Panitia Pengadaan Badan Usaha sebelum Batas Akhir Waktu
Penyampaian Prakualifikasi.
3. Dokumen-dokumen dalam format kertas yang disampaikan harus dengan
jelas ditandai Asli atau Salinan, apabila dijumpai perbedaan antara yang
Salinan dan Asli, maka yang berlaku adalah dokumen yang ditandai Asli.
Setiap halaman penawaran harus diberi nomor dan diparaf oleh Wakil Resmi
Peserta.
4. Dokumen berupa rekaman elektronik harus berformat Portable Document
Format (PDF), dibuat di atas CD-ROM. Apabila terdapat perbedaan antara
dokumen elektronik dan dokumen Asli, maka yang berlaku adalah dokumen
bertanda Asli.
5. Penawaran Prakualifikasi disampaikan ke alamat berikut ini:
6. Peserta hanya dapat menyampaikan Penawaran Prakualifikasinya secara
langsung kepada Panitia Pengadaan Badan Usaha pada tempat, tanggal,
dan waktu yang telah ditentukan dalam Dokumen Prakualifikasi.
5. Panitia Pengadaan Badan Usaha menolak setiap penawaran Prakualifikasi
Peserta yang disampaikan diluar ketentuan.
6. Panitia Pengadaan Badan Usaha, atas kewenangannya, dapat
memperpanjang Batas Akhir Waktu Penyampaian Penawaran Prakualifikasi
dimana semua hak dan kewajiban Peserta menurut batas akhir sebelumnya,
dengan demikian juga menjadi diperpanjang. Panitia Pengadaan Badan
Usaha memberitahukan perpanjangan batas akhir ini kepada seluruh Peserta
secara tertulis.
7. Panitia Pengadaan Badan Usaha, atas kewenangannya, dapat mengubah
Dokumen Prakualifikasi dengan menerbitkan addendum yang kemudian
diberitahukan kepada seluruh Peserta.
8. Panitia Pengadaan Badan Usaha, atas kewenangannya, dapat menghubungi
Peserta untuk meminta klarifikasi informasi atau data di dalam penawaran
Prakualifikasi atau meminta informasi tambahan. Setiap permintaan klarifikasi
dan tanggapannya dilakukan secara tertulis.
9. Pemerintah Provinsi Bandung tidak bertanggung jawab atas pengeluaran apa
pun oleh Calon Peserta terkait penyampaian penawaran Prakualifikasi.

4.5. Prosedur Evaluasi


1. Prosedur evaluasi adalah prosedur pembukaan dan evaluasi Penawaran
Prakualifikasi yang diterima dari Peserta.
2. Masing-masing Peserta memasukkan penawaran Prakualifikasinya ke dalam
suatu paket.
3. Panitia Pengadaan Badan Usaha akan mencatat tanggal dan jam
penerimaan paket Penawaran Prakualifikasi. Penawaran Prakualifikasi yang
sudah disampaikan kepada Panitia Pengadaan Badan Usaha tidak akan
dikembalikan dan tidak boleh diganti dengan alasan apa pun.
4. Semua penawaran Prakualifikasi yang sudah disampaikan dijaga
keamanannya.
5. Panitia Pengadaan Badan Usaha mengevaluasi Dokumen Kualifikasi
Peserta, untuk kemudian dinyatakan Lulus atau Tidak Lulus. Peserta wajib
memenuhi semua kriteria yang ditetapkan agar dinyatakan lulus proses
evaluasinya.
6. Peserta maupun anggota konsorsium dilarang melakukan kontak langsung
dengan anggota Panitia Pengadaan Badan Usaha jika tujuannya membahas
Prakualifikasi, yang dimulai dari diterbitkannya Dokumen Prakualifikasi
sampai pengumuman Peserta yang memenuhi syarat oleh Panitia
Pengadaan Badan Usaha.
7. Informasi mengenai evaluasi Prakualifikasi dan Rekomendasi Prakualifikasi
tidak akan diungkapkan kepada Peserta atau pihak lain yang tidak
berkepentingan dengan proses tersebut sampai dengan disampaikannya
pemberitahuan Prakualifikasi kepada Peserta.
8. Panitia Pengadaan Badan Usaha memberitahukan hasil evaluasi
Prakualifikasi kepada setiap Peserta secara tertulis. Panitia Pengadaan
Badan Usaha menyusun daftar nama Peserta yang dinyatakan memenuhi
syarat.
9. Peserta yang dinyatakan tidak memenuhi syarat dapat menyampaikan
sanggahan kepada Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) secara
tertulis, paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak tanggal pengumuman hasil
evaluasi Prakualifikasi.
BAB 5
KRITERIA PRAKUALIFIKASI

Peserta dinyatakan lulus prakualifikasi, sehingga layak mengajukan penawaran, apabila


memenuhi kriteria berikut ini:

5.1 Kriteria Kelengkapan Administrasi:


1. Peserta wajib menyampaikan Kelengkapan Administrasi berikut dengan cara
seperti tercantum pada Lampiran-Lampiran Dokumen Prakualifikasi ini disertai
dengan dokumen-dokumen pendukung:
2. Surat Penyampaian Penawaran Prakualifikasi dengan cara seperti tercantum
pada Lampiran A;
3. Akta pendirian perusahaan dan surat izin usaha yang telah disahkan oleh
institusi yang berwenang dengan cara seperti tercantum pada Lampiran F;
4. Profil perusahaan;
5. Surat penyataan tidak sedang dalam pengampuan, tidak sedang dipailitkan,
perusahaannya tidak sedang dihentikan dan/atau tidak sedang menjalani
perkara pidana dengan cara seperti tercantum pada Lampiran A yang didukung
oleh Surat Keterangan dari Badan Peradilan. Dalam hal Peserta adalah badan
hukum asing, maka surat pernyataan tersebut harus diterbitkan dari Institusi
yang berwenang, dilegalisasi oleh notaris publik dan dikonsularisasi oleh
Kedutaan Besar/Konsulat Indonesia di negara mana surat pernyataan tersebut
ditandatangani;
6. Surat dukungan dari pemegang saham (Perjanjian Sponsor);
7. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan bukti setoran pajak 1 (satu) tahun
terakhir kecuali Badan Usaha Internasional/Asing;
8. Untuk Peserta yang berbentuk konsorsium, diwajibkan melampirkan bukti
perjanjian kerjasama pembentukan konsorsium yang dibuat di hadapan notaris
dan berisi antara lain maksud dan tujuan, pembagian peran (Pimpinan
Konsorsium atau anggota konsorsium), tugas dan kewajiban masing-masing
anggota di dalam konsorsium (Operator, Kontraktor, dll).

5.2 Kriteria Komposisi Peserta:


1. Peserta dapat mengajukan diri sebagai badan usaha tunggal atau konsorsium.
2. Jika penawaran Prakualifikasi dilakukan secara konsorsium, masing-masing
Pimpinan Konsorsium harus menyatakan diri dalam penawaran Prakualifikasi
mereka mengenai kewajiban tanggung renteng dan tanggung jawabnya sendiri-
sendiri atas tindakan, kewajiban dan pertanggungjawaban konsorsium.
3. Peserta harus terdiri dari satu atau lebih Anggota yang secara bersama-sama
wajib memenuhi kualifikasi dan tanggung jawab seperti ditetapkan berikut ini:
a.Pimpinan Konsorsium secara bersama-sama:
b. Menguasai setidaknya 51% (lima puluh satu persen) ekuitas jika mereka
ditunjuk sebagai pemilik Badan Usaha Proyek;
c. Paling tidak 1 (satu) Anggota harus:
(1) Memenuhi Kriteria Pengalaman Operasi; dan
(2) Memenuhi Kriteria Pengalaman EPC.
d. Peserta dalam bentuk Konsorsium diperbolehkan memenuhi Kriteria
Finansial secara agregat.

e. Pimpinan Konsorsium tidak boleh berbentuk perseorangan/pribadi.

4. Badan usaha tunggal atau anggota dalam suatu konsorsium tidak diperbolehkan
berpartisipasi secara langsung dalam Proses Prakualifikasi pada lebih dari satu
(1) Peserta.
5. Peserta berbentuk konsorsium wajib menyediakan informasi sebagaimana
diwajibkan di Lampiran B Pernyataan Kualifikasi Bagian B yang menjelaskan
peran dan kepemilikan saham masing-masing Anggota.
6. Kegagalan dalam memenuhi persyaratan dapat mengakibatkan diskualifikasi
Peserta bersangkutan oleh Panitia Pengadaan Badan Usaha.
7. Kepemilikan, Pengawasan dan Operasi Badan Usaha Proyek:
a. Ekuitas: Investor Proyek wajib menyetorkan ekuitas kepada Badan Usaha
Proyek minimum 30% (tiga puluh persen) untuk mendukung Pembiayaan
Proyek.
b. Periode Lock-in: Terdapat periode lock-in ekuitas yang diberlakukan
kepada Peserta dan Pemegang Saham yang terlibat selama jangka waktu
sebagaimana tersebut di dalam Perjanjian Kerjasama.
c. Pengendalian Pimpinan Konsorsium: Dalam hal Peserta yang memenuhi
syarat berbentuk Konsorsium, Pimpinan Konsorsium bersama anggota
konsorsium lainnya wajib menyerahkan bukti-bukti memadai kepada
Panitia Pengadaan Badan Usaha pada tanggal pengajuan penawaran,
bahwa apabila konsorsium terpilih sebagai Investor Proyek, maka
Pimpinan Konsorsium bersedia menandatangani sebuah perjanjian
pemegang saham dengan anggota konsorsium lainnya dari Badan Usaha
Proyek yang menyatakan bahwa masing-masing Pimpinan Konsorsium
memiliki pengendalian atau pengendalian bersama secara efektif terhadap
Badan Usaha Proyek, setidaknya selama periode lock-in sebagaimana
dimaksud pada huruf b Perjanjian Pemegang Saham antara Pimpinan
Konsorsium dan pemegang saham lainnya dari Badan Usaha Proyek
merupakan bagian dokumen yang diserahkan pada saat penyampaian
penawaran.

5.3 Kriteria Keuangan


Peserta wajib menyampaikan informasi kriteria keuangan berikut dengan cara
seperti tercantum pada Lampiran B Pernyataan Kualifikasi disertai dengan
dokumen-dokumen pendukung:
1. Salinan laporan keuangan dari Peserta yang sudah diaudit, selama 3 (tiga) tahun
anggaran terakhir, yang disusun berdasarkan standar akuntansi IAS, IFRS,
Indonesia GAAP, atau wajib mendapat persetujuan dari Pemerintah, baik (a)
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di bursa saham nasional dimana
Peserta tersebut tercatat, atau (b) prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
dalam masyarakat atau institusi akuntansi publik di wilayah yurisdiksi badan
usaha tersebut, dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
Total Asset, secara agregat lebih dari Rp,- ( Rupiah)
selama 3 (tiga) tahun anggaran terakhir; dan
Kekayaan Bersih, secara agregat lebih dari Rp. ,- ( Rupiah)
selama 3 (tiga) tahun anggaran terakhir.
2. Surat Referensi dari Bank untuk peserta atau masing-masing Pimpinan dan
anggota konsorsium sesuai format di Lampiran E yang menyatakan bahwa
kondisi usaha peserta bersangkutan tergolong sehat dan menurut pendapat
Bank mampu membiayai pelaksanaan Proyek.

5.4 Kriteria Teknis:


Peserta harus dapat membuktikan kemampuan teknis dalam mendesain,
mengadakan, membangun, mengoperasikan, dan memelihara proyek sejenis,
termasuk untuk menyediakan peralatan khusus dan tenaga ahli spesialis yang
diperlukan dalam pelaksanaan Proyek.
5.4.1. Kriteria Pengalaman Operasi dan Pemeliharaan
a. Peserta wajib menyampaikan informasi pengalaman operasi dan
pemeliharaan berikut dengan cara seperti tercantum pada Lampiran B
Pernyataan Kualifikasi disertai dengan dokumen-dokumen pendukung:
(1) Peserta telah memiliki pengalaman sukses operasional dan
pemeliharaan minimal 1 (satu) proyek sejenis yang telah berjalan
paling tidak selama 3 (tiga) tahun dalam 10 (sepuluh) tahun
terakhir; atau
(2) Peserta telah menandatangani paling tidak 1 (satu) kontrak O&M
dengan satu atau lebih kontraktor O&M untuk operasi dan
pemeliharaan setidaknya 1 (satu) proyek sejenis
(3) Daftar proyek Peserta yang dicantumkan untuk memenuhi
persyaratan sebagaimana kriteria adalah proyek dimana Peserta
memiliki kendali terhadap kepemilikan ketika kegiatan O&M
berlangsung, atau ketika jasa O&M diadakan berdasarkan kontrak
O&M.

b. yang dimaksud dengan proyek yang operasional dan pemeliharaannya


sukses adalah proyek yang kontrak O&M-nya tidak diberhentikan atau
ditangguhkan oleh pemberi kontrak O&M akibat tindakan wanprestasi; dan
tidak terjadi pelanggaran terhadap peraturan perundangan yang berlaku
termasuk peraturan perundangan tentang lingkungan dan/atau keselamatan
dan kesehatan kerja pada setiap proyek.
5.4.2. Kriteria Pengalaman EPC
a. Peserta wajib menyampaikan informasi pengalaman EPC berikut dengan
cara seperti tercantum pada Lampiran B Pernyataan Kualifikasi disertai
dengan dokumen-dokumen pendukung:
(1) Peserta telah memiliki pengalaman sukses melakukan EPC
setidaknya 1 (satu) proyek sejenis yang telah berjalan paling tidak
selama 3 (tiga) tahun dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir; atau
(2) Peserta menandatangani, dan mengelola selama tahap Konstruksi,
setidaknya 1 (satu) kontrak EPC dengan satu atau lebih kontraktor
EPC proyek yang memenuhi kriteria yang kontraknya sesuai
dengan Perjanjian Kerjasama lainnya dan dinyatakan diterima oleh
lembaga pemberi pinjaman. Nama kontraktor EPC dan rincian
proyek yang memenuhi kriteria di atas harus dicantumkan.
(3) Daftar proyek Peserta yang dicantumkan untuk memenuhi
persyaratan sebagaimana kriteria adalah proyek dimana Peserta
memiliki kendali terhadap kepemilikan ketika proyek mencapai
tahap operasi komersial.

c. Untuk mengukur pemenuhan persyaratan, maka yang dimaksud dengan


proyek yang dibangun dengan sukses adalah proyek yang diselesaikan
sesuai spesifikasi dan memenuhi semua kriteria penilaian kinerja di akhir
pelaksanaan proyeknya. Proyek secara material juga sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku, dan selama tahap konstruksi semua
izin dan persetujuan termasuk seluruh ijin dan persetujuan lingkungan
sudah diperoleh dan dipatuhi.

5.5. Kriteria Lainnya:


1. Masing-masing Peserta tidak terlibat dalam Perselisihan Material Lainnya
terhadapnya yang belum terselesaikan selama 5 (lima) tahun terakhir.
2. Masing-masing Peserta wajib menyebutkan secara rinci dalam Penyataan
Kualifikasinya, setiap Perselisihan Material Lainnya terhadapnya yang telah
diselesaikan (atau dalam hal Peserta berbentuk konsorsium, terhadap setiap
anggota konsorsium) lebih dari 5 (lima) tahun sebelum batas akhir waktu
penyampaian Pernyataan Kualifikasi Peserta bersangkutan.
3. Peserta wajib melampirkan pada Pernyataan Kualifikasinya, sesuai urutan yang
ditetapkan dalam Lampiran Pernyataan Kualifikasi, salinan dokumen yang
dilegalisir yang tercantum pada Lampiran tersebut.
4. Afiliasi atau pemegang saham Peserta (atau dalam hal Peserta berbentuk
konsorsium, setiap anggota konsorsium) tidak sedang mengalami:
a. Skorsing atau masuk dalam daftar hitam (blacklist) oleh instansi Pemerintah
karena suatu alasan apa pun;
b. Kinerja tidak memuaskan di masa lalu, termasuk pelanggaran kontrak,
penyelesaian tidak tepat waktu, sejarah klaim yang buruk atau cacat mutu;
c. Menurut pendapat Panitia Pengadaan Badan Usaha, memiliki utang jatuh
tempo yang jauh melebihi pendapatan atau kewajibannya kepada pihak
otoritas kepabeanan di Indonesia atau pihak otoritas sejenis di negara
Badan Usaha tersebut terdaftar.
d. Memiliki catatan kasus perdata atau pidana yang masih ditangguhkan atau
belum selesai terkait penghindaran pajak, bea atau kewajiban lainnya
kepada instansi pemerintah.

5. Kegiatan usaha Peserta (atau, dalam hal Peserta berbentuk konsorsium, setiap
anggota konsorsium) tidak sedang dalam keadaan dihentikan.
6. Kriteria yang menggugurkan:
Peserta dinyatakan gugur dari Proses Prakualifikasi jika mengalami hal-hal
berikut ini kecuali dikesampingkan oleh Panitia Pengadaan Badan Usaha secara
tertulis:
a. Tidak memenuhi kriteria evaluasi dan/atau permintaan dan/atau persyaratan
yang ditetapkan dalam Dokumen Prakualifikasi ini atau kegagalan Peserta
menyediakan informasi atau dokumen yang dibutuhkan dalam Penyataan
Kualifikasinya;
b. Apabila informasi yang disampaikan Peserta selama dan setelah Proses
Prakualifikasi diketahui tidak benar atau menyesatkan;
c. Apabila Perselisihan material lainnya yang ditangguhkan terhadap Peserta
(atau, dalam hal Peserta berbentuk konsorsium, terhadap setiap anggota
konsorsium) terhitung pada Batas Akhir Waktu Penyampaian Prakualifikasi
dan Perselisihan Material Lainnya tersebut kemudian dilanjutkan terhadap
Peserta atau anggota konsorsium tersebut sebelum tanggal penyampaian
Dokumen Penawaran;
d. Penyampaian dokumen atau informasi yang diminta tidak lengkap;
e. Klarifikasi yang diminta oleh Panitia Pengadaan Badan Usaha dari Peserta
tidak diterima pada batas waktu yang telah ditetapkan secara wajar oleh
Panitia Pengadaan Badan Usaha;
f. Peserta (atau, dalam hal Peserta berbentuk konsorsium, setiap anggota
konsorsium) sedang mengalami likuidasi, di bawah pengawasan pengadilan
atau proses sejenisnya selama Proses Prakualifikasi; atau
g. Peserta (atau, dalam hal Peserta berbentuk konsorsium, setiap anggota
konsorsium) berpartisipasi dalam Proses Prakualifikasi pada lebih dari 1
(satu) peserta, atau Peserta (atau, dalam hal Peserta berbentuk konsorsium,
setiap anggota konsorsium) memiliki saham lebih dari 10% (sepuluh persen)
pada Badan Usaha Peserta lain atau pada setiap anggota konsorsium dari
Peserta lain yang berbentuk konsorsium
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PENAWARAN PRAKUALIFIKASI TERDIRI LAMPIRAN-LAMPIRAN BERIKUT INI:
Lampiran A: Formulir Surat Penawaran Prakualifikasi yang harus ditandatangani oleh
Wakil Resmi Peserta (atau, dalam hal Peserta berbentuk konsorsium, oleh Wakil Resmi
konsorsium).

Lampiran B: Formulir Penyataan Kualifikasi untuk Peserta atau masing-masing


anggota konsorsium, yang harus ditandatangani oleh Wakil Resmi Peserta (atau, dalam
hal Peserta berbentuk konsorsium, oleh Wakil Resmi konsorsium).
Lampiran C: Formulir Pakta Integritas yang harus disediakan oleh masing-masing
Peserta atau anggota konsorsium.
Lampiran D: Formulir Surat Kuasa yang wajib ditandatangani oleh pihak yang
berwenang memberikan kuasa
Lampiran E: Surat Referensi dari masing-masing bank Peserta atau anggota
konsorsium dalam format sesuai Lampiran E yang menyatakan bahwa Badan Usaha
bersangkutan dalam kondisi sehat dan menurut pendapat bank mampu membiayai
pelaksanaan Proyek.
Lampiran F: Salinan dokumen-dokumen, termasuk izin-izin operasi, Badan Usaha
Peserta (atau, dalam hal peserta berbentuk konsorsium, dokumen-dokumen Badan
Usaha masing-masing anggota konsorsium) disertifikasi oleh notaris dalam wilayah
hukum badan usaha tersebut, disertai terjemahan resmi dokumen-dokumen tersebut ke
dalam Bahasa Inggris, apabila bahasa aslinya bukan Bahasa Inggris.
Lampiran G: Informasi Memorandum Proyek.
Lampiran H: Surat Dukungan Pemegang Saham
LAMPIRAN A : FORMULIR SURAT PENYAMPAIAN PENAWARAN PRAKUALIFIKASI

No : [.......] [Kota], [Tanggal]


Perihal : Penyampaian Penawaran Prakualifikasi

Kepada Yth.:
Panitia Pengadaan Badan Usaha
Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia
Proyek Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau Melalui Mekanisme Kerjasama
Pemerintah Daerah Dengan Badan Usaha

Sehubungan dengan Prakualifikasi Pengadaan Badan Usaha Proyek Pembangunan dan Pengelolaan
Pelabuhan Bau Bau, saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama :
No Identitas :
Alamat :
Jabatan :
Nama Perusahaan :
Alamat Perusahaan :

dengan ini mengajukan Penawaran Prakualifikasi untuk mengikuti Proses Prakualifikasi dalam rangka
seleksi calon Investor Proyek dimaksud. Sesuai dengan ketentuan Bab 5 Dokumen Prakualifikasi, saya
juga menyatakan bahwa :
a. berdasarkan surat .................................. (sesuai akte pendirian/perubahannya/surat kuasa,
disebutkan secara jelas nomor akte pendirian/perubahan/surat kuasa dan tanggalnya), saya
secara hukum mempunyai kewenangan bertindak untuk dan atas nama PT...............;
b. memberi kewenangan kepada Panitia Pengadaan Badan Usaha untuk melakukan pemeriksaan
secara menyeluruh atau due diligence yang diperlukan dalam rangka verifikasi informasi yang
kami sampaikan berkaitan dengan Proses Prakualifikasi ini;
c. menjamin kebenaran informasi yang kami sampaikan dalam Penyataan Kualifikasi ini sehubungan
dengan Proses Prakualifikasi;
d. perusahaan saya tidak sedang dalam pengampuan, tidak sedang dipailitkan, tidak sedang
dihentikan dan/atau tidak sedang menjalani perkara pidana;
e. tidak memiliki konflik kepentingan sebagaimana yang diatur dalam Bab 4 Angka 4.3 Dokumen
Prakualifikasi.

Saya menjamin bahwa saya menerima kriteria Prakualifikasi seperti ditetapkan dalam Dokumen
Prakualifikasi tertanggal . tentang pelaksanaan Proyek ini dan mengesampingkan setiap hak
untuk menuntut atau menggugat ke pengadilan, atau menggambil langkah-langkah hukum lainnya
terhadap Pemerintah Kota Bandung dan otoritas Pemerintah lainnya yang terlibat dalam
pelaksanaan Proyek yang bisa menggagalkan atau menghambat Proses Prakualifikasi, Proses
Pelaksanaan Penawaran, Pemberian Kontrak dan kegiatan terkait lainnya.
Hormat saya,
Wakil Resmi untuk [Nama Perusahaan]

Materai Rp.6000

........................................................
[Nama Wakil Resmi Perusahaan]
LAMPIRAN B : FORMULIR PERNYATAAN KUALIFIKASI

Tanggal Penyampaian:

A. Keterangan Peserta

Nama :
Kedudukan Hukum Badan Usaha :
Jenis organisasi : (Badan Usaha/ PerseroanTerbatas/
lainnya)
Alamat e-mail :
Nomor Telepon :
Nomor Faksimili :

Data korespondensi perwakilan resmi :

Nama :
Alamat :
Alamat e-mail :
Nomor Telepon :
Nomor Faksimili :

Catatan:
Peserta harus melampirkan fotokopi dokumen sebagaimana dipersyaratkan pada Lampiran F
Kelengkapan Perizinan Perusahaan di Pernyataan Kualifikasi ini.
(Dalam hal Peserta berbentuk konsorsium, harus disampaikan oleh masing-masing anggota
konsorsium).

B. Kriteria Komposisi Peserta

No. Deskripsi Uraian


1. Badan Usaha Tunggal/ Konsorsium
2. Nama Konsorsium
3. Komposisi Konsorsium
4. Peran dan tanggung jawab masing masing
peserta beserta persentase partipasi dalam
konsorsium
C. Kriteria Keuangan

Laporan keuangan masing-masing anggota konsorsium yang sudah diaudit untuk 3 (tiga)
tahun anggaran terakhir (dilampirkan) sesuai kriteria dalam Bab 5 Bagian 5.3.

D. Kriteria Teknis

1. Pengalaman Operasi dan Pemeliharaan.


Berikan rincian minimum 1 (satu) Proyek sejenis sesuai kriteria dalam Bab 5 Bagian 5.4.1.

No. Deskripsi Uraian


1. Nama Proyek
2. Lokasi (Kota dan Negara)
3. Nilai Proyek (Rp)
4. Kapasitas Pengolahan
Sampah/Incinerator (ton/hari)
5. Kapasitas Pembangkit (MW)
6. Tahun Pembangunan
7. Tahun Mulai Beroperasi
8. Lama Beroperasi (tahun)
9. Jika dioperasikan oleh kontraktor
O&M, sebutkan nama kontraktor O&M
10. Struktur Modal
a. Ekuitas (Rp)
b. Pinjaman (Rp)
11. Partner Ekuitas (bila ada) PT. A PT. B PT. C
12. Jumlah Modal Partner Ekuitas (Rp)
13. Institusi Pemberi Kontrak
a. Nama Institusi
b. Telp & Alamat e-mail
2. Pengalaman EPC
Berikan rincian minimum 1 (satu) Proyek sejenis sesuai kriteria dalam Bab 5 Bagian 5.4.2

No Deskripsi Uraian
1. Nama Proyek
2. Lokasi (Kota dan Negara)
3. Nilai Proyek (Rp)
4. Kapasitas Pengolahan
Sampah/Incinerator (ton/hari)
5. Kapasitas Pembangkit (MW)
6. Tahun Mulai Pembangunan
7. Tahun Selesai Pembangunan
8. Jika dioperasikan oleh kontraktor EPC,
sebutkan nama kontraktor EPC
9. Struktur Modal
a. Ekuitas (Rp)
b. Pinjaman (Rp)
10. Partner Ekuitas (bila ada) PT. A PT. B PT. C
11. Jumlah Modal Partner Ekuitas (Rp)
12. Institusi Pemberi Kontrak
a. Nama Institusi
b. Telp & Alamat e-mail

E. Kriteria Lainnya

No. Perselisihan Material Status Nilai


1.
2.
3.
4.
F. Pernyataan

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan penuh rasa tanggung jawab. Jika
di kemudian hari ditemui bahwa data/dokumen yang saya sampaikan tidak benar dan ada
pemalsuan, maka saya dan badan usaha yang saya wakili bersedia dikenakan sanksi berupa
sanksi administratif, sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam, gugatan secara perdata,
dan/atau pelaporan secara pidana kepada pihak berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Ditandatangani oleh :

Materai Rp. 6000

Wakil Resmi
[Nama Peserta]
LAMPIRAN C : PAKTA INTEGRITAS

Kami yang bertanda tangan di bawah ini :


1. Nama : _____________________ [nama wakil sah badan usaha]

Jabatan : __________________________

Bertindak : PT._________________________
untuk dan
atas nama

2. Nama : _____________________ [nama wakil sah badan usaha]

Jabatan : __________________________

Bertindak : PT. _________________________


untuk dan
atas nama

3. ......[dan seterusnya, diisi sesuai dengan jumlah anggota konsorsium]

Dalam rangka pengadaan badan usaha proyek pembangunan dan pengelolaan Pelabuhan Bau
Bau melalui mekanisme kerjasama pemerintah dengan badan usaha dengan ini menyatakan
bahwa :

1. tidak akan melakukan praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN);

2. akan mengikuti proses pengadaan secara bersih, transparan, dan profesional untuk
memberikan hasil kerja terbaik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. apabila melanggar hal-hal yang dinyatakan dalam PAKTA INTEGRITAS ini, bersedia menerima
sanksi administratif, menerima sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam, digugat secara
perdata dan/atau dilaporkan secara pidana.

__________ [tempat], __ [tanggal] __________ [bulan] 20__ [tahun]

[Nama Badan Usaha] [Nama Badan Usaha] [Nama Badan Usaha]

[tanda tangan], [tanda tangan], [tanda tangan],


[nama lengkap] [nama lengkap] [nama lengkap]

[Dalam hal Peserta berbentuk konsorsium, cantumkan tanda tangan dan nama setiap anggota
konsorsium]
LAMPIRAN D: FORMULIR SURAT KUASA

SURAT KUASA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama:

Jabatan:

Perusahaan:

No. KTP:

Alamat:

Nama:

Jabatan:

Perusahaan:

No. KTP:

Alamat:

Nama:

Jabatan:

Perusahaan:

No. KTP:

Alamat:

[Bagian identitas dibuat sesuai dengan jumlah Pemberi Kuasa]

Untuk selanjutnya disebut sebagai "Pemberi Kuasa", dengan ini memberi kuasa dengan hak
substitusi kepada:

Nama:

Jabatan:

Perusahaan:
No. KTP:

Alamat:

yang bertindak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama (selanjutnya disebut sebagai


"Penerima Kuasa") sehubungan dengan pengajuan penawaran prakualifikasi dalam rangka
seleksi investor potensial untuk Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur Pembangunan
dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau ("Proyek") untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

SECARA KHUSUS

- untuk membuat dan menandatangani setiap dan segala dokumen, surat, dan/atau
instrumen lainnya sehubungan dengan pengajuan penawaran prakualifikasi
("Dokumen") Proyek untuk kepentingan Pemberi Kuasa;

- mengisi dan menandatangani formulir-formulir dan dokumen-dokumen lainnya


berkaitan dengan penyerahan Dokumen kepada Panitia Pengadaan Badan Usaha;

- untuk keperluan tersebut di atas, Penerima Kuasa dikuasakan untuk menghadap panitia
pengadaan Proyek untuk menyerahkan dan memasukkan, untuk memberikan dan
meminta keterangan dalam proses prakualifikasi.

Surat Kuasa ini dan segala kewajiban non-kontraktual yang timbul dari atau sehubungan dengan
Surat Kuasa ini diatur dengan, dan diinterpretasikan sesuai dengan, hukum Republik Indonesia.

Surat Kuasa ini berlaku sejak tanggal ditandatangani dan berlaku sampai dicabut oleh Pemberi
Kuasa.

Pemberi Kuasa dengan ini menegaskan bahwa Pemberi Kuasa dengan ini mengesahkan setiap
dan semua tindakan yang diambil oleh Penerima Kuasa dalam melaksanakan surat kuasa ini.

Ditandatangani pada tanggal ___________________20__

Penerima Kuasa Pemberi Kuasa

______________________________ ______________________________
Nama: Nama:
Jabatan: Jabatan:

______________________________
Nama:
Jabatan:
KONSULARISASI
Hanya untuk badan hukum asing
LAMPIRAN E: FORMULIR SURAT DUKUNGAN BANK
(ATAU SESUAI FORMAT MASING-MASING BANK DENGAN SUBSTANSI YANG SAMA)

No: [.......] [Kota], [Tanggal]


Perihal: Surat Dukungan Bank

Kepada Yth.:
Panitia Pengadaan Badan Usaha
Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur
Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau

Sehubungan dengan Prakualifikasi Pengadaan Badan Usaha Proyek Kerjasama Penyediaan


Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau, saya yang bertandatangan di
bawah ini:
Nama :
Jabatan :
Bank :

menyatakan bahwa [NAMA PERUSAHAAN] benar-benar adalah nasabah [NAMA BANK DAN
CABANGNYA]. Kami mengetahui bahwa [NAMA PPERUSAHAAN] sedang mengikuti Proses
Prakualifikasi dalam rangka seleksi calon Badan Usaha Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur
Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau.

Sepanjang pengalaman usaha kami bersama [NAMA PERUSAHAAN], kami berpendapat bahwa
[NAMA PERUSAHAAN) memiliki kemampuan finansial memadai untuk bertindak sebagai Investor
dengan menyediakan modal sendiri atau ekuitas dan layak mengajukan pinjaman untuk
pembiayaan dan pelaksanaan Proyek tersebut.

Hormat kami.
[TANDA TANGAN. NAMA DAN JABATAN PEJABAT DAN NAMA BANK]

KONSULARISASI
Hanya untuk badan hukum asing
LAMPIRAN F: KELENGKAPAN PERIJINAN PERUSAHAAN
(ISI FORMULIR DAN LAMPIRKAN DOKUMENNYA)

Akta Pendirian Perusahaan dan Perubahannya


No. :
Tanggal :
Kota dan Negara :
Pengesahan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. dan Tanggal
(hanya berlaku untuk perusahaan dalam negeri)
*) khusus untuk akta pendirian dan anggaran dasar, badan hukum asing wajib melampirkan
ringkasan dokumen perusahaan dalam bahasa Indonesia. Ringkasan dokumen perusahaan
minimal berisi: deskripsi bidang usaha, susunan pemegang saham, susunan direksi dan
komisaris, pihak yang berwenang mewakili perusahaan.

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


No. :
Tanggal :
Kota dan Negara :

Surat Ijin Usaha


No. :
Tanggal :
Masa berlaku :
Diterbitkan oleh :

*) Dalam hal Peserta berbentuk konsorsium, kelengkapan perijinan perusahaan dalam Lampiran F
ini harus disampaikan oleh masing-masing perusahaan anggota konsorsium.

KONSULARISASI

Hanya untuk badan hukum asing


LAMPIRAN G

INFORMASI MEMORANDUM PROYEK

Catatan Penting
Informasi yang dimuat dalam informasi memorandum Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur
Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau ini disediakan untuk membantu pihak-pihak
yang tertarik untuk berpartisipasi dalam pengadaan Badan Usaha Proyek. Memorandum ini tidak
dimaksudkan untuk dijadikan sumber informasi komprehensif mengenai Proyek ini, atau tidak
pula memuat saran-saran atau rekomendasi tentang potensi investasi dalam Proyek. Dengan
demikian, memorandum ini tidak bisa dijadikan sebagai landasan untuk maksud-maksud seperti
tersebut tadi. Calon peserta Proyek harus melaksanakan penelitian dan investigasi mereka sendiri
sebelum menyampaikan proposalnya.

Informasi dalam memorandum ini adalah informasi proyek yang mencerminkan kondisi terbaru
per Bulan Agustus 2015, dan kondisi ini bisa berubah sewaktu-waktu.

Gambaran Umum Pelabuhan Bau Bau


Secara Geografis Pelabuhan Baubau terletak diantara 502716,5 Lintang Selatan sampai
12203631,4 Bujur Timur, tepatnya Pelabuhan Baubau terletak di Kota Baubau bagian selatan
Sulawesi Tenggara, untuk lebih tepatnya Pelabuhan Baubau ini berada di Pulau Buton yang
terletak di Selat Buton dengan Pelabuhan Utama menghadap ke utara.

Fasilitas Pokok Pelabuhan


Status Pelabuhan Baubau adalah Pelabuhan yang tidak diusahakan yang diselenggarakan oleh
pengelolaan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Baubau sebagai UPT Pusat. Kondisi fasilitas
pelabuhan yang ada saat ini pada dasarnya sangat memadai dengan adanya penambahan
dermaga tahun anggaran 2009-2012 dengan panjang total 120 meter. Fasilitas Pelabuhan Baubau
secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 Fasilitas Pelabuhan di Pelabuhan Murhum Baubau
No Fasilitas Dimensi Keterangan
1 Daerah Kerja Daratan 8 Ha Tanah urugan
2 Dermaga I 180 x 12 m Tipe lantai beton, dengan tiang pancang beton
3 Dermaga II (Baru) 120 x 15 m Tipe lantai beton, dengan tiang pancang beton
Tipe lantai beton, dengan tiang pancang beton
Dermaga Finger I 50 x 10 m
D=400mm, dibangun tahun 2002
4 Tipe lantai beton, dengan tiang pancang beton
Dermaga Finger II 50 x 10 m D=400mm, dibangun tahun 2012 (sedang
berjalan)
5 Trantel I 97 x 8 m Tipe beton dengan tiang beton D=450mm

Lampiran G | 1
No Fasilitas Dimensi Keterangan
6 Transtel II 123 x 8 m Tipe beton dengan tiang beton D=450mm
7 Causeway I 55 x 8 m Tipe Gravity Wall
8 Causeway II 30 x 8 m Tipe Gravity Wall
9 Causeway III 60 x 10 m Tipe Gravity Wall
Talud I P. 64 m Dinding Penahan Tanah
10
Talud II P. 130 m Dinding Penahan Tanah
Tipe beton dengan tiang Pancang Beton
11 Mooring Dolphin 2 unit
D=450mm
12 Kantor Pelabuhan 250 m2 Tipe struktur beton, kondisi cukup baik
13 Terminal Penumpang 780 m2 Tipe struktur beton, kondisi cukup baik
14 Gudang Nihil Tidak ada
15 Rumah Jaga (jalan masuk) 6x4m Tipe struktur beton, kondisi cukup baik
16 Rumah Jaga (jalan keluar) - -
17 Lapangan Penumpukan 1.800 m 2
Perkerasan dengan aspal kondisi cukup baik
Jalan Utama I 94 x 11,5 m
18 Perkerasan dengan aspal kondisi cukup baik
Jalan Utama II 32 x 6 m
Jalan Extra 53 x 6,75 m
19 Areal Parkir 42 x 68 m Perkerasan dengan aspal kondisi cukup baik
20 Klinik Kesehatan Pelabuhan 12 m2 Menumpang di terminal
21 Karantina Tumbuhan 1 unit
22 Karantina Hewan -
23 Kantor Perusahaan Pelayaran 3 unit Menumpang pada terminal penumpang
24 Kantor Buruh / TKBM 24 m3 Menumpang pada terminal penumpang
25 Bak air 300 m3 Kapasitas 90 ton/jam
26 Tangki BBM Tidak ada Memakai mobil tangki
27 Pagar 335 m3 Pagar BRC, kondisi cukup baik
28 Alat Bantu Navigasi 1 unit 1 lampu suar
29 Suplay Listrik 1.500 KVA PLN
30 Suplay Air 100 m3 PDAM
31 Telephone 2 line PT Telkom
32 SRP / Stasiun Radio SSB
Taman I 53 x 6,30 m
33
Taman II 33 x 6 m
34 Lapangan Penumpukan 68 x 64 m
Sumber: KUPP Pelabuhan Baubau, 2013

Pintu utama pelabuhan bagi orang dan kendaraan yang keluar masuk di pelabuhan mengalami
hambatan karena belum terpisahnya pintu pejalan kaki dan kendaraan yang menyebabkan sering
terjadi kemacetan pada pintu utama disaat kegiatan puncak yaitu embarkasi dan debarkasi
penumpang Kapal Pelni.

Armada Angkutan Laut


Berdasarkan data yang didapat dari KUPP Pelabuhan Baubau, potensi armada angkutan laut yang
dioperasikan di Pelabuhan Baubau memiliki jumlah yang sangat besar. Terdapat 52 kapal yang
beroperasi dengan trayek asal Baubau yang dikelola oleh sebanyak sebelas perusahaan termasuk
PT Pelni.

Lampiran G | 2
Angkutan Laut Pelabuhan Murhum Baubau
Di Pelabuhan Murhum, aktifitas angkutan yang terselenggara meliputi 3 akfititas pelabuhan yang
dicatat sebagai bagian dari aktifitas angkutan laut di Pelabuhan Murhum Baubau yaitu Pelabuhan
Umum Dalam Negeri, Pelabuhan Rakyat dan Pelabuhan Perintis. Rekapitulasi aktifitas angkutan
laut untuk kurun waktu 2010-2013 di Pelabuhan Murhum ini dijabarkan pada Tabel dan Gambar
di bawah ini.
Tabel 2 Aktifitas Angkutan Laut di Pelabuhan Murhum Baubau
Kapal Barang (T/M3) Penumpang (Org)
Tahun
Call Isi Kotor (GT) Panjang (m) Bongkar Muat Turun Naik
2007 4.260 3.168.789 98.602 93.844 31.164 346.613 450.231
2008 4.441 3.798.409 114.955 103.944 207.387 372.947 504.375
2009 4.941 3.648.801 128.701 133.585 196.147 414.833 511.414
2010 5.052 4.302.453 159.981 189.960 237.218 428.784 473.353
2011 5.232 4.702.322 80.333 228.476 238.074 447.673 500.140
2012 5.230 5.820.272 154.738 254.268 175.264 491.149 532.080
2013 5.593 5.902.455 143.694 290.555 266.239 491.071 519.139
2014 5.802 6.377.392 149.640 325.758 290.628 389.609 458.652

Produktifitas Angkutan Laut di Pelabuhan Baubau

14.000

12.000

10.000

8.000

6.000

4.000

2.000

-
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

call isi kotor (x1000 GT) panjang (x100m)

Gambar 1 Produktifitas Angkutan Laut Pelabuhan Murhum

Produktifitas Angkutan Barang di Pelabuhan Baubau

120.000

100.000

80.000

60.000

40.000

20.000

-
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

brg bongkar (x10 ton/m3) brg muat (x100 ton/m3)

Gambar 2 Produktifitas Angkutan Barang Pelabuhan Murhum Baubau

Lampiran G | 3
Produktifitas Penumpang di Pelabuhan Baubau
600.000

500.000

400.000

300.000

200.000

100.000

-
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

pnp naik (org) pnp turun (org)

Gambar 3 Produktifitas Angkutan Penumpang Pelabuhan Murhum

Angkutan Peti Kemas Pelabuhan Murhum


Angkutan peti kemas di Pelabuhan Baubau menunjukkan pertumbuhan yang cukup besar,
ditunjukan dengan data dalam kurun waktu 2010-2013, bongkar peti kemas menunjukkan
pertumbuhan rata-rata sebesar 37,73% (TEUS) / 42,14% (Ton) dan untuk muat peti kemas,
pertumbuhan dalam periode tersebut rata-rata sebesar 41,12% (TEUS) / 33,10% (Ton).
Penjabaran mengenai data angkutan peti kemas di Pelabuhan Murhum ini dijabarkan pada Tabel
di bawah ini.
Tabel 3 Produktifitas Angkutan Peti Kemas di Pelabuhan Murhum
Bongkar Muat
Tahun
Teus Ton Kosong Teus Ton Kosong
2010 4.049 64.059 36 2.093 41.977 2.079
2011 5.634 90.867 21 2.958 59.115 2.383
2012 7.680 129.430 36 4.168 74.111 3.348
2013 8.580 137.199 0 5.252 86.568 3.401
2014 10.149 182.903 7 6.668 115.068 3.302

Gambaran Umum Proyek


Dari hasil identifikasi kebutuhan pengembangan untuk Pelabuhan Bau Bau yang akan
dilaksanakan dengan skema KPBU dengan prioritas tinggi yaitu Pembangunan Terminal Peti
Kemas dan Multipurpose. Beberapa informasi mengenai pelaksanaan proyek ini adalah sebagai
berikut:
a. Proyek Kerjasama Permerintah Swasta untuk Penyelenggaraan Terminal Peti Kemas
Pelabuhan Baubau meliputi perencanaan, pengelolaan, pembangunan dan operasional
terminal peti kemas termasuk prasarana dan sarana yang ada didalamnya.
b. Pelayanan jasa peti kemas di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau termasuk hak untuk
menetapkan tarif pelayanan dermaga Peti Kemas yang meliputi:
1) Kegiatan operasi kapal, terdiri atas:
a) Kegiatan dermaga
b) Stevedoring
c) Haulage/trucking

Lampiran G | 4
d) shifting
e) buka tutup palka
f) lift on/lift off
2) Kegiatan operasi lapangan, terdiri atas:
a) penumpukan
b) lift on/lift off
c) gerakan ekstra
d) relokasi
e) angsur
3) Kegiatan operasi container freight station, terdiri atas:
a) stripping/ stuffing
b) penumpukan
c) penerimaan penyerahan
4) kegiatan pelayanan tambahan, terdiri atas:
a) biaya administrasi nota
b) biaya inter terminal transfer
c) biaya SPP (Surat Penyerahan Petikemas)
d) biaya kartu ekspor
e) biaya hi-co scan
f) biaya hi-co scan with behandle
g) biaya stack awal (biaya penumpukan plus gerakan ekstra)
h) biaya batal transaksi
i) biaya after closing time
j) biaya administrasi IT System
k) biaya PLP (Pindah Lokasi Penumpukan)
l) biaya site office
m) biaya monitoring/supervisi

Spesifikasi Teknis Umum

Standar Kinerja Teknis Operasional Pelabuhan


Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik dalam penyelenggaraan transportasi laut, maka
perlu ditetapkan standar kinerja teknis operasional pelabuhan yang dapat dijadikan sebagai alat
untuk mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan transportasi laut, sebagai instrumen
perencanaan untuk menggambarkan kondisi yang ingin dicapai di masa yang akan datang, sebagai
instrumen perencanaan untuk mengalokasikan sumber daya/investasi, sebagai instrumen
pemantauan (monitoring) dan evaluasi kinerja (performance evaluation) untuk pelaksanaan
kegiatan, sebagai instrumen pembantu untuk pengambilan keputusan.

Indikator Kinerja Pelayanan Operasional adalah variabel-variabel Pelayanan, penggunaan fasilitas


dan peralatan pelabuhan. Indikator tersebut terdiri dari Waiting Time (WT) atau waktu tunggu
kapal, Approach Time (AT) atau waktu pelayanan pemanduan, Effektive Time dibanding Berth
Time (ET: BT), Produktivitas Kerja (T/G/J dan B/C/H), Receiving/Delivery Petikemas, Berth
Occupancy Ratio (BOR) atau atau tingkat penggunaan dermaga, Shed Occupancy Ratio (SOR) atau
tingkat penggunaan gudang, Yard Occupancy Ratio (YOR) atau tingkat penggunaan lapangan
penumpukan, Kesiapan operasi peralatan.

Lampiran G | 5
Kondisi Teknis Lingkungan Pelabuhan
Elevasi Pasang Surut
Data elevasi pasang surut tertinggi dan terendah berdasarkan peramalan adalah sebagai berikut:
Mean High Water Level (MHWL) = + 2.00 m
Mean Low Water level (MLWL) = + 0.00 m

Tinggi Gelombang dan Kecepatan Arus


Gelombang
Tinggi gelombang rencana berdasarkan hasil simulasi perambatan gelombang laut dalam dari
arah utara:
Tinggi Gelombang = 1.0 m
Periode = 6.0 s
Bilangan gelombang = 0.086

Arus
Kecepatan arus rencana berdasarkan hasil simulasi arus pasang surut yang telah dilakukan:
Kecepatan Arus (U) = 0.5 m/s
Koefisien Drag = 1
Koefisien Inersia = 2

Kebutuhan Fasilitas Perairan


Tipe Dermaga
Pemilihan tipe dermaga sangat dipengaruhi oleh kebutuhan yang akan dilayani (dermaga
penumpang atau barang yang bisa berupa barang satuan, curah atau cair), ukuran kapal, arah
gelombang dan angin, kondisi topografi dan tanah dasar laut, dan yang paling penting adalah
tinjauan ekonomi untuk mendapatkan bangunan yang paling ekonomis. Pemilihan tipe dermaga
didasarkan pada tinjauan berikut:
1. Tinjauan Topografi Daerah Pantai
Di perairan yang dangkal sehingga kedalaman yang cukup agak jauh dari darat, penggunaan
jetty akan lebih ekonomis karena tidak diperlukan pengerukan yang besar. Sedang di lokasi
dimana kemiringan dasar cukup curam, pembuatan pier dengan melakukan pemancangan
tiang di perairan yang dalam menjadi tidak praktis dan sangat mahal. Dalam hal ini
pembuatan wharf adalah lebih tepat. Di suatu daerah yang akan dibangun daerah industri
atau pertambangan dekat pantai, di mana daerah daratan rendah maka diperlukan
penimbunan dengan menggunakan pasir hasil pengerukan di laut. Untuk menahan tanah
timbunan diperlukan dinding penahan tanah. Dinding penahan tanah tersebut dapat juga

Lampiran G | 6
sebagai dermaga dengan menambah fasilitas tambatan, bongkar-muat, perkerasan halaman
dermaga, dan sebagainya. Dermaga ini disebut bulkhead wharf (wharf penahan tanah).

2. Jenis Kapal yang Dilayani


Dermaga yang melayani kapal kontiner (container cargo) memerlukan peralatan bongkar-
muat barang yang besar, rel khusus crane, gudang-gudang, dan lain-lain. Karena kebutuhan
fasilitas bongkar muat tersebut, areal darat lebih cocok berupa timbunan. Apabila areal darat
Untuk melayani kapal tersebut penggunaan pier atau jetty akan lebih ekonomis.

3. Daya Dukung Tanah


Kondisi tanah sangat menentukan dalam pemilihan tipe dermaga. Pada umumnya tanah di
dekat daratan mempunyai daya dukung yang lebih besar daripada tanah di dasar laut. Dasar
laut umumnya terdiri dari dari endapan yang belum padat. Ditinjau dari daya dukung tanah,
pembuatan wharf atau dinding penahan tanah lebih menguntungkan. Tetapi apabila tanah
dasar berupa karang, pembuatan wharf akan mahal karena untuk memperoleh kedalaman
yang cukup di depan wharf diperlukan pengerukan. Dalam hal ini pembuatan pier akan lebih
murah karena tidak diperlukan pengerukan dasar karang.

Dengan melihat kondisi di lapangan dan mengacu kepada pertimbangan-pertimbangan diatas


dipilihlah tipe pier atau jetty untuk struktur dermaga karena dinilai lebih ekonomis. Hal
tersebut dapat dilihat dari kondisi pantai yang curam dan jenis kapal yang dilayani adalah
kargo dengan spesifikasi 30.000 DWT.

Perencanaan Layout dan Elevasi Penting


Dermaga berfungsi sebagai tempat membongkar-muat (loading-unloading) dan berlabuh
(berthing). Dasar pertimbangan dalam perencanaan dermaga:
1. Arah angin, arah arus, dan perilaku kestabilan pantai.
2. Panjang dan lebar dermaga disesuaikan dengan kapasitas/jumlah kapal berlabuh.
3. Letak dermaga dipilih sedemikian rupa sehingga paling menguntungkan terhadap fasilitas
darat yang tersedia dengan mempertimbangkan kedalaman perairan.
4. Elevasi lantai dermaga dengan memperhitungkan kondisi pasang surut dan gelombang.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dermaga diuraikan di bawah ini.
1. Elevasi Dermaga
Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dermaga adalah elevasi dermaga.
Elevasi dermaga dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat pasang tinggi air tidak melimpas
ke permukaan dermaga. Penentuan elevasi lantai dermaga sesuai dengan kondisi pasang
surut yaitu:
E = MHWL + 1/2H + F

Lampiran G | 7
dengan:
E = Elevasi dermaga
MHWL = Mean High Water Level, elevasi pasut tertinggi. (3.56m)
H = tinggi gelombang. (1.0m)
F = free board, tinggi jagaan (0.5-1.0 m)

Dari data-data yang dimiliki didapatkan elevasi dermaga:


E = 2.00 + (1.0) + 1.00 = 3.5 m

2. Panjang Dermaga
Penentuan kebutuhan panjang dermaga ditentukan oleh arus bongkar muat berdasarkan
jenis komoditi, volume barang, dan jenis kemasan, dimana penentuan kebutuhan fasilitas tiap
tahapan pengembangan dibagi menjadi tiga masa rencana, yaitu:
a. Kebutuhan fasilitas pelabuhan untuk 5 tahun kedepan;
b. Kebutuhan fasilitas pelabuhan untuk 10 tahun kedepan, dan;
c. Kebutuhan fasilitas pelabuhan untuk 20 tahun kedepan.

Dalam perhitungan kebutuhan dermaga diperlukan pengetahuan mengenai karakterisitik


kapal yang akan digunakan dalam perencanaan seperti panjang (loa), lebar dan draft.

Peningkatan kinerja operasional pelabuhan yang meliputi BOR, jumlah jam operasi, jumlah
gang, serta produktifitas alat/gang mempengaruhi kebutuhan dermaga pada pelabuhan yang
dikaji. Pada kasus Pelabuhan Baubau, terdapat tiga jenis angkutan utama yaitu angkutan
penumpang, angkutan barang umum dan angkutan peti kemas.

Perhitungan tiap tahapan pengembangan panjang dermaga Pelabuhan Murhum Baubau lebih
lengkapnya disajikan pada Tabel 6.
Tabel 4 Kebutuhan Pengembangan Dermaga Pelabuhan Murhum Baubau

Lampiran G | 8
Eksisting Pendek Menengah Panjang
No Uraian Satuan
2015 2016-2020 2016-2025 2016-2035
Terminal Peti Kemas
1 Bongka r mua t conta i ner TEUS 11.848 31.564 45.833 81.073
2 Juml a h efekti f kerja per ha ri ja m 12 14 14 18
3 Berth Occupa ncy Ra ti o % 63 60 55 55
4 Produkti vi ta s cra ne da ra t per ja m box 5 8 10 12
5 Produkti vi ta s cra ne da ra t per ha ri box 60 112 140 216
6 Jeni s Ka pa l Si ngga h GT 5.000 7.000 10.000 15.000
7 Pendeka ta n Pa nja ng Derma ga (ukura n ka pa l ) m 130 130 160 160
8 Ka pa s i ta s Ka pa l box 206 288 412 618
9 Shi p ca l l per ta hun ka l i 58 110 112 132
10 Tota l Kebutuha n Efekti f Ha ri Kerja s el uruh ta mba ta n ha ri 316 472 599 687
11 Juml a h ha ri kerja ha ri 330 330 330 330
12 Juml a h Derma ga Conta i ner berth 1,0 2,0 2,0 3
13 Tota l Pa nja ng derma ga ka pa l peti kema s m 130 260 320 480
Terminal Multi Purpose
1 Bongka r mua t ca rgo Ton 529.532 1.088.340 1.544.458 2.890.237
2 Produkti vi ta s ga ng per ja m Ton 15 15 25 35
3 Produkti vi ta s ga ng per ha ri Ton 180 210 350 630
4 Berth Occupa ncy Ra ti o % 68 70 70 70
5 Juml a h Ga ng per ha ri ga ng 8,91 15,70 13,37 14
6 Kebutuha n Pa nja ng Derma ga Ca rgo m 655 1122 955 993
7 Jeni s Ka pa l Si ngga h GT 1.000 2.000 3.000 5.000
8 Pendeka ta n Pa nja ng Derma ga (ukura n ka pa l ) m 68 100 110 130
9 Juml a h Derma ga Ca rgo berth 10,0 12,0 9,0 8
10 Tota l Pa nja ng derma ga ka pa l ca rgo m 680 1200 990 1.040

3. Lebar Dermaga
Lebar dermaga ditentukan bedasarkan peralatan dan kebutuhan bongkar muat barang di atas
dermaga. Dalam hal ini alat-alat yang disediakan. Dalam studi ini lebar dermaga di desain
sepanjang 20 m untuk memenuhi kebutuhan bongkar muat kontainer.

Alur Pelayaran
1. Panjang Alur
Panjang alur pelayaran tergantung dari topografi dasar perairan (bathimetri) dan kedalaman
alur yang diinginkan, sedangkan arah alur pelayaran tergantung dari arah angin dominan,
topografi dasar perairan, dan material dasar perairan. Berdasarkan pada karakteristik
geografis Baubau, kedalaman alur pelayaran di Selat Masiri dan Selat Buton berkisar antara
10 20 meter dengan lebar alur pelayaran yang cukup memadai. Sedangkan arah alur
pelayaran adalah dari arah barat daya Pelabuhan Baubau dan khusus alur dari Kendari, alur
pelayaran dari arah utara pelabuhan.

2. Lebar Alur
Dengan menggunakan kapal standar sebagaimana ditetapkan dalam rencana pengembangan,
maka kebutuhan alur pelayaran didasarkan pada untuk ukuran kapal maksimum yaitu kapal
dengan ukuran 15.000 DWT. Dengan asumsi alur pelayaran adalah dua jalur dengan alur
pelayaran relatif panjang dengan kondisi alur kapal sering berpapasan, maka direncanakan
lebar alur pelayaran sebesar = (7 x 24m) + 30m = 198 meter. Dengan penetapan lebar alur

Lampiran G | 9
pelayaran sebesar 14,5 mil (232 meter), alur pelayaran Pelabuhan Baubau cukup untuk
memenuhi kebutuhan pelayaran sampai dengan jangka panjang.

3. Kedalaman alur
Kedalaman air diukur terhadap muka air referensi nilai rata-rata dari muka air surut terendah
pada saat pasang kecil (neap tide) dalam periode panjang yang disebut LLWL (Lowest Low
Water Level), agar kapal dapat masuk dan keluar dengan lancar pada saat muka air rendah.
Kedalaman alur pelayaran berdasarkan Technical Standards and Commentaries for Port and
Harbour Facilities In Japan ditentukan dengan rumus:
D = d + 0.5H + s + c
Keterangan:
d : Draft kapal (meter)
D : Kedalaman pelabuhan pada saat muka air terendah (meter)
H : Tinggi gelombang maksimum diambil 1.5 m
s : Squat (tinggi ayunan kapal yang berlayar, tergantung besarnya kapal),
dimana s dan C diambil 0.5 untuk kapal >1.000 GT
c : Clearance sebagai pengaman, antara 25 100 cm, tergantung kondisi
kekerasan dasar perairan

Perhitungan kedalaman alur pelayaran didasarkan kepada pertimbangan draft kapal


maksimum (kapal peti kemas 15.000 DWT) adalah 8,7 meter. Berdasarkan pada kebutuhan
draft kapal ini, direncanakan sisi luar dermaga dengan kedalaman minimum 9 meter.

Dimensi Kolam Pelabuhan


Untuk memenuhi syarat-syarat kolam pelabuhan harus direncanakan sekurang-kurangnya sesuai
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kedalaman Kolam
Perairan kolam harus memiliki kedalaman yang cukup supaya kapal-kapal dapat keluar-masuk
dengan aman pada saat air surut terendah (LLWL). Kedalaman kolam dihitung dengan
persamaan di bawah ini.
h = d + H + C
dengan:
h = Kedalaman kolam pelabuhan saat surut terrendah.
d = draft = tinggi bagian kapal yang terrendam air pada saat muatan penuh (8.2 m)
H = Tinggi gelombang rencana (1.0 m)
C = keel clearence = sebagai pengaman, diambil nilai 10-100 cm.

Dari data-data yang dimiliki didapatkan kedalaman kolam putar:


h = 11.0 + (1.0) + 0.5 = 12.0 m

Lampiran G | 10
b. Diameter Kolam Putar (Turning Basin)
Kawasan kolam tempat kapal melakukan gerak putar untuk berganti haluan harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga memberikan ruang cukup luas dan kenyamanan.

Diameter putar turning basin yang ideal adalah:


D = 2 x LOA
dengan:
D = diameter putar turning basin.
LOA = length overall = panjang total kapal (185 m)

Dari data-data yang dimiliki didapatkan diameter kolam putar:


D = 2 x 185 = 370 m

c. Lebar Alur
Lebar alur pelabuhan yang ideal untuk 2 kapal sering berpapasan adalah:
D = 7.6B
dengan:
B = Lebar kapal terbesar yang akan masuk pelabuhan. (27.5)

Dari data-data yang dimiliki didapatkan lebar alur:


B = 7.6 x 27.5
D = 209 ~ 210 m

d. Luas Kolam Pelabuhan


Perencanaan luas kolam harus menunjang kemudahan manuver kapal dan dapat menampung
kegiatan yang dilakukan oleh kapal mulai dari kedatangan sampai berangkat. Formula
perhitungan kebutuhan luas kolam pelabuhan adalah:
A = A kolam putar + A sandar kapal

Berdasarkan pada asumsi kapal maksimum (Peti Kemas dan Barang Umum) pada masing-masing
tahapan pengembangan, diperhitungkan kebutuhan luar area dalam wilayah pelabuhan yang
meliputi area alur pelayanan dari dan ke pelabuhan, tempat sandar, kolam putar, tempat labuh,
pindah labuh kapal, alih muat kapal, area penempatan kapal mati, area keperluan darurat,
percobaan berlayar, luas kolam pelabuhan dijabarkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Perhitungan Kebutuhan Area Perairan Pelabuhan Baubau
Pendek Menengah Panjang
(2014-2018) (2014-2023) (2014-2033)
No Uraian Satuan
Peti Barang Peti Barang Peti Barang
Kemas Umum Kemas Umum Kemas Umum
Karakteristik Kapal
1 Desain/Standar
a. Ukuran DWT 7,000 2,000 10,000 3,000 15,000 5,000

Lampiran G | 11
Pendek Menengah Panjang
(2014-2018) (2014-2023) (2014-2033)
No Uraian Satuan
Peti Barang Peti Barang Peti Barang
Kemas Umum Kemas Umum Kemas Umum
b. LOA (Panjang), L m 109 81 135 92 158 109
c. Beam (lebar), B m 20.1 12.7 20.8 14.2 23.3 16.4
d. Draft minimum, D m 6.8 4.9 7.6 5.7 8.7 6.8
2 Jumlah Kapal dilayani
a. Kedatangan unit 7 7 7 7 8 7
b. Sandar, N unit 7 7 7 7 8 7
c. Labuh unit 1 1 1 1 1 1
d. Alih Muat unit 1 1 1 1 1 1
e. Kapal Mati unit 1 1 1 1 1 1
3 Panjang Dermaga
a. Panjang Eksisting, Le m 180 512 260 576 320 562
b. Panjang rencana, Lr m 260 576 320 562 320 630
c. Panjang Tambahan, Lt m 80 64 60 - - 68
4 Dimensi Alur
Panjang Alur (Lalur) eksisting m 17,000 17,000 17,000 17,000 17,000 17,000
Lebar Alur eksisting m 232 232 232 232 232 232
Lebar Alur ukuran kapal
a. 1-way m 101 64 104 71 117 82
b. 2-ways m 171 119 176 129 193 145
Kedalaman Alur m 9-12 9-12 9-12 9-12 9-12 9-12
5 Dimensi Kolam
a. Areal Alur Pelayaran dari
Ha 359 245 369 268 407
dan ke Pelabuhan 359
b. Areal Tempat Sandar
Lebar m 164 122 203 138 237 164
Panjang m 196 146 243 166 284 196
Luas untuk 1 kapal m2 32,079 17,715 49,208 22,853 67,403 32,079
Luas Total Ha 22 12 34 16 54 22
c. Areal Kolam Putar -
Diameter (dgn tunda) m 218 162 270 184 316 218
Luas Ha 26 14 40 19 63 26
Diameter (tanpa tunda) m 327 243 405 276 474 327
Luas Ha 59 32 90 42 141 59
d. Areal Tempat Labuh -
Jari-jari m 180 140 211 156 240 180
181,25 101,56
Luas m2 101,562 61,928 139,337 76,650
7 2
Luas Total Ha 10 6 14 8 18 10
e. Areal Pindah Labuh Kapal
Jari-jari m 180 140 211 156 240 180
181,25 101,56
Luas m2 101,562 61,928 139,337 76,650
7 2
Luas Total Ha 10 6 14 8 18 10
f. Areal Alih Muat Kapal Ha 10 6 14 8 18 10
g. Areal Penempatan Kapal
Ha 5 6 14 8 18
Mati 5
h. Areal Keperluan Keadaan
Ha 5 3 7 4 9 5
Darurat

Lampiran G | 12
Pendek Menengah Panjang
(2014-2018) (2014-2023) (2014-2033)
No Uraian Satuan
Peti Barang Peti Barang Peti Barang
Kemas Umum Kemas Umum Kemas Umum
i .Areal Percobaan Berlayar Ha 30 15 38 19 49 30
Lebar (Minimum) m 171 119 176 129 193 171
Panjang (Minimum) m 1,744 1,296 2,160 1,472 2,528 1,744
j. Luas kolam pelabuhan
Dengan tunda 48.58 26.83 74.52 34.61 116.66 48.58
Tanpa tunda 81.24 44.86 124.62 57.88 195.09 81.24
Sumber : Analisis Konsultan, 2015

Gambar 4 Denah Pengembangan Dermaga dan Trestle

Kebutuhan Fasilitas Darat


Lapangan Penumpukan Peti Kemas
Lapangan penumpukan peti kemas/Container Yard (CY) harus memiliki luasan yang cukup untuk
menampung peti kemas yang datang maupun yang akan diangkut. Letak lapangan ini sebaiknya
dekat dengan dermaga untuk mengurangi perjalanan dari traktor-trailer. Luas area penumpukan
dihitung dengan pendekatan sebagai berikut:
{Bongkar muat pertahun X prosentase penumpukan di area terbuka X waktu tinggal X kebutuhan
ruang X Fk X (1 + faktor keamanan)}/ jumlah hari kalender per tahun X rata rata tinggi tumpukan)

di mana Fk = 1,25 adalah faktor musim sibuk (peak season factor).

Selain pendekatan yang dilakukan diatas dilakukan juga pendekatan jumlah penumpukan
petikemas yang terdpat di Pelabuhan Baubau pada jangka pendek, jangka menengah serta jangka

Lampiran G | 13
panjang. Pendekatan ini menghasilkan jumlah kebutuhan luasan yang diperlukan per TEUS
(ARPTEU). Hasil perhitungan yang telah dilakukan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Luas Container Yard (m2) untuk setiap Tahap Pengembangan
Tahun ATF CMPY ATT ARPTEU RAMSH RSCF HCR NTSR GTSAR CPA
(ton/th) (TEU) (hari) (m2) (TEU) (m2) (m2) (m2)
2020 473.467 31.564 4 7,5 0,6 25 346 2.594 4.324 5.405
2025 687.498 45.833 4 7,5 0,6 25 502 3.767 6.279 7.848
2035 1.216.101 81.073 4 7,5 0,6 25 888 6.664 11.106 13.882

Pelabuhan Barang Umum/Multipurpose

Perhitungan luas area warehouse dihitung berdasarkan bongkar muat barang di mana dengan
pendekatan luas gudang tertutup adalah {Bongkar muat per tahun x prosentase penumpukan di
gudang x waktu tinggal x kebutuhan ruang x 1.25 x (1+ faktor keamanan)}/ jumlah hari kalender
per tahun x rata rata tinggi tumpukan), di mana 1,25 adalah faktor perhitungan pada waktu sibuk.
Perbandingan luas areal warehouse dengan transit shed adalah 1:2 dengan skenario komposisi
barang sebagaimana dijabarkan pada Tabel 7.
Tabel 7 Komposisi Penanganan Barang di Pelabuhan
Komposisi Barang Pendek Menengah Panjang
disimpan di Gudang 20% 20% 10%
disimpan di Open Storage 10% 10% 10%
langsung dibawa 70% 70% 80%

Hasil perhitungan yang telah dilakukan disajikan pada Tabel 8.


Tabel 8 Luas Transit Shed, Warehouse, dan Open Storage untuk Dermaga Multi Purpose yang
Diperlukan pada Tiap Tahap Pengembangan (m2)
Storage Tahun ATF ATTS ATT DOC ASH RCSF HCR NHVR GHVR ASAR1 ASAR2 DSA

(ton/th) (ton/th) (hari) (ton/m3) (m) (ton) m3 m3 m2 m2 m2


Transit Shed
dan Ware 2020 1.088.340 217.668 6 0,7 4 40 3578 5112 6134 1533 2147 3006
House 2025 1.544.458 308.892 6 0,7 4 40 5078 7254 8705 2176 3047 4265
2035 2.890.237 289.024 6 0,7 4 40 4751 6787 8145 2036 2851 3991
Open Storage
2020 1.088.340 108.834 10 1 2,5 50 2982 2982 3578 1431 2004 3.006
2025 1.544.458 154.446 10 1 2,5 50 4231 4231 5078 2031 2843 4.265
2035 2.890.237 289.024 10 1 2,5 50 7918 7918 9502 3801 5321 7.982

Tabel 9 Rekapitulasi Kebutuhan Transit Shed, Ware House, dan Open Storage
Open
Tahun Transit Shed Ware House
Storage
2020 2.100 1.100 3.006
2025 2.900 1.500 4.265
2035 2.700 1.400 7.982

Parkir Kendaraan

Parkir Truk
Untuk perhitungan luas areal parkir truk untuk setiap pengembangannya dapat lihat sebagai
berikut dengan asumsi:

Lampiran G | 14
Waktu menunggu maksiumum (jam) = pada jangka pendek dan menengah 4 jam, pada
jangka panjang 3 jam
Jam kerja bongkar muat (jam) = pada jangka pendek 15 jam, jangka menengah 18
jam, dan jangka panjang 18 jam
Tipe Truk yang dipergunakan:
- Panjang truk = 20 feet
- Daya muat = 20 ton
- Truk + ruang gerak truk = 54 m
Hari kerja = 365 hari dalam setahun
Tabel 10 Kebutuhan Parkir Truk Cargo
Dermaga Bongkar Muat Barang Jumlah Truk Luas Lahan
per jam (ton) Parkir (m2)
Tahap 1 220 26 1.404
Tahap 2 260 29 1.566
Tahap 3 487 52 2.808

Parkir Non Truk


Parkir Kendaraan Non Bus
Mobil + Ruang Gerak Mobil = 14,4 m
Jumlah Karyawan = 61 orang
Jumlah Mobil Karyawan = 15 unit
Jumlah Mobil Tamu = 15 unit
Jumlah Mobil Penumpang Maksimum = 20 unit
Jumlah Total = 50 unit
Jadi kebutuhan luas lahan parkir = Jumlah Total Mobil x Ruang Gerak Mobil = 720 m

Perkantoran

Berdasarkan kondisi yang terdapat dilapangan kebutuhan karyawan untuk setiap 750.000 TEUS
(kontainer) dibutuhkan 165 karyawan, kebutuhan karyawan untuk Pelabuhan Baubau
berdasarkan proyeksi kebutuhan petikemas dan Cargo adalah 54 orang karyawan. Adapun
perkiraan jumlah karyawan / kelompok kerja per sub bidang, yaitu:
- Pusat administrasi pelabuhan : 20 orang, 4 kelompok kerja
- Pusat bea cukai : 4 orang, 2 kelompok kerja
- Admistrasi pelabuhan pembantu: 12 orang, 3 kelompok kerja
- EMKL : 4 orang, 2 kelompok kerja
- Amenities : 4 orang, 2 kelompok kerja
- Keagenan : 2 kelompok kerja

Lampiran G | 15
- Terminal Penumpang:
2.907 orang
6 pemberangkatan
485 orang/pemberangkatan
1,5 faktor arus maksimum
- Karantina : 10 orang
Luas ruang kerja / kel.kerja = 45 m
Luas ruang kerja / kel.kerja + R.Meeting = 60 m
Luas sirkulasi (%) dari luas lantai efektif = 40%
Luas ruang keagenan / kel kerja + R.Meeting = 30 m
Luas lantai ruang tunggu penumpang (m) / penumpang = 2,4 m
Luas perkantoran untuk Terminal Penumpang = 120 m
Luas lantai ruang karantina (m) / orang = 1,8 m
Luas perkantoran untuk Karantina = 100 m

Tabel 11 Rekapitulasi Kebutuhan Ruang Perkantoran


Luas Sirkulasi
Rekapitulasi Kantor Luas Efektif Lantai (m2) Total (m2)
(m2)
- Pusat administrasi pelabuhan 240 96 336
- Pusat bea cukai 120 48 168
- Gedung terminal kontainer 180 72 252
- Pusat bea cukai pembantu 60 24 84
- Imigrasi 60 24 84
-EMKL 120 48 168
- Amenities 120 48 168
- Keagenan 60 24 84
- Terminal Penumpang 1,283 120 1,403
- Karantina 118 118
Total 2.865

Rekapitulasi Kebutuhan Fasilitas Daratan


Rekapitulasi kebutuhan fasilitas daratan pada Pelabuhan Baubau yang didasarkan pada
perhitungan standar kebutuhan ruang dengan prediksi kebutuhan masa datang (sesuai jangka
pengembangan) serta memperhatikan ketersediaan lahan eksisting dijabarkan pada Tabel 12.
Tabel 12 Rekapitulasi Kebutuhan Fasilitas Daratan Pelabuhan Baubau
Jgk
Eksisting Jgk Pendek Jgk Panjang
No Uraian Satuan Menengah
2015 2016-2020 2016-2035
2016-2025
1 Dermaga kapal container m 130 260 320 480
2 Dermaga kargo umum m 680 1.200 990 1.040
Lapangan Penumpukan Peti
3 Kemas m2 20.661 5.500 7.900 13.900
Gudang Cargo (Cargo
6 Warehouse) m2 0 1.100 1.500 1.400
7 Open Storage m2 0 3.006 4.265 7.982
8 Transit Shed m2 0 2.100 2.900 2.700
9 Lapangan parkir truk m2 0 1.404 1.566 2.808

Lampiran G | 16
Jgk
Eksisting Jgk Pendek Jgk Panjang
No Uraian Satuan Menengah
2015 2016-2020 2016-2035
2016-2025
10 Lapangan parkir umum m2 2.856 4.000 4.000 4.000
11 Terminal penumpang m2 780 1.080 2.160 2.160

Peralatan Penunjang
Kebutuhan alat dan peralatan di Pelabuhan Baubau khususnya untuk mendukung operasional
terminal peti kemas disesuaikan dengan besaran demand pada setiap tahapan pengembangan
pelabuhan. Kebutuhan peralatan ini juga disesuaikan dengan kondisi ketersediaan lahan dengan
memperhatikan ketersediaan lahan pelabuhan yang cukup terbatas. Kebutuhan peralatan di
Terminal Peti Kemas Pelabuhan sampai dengan jangka panjang dijabarkan pada Tabel 14.
Tabel 13 Kebutuhan Peralatan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau
Jgk
Eksisting Jgk Pendek Jgk Mngah
No Uraian Satuan Panjang
2015 2016-2020 2016-2025
2016-2035
1 Crane 40 Ton unit 0 0 0 1
2 Crane 25 Ton unit 1 1 1 1
3 Crane 5 Ton unit 0 1 0 0
4 Crane 3 Ton unit 0 1 0 0
5 Reach Stacker 42 Ton unit 0 0 1 0
6 Top Leader 36 Ton unit 0 0 1 2
7 Bottom Lift 15 Ton unit 0 0 1 0
8 Forklift 2 Ton unit 0 2 2 2
9 Forklift 3 Ton unit 1 1 1 1
10 Forklift 5 Ton unit 1 1 1 1
11 Head Truck unit 4 6 4 4
12 Mobile Crane 40 Ton unit 0 1 0 0
13 Transtainer unit 0 0 0 1

Ketersediaan Lahan
Saat ini lahan yang digunakan sebagai kawasan Pelabuhan Bau Bau merupakan milik Kementerian
Perhubungan.

Aspek Lingkungan
Semua kegiatan angkutan di perairan ke pelabuhan, harus memperhatikan keselamatan dan
keamanan pelayaran, serta perlindungan lingkungan maritim di perairan Indonesia. Untuk itu
Pembangunan Pelabuhan BauBau perlu direalisasikan dengan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan
memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang Wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup, bahwa untuk kegiatan pelabuhan dengan luas > 6000 m2 merupakan kegiatan yang wajib

Lampiran G | 17
studi AMDAL. Dengan demikian perlu dilaksanakan studi AMDAL untuk melengkapi kegiatan
Pelabuhan Bau Bau.

Kegiatan yang diperkirakan dapat menjadi penyebab terjadinya dampak adalah sebagai berikut:
1. Konstruksi
a.Mobilisasi tenaga kerja konstruksi
b.Pembuatan dan pengoperasian base camp
c. Mobilisasi alat berat dan material konstruksi
d.Pekerjaan tanah
e.Pembangunan fasilitas sisi darat
f. Pembangunan fasilitas sisi perairan
2. Operasional
a. Perekrutan tenaga kerja operasional
b. Pengoperasian fasilitas sisi perairan

Komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak penting dari kegiatan-kegiatan
tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Aspek Fisik Kimia
a. Kualitas udara mencakup meliputi NO2, SO2 dan debu
b. Kebisingan (Intensitas Kebisingan)
c. Hidrologi dan Kualitas Air
Debit air larian yang terjadi karena adanya pembangunan di lokasi tapak
Kualitas fisik, kimia, air permukaan (sungai) dan air laut
Kualitas fisik, kimia, sumber air bersih (air sumur dan air hujan)
d. Limbah Padat
Jumlah sampah yang dihasilkan
2. Aspek Tata Ruang dan Transportasi
a. Pola ruang dan tata guna lahan
Alokasi penggunaan ruang menurut Rencana Tata Ruang
Penggunaan lahan sesuai kebijaksanaan tata ruang dan perijinan yang berlaku
Penggunaan lahan eksisting
b. Transportasi Air
Jenis alat transportasi air
Alur pelayaran
3. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya
Penelaahan aspek sosial, ekonomi dan budaya mencakup kondisi kependudukan (demografi),
kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya.
a. Kependudukan (Demografi)

Lampiran G | 18
Jumlah dan kepadatan penduduk serta penyebarannya
Struktur penduduk berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan
Tingkat pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja
b. Kondisi Sosial Ekonomi
Struktur jenis pekerjaan penduduk
Tingkat pendapatan penduduk
Analisis penurunan perekonomian penduduk
Kesempatan kerja dan berusaha
c. Kondisi Sosial Budaya
Persepsi masyarakat terhadap kegiatan
4. Aspek Kesehatan Masyarakat
a. Sanitasi Lingkungan
b. Keselamatan dan kesehatan kerja
c. Pola penyakit

Selain komponen lingkungan yang tersebut di atas akan ditelaah pula komponen lingkungan yang
dapat mempengaruhi intensitas, arah dan luas dari penyebaran dampak. Komponen lingkungan
tersebut adalah:
1. Iklim
a. Kelembaban dan temperatur udara
b. Curah hujan
c. Arah dan kecepatan angin
2. Hidrooceanografi
a. Pola arus
b. Pasang surut

Kerangka Komersial
Kota Baubau merupakan daerah penghubung (connecting/transit area) antara Kawasan Barat
Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Kota Baubau juga berperan sebagai daerah
pengumpul hasil produksi dan distributor kebutuhan daerah hinterland-nya, yaitu Kab. Buton,
Kab. Muna, Kab. Wakatobi, dan Kab. Bombana. Potensi komoditas dari Kota Baubau dan
hinterland-nya mencakup perikanan, budidaya rumput laut, budidaya mutiara, pertanian,
perkebunan, peternakan, perdagangan, perindustrian, pariwisata.

Selama periode 2010-2013 bongkar muat peti kemas menunjukan pertumbuhan yang cukup
tinggi, yaitu rata-rata sebesar 37.73% (TEUS) / 42.14% (Ton) untuk bongkar peti kemas dan rata-
rata sebesar 41,12% (TEUS) / 33.10% (Ton) untuk muat peti kemas. Melihat kondisi tersebut dan

Lampiran G | 19
rencana Kota Baubau untuk menjadi ibukota Provinsi Kepulauan Buton, maka pengembangan
Pelabuhan Baubau dipandang perlu untuk dilaksanakan.

Beberapa manfaat dari pengembangan Pelabuhan Baubau adalah sebagai berikut:


1. Memenuhi kebutuhan permintaan (demand)
Dengan pertumbuhan seperti saat ini, Pelabuhan Baubau akan mencapai kapasitas
maksimalnya pada tahun 2018. Jika Pelabuhan Baubau tidak dikembangkan maka komoditas,
baik dari Kota Baubau dan hinterland-nya maupun dari KBI ke KTI dan sebaliknya, tidak dapat
difasilitasi yang selanjutnya berdampak pada terhambatnya arus distribusi secara langsung
serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi secara tidak langsung.

2. Meningkatnya pelayanan bagi pengguna


Fasilitas pelabuhan yang ada pada Pelabuhan Baubau saat ini belum memadai dibandingkan
dengan permintaan yang ada. Hal ini berdampak pada lamanya proses bongkar muat serta
kualitas bongkar muat tersebut. Proses bongkar muat yang lama mengakibatkan biaya sandar
yang mahal serta mengakibatkan beberapa komoditas, terutama komoditas yang cepat rusak
seperti hasil sumber daya alam, berpotensi rusak. Kualitas bongkar muat yang tidak baik pun
berpotensi merusak komoditas yang dibongkar-muat.

Dengan pengembangan Pelabuhan Baubau, diharapkan dapat meminimalisasi lama proses


bongkar muat serta memberikan kualitas pelayanan bongkar muat yang optimal bagi
pengguna. Hal ini akan meminimalisasi kerugian yang berpotensi diderita oleh pengguna
apabila kondisi Pelabuhan Baubau saat ini dipertahankan.

3. Membuka peluang investasi dan lapangan kerja


Pengembangan Pelabuhan Baubau akan membuka peluang kerja, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung, Pelabuhan Baubau akan membutuhkan pegawai
baru, baik selama masa konstruksi maupun operasi. Pengembangan Pelabuhan Baubau juga
akan menstimulus perkembangan perekonomian di wilayah sekitarnya.

Pelabuhan yang baik mendukung sistem distribusi yang baik yang dapat mengundang
investor, baik dalam dan luar negeri, untuk menanamkan modalnya. Hal ini akan bermuara
pada tumbuhnya perekonomian rakyat.

4. Meningkatnya PDRB
Perbaikan sistem distribusi komoditas barang dan manusia serta pertumbuhan ekonomi di
sekitar Pelabuhan Baubau akan memberikan dampak positif bagi PDRB daerah. Berdasarkan

Lampiran G | 20
penelitian1, rata-rata PDRB dan pertumbuhan PDRB kota pelabuhan lebih besar daripada kota
yang tidak memiliki pelabuhan. Peran pelabuhan menjadi sangat penting mengingat
Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga mobilitas sosial dan perdagangan tidak
akan terlepas dari peran pelabuhan.

5. Menurunnya tingkat kriminalitas


Wilayah pelabuhan selalu dikenal sebagai salah satu wilayah dengan tingkat kriminalitas yang
tinggi. Oleh karena itu pengembangan pelabuhan, yang mencakup penataan area serta
perbaikan fasilitas, diharapkan akan mencegah peluang kriminalitas di pelabuhan tersebut.

Kerangka Hukum
Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan berperan sebagai wakil Pemerintah untuk
memberikan konsesi atau bentuk lainnya kepada Badan Usaha Pelabuhan untuk melakukan
kegiatan pengusahaan di pelabuhan (Pasal 65 ayat (1) PP 61/2009).

Rencana pengembangan pelabuhan Bau-Bau diarahkan untuk menggunakan skema kerjasama


pemerintah badan usaha (selanjutnya disebut KPBU) dalam upaya merealisasikannya. Untuk
dapat ditawarkan kepada pihak swasta, maka proyek pengembangan pelabuhan Bitung tersebut
haruslah layak secara finansial (financially feasible).

Mekanisme KPBU diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Selain daripada Perpres
tersebut, Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) juga menerbitkan Peraturan Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor
4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur.

Pada prinsipnya, dalam KPBU tidak ada bentuk baku mengenai bentuk kerjasama antara
pemerintah dan badan usaha. Namun bentuk kerjasama yang sering digunakan dalam konteks
KPBU diantaranya adalah Build-Own-Transfer (BOT), Build-Own-Operate (BOO), Operate and
maintain, Lease-Develop-Operate (LDO)

Pemilihan bentuk kerjasama dilakukan berdasarkan hasil tinjauan risiko dan tinjauan pengelolaan
aset kerjasama. Dengan demikian pemilihan bentuk kerjasama ini harus dapat menfasilitasi
pengalihan risiko-risiko tertentu kepada pihak yang dinilai paling baik dalam proses
pengelolaannya. Untuk pengembangan pelabuhan Bau-Bau akan dilakukan dengan bentuk
kerjasama Build-Own-Transfer.

1
Karunia, Diana Sekarayu dan Komara Djaja. 2013. Peran Pelabuhan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kota di Indonesia. Indonesia: Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia.

Lampiran G | 21
Kerangka Kelembagaan dan Skema Transaksi
Bentuk kerjasama Rehabilitate Build Operate Transfer (RBOT) / Rehabilitasi Bangun Guna Serah
untuk pengoperasian terminal peti kemas dan kargo. Pemilihan skema KPBU tersebut dengan
mempertimbangkan:
1. Waktu ketersediaan infrastruktur
Infrastruktur pelabuhan sudah tersedia, akan tetapi perlu direhabilitasi dan dikembangkan,
sehingga ada aktivitas rehabilitasi bangunan eksisting, dan juga pembangunan prasarana baru
yang mendukung rencana pengembangan pelabuhan. Jika pemerintah mengharapkan dana
APBN untuk rehabilitasi dan pengembangan akan membutuhkan dana yang besar dan butuh
waktu yang tidak cepat. Di satu sisi, pertumbuhan kargo meningkat, dan potensi lebih aktif
Pengusahaan Aspal Buton akan menambah geliat ekonomi.

2. Optimalisasi investasi
Pelaksanaan KPBU rehabilitasi-bangun-guna-serah terminal peti kemas dan kargo akna lebih
mengoptimalkan investasi pemerintah. Dana APBN dapat dialokasikan untuk peningkatan
pelayanan terminal penumpang dan pengembangan cruise terminal. Hal ini mengingat Bau
Bau sebagai gerbang pariwisata ke kawasan wisata bahari Wakatobi, tentu perlu memberikan
pelayanan yang terbaik.

3. Maksimalisasi efisiensi
Pengoperasian terminal peti kemas dan kargo secara KPBU diharapkan lebih meningkatkan
efisiensi pengoperasian pelabuhan dan meningkatkan pelayanan dengan standar yang tinggi.

4. Kemampuan badan usaha


Berdasarkan hasil market sounding ke beberapa perusahaan investasi, operator pelabuhan,
dan pelayaran, badan usaha swasta lebih tertarik mengoperasikan terminal peti kemas dan
kargo daripada terminal penumpang. Hal ini dengan mempertimbangkan tingkat
pengembalian investasi dan proses bisnis yang dilakukan. Pengelolaan terminal penumpang
lebih mengedepankan jasa atas kenyamanan individu yang dapat memberkan respon positif
atau negatif seketika, sehingga cukup berisiko. Berdasarkan analisa atas pelabuhan yang
dikelola badan usaha ang ada di Indonesia, umumnya merupakan terminal peti kemas, bukan
terminal penumpang. Adapun untuk terminal penumpang biasanya hanya dilakukan kontrak
servis jasa kebersihan terminal penumpang.

5. Alokasi risiko
Pemilihan skema RBOT dengan mempertimbangkan bahwa risiko konstruksi dan risiko
operasional ditransfer ke Badan Usaha. Kedua risiko ini merupakan risiko utama di dalam
skema ini. Mengingat pelabuhan ini bersifat non-komersil dimana tarif ditetapkan oleh
pemerintah, Badan Usaha akan keberatan untuk menangani risiko demand dan pendapatan.
Selain itu, dengan pertimbangan bahwa Bau Bau berada di satu pulau, tentunya

Lampiran G | 22
mengkreasikan demand dari dalam pulau sangat susah. Demand diharapkan dapat tumbuh
dari posisi Pelabuhan Bau Bau sebagai pintu gerbang ekonomi dan pariwisata di Sulawesi
Tenggara dan sebagai pelabuhan pengumpul yang akan menjadi titik transfer penumpang dan
barang ke lokasi Indonesia timur lainnya. Selain itu, perlu dipertimbangkan bahwa terdapat 6
pelabuhan pengumpul di sekitar pelabuhan Bau Bau yaitu:
a. Pelabuhan Kendari (Kendari),
b. Pelabuhan Bangkutoko (Kendari),
c. Pelabuhan Kolaka (Kolaka),
d. Pelabuhan Watunohu (Kolaka Utara),
e. Pelabuhan Raha (Muna), dan
f. Pelabuhan Wanci (Wakatobi).
Hal ini tentunya mempengaruhi penyebaran demand.

6. Alih pengetahuan
Kerjasama ini diharapkan dapat terjadi alih pengetahuan di dalam pengelolaan terminal peti
kemas yang lebih efisien dan efektif sehingga meningkatkan pelayanan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, tentunya pemilihan skema KPBU dengan bentuk RBOT
menjadi opsi yang perlu dipertimbangkan sebagai salah satu cara peningkatan pelayanan di
Pelabuhan Bau Bau dengan prinsip pengoptimalan investasi pemerintah dan maksimalisasi
efisiensi biaya operasi ang didasari prinsip alokasi risiko yang tepat.

Hal yang perlu diingat terkait kerjasama ini bahwa Pelabuhan Bau Bau telah beroperasi penuh
saat ini. Oleh karena itu, proses kerjasama ini seharusnya tidak menghentikan operasional
pelabuhan.

Lingkup kerjasama skema RBOT meliputi:


1. Pelaksanaan rehabilitasi, pengoperasian, dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas eksisting
sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih optimal;
2. Pembangunan prasarana dan penyediaan fasilitas tambahan untuk pengembangan
pelabuhan dalam 2 tahap dengan mempertimbangkan pertumbuhan demand.
3. Pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan fasilitas tambahan untuk meningkatkan
pelayanan pelabuhan.
4. Pengalihan aset rehabilitasi dan pembangunan baru kepada pemerintah pada akhir masa
konsesi.
5. Menjaga kualitas dan kuantitas fasilitas aset eksisting yang digunakan hingga dilakukan proses
pengalihan hak guna pada akhir masa konsesi.

Lampiran G | 23
6. Dalam pengoperasian dan pemeliharaan terminal peti kemas dan kargo, Badan Usaha
diperkenankan untuk melakukan kerja sama dengan pihak ketiga selama tidak mengganggu
kinerja operasional.

Pentahapan rehabilitasi dan pembangunan terdiri atas 3 tahap, yaitu:


a. Tahap 1: Rehabilitasi dilakukan pada tahun 2018-2019, sehingga bisa beroperasi penuh pada
tahun 2020. Hal ini dengan pertimbangan bahwa lelang KPBU dimulai pada pertengahan
2016, sehingga proses lelang hingga financial close selesai pada akhir tahun 2017.
b. Tahap 2: Pembangunan pengembangan pertama dilakukan pada tahun 2020-2023.
c. Tahap 3: Pembangunan pengembangan kedua dilakukan pada tahun 2030-2033.

Jangka waktu perjanjian kerjasama ini diusulkan selama 30 tahun, terhitung sejak kegiatan
rehabilitasi dilakukan. Harapanya dengan skema kerjasama yang tidak sepanjang masa konsesi
pelabuhan di Indonesia pada umumnya akan memberikan waktu yang cukup dan tepat bagi
Pemerintah untuk mengoperasikan secara mandiri dan Badan Usaha mendapatkan keuntungan
yang layak.

Aset pemerintah di Pelabuhan Bau Bau merupakan aset Pemerintah Pusat. Aset yang
dikerjasamakan meliputi segala aset yang digunakan untuk pengoperasian dan pemeliharaan
terminal peti kemas saat ini.

Lampiran G | 24
LAMPIRAN H: FORMULIR SURAT DUKUNGAN PEMEGANG SAHAM
(ATAU SESUAI FORMAT MASING-MASING BADAN USAHA DENGAN SUBSTANSI YANG SAMA)

No: [.......] [Kota], [Tanggal]


Perihal: Surat Dukungan Pemegang Saham

Kepada Yth.:
Panitia Pengadaan Badan Usaha
Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur
Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau

Sehubungan dengan Prakualifikasi Pengadaan Badan Usaha Proyek Kerjasama Penyediaan


Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau, kami [isi dengan nama badan
hukum sponsor] selaku pemegang saham dari [isi dengan nama badan hukum peserta
prakualifikasi] dengan kepemilikan saham sebanyak [isi jumlah saham yang dimiliki] atau setara
dengan [isi dengan persentase kepemilikan saham] % dengan ini memberikan dukungan dan
komitmen kepada [isi dengan nama badan hukum peserta prakualifikasi] untuk mengikuti Proyek
Kerjasama Penyediaan Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau.
Berikut kami sampaikan kelengkapan persyaratan dokumen perusahaan [isi dengan nama badan
hukum sponsor] sebagai bahan pertimbangan Panitia Pengadaan Badan Usaha Proyek Kerjasama
Penyediaan Infrastruktur Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau.

Hormat kami,

[TANDA TANGAN. NAMA DAN JABATAN PEJABAT YANG BERWENANG PEMEGANG SAHAM]

KONSULARISASI

Hanya untuk badan hukum asing

Вам также может понравиться