Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dokumen Prakualifikasi
TAHUN ANGGARAN 2015
Penyiapan Dokumen Transaksi Proyek
Kerjasama Pemerintah Swasta
Pelabuhan Baubau, Sulawesi Tenggara
Dokumen Prakualifikasi
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
REPUBLIK INDONESIA
DOKUMEN PRAKUALIFIKASI
PENGADAAN BADAN USAHA PELAKSANA
PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN
PELABUHAN BAU BAU
SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2015
DISCLAIMER
PENGUMUMAN
Jakarta, 20.
Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
Dalam Penyediaan Infrastruktur
Pembangunan dan Pengelolaan
Pelabuhan Bau Bau Sulawesi Tenggara
BAB 2
DEFINISI
4.1. UMUM
4. Badan usaha tunggal atau anggota dalam suatu konsorsium tidak diperbolehkan
berpartisipasi secara langsung dalam Proses Prakualifikasi pada lebih dari satu
(1) Peserta.
5. Peserta berbentuk konsorsium wajib menyediakan informasi sebagaimana
diwajibkan di Lampiran B Pernyataan Kualifikasi Bagian B yang menjelaskan
peran dan kepemilikan saham masing-masing Anggota.
6. Kegagalan dalam memenuhi persyaratan dapat mengakibatkan diskualifikasi
Peserta bersangkutan oleh Panitia Pengadaan Badan Usaha.
7. Kepemilikan, Pengawasan dan Operasi Badan Usaha Proyek:
a. Ekuitas: Investor Proyek wajib menyetorkan ekuitas kepada Badan Usaha
Proyek minimum 30% (tiga puluh persen) untuk mendukung Pembiayaan
Proyek.
b. Periode Lock-in: Terdapat periode lock-in ekuitas yang diberlakukan
kepada Peserta dan Pemegang Saham yang terlibat selama jangka waktu
sebagaimana tersebut di dalam Perjanjian Kerjasama.
c. Pengendalian Pimpinan Konsorsium: Dalam hal Peserta yang memenuhi
syarat berbentuk Konsorsium, Pimpinan Konsorsium bersama anggota
konsorsium lainnya wajib menyerahkan bukti-bukti memadai kepada
Panitia Pengadaan Badan Usaha pada tanggal pengajuan penawaran,
bahwa apabila konsorsium terpilih sebagai Investor Proyek, maka
Pimpinan Konsorsium bersedia menandatangani sebuah perjanjian
pemegang saham dengan anggota konsorsium lainnya dari Badan Usaha
Proyek yang menyatakan bahwa masing-masing Pimpinan Konsorsium
memiliki pengendalian atau pengendalian bersama secara efektif terhadap
Badan Usaha Proyek, setidaknya selama periode lock-in sebagaimana
dimaksud pada huruf b Perjanjian Pemegang Saham antara Pimpinan
Konsorsium dan pemegang saham lainnya dari Badan Usaha Proyek
merupakan bagian dokumen yang diserahkan pada saat penyampaian
penawaran.
5. Kegiatan usaha Peserta (atau, dalam hal Peserta berbentuk konsorsium, setiap
anggota konsorsium) tidak sedang dalam keadaan dihentikan.
6. Kriteria yang menggugurkan:
Peserta dinyatakan gugur dari Proses Prakualifikasi jika mengalami hal-hal
berikut ini kecuali dikesampingkan oleh Panitia Pengadaan Badan Usaha secara
tertulis:
a. Tidak memenuhi kriteria evaluasi dan/atau permintaan dan/atau persyaratan
yang ditetapkan dalam Dokumen Prakualifikasi ini atau kegagalan Peserta
menyediakan informasi atau dokumen yang dibutuhkan dalam Penyataan
Kualifikasinya;
b. Apabila informasi yang disampaikan Peserta selama dan setelah Proses
Prakualifikasi diketahui tidak benar atau menyesatkan;
c. Apabila Perselisihan material lainnya yang ditangguhkan terhadap Peserta
(atau, dalam hal Peserta berbentuk konsorsium, terhadap setiap anggota
konsorsium) terhitung pada Batas Akhir Waktu Penyampaian Prakualifikasi
dan Perselisihan Material Lainnya tersebut kemudian dilanjutkan terhadap
Peserta atau anggota konsorsium tersebut sebelum tanggal penyampaian
Dokumen Penawaran;
d. Penyampaian dokumen atau informasi yang diminta tidak lengkap;
e. Klarifikasi yang diminta oleh Panitia Pengadaan Badan Usaha dari Peserta
tidak diterima pada batas waktu yang telah ditetapkan secara wajar oleh
Panitia Pengadaan Badan Usaha;
f. Peserta (atau, dalam hal Peserta berbentuk konsorsium, setiap anggota
konsorsium) sedang mengalami likuidasi, di bawah pengawasan pengadilan
atau proses sejenisnya selama Proses Prakualifikasi; atau
g. Peserta (atau, dalam hal Peserta berbentuk konsorsium, setiap anggota
konsorsium) berpartisipasi dalam Proses Prakualifikasi pada lebih dari 1
(satu) peserta, atau Peserta (atau, dalam hal Peserta berbentuk konsorsium,
setiap anggota konsorsium) memiliki saham lebih dari 10% (sepuluh persen)
pada Badan Usaha Peserta lain atau pada setiap anggota konsorsium dari
Peserta lain yang berbentuk konsorsium
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PENAWARAN PRAKUALIFIKASI TERDIRI LAMPIRAN-LAMPIRAN BERIKUT INI:
Lampiran A: Formulir Surat Penawaran Prakualifikasi yang harus ditandatangani oleh
Wakil Resmi Peserta (atau, dalam hal Peserta berbentuk konsorsium, oleh Wakil Resmi
konsorsium).
Kepada Yth.:
Panitia Pengadaan Badan Usaha
Kementerian Perhubungan
Republik Indonesia
Proyek Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau Melalui Mekanisme Kerjasama
Pemerintah Daerah Dengan Badan Usaha
Sehubungan dengan Prakualifikasi Pengadaan Badan Usaha Proyek Pembangunan dan Pengelolaan
Pelabuhan Bau Bau, saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama :
No Identitas :
Alamat :
Jabatan :
Nama Perusahaan :
Alamat Perusahaan :
dengan ini mengajukan Penawaran Prakualifikasi untuk mengikuti Proses Prakualifikasi dalam rangka
seleksi calon Investor Proyek dimaksud. Sesuai dengan ketentuan Bab 5 Dokumen Prakualifikasi, saya
juga menyatakan bahwa :
a. berdasarkan surat .................................. (sesuai akte pendirian/perubahannya/surat kuasa,
disebutkan secara jelas nomor akte pendirian/perubahan/surat kuasa dan tanggalnya), saya
secara hukum mempunyai kewenangan bertindak untuk dan atas nama PT...............;
b. memberi kewenangan kepada Panitia Pengadaan Badan Usaha untuk melakukan pemeriksaan
secara menyeluruh atau due diligence yang diperlukan dalam rangka verifikasi informasi yang
kami sampaikan berkaitan dengan Proses Prakualifikasi ini;
c. menjamin kebenaran informasi yang kami sampaikan dalam Penyataan Kualifikasi ini sehubungan
dengan Proses Prakualifikasi;
d. perusahaan saya tidak sedang dalam pengampuan, tidak sedang dipailitkan, tidak sedang
dihentikan dan/atau tidak sedang menjalani perkara pidana;
e. tidak memiliki konflik kepentingan sebagaimana yang diatur dalam Bab 4 Angka 4.3 Dokumen
Prakualifikasi.
Saya menjamin bahwa saya menerima kriteria Prakualifikasi seperti ditetapkan dalam Dokumen
Prakualifikasi tertanggal . tentang pelaksanaan Proyek ini dan mengesampingkan setiap hak
untuk menuntut atau menggugat ke pengadilan, atau menggambil langkah-langkah hukum lainnya
terhadap Pemerintah Kota Bandung dan otoritas Pemerintah lainnya yang terlibat dalam
pelaksanaan Proyek yang bisa menggagalkan atau menghambat Proses Prakualifikasi, Proses
Pelaksanaan Penawaran, Pemberian Kontrak dan kegiatan terkait lainnya.
Hormat saya,
Wakil Resmi untuk [Nama Perusahaan]
Materai Rp.6000
........................................................
[Nama Wakil Resmi Perusahaan]
LAMPIRAN B : FORMULIR PERNYATAAN KUALIFIKASI
Tanggal Penyampaian:
A. Keterangan Peserta
Nama :
Kedudukan Hukum Badan Usaha :
Jenis organisasi : (Badan Usaha/ PerseroanTerbatas/
lainnya)
Alamat e-mail :
Nomor Telepon :
Nomor Faksimili :
Nama :
Alamat :
Alamat e-mail :
Nomor Telepon :
Nomor Faksimili :
Catatan:
Peserta harus melampirkan fotokopi dokumen sebagaimana dipersyaratkan pada Lampiran F
Kelengkapan Perizinan Perusahaan di Pernyataan Kualifikasi ini.
(Dalam hal Peserta berbentuk konsorsium, harus disampaikan oleh masing-masing anggota
konsorsium).
Laporan keuangan masing-masing anggota konsorsium yang sudah diaudit untuk 3 (tiga)
tahun anggaran terakhir (dilampirkan) sesuai kriteria dalam Bab 5 Bagian 5.3.
D. Kriteria Teknis
No Deskripsi Uraian
1. Nama Proyek
2. Lokasi (Kota dan Negara)
3. Nilai Proyek (Rp)
4. Kapasitas Pengolahan
Sampah/Incinerator (ton/hari)
5. Kapasitas Pembangkit (MW)
6. Tahun Mulai Pembangunan
7. Tahun Selesai Pembangunan
8. Jika dioperasikan oleh kontraktor EPC,
sebutkan nama kontraktor EPC
9. Struktur Modal
a. Ekuitas (Rp)
b. Pinjaman (Rp)
10. Partner Ekuitas (bila ada) PT. A PT. B PT. C
11. Jumlah Modal Partner Ekuitas (Rp)
12. Institusi Pemberi Kontrak
a. Nama Institusi
b. Telp & Alamat e-mail
E. Kriteria Lainnya
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan penuh rasa tanggung jawab. Jika
di kemudian hari ditemui bahwa data/dokumen yang saya sampaikan tidak benar dan ada
pemalsuan, maka saya dan badan usaha yang saya wakili bersedia dikenakan sanksi berupa
sanksi administratif, sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam, gugatan secara perdata,
dan/atau pelaporan secara pidana kepada pihak berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Ditandatangani oleh :
Wakil Resmi
[Nama Peserta]
LAMPIRAN C : PAKTA INTEGRITAS
Jabatan : __________________________
Bertindak : PT._________________________
untuk dan
atas nama
Jabatan : __________________________
Dalam rangka pengadaan badan usaha proyek pembangunan dan pengelolaan Pelabuhan Bau
Bau melalui mekanisme kerjasama pemerintah dengan badan usaha dengan ini menyatakan
bahwa :
2. akan mengikuti proses pengadaan secara bersih, transparan, dan profesional untuk
memberikan hasil kerja terbaik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. apabila melanggar hal-hal yang dinyatakan dalam PAKTA INTEGRITAS ini, bersedia menerima
sanksi administratif, menerima sanksi pencantuman dalam Daftar Hitam, digugat secara
perdata dan/atau dilaporkan secara pidana.
[Dalam hal Peserta berbentuk konsorsium, cantumkan tanda tangan dan nama setiap anggota
konsorsium]
LAMPIRAN D: FORMULIR SURAT KUASA
SURAT KUASA
Nama:
Jabatan:
Perusahaan:
No. KTP:
Alamat:
Nama:
Jabatan:
Perusahaan:
No. KTP:
Alamat:
Nama:
Jabatan:
Perusahaan:
No. KTP:
Alamat:
Untuk selanjutnya disebut sebagai "Pemberi Kuasa", dengan ini memberi kuasa dengan hak
substitusi kepada:
Nama:
Jabatan:
Perusahaan:
No. KTP:
Alamat:
SECARA KHUSUS
- untuk membuat dan menandatangani setiap dan segala dokumen, surat, dan/atau
instrumen lainnya sehubungan dengan pengajuan penawaran prakualifikasi
("Dokumen") Proyek untuk kepentingan Pemberi Kuasa;
- untuk keperluan tersebut di atas, Penerima Kuasa dikuasakan untuk menghadap panitia
pengadaan Proyek untuk menyerahkan dan memasukkan, untuk memberikan dan
meminta keterangan dalam proses prakualifikasi.
Surat Kuasa ini dan segala kewajiban non-kontraktual yang timbul dari atau sehubungan dengan
Surat Kuasa ini diatur dengan, dan diinterpretasikan sesuai dengan, hukum Republik Indonesia.
Surat Kuasa ini berlaku sejak tanggal ditandatangani dan berlaku sampai dicabut oleh Pemberi
Kuasa.
Pemberi Kuasa dengan ini menegaskan bahwa Pemberi Kuasa dengan ini mengesahkan setiap
dan semua tindakan yang diambil oleh Penerima Kuasa dalam melaksanakan surat kuasa ini.
______________________________ ______________________________
Nama: Nama:
Jabatan: Jabatan:
______________________________
Nama:
Jabatan:
KONSULARISASI
Hanya untuk badan hukum asing
LAMPIRAN E: FORMULIR SURAT DUKUNGAN BANK
(ATAU SESUAI FORMAT MASING-MASING BANK DENGAN SUBSTANSI YANG SAMA)
Kepada Yth.:
Panitia Pengadaan Badan Usaha
Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur
Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau
menyatakan bahwa [NAMA PERUSAHAAN] benar-benar adalah nasabah [NAMA BANK DAN
CABANGNYA]. Kami mengetahui bahwa [NAMA PPERUSAHAAN] sedang mengikuti Proses
Prakualifikasi dalam rangka seleksi calon Badan Usaha Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur
Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau.
Sepanjang pengalaman usaha kami bersama [NAMA PERUSAHAAN], kami berpendapat bahwa
[NAMA PERUSAHAAN) memiliki kemampuan finansial memadai untuk bertindak sebagai Investor
dengan menyediakan modal sendiri atau ekuitas dan layak mengajukan pinjaman untuk
pembiayaan dan pelaksanaan Proyek tersebut.
Hormat kami.
[TANDA TANGAN. NAMA DAN JABATAN PEJABAT DAN NAMA BANK]
KONSULARISASI
Hanya untuk badan hukum asing
LAMPIRAN F: KELENGKAPAN PERIJINAN PERUSAHAAN
(ISI FORMULIR DAN LAMPIRKAN DOKUMENNYA)
*) Dalam hal Peserta berbentuk konsorsium, kelengkapan perijinan perusahaan dalam Lampiran F
ini harus disampaikan oleh masing-masing perusahaan anggota konsorsium.
KONSULARISASI
Catatan Penting
Informasi yang dimuat dalam informasi memorandum Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur
Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau ini disediakan untuk membantu pihak-pihak
yang tertarik untuk berpartisipasi dalam pengadaan Badan Usaha Proyek. Memorandum ini tidak
dimaksudkan untuk dijadikan sumber informasi komprehensif mengenai Proyek ini, atau tidak
pula memuat saran-saran atau rekomendasi tentang potensi investasi dalam Proyek. Dengan
demikian, memorandum ini tidak bisa dijadikan sebagai landasan untuk maksud-maksud seperti
tersebut tadi. Calon peserta Proyek harus melaksanakan penelitian dan investigasi mereka sendiri
sebelum menyampaikan proposalnya.
Informasi dalam memorandum ini adalah informasi proyek yang mencerminkan kondisi terbaru
per Bulan Agustus 2015, dan kondisi ini bisa berubah sewaktu-waktu.
Lampiran G | 1
No Fasilitas Dimensi Keterangan
6 Transtel II 123 x 8 m Tipe beton dengan tiang beton D=450mm
7 Causeway I 55 x 8 m Tipe Gravity Wall
8 Causeway II 30 x 8 m Tipe Gravity Wall
9 Causeway III 60 x 10 m Tipe Gravity Wall
Talud I P. 64 m Dinding Penahan Tanah
10
Talud II P. 130 m Dinding Penahan Tanah
Tipe beton dengan tiang Pancang Beton
11 Mooring Dolphin 2 unit
D=450mm
12 Kantor Pelabuhan 250 m2 Tipe struktur beton, kondisi cukup baik
13 Terminal Penumpang 780 m2 Tipe struktur beton, kondisi cukup baik
14 Gudang Nihil Tidak ada
15 Rumah Jaga (jalan masuk) 6x4m Tipe struktur beton, kondisi cukup baik
16 Rumah Jaga (jalan keluar) - -
17 Lapangan Penumpukan 1.800 m 2
Perkerasan dengan aspal kondisi cukup baik
Jalan Utama I 94 x 11,5 m
18 Perkerasan dengan aspal kondisi cukup baik
Jalan Utama II 32 x 6 m
Jalan Extra 53 x 6,75 m
19 Areal Parkir 42 x 68 m Perkerasan dengan aspal kondisi cukup baik
20 Klinik Kesehatan Pelabuhan 12 m2 Menumpang di terminal
21 Karantina Tumbuhan 1 unit
22 Karantina Hewan -
23 Kantor Perusahaan Pelayaran 3 unit Menumpang pada terminal penumpang
24 Kantor Buruh / TKBM 24 m3 Menumpang pada terminal penumpang
25 Bak air 300 m3 Kapasitas 90 ton/jam
26 Tangki BBM Tidak ada Memakai mobil tangki
27 Pagar 335 m3 Pagar BRC, kondisi cukup baik
28 Alat Bantu Navigasi 1 unit 1 lampu suar
29 Suplay Listrik 1.500 KVA PLN
30 Suplay Air 100 m3 PDAM
31 Telephone 2 line PT Telkom
32 SRP / Stasiun Radio SSB
Taman I 53 x 6,30 m
33
Taman II 33 x 6 m
34 Lapangan Penumpukan 68 x 64 m
Sumber: KUPP Pelabuhan Baubau, 2013
Pintu utama pelabuhan bagi orang dan kendaraan yang keluar masuk di pelabuhan mengalami
hambatan karena belum terpisahnya pintu pejalan kaki dan kendaraan yang menyebabkan sering
terjadi kemacetan pada pintu utama disaat kegiatan puncak yaitu embarkasi dan debarkasi
penumpang Kapal Pelni.
Lampiran G | 2
Angkutan Laut Pelabuhan Murhum Baubau
Di Pelabuhan Murhum, aktifitas angkutan yang terselenggara meliputi 3 akfititas pelabuhan yang
dicatat sebagai bagian dari aktifitas angkutan laut di Pelabuhan Murhum Baubau yaitu Pelabuhan
Umum Dalam Negeri, Pelabuhan Rakyat dan Pelabuhan Perintis. Rekapitulasi aktifitas angkutan
laut untuk kurun waktu 2010-2013 di Pelabuhan Murhum ini dijabarkan pada Tabel dan Gambar
di bawah ini.
Tabel 2 Aktifitas Angkutan Laut di Pelabuhan Murhum Baubau
Kapal Barang (T/M3) Penumpang (Org)
Tahun
Call Isi Kotor (GT) Panjang (m) Bongkar Muat Turun Naik
2007 4.260 3.168.789 98.602 93.844 31.164 346.613 450.231
2008 4.441 3.798.409 114.955 103.944 207.387 372.947 504.375
2009 4.941 3.648.801 128.701 133.585 196.147 414.833 511.414
2010 5.052 4.302.453 159.981 189.960 237.218 428.784 473.353
2011 5.232 4.702.322 80.333 228.476 238.074 447.673 500.140
2012 5.230 5.820.272 154.738 254.268 175.264 491.149 532.080
2013 5.593 5.902.455 143.694 290.555 266.239 491.071 519.139
2014 5.802 6.377.392 149.640 325.758 290.628 389.609 458.652
14.000
12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
-
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
-
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Lampiran G | 3
Produktifitas Penumpang di Pelabuhan Baubau
600.000
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
-
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Lampiran G | 4
d) shifting
e) buka tutup palka
f) lift on/lift off
2) Kegiatan operasi lapangan, terdiri atas:
a) penumpukan
b) lift on/lift off
c) gerakan ekstra
d) relokasi
e) angsur
3) Kegiatan operasi container freight station, terdiri atas:
a) stripping/ stuffing
b) penumpukan
c) penerimaan penyerahan
4) kegiatan pelayanan tambahan, terdiri atas:
a) biaya administrasi nota
b) biaya inter terminal transfer
c) biaya SPP (Surat Penyerahan Petikemas)
d) biaya kartu ekspor
e) biaya hi-co scan
f) biaya hi-co scan with behandle
g) biaya stack awal (biaya penumpukan plus gerakan ekstra)
h) biaya batal transaksi
i) biaya after closing time
j) biaya administrasi IT System
k) biaya PLP (Pindah Lokasi Penumpukan)
l) biaya site office
m) biaya monitoring/supervisi
Lampiran G | 5
Kondisi Teknis Lingkungan Pelabuhan
Elevasi Pasang Surut
Data elevasi pasang surut tertinggi dan terendah berdasarkan peramalan adalah sebagai berikut:
Mean High Water Level (MHWL) = + 2.00 m
Mean Low Water level (MLWL) = + 0.00 m
Arus
Kecepatan arus rencana berdasarkan hasil simulasi arus pasang surut yang telah dilakukan:
Kecepatan Arus (U) = 0.5 m/s
Koefisien Drag = 1
Koefisien Inersia = 2
Lampiran G | 6
sebagai dermaga dengan menambah fasilitas tambatan, bongkar-muat, perkerasan halaman
dermaga, dan sebagainya. Dermaga ini disebut bulkhead wharf (wharf penahan tanah).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dermaga diuraikan di bawah ini.
1. Elevasi Dermaga
Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan dermaga adalah elevasi dermaga.
Elevasi dermaga dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat pasang tinggi air tidak melimpas
ke permukaan dermaga. Penentuan elevasi lantai dermaga sesuai dengan kondisi pasang
surut yaitu:
E = MHWL + 1/2H + F
Lampiran G | 7
dengan:
E = Elevasi dermaga
MHWL = Mean High Water Level, elevasi pasut tertinggi. (3.56m)
H = tinggi gelombang. (1.0m)
F = free board, tinggi jagaan (0.5-1.0 m)
2. Panjang Dermaga
Penentuan kebutuhan panjang dermaga ditentukan oleh arus bongkar muat berdasarkan
jenis komoditi, volume barang, dan jenis kemasan, dimana penentuan kebutuhan fasilitas tiap
tahapan pengembangan dibagi menjadi tiga masa rencana, yaitu:
a. Kebutuhan fasilitas pelabuhan untuk 5 tahun kedepan;
b. Kebutuhan fasilitas pelabuhan untuk 10 tahun kedepan, dan;
c. Kebutuhan fasilitas pelabuhan untuk 20 tahun kedepan.
Peningkatan kinerja operasional pelabuhan yang meliputi BOR, jumlah jam operasi, jumlah
gang, serta produktifitas alat/gang mempengaruhi kebutuhan dermaga pada pelabuhan yang
dikaji. Pada kasus Pelabuhan Baubau, terdapat tiga jenis angkutan utama yaitu angkutan
penumpang, angkutan barang umum dan angkutan peti kemas.
Perhitungan tiap tahapan pengembangan panjang dermaga Pelabuhan Murhum Baubau lebih
lengkapnya disajikan pada Tabel 6.
Tabel 4 Kebutuhan Pengembangan Dermaga Pelabuhan Murhum Baubau
Lampiran G | 8
Eksisting Pendek Menengah Panjang
No Uraian Satuan
2015 2016-2020 2016-2025 2016-2035
Terminal Peti Kemas
1 Bongka r mua t conta i ner TEUS 11.848 31.564 45.833 81.073
2 Juml a h efekti f kerja per ha ri ja m 12 14 14 18
3 Berth Occupa ncy Ra ti o % 63 60 55 55
4 Produkti vi ta s cra ne da ra t per ja m box 5 8 10 12
5 Produkti vi ta s cra ne da ra t per ha ri box 60 112 140 216
6 Jeni s Ka pa l Si ngga h GT 5.000 7.000 10.000 15.000
7 Pendeka ta n Pa nja ng Derma ga (ukura n ka pa l ) m 130 130 160 160
8 Ka pa s i ta s Ka pa l box 206 288 412 618
9 Shi p ca l l per ta hun ka l i 58 110 112 132
10 Tota l Kebutuha n Efekti f Ha ri Kerja s el uruh ta mba ta n ha ri 316 472 599 687
11 Juml a h ha ri kerja ha ri 330 330 330 330
12 Juml a h Derma ga Conta i ner berth 1,0 2,0 2,0 3
13 Tota l Pa nja ng derma ga ka pa l peti kema s m 130 260 320 480
Terminal Multi Purpose
1 Bongka r mua t ca rgo Ton 529.532 1.088.340 1.544.458 2.890.237
2 Produkti vi ta s ga ng per ja m Ton 15 15 25 35
3 Produkti vi ta s ga ng per ha ri Ton 180 210 350 630
4 Berth Occupa ncy Ra ti o % 68 70 70 70
5 Juml a h Ga ng per ha ri ga ng 8,91 15,70 13,37 14
6 Kebutuha n Pa nja ng Derma ga Ca rgo m 655 1122 955 993
7 Jeni s Ka pa l Si ngga h GT 1.000 2.000 3.000 5.000
8 Pendeka ta n Pa nja ng Derma ga (ukura n ka pa l ) m 68 100 110 130
9 Juml a h Derma ga Ca rgo berth 10,0 12,0 9,0 8
10 Tota l Pa nja ng derma ga ka pa l ca rgo m 680 1200 990 1.040
3. Lebar Dermaga
Lebar dermaga ditentukan bedasarkan peralatan dan kebutuhan bongkar muat barang di atas
dermaga. Dalam hal ini alat-alat yang disediakan. Dalam studi ini lebar dermaga di desain
sepanjang 20 m untuk memenuhi kebutuhan bongkar muat kontainer.
Alur Pelayaran
1. Panjang Alur
Panjang alur pelayaran tergantung dari topografi dasar perairan (bathimetri) dan kedalaman
alur yang diinginkan, sedangkan arah alur pelayaran tergantung dari arah angin dominan,
topografi dasar perairan, dan material dasar perairan. Berdasarkan pada karakteristik
geografis Baubau, kedalaman alur pelayaran di Selat Masiri dan Selat Buton berkisar antara
10 20 meter dengan lebar alur pelayaran yang cukup memadai. Sedangkan arah alur
pelayaran adalah dari arah barat daya Pelabuhan Baubau dan khusus alur dari Kendari, alur
pelayaran dari arah utara pelabuhan.
2. Lebar Alur
Dengan menggunakan kapal standar sebagaimana ditetapkan dalam rencana pengembangan,
maka kebutuhan alur pelayaran didasarkan pada untuk ukuran kapal maksimum yaitu kapal
dengan ukuran 15.000 DWT. Dengan asumsi alur pelayaran adalah dua jalur dengan alur
pelayaran relatif panjang dengan kondisi alur kapal sering berpapasan, maka direncanakan
lebar alur pelayaran sebesar = (7 x 24m) + 30m = 198 meter. Dengan penetapan lebar alur
Lampiran G | 9
pelayaran sebesar 14,5 mil (232 meter), alur pelayaran Pelabuhan Baubau cukup untuk
memenuhi kebutuhan pelayaran sampai dengan jangka panjang.
3. Kedalaman alur
Kedalaman air diukur terhadap muka air referensi nilai rata-rata dari muka air surut terendah
pada saat pasang kecil (neap tide) dalam periode panjang yang disebut LLWL (Lowest Low
Water Level), agar kapal dapat masuk dan keluar dengan lancar pada saat muka air rendah.
Kedalaman alur pelayaran berdasarkan Technical Standards and Commentaries for Port and
Harbour Facilities In Japan ditentukan dengan rumus:
D = d + 0.5H + s + c
Keterangan:
d : Draft kapal (meter)
D : Kedalaman pelabuhan pada saat muka air terendah (meter)
H : Tinggi gelombang maksimum diambil 1.5 m
s : Squat (tinggi ayunan kapal yang berlayar, tergantung besarnya kapal),
dimana s dan C diambil 0.5 untuk kapal >1.000 GT
c : Clearance sebagai pengaman, antara 25 100 cm, tergantung kondisi
kekerasan dasar perairan
Lampiran G | 10
b. Diameter Kolam Putar (Turning Basin)
Kawasan kolam tempat kapal melakukan gerak putar untuk berganti haluan harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga memberikan ruang cukup luas dan kenyamanan.
c. Lebar Alur
Lebar alur pelabuhan yang ideal untuk 2 kapal sering berpapasan adalah:
D = 7.6B
dengan:
B = Lebar kapal terbesar yang akan masuk pelabuhan. (27.5)
Berdasarkan pada asumsi kapal maksimum (Peti Kemas dan Barang Umum) pada masing-masing
tahapan pengembangan, diperhitungkan kebutuhan luar area dalam wilayah pelabuhan yang
meliputi area alur pelayanan dari dan ke pelabuhan, tempat sandar, kolam putar, tempat labuh,
pindah labuh kapal, alih muat kapal, area penempatan kapal mati, area keperluan darurat,
percobaan berlayar, luas kolam pelabuhan dijabarkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Perhitungan Kebutuhan Area Perairan Pelabuhan Baubau
Pendek Menengah Panjang
(2014-2018) (2014-2023) (2014-2033)
No Uraian Satuan
Peti Barang Peti Barang Peti Barang
Kemas Umum Kemas Umum Kemas Umum
Karakteristik Kapal
1 Desain/Standar
a. Ukuran DWT 7,000 2,000 10,000 3,000 15,000 5,000
Lampiran G | 11
Pendek Menengah Panjang
(2014-2018) (2014-2023) (2014-2033)
No Uraian Satuan
Peti Barang Peti Barang Peti Barang
Kemas Umum Kemas Umum Kemas Umum
b. LOA (Panjang), L m 109 81 135 92 158 109
c. Beam (lebar), B m 20.1 12.7 20.8 14.2 23.3 16.4
d. Draft minimum, D m 6.8 4.9 7.6 5.7 8.7 6.8
2 Jumlah Kapal dilayani
a. Kedatangan unit 7 7 7 7 8 7
b. Sandar, N unit 7 7 7 7 8 7
c. Labuh unit 1 1 1 1 1 1
d. Alih Muat unit 1 1 1 1 1 1
e. Kapal Mati unit 1 1 1 1 1 1
3 Panjang Dermaga
a. Panjang Eksisting, Le m 180 512 260 576 320 562
b. Panjang rencana, Lr m 260 576 320 562 320 630
c. Panjang Tambahan, Lt m 80 64 60 - - 68
4 Dimensi Alur
Panjang Alur (Lalur) eksisting m 17,000 17,000 17,000 17,000 17,000 17,000
Lebar Alur eksisting m 232 232 232 232 232 232
Lebar Alur ukuran kapal
a. 1-way m 101 64 104 71 117 82
b. 2-ways m 171 119 176 129 193 145
Kedalaman Alur m 9-12 9-12 9-12 9-12 9-12 9-12
5 Dimensi Kolam
a. Areal Alur Pelayaran dari
Ha 359 245 369 268 407
dan ke Pelabuhan 359
b. Areal Tempat Sandar
Lebar m 164 122 203 138 237 164
Panjang m 196 146 243 166 284 196
Luas untuk 1 kapal m2 32,079 17,715 49,208 22,853 67,403 32,079
Luas Total Ha 22 12 34 16 54 22
c. Areal Kolam Putar -
Diameter (dgn tunda) m 218 162 270 184 316 218
Luas Ha 26 14 40 19 63 26
Diameter (tanpa tunda) m 327 243 405 276 474 327
Luas Ha 59 32 90 42 141 59
d. Areal Tempat Labuh -
Jari-jari m 180 140 211 156 240 180
181,25 101,56
Luas m2 101,562 61,928 139,337 76,650
7 2
Luas Total Ha 10 6 14 8 18 10
e. Areal Pindah Labuh Kapal
Jari-jari m 180 140 211 156 240 180
181,25 101,56
Luas m2 101,562 61,928 139,337 76,650
7 2
Luas Total Ha 10 6 14 8 18 10
f. Areal Alih Muat Kapal Ha 10 6 14 8 18 10
g. Areal Penempatan Kapal
Ha 5 6 14 8 18
Mati 5
h. Areal Keperluan Keadaan
Ha 5 3 7 4 9 5
Darurat
Lampiran G | 12
Pendek Menengah Panjang
(2014-2018) (2014-2023) (2014-2033)
No Uraian Satuan
Peti Barang Peti Barang Peti Barang
Kemas Umum Kemas Umum Kemas Umum
i .Areal Percobaan Berlayar Ha 30 15 38 19 49 30
Lebar (Minimum) m 171 119 176 129 193 171
Panjang (Minimum) m 1,744 1,296 2,160 1,472 2,528 1,744
j. Luas kolam pelabuhan
Dengan tunda 48.58 26.83 74.52 34.61 116.66 48.58
Tanpa tunda 81.24 44.86 124.62 57.88 195.09 81.24
Sumber : Analisis Konsultan, 2015
Selain pendekatan yang dilakukan diatas dilakukan juga pendekatan jumlah penumpukan
petikemas yang terdpat di Pelabuhan Baubau pada jangka pendek, jangka menengah serta jangka
Lampiran G | 13
panjang. Pendekatan ini menghasilkan jumlah kebutuhan luasan yang diperlukan per TEUS
(ARPTEU). Hasil perhitungan yang telah dilakukan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Luas Container Yard (m2) untuk setiap Tahap Pengembangan
Tahun ATF CMPY ATT ARPTEU RAMSH RSCF HCR NTSR GTSAR CPA
(ton/th) (TEU) (hari) (m2) (TEU) (m2) (m2) (m2)
2020 473.467 31.564 4 7,5 0,6 25 346 2.594 4.324 5.405
2025 687.498 45.833 4 7,5 0,6 25 502 3.767 6.279 7.848
2035 1.216.101 81.073 4 7,5 0,6 25 888 6.664 11.106 13.882
Perhitungan luas area warehouse dihitung berdasarkan bongkar muat barang di mana dengan
pendekatan luas gudang tertutup adalah {Bongkar muat per tahun x prosentase penumpukan di
gudang x waktu tinggal x kebutuhan ruang x 1.25 x (1+ faktor keamanan)}/ jumlah hari kalender
per tahun x rata rata tinggi tumpukan), di mana 1,25 adalah faktor perhitungan pada waktu sibuk.
Perbandingan luas areal warehouse dengan transit shed adalah 1:2 dengan skenario komposisi
barang sebagaimana dijabarkan pada Tabel 7.
Tabel 7 Komposisi Penanganan Barang di Pelabuhan
Komposisi Barang Pendek Menengah Panjang
disimpan di Gudang 20% 20% 10%
disimpan di Open Storage 10% 10% 10%
langsung dibawa 70% 70% 80%
Tabel 9 Rekapitulasi Kebutuhan Transit Shed, Ware House, dan Open Storage
Open
Tahun Transit Shed Ware House
Storage
2020 2.100 1.100 3.006
2025 2.900 1.500 4.265
2035 2.700 1.400 7.982
Parkir Kendaraan
Parkir Truk
Untuk perhitungan luas areal parkir truk untuk setiap pengembangannya dapat lihat sebagai
berikut dengan asumsi:
Lampiran G | 14
Waktu menunggu maksiumum (jam) = pada jangka pendek dan menengah 4 jam, pada
jangka panjang 3 jam
Jam kerja bongkar muat (jam) = pada jangka pendek 15 jam, jangka menengah 18
jam, dan jangka panjang 18 jam
Tipe Truk yang dipergunakan:
- Panjang truk = 20 feet
- Daya muat = 20 ton
- Truk + ruang gerak truk = 54 m
Hari kerja = 365 hari dalam setahun
Tabel 10 Kebutuhan Parkir Truk Cargo
Dermaga Bongkar Muat Barang Jumlah Truk Luas Lahan
per jam (ton) Parkir (m2)
Tahap 1 220 26 1.404
Tahap 2 260 29 1.566
Tahap 3 487 52 2.808
Perkantoran
Berdasarkan kondisi yang terdapat dilapangan kebutuhan karyawan untuk setiap 750.000 TEUS
(kontainer) dibutuhkan 165 karyawan, kebutuhan karyawan untuk Pelabuhan Baubau
berdasarkan proyeksi kebutuhan petikemas dan Cargo adalah 54 orang karyawan. Adapun
perkiraan jumlah karyawan / kelompok kerja per sub bidang, yaitu:
- Pusat administrasi pelabuhan : 20 orang, 4 kelompok kerja
- Pusat bea cukai : 4 orang, 2 kelompok kerja
- Admistrasi pelabuhan pembantu: 12 orang, 3 kelompok kerja
- EMKL : 4 orang, 2 kelompok kerja
- Amenities : 4 orang, 2 kelompok kerja
- Keagenan : 2 kelompok kerja
Lampiran G | 15
- Terminal Penumpang:
2.907 orang
6 pemberangkatan
485 orang/pemberangkatan
1,5 faktor arus maksimum
- Karantina : 10 orang
Luas ruang kerja / kel.kerja = 45 m
Luas ruang kerja / kel.kerja + R.Meeting = 60 m
Luas sirkulasi (%) dari luas lantai efektif = 40%
Luas ruang keagenan / kel kerja + R.Meeting = 30 m
Luas lantai ruang tunggu penumpang (m) / penumpang = 2,4 m
Luas perkantoran untuk Terminal Penumpang = 120 m
Luas lantai ruang karantina (m) / orang = 1,8 m
Luas perkantoran untuk Karantina = 100 m
Lampiran G | 16
Jgk
Eksisting Jgk Pendek Jgk Panjang
No Uraian Satuan Menengah
2015 2016-2020 2016-2035
2016-2025
10 Lapangan parkir umum m2 2.856 4.000 4.000 4.000
11 Terminal penumpang m2 780 1.080 2.160 2.160
Peralatan Penunjang
Kebutuhan alat dan peralatan di Pelabuhan Baubau khususnya untuk mendukung operasional
terminal peti kemas disesuaikan dengan besaran demand pada setiap tahapan pengembangan
pelabuhan. Kebutuhan peralatan ini juga disesuaikan dengan kondisi ketersediaan lahan dengan
memperhatikan ketersediaan lahan pelabuhan yang cukup terbatas. Kebutuhan peralatan di
Terminal Peti Kemas Pelabuhan sampai dengan jangka panjang dijabarkan pada Tabel 14.
Tabel 13 Kebutuhan Peralatan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Baubau
Jgk
Eksisting Jgk Pendek Jgk Mngah
No Uraian Satuan Panjang
2015 2016-2020 2016-2025
2016-2035
1 Crane 40 Ton unit 0 0 0 1
2 Crane 25 Ton unit 1 1 1 1
3 Crane 5 Ton unit 0 1 0 0
4 Crane 3 Ton unit 0 1 0 0
5 Reach Stacker 42 Ton unit 0 0 1 0
6 Top Leader 36 Ton unit 0 0 1 2
7 Bottom Lift 15 Ton unit 0 0 1 0
8 Forklift 2 Ton unit 0 2 2 2
9 Forklift 3 Ton unit 1 1 1 1
10 Forklift 5 Ton unit 1 1 1 1
11 Head Truck unit 4 6 4 4
12 Mobile Crane 40 Ton unit 0 1 0 0
13 Transtainer unit 0 0 0 1
Ketersediaan Lahan
Saat ini lahan yang digunakan sebagai kawasan Pelabuhan Bau Bau merupakan milik Kementerian
Perhubungan.
Aspek Lingkungan
Semua kegiatan angkutan di perairan ke pelabuhan, harus memperhatikan keselamatan dan
keamanan pelayaran, serta perlindungan lingkungan maritim di perairan Indonesia. Untuk itu
Pembangunan Pelabuhan BauBau perlu direalisasikan dengan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan
memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang Wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup, bahwa untuk kegiatan pelabuhan dengan luas > 6000 m2 merupakan kegiatan yang wajib
Lampiran G | 17
studi AMDAL. Dengan demikian perlu dilaksanakan studi AMDAL untuk melengkapi kegiatan
Pelabuhan Bau Bau.
Kegiatan yang diperkirakan dapat menjadi penyebab terjadinya dampak adalah sebagai berikut:
1. Konstruksi
a.Mobilisasi tenaga kerja konstruksi
b.Pembuatan dan pengoperasian base camp
c. Mobilisasi alat berat dan material konstruksi
d.Pekerjaan tanah
e.Pembangunan fasilitas sisi darat
f. Pembangunan fasilitas sisi perairan
2. Operasional
a. Perekrutan tenaga kerja operasional
b. Pengoperasian fasilitas sisi perairan
Komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak penting dari kegiatan-kegiatan
tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Aspek Fisik Kimia
a. Kualitas udara mencakup meliputi NO2, SO2 dan debu
b. Kebisingan (Intensitas Kebisingan)
c. Hidrologi dan Kualitas Air
Debit air larian yang terjadi karena adanya pembangunan di lokasi tapak
Kualitas fisik, kimia, air permukaan (sungai) dan air laut
Kualitas fisik, kimia, sumber air bersih (air sumur dan air hujan)
d. Limbah Padat
Jumlah sampah yang dihasilkan
2. Aspek Tata Ruang dan Transportasi
a. Pola ruang dan tata guna lahan
Alokasi penggunaan ruang menurut Rencana Tata Ruang
Penggunaan lahan sesuai kebijaksanaan tata ruang dan perijinan yang berlaku
Penggunaan lahan eksisting
b. Transportasi Air
Jenis alat transportasi air
Alur pelayaran
3. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya
Penelaahan aspek sosial, ekonomi dan budaya mencakup kondisi kependudukan (demografi),
kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya.
a. Kependudukan (Demografi)
Lampiran G | 18
Jumlah dan kepadatan penduduk serta penyebarannya
Struktur penduduk berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan
Tingkat pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja
b. Kondisi Sosial Ekonomi
Struktur jenis pekerjaan penduduk
Tingkat pendapatan penduduk
Analisis penurunan perekonomian penduduk
Kesempatan kerja dan berusaha
c. Kondisi Sosial Budaya
Persepsi masyarakat terhadap kegiatan
4. Aspek Kesehatan Masyarakat
a. Sanitasi Lingkungan
b. Keselamatan dan kesehatan kerja
c. Pola penyakit
Selain komponen lingkungan yang tersebut di atas akan ditelaah pula komponen lingkungan yang
dapat mempengaruhi intensitas, arah dan luas dari penyebaran dampak. Komponen lingkungan
tersebut adalah:
1. Iklim
a. Kelembaban dan temperatur udara
b. Curah hujan
c. Arah dan kecepatan angin
2. Hidrooceanografi
a. Pola arus
b. Pasang surut
Kerangka Komersial
Kota Baubau merupakan daerah penghubung (connecting/transit area) antara Kawasan Barat
Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Kota Baubau juga berperan sebagai daerah
pengumpul hasil produksi dan distributor kebutuhan daerah hinterland-nya, yaitu Kab. Buton,
Kab. Muna, Kab. Wakatobi, dan Kab. Bombana. Potensi komoditas dari Kota Baubau dan
hinterland-nya mencakup perikanan, budidaya rumput laut, budidaya mutiara, pertanian,
perkebunan, peternakan, perdagangan, perindustrian, pariwisata.
Selama periode 2010-2013 bongkar muat peti kemas menunjukan pertumbuhan yang cukup
tinggi, yaitu rata-rata sebesar 37.73% (TEUS) / 42.14% (Ton) untuk bongkar peti kemas dan rata-
rata sebesar 41,12% (TEUS) / 33.10% (Ton) untuk muat peti kemas. Melihat kondisi tersebut dan
Lampiran G | 19
rencana Kota Baubau untuk menjadi ibukota Provinsi Kepulauan Buton, maka pengembangan
Pelabuhan Baubau dipandang perlu untuk dilaksanakan.
Pelabuhan yang baik mendukung sistem distribusi yang baik yang dapat mengundang
investor, baik dalam dan luar negeri, untuk menanamkan modalnya. Hal ini akan bermuara
pada tumbuhnya perekonomian rakyat.
4. Meningkatnya PDRB
Perbaikan sistem distribusi komoditas barang dan manusia serta pertumbuhan ekonomi di
sekitar Pelabuhan Baubau akan memberikan dampak positif bagi PDRB daerah. Berdasarkan
Lampiran G | 20
penelitian1, rata-rata PDRB dan pertumbuhan PDRB kota pelabuhan lebih besar daripada kota
yang tidak memiliki pelabuhan. Peran pelabuhan menjadi sangat penting mengingat
Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga mobilitas sosial dan perdagangan tidak
akan terlepas dari peran pelabuhan.
Kerangka Hukum
Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan berperan sebagai wakil Pemerintah untuk
memberikan konsesi atau bentuk lainnya kepada Badan Usaha Pelabuhan untuk melakukan
kegiatan pengusahaan di pelabuhan (Pasal 65 ayat (1) PP 61/2009).
Mekanisme KPBU diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Selain daripada Perpres
tersebut, Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) juga menerbitkan Peraturan Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor
4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur.
Pada prinsipnya, dalam KPBU tidak ada bentuk baku mengenai bentuk kerjasama antara
pemerintah dan badan usaha. Namun bentuk kerjasama yang sering digunakan dalam konteks
KPBU diantaranya adalah Build-Own-Transfer (BOT), Build-Own-Operate (BOO), Operate and
maintain, Lease-Develop-Operate (LDO)
Pemilihan bentuk kerjasama dilakukan berdasarkan hasil tinjauan risiko dan tinjauan pengelolaan
aset kerjasama. Dengan demikian pemilihan bentuk kerjasama ini harus dapat menfasilitasi
pengalihan risiko-risiko tertentu kepada pihak yang dinilai paling baik dalam proses
pengelolaannya. Untuk pengembangan pelabuhan Bau-Bau akan dilakukan dengan bentuk
kerjasama Build-Own-Transfer.
1
Karunia, Diana Sekarayu dan Komara Djaja. 2013. Peran Pelabuhan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Kota di Indonesia. Indonesia: Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia.
Lampiran G | 21
Kerangka Kelembagaan dan Skema Transaksi
Bentuk kerjasama Rehabilitate Build Operate Transfer (RBOT) / Rehabilitasi Bangun Guna Serah
untuk pengoperasian terminal peti kemas dan kargo. Pemilihan skema KPBU tersebut dengan
mempertimbangkan:
1. Waktu ketersediaan infrastruktur
Infrastruktur pelabuhan sudah tersedia, akan tetapi perlu direhabilitasi dan dikembangkan,
sehingga ada aktivitas rehabilitasi bangunan eksisting, dan juga pembangunan prasarana baru
yang mendukung rencana pengembangan pelabuhan. Jika pemerintah mengharapkan dana
APBN untuk rehabilitasi dan pengembangan akan membutuhkan dana yang besar dan butuh
waktu yang tidak cepat. Di satu sisi, pertumbuhan kargo meningkat, dan potensi lebih aktif
Pengusahaan Aspal Buton akan menambah geliat ekonomi.
2. Optimalisasi investasi
Pelaksanaan KPBU rehabilitasi-bangun-guna-serah terminal peti kemas dan kargo akna lebih
mengoptimalkan investasi pemerintah. Dana APBN dapat dialokasikan untuk peningkatan
pelayanan terminal penumpang dan pengembangan cruise terminal. Hal ini mengingat Bau
Bau sebagai gerbang pariwisata ke kawasan wisata bahari Wakatobi, tentu perlu memberikan
pelayanan yang terbaik.
3. Maksimalisasi efisiensi
Pengoperasian terminal peti kemas dan kargo secara KPBU diharapkan lebih meningkatkan
efisiensi pengoperasian pelabuhan dan meningkatkan pelayanan dengan standar yang tinggi.
5. Alokasi risiko
Pemilihan skema RBOT dengan mempertimbangkan bahwa risiko konstruksi dan risiko
operasional ditransfer ke Badan Usaha. Kedua risiko ini merupakan risiko utama di dalam
skema ini. Mengingat pelabuhan ini bersifat non-komersil dimana tarif ditetapkan oleh
pemerintah, Badan Usaha akan keberatan untuk menangani risiko demand dan pendapatan.
Selain itu, dengan pertimbangan bahwa Bau Bau berada di satu pulau, tentunya
Lampiran G | 22
mengkreasikan demand dari dalam pulau sangat susah. Demand diharapkan dapat tumbuh
dari posisi Pelabuhan Bau Bau sebagai pintu gerbang ekonomi dan pariwisata di Sulawesi
Tenggara dan sebagai pelabuhan pengumpul yang akan menjadi titik transfer penumpang dan
barang ke lokasi Indonesia timur lainnya. Selain itu, perlu dipertimbangkan bahwa terdapat 6
pelabuhan pengumpul di sekitar pelabuhan Bau Bau yaitu:
a. Pelabuhan Kendari (Kendari),
b. Pelabuhan Bangkutoko (Kendari),
c. Pelabuhan Kolaka (Kolaka),
d. Pelabuhan Watunohu (Kolaka Utara),
e. Pelabuhan Raha (Muna), dan
f. Pelabuhan Wanci (Wakatobi).
Hal ini tentunya mempengaruhi penyebaran demand.
6. Alih pengetahuan
Kerjasama ini diharapkan dapat terjadi alih pengetahuan di dalam pengelolaan terminal peti
kemas yang lebih efisien dan efektif sehingga meningkatkan pelayanan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, tentunya pemilihan skema KPBU dengan bentuk RBOT
menjadi opsi yang perlu dipertimbangkan sebagai salah satu cara peningkatan pelayanan di
Pelabuhan Bau Bau dengan prinsip pengoptimalan investasi pemerintah dan maksimalisasi
efisiensi biaya operasi ang didasari prinsip alokasi risiko yang tepat.
Hal yang perlu diingat terkait kerjasama ini bahwa Pelabuhan Bau Bau telah beroperasi penuh
saat ini. Oleh karena itu, proses kerjasama ini seharusnya tidak menghentikan operasional
pelabuhan.
Lampiran G | 23
6. Dalam pengoperasian dan pemeliharaan terminal peti kemas dan kargo, Badan Usaha
diperkenankan untuk melakukan kerja sama dengan pihak ketiga selama tidak mengganggu
kinerja operasional.
Jangka waktu perjanjian kerjasama ini diusulkan selama 30 tahun, terhitung sejak kegiatan
rehabilitasi dilakukan. Harapanya dengan skema kerjasama yang tidak sepanjang masa konsesi
pelabuhan di Indonesia pada umumnya akan memberikan waktu yang cukup dan tepat bagi
Pemerintah untuk mengoperasikan secara mandiri dan Badan Usaha mendapatkan keuntungan
yang layak.
Aset pemerintah di Pelabuhan Bau Bau merupakan aset Pemerintah Pusat. Aset yang
dikerjasamakan meliputi segala aset yang digunakan untuk pengoperasian dan pemeliharaan
terminal peti kemas saat ini.
Lampiran G | 24
LAMPIRAN H: FORMULIR SURAT DUKUNGAN PEMEGANG SAHAM
(ATAU SESUAI FORMAT MASING-MASING BADAN USAHA DENGAN SUBSTANSI YANG SAMA)
Kepada Yth.:
Panitia Pengadaan Badan Usaha
Proyek Kerjasama Penyediaan Infrastruktur
Pembangunan dan Pengelolaan Pelabuhan Bau Bau
Hormat kami,
[TANDA TANGAN. NAMA DAN JABATAN PEJABAT YANG BERWENANG PEMEGANG SAHAM]
KONSULARISASI