Вы находитесь на странице: 1из 9

Jurnal Jurusan Keperawatan, Volume ...., Nomor.....

Tahun 2016, Halaman 1-8


Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DALAM PERAWATAN KESEHATAN MANDIRI


DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISIS

Herningtyas Kusumastuti1), Henni Kusuma2)


1) Mahasiswa Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (email:
noonatyaz@yahoo.com)
2) Dosen Departemen Keperawatan Dewasa Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro (email: hen_hen8@yahoo.com)

ABSTRACT

Patients suffering from Chronic Kidney Disease (CKD) under hemodialysis process experience
changes in their life resulting in lower quality of life. The patients have to undergo self care as advised
by medical officer to maintain their quality of life. The role of self efficacy in self care of patients
suffering from CKD determines the level of patients quality of life. The objective of this study was to
determine the correlation of self efficacy in self health care and CKD patients quality of life undergoing
hemodialysis in Tugurejo Hospital, Semarang. The research was a correlative descriptive which
involved 63 respondents. Total sampling technique was applied on the entire CKD patients who
undergo twice-a-week hemodialysis of age 18-65. Questionnaire used in this research was Self
Efficacy Questionnaire with 32 items and WHOQoL-BREF with 26 item. The result of the research
shows that respondents with good self efficacy (50,8%) and good life quality (54%). There is a
correlation between self efficacy and life quality of CKD patients who undergo hemodialysis. Statistical
test used is chi square with p value: 0,001. This research expects the nurses can perform regular
screening and interventions to improve the self efficacy in treating CKD patients who undergo
hemodialisys in order to develop patients quality of life.

Keywords : chronic kidney disease, self-efficacy, quality of life

ABSTRAK

Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis mengalami perubahan dalam
berbagai dimensi kehidupan yang berakibat menurunnya kualitas hidup. Pasien PGK harus menjalani
perawatan mandiri seperti yang dianjurkan oleh tim medis supaya kualitas hidupnya tidak semakin
rendah. Peran efikasi diri dalam perawatan mandiri pasien PGK menentukan tinggi rendahnya kualitas
hidup pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dalam
perawatan kesehatan mandiri dengan kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis di
RSUD Tugurejo Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif yang melibatkan 63
responden. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling yang melibatkan seluruh pasien PGK
yang rutin HD 2 kali seminggu dengan usia 18-65 tahun. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuesioner Efikasi Diri dengan 32 item dan WHOQoL-BREF dengan 26 item. Hasil penelitian
menunjukkan responden yang efikasi dirinya baik (50,8%) dan kualitas hidup baik (54%). Ditemukan
adanya hubungan antara efikasi diri dan kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Uji
statistik yang digunakan adalah uji chi square dengan nilai p: 0,001. Hasil penelitian ini diharapkan
perawat dapat melakukan skrining berkala dan intervensi untuk meningkatkan efikasi diri dalam
pengelolaan pasien PGK yang menjalani hemodialisis sehingga kualitas hidupnya pun akan
meningkat.

Kata Kunci : penyakit ginjal kronik, efikasi diri, kualitas hidup


Pendahuluan
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) atau Chronic Kidney Disease kini menjadi masalah
kesehatan serius di dunia. PGK merupakan suatu penyakit pada sistem perkemihan yang
disebabkan karena penurunan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan pada umumnya
berakhir dengan keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
irreversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal tetap, berupa
dialisis atau transplantasi ginjal (Pearces, 2009; Smeltzer, 2009).
Hemodialisis lebih dipilih menjadi terapi pengganti ginjal utama karena dinilai lebih
efisien dan tidak membutuhkan keterampilan khusus pada pasien dan keluarga (Baradero,
2009). Pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani HD akan mengalami dampak negatif
yang akan mempengaruhi kualitas hidupnya seperti terjadi perubahan fisik seperti edema
ekstremitas, hipertensi, dan anemia (Tallis, 2005). Perubahan psikologi, respon psikologis
pasien terhadap penyakit dapat bervariasi seperti cemas, stress hingga depresi. Pada pasien
penyakit ginjal kronik juga akan mengalami perubahan sosial, seperti pembatasan kegiatan
bermasyarakat dan disfungsi seksual, kehilangan pekerjaan, serta perubahan lingkungan
seperti, tidak dapat melakukan aktivitas yang menyenangkan seperti sebelum menderita
penyakit ginjal kronik (Supriyadi., Wagiyo, & Widowati, 2011).
Kualitas hidup merupakan persepsi individu dalam kemampuan, keterbatasan, gejala
serta sifat psikososial hidupnya dalam konteks budaya dan nilai untuk menjalankan peran
dan fungsinya (Skevington, 2008). Hal ini berarti jika seseorang sehat secara aspek fisik,
psikologi, sosial dan lingkungan maka seseorang tersebut dapat dikatakan mencapai
kepuasan dalam hidupnya (Supriyadi., Wagiyo, & Widowati, 2011). Kualitas hidup penting
untuk dimonitor karena sebagai dasar mendeskripsikan konsep sehat dan berhubungan erat
dengan morbiditas dan mortalitas (Tallis, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Supriyadi, Wagiyo & Widowati (2011) tentang kualitas
hidup pada pasien penyakit ginjal kronik dengan menggunakan instrumen WHOQOL-BREF
menyebutkan bahwa pasien mengatakan sesak berkurang, lebih rileks dan dapat istirahat
dengan tenang, serta lebih merasa nyaman di lingkungannya, namun keadaan itu tidak
dirasakan selamanya, namun hanya sesaat setelah menjalani hemodialisis, saat akan
menjelang hemodialisis berikutnya pasien merasa kurang nyaman lagi terhadap tubuhnya,
hal inilah yang membuat kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik naik turun.
Kualitas hidup seseorang baik dalam jangka pendek maupun panjang dapat diprediksi
dengan efikasi diri pasien itu sendiri (Bandura, 1994). Banyak pasien penyakit ginjal kronik
yang tidak mampu mengontrol penyakitnya dalam kehidupannya. Mereka tidak lagi percaya
terhadap kemampuannya dalam menghadapi berbagai kesulitan akibat penyakit ginjal.
Karena hal tersebut, menjadi sebuah hal penting bagi pasien penyakit ginjal kronik yang
menjalani HD untuk meningkatkan efikasi dirinya dalam mematuhi regimen perawatan diri,
karena hal ini diperlukan untuk menentukan sebuah tindakan atau tidak. Penilaian efikasi diri
ini menjadi jembatan antara pengetahuan dan perilaku perawatan diri yang sebenarnya (Tsay
& Healstead, 2002).
Efikasi diri dikembangkan oleh Albert Bandura sebagai teori sosial kognitif pada tahun
1977. Didefinisikan sebagai keyakinan yang menentukan bagaimana seseorang berfikir,
memotivasi dirinya dan bagaimana akhirnya memutuskan untuk melakukan sebuah perilaku
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dimensi efikasi diri ada 3 menurut Bandura yaitu
magnitude, generality dan strength. Efikasi diri membantu seseorang untuk menentukan
pilihan dan mempunyai komitmen dalam mempertahankan tindakan yang dipilihnya
(Bandura, 1994).
Penelitian yang dilakukan Shiow Luan Tsay dan Marilyn Healstead (2002) tentang Self
care self-efficacy pada pasien hemodialisis menyatakan bahwa pasien hemodialisis dengan
tingkat efikasi diri tinggi dapat melakukan aktifitas fisik dan fungsi psikososial yang lebih
tinggi dibandingkan dengan yang mempunyai efikasi diri lebih rendah. Pada penelitian
lainnya yang dilakukan oleh Charron dan Skelly dalam Tsay menyatakan hal yang senada
bahwa efikasi diri dapat memberikan prediksi terhadap kepatuhan seseorang dalam
melakukan perawatan dirinya sendiri.
Tujuan Penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara efikasi diri dengan kualitas
hidup pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Tugurejo
Semarang. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dijadikan dasar dalam
mengembangkan intervensi keperawatan khususnya dalam membentuk efikasi diri untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis.

Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien PGK yang menjalani hemodialysis di
RSUD Tugurejo Semarang pada bulan Maret 2016. Teknik sampling yang digunakan adalah
total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 63 orang. Penelitian menggunakan dua
kuesioner yaitu kuesioner efikasi diri dan kuesioner WHOQoL-BREF. Kuesioner Efikasi Diri
telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan oleh peneliti, kemudian didapatkan
hasil sebanyak 32 item yang valid. Nilai Cronbachs Alpha dari Kuesioner Efikasi Diri adalah
0,923 dengan r hitung 0,343 0,746 r tabel 0,334. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi
square. Presentasi hasil penelitian akan ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi.

Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden Hemodialisis di RSUD Tugurejo
Semarang Bulan Maret 2016 (n= 63)
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
Usia
18-40 tahun 13 20,6
41-59 tahun 44 69,8
60 tahun 6 9,5
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 58,7
Perempuan 26 41,3
Pendidikan
Tidak Sekolah 5 7,9
SD 20 31,7
SMP 11 17,5
SMA 25 39, 7
Perguruan Tinggi 2 3,2
Status Pekerjaan
Bekerja 21 33,3
Tidak Bekerja 42 66,7
Lama HD
< 12 Bulan 23 36,5
12 Bulan 40 63,5
Tekanan Darah
140/90 mmHg 47 74,6
< 140/90 mmHg 16 25,4
Jumlah 63 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 37 pasien (58,7%). Berdasarkan lamanya menjalani hemodialisis, mayoritas
sudah menjalani hemodialsisis 12 bulan yaitu sebanyak 40 pasien (63,5%).
2. Gambaran Tingkat Efikasi Diri Pasien Hemodialisis
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Efikasi Diri pada Pasien Hemodialisis di RSUD Tugurejo
Semarang Bulan Maret 2016 (n=63)
Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)
Efikasi Diri
Baik 32 50,8
Kurang 31 49,2
Efikasi Diri Tiap Domain
a. Magnitude
Baik 34 54
Kurang 29 46
b. Generality
Baik 37 58,7
Kurang 26 41,3
c. Strength
Baik 35 55,6
Kurang 28 44,4
Efikasi Diri Berdasarkan Sub
Domain Self-Care
a. Fisik
Baik 32 50,8
Kurang 31 49,2
b. Psikologis
Baik 37 58,7
Kurang 26 41,3
c. Sosial
Baik 35 55,6
Kurang 28 44,4
Jumlah 63 100
Tabel 2 menjelaskan bahwa tingkat efikasi diri pasien PGK yang menjalani
hemodialisis mayoritas efikasi diri baik sebesar 32 pasien (50,8%). Tingkat efikasi diri tiap
domain pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai efikasi diri baik pada
domain generality sebanyak 37 pasien (58,7%). Tingkat efikasi berdasarkan self-care
pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis dengan nilai efikasi diri baik pada sub
domain psikologis sebanyak 37 pasien (58,7%).
3. Gambaran Tingkat Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup pada Pasien Hemodialisis di RSUD Tugurejo
Semarang Bulan Maret 2016 (n=63)
Kategori Frekuensi (n) Persentase (%)
Kualitas Hidup
Tinggi 34 54
Rendah 29 46
Kualitas Hidup Tiap Domain
a. Fisik
Tinggi 39 61,9
Rendah 24 38,1
b. Psikologis
Tinggi 34 54
Rendah 29 46
c. Sosial
Tinggi 36 57,1
Rendah 27 42,9
d. Lingkungan
Tinggi 43 68,3
Rendah 20 31,4
Jumlah 63 100
Tabel 3 menjelaskan bahwa tingkat kualitas hidup pasien PGK yang menjalani
hemodialisis mayoritas kualitas hidupnya tinggi sebesar 34 pasien (54%). Kualitas hidup
tiap domain pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUD Tugurejo Semarang
dengan nilai kualitas hidup tinggi pada domain lingkungan sebanyak 43 pasien (68,3%).
4. Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup
Tabel 4. Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis di
RSUD Tugurejo Semarang Bulan Maret 2016 (n=63)
Efikasi Diri Kualitas Hidup Total p value
Tinggi Rendah
f % F % f %
Baik 30 93,75 2 6,25 32 100 0,001

Buruk 7 22,5 24 77,5 31 100

Jumlah 37 48,7 26 41,3 63 100


Tabel 4 Berdasarkan hasil analisis hubungan antara efikasi diri dengan kualitas hidup
pada tabel 4.7 hasil perhitungan statistik dengan menggunakan rumus Chi Square
didapatkan responden dengan efikasi diri baik sebanyak 32 pasien, 30 pasien (93,75%)
diantaranya memiliki kualitas hidup tinggi, sedangkan responden yang memiliki efikasi diri
kurang sebanyak 31 pasien, 24 pasien (77,5%) diantaranya memiliki kualitas hidup
rendah. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa p value = 0,001 0,05 sehingga terdapat
hubungan yang bermakna antara efikasi diri dengan kualitas hidup pada pasien PGK yang
menjalani hemodialisis di RSUD Tugurejo Semarang.

Pembahasan
Efikasi Diri Pasien PGK yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Tugurejo Semarang
Berdasarkan hasil penelitian, jumlah responden yang memiliki efikasi diri baik lebih
banyak dari yang memiliki efikasi diri kurang namun jumlahnya tidak jauh berbeda. Pada
penelitian ini dilihat dari segi fisik, responden rata-rata yakin dapat memanajemen
pengobatan seperti menjaga intake cairan, diet dan rutin dalam menjalani HD, karena
mereka mulai terbiasa dengan hal-hal tersebut dan sebagian besar mereka pernah
mengalami pengalaman yang buruk seperti sesak napas dan edema akibat kelebihan cairan,
hal ini dapat menjadi faktor yang penting dalam meningkatkan efikasi diri pasien. Ditinjau dari
segi psikologis beberapa pasien pernah mengalami stress akibat penyakit PGK dan harus
rela kehilangan pekerjaan karena sudah tidak kuat untuk melakukan suatu pekerjaan yang
berat. Dari segi sosial sebagian besar masih dapat mengikuti kegiatan di masyarakat dan
masih dapat menjalankan perannya di keluarga walaupun tidak sebaik sebelum sakit.
Pernyataan efikasi diri mengacu pada seberapa banyak kepercayaan seseorang dapat
melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi situasi tertentu. Banyak pasien PGK
kehilangan rasa kontrol atas penyakit dan kehidupan mereka yang mengarah pada efikasi diri
yang rendah. Oleh karena itu harapan untuk seseorang mempunyai rasa efikasi diri yang
tinggi sangatlah penting karena dapat mempengaruhi keberhasilan mereka dalam mengelola
diri mereka sendiri. Banyak pasien PGK yang menjalani hemodialisis yang masih mampu
mengontrol penyakitnya dan kehidupan mereka. Semakin lama pasien tersebut menderita
PGK maka efikasi dirinya akan semakin baik, baik kepatuhan dalam pengobatan, melakukan
hubungan sosial dan melaksanakan HD (Tsay & Healstead, 2002). Efikasi diri pada pasien
HD sangat penting agar perawatan kesehatan mandiri pasien khususnya pada manajemen
cairan dan diet selalu terjaga dan dilaksanakan oleh pasien karena kedua hal tersebut
memang hal yang paling penting bagi pasien PGK yang menjalani HD karena akan
mempengaruhi kondisi fisik pasien. Untuk meningkatkan efikasi diri diperlukan adanya
motivasi intrinsik yaitu dari diri sendiri dan ekstrinsik yaitu dari orang lain khususnya keluarga
dan tenaga kesehatan (Krespy & Salmon dalam Tsay, 2002).
Kualitas Hidup Pasien PGK yang Menjalani Hemodialisis di RSUD Tugurejo Semarang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti menunjukkan bahwa kualitas
hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Tugurejo
Semarang, mayoritas memiliki kualitas hidup yang tinggi. Kualitas hidup merupakan konsep
yang sulit karena meliputi beberapa aspek seperti fisik, psikologis, sosial dan lingkungan.
Pasien PGK yang menjalani dialisis mengalami keterbatasan aktivitas fisik, diikuti oleh
stressor lain berupa penurunan kontak sosial, ketidakpastian tentang masa depan, kelelahan
dan kejang otot sehingga terjadi penurunan kualitas hidup. (Tallis,2005) Pasien PGK
mengalami perubahan peran dalam hubungan dengan orang lain akibat ketergantungan
teknologi medis yang akan mempengaruhi tingkat kualitas hidupnya. Pada kelompok tersebut
ditemukan adanya kehilangan identitas peran keluarga, terpisah dari keluarga, perasaan
terisolasi dan membutuhkan pertolongan (Al-Arabi, 2006).
Ditinjau dari segi fisik rata-rata pasien menyatakan tidak dapat melakukan aktivitas yang
berat karena mudah lelah dan terkadang sesak napas. (Farida, 2010). Ditinjau dari dimensi
psikologis rata-rata pasien tidak dapat berkonsentrasi dan belum menerima sepenuhnya
kondisinya serta mereka merasakan kecemasan terhadap penyakitnya di masa depan,
mereka jadi lebih taat ibadah (Farida, 2010). Ditinjau dari segi hubungan sosial dan
lingkungan rata-rata responden tidak mengalami masalah yang berarti, dengan adanya
dukungan yang baik dari segi finansial, sosial dan lingkungan dapat membantu mengurangi
gangguan psikologis akibat PGK yang dinilai sebagai penyakit terminal, sehingga kualitas
hidup responden dapat meningkat.
Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Kualitas Hidup Pasien PGK yang Menjalani
Hemodialisis di RSUD Tugurejo Semarang
Hasil analisis chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
efikasi diri dengan kualitas hidup pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani
hemodialysis di RSUD Tugurejo Semarang. Semakin baik efikasi diri maka kualitas hidup
akan semakin tinggi begitu pun sebaliknya.
Efikasi diri dapat mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan dimana pasien adalah
agen langsung yang akan membentuk dan menanggapi kondisi lingkungan, dengan demikian
pasien dapat berperan mengembangkan diri mereka sendiri, beradaptasi dan melakukan
pembaharuan diri sendiri dari waktu ke waktu. Rasa efikasi diri akan memberikan keyakinan
pada diri pasien sendiri untuk menunjukkan sebuah perilaku tertentu dan mengubah pola
pikir tertentu, dengan demikian dapat mengelola dan meminimalkan gejala yang mereka
alami dan meningkatkan kualitas hidup (Bandura, 1994).
Efikasi diri terbukti mempengaruhi keputusan individu untuk melakukan tindakan
perawatan diri seperti yang dianjurkan oleh tenaga medis. Dikemukakan bahwa efikasi diri
bertindak sebagai mediator antara perubahan dalam kualitas hidup. Pengukuran efikasi diri
dirancang untuk menguji keyakinan individu untuk melakukan kegiatan yang dipilih sebagai
usaha yang diinginkan (Rayyani et al, 2014). Pasien PGK dengan tingkat efikasi diri tinggi
dapat melakukan aktifitas fisik dan fungsi psikososial yang lebih tinggi pula dibandingkan
dengan yang mempunyai efikasi diri yang lebih rendah (Balaga, 2011). Efikasi diri akan
meningkat apabila pasien tersebut diberdayakan dengan cara memotivasi dan memberi
penjelasan mengenai penyakitnya serta bagaimana cara penanganan penyakitnya, sehingga
kualitas hidupnya pun juga akan meningkat (Moattari, 2012).
Efikasi diri dan kepuasan dalam pengobatan berpengaruh pada kualitas hidup pasien
PGK yang menjalani dialisis, maka dari itu intervensi untuk meningkatkan efikasi diri dan
kepuasan terhadap pengobatan harus dipertimbangkan terutama caring terhadap pasien
dengan PGK yang menjalani dialsis. (Jeong Yeon, 2013) Peningkatan efikasi diri
berhubungan dengan peningkatan kepatuhan terhadap pengobatan, prilaku promosi
kesehatan, dan menurunkan gejala fisik dan psikologis. Ketidakmampuan seseorang dalam
menyesuaikan diri dengan penyakitnya dapat mengakibatkan hasil yang negatif seperti
penurunan kualitas hidup. Efikasi diri memiliki peran dalam pemeliharaan perilaku
kesehatan,sehingga diyakini bahwa peningkatan efikasi diri pada perilaku kesehatan akan
mengakibatkan perbaikan kesehatan dan meningkatkan perilaku serta kualitas hidup. Maka
dari itu peran perawat sangat penting untuk memberikan pendidikan kesehatan serta sebagai
konselor untuk meningkatkan efikasi diri pasien PGK yang menjalani hemodialisis (Tsay &
Healstead, 2002).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
efikasi diri dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di
RSUD Tugurejo Semarang. Semakin baik efikasi diri maka kualitas hidup akan semakin
tinggi begitu pun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian Ika Setyo Rini (2011) di RS
Paru Batu dan RSU DR.Saiful Anwar Malang terdapat hubungan yang bermakna antara
efikasi diri dengan kualitas hidup pada pasien PPOK.

Kesimpulan
Efikasi diri pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD
Tugurejo Semarang berada pada kategori baik yaitu sebanyak 32 responden (50,8%).
Tingkat kualitas hidup pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di
RSUD Tugurejo Semarang berada pada kategori kualitas hidup tinggi sebanyak 34
responden (54%), terdapat hubungan antara efikasi diri dengan kualitas hidup pasien
penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUDTugurejo Semarang dengan nilai
p =0,000 (p< 0,005). Hasil penelitian ini diharapkan perawat untuk memberikan pendidikan
kesehatan bagi pasien dan keluarga pasien. Perawat harus memperkuat rasa percaya diri
pasien akan kemampuannya untuk melakukan perilaku hidup sehat. Tindakan keperawatan
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efikasi diri diantaranya adalah melakukan skrining
berkala, training efikasi diri dan membentuk support group supaya efikasi diri pasien dalam
melakukan perawatan kesehatan semakin baik. Perawat juga perlu meningkatkan kualitas
hidup pasien terutama pada domain psikologis yang merupakan domain dengan nilai
terendah, perawat diharapkan dapat menerapkan teknik untuk mengurangi kecemasan serta
memberikan pendidikan kesehatan supaya pasien dapat mengerti kondisinya dan selalu
memiliki pikiran yang positif. Sehingga dengan cara seperti ini diharapkan efikasi diri pasien
akan meningkat dan kualitas hidupnya pun dapat meningkat pula.

Ucapan Terimakasih
Terimakasih kepada seluruh pihak RSUD Tugurejo dan pasien PGK di RSUD Tugurejo
Semarang yang telah bersedia menjadi responden dan berpartisipasi dalam penelitian ini,
kepada dosen pembimbing dan dosen penguji yang selalu memberikan saran dan masukan
selama proses penelitian ini, serta orang tua dan semua pihak yang telah membantu
penelitian ini baik secara tenaga maupun moril.

Daftar Pustaka
Al-Arabi, S. (2006). Quality of Life : Subjective Descriptions of Challenges To Patients With
End Stage Renal Disease. Nephrol Nurs Journal, 33, 285-292.
Balaga, P.A. (2012). Self-Efficacy And Self Care Management Outcome of Chronic Renal
Failure Patients. International Peer Reviewed Journal, 2, 111-129.
Bandura, A. (1994). Self-Efficacy In V.S Ramachaudran. Encyclopedia Of Mental Health.
Baradero, M. (2009). Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC.
Corrigan, R.M. (2011). The Experience Of The Older Adult With End-Stage Renal Disease
On Hemodialysis. Thesis. Queens University. Canada.
Corwin, E.J. (2009). Patofisologi: Buku Saku. Jakarta: EGC.
Farida, A. (2010). Pengalaman Klien Hemodialisis Terhadap Kualitas Hidup dalam Konteks
Asuhan Keperawatan di RSUP Fatmawati Jakarta. Thesis. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Jeong Yeon, K., Bok young, K., Ki Soo, P., Ji Young, C., Jung Ju, S., Sun Hee, P., Young
Lim, K. (2013). Health Related Quality of Life With KDQOL-36 And Its Association With
Self Efficacy And Treatment Satisfaction In Korean Dialysis Patients. Qual Life Res, 22,
753-758.
Moattari, M., Ebrahimi, M., Sharifi, N., & Rouzbeh, J. (2012). The Effect of Empowerment on
The Self-Efficacy , Quality of Life And Clinical And Laboratory Indicators Of Patients
Treated With Hemodialysis : A Randomized Controlled Trial. Health and Quality of Life
Outcomes, 10(115), 1-10.
Pearces, E.C. (2009). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta : Gramedia.
Rayyani, M., Malekyan, L., Forouzi, M.A., & Razban. F. (2014). Self-Care Self-Efficacy
Among Patients Receiving Hemodialysis In South-East Of Iran. Asian Journal Nursing
Edu and Research, 4(2), 165-171.
Rini, I.S. (2011). Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru
Obstruktif Kronis Dalam Konteks Asuhan Keperawatan Di RS Paru Batu Dan RSU Dr.
Saiful Anwar Malang Jawa Timur. Thesis. Universitas Indonesia. Jakarta.
Skevington, S.M., Lotfy, M., & OConnell, K.A. (2004). The World Health Organizations
WHOQOL-BREF Quality Of Life Assessment : Psychometric Properties And Result Of
The International Field Trial A Report From The WHOQOL Group. Quality of Life
Research, 13, 299-310.
Smeltzer, S.C., & Brenda, G.B. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth (Ed.8). Jakarta: EGC.
Sulistyaningsih, D.R. (2012). Efektivitas Training Efikasi Diri Pada Pasien Penyakit Ginjal
Kronik Dalam Meningkatkan Kepatuhan Terhadap Intake Cairan. 1-15.
Supriyadi., Wagiyo., & Widowati, S.R. (2011). Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
Kronik Terapi Hemodialisis. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(2), 107-112.
Tallis, K. (2005). How To Improve The Quality Of Life In Patient Living With End Stage Renal
Failure. Renal Nursing Society of Australian Journal, 1 (1), 18-24.
Tsay, S.L., & Healstead, M. (2002). Self-Care Self-Efficacy, Depression, And Quality of Life
Among Patients Receiving Hemodialysis In Taiwan. International Journal of Nursing
Studies, 39(3), 245-51.

Вам также может понравиться