Вы находитесь на странице: 1из 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allh telah menciptakan manusia dalam bentuk yang


paling indah. Keindahan ini meliputi banyak sisi, baik dari sisi
postur tubuh, kelengkapan anggota badan, keelokan wajah
dan banyak hal lainnya. Sebagaimana dalam firmannya :
Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang paling indah [At-Tn [95]:4]

Ketika Allh Azza wa Jalla menciptakan makhluk lain


dengan wajah tertunduk ke bawah, Dia menciptakan manusia
dengan wajah yang menghadap ke depan. Ia menciptakan
manusia dengan beberapa kelebihan dibanding makhuk
lainnya yaitu, akal dan hati. Abu Bakar Ibnu Thahir
mengatakan, Manusia tampil menawan dengan akalnya. Ia
dapat menjalankan perintah, mampu membedakan yang baik
dan yang buruk. Tubuhnya tegap ke atas dan ia memungut
makanan dengan tangannya.

Ibnul Arabi mengatakan, Allh Azza wa Jalla tidak


menciptakan suatu makhluk pun yang lebih indah dari
manusia. Sebab Allh Azza wa Jalla menciptakannya sebagai
makhluk hidup yang berilmu, berkemampuan, berkeinginan,
berbicara, mendengar, melihat, mengatur, dan bijaksana; dan
ini adalah bagian dari sifat-sifat ilhiyah.

Walaupun demikian, banyak sekali manusia yang tidak


bersyukur atas apa yang diberikan oleh Tuhan nya. Ada
sejumlah lelaki yang merasa bahwa dirinya lebih layak menjadi
perempuan dan tidak puas sebagai laki-laki, demikian pula
sebaliknya. Gejala ketidakpuasan seseorang karena merasa
tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin
dengan kejiwaan dirinya; ataupun adanya ketidakpuasan
dengan alat kelamin yang dimilikinya, dinamakan
transexualisme. Perasaan ini terkadang hanya terpendam
dalam hati, namun ada pula yang kemudian mulai bertingkah
laku seperti lawan jenis, baik dalam hal berpakaian, berbicara,
maupun bergaul. Dan puncaknya ialah dengan berganti
kelamin secara total.

Problematika masyarakat modern yang berkaitan


dengan hal diatas pula, yaitu bedah plastik atau operasi
plastik. Pada mulanya operasi plastik hanya dilakukan jika ada
kepentingan medis, namun seiring dengan perkembangan
jaman, tindakan operasi plastik juga dilakukan untuk
kepentingan kosmetik.

B. Fokus Masalah

Dari beberapa fenomena diatas, penulis akan mengkaji


hukum operasi ganti kelamin dan operasi plastik dalam
persfektif Islam. Diawali dengan pengertian secara empirik lalu
dalil dalil yang bersumber pada Al Quran dan Hadits.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Operasi Ganti Kelamin


A. Pengertian Operasi Ganti Kelamin / Transeksual

Operasi ganti kelamin ialah pembedahan medis yang


bertujuan untuk merubah jenis kelamin laki-laki menjadi
perempuan, atau sebaliknya. Pengubahan jenis kelamin laki-
laki menjadi perempuan dilakukan dengan memotong penis
dan testis, kemudian membentuk
kelamin perempuan (vagina) dan membesarkan payudara.
Sedang pengubahan jenis kelamin perempuan menjadi laki-laki
dilakukan dengan memotong payudara, menutup saluran
kelamin perempuan, dan menanamkan organ genital laki-laki
(penis).

Adapun beberapa kondsi dalam masalah operasi kelamin :

1. Merubah laki-laki menjadi wanita-; yang dilakukan adalah


mengangkat zakar (penis) beserta kedua buah pelirnya.
Setelah itu, tim dokter akan membuat vagina dan
membesarkan payudara si pasien.
2. Merubah perempuan menjadi laki-laki-; yang dilakukan
adalah mengangkat payudara, mendisfungsikan saluran
reproduksi wanita, dan membikin zakar (penis).

Dalam dunia kedokteran modern sendiri, dikenal tiga


bentuk operasi kelamin yaitu:

1. Operasi penggantian jenis kelamin, yang dilakukan


terhadap orang yang sejak lahir memiliki kelamin
normal;
2. Operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin yang
dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki cacat
kelamin, seperti alat kelamin yang tidak berlubang atau
tidak sempurna;
3. Operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda,
yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki
dua organ/jenis kelamin.
B. Hukum Operasi Ganti Kelamin dalam Islam

Adapun hukum operasi kelamin dalam syariat Islam harus


diperinci persoalan dan latar belakangnya. Dalam dunia
kedokteran modern dikenal tiga bentuk operasi kelamin yaitu :

1. Operasi penggantian jenis kelamin, yang dilakukan terhadap


orang yang sejak lahir memiliki kelamin normal;

Manusia yang lahir dalam keadaan normal jenis kelaminnya


sebagai pria atau wanita karena mempunyai satu alat kelamin
berupa dzakar (penis) atau farj (vagina) yang normal, tidak
diperkenankan atau diharamkan oleh hukum Islam. Ketetapan
haram ini disesuaikan dengan keputusan fatwa Majelis Ulama
Indonesia dalam Musyawarah Nasional II Tahun 1980 tentang
operasi Perubahan/ Penyempurnaan Kelamin. Menurut fatwa
MUI ini sekalipun diubah jenis kelamin yang semula normal
kedudukan hukum jenis kelaminnya sama dengan jenis
kelamin semula sebelum menikah.

Para ulama fiqih mendasarkan ketetapan hukum tersebut


pada dalil-dalil yaitu sebagai berikut ;

1. Q.S Al Hujurat ayat 13






(13)




Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang pria dan wanita dan menjadikan kamu berbangsa
bangsa dan bersuku suku supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.

Ayat ini mengajarkan prinsip equality before god and Law,


artinya manusia dihadapan Tuhan dan hukum itu sama
kedudukannya. Dan yang menyebabkan tinggi/ rendahnya
kedudukan manusia itu bukanlah karena perbedaan jenis
kelamin, ras, bahasa dan kekayaan atau sebagainya,
melainkan ketaqwaannya.

Dalam Tafsir ath Thabari pun dijelaskan bahwa ayat ini


mengajarkan prinsip equality (keadilan) bagi segenap manusia
di hadapan Allah dan hukum yang masing masing telah
ditentukan jenis kelaminnya dan ketentuan Allah ini tidak
boleh diubah dan seseorang harus menjalani hidupnya sesuai
kodratnya.

2. Q.S An Nisa : 119







{119}

Dan saya (setan) benar benar akan menyesatkan mereka,


dan akan membangkitkan angan angan kosong pada mereka
(memotong telinga telinga hewan ternak), lalu mereka benar
benar memotonnya dan akan saya suruh mereka (mengubah
ciptaan Allah), maka sungguh mereka mengubahnya. Barang
siapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah,
maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.

Dalam kitab Tafsir seperti Tafsir at Thabari, As shawi, al


khazin (1/405), al baidhawi (II/117) Zubatul Tafsir (hlm. 123)
dan Al Qurthubi (III/ 1963) disebutkan beberapa perbuatan
manusia yang diharamkan karena termasuk mengubah
ciptaan Allah. contohnya seperti mengebiri manusia,
homoseksual, lesbian, menyambung rambut dengan sopak,
pangur dan sanggul, membuat tato, mengerok bulu alis dan
takhannus ( seorang pria berpakaian dan bertingkah laku
seperti wanita) layaknya waria dan sebaliknya.

3. Hadits Nabi saw.: Allah mengutuk para wanita tukang tato,


yang meminta ditato, yang menghilangkan bulu muka, yang
meminta dihilangkan bulu mukanya, dan para wanita yang
memotong (pangur) giginya ; yang semuanya itu dikerjakan
dengan maksud untuk kecantikan dan mengubah ciptaan
Allah.

Hadits ini bisa menunjukan bahwa seorang pria atau wanita


yang normal jenis kelaminnya dilarang oleh Islam untuk
mengubah jenis kelaminnya, karena mengubah ciptaan Allah
tanpa alasan yang hak yang dibenarkan oleh Islam.
Demikian pula seorang pria atau wanita yang lahir normal
jenis kelaminnya, tetapi karena lingkungannya menderita
kelainan semacam kecenderungan seksnya yang
mendorongnya lahiriah banci dengan berpakaian dan
beringkah laku yang berlawanan dengan jenis kelamin yang
sebenarnya. Maka dalam hal ini ia juga diharamkan oleh
agama mengubah jenis kelaminya, sekalipun ia menderita
kelainan seks. Sebab pada hakikatnya jenis/ organ kelaminnya
normal, tetapi psikisnya tidak normal. Upaya kesehatan
mentalnya ditempuh melalui pendekatan keagamaan dan
kejiwaan (religious and psychological therapy).

2. Operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin yang


dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki cacat
kelamin, seperti alat kelamin yang tidak berlubang atau
tidak sempurna;

Jika operasi kelamin yang dilakukan bersifat perbaikan


(tashih) atau penyempurnaan ( takmil) dan bukan
penggantian jenis kelamin, maka pada umumnya itu masih
bisa dilakukan atau dibolehkan. Jika kelamin seseorang tidak
memiliki lubang yang berfungsi untuk mengeluarkan air seni
dan/atau sperma, maka operasi untuk memperbaiki atau
menyempurnakannya dibolehkan bahkan dianjurkan sehingga
menjadi kelamin yang normal karena kelainan seperti ini
merupakan suatu penyakit yang harus diobati.

Para ulama seperti Hasanain Muhammad Makhluf ( Tokoh


ulama Mesir) dalam buku shakwatul bayan (1987:131)
memberikan argumentasi hal tersebut bahwa orang yang lahir
dengan alat kelamin tidak normal bisa mengalami kelainan
psikis dan sosial, sehingga dapat tersisih dan mengasingkan
diri dari kehidupan masyarakat normal serta kadang mencari
jalannya sendiri, seperti melacurkan diri menjadi waria atau
melakukan homoseksual dan lesbianisme. Semua perbuatan
ini dikutuk oleh Islam berdasarkan hadits Nabi saw.: Allah dan
rasulnya mengutuk kaum homoseksual (HR.al-Bukhari). Guna
menghindari hal ini, operasi perbaikan atau penyempurnaan
kelamin boleh dilakukan berdasarkan prinsip Mashalih
Mursalah. Dalam kaidah fiqih dinyatakan Adh-Dhararu Yuzal
(Bahaya harus dihilangkan) yang menurut Imam Asy-Syathibi
menghindari dan menghilangkan bahaya termasuk suatu
kemaslahatan yang dianjurkan syariat Islam. Hal ini sejalan
dengan hadits Nabi saw.: Berobatlah wahai hamba-hamba
Allah! Karena sesungguhnya Allah tidak mengadakan penyakit
kecuali mengadakan pula obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu
penyakit ketuaan. (HR. Ahmad)

3. Operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda,


yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki dua
organ/jenis kelamin ( penis dan vagina )

Apabila seseorang mempunyai alat kelamin ganda, yaitu


mempunyai penis dan vagina, maka untuk memperjelas dan
memfungsikan secara optimal dan definitif salah satu alat
kelaminnya, ia boleh melakukan operasi untuk mematikan
dan menghilangkan salah satu alat kelaminnya. Misalnya, jika
seseorang memiliki penis dan vagina, sedangkan pada bagian
dalam tubuh dan kelaminnya memiliki rahim dan ovarium yang
menjadi ciri khas dan spesifikasi utama jenis kelamin wanita,
maka ia boleh mengoperasi penisnya untuk memfungsikan
vaginanya dan dengan demikian mempertegas identitasnya
sebagai wanita. Hal ini dianjurkan syariat karena keberadaan
penis (dzakar) yang berbeda dengan keadaan bagian
dalamnya bisa mengganggu dan merugikan dirinya sendiri,
baik dari segi hukum agama karena hak dan kewajibannya
sulit ditentukan untuk dikategorikan perempuan atau laki
laki. Maupun dari segi kehidupan sosialnya.

Untuk menghilangkan madharat, dan mafsadat (kerusakan)


tersebut, menurut Makhluf dan Syalthut, syariat Islam
membolehkan dan bahkan menganjurkan untuk membuang
penis yang berlawanan dengan dalam alat kelaminnya. Oleh
sebab itu operasi kelamin yang dilakukan dalam hal ini harus
sejalan dengan bagian dalam alat kelaminnya. Apabila
seseorang memiliki penis dan vagina sedangkan pada bagian
dalamnya ada rahim dan ovarium, maka ia tidak boleh
menutup lubang vaginanya untuk memfungsikan penisnya.
Demikian pula sebaliknya, apabila seeorang memiliki penis
dan vagina, sedangkan pada bagian dalam kelaminnya sesuai
dengan fungsi penis, maka ia boleh mengoperasi dan menutup
lubang pada vaginanya sehingga penisnya berfungsi
sempurna. Dan identitasnya sebagai laki laki menjadi jelas. Ia
dilarang membuang penisnya agar memiliki vagina sebagai
wanita, sedangkan dibagian dalam kelaminnya tidak terdapat
rahim dan ovarium hal ini dilarang karena operasi kelamin
yang berbeda dengan kondisi dalam bagian kelaminnya berarti
melakukan pelanggaran syariat dengan mengubah ciptaan
Allah Swt. Dan ini bertentangan dengan firman Allah bahwa
tidak ada perubahan pada fitrah Allah (Ar Rum:30)

Dibolehkan operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin


sesuai dengan keadaan anatomi bagian dalam kelamin orang
yang mempunyai kelainan kelamin atau kelamin ganda, juga
merupakan keputusan Nahdlatul Ulama PW Jawa Timur pada
seminar Tinjauan Syariat Islam tentang Operasi Ganti
Kelamin pada tanggal 26-28 Desember 1989 di Pondok
Pesantren Nurul Jadid, Probolinggo Jawa Timur.

Peranan dokter dan para medis dalam operasi penggantian


kelamin ini dalam status hukumnya sesuai dengan kondisi alat
kelamin yang dioperasinya. Jika haram maka ia ikut berdosa
karena termasuk bertolong menolong dalam dosa dan bila di
operasi kelaminnya adalah sesuai syariat Islam dan bahkan
dianjurkan, maka ia mendapat pahala dan terpuji karena
termasuk anjuran bekerja sama dalam ketakwaan dan
kebajikan (al Maidah: 2)

Adapun konsekuensi operasi pergantian kelamin adalah


sebagai berikut

- Apabila penggantian kelamin dilakukan oleh seseorang


dengan tujuan tabdil dan taghyir (mengubah ngubah ciptaan
Allah) maka identitasnya sama dengan sebelum operasi dan
tidak berubah dari segi hukum. Menurut Mahmud Syalthut
dari segi waris seorang wanita yang melakukan operasi
penggantian kelamin menjadi pria tidak akan menerima
bagian warisan pria (dua kali bagian wanita) demikian pula
sebaliknya
- Sementara operasi kelamin yang dilakukan pada seorang
yang mengalami kelainan kelamin (misalnya berkelamin
ganda) dengan tujuan tashih atau takmil (perbaikan atau
penyempurnaan) dan sesuai dengan hukum, akan membuat
identitas dan status hukum orang tersebut menjadi jelas,
menurut Wahbah Az Zuhaili dalam al fiqh al Islami wa
adilatuhu bahwa jika selama ini penentuan hukum waris
bagi orang yang berkelamin ganda (khuntsa) didasarkan
atas indikasi atau kecenderungn sifat dan tingkah lakunya,
maka setelah perbaikan kelamin menjadi pria atau wanita,
hak waris dan status hukumnya menjadi lebih tegas. Dan
menurutnya, perbaikan dan penyempurnaan alat kelamin
bagi khuntsa musykil sangat dianjurkan demi kejelasan
status hukumnya.

2. Operasi Plastik
A. Pengertian Operasi Plastik

Operasi plastik atau dikenal dengan plastic Surgery dalam


bahasa arab Jirahah Tajmil, adalah bedah atau operasi yang
dilakukan untuk mempercantik atau memperbaiki satu bagian
didalam anggota badan. Baik yang nampak ataupun tidak,
dengan cara ditambah, dikurangi, atau dibuang dengan tujuan
memperbaiki fungsi dan estetika (seni) tubuh. (Al Mausuah at-
Thibbiyah al-Haditsah Li Majmuah minal at-Thibba, juz 3 :
454).

Menurut Dr. Syauqi Abduh As-Sahi, (1990:129), Sebagian


ulama hadits berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
Operasi plastik itu ada dua :

a. Untuk mengobati aib yang ada di badan, atau dikarenakan


kejadian yang menimpahnya. Seperti : kecelakaan,
kebakaran, atau yang lainnya. Maka operasi plastik ini
dimaksud untuk pengobatan.
b. Untuk mempercantik diri, dengan mencari bagian badan
yang dianggap mengganggu atau tidak nyaman untuk
dilihat orang. Istilah yang kedua ini adalah untuk kecantikan
dan keindahan.

B. Jenis Jenis Operasi Plastik


a. Operasi tanpa ada unsur kesengajaan ( Ghairu Ikhtiyariyah )

Maksudnya adalah operasi yang dilakukan untuk


pengobatan dari aib (cacat) yang ada dibadan, baik karena
cacat lahir (bawaan) maupun karena penyakit yang akhirnya
merubah sebagian anggota badan. Hal ini merupakan bukan
karena keinginan tetapi untuk pengobatan, walaupun hasilnya
nanti akan lebih indah dari sebelumnya.

b. Operasi yang dilakukan dengan sengaja ( Ikhtiyariyah )

Yaitu operasi yang tidak dikarenakan penyakit bawaan


(turunan) atau karena kecelakaan. Tetapi atas keinginan
sendiri untuk menambah keindahan dan mempercantik diri.
Operasi ini ada bermacam macam. Akan tetapi yang akan
dibahas dalam penyajian ini hanya garis besarnya saja. Yakni
terbagi menjadi dua, dan setiap bagian memiliki hukum
masing masing. Diantaranya yaitu :

1) Operasi anggota badan. Seperti menambah, mengurangi,


atau membuang sebagian anggota badan dengan tujuan
ingin terlihat cantik.
2) Operasi Mempermuda. Seperti orang yang sudah berumur
tua dengan menarik kerutan di wajah atau dibagian bagian
tubuh tertentu agar terlihat lebih muda.

C. Hukum operasi plastik menurut Islam

Hukum operasi plastik dalam Islam terbagi menjadi dua.


Mubah dan Haram. Kategori tersebut dapat dipisahkan
tergantung pada tujuan dari operasi tersebut.

1. Operasi plastik yang mubah


Operasi plastik yang mubah adalah yang bertujuan untuk
memperbaiki cacat sejak lahir (al-uyub al-khalqiyyah) seperti
bibir sumbing, atau cacat yang datang kemudian (al-uyub al-
thari`ah) akibat kecelakaan, kebakaran, atau semisalnya,
seperti wajah yang rusak akibat kebakaran/kecelakaan. (M. Al-
Mukhtar asy-Syinqithi, Ahkam Jirahah Al-Thibbiyyah, hal. 183;
Fahad bin Abdullah Al-Hazmi, Al-Wajiz fi Ahkam Jirahah Al-
Thibbiyyah, hal. 12; Hani` al-Jubair,Al-Dhawabith al-Syariyyah
li al-Amaliyyat al-Tajmiiliyyah, hal. 11; Walid bin Rasyid as-
Saidan,Al-Qawaid al-Syariyah fi al-Masa`il Al-Thibbiyyah, hal.
59).

Dalam ushul fikih, cacat atau akibat kecelakaan dapat


dikategorikan sebagai mudharat atau disebut kemudharatan.
Kemudharatan mengakibatkan ketidakbaikan yang akhirnya
membuat orang yang mengalami kemudaratan ini tidak
merasa nyaman beragama. Kemudaratan mesti dihilangkan
atau setidaknya menguranginya melalui operasi plastik.

Bolehnya menghilangkan kemudaratan berupa cacat sejak


lahir atau cacat akibat kecelakaan adalah berdasarkan kaidah
fikih yang berbunyi:

Artinya: Kemudaratan itu mesti dihilangkan,

Sehingga operasi plastik pun legal dilakukan dengan


ketentuan sesuai dengan tujuan yang disebutkan. Selain itu,
bolehnya melakukan operasi plastik adalah berdasarkan
keumuman (amm) dalil yang menganjurkan untuk berobat (at-
tadawiy). Nabi SAW bersabda:


Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, kecuali Allah
menurunkan pula obatnya. (HR Bukhari).

Dalam hadits yang lain Nabi SAW bersabda pula:

Wahai hamba-hamba Allah berobatlah kalian, karena


sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu penyakit, kecuali
menurunkan pula obatnya. (HR Tirmidzi).

Sunan Turmudzi Juz 4 hal. 383 yang artinya:

Riwayat dari Usamah Ibn Syuraik ra. Berkata, Ada beberapa


orang arab bertanya kepada Rasulullah SAW. : Wahai
Rasulullah, apakah kami harus mengobati (penyakit kami),
Rasulullah menjawab, Obatilah. Wahai hamba-hamba Allah
lekaslah berobat, karena sesungguhnya Allah tidak akan
menurunkan satu penyakit kecuali diturunkan pula obat
penawarnya kecuali satu yang tidak bisa diobati lagi, mereka
pun bertanya, apakah itu wahai Rasulullah?, Rasulullah pun
menjawab, Penyakit Tua. (H.R. At-Turmudzi).

Maksud dari hadits tersebut yaitu, bahwa setiap penyakit


itu pasti ada obatnya, maka di anjurkan kepada orang yang
sakit agar mengobati sakitnya.

Dalam ushul fikih disebutkan bahwa selama tidak ada


dalil yang mengkhususkan dalil umum, maka selama itu pula
dalil umum dapat diamalkan. Hadits di atas dipandang sebagai
hadis yang umum, dan dapat diamalkan atau dapat dijadikan
hujjah, karena tidak ditemukan adanya dalil yang
mengkhususkannya. (Bustanul Arifin, dan M. Atho Mudzar,
2002:18).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa operasi


plastik untuk memperbaiki cacat yang dibawa sejak lahir
seperti bibir sumbing, kaki pincang dan sebagainya atau
memperbaiki cacat akibat kecelakaan, maka hukumnya mubah
(boleh) sepanjang tidak ada ketentuan agama yang dilanggar.

Syaikh Dr. Yusuf Al - Qardawi berpendapat: Adapun


kalau ternyata orang tersebut mempunyai cacat yang mungkin
menjijikkan pandangan, maka tidak berdosa bagi orang itu
untuk berobat selagi dengan tujuan menghilangkan kecacatan
atau kesakitan yang dapat mengancam hidupnya. Karena Allah
tidak menjadikan agama untuk kita sebagai penuh kesukaran.
(Al Halal Wal Haram Fil Islam).

2. Operasi plastik yang haram

Adapun operasi plastik yang diharamkan adalah operasi


yang bertujuan untuk mempercantik diri, dengan mencari
bagian badan yang dianggap mengganggu atau tidak nyaman
untuk dilihat orang. Istilah yang kedua ini adalah untuk
kecantikan dan keindahan.

Ayat Al Quran yang berkaitan dengan hal diatas adalah


Q.S An Nisa [4] : 119






{119}

Dan saya (setan) benar benar akan menyesatkan mereka,


dan akan membangkitkan angan angan kosong pada mereka
(memotong telinga telinga hewan ternak), lalu mereka benar
benar memotonnya dan akan saya suruh mereka (mengubah
ciptaan Allah), maka sungguh mereka mengubahnya. Barang
siapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah,
maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.

Ayat ini datang sebagai kecaman (dzamm) atas


perbuatan syaitan yang selalu mengajak manusia untuk
melakukan berbagai perbuatan maksiat, di antaranya adalah
mengubah ciptaan Allah (taghyir khalqillah). Operasi plastik
untuk mempercantik diri termasuk dalam pengertian
mengubah ciptaan Allah, maka hukumnya haram. (M. Al-
Mukhtar asy-Syinqithi, Ahkam Jirahah Al-Thibbiyyah, hal. 194).

Dalam ayat lain pun secara implisit menjelaskan


mengenai dilarangnya mengubah ciptaan Allah. salah satunya
adalah Q.S Ar Rum ayat 30 :

30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama


Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.

Tafsir dari kalimat laa tabdiila likholqillah pada Tafsir Al


Mishbah menuliskan bahwa kaimat tersebut merupakan
larangan melakukan perubahan terhadap ciptaan Allah,
khususnya perubahan fisik manusia. Mereka memahami kata
laa pada ayat diatas dalam arti larangan.

Selain itu, terdapat hadis Nabi SAW yang melaknat


perempuan yang merenggangkan gigi untuk kecantikan (al-
mutafallijat lil husni). (HR Bukhari dan Muslim). Dalam hadis ini
terdapat illat keharamannya, yaitu karena untuk
mempercantik diri (lil husni). (M. Utsman Syabir,Ahkam Jirahah
At-Tajmil fi Al-Fiqh Al-Islami, hal. 37). Imam Nawawi
berkata,Dalam hadis ini ada isyarat bahwa yang haram
adalah yang dilakukan untuk mencari kecantikan. Adapun
kalau itu diperlukan untuk pengobatan atau karena cacat pada
gigi, maka tidak apa-apa. (Imam Nawawi,Syarah Muslim,
7/241). Maka dari itu, operasi plastik untuk mempercantik diri
hukumnya adalah haram.

Adapun sebab dilarangnya atau diharamkan operasi


plastik yang bertujuan untuk mempercantik diri adalah sebagai
berikut :

1. Mengandung unsur Tabaruj atau berlebih-lebihan,


sesungguhnya Allah membenci orang-orang yang berlebih-
lebihan sebagaimana telah dijelaskan dalam QS Al Araaf
ayat 31



2. Merupakan perbuatan yang mengingkari nikmat Allah,
sebagaimana firman Allah QS Al Baqarah ayat 152


Islam tidak memandang kecantikan hanya dari rupa dan fisik
semata namun kecantikan muslim/ah yang sejati bersumber
dari kebaikan hati dan akhlak yang mulia.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya :

Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk rupa dan


harta kalian, tapi ia melihat hati dan amal kalian. (HR Muslim,
Ibnu Majjah, dan Ahmad)

BAB III

KESIMPULAN

Operasi ganti kelamin ialah pembedahan medis yang


bertujuan untuk merubah jenis kelamin laki-laki menjadi
perempuan, atau sebaliknya. Pengubahan jenis kelamin laki-
laki menjadi perempuan dilakukan dengan memotong penis
dan testis, kemudian membentuk
kelamin perempuan (vagina) dan membesarkan payudara.
Sedang pengubahan jenis kelamin perempuan menjadi laki-laki
dilakukan dengan memotong payudara, menutup saluran
kelamin perempuan, dan menanamkan organ genital laki-laki
(penis).

Hukum operasi ganti kelamin dalam Islam tergantung pada


jenisnya

1. Operasi penggantian jenis kelamin, yang dilakukan terhadap


orang yang sejak lahir memiliki kelamin normal adalah
haram.
2. Operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin yang
dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki cacat
kelamin, seperti alat kelamin yang tidak berlubang atau
tidak sempurna adalah mubah atau boleh.
3. Operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda, yang
dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki dua
organ/jenis kelamin. Apabila seseorang mempunyai alat
kelamin ganda, yaitu mempunyai penis dan vagina, , maka
hukumnya boleh atau mubah melakukan operasi karena
untuk memperjelas dan memfungsikan secara optimal dan
definitif salah satu alat kelaminnya

Operasi plastik atau dikenal dengan plastic Surgery dalam


bahasa arab Jirahah Tajmil, adalah bedah atau operasi yang
dilakukan untuk mempercantik atau memperbaiki satu bagian
didalam anggota badan. Baik yang nampak ataupun tidak,
dengan cara ditambah, dikurangi, atau dibuang dengan tujuan
memperbaiki fungsi dan estetika (seni) tubuh. (Al Mausuah at-
Thibbiyah al-Haditsah Li Majmuah minal at-Thibba, juz 3 :
454).
Hukum operasi plastik terbagi menjadi dua, mubah dan
haram.

1. Operasi plastik yang mubah adalah operasi yang bertujuan


untuk mengobati aib yang ada di badan, atau dikarenakan
kejadian yang menimpahnya. Seperti : kecelakaan,
kebakaran, atau yang lainnya. Maka operasi plastik ini
dimaksud untuk pengobatan.
2. Opera plastik yang haram adalah operasi yang bertujuan
untuk mempercantik diri, dengan mencari bagian badan
yang dianggap mengganggu atau tidak nyaman untuk
dilihat orang. Istilah yang kedua ini adalah untuk kecantikan
dan keindahan.
DAFTAR PUSTAKA

(t.thn.).

(t.thn.).

Operasi Plastik Menurut Hukum Islam. (2013, September).


Dipetik Mei 2016, dari
http://coretanbinderhijau.blogspot.co.id

Operasi Plastik menurut Pandangan Islam. (2013, September


19). Diambil kembali dari
https://kitabsalafindonesia.wordpress.com/

Baswedan, S. b. (t.thn.). Hukum Operasi Ganti Kelamin dan


Konsekuensinya Menurut Islam. Dipetik Mei 13, 2016,
dari https://almanhaj.or.id/4262-l

Indonesia, M. U. (2011). Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975.


Jakarta: Erlangga.

Islam, A. (2014, Mei 23). Operasi Kelamin menurut pandangan


Islam. Dipetik Mei 2016, 13 , dari Pustaka Arief.

Islam, M. (Sutradara). (2016). Hukum Operasi Plastik menurut


Islam, Wanita Wajib Tau [Gambar Hidup].

Makalah Tinjauan Hukum Islam terhadap Operasi Plastik dan


Ganti Kelamin. (t.thn.).

Shihab, M. Q. (2006). Tafsir Al Misbah. Jakarta: 2006.


Utomo, S. B. (2003). Fiqih Aktual . Jakarta: Gema Insani Press.

Zuhdi, M. (1994). Masail Fiqhiyah. Jakarta: Haji Mas Agung.

Вам также может понравиться