Вы находитесь на странице: 1из 39

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan140

mmHg dan tekanan diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg

(NANDA,2012). Pada umumnya, tekanan darah yang dianggap optimal

adalah 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan

diastolik. Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dan terus-

menerus akan memicu terjadinya stroke. Bagi masyarakat golongan atas

hipertensi benar-benar menjadi momok yang menakutkan. Meningkatnya

jumlah penderita penyakit hipertensi di negara-negara berkembang mayoritas

karena mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar garam tinggi,

obesitas serta kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol (Sri Rahayu ,

2013). Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun

obat-obatan yang efektif banyak tersedia

Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menjadi

masalah utama dalam kesehatam masyarakat Indonesia maupun negara-

negara di dunia. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah

stroke dan tubberkulosis yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada

semua umur di Indonesia. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) tahun 2012 diperkirakan 1 miliar penduduk di dunia menderita

hipertensi. Dua pertiga jumlah itu tinggal di negara berkembang, termasuk

Indonesia. Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika

yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka


2

hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui

penyebabnya. Di Indonesia pada tahun 2012 banyaknya penderita hipertensi

diperkirakan 15 juta orang, yang telah diketahui hanya 4% merupakan

hipertensi terkontrol, 6-15% pada orang dewasa dan 50% tidak menyadari

sebagai penderita hipertensi. Sebagian besar penyebab hipertensi tidak

diketahui oleh karena itu hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut

sebagai sillent killer. Berbagai faktor terkait dengan genetik dan pola hidup,

seperti aktivitas fisik yang kurang, asupan makanan asin dan kaya lemak,

serta kebiasaan merokok, minuman beralkohol, stress, obesitas berperan

dalam hal ini. Secara umum penyebab hipertensi dapat dibedakan menjadi

1 dan hipertensi sekunder.


dua golongan yaitu hipertensi primer

Dampak dari penyakit hipertensi yaitu dapat menyebabkan jantung

seseorang bekerja ekstra keras, akhirrnya kondisi ini berakibat terjadinya

kerusakan pada pembuluh darah 1jantung, ginjal dan otak. (Wahdah, 2011).

Pencegahan pada pasien hipertensi antara lain menghindari makanan yang

mengandung garam, kurangi minuman-minuman yang beralkohol untuk pria

yang menderita hipertensi, olahraga secara teratur, makan sayur dan buah

yang berserat tinggi seperti sayuran hijau, pisang, tomat, wortel, melon, dan

jeruk, serta berhenti merokok juga berperan besar untuk mengurangi

hipertensi. Peran perawat sangat penting dalam pemulihan pasien yang

menderita hipertensi maupun orang yang mempunyai resiko menderita

hipertensi. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka kelompok

tertarik membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi

di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin.


.
3

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien

dengan Hipertensi di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Suaka Insan

Banjarmasin.

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan Hipertensi di Unit Gawat

Darurat Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin.


b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan Hipertensi di

Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin.


c. Melakukan intervensi keperawatan pada klien dengan Hipertensi di

Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin


d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan Hipertensi di

Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin.


e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien dengan

Hipertensi di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Suaka Insan

Banjarmasin.
f. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan

Hipertensi di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Suaka Insan

Banjarmasin.
g. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan

yang penulis dapatkan

C. Manfaat
a. Bagi Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin
Hasil penulisan ini dapat digunakan dalam suatu kebijakan untuk

meningkatkan pelayanan dalam perawatan klien dengan hipertensi.


b. Bagi Perawat dan Mahasiswa
Hasil dari asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk menambah

pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan

klien dengan hipertensi.


c. Bagi Intitusi Pendidikan
4

Hasil asuhan keperawatan ini, diaharapakan dapat menambah masukan

dan pembelajaran bagi intitusi pendidikan yang akan melakukan dinas di

Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. KONSEP HIPERTENSI
A. Anatomi
1 Jantung
5

Jantung berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak

didalam dada, batas kanannya terdapat pada sternum kanan dan

apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada linea

midclavicular. Hubungan jantung adalah:


a. Atas : pembuluh darah besar
b. Bawah : diafragma
c. Setiap sisi : paru
d. Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
2 Arteri
Arteri adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada

jaringan dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang
5
licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-

cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan

elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih

kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang


6

disampaikan pada suatu organ). Arteri merupakan struktur

berdinding tebal yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan.

Aorta diameternya sekitar 25 mm (1 inci) memiliki banyak sekali

cabang yang pada gilirannya terbagi lagi menjadi pembuluh yang

lebih kecil yaitu arteri dan arteriol, yang berukuran 4 mm (0,16 inci)

saat mereka mencapai jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang

lebih kecil kira-kira 30 m.


Fungsi arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri

jantung ke jaringan. Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan

tebal tetapi sifatnya elastic yang terdiri dari 3 lapisan yaitu :


a. Tunika intima
Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan darah

dan terdiri dari jaringan endotel.


b. Tunika Media
Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya

elastic dan termasuk otot polos.


c. Tunika Eksterna/adventisia
Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari jaringan ikat gembur

yang berguna menguatkan dinding arteri (Syaifuddin, 2006)


3 Arteriol

Arteriol adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang

relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi

menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi

bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila

terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.


4 Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang

berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan

pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.


7

Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya

terdiri dari suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm.

Fungsinya mengambil hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah

yang terdapat di ginjal, menyerap zat makanan yang terdapat di usus,

alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.


5 Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin.

Sinusoid tiga sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan

sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat

adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-sel

dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan. Saluran Limfe

mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe

ke dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk

membersihkan jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang

terdapat di dalam berbagai organ, terutama dalam vili usus.


6. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena

dibentuk oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang

tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain. (Gibson, John.

Edisi 2 tahun 2002, hal 110). Vena merupakan pembuluh darah yang

membawa darah dari bagian atau alat-alat tubuh masuk ke dalam

jantung. Vena yang ukurannya besar seperti vena kava dan vena

pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil

disebut venolus yang selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena

membawa darah kotor kecuali vena pulmonalis, mempunyai


8

dinding tipis, mempunyai katup-katup sepanjang jalan yang

mengarah ke jantung.

B. Definisi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama

dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95

mmHg (Kodim Nasrin, 2013). Hipertensi adalah tekanan darah sistolik

lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari

atau sama dengan 90 mmHg (NANDA, 2012). Hipertensi adalah tekanan

darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg, atau

bila pasien memakai obat antihipertensi. Hipertensi didefinisikan oleh

Joint National Committee on Detection (JIVC) sebagai tekanan yang

lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat

keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal

tinggi sampai hipertensi maligna.

C. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh

dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan

pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.


2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang

mencari pertolongan medis.


Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
9

1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.


2. Sakit kepala
3. Pusing / migraine
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Lemah dan lelah
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas

D. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO
1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan

140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.


2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149

mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.


3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau

sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan

95 mmHg.

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya

tekanan darah. Dibagi menjadi dua:

1. Hipertensi Emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera

dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ

target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD

mendadak yang disertai kerusakan organ target yang progresif dan di

perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu

menit/jam.
2. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna

tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target

progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan


10

organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam

beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu

24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih

lambat (dalam hitungan jam sampai hari).

E. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik

(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiak output

atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya hipertensi:


1. Genetik
Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport

Na.
2. Obesitas
Terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan

tekanan darah meningkat.

3. Stress lingkungan.
4. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua

serta pelebaran pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

1. Hipertensi Esensial (Primer)


Penyebab tidak diketahui atau disebut juga hipertensi idiopatik.

Terdapat sekitar 95% kasus, banyak faktor yang mempengaruhi

seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik.

Dalam defekekstesi Na peningkatan Na dan Ca intraselular dan

faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol,

merokok serta polisitemia. Hal yang mempengaruhi timbulnya

hipertensi adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
11

b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )


c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah:

1) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )


2) Kegemukan atau makan berlebihan
3) Stress
4) Merokok
5) Minum alkohol
6) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
2. Hipertensi Sekunder atau hipertensi renal
Terdapat sekitar 5% kasus, penyebab spesifiknya diketahui seperti :
a. Ginjal (Glomerulonefritis, pielonefritis, nekrosis tubular akut)
b. Tumor
c. Vascular (Aterosklerosis, hiperplasia, trombosis, aneurisma,

emboli kolestrol, vaskulitis)


d. Kelainan endokrin (DM, hipertiroidisme, hipotiroidisme)
e. Saraf (Stroke, ensepalitis)
f. Obat obatan (Kontrasepsi oral, kortikosteroid)
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan perubahan pada :


1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.


4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer

untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

Penyebab hipertensi lainnya adalah feokromositoma, yaitu tumor pada

kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau

nor epinefrin (noradrenalin)


12

F. Epidemiologi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang

menjadi masalah utama dalam kesehatam masyarakat Indonesia maupun

negara-negara di dunia. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor

tiga setelah stroke dan tubberkulosis yakni mencapai 6,7% dari populasi

kematian pada semua umur di Indonesia. Berdasarkan data Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2012 diperkirakan 1 miliar penduduk di

dunia menderita hipertensi. Dua pertiga jumlah itu tinggal di negara

berkembang, termasuk Indonesia.


Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika

yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka

hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak

diketahui penyebabnya. Di Indonesia pada tahun 2012 banyaknya

penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang, yang telah diketahui

hanya 4% merupakan hipertensi terkontrol, 6-15% pada orang dewasa

dan 50% tidak menyadari sebagai penderita hipertensi.

G. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke


13

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat

sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi.


Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan

rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon

ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.


Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan

structural dan fungsional pada system pembuluh perifer

bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia

lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas

jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,

yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang


14

pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang

kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh

jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung

dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).


Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi

palsu disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi

oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 2011). Menurunnya tonus

vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis. Dari

sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan

pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang

berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada

angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada

pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah. Selain itu juga

dapat meningkatkan hormon aldosteron yang menyebabkan retensi

natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah.

Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan

pada organ-organ seperti jantung (Smeltzer, 2011).

Pathways

umur Jenis Gaya Hidup Obesitas

Elastisitas
arteriosklerosi

Hipertensi

Suplai
GagguanO2
otak
perpusi Respon Afterload Resti
Nyeri kepala otak edema
sinkop Retensi
ginjal sistemik Pem.darah
vasokontrik koroner retina
diplopi
injuri
Penyumbatan
menurun
jaringan vasokontrik
pembuluh
RAA meningkat fatique
15

Kerusakan vaskuler pembuluh

Perubahan

Gangguan

Vasokontri
Spasme
Resistensi ksi arteriole
pembuluh pembuluh
darah otak darah
meningkat ginjal
Iskemik
miokard

Gangguan Blood flow


tidur menurun Nyeri
akut

Penurunan
curah jntng

Rangsang aldosteron
Intoleransi
aktifitas

(Smeltzer, 2011).

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan cara yaitu :
1 Pemeriksaan Laboratorium (Darah) :
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji

hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan


16

dapat mengindikasikan faktor resiko seperti: hipokoagulabilitas,

anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang

perfusi / fungsi ginjal.


c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus

hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar

ketokolamin (meningkatkan hipertensi).


d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya

aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi

diuretik.
e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat

menyebabkan hipertensi.
f. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak

ateromatosa ( efek kardiovaskuler )


g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan

vasokonstriksi dan hipertensi


h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme

primer (penyebab).
2. Pemeriksaan Urine
1. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi

ginjal dan ada DM.


2. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko

hipertensi.
3. Steroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan

hiperadrenalisme .
4. EKG
Melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri

ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan,

dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini

penyakit jantung hipertensi.


17

5. Foto dada
Apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan

terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,

pembesaran jantung (Smeltzer, 2011)


6. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil

pemeriksaan yang pertama ) :


a. IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti

penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.


b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu

ginjal, perbaikan ginjal.


d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal

tab, CAT scan.


e. USG untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi

klinis pasien.

I. Komplikasi
Efek pada organ :
1. Otak
a. Pemekaran pembuluh darah
b. Perdarahan
c. Kematian sel otak : stroke
2. Ginjal
a. Malam banyak kencing
b. Kerusakan sel ginjal
c. Gagal ginjal
3. Jantung
a. Membesar
b. Sesak nafas (dyspnoe)
c. Cepat lelah
d. Gagal jantung

J. Penatalaksanaan
18

1. Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan adalah menurunkan resistensi vaskular

sistemik. Pada kegawatan hipertensi tekanan darah arteri rata-rata

diturunjjkan secara cepat sekitar 25% dibandingkan dengan tekanan

darah sebelumnya, dalam beberapa menit atau jam. Penurunan

tekanan darah selanjutnya dilakukan secara lebih perlahan.

Sebaiknya penurunan tekanan darah secara cepat tersebut di capai

dalam 1-4 jam, dilanjutkan dengan penurunan tekanan darah dalam

24 jam berikutnya secara lebih perlahan sehingga tercapai tekanan

darah diastolik sekitar 100 mmHg. Seprti sudah disebutkan di atas,

pada kegawatan hipertensi diberikan obat antihipertensi parenteral

yang memerlukan titrasi secara hati-hati, sesuai dengan respon

klinik.
Setelah penurunan tekanan darah secara cepat tercapai dengan

pemberian obat antihipertensi parenteral, dimulai pemberian obat

antihipertensi oral. Jika tekanan darah makin menurun dengan

penambhan obat antihipertensi oral tersebut, dilakukan titrasi

penurunan dosis obat antihipertensi perenteral sampai dihentikan.

Pengukuran tekanan darah yang berkesinambungan dapat dilakukan

dengan menggunakan alat monitor tekanan darah osilometrik

otomatik. Sebaiknya tekanan darah tidak diturunkan sampai normal

atau hipotensi, kecuali pada diseksi aorta, karena akan

mengakibatkan terjadinya hipoperfusi organ target. Penurunan

tekanan darah sampai normal dapat dilaksanakan pada saat pasien


19

berobat jalan. Obat parenteral yang digunakan untuk terapi krisis

hipertensi adalah :
a. Natrium nitropusida
b. Nikardipin hidroklorida
c. Nitrogliserin
d. Enaraplirat
e. Hidralazin Hidroklorida
f. Diazoksid
g. Labatalol Hidroklorida
h. Fentolamin ( Mansjoer:522 )
Obat pilihan pada kedaruratan hipertensi adalah yang memiliki efek

samping segera. Nitroprusid dan labetalol hidroklorida intravena

memiliki efek vasodilatasi segera dengan waktu kerja yang pendek,

sehingga banyak digunakan pada awal klinis. Efek pada kebanyakan

obat antihipertensi diperkuat oleh deuretik. Pemantauan tekanan

darah yang sangat ketat dan status kardiovaskuler pasien penting

dilakukan selama penanganan dengan obat ini. Penurunan tekanan

darah secara mendadak dapat terjadi dan memerlukan tindakan

segera untuk mengembalikan tekanan darah ke batas normal.


(Brunner & Suddarth:908 ).
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Bila diagnosa krisis hipertensi telah ditegakkan maka TD perlu

secara diturunkan. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah rawat

di ICU, pasang femoral intra arterial, line dan pulmonair dan status

intravaskuler . Anamnese singkat dan pmeriksaan fisik. Tentukan

penyebab krisi hipertensi, singkirkan penyakit lain yang menyerupai

krisi hipertensi, tentukan adanya kerusakan organ sasaran. Tentukan

TD yang diinginkan didasari dari lama tingginya TD sebelumnya,

cepatnya kenaikan dan keparahan hipertensi, masalah klinis yang

menyertai dan usia pasien. Penurunan TD diastolik tidak kurang dari


20

100 mmHg, TD sistolik tidak kurang dari 160 mmHg, ataupun MAP

tidak kurang dari 120 mmHg selama 48 jam pertama, kecuali pada

krisis hipertensi tertentu (misal : disecting aortic aneurysm).

Penurunan TD tidak lebih dari 25% dari MAP ataupun TD yang

didapat.
Penurunan TD secara akut ke TD normal / subnormal pada awal

pengobatan dapat menyebabkan berkurangnya perfusike ke otak,

jantung dan ginjal dan hal ini harus dihindari pada beberapa hari

permulaan, kecuali pada keadaan tertentu, misal : dissecting

anneurysma aorta. TD secara bertahap diusahakan mencapai normal

dalam satu atau dua minggu.


3. Diet sehat penderita krisis hipertensi
Pengaturan menu bagi penderita hipertensi selama ini dilakukan

dengan empat cara, yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol

dan lemak terbatas, diet rendah serta dan diet rendah energi (bagi

yang kegemukan). Cara diet tersebut bertambah satu dengan

hadirnya DASH (Dietary Approach to Stop Hipertension) yang

merupakan strategi pengaturan menu yang lengkap. Prinsip utama

dari diet DASH adalah menyajikan menu makanan dengan gizi

seimbang terdiri atas buah-buahan, sayuran, produk-produk susu

tanpa atau sedikit lemak, ikan, daging unggas, biji-bijian, dan

kacang-kacangan. Porsi makanan tergantung pada jumlah kalori

yang dianjurkan untuk dikonsumsi setiap harinya. Jumlah kalori

tergantung pada usia dan aktifitas. Menu yang dianjurkan dalam diet

DASH untuk yang berat badannya normal mengandung 2.000 kalori

yang dibagi dalam tiga kali waktu makan (pagi, siang, malam).
21

BAHAN
PORSI SEHARI UKURAN PORSI
MAKANAN
Karbohidrat 3 5 piring Kecil
Lauk hewani 1 2 potong Sedang
Lauk nabati 2 3 potong Sedang
Sayuran 4 5 mangkuk
Buah buahan 4 5 buah/potong Sedang
Susu / yoghurt 2 3 gelas

Diet tinggi buah-buahan, sayuran, dan produk susu tanpa lemak atau

rendah lemak secara bersama-sama dan total dapat menurunkan

tekanan sistolik rata-rata 6 11 mmHg. Buah yang paling sering

dianjurkan dikonsumsi untuk mengatasi hipertensi adalah pisang.

Sementara dari golongan sayuran adalah sayuran hijau, seledri, dan

bawang putih. Sedangkan makanan yang dilarang dikonsumsi lagi

oleh penderita hipertensi adalah daging kambing dan durian.


22

K. Cara Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata,

adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachikardi,

obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:


a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga

agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dan

sebagainya.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah

garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui

menderita hipertensi berupa:


a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat

maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan

primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol

secara normal dan stabil mungkin.


c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus

dikontrol.
d. Batasi aktivitas. (Smeltzer, 2011)

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan

komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat,

dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang

harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan

adalah sebagai berikut :


23

1. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran

tekanan darahnya
2. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai

tekanan darahnya
3. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh,

namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan

mortilitas
4. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan

tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan

darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensi

meter. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan

lebih dahulu. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam

cara hidup penderita Ikut sertakan keluarga penderita dalam proses

terapi.
5. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau

keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah


6. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal

1 x sehari atau 2 x sehari.


7. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek

samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi.


8. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau

mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan

efektifitas maksimal
9. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
10. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih

sering
11. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang

ditentukan.
24

12. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat

diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman

dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

II. KONSEP KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien, meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat,

Pendidikan, Agama, Bangsa.


b. Penanggung Jawab : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat,

Pendidikan, Agama, Bangsa dan hubungan dengan pasien.


2. Pengkajian Primer
a. Airway

Kaji :
1) Bersihan jalan nafas
2) Adanya/ tidaknya jalan nafas
3) Distres pernafasan
4) Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema

laring
b. Breathing

Kaji :
1) Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
2) Suara nafas melalui hidung atau mulut
3) Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
c. Circulation

Kaji :
1) Denyut nadi karotis
2) Tekanan darah
3) Warna kulit, kelembapan kulit
4) Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
d. Disability

Kaji :
1) Tingkat kesadaran
2) Gerakan ekstremitas
3) GCS ( Glasgow Coma Scale )
4) Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
e. Eksposure

Kaji :
25

Tanda-tanda trauma yang ada. ( Muslicha : 45-46 )

3. Dasar Data Pengkajian


a. Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton,

lelah
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea
b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung

koroner, penyakit serebrovaskuler


Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural (mungkin berhubungan

dengan regimen otak), takhikardi, perubahan warna kulit, suhu

dingin, nada denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis..


c. Integritas Ego
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,

euphoria, Factor stress multipel

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue

perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan

menghela, peningkatan pola bicara.


d. Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu


e. Makanan/Cairan

Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan

tinggi garam, lemak dan kolesterol


Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria
f. Neurosensori

Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit

kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis,

episode kebas dan kelemahan pada salah satu tubuh.


26

Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman,

perubahan retina optik, pola isi bicara.


g. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala

oksipital berat, nyeri abdomen


h. Pernapasan

Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea,

ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa

sputum, riwayat merokok

Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan,

bunyi napas tambahan, sianosis


i. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan


Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postural
j. Pembelajaran/Penyuluhan

Gejala : faktor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis,

penyakit jantung, DM , penyakit ginjal Faktor resiko etnik,

penggunaan pil KB atau hormone. (Dongoes Marilynn E, 2000)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan O2 otak menurun
2. Perubahan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
3. Penurunan COP berhubungan dengan penurunan O2 miokrdium
4. Resiko injury berhubungan dengan diplopia
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan anggota

gerak
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
7. Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular

serebral.

C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan O2 otak menurun
Tujuan : gangguan perfusi jaringan dapat diatasi
Kriteria hasil :
27

a. Fungsi sensori dan motorik membaik


b. Mampu mempertahankan tingkat
Intervensi :
a. Pantau TTV tiap jam dan catat hasilnya
R/ Peningkatan tekanan darah sistemik yang diikuti dengan

penurunan tekanan darah diastolik merupakan tanda

peningkatan TIK. Napas tidak teratur menunjukkan adanya

peningkatan TIK.

b. Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana


R/ Mampu mengetahui tingkat respon motorik pasien.
c. Pantau status neurologis secara teratur
R/ Mencegah/menurunkan atelectasis
d. Dorong latihan kaki aktif/ pasif
R/ Menurunkan statis vena
e. Pantau pemasukan dan pengeluaran haluaran urin

R/ Penurunan atau pemasukan mual terus menerus dapat

menyebabkan penurunan volume sirkulasi

f. Beri obat sesuai indikasi, misal : Caumadin


R/ Menurunkan resiko trombofeblitis
2. Perubahan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola napas

Kriteria hasil : Memperhatikan pola napas normal/efektif, bebas

sianosis dengan GDA dalam batas normal pasien

Intervensi :
a. Auskultasi suara napas, perhatikan daerah hipoventilasi dan

adanya suara suara tambahan yang tidak normal.


R/ Untuk mengidentifikasi adanya masalah paru
b. Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernapasan, catat

ketidakteraturan pernapasan
R/ Perubahan dapat menunjukan komplikasi

pulmonal/menandakan lokasi/luasnya keterlibatan otak.


c. Berikan oksigen sesuai indikasi
R/ Mencegah hipoksia, jika pusat pernapasan tertekan.
28

d. Anjurkan pasien untuk latihan napas dalam yang efektif jika

pasien sadar
R/ Mencegah/menurunkan atelectasis
e. Kaji TTV tiap hari
R/ Mengetahui perubahan status kesehatan
3. Penurunan COP berhubungan dengan penurunan O2 miokrdium
Tujuan : Menurunkan beban kerja jantung
Kriteria hasil :
a. Berpartisipasi dalam menurunkan TD
b. Mempertahankan TD dalam rentan yang dapat diterima
Intervensi :
a. Pantau TTV tiap jam dan catat hasilnya
R/ Peningkatan tekanan darah sistemik yang diikuti dengan

penurunan tekanan darah diastolik merupakan tanda

peningkatan TIK. Napas tidak teratur menunjukkan adanya

peningkatan TIK
b. Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
R/ Mampu mengetahui tingkat respon motorik pasien.
c. Catat keberadaan denyutan sentral dan perifer
R/ Denyutan karotis, jugularis, radialis, femoralis mungkin

menurun mencerminkan efek vasokontriksi.


d. Auskultasi bunyi jantung
R/ S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat
e. Amati warna kulit, kelembapan suhu dan masa pengisian kapiler
R/ Adanya pucat, dingin, kulit lembap dan masa pengisian

kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau

mencerminkan dekompensasi atau penurunan COP


f. Berikan obat-obat sesuai indikasi, misal : deuretik tiyazid
R/ Tiyazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan

obat lain untuk menurunkan tekanan darah.


4. Resiko injury berhubungan dengan diplopia
Tujuan : Resiko injuri berkurang
Kriteria hasil : Pasien merasa tenang dan tidak takut jatuh
Intervensi :
a. Atur posisi pasien agar aman.
R/ Menurunkan resiko injuri
b. Pertahankan tirah baring secara ketat
R/ Pasien mungkin merasa tidak dapat beristirahat atau perlu

untuk bergerak
29

c. Atur kepala taruh diatas daerah yang empuk ( lunak )


R/ Menurunkan resiko trauma secara fisik
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan anggota

gerak
Tujuan : Mempertahankan posisi fungsi optimal
Kriteria hasil : Dapat melakukan aktifitas mandiri
Intervensi :
a. Kaji derajat mobilitas pasien dengan menggunakan skala

ketergantungan
R/ Pasien mampu mandiri ataukah masih membutuhkan orang

lain untuk aktivitas


b. Pertahankan kesejajaran tubuh
R/ Untuk membantu mencegah footdrop
c. Bantu pasien dengan program latihan menggunakan alat

mobilisasi
R/ Proses penyembuhan yang lambat sering menvertai trauma
d. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional
R/ Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
Kriteria hasil : Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas

yang dapat diukur


Intervensi :
a. Kaji respon pasien terhadap aktifitas, parhatikan frekuensi nadi,

dispnea atau nyeri dada, keletihan dan kelemahan yang

berlebihan, diaforesis, pusing atau pingsan


R/ Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons

fisiologi terhadap stres aktifitas dan bila ada merupakan

indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat

aktifitas

b. Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi


R/ Tehnik menghemat energi mengurangi penggunaan energi

juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan

oksigen
30

c. Berikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri

bertahap jika dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai

kebutuhan.
R/ Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan kerja

jantung tiba tiba. Memberikan bentuan hanya sebatas kebutuhan

akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktifitas.

(Doengoes, Marlynn E. 2002. )


7. Nyeri (akut) sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskular serebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang

terletak pada regium suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan

hilang secara spontan setelah bebrapa waktu.


a. Mempertahankan tirah baring selama fase akut
b. Berikan kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher,

tenang, redupkan lampu kamar


c. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
d. Kolaborasi dalam pemberian analgetik dan antiancietas.

BAB III

PENGKAJIAN

A. FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Identitas Klien
Nama Ny Hj. Z Jenis kelamin Perempuan
Usia 73 th Agama Islam
Alamat Banjarmasin Tanggal masuk 15/09/2016, jam 9.10 am
Diagnosa Medis Hipertensi
No. MR
Keluhan Utama:
Sakit pada tengkuk dan kepala
31

Pengkajian primer
Airway Jalan nafas tidak ada sumbatan
Bernafas melalui hidung
Tidak ada sekret
Reflek batuk (+) baik
Breathing Ekspansi dada (+)
RR : 23/mnt
Nafas teratur tidak ada kesulitan bernafas
Tidak ada bunyi nafas tambahan
Circulation Sianosis : bibir (-), pangkal lidah(-), kuku (-)
CRT < 2 Temp: 37,7 C
SpO2 : 97C TD : 200/100 mmHg
Pols : 80 x/mnt, J 10Am TD: 160/70 mmHg
Disability Compos mentis
Bicara baik, jawaban sesuai pertanyaan
Stimulus nyeri bisa dirasakan
Mendengar dengan jelas dan mengenali petugas kesehatan
Exposure Tidak tampak adanya bekas trauma / cidera

Pengkajian Sekunder
Riwayat kesehatan sekarang : Sejak 2 hari yang lalu bagian tengkuk dan kepala terasa sakit

Pengkajian Nyeri : P,Q,R,S,T : P:tekanan darah tinggi; Q:berdenyut denyut; R: tengkuk dan
kepala; S:6; T: ketika tensi tinggi

Riwayat kesehatan Lalu: OS mengatakan 10 th yang lalu sakit tekanan darah tinggi, 2015
opname di RSSI selama 1 minggu

Riwayat Kesehatan Keluarga : OS tidak ingat apakah kedua/salah satu orang tuanya dulu ada
yang sakit hipertensi atau penyakit yang lainnya.
Pengkajian Head to toe

BAGIAN HASIL ANALISA


KEPALA - rambut beruban,bersih - nyeri kepala
- gerakan bebas saat ini terasa
sakit berdenyut
37

LEHER - gerakan bebas - Nyeri tengkuk


- tengkuk terasa nyaman
32

ketika dipijat

THORAX - Ekspansi ada (+) - Normal


- Bentuk simetris
- Tidak menggunakan otot-
otot bantu nafas

ABDOMEN - Simetris - Normal


- Peristaltik (+) 5 x/mnt

PUNGGUNG - Punggung agak hiposis - Hiposis perubahan pada


- Lordosis (-) bentuk tulang belakang
- Nyeri tekan (-) karena lansia

PINGGANG Nyeri tekan(-) - Normal

PINGGUL - simetris - Normal

EXTREMITAS - Simetris - Normal


- Gerakan bebas
- Kuat berjalan
- Odem (-)

INTEGUMEN - Kulit putih - Normal


- Bercak-bercak hitam/hiper
pigmentasi pada ekatrimitas
atas dan bawah

Pemeriksaan Penunjang dan terapi medis

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL ANALISA


Radiologi -
Tidak dilakukan

Laboratorium Darah - Tidak dilakukan

ECG Sinus Rithem Normal ECG Normal

Pemeriksaan lain Tidak dilakukan


33

TERAPI MEDIS
NAMA OBAT INDIKASI KONTRA EFEK SAMPING NURSING
INDIKASI CONSIDERATION
S
ISDN tab 3 Mg Profilaksis - Hipersensitiv - pusing, wajah dan 1. obs. Vital sign
(SL) dan terhadap leher terasa panas 2. kaji riwayat
Isosorbid pengobatan nitrat,hipotensi dan memerah hipersensitive
dinitrat 5 angina,gagal - hipovolemia - sakit kepala rasa 3. kaji kontra
Mg,10MG jantung kiri - kardiopati seperti melayang indikasi
obstruktif - alergi 4. kaji kebenaran
hiperterofik berat( ruam, gatal2, dosis
- stenosis aorta sakit bernafas, 5. cek ulang vital
- tamponade sesak dada, sign
jantung bengkak mulut, 6. dokumentasikan
- pericarditis wajah bibir/lidah,
konstriktif pingsanm
- stenosis mitral tachicardia/bradica
- anemia berat rdia nyeri dada,
- trauma kepala muntah
- Pendarahan - Hati2 gagal ginjal
otak berat, liver berat,
- gloukoma hipotiroidisae,
sudut sempit malnutrisi,
hipotermia
Tensicap 25 mg -hipertensi - Hipersensitive - ruam, proritus, 1. kaji vital sign
(captopril) 2x1 -gagal - gangguan proteinuria, 2. kaji riwayat
jantung ginjal, hamil, neutropenia, hipersensitive
- lactasi, anak anemia, 3. Kaji
hiponatremia thrombositopenia kontraindikasi
- 4. Pastikan
hipovolemia kebenaran dosis
5. Cek ulang vital
sign
6. dokumentasikan

Norvasc -hipertensi - Hipersensitive - Menghambat ion 1. Kaji vital sign


10 mg 2x1 (x) - iskemia kalsium ke dalam 2. Kaji riwayat
(Amlodipine miokard otot jantung dan hipersensitive
besylate) - Angina otot polos 3. Kaji
kronik pembuluh darah kontraindikasi
- Angina - Mengakibatkan 4. pastikan benar
vasospastik relaksasi otot polos obat
34

menurunkan 5. Kaji efek samping


tekanan darah 6. Kaji Ulang vital
- melebarkan sign
pemb. Darah: 7. Dokumentasikan
arteriol perifer
mengurangi
resitenso total
perifer
konsumsi energi
otot jantung dan
kebutuhan O2
- melebarkan pemb.

Darah koroner dan


arteriol
- bekerjanya
lambat sehingga
jarang
menyebabkan
hipotensi akut
E. samping:
- sakit kepala
- edema
- kelelahan
- mual,nyeri otot
- dispepsia
- berdebar-debar
- pusing
- asthemia
- arthralgia
- impotensi

Neuro sanbe -pegal2 otot - hipersensitive -Relatif aman 1.Kaji Vital sign
3x1 (x) (vit B - kesemutan Vit B - Berlebihan : 2. Kaji Riwayat
complex) (bagian saraf) 1. sensi rasa hangat hipersensitive
- Anemia 2. rekasi alergi 3. Kaji
3. kebiruan kontraindikasi
4. Diaporesis 4. pastikan
5. Mual / muntah kebenaran dosis
6. kulit mati rasa 5. Cek efek samping
7. utine berwarna 6. Cek ulang vital
orange sign
7. Dokumentasikan
35

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS
-0S menyatakan 10 th yang lalu tekanan arteri (hipertensi) Nyeri akut
sakit hipertensi
- sakit pada tengkuk dan kepala tekanan vaskuler cerebral
sejak 2 hari yg lalu
- 2015 opname di RSSI 1 Nyeri
minggu

DO :
-T: 37,7C P: 80 x/mt R:23
x/mt
TD : 200 /100 mmHg
-P : Tekanan darah meningkat
-Q: Berdenyut
-R: Tengkuk dan kepala tekanan vaskuler cerebral Resiko perubahan perfusi
-S: 6 jaringan
-T: ketika tekanan darah Ruptur cerebral

DS: OS 2015 opname di RSSI i Infark cerebral
mgg dengan hipertensi

DO: TD : 200/100 mmHg

B. PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri Otot
2. Resiko Perubahan perfusi jaringan

C. NURSING CARE PLAN


1 DX 1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan arteri (Hipertensi) dan peningkatan tekanan

vaskuler ditandai dengan DS mengatakan 10 th yang lalu sakit hipertensi, sakit pada

tengkuk dan kepala sejak 2 hari yang lalu, T: 37,7C, P:80 x/mt, R: 23 x/mt, TD: 200/100

mmHg, P: Tekanan darah yang meningkat, Q: Berdenyut-denyut, R: tengkuk dan kepala,

S:6, T: Ketika tekanan darah


36

OUT COMES INTERVENSI RASIONALE IMPLEMENTA EVALUASI


SI
Setelah 1. Kaji Vital 1. Perubahan 1. Mengkaji S= Nyeri masih
dilakukan sign pada vital sign vital sign T,P, R, tapi berkurang
perawatan 1 x menggambarka TD
24 jam n perubahan O= TD : 160/70
diharapkan : kondisi pasien T : 37,6
-Tekanan darah P: 80x/mt
turun 2. Efektivitas R: 20x/mt
- Nyeri 2.Kaji penyebab dan efisiensi 2.Mengkaji Skala : 3
berkurang nyeri PQRST tindakan yang penyebab nyeri
- skala :4 diberikan PQRST A: nyeri
berkurang
3.O2 yg banyak P: lanjutkan
3.Ajarkan di hirup 3.Mengajarkan planing
teknik bernafas memberi rasa teknik bernafas 1,2,3,4,5,6,7
panjang rileks dalam dan I: melanjutkan
panjang planing
-ambii nafas 1,2,3,4,5,6,7
dari hidung E: masalah
- Hembuskan sebagian
dari mulut teratasi
secara perlahan

4. Menurunkan 4.Berkolaborasi
4.Kolaborasi tekanan dg
untuk vaskuler Dokter untuk
pemberian obat pemberian anti
anti hipertensi hipertensi

5. Memberi KIE
5. KIE utk 5. Oenurunan ttg
menurunkan suhu tubuh -minum cukup
suhu tubuh mengurangi 6-8 gelas /hari
stimulus nyeri -gunakan
pakaian yg tipis
dan menyerap
keringat
-Istirahat yg
cukup

6. menganjurkan
37

6. Anjurkan 6. Garam mengurangi


mengurangi menahan air makanan asin
makanan asin sehingga atau gunakan
mempengaruhi garam rendah
volume Sodium (low
cairanekstrasel sodium salt)
dan volume
intra vaskuler
7. KIE
7. 7. Stress meminimalisir
Meminimalisir meningkatkan stres psikologis
tingkat stress vasokonstriksi dg
psikologis mengakibatkan - Berdoa/sholat
GFR - Selesaikan
renin angio masalah dg
tensinogenA1 segera dan dg
A II aldoste baik
ron rotasi air
dan Na

2 DX 2: Resiko perubahan perfusi jaringan b.d peningkatan tekanan vaskuler cerebral di

tandai dg: OS mengatakan nyeri pada tengkuk dan kepala, pernah opname di RSSI 1

minggu, TD 200/100 mmHg


OUT COMES INTERVENSI RASIONALE IMPLEMENTASI EVALUASI
Setelah 1.Observasi 1. perubahan 1.mengkaji vital S=OS
dilakukan vital sign pada vital sign
sign T, P, R, TD mengatakan
perawatan menggambarka badan rasa
1x24 jam tidak n perubahan nyaman
terjadi resiko kondisi pasien O= -compos
perubahan mentis
perfusi jaringan -vital sign
ditandai: 2. Pertahankan 2.Meminimalka 2.Mempertahanka T= 37,6C
-Vital sign DBN tirah baring n penggunaan n tirah baring dg P= 80x/mt
-kesadaran O2 kepala lebih R= 20x/mt
compos mentis tinggi (semi TD= jam
-produksi urin fowler) 10.15 am
30 ml/mt 160/70mmHg
3.UkurIntake
dan output 3. Terjadi 3.Mengukur
38

retensi air dan Intake out put:


natrium -Minuman
-Makanan
-sayuran
-muntah
-bak
-keringat
4.Observasi -iwl
terjadinya 4.Mengobservasi
hipotensi 4.Resiko post tanda hipotensi
pemberian obat
5.Lakukan antihipertensi.
aktifitas sesuai 5. Melakukan
kemampuan. 5. Aktifitas aktifitas sesuai
yang kemampuan.
berlebihan dan
tidak sesuai
kemampuan
6. Beri KIE utk mengakibatkan
rawat inap kelelahan 6. Memberi KIE
tentang perlunya
6. Perlu rawat inap
observasi ketat
terhadap vital
sign dan
komplikasinya
39

Вам также может понравиться