Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan
Yang dibina oleh Bpk.Muhammad Mujtaba Habibi
Oleh :
BAB II
Pembahasan
2.1 Budaya Politik
2.2 Budaya Demokrasi
2.3 Civil Society
2.3.1 pengertian dan konsep civil society
Konseptualisasi civil society dapat di kemukakan sebagai suatu wilayah kehidpan
sosial yang terorganisasi yang bercirikan, antara lain : kesukarelaan (voluntary),
keswasembadaan (self-generating) dan keswadayaan (self-supporting), kemandirian tinggi
berhadapan dengan negara dan keterikatan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti
oleh warganya (hikam, 1996 dalam Suparlan dkk). Gagasan civil society diletakkan pada
pemberdayaan masyarakat pluralis-multikultural dalam hubungannya dengan organisasi
negara. Sehingga terdapat hubungan yang harmonis dan saling percaya antara warga negara
sebagai mitra negara dengan negara sebagai pelaksana kebijakan negara. Civil society
berwujud sebagai organisasi/asosiasi yang dibuat oleh masyarakat diluar pengaruh negara.
Misalnya, lembaga swadaya masyarakat (LSM), paguyuban, dan kelompok-kelompok
kepentingan. civil society (masyarakat madani) sangat menentukan dalam proses
transformasi demokrasi. Semakin berkembangnya peradaban dan tingkat kecerdasan
masyarakat, maka potensi munculnya masyarakat madani dalam melakukan transformasi
sosial, ekonomi dan politik semakin besar. Konsep masyarakat madani (civil society)
digunakan untuk memahami gerakan demokratisasi yang bersifat universal, sebagaimana
yang belakangan ini mendominasi wacana politik di ber bagai negara ( Muhammad Asfar,
2001). Dalam civil society, masyarakat berhak mengajukan hal-hal yang dianggap tidak
sesuai dengan prinsip-prinsip kenegaraan. Sehingga masyarakat melakukan kontrol kepada
kinerja pemerintah, dan segala kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Pengembangan
konsep civil society ini memiliki peran yang besar bagi negara maupun warga negara. Bagi
negara adanya civil society ini menjadi tolak ukur dan pemberi kontrol dalam penyusunan
kebijakan-kebijakan negara agar sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini dan tidak
menyimpang dari landasan demokrasi yang menyebutkan bahwa semua kebijkan dan
kepentingan negara harus memperhatikan 3 hal pokok yaitu berasal dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat. Dengan adanya civil society ini menjelaskan dan membuka kesadaran
tentang posisi saling berhadapan antara masyarakat dan negara (Muhammad Asfar, 2001).
Dalam hal ini masyarakat memiliki kedudukan yang sama dengan pemerintah, bukan hanya
sebagai objek kebijakan politik, melainkan sebagai pengontrol kebijakan-kebijakan politik
pemerintah. Dalam civil society, masyarakat dituntut aktif dan kritis dalam menanggapi dan
menganalisis segala hal yang menyangkut negara, baik itu dalam hal pembuatan,
pelaksanaan kebijakan, dan kinerja aparat negara.
2.3.2 Pemberdayaan Civil Society
Beberapa aspek strategis pendidikan kewarganegaraan dalam pemberdayaan civil society
dapat dilihat dari hal-hal berikut.
Membangun hubungan nagara dan masyarakat
Dalam kerangka civil society, secara adil dan berimbang secara normatif dan etik,
untuk membangun hubungan warga negara dengan negara yang bersangkutan dapat
ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Inventarisasi variabel yang melekat pada diri warga negara
Inventarisasi variabel yang melekat pada organisasi negara
Menghubungkan variabel yang melekat pada diri warga negara dengan
variabel yang melekat pada organisasi negara
Mempersepsika hubungan kedua variabel (negara dan warga negara) identik
dengan hubungan hak dan kewajiban antara keduanya.
Mencari dasar norma sebagai pembenar hubungan antara warga negara dengan
negara yang bersumber dari jiwa dan nilai konstitusi (Diadaptasi dari Sanusi,
1972 dalam Suparlan dkk)
Sehingga dengan adanya langkah-langkah tersebut dapat menjadikan terbentuknya
keseimbangan dan keadilan dalam menjalankan fungsinya masing-masing (sebagai
negara dan warga negara). Hubungan antar negara dan warga negara haruslah kuat
dan kokoh, karena suatu negara akan berkembang dan mengalami kemajuan jika
antar warga negara dengan aparatur negara terjalin hubungan kerjasama dan saling
percaya untuk bersama-sama menegakkan dan memajukan negaranya. Oleh karena
itu, tidak ada jarak pemisah antara keduanya, jika ada jarak pemisah antar keduanya
maka dapat mengakibatkan perpecahan dan tidak tercapainya tujuan negara. Untuk
mencapai tujuan negara tersebut, maka antara masyarakat dan aparatur negara tidak
ada yang saling melemahkan ataupun bahkan menjatuhkan, organisasi baik formal
maupun informal harus saling menhormati dan mendukung agar konsep civil society
dapat berjalan sesuai dengan tujuannya.
Dalam civil society masyarakat dituntut aktif dan kritis dalam menanggapi berbagai hal yang
menyangkut masalah kenegaraan, sehingga proses hubungan antara warga negara dengan
aparatur negara dapat berjalan secara beriringan dan berkesinambungan. Pemberdayaan civil
society dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan yang akan membentuk karakter setiap
individu dalam mencapai tujuan civil society.
Daftar Rujukan
AL Hakim, suparlan., Soegiarto LM., Suparlan., Untari, Sri., Diara astwa, ktut., Hady,
nuruddin. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia. Malang :
Madani.
Muhammad Asfar. 2001. Wacana Masyarakat Madani (Civil Society): Relevansi untuk Kasus
Indonesia, Masyarakat, Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 1, Januari 2001, 49 -60.