Вы находитесь на странице: 1из 5
ENENTERIAN KESEHATAN, FEPUBLIK INDONESIA PENGELOLAAN OBAT PERBEKKES DAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI ERA PELAYANAN KESEHATAN BERBASIS JAMINAN KESEHATAN NASIONAL dengan sistem pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan yang lebih baik dan terpadu/komprehensif Obat dan perbekalan kesehatan merupakan komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan kesehatan, Akses terhadap obat dan perbekalan kesehatan terutama obat esensial merupakan salah satu hak azasi manusia, Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah untuk mendukung pelayanan Kesehatan kepada masyarakat. Dalam kesepakaten Internasional yang tertuang dalam Millennium Development Goals (MDGs) yaitu menurunkan angka kematian anak, imeningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya serta dalam rangka implementasi Jaminan Kesehatan Nasional tahun 2014 menjadi tantangan yang harus dijawab *e organisasi pengelola obat di Kabupaten/Kota sudah berbentuk Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota” Pengelolaan Obat di instalasi Farmasi Kabupaten/Kota meliputi bebarapa fungsi, diantaranya perencanaan, peengadaan, penyimpanan, penditibusian, ppengendalian, pencatatan dan pelaporan. Untuk menjalankan fungsi-fungsi tersebut harus ddukung oleh sistem manajemen yang terri dari organisasi, sumber daya manusia, anggeran, dan sarana/ prasarana, Organisasi pengelola obat di Kabupaten/Kota hampir sebagian besar 82% sudah berbentuk instalasi Farmasi Kbupaten/kota. Hal in ilakukan untuk rmenjamin pengelola obat dilakukan sesuai dengan standar. Sumber daya rianusia pengelota obat di Kabupaten/ Kota sebagian besar berkompeten, yaitu Tenaga Kefarmasian (Tenaga Apoteker ddan Tenaga Teknis Kefarmasian) yang ssudah mengikutipelatinan dan bimbingan teknis tentang pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan, Anggeran obat Kabupaten/Kota yang digunakan untuk mendukung pelayanan kesehatan desar bersumber dari APBD I, APBD I, dan APBN (Program, DAK dan Buffer Stok}. Sat in sebagian besar sekitar 71 % Instalasi Farmasi di Kabupaten Kota sudah sesuai dengan standar sehingga obat yang akan diistribusikan ke Puskesmas tejamin ‘mutu, khasiat dan keamanannya, Puskesmas Alur dstribusi lebih fokus pada —_obat dar Dinkes peningkatan mutu ke Puskesmas pelayanan Kesehatan membutuhkan kepada masyarakat —waktu Dengan jumiah bat yang diterima tenaga yang Puskesmas bisa saja terbatas,beban __berbed, menye- pekerjaan akan lebih suaikan dengan stok Fingan yang ada di Dike Kabjkota Sistem yang sudah beralan dan du: kung tenaga dan sa ana yang memadi (tingkatketersediaan ‘bat tahun 2012 mencapai 92%) “71 % Instalasi Farmasi di Kab/Kota sudah sesuai dengan standar schingga obat yang akan didistribusikan ke Puskesmas terjamin mutu, khasiat dan keamanannya” Seluruh proses manajemen pengelolaan bat mulai dari perencanaan sampai dengan pencatatan pelaporan diusulkan menggunakan sistem dan infrastruktur yang sudah tertata dengan baik. Yang berbeda dalam era SJSN ini adalah sumber pendanaan, dimana dana pada era SJSN diperoleh dari kapitasi yang ada di pelayanan kesehatan dasar (BPJS) ‘Alokasi anggaran kepitasi yang digunakan Untuk obat dipisahkan dan dikeloia oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota.Pengelolaan obat diserahkan kepada Instalasi Farmasi Kab/Kota. Sedangkan untuk pelayanan obat program masih menjadi tanggung jawab pemerintah Pusat melalui dana APBN Kementerian Kesehatan. Penyediaan obat di Puskesmas selayaknya cllakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten’ Kota, sehingga tenaga kefarmasian dapat lebih fokus kepada fungsinya masing-masing Tenaga kefarmasian yang bertugas di Puskesmas, misalnya, fokus pada pemberian pelayanan kepada pasien Sedangkan tenaga kefarmasian di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memiliki tanggung jawab dalam menjamin dan mengendalikan ketersediaan obat di wilayahnya, Sistem kendali ketersediaan obat diharapken akan ‘erjaga, memungkinkan ditakukannya relokasi obat antar Puskesmas sesuai kebutuhan dan meminimalkan obat kadaluwarsa serta meningkatkan pemanfaatan obat. “Di era Jaminan Kesehatan Nasional, penyediaan obat di Puskesmas selayaknya dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota” Sesvai Perpres 70 Tahun 2012, untuk tahun 2013 penetapan harga dilakukan melalui lelang harga satuan (e-catalog) dengan harapan agar pengadaan obat dapat rmengikutiaturan, lebih mudah, dan efisien dengan tetap menjamin ketersediaan bat. Lelang harga obat melalui e-catalog rmerupakan kerjasama antara Kementerian Kesehatan dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah(LKPP) Dengan mekanisme lelang harga obat, diharapkan tercipta proses Pemilihan Barang/Jasa secara langsung melalui sistem ketalog elektronik(E-Catalogue) sehingga memungkinkan semua ULP/ Pejabat Pengadaan dapat memilin Barang/ -Jasa pada pilihan terbaik. Dengan demikian, dapat dicapai efsiensi biaya dan waktu proses Pemilihan Barang/Jasa, baik dai sisi Penyedia Barang/Jasa dan Pengguna Barang/Jasa KEMENKES Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia ‘akan mengalami perubahan besar dengan diberakukannya Jaminan Kesehatan Nasional. Secara bertahap seluruh masyarakat Indonesia akan dicakup jaminan kesehatan dalam mendapatkan pelayanan yang dlibutuhkan. Sistem pelayanan kesehatan pun ‘akan semakin tertata dengan model ryjukan, yang mengedepankan fasilitas pelayanan kesehatan dasar sebagai gate keeper. Untuk itu, seluruh sektor Kesehatan telah melakukan persiapan, seperti penambahan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan, baik di tingkat dasar maupun tingkat rujukan termasuk ketersediaan sumber daya kesehatan dimana Apotekertermasuk di dalamnya, perbaikan PRODUSEN 1 PRUE DIMAS /RS/ ee PUSKESMAS infrastruktur juga mulaicitakukan dengan melengkapi sarana dan prasarana termasuk kualitas obat dan alatalat kesehatan yang akan digunakan. Advokasi dan sosialisasi pun juga telah dilakukan kepada pemangku kepentingan kesehatan nasional, sehingga seluruh sektor kesehatan siap melaksanakan Jaminan Kesehatan Nasional Salah satu target MDGs adalah menurunkan angka Kematian ibu (AKI) melahirkan, upaya yang dilakukan melibatkan seluruh komponen dalam pelayanan kesehatan, dan unsur masyarakat. Sebagai bagian pelayanan kesehatan ‘Apoteker dapat berkontribusi dalam upaya ‘menurunkan angka kematian ibu melahirkan, melalui keterlibatannya kolaborast inte profesi, memberi kesempatan pada apoteker itu senditi untuk berkontribusi dalam setiap intervensi kesehatan berbasis pemberdaygan masyarakat misalnya Misalnya program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival Selain pada program EMAS, apoteker berperan aktf dalam upaya promotif- prevent untuk meningkatkan peran serta ‘masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dalam penggunaan obat (self medication) ‘melalui metode pembelajaran Cara Belajar Insan Aksif(CBIA) yang sudah diterapkan sejak tahun 2008. Pembangunan pusat pengolahan pasca panen tanaman obat(P4TO) pada dasamya dilaksanakan untuk mendukung terciptanya usat pengolahan pasca panen tanaman bat yang berkelanjutan untuk mendukung pengembangan bahan baku obat terutama bat tradisional. PATO ini diharapkan dapat menjadi fasilites pengolahan yang terstandard sehingga produk pasca panen tanaman obat Indonesia dapat semakin beilai tambah dan berdaya saing diserta jaminan kualitas, keamanan dan manfaat. Pembangunan pusat ekstrak daerah (PED) pada dasamya dilaksanakan bersinerg dengan pembangunan PATO. Dengan Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan jamu di Indonesia Pemerintah telah merumusken kebijakan dalam rangka ppembinaan industri dan usaha di bidang lat tradisional.Terkit ha! tersebut, Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian telah melaksanakan yperbinaan melalui pendampingan adanya PED ini diharapkan daerah mampu ‘menghasilkan ekstrak dari tanaman obat kas daerch seiingga selain dapat meningkatkan rilai tambah dari produk yang dinasilkan. juga dapat meningkatkan produksi ckstrak sebagai bahan baku jamu bahkan sampai ke obat herbal terstandar dan ftofarmaka, Pelaksanaan pembangunan PATO dan PED dilaksanakan melalui kerjasama Kemenkes dengan pemerintah daerah baik tingkat Provinsi maupun tingkat Kabupaten Kota Pada tahun 2012, pembangunan PATO telah dllaksanakan melalui tahepan-tahapan penjajakan dan sosialisasi,kajian propasal dan evaluasi, sertakerjasama operasional melalui kesepahaman bersama (MoU). Nota kesepahaman bersama (MoU) telah ditandatangai oleh Dircktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan bersama ‘aparatur pomerintah daerah Provinsi Sumatera terhadap pelaku Usaha Jamu Racikan (JR) dan Usaha Jamu Gendong (UJ6) bersinergi dengan dinas Kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten/kata, Program pendampingan ini diharapkan dapat ‘mendukung pengembangan UJR clan UJ6 selain untuk meningkatken mutu, keamanan, clan kemanfaatan obat tradsional juga dapat mendorong pelaku usaha mampu mengembangken usahanya schingga dapat imeningkatkan sistem ekonomi kerakyatan. Pada tahun 2012, Direktorat Bina Produksi Utara, Provnsi Kalimantan Selatan, dan Kota Pekalongan pada 19 November 2012. Pada tahun 2013, pembangunan PATO dan PED akan berlanjut melalui fasilitasi ppembangunan labaratorium mikrobialgi Laboratorium Mikrobiologi PED/PATO dirasa perlu dalam rangka mendukung pencapaian produk yang memenuhl persyaratan parameter mmikrobiologis dalam CPOTB. ‘Metalui PED dan PATO ini, kedepannya diharapkan obat tradisional Indonesia sclain dapat mendukung program kesehatan di Indonesia juga memilki peran ekonomis dalam meningkatkan pcnerimean negara sehingga memilii fungsi strategis terhadap perekonomian nasional clan Distribusi Kefarmasian telah rmclaksanakan kegiatan pendampingan UJR cian WJG melalui plot project di Kota Surakarta dengan mengundang 120 (seratus cuapuluh) pelaku WIR clan UG dari Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Wonogir, Kabupaten Sukoharjo, Kota Semarang, clan Kota Surakarta,serta DPAD Jawa Tengah. Tujuan pendampingan UJR dan WIG adalah untuk member ikan pembekalan kepada pelaku UJR clan UG dalam beberapa aspek pembuatan jamu racikan clan jamu gondong seperti pengenaian simplisia tanaman obat, higiene clan sanitasi dalam pembuatan jamu, pencegahan penggunaan jamu mengandung BKO, serta pengetahuan terkait aspek permodalan clan pengembangan usaha Pada Tahun 2013, pendampingan WR ddan UNG ini akan ditaksanakan di Provinsi Banten, Jawa Barat, clan Jawa Timur. Kedepannya program ini semakin meningkatkan mutu, keamanan, clan kemanfaatan jamu yang merupakan war isan budaya bangsa Indonesia dapat ‘menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi serta menjadi kebanggaan sebagai bagian dari identitas bangsa Pendampingan Usaha Jamu Ramuan dan Usaha Jamu Gendong untuk meningkatkan mutu, keamanan dan kemanfaatan jamu yang merupakan warisan budaya bangsa ‘Asupan makanan memiliki peren pent ing dalam opt imalisasi masa tumbuh kembang anak sekolah Untuk itu diperlukan dukungan kemitraan dar stakeholder terkait secara sinergi dan terintegrasi untuk menjamin kualtas tumbuh kembang anak dengan adanya makanan jajanan anak sekolah yang ‘aman, bermutu dan bergizi. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, Kementerian Kesehatan telah melaksanakan berbagai upaya antara lain sosialisasi kepada stakeholder bidang pangan diantaranya melalui kegiatan Sosialisasi Makanan Jajanan Anak Sekolah (WAS) Aman, Bergizi dan Bermutu Prodiksi dan Distribusi Kefarmasian cltujukan untuk meningkatkan kompetensi petugas pelaksana pembinaan ditingkat provinsi dan kabupaten/kota sehingga dapat berperan optimal dalam penyuluhan dan pengawasan keamanan pangan di daerehnya Target pelaksanaan sosialsasi MJAS ini alah petugas dinas kesehatan baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota puskesmas, dinas pendidikan, kepala sekolah, dan pembina kantin sekolah Sosialisasi ini ilaksanakan melalui penyebaran informasi dengan met ode yang ediukatit-informatif yang berisi informasi clan pembelajaran mengenai MJAS yang sehat aman, bermutu dan bergiz Pada tahun 2012 Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian telah dilaksanakan sosialisasi MJAS di Provinsi Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, DIY, serta Jawa Timur Pelaksanaan sosialisasi MJAS juga melibatkan peran serta dar Direktorat Bina Gti, Direktorat Bina Kesehatan Anak, Pusat Promosi Kesehatan, serta Direktorat Penyehatan Lingkungan Pada tahun 2013, Sosialisasi MJAS direncanakan akan dilaksanakan di Provinsi Banten clan Jawa Barat Kedepannya, melalui penerapan MJAS ‘aman, bergiz, clan bermutu diharapkan taraf kesehatan masyarakat terutama anak usia sekolah dapat semakin balk sesuai dengan target MDGs. SISTEM ELEKTRONIK PERIZINAN DAN PELAPORAN BIDANG PRODUKS! DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN Sistem Elektronik Perzinan dan Petaporan Bidang Produksi dan Distrbusi Kefarmasian dibangun untuk men ingkatkan pelayanan publik prima sebagai bentuk komitmen reformasibirokrasi Kementerian Kesehatan Sistem elektronik ini diharapkan dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelayanan publik sehingga dapat mendukung iklim investasi terutama bidang produksi dan dstribusi kefarmasian di Indonesia. Sistem perizinan i bidang produksi dan distribusi kefarmasian juga telah memperoleh sertfikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada tahun 2012. Untuk mendukung ISO 90012008 tersebut, telah dibangun sistem e-Licensing dan ‘akan diuj-cobakan pada tahun 2013 Sistem Pelaporan e-Report PBF & SIPNAP http://pbf. binfar.depkes.go.id/ http:// sipnap.binfar.depkes.go.id SIPNAP online dan e-Report PBF adalah sistem polaporan online dinamika obat di sarana distribusi. Sistem online ini telah dintegrasikan secarajaringan ke Dinkes Provnsi, Dinkes Kab/Kota, Instalasi Farmasi Kab/kota unit pelayanan, serta PBF di seluruh indonesia. ccLicensing ialah suatu sistem elektronik perizinan sarana produksi clan distribusi kefarmasian. Melalui e-Licensing in pelaku usaha dapat mendaftarkan sarana produksi maupun distribusi kefarmasiannya secara online melalui ‘website. Sistem online ini melingkupi periinan. * Sarana produks: industri farmasi, industri obat tradisional, industri ckstrak bahan alam (IEBA) + Sarana distribusi: pedagang besar farmasi (PBF| dan PBF bahan obat © Iain produksi kosmetik e-Licensing Produksi clan Distribusi Narkotika, Psikotropika, clan Prekursor http://e-pharm.depkes.go.id/ Sistem perizinan e-pharm telah terintegrasi dengen Badan POM dan Ditjen Bea dan Cukai.Pelayanan e-pharm meliputi perizinan ekspor dan impor narkotika, psikotropika dan prekursor farmasi yaitu * ImportirTerdaftar (7) Prekursor dan Psikotropika * Importr Produsen (IP) Prekursor, Psikotropika, dan Narkotika + Surat Persetujuan impor (SPI) Prekursor, Psikotropika, dan Narkotika + Ekspor Produsen (EP) Prekursor, Psikotropika, dan Narkotika + Surat Persetujuan Ekspor (SPE)

Вам также может понравиться